PERATURAN WALIKOTA
(PERATURAN KEPALA DAERAH)
TAUFAN ARISANDY
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM NTB
DASAR KEWENANGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TTG PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG--UNDANGAN (UU 12/2011) DAN PERUBAHANNYA PERATURAN
UNDANG-UNDANG 23 TAHUN 2014 TTG WALIKOTA
PERPRES NO 87 TAHUN 2014 TTG PEMERINTAHAN DAERAH (UU 23/2014)
(PERWAL)
PERATURAN PELAKSANAAN UU
12/2011 TTG P3
Perencanaan
Pasal 80 s/d Pasal 82 Penyusunan
Permendagri
80/2015_120/2018
Perwal
Pasal 87, 88, 88A,
Pembahasan berlaku Pasal 120 & Pasal
88B, 89, & 90 mengikat 123 Permendagri
Permendagri 80/2015_120/2018
80/2015_120/2018
Penomoran &
Pembinaan/
Pengundanga
Fasilitasi
n
PERENCANAAN
PERENCANAAN PERWAL
RENCANA PEMBENTUKAN
BERDASARKAN PADA
PERWAL DALAM
KETENTUAN PUU
PROPEMPERDA (1 TAHUN)
PENYUSUNAN
DRAF
PARAF
FASILITASI/HARMONISASI
SK TIM PEMBAHASAN
WAJIB MENYAMPAIKAN
BUPATI PERWAL PALING LAMA 7 HARI
SETELAH DITETAPKAN
GUBERNUR
WALIKOTA YG TDK MENYAMPAIKAN PERWAL DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA
TEGURAN TERTULIS DARI GUBERNUR
METODE DAN TEKNIK
(LEGISLATIVE DRAFTING)
PENYUSUNAN
PERATURAN WALIKOTA
METODE DAN TEKNIK
DALAM MENYUSUN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERMASUK PERWAL DIPERLUKAN TEKNIK
PENYUSUNAN AGAR TERDAPAT SUATU STANDAR, BAIK MENGENAI BENTUK LUAR (KERANGKANYA),
SISTEMATIKA, MAUPUN MENGENAI TATA PENULISAN DAN PERUMUSAN NORMA.
1. SDM
ASAS (Legislative
MATERI Drafter)
PEMBENTUKA MUATAN 2. Prosedur
N Penyusunan
PERWAL 3. Teknik
Penyusunan
TEKNIK FAKTOR Materi
PENYUSUNAN EFEKTIVITAS 4. Penggunaan
Bahasa Per PUU
1. JUDUL
2. PEMBUKAAN
3. BATANG TUBUH
4. PENUTUP
5. LAMPIRAN (JIKA DIPERLUKAN)
JUDUL
WALIKOTA MATARAM
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
…
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MATARAM,
…
Pada jabatan pembentuk Perwal, sering terjadi frase jabatan pembentuk Perwal tidak diakhiri
dengan tanda baca koma (,)
Contoh: WALIKOTA MATARAM
Seharusnya: WALIKOTA MATARAM,
KONSIDERANS - MENIMBANG
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 7
tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang
...;
DASAR HUKUM – MENGINGAT:
Memuat dasar kewenangan pembuatan peraturan
perundang-undangan dan peraturan peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan
peraturan perundang-undangan. Peraturan Walikota
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai - Pasal 18 ayat (6) UUD
dasar hukum hanya peraturan perundang-undangan yang - UU Pembentukan Daerah
tingkatannya lebih tinggi atau sama. - UU Nomor 23 Tahun 2014
Peraturan perundang-undangan yang akan dicabut - pendelegasian
dengan peraturan perundangan yang dibentuk atau belum
resmi berlaku tidak boleh dijadikan dasar hukum.
Apabila lebih dari satu, urutan pencantuman perlu
memperhatikan tata urutan peraturan perundang-
undangan dan jika tingkatannya sama disusun secara
kronologis berdasarkan saat pengundangan atau
penetapannya.
Penggunaan LN,TLN,LD,TLD,BN,TBN,BD
DIKTUM
TERDIRI ATAS:
- MEMUTUSKAN:
- MENETAPKAN; DAN
- JENIS DAN NAMA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
CONTOH
FRASA PENETAPAN ATAU DIKTUM
MEMUTUSKAN:
1. KETENTUAN UMUM
2. MATERI POKOK YANG DIATUR
3. KETENTUAN SANKSI (JIKA
DIPERLUKAN)
4. KETENTUAN PERALIHAN (JIKA
DIPERLUKAN)
5. KETENTUAN PENUTUP
GAMBARAN PENULISAN BATANG TUBUH
BAB I
BAB IV
KETENTUAN UMUM
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 1
(isi pasal)
Pasal …
(isi pasal)
BAB II
(Judul Bab)
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal …
Pasal …
BAB III
(isi pasal)
(Judul Bab)
Bagian Kesatu
(Judul Bagian)
Paragraf 1
(Judul Paragraf)
KETENTUAN UMUM
Ketentuan Umum
a. Ketentuan Umum diletakkan dalam BAB I dan jika dalam peraturan tidak dilakukan
pengelompokan BAB, ketentuan umum diletakkan dalam Pasal 1.
b. Ketentuan umum dapat berisi lebih dari satu pasal.
c. Frasa pembuka berbunyi : Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: …
d. Ketentuan umum memuat:
1) batasan pengertian atau definisi;
2) singkatan atau akronim yang digunakan;
3) hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya antara lain
ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan.
e. batasan pengertian atau definisi yang dimuat dalam ketentuan umum, masing-masing
uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab, diawali dengan huruf kapital, dan
diakhiri dengan tanda baca titik.
f. batasan pengertian atau definisi tidak perlu diberi penjelasan.
MATERI POKOK YANG DIATUR
MATERI POKOK YANG DIATUR MELIPUTI:
Ketentuan Peralihan diperlukan jika materi yang akan diatur dalam peraturan
yang dibuat telah diatur dalam peraturan sebelumnya, dan materi tersebut diatur
lagi dengan ketentuan yang berbeda. Dengan demikian dalam Ketentuan
Peralihan yang diatur adalah bagaimana hubungan hukum atau tindakan hukum
yang belum selesai prosesnya yang semula dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan yang lama, harus diselesaikan berdasarkan peraturan yang baru.
Ketentuan ini perlu agar tidak merugikan pihak-pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan peraturan ,menghindari kekosongan hukum, menjamin
kepastian hukum, dan mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat
sementara.
Perwal pada dasarnya hanya dapat dicabut melalui Perwal yang setingkat.
Jika Perwal baru mengatur kembali suatu materi yang sudah diatur dan sudah
diberlakukan, pencabutan Perwal itu dinyatakan dalam salah satu pasal dalam
ketentuan penutup dari Perwal yang baru, dengan menggunakan rumusan dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pencabutan Perwal yang sudah diundangkan atau diumumkan, tetapi belum mulai
berlaku, dapat dilakukan dengan peraturan tersendiri dengan menggunakan rumusan
ditarik kembali dan dinyatakan tidak berlaku.
PERUBAHAN
Bahasa Per. PUU pada dasarnya tunduk pada kaidah Bahasa Indonesia, ttp
Bahasa Per. PUU mempunyai corak tersendiri yang bercirikan kejernihan atau
kejelasan pengertian, kelugasan, kebakuan, keserasian, dan ketaatan asas
sesuai dengan kebutuhan hukum baik dalam perumusan maupun penulisan.
Ciri-ciri Bahasa Per. PUU antara lain:
a. lugas dan pasti untuk menghindari kesamaan arti atau kerancuan;
b. bercorak hemat;
c. obyektif dan menekan rasa subyektif (tidak emosi dalam mengungkapkan
tujuan dan maksud);
d. membakukan makna kata, ngkapan atau istilah yang digunakan secara
kosisten;
e. memberikan definisi atau batasan pengertian secara cermat;
f. penulisan kata yang bermakna tunggal atau jamak selalu dirumuskan dalam
bentuk tunggal; dan
LANJUTAN …
g. penulisan huruf awal dari kata, frasa atau istilah yang sudah didefinisikan
atau diberikan batasan pengertian, nama jabatan, nama profesi, nama
institusi/lembaga pemeritah/ ketetataanegaraan dan jenis Peraturan
Perundang-undangan dan rancangan Peraturan Perundang-undangan
dalam rumusan norma ditulis dengan huruf kapital’
h. tidak menggunakan kata atau frasa yang artinya tidak menentu atau
konteksnya dalam kalimat tidak jelas.
Misalnya : Istilah minuman keras
i. untuk memperluas pengertian kata atau istilah digunakan kata meliputi dan
untuk mempersempit pengertian kata atau istilah digunakan istilah tidak
meliputi.
j. tidak memberi arti kepada kata atau frasa yang maknanya jauh
menyimpang dari makna yang biasa dignakan.
Misalnya: Pertanian meliputi pula peternakan, perkebunan, dan perikanan.
LANJUTAN …
k. Di dalam Peraturan yang sama tidak menggunakan:
− beberapa istilah yang berbeda untuk menyatakan satu pengertian yang sama;
− satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda;
− tidak menggunakan frasa tanpa mengurangi,dengan tidak mengurangi atau tanpa
menyimpang dari.
− Untuk menghindari perubahan nama kementerian, penyebutan menteri sebaiknya
menggunakan penyebutan yang didasarkan pada urusan pemerintahan dimaksud.
− penyerapan kata, frasa, atau istilah bahasa asing yang sudah banyak digunakan dan
telah disesuaikan ejaanya dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat digunakan jika:
− mempunyai konotasi yang cocok;
− lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam Bahasa Indonesia;
− mempunyai corak internasional;
− lebih mempermudah tercapainya kesepakatan, atau
− lebih mudah dipahami dari pada terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.
contoh: devaluasi (penurunan nilai uang) devisa (alat pembeyaran luar negeri).
LANJUTAN …