Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERKULIAHAN

KODE MK : W312100013

Pengambilan
Keputusan
Manajerial
Pengambilan Keputusan
(Situasi Resiko)

Abstract Sub – CPMK 3


Pengertian dan Memahami Mahasiswa mampu menentukan
pengambilan keputusan dalam dan menerapkan pengambilan
keputusan dalam situasi risiko
sittuasi resiko. (CPMK-3)

Fakultas Program Studi Online Ke : Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis S1 - Manajemen W312100013 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM

04
TUJUAN MATA KULIAH
Tujuan Instruksional Khusus :

Mahasiswa mampu menentukan dan menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi risiko (CPMK-3)

Materi Bahasan :

1. Keputusan dalam Situasi Pasti


2. Model Simulasi dalam Situasi Tidak Pasti
3. Model Skenario dalam Menghadapi Situasi Tidak Pasti
4. Keputusan di Bawah Situasi Risiko
5. Teorema Bayes
6. Nilai Harapan Informasi Sampel

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
2 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
1.PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM SITUASI PASTI

Situasi dimana keputusan diambil paling tidak mempunyai tiga kemungkinan antara lain keserbapastian,
ketidakpastian, atau berisiko. Situasi semacam itu dalam bahasa ingris dinamakan state of nature sehingga
dalam kata alam yang digunakan di sini harus diartikan sebagai pascakeputusan diambil atau kondisi alam
(state of nature) setelah periode pengambilan keputusan. Sementara itu, kontinu (rangkaian) “kepastian-
ketidakpastian” merupakan kebolehjadian keberadaan situasi alamiah yang mungkin terjadi.

Pengambilan keputusan dalam situasi pasti dapat kita temukan dalam keputusan investasi. Dalam situais
kepastian, kondisi ekomoni mendatang dapat diprediksi pertumbuhannya dengan tepat. Walaupun secara logis
merupakan hal yang tidak mungkin, banyak pengambil keputusan menghitung fisibilitas (kelayakan) investasi
dengan cara seperti itu. Mereka menghitung internal rate of return (IRR) atau net present value (NPV) dalam
situasi pertumbuhan ekonomi mendatang yang dapat diduga/diramalkan (predictable).

2. Model Simulasi Dalam Situasi Tidak Pasti

Dalam model simulasi, pengambil keputusan menggunakan perangkat lunak (software) lembar kerja (spread
sheet) untuk menggambarkan aliran pendapatan (revenue), biaya (cost), dan keuntungan/laba (profit) pada
tahun-tahun mendatang. Masing-masing nilai dapat berubah dengan mengubah nilai input (inputan) dari asumsi
dan sensitivitas perubahan biaya dan harga. Proyek yang sangat sensitif terhadap perubahan, dimana dengan
penurunan sedikit harga jual dapat penyebabkan proyek merugi atau mengurangi keuntungan proyek secara
signifikan seharusnya ditolak. Dengan mengubah-ubah nilai input tersebut,pengambil keputusan dapat melihat
tingkat sensitivitas proyek yang sedang dievaluasi.

3. Model Skenario Dalam Menghadapi Situasi Tidak Pasti

Situasi ekonomi dengan pertumbuhan low-medium-high adalah skenario situasi masa depan. Dalam sebuah
keputusan situasi ini cukup memadai sebagai perangkat pengambilan keputusan apabila nilai hasil dalam
keuntungan atau biaya dapat diidentifikasi

1. Smith & Hawken (1991) mengatakan bahwa skenario adalah 3 kategori situasi: situasi yang sama namun
lebih baik dari yang sekarang, situasi yang sama namun lebih buruk dari yang sekarang, dan situasi yang
sama sekali berbeda namun lebih baik.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
3 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Peter Swartz (1991) berpendapat bahwa skenario adalah kekuatan narasi (the power of narative) yaitu
mempresepsikan dalam sebuah kalimat mengenai kondisi mendatang pada saat sekarang.

3. Rachmadi (2012) mengartikan Cognitive Mapping sebagai upaya untuk menggambarkan hubungan Driving
Forces pada sejumlah Key Factors dan interelasinya dengan berbagai kondisi alam di masa depan.

Cognitive mapping sebagai upaya untuk menggambarkan hubungan driving forces (kekuatan pendorong) pada
sejumlah faktor kunci dan interelasinya dengan berbagai kondisi di alam di masa depan. Ini adalah logika
skenario yang unik bagi setiap pengambil keputusan. Determinannya adalah pengetahuan yang dimiliki
pengambil keputusan dalam permasalahan tersebut dan alur logika yang dimilikinya. Misalnya seorang manajer
harus memutuskan apakah akan masuk ke dalam sebuah bisnis atau tidak. Untuk itu, dia harus mampu melihat
tingkat persaingan dalam bisnis tersebut pada masa depan.

Contoh cognitive mapping pengambil keputusan ketika memutuskan akan masuk atau tidak ke dalam sebuah
bisnis.

Investasi baru, kondisi pemain yang ada (extising player) dan penambahan pemain (industri yang baru (new
entry) adalah sebagai faktor kunci, sedangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya sebagai driving forces.
Dengan menganalisis kecenderungan dari driving forces secara terpisah, pengaruhnya pada masing-masing
faktor kunci dapat diidentifikasi. Misalnya, interaksi antara tingkat bunga di masa depan dan daya beli
masyarakat. Apakah hal tersebut akan membuat investasi baru dalam bisnis ini menjadi semakin banyak,
semakin sedikit atau tetap dalam kondisi sekarang? Demikian pula, driving forces yang terkait dengan faktor-
faktor yang lain dapat dianalisis secara terpisah untuk memahami efek nettonya pada faktor-faktor kunci masing-
masing. Dengan demikian, pada akhirnya, skenario tingkat persaingan pada bisnis tersebut dapat
ditentukan: Apakah akan semakin ketat atau melemah.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
4 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Keputusam di Bawah Situasi Resiko

Situasi keputusan di bawah risiko terjadi jika pengambilan keputusan berhadapan dengan kondisi alam yang
memiliki variabilitas di masa depan, namun probabilitas terjadinya dapat diketahui. Luce dana Raiffa (1957)
mendefinisikan pengambilan keputusan dalam situasi berisiko adalah ketika sebuah tindakan membawa pada
sejumlah nilai hasil yang spesifik dimana setiap nilai memiliki probabilitas yang diketahui. Pengetahuan tentang
probabilitas berbagai nilai hasil/situasi masa depan bisa berasal dari pengambilan keputusan sendiri atau
melalui jasa konsultan manajemen.
Berikut adalah tiga hal yang mencirikan situasi keputusan dibawah risiko.
1. Presensi kondisi alam adalah jamak, namun probabilitas setiap kondisi alam dapat diperkirakan.
2. Pengambilan keputusan memiliki sedikit informasi sehingga mampu menentukan probabilitas masing-
masing kondisi alam.
3. Ada pihak ketiga yang mampu memberikan informasi.
Penentuan menggunakan EMV (expected monetary value)/ nilai harapan moneter situasi dibawah risiko, sbb:
a. Setiap kejadian alami diasumsikan memiliki probabilitas
b. Kejadian alami bersifat mutually exclusive
c. Probabilitas x, 0≤ x ≤1. EMV sebuah alternatif merupakan jumlah semua keuntungan alternatif, yang
masing-masing diberikan bobot kemungkinan terjadinya.
EMV (Alternatif i) = (hasil kondisi alamiah 1) x (kemungkinan terjadi kondisi alamiah1) + (hasil kondisi alamiah
2) x (k emungkinan terjadi kondisi alamiah 2) + ... + (hasil kondisi alamiah i) x (kemungkinan terjadi kondisi
alamiah i)

Pengambilan keputusan dalam keadaan pasti, dapat terjadi untuk kondisi diatas (pemilihan kapasitas pabrik),
jika pihak user ternyata mendapat bantuan atau menggunakan pihak ke 3, contohnya seperti konsultan atau
informasi dari pihak ke-3 lainnya yang dapat dipertimbangkan validitasnya tentunya dengan kompensasi biaya.
Dengan kata lain, hal ini akan mengubah kondisi dari sebuah pengambilan keputusan yang mengandung risiko
menjadi pengambilan keputusan dalam kepastian. Ini merupakan konsep nilai yang diharapkan dari informasi
yang tepat (expected value of perfect information – EVPI).

Expected Value of Perfect Information (EVPI); perbedaan antara tingkat pengembalian pada pengambilan
keputusan dalam kepastian dan pengambilan keputusan yang mengandung risiko.

EVPI = Nilai harapan pada keadaan pasti – EMV maksimal Untuk mendapatkan EVPI, pertama harus dihitung
nilai harapan pada keadaan past (expected value under certainty), yang merupakan tingkat pengembalian (rata-
rata), jika informasi sempurna didapatkan sebelum keputusan harus diambil.

Nilai harapan pada keadaan pasti = (hasil terbaik atau konsekuensi kondisi alamiah

1) x (kemungkinan terjadi konsisi alamiah 1) + .... + = (hasil terbaik atau konsekuensi kondisi alamiah n) x
(kemungkinan terjadi konsisi alamiah n).

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
5 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Berikut ini gambaran ketika pengambilan keputusan berinteraksi dengan risiko.
Sejumlah manajer ditanya apakah yang akan mereka lakukan ketika dihadapkan pada persoalan yang
melibatkan risiko dan mereka diminta untuk membuat preferensi tindakan-tindakan berikut ini.

Menghindar dari risiko (5,28)

Mengumpulkan informasi lebih banyak (1,68)

Memeriksa berbagai aspek dari persoalan tersebut (1,86)

Secara aktif menangani persoalan untuk mengurangi risiko (2,54)

Menunda keputusan (4,71)

Mendelegasikan keputusan (5,50)

Tindakan lainnya.

Angka-angka di belakang jawaban adalah ranking (peringkat) rata-rata seluruh responden. Dalam skala
ranking 1-6, ranking 1 adalah alternatif yang paling disukai, sedangkan ranking 6 adalah alternatif yang
paling tidak disukai

Situasi keputusan di bawah risiko diperlihatkan pada tabel dibawah ini, di mana pengambil keputusan
menghadapi tiga kondisi alam yang berbeda untuk masing-masing alternatif. Untuk setiap kondisi alam, masing-
masing alternatif memiliki NVP yang tidak sama dan probabilitas dari setiap kondisi alam dapat diketahui.
Katakanlah probabilitas low sebesar 0,5; probabilitas medium sebesar 0,3; dan probabilitas high sebesar 0,2.
Nilai masing-masing NPV untuk setiap alternatif yang tersedia (tidak investasi, perluasan dan investasi baru)
diberikan dalam table dibawah ini.

Pengambilan keputsan dalam situasi berisiko


Kondisi Alam (dalam jutaan dolar AS)

Alternatif Rendah Medium Tinggi Expected Value


0,5 0,3 0,2 Jumlah (Probabilitas x Hasil)

1. Tidak 0 0 0 0
Berinvestasi
2. Perluasan 50 300 200 155
3. Investasi -500 100 600 -100
Baru

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
6 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dalam kondisi semacam itu, expected value dapar dihitung dengan rumus:

EVi = i pi

Dengan kriteria maksimum expected value, keputusan yang seharusnya diambil adalah perluasan. Dalam
situasi seperti ini, apabila tidak tersedia informasi tambahan yang berhubungan dengan kondisi alam maka
probabilitas yang digunakan adalah probabilitas apriori dari masing-masing kondisi alam. Namun demikian,
apabila sebaliknya (informasi semacam itu tersedia) maka probabilitas posteriori-lah yang seharusnya
digunakan.

Keputusan di Bawah Situasi Risiko

Situasi keputusan di bawah risiko terjadi jika pengambil keputusan berhadapan dengan kondisi alam yang
memiliki variabilitas pada masa depan, namun peluang terjadinya dapat diketahui.Luce dan Raiffa (1957)
mendefinisikan pengambilan keputusan dalam situasi berisiko adalah ketika sebuah tindakan membawa pada
sejumlah nilai hasil yang spesifik dimana setiap nilai hasil memiliki peluang atau probabilitas yang diketahui.
Pengetahuan tentang kans berbagai nilai hasil/situasi masa depan dapat berasal dari pengambil keputusan
sendiri atau melaui jasa konsultan manajemen.

Berikut adalah tiga hal yang mencirikan situasi keputusan di bawah resiko:

1. Presensi kondisi alam adalah jamak, namun probabilitas setiap kondisi alam dapat diperkirakan.

2. Pengambilan keputusan memiliki sedikit informasi sehingga mampu menentukan probabilitas masing-
masing kondisi alam

3. Ada pihak ketiga yang mampu memberikan informasi

Situasi keputusan di bawah risiko dimana pengambil keputusan menghadapi tiga kondisi alam yang berbeda
untuk masing-masing alternatif. Untuk setiap kondisi alam, masing-masing alternatif memiliki NPV yang tidak
sama dan probabilitas dan setiap kondisi alam dapat diketahui. Katakanlah probabilitas low sebesar 0,5;
probabilitas medium sebesar 0,3; dan probabilitas high sebesar 0,2. Nilai masing-masing NPV untuk setiap
alternatif yang tersedia (tidak investasi, perluasan, dan investasi baru) diberikan dalam Tabel 3.5.

Dalam kondisi semacam itu, expected value dapat dihitung dengan rumus

EV1 = ∑ xi pi

Dengan kriteria maksimum expected value, keputusan yang seharusnya diambil adalah perluasan. Dalam
situasi seperti ini, apabila tidak tersedia informasi tambahan yang berhubungan dengan kondisi alam maka
probabilitas yang digunakan adalah probabilitas apriori dari masing-masing kondisi alam. Namun demikian,
apabila sebaliknya (informasi semacam itu tersedia) maka probabilitas posteriori-lah yang seharusnya
digunakan.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
7 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
5. Teorema Bayes

Formula Teorema Bayes

● Peluang Posteriori adalah peluang munculnya satu kejadian berdasarkan informasi dari kejadian lainnya.

● Peluang Apriori adalah peluang munculnya suatu kejadian yang sudah kita yakini sebelumnya dan bisa jadi
kejadian ini dipengaruhi kejadian yang lain.

● Peluang Likelihood adalah peluang yang menyatakan derajad kemungkinan pengaruh suatu imformasi
kejadian terhadap kejadian yang lain.

● Peluang Evidence adalah sebuah ukuran pembanding konstan berdasarkan peluang suatu imformasi
kejadian.

6. Proses Pengambilan Keputusan

Terkadang, penggunaan probabilitas posteriori adalah hal yang menguntungkan karena mampu menghilangkan
risiko dalam sebuah pengambilan keputusan. Namun demikian, pengunaannya harus dipertimbangkan
terhadap biaya penyediaan informasi semacam itu. Apabila peningkatan expected value (nilai harapan/yang
diperkirakan) keputusan dapat ditingkatkan melebihi biaya perolehan informasi untuk meningkatkan expected
value tersebut maka informasi tersebut apakah layak untuk dibeli. Sebaliknya, jika biaya perolehan informasi
melebihi peningkatan expected value akibat penggunaan informasi tambahan tersebut maka informasi itu tidak
layak untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu, menghitung berapa besarnya peningkatan expected value situasi
keputusan merupakan topik yang perlu diketahui.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
8 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Triono, Rachmadi Agus. (2017). Pengambilan Keputusan Manajerial. Teori dan Praktik. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.

Fahmi, Irham. (2016). Manajemen Pengambilan Keputusan. Teori dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung.

2022 Pengambilan Keputusan Manajerial (PKM) Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
9 Hery Derajad Wijaya, S.Kom., MM http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai