Anda di halaman 1dari 41

TEKNIK PEMBENTUKAN

PERATURAN WALIKOTA
(PERATURAN KEPALA DAERAH)

TAUFAN ARISANDY
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM NTB
DASAR KEWENANGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TTG PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG--UNDANGAN (UU 12/2011) DAN PERUBAHANNYA PERATURAN
UNDANG-UNDANG 23 TAHUN 2014 TTG WALIKOTA
PERPRES NO 87 TAHUN 2014 TTG PEMERINTAHAN DAERAH (UU 23/2014)
(PERWAL)
PERATURAN PELAKSANAAN UU
12/2011 TTG P3

PERMENDAGRI NO 80 TAHUN 2015 TTG KEDUDUKAN PERWAL


PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM a. Pasal 8 UU 12/2011
DAERAH YG DIUBAH DENGAN
PERMENDAGRI NO 120 TAHUN 2018 b. Pasal 65 ayat (2) huruf c dan Pasal 246
ayat (1) UU 23/2014
c. Pasal 42 ayat (1) permendagri
120/2018

Daerah berhak menetapkan


Optimalisasi Penyelenggaraan Pasal 17 ayat (1) kebijakan Daerah untuk
menyelenggarakan urusan
Pemerintahan Daerah UU 23/2014 pemerintahan yg menjadi
kewenangan daerah
ALUR/TAHAPAN PEMBENTUKAN
Pasal 19 & Pasal 42
Permendagri
PERATURAN WALIKOTA
80/2015_120/2018

Perencanaan
Pasal 80 s/d Pasal 82 Penyusunan
Permendagri
80/2015_120/2018

Perwal
Pasal 87, 88, 88A,
Pembahasan berlaku Pasal 120 & Pasal
88B, 89, & 90 mengikat 123 Permendagri
Permendagri 80/2015_120/2018
80/2015_120/2018

Penomoran &
Pembinaan/
Pengundanga
Fasilitasi
n
PERENCANAAN

PERENCANAAN PERWAL

DELEGASI DARI PERDA


DIUSULKAN OLEH
OPD

RENCANA PEMBENTUKAN
BERDASARKAN PADA
PERWAL DALAM
KETENTUAN PUU
PROPEMPERDA (1 TAHUN)
PENYUSUNAN

DRAF

NASKAH AWAL DISUSUN PENETAPAN SK TIM PENETAPAN TIM


OLEH KEPALA OPD PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN UTK
NASKAH RAPERWAL DIFASILITASI OLEH BIRO
DAPAT MELIBATKAN OPD (SOFTCOPY & HK PROVINSI
LAIN, INSTANSI LAIN, HARDCOPY)
DAN MASYARAKAT

PERANGKAT BAGIAN HUKUM


DAERAH KOTA MATARAM
PEMBAHASAN

WALIKOTA TIM PEMBAHASAN


1. OPD
PEMRAKARSA
KEP. WALKOTA
2. BAGIAN
HUKUM
3. OPD TERKAIT
KETUA TIM 4. PERANCANG
SEKDA DRAF PUU (LEGAL
& OPD
DRAFTER)

PARAF

FASILITASI/HARMONISASI
SK TIM PEMBAHASAN

 KETUA : KEPALA OPD PEMRAKARSA

 SEKRETARIS : KABAG HUKUM KOTA

 ANGGOTA : SESUAI KEBUTUHAN

Dalam hal Ketua Tim adalah pejabat lain yang


ditunjuk maka Pimpinan/Kepala OPD pemrakarsa
tetap bertanggungjawab thdp materi muatan Raperwal
TUGAS
TIM PEMBAHASAN
 MELAPORKAN PERKEMBANGAN
RAPERWAL KEPADA SEKDA

 MEMBERIKAN PARAF KOORDINASI PADA


TIAP HALAMAN RAPERWAL YG TELAH
SELESAI DIBAHAS

 MENGAJUKAN RAPERWAL YG TELAH


DIPARAF KOORDINASI KEPADA WALIKOTA
MELALUI SEKDA
PERAN SEKDA
 DAPAT MELAKUKAN PERUBAHAN
DAN/ATAU PENYEMPURNAAN THDP
RAPERWAL

 MEMBERIKAN PARAF KOORDINASI


SETELAH DIPARAF OLEH TIM
PEMBAHASAN PADA TIAP LEMBAR
HALAMAN

 MENYAMPAIKAN RAPERWAL KEPADA


WALIKOTA
PENANDATANGAN &
PENOMORAN
 Penandatangan Perwal dilakukan dalam Rangkap 3
- Asli
 Pendokumentasian oleh SEKDA, Bagian Hukum,
dan OPD Pemrakarsa
 Registrasi Perwal pada SubBag DJIH di Bagian
Hukum
 Menggunakan nomor bulat dan di Undangkan
dalam Berita Daerah
PEMBATALAN PERWAL

WAJIB MENYAMPAIKAN
BUPATI PERWAL PALING LAMA 7 HARI
SETELAH DITETAPKAN

GUBERNUR
WALIKOTA YG TDK MENYAMPAIKAN PERWAL DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA
TEGURAN TERTULIS DARI GUBERNUR
METODE DAN TEKNIK
(LEGISLATIVE DRAFTING)
PENYUSUNAN
PERATURAN WALIKOTA
METODE DAN TEKNIK
DALAM MENYUSUN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERMASUK PERWAL DIPERLUKAN TEKNIK
PENYUSUNAN AGAR TERDAPAT SUATU STANDAR, BAIK MENGENAI BENTUK LUAR (KERANGKANYA),
SISTEMATIKA, MAUPUN MENGENAI TATA PENULISAN DAN PERUMUSAN NORMA.

1. SDM
ASAS (Legislative
MATERI Drafter)
PEMBENTUKA MUATAN 2. Prosedur
N Penyusunan
PERWAL 3. Teknik
Penyusunan
TEKNIK FAKTOR Materi
PENYUSUNAN EFEKTIVITAS 4. Penggunaan
Bahasa Per PUU

SISTEMATIKA TEKNIK PENYUSUNAN PERWAL TERCANTUM DALAM LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG


NOMOR 12 TAHUN 2011 SEBAGAIMANA TELAH DI UBAH TERAKHIR DENGAN UU 13 TAHUN 2022
BEBERAPA HAL YG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM MENYUSUN RAPERWAL
• APAKAH NAMA/JUDUL SUDAH TEPAT?

• APA YG MENJADI DASAR PENGAJUAN?

• APA DASAR HUKUM YG DIGUNAKAN DALAM PENYUSUNAN PERWAL?

• APA TUJUAN DAN MANFAAT PEMBENTUKAN PERWAL?

• APAKAH PERWAL MEMBERIKAN KEWENANGAN BERLEBIHAN KPD PEMERINTAH?

• APAKAH RUMUSAN PERWAL MULTI INTERPRETATIF?

• BAGAIMANA MEKANISME PENEGAKAN HUKUM PERWALTERSEBUT?

• BAGAIMANA KETENTUAN PERALIHAN?

• BAGAIMANA BIAYA PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PERWALTERSEBUT?

• BAGAIMANA POSISI PUBLIK DALAM RAPERWAL TERSEBUT?


SISTEMATIKA PERWAL

1. JUDUL
2. PEMBUKAAN
3. BATANG TUBUH
4. PENUTUP
5. LAMPIRAN (JIKA DIPERLUKAN)
JUDUL

• MEMUAT JENIS, NOMOR, TAHUN PENGUNDANGAN ATAU


PENETAPAN PERWAL.
• MEMUAT NAMA PERWAL (JANGAN MENYEBUT NAMA
TEMPAT), DIMANA NAMA DIBUAT SINGKAT DAN JELAS,
NAMUN TETAP MENCERMINKAN NORMA YANG DIATUR.
• JUDUL DITULIS DENGAN HURUF KAPITAL DAN DILETAKKAN
DI TENGAH MARJIN TANPA DIAKHIRI TANDA BACA.
• JUDUL TIDAK MENGGUNAKAN SINGKATAN/AKRONIM
CONTOH PENULISAN
JUDUL PERWAL

WALIKOTA MATARAM
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN WALIKOTA MATARAM


NOMOR TAHUN 2019
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
PEMBUKAAN

1. FRASA ”DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”.


2. JABATAN PEMBENTUK PERWAL.
3. KONSIDERANS  MENIMBANG
4. DASAR HUKUM  MENGINGAT
5. DIKTUM (FRASA PENETAPAN)
CONTOH
PENULISAN FRASA “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA” DAN JABATAN PEMBENTUK
PERWAL


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MATARAM,

Pada jabatan pembentuk Perwal, sering terjadi frase jabatan pembentuk Perwal tidak diakhiri
dengan tanda baca koma (,)
Contoh: WALIKOTA MATARAM
Seharusnya: WALIKOTA MATARAM,
KONSIDERANS - MENIMBANG

• Konstatasi fakta mengenai urgensinya dibuat suatu peraturan harus


disusun sedemikian rupa untuk setiap pertimbangan yang satu dengan
pertimbangan berikutnya tidak boleh berdiri sendiri-sendiri maknanya,
tetapi alur pikirannya harus berkesinambungan secara rentet.
• Memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi
latar belakang dan alasan pembuatan Perwal.
• Pokok-pokok pikiran memuat unsur filosofis, yuridis, dan sosiologis
yang menjadi latar belakang pembuatannya.
CONTOH
KONSIDERANS - MENIMBANG
a. bahwa …………; - Filosofis
b. bahwa …………; - Sosiologis
c. bahwa …………; - Yuridis
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang ……….;

Jika dibentuk berdasarkan pendelegasian maka rumusan konsideransnya cukup memuat


satu pertimbangan. Contoh:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 7
tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang
...;
DASAR HUKUM – MENGINGAT:
Memuat dasar kewenangan pembuatan peraturan
perundang-undangan dan peraturan peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan
peraturan perundang-undangan. Peraturan Walikota
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai - Pasal 18 ayat (6) UUD
dasar hukum hanya peraturan perundang-undangan yang - UU Pembentukan Daerah
tingkatannya lebih tinggi atau sama. - UU Nomor 23 Tahun 2014
Peraturan perundang-undangan yang akan dicabut - pendelegasian
dengan peraturan perundangan yang dibentuk atau belum
resmi berlaku tidak boleh dijadikan dasar hukum.
Apabila lebih dari satu, urutan pencantuman perlu
memperhatikan tata urutan peraturan perundang-
undangan dan jika tingkatannya sama disusun secara
kronologis berdasarkan saat pengundangan atau
penetapannya.
Penggunaan LN,TLN,LD,TLD,BN,TBN,BD
DIKTUM
TERDIRI ATAS:
- MEMUTUSKAN:
- MENETAPKAN; DAN
- JENIS DAN NAMA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
CONTOH
FRASA PENETAPAN ATAU DIKTUM

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN: PERATURAN WALIKOTA TENTANG SISTEM


PENYELENGGARAAN AIR MINUM.
BATANG TUBUH

1. KETENTUAN UMUM
2. MATERI POKOK YANG DIATUR
3. KETENTUAN SANKSI (JIKA
DIPERLUKAN)
4. KETENTUAN PERALIHAN (JIKA
DIPERLUKAN)
5. KETENTUAN PENUTUP
GAMBARAN PENULISAN BATANG TUBUH
BAB I
BAB IV
KETENTUAN UMUM
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 1
(isi pasal)
Pasal …
(isi pasal)
BAB II
(Judul Bab)
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal …
Pasal …
BAB III
(isi pasal)
(Judul Bab)

Bagian Kesatu
(Judul Bagian)

Paragraf 1
(Judul Paragraf)
KETENTUAN UMUM
Ketentuan Umum
a. Ketentuan Umum diletakkan dalam BAB I dan jika dalam peraturan tidak dilakukan
pengelompokan BAB, ketentuan umum diletakkan dalam Pasal 1.
b. Ketentuan umum dapat berisi lebih dari satu pasal.
c. Frasa pembuka berbunyi : Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: …
d. Ketentuan umum memuat:
1) batasan pengertian atau definisi;
2) singkatan atau akronim yang digunakan;
3) hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya antara lain
ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan.
e. batasan pengertian atau definisi yang dimuat dalam ketentuan umum, masing-masing
uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab, diawali dengan huruf kapital, dan
diakhiri dengan tanda baca titik.
f. batasan pengertian atau definisi tidak perlu diberi penjelasan.
MATERI POKOK YANG DIATUR
MATERI POKOK YANG DIATUR MELIPUTI:

 SEMUA OBJEK DIATUR SECARA SISTEMATIK

 LANDASAN HUKUM MATERI YANG DIATUR

 TATA CARA PENULISAN MATERI YANG DIATUR

Pembagian materi pokok yang diatur didasarkan pada kriteria:


a. berdasarkan hak atau kepentingan yang dilindungi
b. berdasarkan urutan atau kronologis dari tahapan yang dilakukan
c. berdasarkan urutan jenjang jabatan
KETENTUAN PERALIHAN
 Tidak semua Peraturan Perundang-undangan memerlukan Ketentuan Peralihan.

 Ketentuan Peralihan diperlukan jika materi yang akan diatur dalam peraturan
yang dibuat telah diatur dalam peraturan sebelumnya, dan materi tersebut diatur
lagi dengan ketentuan yang berbeda. Dengan demikian dalam Ketentuan
Peralihan yang diatur adalah bagaimana hubungan hukum atau tindakan hukum
yang belum selesai prosesnya yang semula dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan yang lama, harus diselesaikan berdasarkan peraturan yang baru.
Ketentuan ini perlu agar tidak merugikan pihak-pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan peraturan ,menghindari kekosongan hukum, menjamin
kepastian hukum, dan mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat
sementara.

 Pada dasarnya ketentuan peralihan merupakan penyimpangan terhadap


ketentuan baru.
KETENTUAN PENUTUP
 Ketentuan Penutup diletakkan pada Bab atau Pasal terakhir dari suatu
peraturan (Perwal).
 Ketentuan Penutup memuat :
­ penunjukkan organ atau alat perlengkapan yang melaksanakan
Peraturan Perundang-undangan; (jika ada)
­ nama singkat (jika ada) dan bukan singkatan atau akronim, kecuali
singkatan atau akronim tersebut sudah sangat dikenal dan tidak
menimbulkan salah pengertian.
­ status peraturan yang sudah ada (dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
atau untuk peraturan pelaksanaannya biasanya masih dinyatakan
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan…(jenis Peraturan ybs)
ini. Frasa “atau belum diganti yang baru” tidak digunakan lagi.
Ketentuan tsb untuk menghindari adanya kefakuman hukum);
LANJUTAN …
­ Dalam UU No.12/2011 rumusan untuk pernyataan masih berlakunya
peraturan pelaksanaan dirumuskan: masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
­ saat mulai berlaku peraturan (bisa ditentukan pada tanggal diundangkan
atau pada tanggal yang secara eksplisit ditentukan dalam peraturan yang
bersangkutan atau menyerahkan pada peraturan lain yang tingkatannya
sama atau yang lebih rendah).
­ pencabutan peraturan harus disebutkan secara jelas judulnya, Nomor dan
Tahun pengundangan atau penetapan dan LN/TLN atau BN/TBN atau
LD/TLD atau BD/TBDnya.
PENUTUP
Penutup merupakan bagian akhir suatu peraturan (Perwal) yang memuat :
1. perintah pengundangan dan penempatannya Berita Daerah;
2. penandatanganan pengesahan atau penetapan Perwal yang memuat:
­ tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;
­ nama jabatan yang ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma ;
Contoh : WALIKOTA MATARAM,
­ tanda tangan pejabat; dan
­ nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan pangkat.
Contoh: (seharusnya) MOHAN ROLISKANA bukan H. MOHAN ROLISKANA , S.Sos., M.H.
3. pengundangan peraturan; unsur-unsur yang dimuat sama dengan unsur dalam penandatanganan
pengesahan atau penetapan (point 2)
4. Penulisan BERITA DAERAH ditulis secara lengkap dengan huruf kapital.
LAMPIRAN

 Jika Perwal memerlukan lampiran hal tsb dinyatakan dalam


batang tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Perwal.
 Lampiran dapat memuat uraian, daftar, tabel, gambar, peta
dan sketsa.
 Tiap lampiran diberi nomor urut dengan menggunakan
angka romawi,misalnya : LAMPIRAN I, LAMPIRAN II.
PENCABUTAN

 Perwal pada dasarnya hanya dapat dicabut melalui Perwal yang setingkat.

 Jika Perwal baru mengatur kembali suatu materi yang sudah diatur dan sudah
diberlakukan, pencabutan Perwal itu dinyatakan dalam salah satu pasal dalam
ketentuan penutup dari Perwal yang baru, dengan menggunakan rumusan dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

 Pencabutan Perwal yang sudah diundangkan atau diumumkan, tetapi belum mulai
berlaku, dapat dilakukan dengan peraturan tersendiri dengan menggunakan rumusan
ditarik kembali dan dinyatakan tidak berlaku.
PERUBAHAN

PERUBAHAN PERWAL BERISI 2 PASAL

 PASAL I - MEMUAT SESUATU YANG DIUBAH

 PASAL II - MEMUAT KETENTUAN MULAI


BERLAKUNYA PERWAL TERSEBUT
LANJUTAN …
1. Perubahan Perwal dilakukan dengan:
a. menyisipkan atau menambah materi ke dalam Perwal; atau
b. menghapus atau mengganti sebagian materi Perwal.
2. Jika dalam Perwal ditambahkan atau disisipkan bab, bagian, paragraf, atau pasal baru, maka bab,
bagian, paragraf, atau pasal baru tersebut dicantumkan pada tempat yang sesuai dengan materi
yang bersangkutan.
a. Contoh penyisipan bab:
15. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB IX A sehingga berbunyi
sebagai berikut:
BAB IX A
PENDIDIKAN INKLUSIF
b. Contoh penyisipan pasal:
9. Di antara Pasal 28 dan Pasal 29 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal 28 A sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 128 A
Dalam hal terbukti adanya pelanggaran izin, Walikota dapat memerintahkan penutupan
sementara tempat kegiatan usaha.
LANJUTAN 2…
c. Contoh penyisipan ayat:
10. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 18 disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (1a) dan ayat (1b)
sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 18
(1). …………
(1a). ………..
(1b). ………..
(2). …………
3. Jika dalam suatu Peraturan Perundang-undangan dilakukan penghapusan atas suatu bab, bagian,
paragraf, pasal, atau ayat, maka urutan bab, bagian paragraf, pasal, atau ayat tersebut tetap
dicantumkan dengan diberi keterangan dihapus.
contoh:
9. Pasal 16 dihapus
10. Pasal 18 ayat (2) dihapus sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 18
(1). ………
(2). Dihapus
(3). ………
BAHASA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

 Bahasa Per. PUU pada dasarnya tunduk pada kaidah Bahasa Indonesia, ttp
Bahasa Per. PUU mempunyai corak tersendiri yang bercirikan kejernihan atau
kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan ketaatan asas
sesuai dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan maupun penulisan.
 Ciri-ciri Bahasa Per. PUU antara lain:
a. lugas dan pasti untuk menghindari kesamaan arti atau kerancuan;
b. bercorak hemat;
c. obyektif dan menekan rasa subyektif (tidak emosi dalam mengungkapkan
tujuan dan maksud);
d. membakukan makna kata, ngkapan atau istilah yang digunakan secara
kosisten;
e. memberikan definisi atau batasan pengertian secara cermat;
f. penulisan kata yang bermakna tunggal atau jamak selalu dirumuskan dalam
bentuk tunggal; dan
LANJUTAN …

g. penulisan huruf awal dari kata, frasa atau istilah yang sudah didefinisikan
atau diberikan batasan pengertian, nama jabatan, nama profesi, nama
institusi/lembaga pemeritah/ ketetataanegaraan dan jenis Peraturan
Perundang-undangan dan rancangan Peraturan Perundang-undangan
dalam rumusan norma ditulis dengan huruf kapital’
h. tidak menggunakan kata atau frasa yang artinya tidak menentu atau
konteksnya dalam kalimat tidak jelas.
Misalnya : Istilah minuman keras
i. untuk memperluas pengertian kata atau istilah digunakan kata meliputi dan
untuk mempersempit pengertian kata atau istilah digunakan istilah tidak
meliputi.
j. tidak memberi arti kepada kata atau frasa yang maknanya jauh
menyimpang dari makna yang biasa dignakan.
Misalnya: Pertanian meliputi pula peternakan, perkebunan, dan perikanan.
LANJUTAN …
k. Di dalam Peraturan yang sama tidak menggunakan:
− beberapa istilah yang berbeda untuk menyatakan satu pengertian yang sama;
− satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda;
− tidak menggunakan frasa tanpa mengurangi,dengan tidak mengurangi atau tanpa
menyimpang dari.
− Untuk menghindari perubahan nama kementerian, penyebutan menteri sebaiknya
menggunakan penyebutan yang didasarkan pada urusan pemerintahan dimaksud.
− penyerapan kata, frasa, atau istilah bahasa asing yang sudah banyak digunakan dan
telah disesuaikan ejaanya dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat digunakan jika:
− mempunyai konotasi yang cocok;
− lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam Bahasa Indonesia;
− mempunyai corak internasional;
− lebih mempermudah tercapainya kesepakatan, atau
− lebih mudah dipahami dari pada terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.
contoh: devaluasi (penurunan nilai uang) devisa (alat pembeyaran luar negeri).
LANJUTAN …

l. Penggunaan kata, frasa, atau istilah bahasa asing hanya


digunakan di dalam penjelasan Peraturan Per. PUU
Kata, frasa, atau istilah bahasa asing itu didahului oleh
padannya dalam Bahasa Indonesia, ditulis miring dan
diletakkan diantara tanda baca kurung.
Contoh: penggabungan (merger)
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai