Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

W311700013-
Pengambilan Keputusan
Manajemen

Pengambilan Keputusan
Dengan Tujuan Jamak

Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS)

Mata kuliah ini membahas Diharapan Mahasiswa mampu


tentang Pengambilan memahami tentang pengambilan
Keputusan dengan tujuan keputusan dengan tujuan jamak
jamak.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

08
Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM
Ekonomi dan Bisnis Manajemen
Tujuan Mata Kuliah
Mata kuliah ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar memiliki
wawasan yang luas dan mampu menjelaskan pengambilan keputusan dengan tujuan jamak
dalam pengambilan keputusan manajerial. Pengetahuan ini dapat membantu mahasiswa
dalam menyelesaikan masalah-masalah baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
dunia pekerjaan dan bisnis.

Materi Kuliah
Pengambil keputusan walaupun dihadapkan oleh berbagai situasi hanya memiliki satu
tujuan yang rasional, apakah memaksimalkan keuntungan (profit maximization) atau
kepuasan. Namun demikian, situasi keputusan dengan tujuan tunggal dalam banyak kasus
bukanlah situasi yang bisa dipertahankan. Pengambil keputusan selalu memiliki banyak
tujuan dalam setiap situasi. Makan direstoran yang ternama yang mahal, bukan semata-
mata memuaskan tujuan menghilangkan rasa lapar, namun juga memuaskan kebutuhan
untuk bersosialisasi, kebutuhan memperoleh prestise, dan sebagainya. Bekerja, bukan
hanya memenuhi tujuan mencari nafkah, namun juga kebutuhan untuk dihargai dan
kebutuhan bersosialisasi.

Dalam pengambilan keputusan bertujuan tunggal, pengambil keputusan memfokuskan


dirinya pada satu tujuan dan berusaha memaksimalkan nilai hasil keputusannya. Akan
tetapi, dalam pengambilan keputusan dengan tujuan jamak, pengambil keputusan
dihadapkan pada berbagai tujuan keputusan yang sering kali bersifat antagonis satu sama
lain.

Keputusan membeli rumah bukan cuma didasarkan pada harga dan angsuran yang lebih
murah, tetapi juga melibatkan lokasi, desain, akses transportasi, dan keamanan
lingkungan-dalam pertimbangan (pengambil keputusan).

Keputusan memilih kontraktror atau pemborong untuk merenovasi gedung kantor, selain
mempertimbangkan harga penawaran, juga mempertimbangkan kualiitas pekerjaan,
reputasi, lamanya pengerjaan, kerapian, dan kesediaan modal kerja, dimana semuanya
merupakan hal yang penting.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
2 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Seandainya keseluruhan faktor yang dipertimbangkan tersebut koheren satu sama lain,
keputusan yang diambil tidaklah akan sulit jika berbagi faktor yang dipetimbangkan itu
bertabrakan satu sama lain.

Apabila menghendaki perumahan yang dekat dari sisi lokasi, tentu saja, harganya akan
sangat mahal. Sebaliknya, jika menginginkan rumah berharga murah, lokasinya akan
semakin jauh dari pusat kota. Akibatnya, bila harus memilih perumahan M yang lokasinya
dekat kota, namun harganya mahal, atau perumahan N di pinggir kota dengan akses
trasnportasi yang terbatas, namun harganya lebih murah, pengambil keputusan akan
mengalami kesulitan dalam menentukan sikap, persoalan pengambilan keputusan dengan
tujuan jamak (multiple attribute decision making) menjadi mudah apabila pengambil
keputusan mampu untuk membuat rangking kepentingan dari berbagai attribute yang
relevan, dan menyatukannya secara integral.

Yoon dan Hwang (1982) merumuskan pengambilan keputusan dengan atribut jamak
sebagai pemilihan berbagai alternative yang disifati dengan adanya berbagai atribut.

Hwang dan Masud (1979) memasukkan tujuan jamak ke dalam persyaratan pengambilan
keputusan semacam itu. Menurut Yoon dan Hwang persoalan yang dihadapi adalah dalam
hal sulitnya mengompromikan berbagai atribut yang digunakan karena dampak perbedaan
ukuran satuan (measurement unit) dari berbagai atribut yang digunaka.

Dalam contoh perumahan yang dijabarkan diatas, satuan ukuran harga rumah adalah
rupiah, sedangkan jarak dari pusat kota di ukur dalam kilometer. Keamanan tidak memiliki
satuan ukuran yang disepakati.

Hal lain yang secara intuitif bisa langsung dirasakan sebagai kesukaran dalam pengambilan
keputusan semacam ini adalah kesulitan yang ada dalam menentukan berbagai atribut
yang relevan untuk digunakan saat memilih berbagai alternative yang tersedia. Menentukan
atribut yang penting dalam mempertimbangkan lokasi pembangunan sebuah pabrik,
mungkin lebih mudah daripada menentukan atribut yang penting dalam memilih lokasi
pembangkit listrik tenaga nuklir.

Keeney dan Raifla (1976) mengusulkan penggunaan survey atau diskusi panel sebagai
jalan keluar. Mencari dalam berbagai referensi yang mencakup persoalan sejenis dan
mengumpulkan sejumlah pakar/ahli (expert) dalam forum FGD (focus group discussion)
secara alamiah juga merupakan jalan keluar yang bisa diterima.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
3 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Super Goal

Pardee (1969) mengusulkan super goal (sasaran super) sebagai atribut acuan dalam
masalah pengambilan keputusan dengan tujuan jamak. Super goal merupakan atribut yang
normative, bersifat lengkap, dan ekhaustik (menyeluruh), super goal disyaratkan bersifat
mutually exclusive, dapat diterjemahkan secara koheren dan logis ke dalam atrribut-atribut
yang lebih rendah tanpa terjadi konflik, serta maksimum berjumlah tujuh hal/item (Miller,
1956). Penyebab pembatasan super goal ke dalam tujuh Item adalah karena dalam
pengambilan keputusan beratribut jamak, pengambil keputusan harus menentukan
prioritas di antara item-item atribut melalui cara pembandingan berpasangan. Manusia
dalam melakukan pembangdingan hanya sanggup bersikap konsisten dalam
membandingkan sesuatu apabila jumlah yang dibandingkan tidak melebihi dari tujuh item.

Pembambandingan Atribut

Ranking atribut

Pembandingan atribut dilakukan dalam rangka memberikan bobot (weight) diantara atribut-
atribut yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara natural, apabila tidak
terdapat preferensi di antara atribut, bobot setiap atribut adalah l/n di mana n merupakan
jumlah atribut. Namun , dalam sebuah situasi pengambilan keputusan, manajer sering kali
memiliki kepentingan yang berbeda relative terhadap atribut-atribut yang digunakan. Dalam
persoalan lokasi pendirian pabrik, mungkin manajer memandang bahwa “public
acceptance” (penerimaan masyarakat) adalah prioritas utama, sedangkan sementara
manajer lain memandang bahwa “economic impact” adalah hal yang harus
dipertimbangkan pertama kali.

Ranking atribut merupakan metode paling sederhana dalam menentukan prioritas antar
atribut. Metode ini dimulai dengan membandingkan preferensi dua atribut, misalnya X1>X2,
X3>X2, X3>X1. Symbol p diperuntukkan bagi semua Xi>Xj. Sementara itu, symbol X bagi
yang selain dari itu. Yoon dan Hwang (1995) menyarankan ΣC untuk menyatakan frekuensi
bagi setiap atribut yang dinyatakan lebih disukai dibanding lainnya.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
4 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Ranking di antara atribut kemudian dapat diurutkan berdasarkan ΣC sebagaimana dapat
diikuti dalam tabel berikut:

X1 X2 X3 X4 X5 ΣC Ranking

X1 - p p p p 4 1

X2 X - x p x 1 4

X3 X p - p x 2 3

X4 X X x - x 0 5

X5 x p p p - 3 2

Pembobotan Atribut

Seaver dan Edward (1981) menyarankan ranking atas atribut bisa dibuat secara subjektif,
namun yang terpenting adalah bagaimana memberikan bobot (weighting) pada atribut-
atribut tersebut. Ada dua pendekatan yang mereka sarankan. Pertama adalah metode
kebalikan rank (rank reciprocal method) dan yang kedua adalah bobot penjumlahan rank
(rank sum weight method)

Dalam metode kebalikan rank, formula yang digunakan adalah :

Di mana Wj adalah bobot dari atribut j dan rj adalah rank dari atribut j.

Sementara itu, metode kebalikan rank menggunakan formula berikut :

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
5 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Di mana n adalah jumlah atribut. Untuk jelasnya, bobot atribut X 1 s.d X5 dapat dilihat pada
tabel berikut:

Atribut Rank 1/r Wj1 (n-rj+1) Wj

X1 1 1.0 0.44 5 0.33

X2 4 0.25 0.11 2 0.13

X3 3 0.3 0.15 3 0.20

X4 5 0.2 0.09 1 0.07

X5 2 0.5 0.22 4 0.27

2 15

Persoalan yang terpenting dalam pembobotan atribut dengan menggunakan salah satu dari
dua metode tersebut adalah bahwa dasar pembuatan ranking dilakukan dengan
menggunakan cara subjektif atau cara ranking atribut, dimana kedua cara tersebut hanya
mampu membedakan preferensi satu atribut dibanding atribut lainnya, namun tidak mampu
membedakan seberapa besar perefrensi tersebut dibandingkan dengan atribut lainnya.
Padahal, dimensi preferensi bukan cuma mana yang lebih disukai, tetapi juga seberapa
jauh sebuah atribut lebih disukai dibanding atribut lainnya. Thomas Saaty (1980)
merumuskan sebuah metode yang mampu membedakan, baik prefrensi relative sebuah
atribut maupun jarak preferensi tersebut disbanding atribut lainnya.

Rasio Pemberian Bobot

Saaty, dalam rasio pemberian bobot (weigthing), menggunakan skala 1-7 dengan
penjabaran : 1 (dua atribut sama penting) ; 3 (atribut pertama sedikit lebih penting); 5 (atribut
pertama jauh lebih penting) ; dan 7 (atribut pertama secara ekstrem lebih penting). Dengan
cara ini, pengambil keputusan tidak saja mampu membedakan ranking preferensi sebuah
atribut, namun juga jarak prefrensi kedua atribut yang dibandingkan. Skala tengah (2,4,6)
masih dimungkinkan untuk diaplikasikan dalam metode Saaty. Preferensi antar-atribut
ditunjukkan pada tabel berikut:

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
6 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tabel preferens antar-atribut metode Saaty

X1 X2 X3

X1 1 1/3 ½

X2 3 1 3

X3 2 1/3 1

Pada metode Saaty, pengambil keputusan cukup memberi nilai preferensi antar-atribut
sebanyak (n2 – n)/2 + n sel (cell)

Pada contoh ini, pengambil keputusan cukup memberi nilai preferensi sebanyak (9 – n)/2
+ 3 sel, yaitu sebanyak 6 sel. Sel lain berisi nilai inverse sel bayangannya. Sebagai contoh,
sel (1,2) berisi sel bayanganya , yaitu sel (2,1). Dengan demikian, nilai sel (1,2) adalah 1/3.
Sel (3,2) bernilai 1/3 sehingga sel (2,3) bernilai 3.

Setelah nilai preferensi setiap atribut ditentukan selanjutnya adalah memproleh bobot
atribut dengan menghitung rata-rata geometris setiap baris sebagaimana disampaikan
pada tabel berikut :

Tabel prosedur penghitungan bobot Saaty.

Rata-rata Geometrik

Bobot

X1 (1 x 1/3 x ½)1/3 = 0,5503 0.1571

X2 (3 x 1 x 3) 1/3 = 2,0801 0.5936

X3 ( 2 x 1/3 x10)1/3 = 0,8736 0,2493

Jumlah = 3,5040

Bobot setiap atribut dihitung dengan membagi nilai rata-rata geometri atribut tertentu
terhadap jumlah rata-rata geometris keseluruhan atribut. sebagai contoh, bobot atribut X1
adalah 0,5503/3,5040 = 0,1571

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
7 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pemilihan Aternatif

Pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan pemilihan sebuah alternative dari


sejumlah alternative yang tersedia. Dalam pengambilan keputusan dengan tujuan tunggal,
seperti dalam hal pemilihan alternative dengan metode net present value (NPV), tujuan
pemilihan adalah mencari alternative yang menghasilkan NPV paling besar. Persoalan
menjadi tak sederhan pada saat tujuan kedua (atribut kedua) dimasukkan ke dalam
persoalan ini. Misalnya, selain NPV, keputusan investasi ini harus pula mempertimbangkan
dampak sosial yang ditimbulkan oleh yang dilakukan. Persoalan muncul apabila berbagai
alternative investasi memiliki preferensi dampak sosial yang tidak koheren dengan
preferensi NPV-nya. Bagaimana jika sebuah alternative yang memberikan NPV paling
besar ternyata juga memberikan dampak polusi paling besar ?.

Dua metode pemilihan alternative dalam situasi keputusan dengan tujuan jamak yaitu
metode pembobotan sederhana (simple weighting method) dan metode eliminiasi sekual
(sequential elimination method)

Metode Pembobotan Sederhana

Dalam pemilihan alternative, metode pembobotan sederhana menggunakan rumus berikut:

V (A) maks = Σ Wj Vj maks

Dimana V (A)maks adalah nilai maksimum dari alternative yang merupakan hasil
penjumlahan dari perkalian bobot atribut tertentu (Wj) dengan nilai setiap bobot (Vj) yang
maksimum.

Contohnya adalah jika pengambil keputusan dihadapkan pada enam alternative (alternative
A1 s.d A6) dengan menggunakan lima atribut (T1 s.d T5) dalam sebuah situasi keputusan,
sebagaiman disampaikan pada tabel berikut :

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
8 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tabel Prosedur penghitungan metode pembobotan sederhana

Alternatif T1 T2 T3 T4 T5 Total
Bobot
0,4 0,3 0,1 0,15 0,05

A1 10 1/10 5 8 9 6,18

A2 5 1/7 5 5 5 3,54

A3 10 1/7 6 5 7 5,74

A4 7 1/5 7 7 7 4,96

A5 5 1/3 4 3 4 3,15

A6 5 1/6 5 5 6 3,60

Nilai masing-masing sel dalam tabel diatas berupa nilai preferensi dari NVP, nilai biaya
masing-masing alternative, jumlah tenaga kerja yang diserap masing-masing alternative,
atau hal-hal lain sesuai atribut yang digunakan, dimana nilai 0 adalah preferensi terendah
(tidak prefer) dan nilai 10 adalah nilai preferensi tertinggi. Misalkan saja A1 s.d A6
memberikan NPV sebesar (10 M, 5 M, 10 M, 7 M, 5 M, 5 M), sedangkan NPV yang diizinkan
minimal adalah 1 M. Dengan demikian, nilai preferensi A1 s.d A6 dalam hal NPV (T1)
adalah (10/1, 5/1, 10/1, 7/1, 5/1, 5/1). Nilai preferensi biaya-seperti pada kolom 3 tabel
diatas merupakan inversi dari biaya masing-masing terhadap biaya maksimum yang
diperbolehkan. Misalnya, biaya sosial dalam bentuk biaya perbaikan lingkungan alternative
A1 s.d A6 adalah (10 M, 7 M, 7 M, 5 M, 3 M, 6 M), sedangkan biaya dianggap dapat
ditoleransi adalah sebesar 1 M. dengan demikian, preferensi alternative A1 s.d A6 adalah
(1/10, 1/7, 1/7, 1/5, 1/3, 1/6). Nilai-nilai lain untuk atribut berikutnya dapat diisi dengan
menggunakan logika yang sama. Nilai maksimum yang diperoleh pada alternative A1
sebesar 6,18 (dan seterusnya untuk alternative yang lain)

Pembobotan sederhana dalam praktik

Persaingan merek sepatu NKE dengan ADS memaksa NKE untuk memikirkan langkah-
langkah strategis yang harus dilakukannya. Ada tiga langkah yang menjadi alternative
pilihan, yaitu (1) NKE memainkan peran lebih baik dalam meningkatkan kondisi kerja, (2)
NKE mengembangkan lebih banyak lagi produk-produk yang inovatif dan melestarikan

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
9 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
lingkungan, (3) NKE mengeluarkan produk-produk untuk konsumen/pasar yang berusia
lebih muda. Ada empat kriteria yang relevan dalam pemilihan alternative ini, yaitu
konsumen, pemegang saham, rekanan bisnis, dan masyarakat. Tabel berikut
menggambarkan situasi tersebut.

Tabel Pilihan strategi NKE

Alternatif Bobot Konsumen Pemegang Rekan Masyarakat Total


Saham

0,3 0,2 0,3 0,2

Kondisi Kerja 2 4 2 8 3,6

Produk Inovatif 8 5 5 8 6,5

Pasar Lebih Muda 8 6 7 9 7,5

Dengan melihat pada analisis tersebut, tampaknya, NKE harus mempertimbangkan


alternatif memasuki pasar yang lebih muda sebagai pilihan strategisnya. Strategi ini
memberikan nilai lebih bagi konsumen dan masyarakat. Bagi pemegang saham,
tampaknya langkah ini juga merupakan langkah yang bisa dianggap akan meningkatkan
nilai pemegang saham (shareholder’s value). Rekanan bisnis NKE juga akan menganggap
langkah ini sebagai kesempatan yang lebih luas bagi mereka menjalin bisnis bersama NKE.

Metode Eliminasi Sekual

Terkadang dalam sebuah situasi keputusan, terdapat atribut tertentu yang mutlak harus
dipenuhi sebagai metode pembobotan sederhana yang mengandung konsekuensi
menerima nilai atribut yang tidak memenuhi syarat dalam proses perata-rataan tidak bisa
digunakan. Contohnya dalam persoalan pemilihan kontraktor pembangunan sebuah
gedung. Seringkali, ada persyaratan biaya yang tidak boleh melebihi angka tertentu dengan
pengalaman kontraktor yang minimal harus dipenuhi dalam pengerjaan pembangunan
gedung seperti itu.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
10 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tabel proses eliminasi alternative dalam metode eliminasi sekual

Kriteria Kontraktor 1 Kontraktor 2 Kontraktor 3 Kontraktor 4

Biaya proyek 350 juta 450 juta 400 juta 500 juta

(< 500 juta )

Pengalaman 20 tahun 12 tahun 15 tahun 10 tahun


(>10 tahun)

Rekam jejak 1 bulan 1 bulan 2 bulan 0,5 bulan


keterlambatan
(<2 bulan)

Kualitas (>6) 8 7 6,5 8

Metode eliminasi sekual dimulai dengan proses eliminasi alternative yang tidak memenuhi
atribut terpenting. Kemudian, metode ini diteruskan dengan proes eliminasi alterinatif untuk
atribut berikutnya, dan seterusnya. Proses ini baru berakhir setelah tidak ada lagi alternative
yang bisa dieliminasi. Dengan mencermati table diatas, dapat dipahami bahwa kontraktor
4 tereliminasi pada kriteria pertama yaitu biaya proyek (cost of project) harus lebih rendah
dari Rp 500 juta. Selanjutnya, kontraktor 3 terelimiasi pada atribut berikutnya, yaitu rekam
jejak (track record) nya untuk keterlambatan penyelesaian proyek yang tidak boleh melebihi
dua bulan.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
11 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Rachmadi Agus Triono, Pengambilan Keputusan Manajerial, Salemba Empat, 2012

Taylor III, W.B. Introduction to Management Science. Prentice Hall, New Jersey,
2007

Ma’arif, M.S. & Tanjung, H, Manajemen Operasi. PT Grasindo, Jakarta, 2003


Assauri, S.

Manajemen Produksi dan Operasi. Universitas Indonesia, Jakarta, 2001 Martinich.

Operation Management. Prentice Hall, New York, 2003

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
12 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai