Bedah Tonsilektomi
Bedah Tonsilektomi
Tonsil terdiri atas jaringan limfatik dan terletak pada kedua sisi orofaring.
Keduanya sering menjadi tempat terjangkitnya infeksi akut. Tonsilitis merupakan
suatu kondisi respons peradangan lokal dari tonsil sebagai manifestasi dari infeksi
kuman yang menginvasi tonsil. Tonsilitis merupakan suatu kondisi yang sering
terjadi pada anak-anak dan merupakan infeksi tersering pada daerah faring.
Tonsilitis sering bersifat rekuren (berulang kali kambuh) dan kondisi ini
merupakan indikasi untuk dilakukan intervensi bedah tonsilektomi.
INDIKASI TONSILEKTOMI
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis keperawatan yang lazim pada pasien prabedah adalah sebagai berikut.
Evaluasi Praoperatif
Efek dari anestesi umum akan memberikan respons depresi atau iritabilitas
kardiovaskular, depresi pernapasan, dan kerusakan hati serta ginjal. Penurunan
suhu tubuh akibat suhu di ruang operasi yang rendah, infus dengan cairan yang
dingin, inhalasi gas-gas yang dingin, luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang
menurun, usia yang lanjut, obat-obatan yang digunakan (vasodilator dan anestetik
umum) menimbulkan penurunan laju metabolik. Efek anestesi akan
mempengaruhi mekanisme regulasi sirkulasi normal, sehingga mempunyai resiko
terjadinya penurunan kemampuan jantung dalam melakukan stroke volume efektif
yang berimplikasi penurunan curah jantung. Efek intervensi bedah dengan adanya
cedera vaskular dan banyaknya jumlah volume darah yang keluar dari vaskular
memberikan dampak terjadinya penurunan perfusi perifer, perubahan elektrolit
dan metabolisme, karena terjadi mekanisme kompensasi pengaliran suplai hanya
untuk organ vital.
Prosedur Intraoperatif
Tonsilektomi
Anestesi
umum
Risiko cedera Port de entree
peregangan pleksus Bahaya kimiawi, Prosedur bedah
brakialis, tekanan listrik dan fisik,
berlebihan pada risiko benda
tonjolan-tonjolan asing yang
Anatomis faring posterior dan tulang yang berada di tertinggal
laring anak kecil lebih kecil, bawah (bokong, Risiko infeksi
lebih sefalik dan lebih ke skapula, kalkaneus),
anterior. Hipotermia dapat tekanan pada vena
terjadi lebih cepat pada anak femoralis atau
karena luas permukaan tubuh abdomen, cedera otot
anak secara anatomik lebih tungkai.
besar, massa menurun, dan Penurunan fungsi
kurangnya lemak subkutan
fisiologis secara
sebagai penyekat panas. umum sekunder
Risiko efek samping obat Risiko cedera efek enestesi
anestesi, termasuk umum.
diantaranya depresi atau
iritabilitas kardiovaskuler,
depresi pernpasan, dan
kerusakan hati serta ginjal.
Prosedur bedah listrik,
risiko tertinggalnya alat,
kasa, dan instrumen.
Pengkajian
Diagnosis Keperawatan
Rencana Intervensi
Rencana yang disusun dan akan dilaksanakan pada baik pada risiko cedera
maupun risiko infeksi adalah sebagai berikut.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang identitas pasien. Perawat ruang operasi memeriksa
kembali identitas dan kardeks pasien.
Lihat kembali lembar persetujuan
tindakan, riwayat kesehatan, hasil
pemeriksaan fisik, berat badan anak dan
berbagai hasil pemeriksaan diagnostik.
Pastikan bahwa alat protese dan barang
berharga telah dilepas dan periksa
kembali rencana perawatan praoperatif
yang berkaitan dengan rencana
perawatan intraoperatif.
Siapkan sarana scrub. Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik
cuci tangan pada tempatnya, gaun
(terdiri dari gaun kedap air dan baju
bedah steril), duk penutup, dan duk
berlubang dalam kondisi lengkap dan
siap pakai.
Lakukan persiapan meja bedah dan Meja bedah pada pembedahan
sarana pendukung. tonsilektomi sama seperti meja bedah
lainnya. Sarana pendukung seperti
penahan bahu dan punggung disiapkan
pada saat pengaturan posisi, dan
disesuaikan dengan besar anak.
Siapkan instrumen yang akan Manajemen instrumen dilakukan
digunakan dalam bedah tonsilektomi. perawat instrumen sebelum
pembedahan. Perawat instrumen
bertanggung jawab terhadap
kelengkapan instrumen bedah spina dan
sebagai antisipasi diperlukan instrumen
cadangan dalam suatu tromol steril
yang akan memudahkan pengambilan
apabila diperlukan tambahan alat
instrumen.
Gambar 2. Pada saat perawat anestesi melakukan persiapan anestesi, perawat
instrumen melakukan persiapan instrumentasi dengan menata letak instrumentasi
dengan urutan yang sesuai.
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti alat
pembedahan. penghisap (suction) lengkap dan spons
dalam kondisi siap pakai.
Siapkan alat hemostasis dan alat Alat hemostasis merupakan fondasi dari
cadangan dalam kondisi siap pakai. tindakan operasi untuk mencegah
terjadinya perdarahan serius akibat
kerusakan pembuluh darah arteri.
Perawat memeriksa kemampuan alat
tersebut siap pakai untuk menghindari
cedera akibat perdarahan intraoperasi.
Siapkan obat-obatan untuk pemberian Obat-obat anestesi yang dipersiapkan
anestesi umum. meliputi obat pelemas otot dan obat
anestesi umum.
Siapkan alat-alat intubasi endotrakeal. Intubasi endotrakeal digunakan untuk
menjaga kepatenan jalan napas
intraoperasi. Penata anestesi memeriksa
kondisi lampu pada laringoskop.
Kondisi selang endotrakeal harus
berfungsi optimal sebelum pemasangan
dilakukan.
Siapkan obat dan peralatan emergensi. Selain pemantau, peralatan darurat
dasar, obat-obatan, dan protokol
pengobatan juga harus tersedia. Juga
harus ada defibrilator yang berfungsi
baik. Peralatan jalan napas juga
diperlukan termasuk laringoskop,
selang endrotakeal, dan jalan napas oral
dan nasal faringeal. Selain itu, masker
dan kantong resusitasi self-inflating
(ambu type) adalah alat yang penting
dan harus mudah diakses.
Lakukan pemberian oksigen sungkup. Sungkup atau masker yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi anak.
pemberian oksigen dilakukan untuk
mencegah hipoksemia.
Lakukan pemberian induksi anestesi Pemberian anestesi intravena biasanya
secara intravena. dilakukan oleh penata anestesi dengan
sepengetahuan ahli anestesi. Pemberian
induksi dilakukan sebagai suatu obat
intravena pertama dengan tujuan untuk
menghambat saraf dan menyebabkan
paralisis sementara pada pita suara dan
otot pernapasan selama selang
endotrakeal terpasang.
Bantu ahli anestesi dalam pemasangan Penata anestesi akan membantu
selang endotrakeal. melakukan penekanan tulang rawan
krikoid dan menahan konektor saat
perasat intubasi endotrakeal dilakukan
oleh ahli anestesi.
Atur posisi endortrakeal dengan fiksasi Untuk menjaga kepatenan jalan napas
yang optimal. selama pengaturan posisi dan saat
intraoperasi.
Lakukan pengaturan posisi bedah Teknik modifikasi telentang pada bedah
telentang dengan modifikasi. tonsilektomi biasanya dipimpin
langsung oleh ahli anestesi. Perawat
anestesi membantu menempatkan
selimut lembut pada bagian belakang
tubuh dan punggung serta memonitor
kondisi hemodinamik dengan
memberitahu ahli anestesi apabila
terjadi perubahan pada layar monitor.
Kaji kondisi organ pada area yang Tempat yang rentan mengalami cedera
rentan mengalami cedera posisi bedah. pada posisi telentang adalah belakang
kepala dan belakang bokong.
Bandingkan status neurovaskular Mendeteksi kapan terjadinya penyebab
sebelum dan setelah operasi. cedera.
Lakukan manajemen asepsis - Manajemen asepsis dilakukan
intraoperasi. untuk menghindari kontak
dengan zona steril meliputi
pemakaian baju bedah,
pemakaian sarung tangan steril,
persiapan kulit, pemasangan
duk, penyerahan alat yang
diperlukan perawat instrumen
dengan perawat sirkulasi.
- Manajemen asepsis intraoperasi
merupakan tanggung jawab
perawat instrumen dengan
mempertahankan integritas
lapangan steril selama
pembedahan dan bertanggung
jawab untuk mengomunikasikan
kepada tim bedah setiap
pelanggaran teknik aseptik atau
kontaminasi yang terjadi selama
pembedahan.
Gambar 3. Setelah desinfeksi, perawat memasang duk untuk membuat
area bedah pada bagian mulut.
Letakkan alat insisi dan kasa pada sisi Peletakan alat insisi pada tempatnya
area badan. akan memudahkan ahli bedah dalam
melakukan insisi. Beberapa kasa
diperlukan dalam melakukan
penghentian perdarahan sementara.
Lakukan peran perawat sirkulasi dalam Perawat sirkulasi memfokuskan
mendukung pembedahan. aktivitas manajemen kamar operasi
agar kelancaran pembedahan dapat
dilaksanakan secara optimal sejak
pengaturan posisi bedah sampai dokter
bedah selesai melakukan penutupan
luka bedah.
Bantu ahli bedah dalam memasang oral Oral refraktor digunakan agar pajanan
refraktor. bedah dapat lebih optimal. Ahli bedah
akan memasang refraktor dan perawat
asisten akan membantu menarik agar
lebih mudah dalam membuka mulut.
Gambar 4. Pada saat ahli bedah melakukan pemasangan oral refraktor
yang disesuaikan dengan ukuran mulut, peran perawat asisten pertama
sangat penting untuk menurunkan risiko cedera sekunder prosedur invasif
bedah.
Bantu ahli bedah pada saat melakukan Asisten pertama berperan membantu
intervensi tonsilektomi. menyerap darah yang keluar dengan
suction. Perawat sirkulasi membantu
ahli bedah dalam mengenakan
headlamp untuk mempermudah akses
pajanan bedah.
Gambar 5. Pada saat ahli bedah melakukan intervensi tonsilektomi, peran perawat
asisten pertama sangat penting untuk menurunkan risiko cedera sekunder prosedur
invasif bedah dengan menyerap darah yang keluar dengan alat suction.
Optimalisasi peran perawat instrumen Dalam pembedahan tonsilektomi,
dan perawat asisten bedah. diperlukan minimal dua perawat scrub
untuk membantu ahli bedah.
Manajemen pengaturan meja instrumen
sangat penting untuk menjamin
efisiensi dan efektivitas dalam
melakukan intervensi intraoperatif.
Lakukan pembersihan area mulut Pembersihan pascabedah pada area
pascabedah tonsilektomi. mulut dan bibir dapat membantu
perawat untuk melihat kondisi
keadekuatan sirkulasi sistemik.
Gambar 6. Kiri: perawat membersihkan area pascabedah tonsilektomi pada mulut
dan bibir. Kanan: jaringan tonsil pascabedah tonsilektomi akan dimanajemen oleh
perawat sirkulasi untuk dilakukan prosedur dan pengawetan sampel.
Ikuti ptotokol institusi untuk Pengiriman sampel pascabedah
pengawetan dan pengiriman spesimen. tonsilektomi dilakukan sebagai bahan
penegak diagnosis. Perawat perioperatif
menyeka permukaan luar semua wadah
spesimen yang berasal dari lapangan
steril dengan desinfektan.
Lakukan penghitungan jumlah kasa dan Penghitungan yang tepat akan
instrumen yang telah digunakan. mencegah tertinggalnya kasa pada area
bedah sehingga menurunkan risiko
cedera pada pasien.
Lakukan pencatatan atau dokumentasi Pencatatan dokumentasi intraoperasi
keperawatan intraoperasi. tentang proses yang terjadi selama
pembedahan dilakukan oleh perawat
sirkulasi.
PROSES KEPERAWATAN PASCAOPERATIF TONSILEKTOMI.
Jika tidak terjadi perdarahan lebih lanjut, beri pasien air dan es. Pasien
diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan batuk karena hal ini akan
menyebabkan nyeri tenggorok.
Referensi:
PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : – kelemahan
– kelelahan (fatigue)
2. Sirkulasi
Tanda : – Takikardia
– Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
3. Integritas Ego
Gejala : – Stress
– Perasaan tidak berdaya
4. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih
Tanda : Warna urine mungkin pekat
5. Makanan / cairan
Gejala : – Anoreksia
– Masalah menelan
– Penurunan menelan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre Operasi.
1) Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
5) Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman.
b. Post Operasi.
1) Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3) Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.
INTERVENSI
Pre Operasi
a. Reflek makan
b. Tidak tersedak saat makan
c. Tidak batuk saat menelan
d. Usaha menelan secara normal
e. Menelan dengan nyaman
Skala :
1) Sangat bermasalah
2) Cukup bermasalah
3) Masalah sedang
4) Sedikit bermasalah
5) Tidak ada masalah
Intervensi :
Skala :
1) Ekstream.
2) Berat.
3) Sedang.
4) Ringan.
5) Tidak Ada.
Intervensi :
Skala :
NOC : Termoregulasi
Kriteria hasil :
1) Ekstrem
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
Kriteria hasil :
a. Ansietas berkurang
b. Monitor intensitas kecemasan
c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn
d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Skala :
Post Operasi
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri.
c. Lamanya nyeri
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
Skala :
Intervensi :
Kriteria hasil:
Keterangan Skala :
Keterangan :
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
Evaluasi
a. Reflek makan 4
b. Tidak tersedak saat makan 4
c. Tidak batuk saat menelan 4
d. Usaha menelan secara normal 4
e. Menelan dengan nyaman 4
a. Melaporkan nyeri 4
b. Frekuensi nyeri. 4
c. Lamanya nyeri 4
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri 4