MODUL PERKULIAHAN
Struktur Beton 2
Detail Tulangan
15
Teknik Perencanaan Teknik Sipil W111700023 Ivan Jansen S., ST, MT
dan Desain
Abstract Kompetensi
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mengerti konsep dari
pemahaman dasar mengenai sifat dan detailing pada penulangan kolom kolom
juga mekanika dari material baja. di wilayah gempa.
Detail Tulangan
Batasan Rasio Penulangan
Untuk penampang persegi-panjang, ρ :
1. Batas atas ρ
ρ ≤ 0.75ρbal SNI 03-2847-2013 pasal 12.3.3
Kondisi ini akan memastikan tulangan leleh pada kondisi ultimit; ε s ≅ (1.8 sampai 2.0)
εs pada saat runtuh
Rasio tulangan ρ = ( 0.4 hingga 0.5 ) ρbal adalah yang ideal agar terdapat ruang yang
cukup untuk penempatan tulangan dan dapat membatasi retak dan lendutan yang terjadi.
Batas bawah diperlukan agar tulangan yang digunakan tidak terlalu sedikit. Konsekuensi:
a. luas tulangan As yang terlalu kecil ( Mn < Mcr ) b.
b. εs besar (lendutan yang terjadi besar)
c. ketika beton retak (Ms > Mcr ), balok akan segera runtuh karena Mn < Mcr
Persyaratan Tambahan untuk Batas Bawah ρ
Jika As (terpasang) ≥ 4/3 As (yang diperlukan) berdasarkan hasil analisis, maka As minimum
tidak diperlukan. Jadi
Tulangan Longitudinal
Perhitungan rasio tulangan longitudinal kolom adalah:
Berdasarkan SNI pasal 10.9.1 mensyaratkan 0,01 ≤ ρ g ≤ 0,08. SNI Beton Pasal 10.9.2
menyatakan bahwa jumlah tulangan minimum yang dipasang dikolom:
• Minimal 6 tulangan pada kolom berspiral
• Minimal 4 tulangan pada kolom dengan sengkang pesegi atau sengkang cincin
• Minimal 3 tulangan pada kolom denga sengkang ikat segitiga
Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan adalah salah satu bentuk penyambungan tulangan baja pada elemen-
elemen struktur beton. Ada dua jenis sambungan lewatan, yaitu sambungan lewatan tarik dan
sambungan lewatan tekan.
SNI 03-2847-2002 membedakan dua jenis kelas sambungan lewatan tarik, yaitu:
– Sambungan lewatan tarik kelas A = 1,0 ld ( 300 mm).
– Sambungan lewatan tarik kelas B = 1,3 ld ( 300 mm).
Tabel berikut memberikan uraian mengenai pengelompokkan sambungan lewatan tarik
tersebut.
Persentase As yang
Panjang
As(terpasang)/ disambung di dalam Kelas
Sambungan Catatan
As(perlu) daerah panjang Sambungan
Lewatan
lewatan perlu
≤ 50 Kelas A ld Ideal
≥2
> 50 Kelas B 1,3 ld Ok
≤ 50 Kelas B 1,3 ld Ok
<2
> 50 Kelas B 1,3 ld Hindari
Pada sambungan lewatan tekan, sebagian gaya ditransfer melalui tumpuan ujung tulangan
pada beton. Hal ini menyebabkan lebih pendeknya panjang sambungan lewatan yang
dibutuhkan untuk penyambungan tulangan tekan dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk
penyambungan tulangan tarik. SNI Beton 2013 Pasal 14.16 menguraikan ketentuan mengenai
sambungan lewatan untuk tulangan tekan. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
Untuk fc’ < 20MPa, panjang lewatan perlu harus dikalikan dengan 4/3 sesuai SNI
Beton14.16.1.
Lekatan antara beton dan baja merupakan salah satu mekanisme dasar pada struktur beton
bertulang. Melalui mekanisme lekatan inilah beton dan tulangan bekerja bersama membentuk
suatu aksi komposit dalam memikul beban. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
lekatan beton dan tulangan. Salah satunya adalah nilai kuat tekan beton. Beberapa peraturan
beton yang ada dewasa ini secara implisit mengasumsikan bahwa kekuatan lekatan beton dan
tulangan berbanding lurus dengan nilai akar kuat tekan betonnya
f c ' atau dengan kata lain
berbanding lurus dengan nilai kuat tarik beton. Seperti diketahui dari berbagai penelitian yang
telah dilakukan, nilai kuat tarik beton pada dasarnya adalah berbanding lurus dengan fc ' .
Secara umum mekanisme yang membentuk lekatan antara beton dan baja tulangan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adhesi
Adhesi merupakan ikatan kimiawi yang terbentuk pada seluruh bidang kontak antara
beton dan tulangan akibat adanya proses reaksi hidrasi antara air dan semen.
b. Friksi
Mekanisme ini terbentuk karena adanya permukaan yang tidak beraturan pada bidang
kontak antara beton dan tulangan.
c. "Interlocking"
Mekanisme ini terbentuk karena adanya interaksi antara ulir tulangan (rib) dengan
matriks beton yang ada disekitarnya. Mekanisme ini sangat bergantung pada kekuatan
material beton, geometri tulangan dan diameter tulangan.
Pada tulangan polos, lekatan antara baja tulangan dan beton dibentuk oleh adanya adhesi dan
friksi saja. Pada suatu kondisi pembebanan dimana baja tulangan mencapai tegangan
lelehnya kontribusi adhesi dan friksi pada perilaku lekatan beton dapat hilang secara cepat,
yang mana hal ini dapat disebabkan karena adanya pengecilan diameter tulangan akibat
pengaruh Poisson’s ratio tulangan baja. Berdasarkan alasan inilah maka penggunaan tulangan
polos sebagai tulangan pokok pada struktur beton bertulang umumnya tidak dianjurkan.
Pada tulangan ulir, lekatan antara baja tulangan dan beton dibentuk oleh adhesi, friksi dan
interlocking. Kontribusi terbesar dalam pembentukan lekatan antara beton dan tulangan jenis
ini didominasi oleh interlocking antara matriks beton dan ulir baja tulangan.
Gambar 1. Mekanisme Interlocking (Collins dan Mitchell, 1994).
Berdasarkan mekanisme interlocking ini, pemindahan gaya dari baja tulangan ke beton
dilakukan melalui ulir tulangan. Pemindahan gaya tersebut akan menimbulkan tegangan tekan
pada beton di depan masing-masing ulir tulangan. Tegangan tekan beton ini bekerja tegak
lurus terhadap bidang miring ulir tulangan (Gambar 1.(a) dan 1.(b)); mekanisme lekatan seperti
ini disebut mekanisme interlocking. Tegangan tekan tersebut mempunyai dua komponen
tegangan yaitu komponen tegangan longitudinal (sejajar sumbu tulangan) yang merupakan
tegangan lekat efektif dan komponen tegangan radial (Gambar 1(b)).
Akibat desakan tegangan radial ini beton di sekitar baja tulangan akan mengalami tegangan
tarik (Gambar 1(c)). Jika tegangan tarik tersebut melampaui kapasitas tarik beton, maka akan
terjadi retak radial pada beton yang selanjutnya dapat menyebabkan keruntuhan splitting pada
beton.
Keruntuhan splitting umumnya terjadi karena selimut beton kurang tebal untuk dapat
mengakomodasi tegangan tarik yang terjadi. Adanya retak radial maupun splitting ini tentu
akan menurunkan kapasitas interlocking dalam menahan gaya tarik baja tulangan yang berarti
juga menurunnya lekatan antara beton dan baja tulangan. Terjadinya splitting failure ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tebal selimut beton, jarak antar tulangan, besarnya
tegangan tarik beton dan besarnya tegangan lekat rata-rata.
Panjang Penyaluran Tulangan Baja
Panjang penyaluran ld, adalah panjang penanaman terpendek dimana tulangan baja dapat
mengembangkan tegangannya dari nol sampai leleh, fy, tanpa mengalami cabut pada saat
tulangan baja mengalami gaya tarik. Jika panjang penanaman tulangan baja kurang dari
“panjang penyaluran”, maka pada saat ditarik tulangan baja akan tercabut sebelum baja
mencapai tegangan lelehnya. Panjang penyaluran untuk kondisi tarik berbeda dengan panjang
penyaluran untuk kondisi tekan.
Panjang penyaluran ld ditentukan oleh beberapa faktor; diantaranya kekuatan lekatan antara
beton dan tulangan baja. Jika tegangan lekat bekerja merata pada seluruh bagian batang yang
tertanam, maka total gaya angker (yaitu panjang bagian yang tertanam dikalikan keliling
batang dan kekuatan lekatan) = gaya maksimum yang dapat dipikul oleh tulangan baja pada
saat leleh (Gambar 9.2).
Sehingga:
1 2
d d b u Py d b f y
4
1 fy
ld db
4 u
Nilai kekuatan lekatan, u , dalam persamaan di atas bergantung pada:
a) diameter batang tulangan yang diangkurkan,
b) kualitas beton,
c) posisi tulangan.
SNI 03-2847-2013 memberikan nilai-nilai untuk panjang penyaluran dasar ldb, baik untuk
tulangan tarik maupun tekan.
SNI 03-2847-2013 Pasal 14.2 memberikan persamaan panjang penyaluran untuk tulangan
tarik, yaitu:
ld 9 f y
d b 10 f c ` c K tr
db
Atr f yt
Ktr = faktor tulangan sengkang dimana K tr
10 sn
dimana Atr = luas penampang total dari semua tulangan transversal yang berada
dalam rentang daerah berspasi s dan yang memotong bidang belah
potensial melalui tulangan yang disalurkan, mm2
fyt = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan transversal, MPa
s = spasi maksimum sumbu-ke-sumbu tulangan transversal yang dipasang
di sepanjang ld, mm
n = jumlah batang atau kawat yang disalurkan di sepanjang bidang belah
C K tr
Pada persamaan di atas, nilai tidak boleh diambil lebih besar dari 2,5.
db
Persamaan di atas dapat disederhanakan dengan mengambil nilai batas bawah untuk
parameter C dan Ktr yang umum. (Lihat Tabel 9.1 di bawah ini)
Parameter Utama yang Digunakan pada Persamaan Panjang Penyaluran
Nilai-nilai parameter pada persamaan-persamaan didalam tabel dapat diambil sebagai berikut:
= faktor pelapis
= 1,5 untuk tulangan yang diberi pelapis epoksi dengan selimut beton 3db
atau spasi bersih antar tulangan 6 db
= 1,2 untuk tulangan yang diberi pelapis epoksi lainnya.
= 1,0 untuk tulang tanpa pelapis
Nilai * tidak perlu diambil lebih besar daripada 1,7.
f 'c
= 1
1,8 f ct
= 1,0 untuk beton normal
Catatan:
– Panjang penyaluran bundel tulangan yang terdiri atas tiga batang tulangan harus
diambil sebesar 1,2 kali panjang penyaluran batang tunggal ekivalen, dimana batang
tunggal ekivalen ditentukan sebagai batang yang mempunyai diameter ekivalen db
sedemikian rupa sehingga luas penampangnya sama dengan luas penampang bundel
tulangan.
– Panjang penyaluran bundel tulangan yang terdiri atas empat batang tulangan harus
diambil sebesar 1,33 kali panjang penyaluran batang tunggal ekivalen.
– Berkaitan dengan kekuatan, panjang penyaluran tulangan baja boleh direduksi dengan
As perlu
faktor . Namun ld harus tetap lebih besar daripada 300 mm. Reduksi ini
As terpasang
Panjang Penyaluran untuk Tulangan Tekan
Panjang penyaluran dasar untuk tulangan tekan adalah lebih kecil daripada panjang
penyaluran dasar untuk tulangan tarik. Persamaan yang digunakan untuk menghitung panjang
penyaluran dasar untuk tulangan tekan adalah:
fy
l db d b 0.04 d b f y
4 f' c
200 mm
Kait tulangan digunakan sebagai angkur tambahan pada kondisi dimana panjang daerah
angkur yang tersedia pada elemen struktur tidak mencukupi kebutuhan panjang penyaluran
tulangan lurus. Gambar 9.3 di bawah ini memperlihatkan kait standar yang umum digunakan
pada struktur beton, yaitu kait 90o dan kait 180o.
ldh ldh
D db
12 db D
4 db
db atau minimum 60 mm
Berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 14.5, panjang penyaluran dasar lhb untuk suatu batang
kait dengan fy = 400 MPa harus diambil sebesar:
100 d b
l hb
'
fc
Panjang penyaluran dasar lhb harus dikalikan dengan faktor-faktor yang sesuai seperti yang
tersebut di bawah ini untuk mendapatkan panjang penyaluran batang kait (ldh), yaitu:
ldh = lhb × f
dimana f:
Untuk alasan ekonomi, tulangan lentur dapat diputus di lokasi dimana dia tidak dibutuhkan lagi.
1. Tulangan dapat diputus di lokasi dimana tulangan tersebut tidak dibutuhkan lagi untuk
menahan gaya tarik atau di lokasi dimana sisa tulangan yang ada masih cukup untuk
memikul beban yang ada.
Lokasi pemutusan tersebut merupakan fungsi dari besarnya gaya tarik lentur yang
dihasilkan momen lentur dan dari pengaruh geser pada gaya tarik tersebut.
4. Persyaratan konstruksi.
5. Ketidakpastian beban.
1. Tulangan harus diperpanjang sejauh nilai terbesar dari d atau 12db melewati titik
dimana tulangan tersebut tidak diperlukan lagi kecuali pada tumpuan sederhana atau
pada ujung bebas kantilever (SNI Beton Pasal 14.10.3)
2. Tulangan yang diteruskan harus diperpanjang min ld dari titik tegangan maksimum
tulangan atau titik dimana tulangan lentur yang disebelahnya tidak diperlukan lagi (SNI
14.10.4 dan 14.12.2).
Pada Gambar 9.4 diberikan contoh perhitungan lokasi pemutusan tulangan lentur dengan
hanya memperhitungkan pengaruh lentur saja (dan mengabaikan pengaruh geser).
Gambar 3. Contoh Lokasi Pemutusan Tulangan.
c
x
Muka tumpuan
Kuat momen baja
tulangan a
embed v. (also
≥ ld
imbed) (‐dd‐) (esp.
≥ (d atau 12 db) as embedded adj.)
fix firmly in a
≥ ld Baja tulangan b
P.I x c
c
Daftar Pustaka
1. SNI 2847-2013 “ Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung “.
2. Imran, I dan Zulkifli, E. (2014). Perencanaan Dasar Struktur Beton Bertulang. Penerbit
ITB
3. Imran, I dan Hendrik, F. (2014). Perencanaan Lanjut Struktur Beton Bertulang. Penerbit
ITB