Anda di halaman 1dari 2

PELAYANAN KEBIDANAN DI INDONESIA

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup kegiatan


bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat, bidan juga harus memiliki etika yang baik sebagai
pedoman bersikap / bertindak dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan.

Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai – nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif profesi bidan
yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik profesi
bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam
pelaksanaan pelayanan profesional bidan.

Kode etik bidan indonesia pertama kali disusun tahun 1986 dan disahkan dalam kongres
nasional ikatan bidan indonesia (ibi) x tahun 1988, dan petunjuk pelaksanaannya disyahkan
dalam rapat kerja nasional (rakernas) ibi tahun 1991.

Kode etik bidan indonesia terdiri atas 7 (tujuh) bab, yang dibedakan atas tujuh bagian :

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)


2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)

7. Penutup (1 butir)

Dalam artikel ini, saya akan mengangkat terkait etik profesi bidan dalam hal melaksanakan
tugasnya dalam melayani masyarakat, dimana era milenial ini masyarakat kebanyakan menggunakan
fasilitas asuransi kesehatan negara yang kita kenal dengan bpjs. Dalam hal ini saya setuju dengan
bidan yang dapat meayani pasien dengan sepenuh hati terhadap semua jenis pasien, baik yang
menggunakan bpjs ataupun yang menggunakan biaya pribadi. Jika seperti ini berarti bidan tersebut
mematuhi kode etik profesinya.

Di lain sisi, saya tidak setuju dengan bidan yang membeda-bedakan pelayanan berdasarkan
status pasien terutama dalam hal penggunaan bpjs atau tidak. Karena maish banyak cerita ataupun
pengalaman pasien yang mengatakan ada beberapa bidan yang lebih memilih melayani pasien yang
menggunakan biaya umum atau pribadi dibandingkan dengan pasien yang menggunakan bpjs. Kalau
hal ini terjadi menurut saya bidan tersebut tidak mematuhi kode etik profesinya dan juga tindak
menghormati hak-hak pasien, dimana seharusnya setiap pasien mendapatkan pelayanna yang sama
baik menggunakan bpjs ataupun biaya umum (pribadi).

Saya berharap kedepannya profesi bidan tidak ada yang melnggar kode etik seperti kasus-
kasus di atas.

Anda mungkin juga menyukai