Disusun Oleh:
NIM : 2013121064
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2014
31
Gambar 2.1
dengan perilaku mengenai prospect untung atau rugi (Kahneman and Amos Tversky;
1979):
1. Risk taker ketika manajemen akan mulai merasakan kerugian, manajemen akan
3. Usaha dan energy yang akan dikeluarkan itu akan lebih besar pada saat dirasakan
akan mulai rugi dibandingkan pada saat untung. Hal ini seperti digambarkan pada
ini akan cenderung percaa kepada manager jika bank nya terus untung dan kemudian
principal akan memberikan kompensasi yang cukup tinggi kepada manajer tesebut.
Sebaliknya jika bank mengalami kerugian, principal cenderung tidak akan percaya
tehadap manajer dan akan memotong atau tidak akan memberikan kompensasi lagi.
Principal akan berusaha semaksimal mungkin agar manajemen diperbaiki dan jika
Implikasi dari prospect theory ini bagi pengelola risiko ialah bahwa manajemen
cenderung tidak akan peduli tentang pengelolaan risiko jika keadaan bank masih baik
sedangkan pengelolaan risiko akan mulai dilakukan jika bank mulai menghadapi risiko
nyata antara manajemen dengan para outsider investor. Pendapat ini sangat bertolak
belakang dengan teori yang menyatakan bahwa informasi yang diterima para pelaku
pasar di asumsikan akan sama dengan informasi yang ada pada manajemen peusahaaan.
Pada umumnya manajer memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai pasar saham
serta tingkat bunga dimasa dating, tetapi pada sisi lai, mereka pada umumnya
mengetahui lebih banyak mengenaipospek perusahaan dari pada investor atau analis
kasus ini mungkin manajer perusaan percaya bahwa saham perusahaan undervalued atau
tidak. Asymmetric information dapat terjadi diantara dua kondisi ekstrim yaitu
perbedaan yang sangat signfikan sehingga sangat berpengaruh terhadap manajemen dan
harga saham.
kegagalan pasar. Sebagai contoh pasar mobil bekas dimana penjual memiliki informasi
yang leih baik atau terdapat asymmetric information atas calon pembeli. Pemilik mobil
mobil besak ini mungkin menjual “Lemon” (mobil yang jelek) dan mengakunya sebagai
“Orange” (mobil yang bagus). Sebaliknya pembeli mobil, yang menyadari memiliki
informasi yang kurang dibandingkan dengan yang dimiliki oleh penjual, tidak dapat
information dapat juga terjadi antara bank dengan calon debitur, dimana pihak bank
lebih mengetahui kondisi serta prospek banknya dibandingkan pihak caon debitur atau
demikian dalam beberapa decade terakhir terdapat beberapa perubahan yang signifikan.
Meskipun pembahasan tentang biaya transaksi dan informai a-simetris telah menurun,
tetapi pembahasan tentang intermediasi meningkat. Dalam artikelnya ini, Allen (1977)
melalui pendapat dari Leland dan Pyle yang menyatakan bahwa lembaga intermediasi
bentukaset tertentu. Setara dengan itu diamond juga menyatakan bahwa lembaga
“pemantau”. Selainitu masih banyak lagi penulis artikel berikutnya yang menyatakan
Secara factual peran lembaga intemediasi seperti bank dan asuransi dapat maju
dan berkembang dibanyak Negara. Perbedaan nyata antara teori dan realitas untuk hal ini
biasanya muncul dalam lingkup manajemen risiko. Perubahan penting dalam aktivitas
Stigum (1990) mendefinisikan manajemen harta dan kewajiban atau asset dan
liability management atau ALM sebagai berikut : “ALM is a strategy of managing both
sources and uses of funds while keeping risks withinthe certain limits to achieve the
optimum profit”.
Bedasarkan difinisi tersebut dapat ditarik suatu penjelasan secara umum bahwa
ALM adalah suatu proses perencanaan dan pengawasan operasi perbankan yang
perkembangan factor-faktor yang memengaruhi operasi perbankan baik itu berasal dari
dalam (Rax, 1996) untuk mendapatkan penetapan strategi dan kebijakan yang meliputi
permodalan, pemupukan dana dan penggunaan dana yang satu dengan lainnya saling
terkait dalam menapai tingkat laba yang optimal dengan tingkat risiko yang telah
keputusan strategis yang tepat sesuai dengan perubahn situasi yang diperkirakan. Dengan
demikian maka kemampuan dalam ALM yang tinggi dapat menampilkan kondisi bank
yang baik, sementara keputusan dan pengawasan ALM yang lemah dapat mengakibatkan
kehancuan bank.
36
Menurut Standart & Poors ( S&P ) Seperti yang dikutip oleh Muliaman D Hadad,
Wimboh Santoso & Ita Rulina (2003) mendefinisikan kapailitan (default) sebagai
berikut: The first occurrence of a payment default on any financial obligation, rated or
exception occurs when an interest payment missed on the date is made within the grace
period
Association (ISDA) adalah terjadinya salah satu kejadian – kejadian berikut ini :
memberikan manfaat yang cukup berharga bagi perkonomiaan. Pada umumnya dikenal
dua macam biaya yang akan terjadi pada bank yang pailit, yaitu direct cost and indirect
cost. Direct cost merupakan biaya yang langsung dikeluarkan oleh bank tersebut untuk
keuangannya yang kemudian akan dilaporkan kepada para kreditur. Selain itu, bunga
yang dibayar bank untuk pinjaman selanjutnya yang biasanya jauh lebih mahal juga
merupakan direct cost dari kapailitan. Sedangkan indirect Cost merupakan pontensial
loss yang dihadapi bank yang sedang menghadapi keuangan tersebut, seperti kehilangan
Hilangnya nilai bank saat manager atau hakim melikuidasi bank yang masih
memiliki net present value positif juga merupakan indirect cost dari kapailitan. Melihat
dari direct and indirect cost bank yang mengalami kesulitan keuangan yang cukup
going concern dan menangani tagihan kreditur secepatannya. Hukum kapailitan yang
sudah mapan memberikan proteksi bagi depositor dan borrower yang juga memberikan
mekanisme yang baik untuk menyelesaikan perselisihan anter pihak dengan lebih cepat.
akan mendorong pengusaha dan bank besar mengambil resiko yang lebih besar lagi. Hal
itu juga dapat menurunkan biaya modal dengan cara meminta ahli keuangan untuk
menghitung atau memperkirakan bagaimana depositor dan borrower dibayar saat terjadi
default.
Dari deskripsi konsep yang dijelaskan pada bagian sebelumnya maka dapat
dibuat suatu peta konsep yang melandasi peneliatian desertasi ini.Argumentasi dasar
untu selanjutnya merupakan grand theory atau main theory,selanjutnya konsep yang
Grand Theory adalah teori dasar,dalam penelitian disertai ini yang menjadi teori
dasarnya adalah teori kepemilikan sebagai teori akuntansi baik Investment maupun
theory) sementara middle range theory-nya adalah banking theory ( teori intermediasi
perbankan asset liability management concept) dan applied theory-nya adalah teori
kapailitan usaha. Peta teori adalh seperti gambar 2.2 sebagai berikut :
Pengganti Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1998 Tentang perubahan atas Undang –
1. Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur ydan yang tidak membayar
setidaknya sedikitnya satu hutang telah jatuh waktu yang tidak dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putasan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonan
2. Permohonan sebagaimana dalam butir satu tersebut, dapat juga diajukan oleh
sengketa yang muncul dikala satu bank tidak bisa lagi memenuhi kewajiban utang,
juga bagaimana menangani pertikaan antar individu yang berkaitan dengan bisnis
1. Pembukuaan harus jelas, penilaan aktiva harus transparan dan dengan cara yang
2. Tingkat gradasi utang piutang berdasarkan tanggungan menentukan siapa yang boleh
siapa yang berhak memperoleh pembayaran terlebih dahulu dan siapa yang
kemudian.
kepailitan, pengadilan mana yang kompeten dan bagaiman cara atau proses uang
4. Penetapan sanksi oleh pengadilan yang berwenang andai kata satu pihat tidak
memenuhi janji. Berapa waktu yang diberikan kepada bank yang merasa mampu
5. Sekalipun dinyatakan pailit, tentunya bank masih bisa bverjalan sementara.dalm hal
ini diterapkan prsyaratn persyaratannya dan siapa yang harus megawasi proses
penyehatannya. Suatu bang yang dinyatakan pailit tidak perlu langsung menghetikan
Bank dinyatakan pailit atau bangkrut apabila dalam jangka waktu tertentu tidak
bisa membayar pokok pinjaman dan atau bunganya. Kapailitan juga bisa diminta
Selain istilah kapailitan seperti yang diuraikan tersebut, dalam dunia bisnis
dikenal pula istilah delisted. Peraturan pencatatan Bursa Efek Indonesia Nomor IB
1. Delisting dapat dilakuakn bai atas permohonan emiten maupun diputuskan oleh
Bursa. Dalam hal delisting diputuskan oleh bursa terlebih dahulu wajib mendengar
2. Delisting atas permohona emiten hanya dapat dilaksanakan apabila hal tersebut telah
diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan emiten yang
diberlakukan dengan mengemukakan alas annya serta melampirkan berita acar RUPS
delisting tersebut sekurang –kurangnya 20 (tiga puluh) hari sebelum tanggal delisting
dibelakukan.
5. Emiten yang efeknya tercatat dibursa yang mengalami salah satu kondisi tersebut
a. Salama tiga (tiga) tahun berturut –turut menderita rugi atau terdapat saldo rugi
sebesar 50% atau lebih dari modal disetordalam neraca bank pada tahun terakhir.
b. Selama 3(tiga) tahun berturut – turut tidak membayar dividen tunai ( untuk saham).
d. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal ( orang atau badan ) selama 3
(tiga) bulan berturut – turut berdasarkan laporan bulanan emiten atau biro
administrasi efek;
f. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan perinsip akuntansi yang berlaku
umum dan ketentuan yang diteteapkan oleh Badab Pengawasan Pasar Modal-
g. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan pasar modal pada
umumnya.
lainnya
k. Khusus untuk emitan reksadana, nilai kekayaan bersih (net-value) turun mwnjadi
Kapailitan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga bank tidak
(financial distress) adalah kesuliatan keuangan atau likuiditas yang mungkin sabagai
awal kapailitan. Diindonesia, studi tentang prediksi kapailitan akibat kesulitan keuangan
masih jarang dilakukan, karena sulitnya mencari data kuangan bank di Indonesia dan
pembuat keputusan untuk menentukan sikap terhadap bank yang mengalami kesulitan
keuangan. Oleh karena itu, perlu dicari model tentang petunjuk adanya bank yang
hubungaan yang erat dengan lembaga ini baik untuk mengambil keputusan apakah
investor dalam menentukan sikap terhadap surat surat berharga (debt securities) yang
dikeluarkan oleh suatu bank, ketika menilai kemungkinan bank mengalami kesulitan
43
dalam membayar bunga dan hutang pokoknya. Bagi investor yang melakukan
didasarkan pada asumsi bahwa model prediksi kesulitan keuangan dapat menjadi
akuntan, badan pengawas pasar modal atau institusi lainnya, studi tentang keszulitan
keuangan harus memberikan laporan tertulis kepada pihak otoritas tertentu agar bisa
industry, dan masyarakat. Hasil penelitian yang akan menemukan model kesulitan
5. Auditor. Satu penelitianyang harus dibuat oleh auditor adalah apakah bank bisa
going concern atau tidak. Apabila ada petunjuk bahwa bank tidak bisa melangsungkan
operasinya, maka auditor harus memberikan pendapat tentang adanya petunjuk going
concern tersebut. Dengan adanya model untuk memprediksi kepailitan, maka auditor
bisa melakukan audit dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan bank
tidak langsung. Biaya langsung termasuk fee untuk akuntan dan pengacara. Sedangkan
biaya tidak langsung adalah kehilangan pendapat atau keuntungan yang disebabkan
adanya pembatasan yang dilakukan oleh pengadilan. Untuk menghindari adanya biaya
yang cukup besar, manajemen dengan indicator kesulitan keuangan yang bisa
Dari berbagai jenis kesulitan keungan yang ada antara lain terdapat 5 (lima)
1. Economic Failure. Yang berarti bahwa pendapatan bank tidak dapat menutup
biaya total, termasuk biaya modal. Usaha yang mengalami economic failure
2. Business Failure. Istilah ini digunakan oleh Dun & Bradstreet dalam Muliaman
tidak melalui kepailitan secara normal. Juag suatu usaha dapat menghentikan atau
suatu waktu bank dapat mengumpulkan uang untuk memenuhi kewajibannya dan
tetap hidup. Di lain pihak apabila technical insolvency ini merupakan gejala awal
dari economic failure, maka hal ini merupakan tanda kearah bencana keuangan
(Financial disaster).
apabila nilai buku dari total kewajiban melebihi nilai pasar dari asset bank. Hal
ini merupakan suatu keadaan yang lebih serius bila dibandingkan dengan
failure yang mengarah ke likuidasi usaha. Perlu dicatat bank yang mengalami
5. Legal Bankcruptcy. Istilah kepailitan digunakan untuk setiap bank yang gagal
sebuah bank tidak dapat dikatakan sebagai bangkrut secara hokum, kecuali
Suatu bank yang mengalami kepailitan memiliki penyebab yang berbeda dari satu
situasi ke situasi yang lain. Namun demikian, pengertian penyebab kepailitan akan
member pemahaman yang mendasar untuk menghindari gagalnya bisnis dan melakukan
usaha. Factor-faktor penyebab kegagalan usaha dapat dibagi menjadi dua, yaitu factor
intern dan ekstern. Factor intern berasal dari dalam bank itu sendiri baik yang meliputi
factor keuangan dan non keuangan. Factor keuangan meliputi adanya hutang yang terlalu
besar sehingga menjadi beban tetap yang berat bagi bank, adanya kewajiban jangka
pendek yang lebih besar dari aktiva lancer, lambatnya pengumpulan piutang atau
banyaknya bad debt, kesalahan dalam kebijakan deviden, dan tidak cukupnya dana
penyusutan.
46
lokasi, penentuan produk-produk yang dijual bank dan penentuan skala usaha, kurang
faktor ekstern yang berasal dari luar bank dan berada di luar jangkauan atau control
pimpinan bank antara lain adalah adanya persaingan yang hebat, berkurangnya minat
nasabah terhadap produk yang dijual bank. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dun
dan Bradstreet (1994) dalam Muliaman (2004) menunjukan bahwa factor yang paling
besar pengaruhnya terhadap gagalnya suatu usaha adalah factor-faktor ekonomi dimana
didalamnya termasuk factor lemahnya industry dan lokasi usaha yang kurang baik, dan
factor-faktor keuangan.
Secara historis studi tentang kepailitan usaha tidak bisa dipisahkan dengan
keberadaan studi profile analysis dan prediction distress analysis. Pelopor studi profile
analysis adalah Winakor & Smith, (1935); dan Merwin (1942) dalam Muliaman et.al
(2004) sedangkan pelopor studi prediction distress analysis adalah Beaver (1966) untuk
univariate model dan altman (1968) untuk multivariate model. Pada profile analysis
ditunjukan bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara rasio-rasio keuangan bank yang
pailit dan yang tidak pailit. Adapun prediction distress analysis lebih menekankan pada
daya ramal informasi laporan keuangan tentang satu hal penting, misalnya kepailitan
usaha. Hasil seluruh studi tersebut didasarkan pada nilai dan rata-rata rasio keuangan
47
bank (untuk profile analysis) dan sejauh mana dispersinya atau tingkat penyebaran untuk
Beaver (1966) dalam Muliaman D Hadad et.al (2004) menyebutkan bahwa beliau
merupakan salah satu akademisi yang menjadi pioneer dalam meneliti corporate failure
Pendekatan yang dipakai Beaver adalah univariat, yaitu setiap rasio, tanpa diikuti oleh
(1968) dalam Muliaman D Hadad et.al (2003) mencoba memperbaiki penelitian Beaver
analysis (DA) yang digunakan oleh Altman merupakan suatu teknik regresi dari
beberapa uncorrelated time series variables, dengan menggunakan cut-off value untuk
discriminant analysis ini adalah seluruh cirri karakteristik variable yang diobservsi
mengikuti karakteristik data yang digunakan. Dengan kondisi tersebut, issu penting yang
proporsionalitas dan zero intercept dari rasio keuangan. Secara keseluruhan, bukti
empiris yang dihasilkan menjadi lebih tidak pasti dan belum ada pernyataan resmi yang
menyebutkan bahwa bentuk rasio yang lebih canggih akan lebih baik dari rasio dasar
tersebut. Untuk alasan tersebut, rasio-rasio sederhana masih tetap digunakan dalam
Masalah lain yang terkait dengan discriminant analysis pada prediksi corporate
failure adalah masalah normalitas data, inequality dari matriks dispersion dari seluruh
kelompok dan non-random-sampling dari bank yang fail maupun tidak fail. Setiap
masalah tersebut menyebabkan output regresi menjadi biasa. Para peneliti pada
Altman, dengan harapan mendapatkan model yang lebih akurat lagi. Beberapa contoh
Tetapi tidak ada satupun dari penelitian itu yang memberikan keakuratan lebih baik
dari pada penelitian Altman. Lebih lanjut, pada kebanyakan kasus, aplikasi pemakaian
digunakan ternyata lebih kompleks. Penelitian mengenai Corporate Failure diawali dari
analisis rasio keuangan. Alasan utama digunakannya rasio keuangan kaleran laporan
bank tersebut dimas datang. Laporan keuangan merupakan laporan kinerja masa lalu
bank yangs sering dugunakan sebagai prediksi kinerja bank di masa datang. Keputusan-
keputusan yang diambil manajemen biasanya terkait dengan 2 (dua) informasi utama.
Pertama, informasi yang tercantum pada kelompok pendapatan dan biaya, dan kedua,
waktu terjadinya transaksi-transaksi pendapatan dan biaya tersebut. Pada beberapa kasus,
manajemen termotivasi untuk tidak jujur sepenuhnya dalam melaporkan pendapatan dan
jumlah pajak yang harus dibayar. Manajemen juga terkadang melaporkan peningatan
laba, hanya untuk menarik investor atau untuk mengatasi tekanan keuangan yang sedang
dihadapi bank.
concern suatu usaha merupakan teknik yang banyak dipakai. Namun, penggunaan
generalisasi rasio keuangan yang dibuat lagi seluruh bank merupakan tindakan yang
kurang berhati-hati. Setiap textbook akunting akan menekankan kenyataan bahwa setiap
perhitungan rasio yang dihasilkan dari laporan keuangan tidak langsung dapat
dibandingkan antar industry, apalagi untuk jenis industry yang berbeda. Sebelum
dibandingkan, agar didapatkan kesamaan struktur, “we compare apple to apple, not
apple to oranges” maka rasio keuangan yang dihasilakan dari laporan keuangan harus
direview terlebih dahulu teknik atau prosedur akuntansi yang digunakan untuk
tambahan informasi lainnya yang terkait dengan sifat bank dan pasar dimana bank
membuat suatu model yang dibangun dari indicator-indikator rasio keuangan untuk
memprediksi kepailitan suatu perusahaan. Berikut beberapa studi empiris yang pernah