Anda di halaman 1dari 32

BAHAN AJAR KIMIA

BENTUK MOLEKUL DAN INTERAKSI ANTAR MOLEKUL

TIM PENYUSUN

Siti Hedina Balqis (11200162000049)

Sasa Aulia (11200162000050)

Nurullaili Malanul Hikmah (11200162000051)

Salsabilla Putri (11200162000052)

Rahmah Aprillia Herdien (11200162000053)

Salsabila (11200162000054)

PENDIDIKAN KIMIA 5B

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


BAHAN AJAR

BENTUK MOLEKUL DAN INTERAKSI ANTAR MOLEKUL

 Kompetensi Dasar
3.6 Menerapkan teori pasangan electron kulit valensi (VSEPR) dan teori domain electron
dalam menentukan bentuk molekul
4.6 Membuat model bentuk molekul dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di
lingkungan sekitar atau perangkat lunak komputer
3.7 Menghubungkan interaksi antar ion, atom dan molekul dengan sifat fisika zat
4.7 Menerapkan prinsip interaksi antar ion, atom dan molekul dalam menjelaskan sifat-sifat
fisik zat disekitarnya

 Tujuan Pembelajaran
1) Menerapka teori VSEPR dan teori domain elektron untuk memperkirakan bentuk molekul
suatu senyawa
2) Menentukan rumus atau tipe molekul berdasarkan jumlah PEI atau PEB
3) Menjelaskan tentang interaksi antar molekul
4) Membedakan senyawa polar dan non-polar melalui data momen dipol

 Uraian Materi
A. BENTUK MOLEKUL
1. Teori Perputaran Berpasangan Elektron Kulit Valensi
Salah satu tujuan utama teori ikatan kimia adalah untuk menerangkan dan
(kita harap) memperkirakan struktur molekul. Teori yang memperlihatkan
kemudahan dalam konsepnya dan memberikan hasil yang me muskan dalam
kemampuannya memperkirakan bentuk geometri molekul yang tepat disebut teori
perputaran berpasangan elektron kulit valensi (valence shell electron pair repulsion
theory--VSEPR theory). Teori ini tidak menggunakan sama sekali orbital atom. Kita
lihat sebagai penggantinya adalah bila struktur titik elektron dapat digambar untuk
suatu molekul, maka bentuk umum molekul tersebut dapat diperkirakan. (Brady,
James E. 1999: 371)
Bila kita ingin mengetahui bentuk suatu molekul, kita cari caranya uk
menentukan bagaimana atom atau sekelompok atom (biasanya untuk ini digunakan
istilah ligan) tersusun mengelilingi atom pusat. Sebagai contoh, dalam molekul SO 2,
bagaimana atom oksigen (ligan) Gaur mengelilingi atom belerang? Apakah ketiga
atom tersebut pada uta garis lurus (disebut molekul linier) atau terikat membentuk
sudut karang dari 180°?. Untuk menjawab pertanyaan ini, teori VSEPR menunjukkan
bahwa pengaturan geometri ligan sekeliling atom pusat ditentukan hanya oleh
perputaran pasangan elektron dikulit valensi dom pusat. Menurut teori tersebut
pasangan elektron dianggap dalam posisi dimana perputaran di antara elektron itu
minimum dan ligan mengikuti perputaran tersebut. Untuk mengetahui bagaimana
cara kerjanya, marilah kita mulai dengan memperhatikan molekul BeCl2 sederhana.
Struktur titik elektronnya seperti ini:

Molekul khusus ini, memenuhi rumus oktet, jadi hanya ada dua pasang
elektron dikulit valensi Be. Menurut teori VSEPR, pasangan elektron akan mengatur
sendiri letaknya sejauh mungkin, sehingga perputaran antar elektron tersebut
minimum. Bila ada dua pasang elektron pada kulit valensi, perputaran minimum ini
terjadi bila elektron terletak ada bagian yang berlawanan dari inti, yang dapat kita

gambarkan sebagai berikut:

Dalam molekul BeCl2, ligan (dalam hal ini atom klor) melekat pada Be dengan
membagi sama pasangan elektron tersebut. Ini berarti klor harus ditempatkan dimana
pasangan elektron tersebut berada. Dengan demikian struktur molekul adalah linear

Dalam kenyataannya, bentuk molekul BeCl₂ adalah gas.

Kita dapat juga mempelajari hal ini lebih lanjut dengan mempelaja ikatan
rangkap dua dan rangkap tiga. Misalnya molekul CO 2, mempunyai struktur titik
sebagai berikut:
dimana terlihat ada ikatan rangkap antara atom C dan O. Kedua pasang elektron pada
ikatan rangkap harus berada pada daerah yang sama di kulit valensi atom, bila tidak,
ikatan itu bukan ikatan rangkap. Oleh sebab itu, dilihat dari akibat penentuan menurut
geometri molekul kelompok empat elektron pada ikatan rangkap mempunyai sifat
yang hampir sama dengan kelompok dua elektron pada ikatan tunggal. Oleh sebab itu
pada kulit valensi karbon, kita mempunyai dua kelompok empat elektron dan
kelompok ini terletak pada tempat yang berlawanan dari inti karbon, jadi perputaran
di antara elektronnya minimum. (Brady, James E. 1999: 372)

Seperti sebelumnya, ligan (dalam hal ini oksigen) melekat pada atom pusat dengan
bantuan pasangan elektron ini dan kita peroleh lagi struktur yang linier.

Bila ada lebih dari dua pasang (kelompok pasangan) elektron dikulit valensi,
kita menjumpai pengaturan geometri yang berbeda seperti yang terlihat pada Gambar
9.1. Pasangan elektron pada kulit valensi pada bentuk ini menghasilkan perputaran
minimum. Marilah kita perhatikan bagaimana kita dapat menggunakan susunan
pasangan elektron ini untuk memperkirakan struktur molekul. (Brady, James E. 1999:
373)
a. Tiga Kelompok Elektron pada Kulit Valensi
Molekul BCI3 mempunyai struktur titik sebagai berikut.
Jadi ada tiga pasang elektron mengelilingi boron. Menurut Gambar 9.1 diharapkan
ada tiga atom klor yang dapat disusun sekeliling atom boron di sudut segitiga sama
sisi. Menurut hasil percobaan, struktur inilah yang dijumpai untuk BCI,, yang
disebut molekul segitiga datar (planar triangular molecule). Sekarang, kita
perhatikan molekul SO2. Struktur titik untuk salah satu dari dua struktur
resonansinya adalah

Di sekeliling atom belerang ada tiga kelompok elektron, dua kelompok


masing-masing dengan satu pasang elektron dan satu kelompok dengan dua
pasang elektron (ikatan rangkap). Untuk memperoleh perputaran
Yang minimum, kelompok elektron diletakkan pada sudut-sudut segitiga
dengan belerang terletak di tengah. (Brady, James E. 1999: 375)

Dengan melekatkan atom oksigen, satu ke elektron yang pasangan tunggal


dan satu lagi ke elektron yang pasangan rangkap, kita peroleh.

Jadi teori ini memperkirakan dua atom oksigen dan belerang terletak pada satu
garis lurus. Dengan demikian, bagaimana kita menggambar struktur ini?

Bila kita diberi bentuk molekul SO 2, atau molekul lainnya, kita selalu
menggambarkan atom dalam molekul disusun mengelilingi atom pusat, tidak
menurut bagaimana elektron tersusun. Oleh sebab itu, meskipun kelompok
elektron pada kulit valensi belerang diduga dalam bentuk segitiga, kita tidak
menggambar molekul SO2, dalam bentuk segitiga. Melainkan kita gambarkan
dalam bentuk tidak linier, bengkok, bersudut atau bentuk V, atau bentuk lainnya
yang menggambarkan ketiga atom tidak dalam bentuk garis lurus.

Suatu aspek yang penting dari struktur molekul SO, adalah pasangan
elektron yang tidak terbagi (tidak digunakan bersama) pada kulit valensi belerang.
Pasangan elektron yang tidak terbagi ini disebut pasangan sunyi (lone pair),
pasangan sunyi di pusat atom mempunyai pengaruh yang kuat pada bentuk
molekul. Mengenai SO2, kita lihat pasangan anyi ini mendorong ikatan untuk tidak
membentuk struktur yang linier. tapimendorong ikatan ini saling berdesakan. Efek
yang sama kita jumpai juga pada molekul lain.

Ringkasnya, bila ada tiga kelompok elektron mengelilingi suatu atom,


elektron itu diletakkan di sudut-sudut segitiga. Jika semua elektron terikat dalam
ligan, kita mempunyai molekul secara umum dalam ben MX,, dimana M
merupakan atom pusat dan X adalah ligan. (Brady, James E. 1999: 371)

Struktur molekul MX3 adalah segitiga datar. Jika hanya dua kelompok
elektron yang terikat, meninggalkan satu pasang yang pasangan sunyi, kita
mempunyai bentuk MX2E dimana E menunjukkan pasangan sunyi. Dalam
molekul MX2E inti atom terletak sedemikian rupa yang menyatakan strukturnya
tidak linier. Gambar 9.2 memperlihatkan bentuk struktur ini atau ion poliatom.
Pada Gambar, pasangan sunyi MX2E terlihat sebagai awan elektron. Perhatikan,
bahwa kita abaikan awan ini dan juga pada pembahasan kita selanjutnya mengenai
molekul MX2E ini. Struktur ini merupakan molekul diatom dan bila hanya dua
atom yang saling meng ikat, maka hanya ada satu cara untuk atom ini saling
mengikat. Hanya bila ada tiga atau lebih atom dalam satu molekul atau ion, maka
barulah kita memilih bentuk geometri. (Brady, James E. 1999: 376)
b. Empat kelompok elektron pada kulit valensi

Jika suatu atom mempunyai empat pasang elektron pada kulit valensi
perputaran minimum terjadi bila elektron ini tersusun dalam bentuk tetrahedral.
Baru saja kita lihat, bila tiga pasang elektron (atau kelompok elektron)
pada kulit valensi suatu atom pusat, maka dua bentuk molekul yang mungkin
terbentuk tergantung dari apakah salah satu pasangan ektron itu pasangan sunyi
atau bukan. Untuk molekul-molekul dimana atom pusatnya mempunyai empat
pasang elektron pada kulit valensi- nya, maka tiga bentuk molekul yang mungkin
terbentuk: semuanya tergantung dari susunan tetrahedral elektron. Sekali lagi,
dengan meng- makan M untuk atom pusat, X untuk ligan dan E untuk pasangan
sanyi, maka akan kita peroleh bentuk seperti berikut (lihat juga Gambar 9.3):

MX4 : Senyawa ini adalah molekul tetrahedral dengan ligan terikat oleh semua
keempat pasang elektron tersebut. Contohnya adalah metana, CH4.

MX3E: Bila ada satu pasangan sunyi, molekul berbentuk pyramid trigonal yang
terbentuk. Molekul ini berbentuk piramid dengan dasarnya segitiga. Contohnya
adalah amoniak, NH3, yang mempunyai atom nitrogen di puncak piramid dan tiga
atom hidrogen pada dasarnya. Perhatikan kita menggambar kan bentuk molekul
amoniak tergantung dari bagaimana atom disusun, tidak oleh bagaimana elektron
disusun.

MX2E2 : Dua pasangan sunyi membentuk struktur tidak lurus atau ber sudut
(Contoh, H2O). (Brady, James E. 1999: 377)
c. Lima Pasangan Elektron

Lima pasangan elektron mempunyai putaran minimum bila elektron ini


tersusun pada sudut-sudut bipiramid trigonal, seperti terlihat pada Gambar 9.4
MX5 : Semua pasangan elektron pada ikatan dan molekul bipiramid trigonal yang
terbentuk.

MX4E : Bila salah satu dari lima pasang elektron adalah sunyi, maka diperkirakan
ada dua struktur molekul yang mungkin terbentuk; salah satu pasangan sunyi pada
pusat bidang datar segitiga (struktur I pada batas) dan yang lainnya dengan
pasangan sunyi yang tegak lurus pada bidang datar ini (struktur II).

Hal ini menghasilkan perputaran pada struktur I lebih kurang dari pada
struktur II. Untuk dapat memahaminya, kita mengetahui bahwa pasangan sunyi
mempunyai volume lebih besar dari pada sepasang elektron pada ikatan. Pada
ikatan. elektron berada di bawah pengaruh dua inti positif, tetapi pada pasangan
sunyi, elektron hanya melekat pada satu inti. Tambah besar pengaruh muatan inti
pada pasangan elektron, maka hal ini menyebabkan ikatan lebih ditarik untuk
membentuk volume yang lebih kecil. Oleh karena pasangan sunyi lebih besar dari
pada pasangan yang terikat, hal ini mendesak per- putaran yang lebih besar ke arah
pasangan lain pada kulit valensi. (Brady, James E. 1999: 378)

Maka sekarang kita memahami bahwa pasangan sunyi membentuk


perputaran lebih besar dari pada pasangan yang terikat, marilah perhatikan struktur
I dan II untuk mengetahui yang mana dari struktur tersebut memberikan putaran
paling kecil. Kita lakukan hal ini dengan cara mengamati bagaimana ikatan pada
struktur relatif cenderung ke pasangan sunyi. Pada struktur I, pasangan sunyi ada
pada dua ikatan yang memben tuk sudut 90° (hal ini menunjukkan pergerakan ke
atas dan ke bawah), dan dua ikatan membentuk sudut 120° (hal ini yang ada pada
bidang segitiga dari bipiramid trigonal dengan pasangan sunyi). Pada struktur II,
pasangan sunyi ada pada sisi

ke-tiga ikatan dengan sudut 90°, dan ikatan ke-empat ada pada sudut 180°. Dilihat
dari sudut pengaruh terhadap struktur, maka hanya perputaran yang disebabkan
oleh ikatan terdekat yang penting. Pada struktur I, pasangan sunyi hanya mempu-
nyai dua ikatan yang terdekat, tetapi pada struktur II ada tiga pasangan yang
terdekat. Oleh sebab itu, struktur I, mempunyai jumlah perputaran lebih sedikit,
yang disukainya. Kenyata- annya, selalu dijumpai bahwa pasangan sunyi lebih
suka berada dalam bentuk segitiga datar dari bipiramid yang trigonal, meskipun
bila ada dua atau tiga pasangan sunyi. (Brady, James E. 1999: 379)
Bentuk molekul MX4E sukar dilukiskan, istilahnya ya biasanya digunakan adalah
tetrahedral yang tidak atau tetrahedral yang menyimpang.

MX3E2 : Struktur ini mempunyai dua pasangan sunyi pada pusat segi tiga dan
atom-atomnya tersusun dalam bentuk huruf T pada sisi-sisinya(-1). Molekul ini
disebut molekul bentuk T.

MX2E3 : Struktur ini mempunyai tiga pasangan sunyi pada pusat seg tiga dan
atom-atomnya tersusun dalam bentuk garis lurus, struktur ini disebut struktur
linier. (Brady, James E. 1999: 380)
d. Enam Pasang Elektron
Bentuk ini mempunyai perputaran minimum bila disusun dalam bentuk
oktahedral (Gambar 9.1). Kemungkinan bentuk strukturnya ada lima: MX6,
MX5E, MX4E2, MX3E3, dan MX2E4. Tetapi kenyataannya menurut pengamatan
yang ada strukturnya adalah bentuk tiga pertama dari ke lima kemungkinan
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9.5. (Brady, James E. 1999: 380)

Gambar Tabel Bentuk Molekul


Susunan yang meminimumkan tolakan biasanya bergantung pada jumlah
pasangan elektron. K onfigurasi dari enrgi minimum untuk dua sampai enam
pasangan elektron di seputar satu atom. Dua pasangan elektron akan menempatkan
diri berseberangan dengan satu atom membentuk susunan linear, tiga pasangan
membentuk struktur planar trigonal, empat membentuk sudut-sudut tetrahedron,
lima membentuk bipiramida trigonal, dan enam membentuk oktahedron. Untuk
menemukan geometri mana yang berlaku, kita tentukan angka sterik SN (Steric
Number) dari atom pusat, yang didefinisikan sebagai :

SN = (Jumlah atom yang terikat pada atom pusat) + (jumlah pasangan


menyendiri pada atom pusat)

Angka sterik suatu atom dalam molekul dapat ditentukan dengan


menggambarkan diagram Lewis molekul itu dan menambahkan jumlah atom yang
terikat padanya serta jumlah pasangan eletron menyendirinya. (Oxtoby, David W,
dkk. 2001: 77)

Atom yang berikatan rangkap atau berikatan rangkap tiga dianggap sama
dengan atom yang berikatan tunggal dalam menentukan angka sterik ini. Misalnya,
dalam CO2. dua atom oksigen yang berikatan rangkap dengan atom pusat karbon,
tidak ada pasangan menyendiri pada atom karbon, sehingga SN = 2

Angka sterik digunakan untuk memprediksi geometri molekul. Dalam


molekul XY, yang tidak memiliki pasangan menyendiri pada atom pusat X (kasus
yang paling sederhana).

SN = jumlah atom yang terikat = n


Sebanyak n pasangan elektron ikatan (dan dengan demikian begitu pula
atom luarnya) menempatkan dirinya seperti ditunjukkan pada Gambar 3.9 untuk
meminimumkan tolakan pasangan elektronnya. Jadi, CO2 diprediksi (dan
ditemukan secara eksperimen) linear, BF3 merupakan planar trigonal, CH4
tetrahedral, PF5 bipiramidal trigonal, dan SF6 oktahedral. (Oxtoby, David W, dkk.
2001: 78)

Bila ada pasangan menyendiri, keadaannya sedikit berubah. Sekarang bisa


ada tiga jenis tolakan: (1) pasangan ikatan terhadap pasangan ikatan, (2) pasangan
ikatan terhadap pasangan menyendiri, (3) pasangan menyendiri terhadap pasangan
menyendiri. Perhatikan misalnya molekul amonia (NH3), yang memiliki tiga
pasangan elektron ikatan dan satu pasangan menyendiri. Angka steriknya empat,
dan pasangan elektron menyusun diri membentuk struktur yang mendekati
tetrahedral. Bagaimanapun, pasangan elektron menyendiri tidak sama dengan tiga
pasangan elektron ikatan, sehingga tidak ada alasan mengapa struktur pasangan
elektron harus tepar menyerupai tetrahedral. Diketahui bahwa pasangan elektron
menyendiri cenderung menempati lebih banyak ruang daripada pasangan ikatan
(sebab elektron-elektron ini terletak lebih dekat ke atom pusat), sehingga sudut
ikatan yang berlawanan dengannya menjadi lebih kecil. Geometri molekul ini,
yang berbeda dengan geometri pasangan elektron, diberi nama berdasarkan tapak
yang ditempati oleh atom yang sebenarnya. Deskripsi geometri molekul tidak
meninjau pasangan menyendiri yang ada pada atom pusat, meskipun
keberadaannya mempengaruhi geometrinya. Struktur molekul amonia dengan
demikian diprediksi herbentuk piramida trigonal dengan sudut H-N-H lebih kecil
daripada sudut tetrahedral 109.5°.Hasil pengamatan menyatakan bahwa sudut H-
N-H adalah 107,3°. Sudut ikatan H-O-H dalam air, yang memiliki dua pasangan
menyendiri dan dua pasangan ikatan, bahkan lebih kecil lagi, yaitu 104.5".
(Oxtoby, David W, dkk. 2001: 78)

Distorsi yang serupa berlangsung bila ada dua jenis atom terluar. Dalam
CH3CL, pasangan elektron ikatan dalam ikatan C-Cl tidak sama dengan yang ada
dalam ikatan C—H sehingga struktur nya adalah tetrahedron yang terdistorsi.
Karena CI lebih elektronegatif daripada H, atom ini cenderung menarik
elektronnya menjauhi atom pusat, menghindari tolakan pasangan elektron.
Pengurangan ini menyebabkan sudut ikatan CI-C-H menjadi 108,5°, lebih kecil
daripada tetrahedral, sementara sudut H-C-H menjadi 110,5°, lebih besar daripada
tetrahedral. Akhirnya, substituen elektropositif menolak substituen lain lebih kuat
daripada yang dilakukan oleh substituen elektronegatif. (Oxtoby, David W, dkk.
2001: 78)

Fluorida PF5, SF4, CIF3, dan XeF2, semuanya memiliki angka sterik 5,
tetapi jumlah pasangan menyendirinya berbeda (berturut-turut 0, 1, 2, dan 3).
Bagaimana bentuk molekul- molekul itu? Telah kita ketahui bahwa PF5, adalah
bipiramida trigonal. Dua dari atom fluorinnya menempati tapak aksial dan tiga
lainnya menempati tapak ekuatorial. Karena kedua tapak ini tidak setara, tidak ada
alasan mengapa kelima ikatan P-F harus sama. Eksperimen menunjukkan bahwa
panjang ikatan P-F ekuatorial adalah 1,534 Å, lebih pendek daripada ikatan P-F
aksial yang 1,577 Å SF4, memiliki empat atom terikat dan satu pasangan
menyendiri. Apakah pasangan menyendiri menempati tapak aksial atau ekuatorial?
Dalam teori VSEPR, pasangan elektron saling menolak lebih kuat apabila ia
membentuk sudut 90' terhadap atom pusat dibandingkan bila sudutnya lebih besar.
Jadi, satu pasangan elektron menyendiri akan mencari posisi yang meminimumkan
jumlah tolakan sudut 90° ini yang dimilikinya dengan pasangan. elektron ikatan.
Pasangan menyendiri ini menempati posisi ekuatorial dengan dua tolakan 90° dan
bukannya menempati posisi aksial dengan tiga tolakan 90°. Ikatan aksial S-F
sedikit bengkok menjauhi pasangan elektron, sehingga struktur molekul SF4,
merupakan papan jungkat-jungkit yang terdistorsi. Pasangan menyendiri kedua
(dalam CIF3, misalnya) juga menempati posisi ekuatorial, menghasilkan struktur
molekul bentuk T yang terdistorsi. Pasangan menyendiri ketiga menempati posisi
ekuatorial ketiga, sehingga geometri molekulaya linear. (Oxtoby, David W, dkk.
2001: 79)

Teori VSEPR memang sederhana tetapi merupakan alat yang sangat


ampuh untuk memprediksi geometri dan perkiraan sudut ikatan molekul yang
memiliki satu atom pusat. Pada kenyataannya, masih banyak kasus yang lebih
berhasil, dengan teori yang memerlukan lebih banyak perhitungan. Jadi, teori
VSEPR memang mempunyai keterbatasan. Teori VSEPR tidak memperhitungkan
kenyataan bahwa sudut ikatan yang teramati pada hidrida Golongan V dan VI H2S
(92), H2Se (91), PH3, (93), dan AsH3, (92) begitu jauh dari tetrahedral (109,5°)
dan begitu dekat dengan sudut siku-siku (90°). (Oxtoby, David W, dkk. 2001: 80)

 Sudut Ikatan
Bila ada lebih dari dua atom dalam molekul, ikatan membentuk sudut  yang
disebut sudut ikatan. Bentuk molekul suatu senyawa dipengaruhi oleh jumlah PEI dan
PEB, semakin banyak jumlah PEB yang dimiliki oleh senyawa tersebut semakin kecil
sudut ikatannya. Misalkan sudut ikatan senyawa CH 4 = 109˚, NH3 = 107˚, dan H2O =
104,5˚ karena pengaruh tolakan PEB > PEI. (Fessenden, 1986)

2. Teori Domain Elektron

Teori atau model domain elektron (elektron domain) erat hubungannya dengan
teori VSEPR. Seperti halnya teori VSEPR, teori domain elektron dikembangkan
oleh Gillespie dan Hargittai (1991) berdasarkan ide-ide yang dikemukakan oleh N.
V. Sidgwick dan H. E. Powell. Gillespie dan Hargittai berpendapat bahwa
pengajaran bentuk molekul pada siswa pemula, seperti siswa Sekolah Menengah
Atas, sebaiknya menggunakan teori domain elektron karena tidak perlu melibatkan
orbital-orbital atom yang terlibat dalam pembentukan ikatan. Pada dasarnya teori
domain elektron merupakan penyederhanaan dari teori VSEPR. (Effendy, 2006:
139)

a) Pengertian Teori Domain Elektron


Menurut Ralph H. Petrucci (1985), teori Domain Elektron merupakan
penyempurnaan dari teori VSEPR. Teori ini adalah suatu cara meramalkan
bentuk molekul berdasarkan tolak menolak elektron-elektron pada kulit luar atom
pusat. Domain elektron berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan
elektron.

Elektron yang terdapat dalam suatu atom, kecuali atom hidrogen dan atom
helium dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu elektron pada kulit dalam (inner shell
electron) dan elektron pada kulit valensi (valence shell electron) atau elektron
valensi. Misalnya, pada atom litium dengan konfigurasi elektron Li: 1s2 2s¹, dua
elektron pada orbital 1s merupakan elektron pada kulit dalam, sedangkan satu
elektron pada orbital 25 merupakan elektron pada kulit valensi. Pada atom karbon
dengan konfigurasi elektron C: 1s2 2s2 2p2 dua elektron pada orbital 1s merupakan
elektron pada kulit dalam, sedangkan dua elektron pada orbital 2s dan dua elektron
pada orbital 2p merupakan elektron pada kulit valensi. Baik elektron pada kulit
dalam maupun elektron pada kulit valensi merupakan elektron-elektron yang tidak
stasioner dan posisinya tidak dapat ditentukan secara pasti akibat berlakunya
ketidakpastian Heissenberg. Oleh karena itu, cukup realistis apabila elektron-
elektron tersebut dianggap sebagai awan muatan (charge cloud). Awan muatan dari
elektron-elektron menempati daerah tertentu dalam ruang di sekitar inti atom.
Daerah tertentu dalam ruang pada kulit valensi atom yang ditempati oleh awan
muatan elektron-elektron disebut domain elektron (electron domain) Di dalam
domain elektron inilah elektron- elektron paling mungkin untuk ditemukan.
(Effendy, 2006: 139)

b) Domain Elektron Ikatan & Domain Elektron Bebas


Pada waktu atom-atom membentuk ikatan kovalen, jumlah elektron pada
kulit valensinya selalu bertambah. Sebelum membentuk ikatan kovalen elektron
pada kulit valensi atom karbon adalah empat, setelah membentuk ikatan kovalen
dengan atom-atom lain seperti pada CH4, CCI4, C₂H6, C2H4 dan C₂H₂, jumlah
elektron pada kulit valensi atom karbon adalah delapan. Elektron-elektron pada
kulit valensi suatu atom yang berikatan kovalen dengan atom-atom yang lain
terdiri atas pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB).
Pada molekul yang memiliki jumlah elektron ganjil, seperti NO,, selain terdapat
PEI dan PEB juga terdapat elektron tidak berpasangan (ETB). (Effendy, 2006:
140)
Daerah tertentu dalam ruang pada kulit valensi suatu atom yang ditempati
oleh awan muatan pasangan elektron disebut domain pasangan elektron (electron
pair domain) Domain pasangan elektron ada dua macam, yaitu domain pasangan
elektron ikatan atau domain elektron ikatan dan domain pasangan elektron bebas
atau domain elektron bebas. (Effendy, 2006: 140)
Domain pasangan elektron tidak memiliki batas yang jelas dan dapat
mengadakan tumpang tindih (overlapping) dengan domain pasangan elektron
yang lain. Pada pendekatan yang kasar domain pasangan elektron dapat dianggap
memiliki batas (contour) yang jelas serta tidak dapat mengadakan tumpang tindih
dengan domain pasangan elektron yang lain. Domain pasangan elektron bebas
adalah di bawah pengaruh satu inti atom, sedangkan domain pasangan elektron
ikatan di bawah pengaruh dua inti atom. Domain pasangan elektron bebas dapat
dianggap berbentuk bola, sedangkan domain pasangan elektron ikatan berbentuk
ellipsoid. (Effendy, 2006: 140)
Ukuran domain pasangan elektron bebas lebih besar daripada ukuran do-
main pasangan elektron ikatan tunggal. Ukuran domain pasangan elektron
rangkap tiga lebih besar daripada domain pasangan elektron rangkap dua; ukuran
domain pasangan elektron rangkap dua lebih besar daripada domain pasangan
elektron ikatan tunggal. Pada pendekatan yang kasar domain pasangan elektron
ikatan dapat dianggap berbentuk bola (spherical domain). (Effendy, 2006: 140)
c) Susunan Domain Pasangan Elektron
Dalam suatu molekul, domain pasangan elektron menempati ruangan
yang terdapat pada kulit valensi atom-atom dengan susunan tertentu. Dengan kata
lain, ruangan yang terdapat pada kulit valensi suatu atom dibagi dalam beberapa
domain dengan susunan tertentu. Dalam hal ini beberapa domain elektron yang
terdapat pada kulit valensi suatu atom cenderung mengadopsi susunan tertentu
sehingga jaraknya ke inti atom adalah paling dekat, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut : (Effendy, 2006: 141)

d) Domain Pasangan Elektron dan Bentuk Molekul


Berdasarkan teori domain elektron, bentuk molekul hanya ditentukan
oleh domain-domain elektron ikatan yang ada. Domain elektron bebas dianggap
tidak berperanan dalam penentuan bentuk molekul, akan tetapi dapat
memengaruhi sudut-sudut ikatan yang terdapat pada suatu molekul. Oleh karena
ruangan pada kulit valensi suatu atom yang ditempati oleh domain elektron bebas
lebih besar daripada ruangan yang ditempati oleh domain elektron ikatan tunggal,
maka adanya domain elektron bebas dapat memperkecil sudut-sudut ikatan yang
ada. Dalam meramalkan bentuk molekul yang perlu digambarkan hanya domain
elektron yang terdapat pada kulit valensi atom pusat saja. (Effendy, 2006: 142)
Susunan dua domain elektron ikatan adalah berlawanan, sehingga
menghasilkan molekul dengan bentuk linear seperti teramati pada BeH2. Dua
domain elektron atom Be pada BeH, merupakan domain elektron ikatan tunggal.
Dua domain elektron juga dimiliki oleh atom C pada CO2 Bedanya, dua domain
elektron atom C pada CO2 merupakan domain elektron ikatan rangkap dua.
(Effendy, 2006: 142)

e) Keuntungan Teori Domain Elektron untuk Meramalkan Bentuk Molekul

Teori atau model domain elektron dapat digunakan untuk meramalkan


bentuk molekul tanpa harus mengetahui: (1) jenis orbital yang terlibat dalam
pembentukan ikatan kovalen antara atom-atom dalam suatu molekul atau ion
poliatomik; dan (2) struktur Lewis molekul atau ion poliatomik. Oleh karena itu,
tampaknya teori ini dapat diterapkan dengan mudah pada pengajaran bentuk
molekul di Sekolah Menengah Atas (SMA). Di samping itu, teori domain
elektron tampaknya dapat mempermudah siswa dalam mempelajari teori VSEPR
pada jenjang yang lebih tinggi. Pada pengajaran bentuk molekul di SMA
berdasarkan teori domain elektron sebaiknya dibatasi pada molekul dan ion
poliatomik yang jumlah elektronnya ganap. dan hanya memiliki satu atom pusat.
(Effendy, 2006: 153)

f) Perbandingan Antara Teori Domain Elektron dan Teori VSEPR


Teori domain elektron dan teori VSEPR dapat dianggap tidak memiliki
perbedaan yang fundamental. Keduanya dapat dianggap sebagai teori yang sama.
yang berbeda hanyalah istilah yang digunakan, seperti ditunjukkan pada table
(Effendy, 2006: 154)

Perbandingan Teori Domain Elektron Teori VSEPR


Kulit valensi Ditempati oleh domain Ditempati oleh pasangan
atom pusat electron ikatan dan electron ikatan dan pasangab
domain electron bebas. electron bebas. (Bila
(Bila molekul memiliki molekul memiliki jumlah
jumlah electron ganjil, electron ganjil, pada kulit
pada kulit valensi atom valensi atom pusat terdapat
pusat terdapat domain electron tak berpasangan)
electron tak berpasangan)
Bentuk molekul Ditentukan oleh domain Ditentukan oleh pasangan
electron ikatan electron ikatan
Sudut ikatan di Diperkecil dengan Diperkecil dengan adanya
sekitar atom adanya domain electron pasangan electron bebas
pusat bebas
Peramalan bentuk Tidak harus didahului Tidak harus didahului
molekul dengan penulisan struktur dengan penulisan struktur
Lewis molekul Lewis molekul

B. INTERAKSI ANTAR MOLEKUL


Gaya tarik di antara molekul - molekul disebut gaya antarmolekul
(intermolecular forces). Gaya ini dapat menentukan keberadaan materi terkondensasi
cairan dan padatan. Ketika suhu gas turun. Akhirnya, pada suhu yang cukup rendah,
molekul - molekul itu tidak lagi memiliki cukup energi untuk memisahkan diri dari
tarikan molekul lainnya. Pada titik ini, molekul - molekul mengelompok untuk
membentuk tetes - tetes cairan yang kecil. Fenomena perubahan dari wujud gas menjadi
cair dikenal sebagai pengembunan. (Chang, Raymond. 2004)
Gaya antarmolekul berperan dalam perilaku gas nonideal menjelaskan materi
terkondesasi - cair dan padat. Gaya ini terjadi antarmolekul polar, antara ion, molekul
polar dan antarmolekul nonpolar. Jenis khusus gaya antarmolekul ini disebut ikatan
hidrogen yang menggambarkan interaksi antara atom hidrogen dalam ikatan polar
dengan aton elektronegatif seperti O, N atau F. Titik leleh dan titik didih zat merupakan
ukuran yang baik untuk mengukur kekuatan gaya antarmolekul. (Chang, Raymond.
2004)
Atom, molekul atau ion dalam suatu padatan dengan berbagai jenis ikatan. Gaya
elektrostatik berperan dalam padatan ion, gaya antarmolekul berperan dalam padatan
molekul, ikatan kovalen berperan dalam padatan kovalen, dan jenis interaksi yang
khusus, yang melibatkan elektron - elektron yang terdelokalisasi ke seluruh kristal
menjelaskan keberadaan logan dan kemampuannya untuk menghantarkan panas dan
listrik. (Chang, Raymond. 2004)

Ciri Khas Gas, Cairan, dan Padatan

Wujud Volume/Bentuk Kerapatan Ketermampatan Gerak


Materi Molekul

Gas Mengambil Rendah Sangat Sangat


volume dan bentuk termampatkan bebas
wadahnya bergerak

Cairan Memilii volume Tinggi Sedikit Meluncur


tertentu tetapi termampatkan satu
mengambil bentuk terhadap
wadahnya yang lain
dengan
bebas

Padatan Memiliki volume Tinggi Hampir tak Bergetar di


dan bentuk termampatkan tempat
tertentu tertentu

Gaya intramolekul adalah gaya yang dapat mengikat atom - atom dalam
molekul. Gaya intramolekul dapat menstabilkan molekul masing -masidng, sedangkan
gaya antarmolekul dapat menyebabkan sifat - sifat materi dalam jumlah besar (misalnya
titik leleh dan titik didih). Gaya antarmolekul lebih lemah daripada gaya intramolekul.
Energi yang diperlukan jauh lebih kecil untuk menguapkan cairan daripada untuk
memutuskan ikatan dalam molekul cairan. Misalnya, diperlukan sekitar 41 kJ energi
untuk menguapkan 1 mol air pada titik didihnya, diperlukan 930 kJ energi untuk
memutuskan dua ikatan O-H dalam 1 mol molekul air. (Chang, Raymond. 2004)
Titik didih zat dapat mencerminkan kekuatan gaya antarmolejul yang bekerja di
antara molekul - molekul. Pada titik didih, enegi yabg cukup harus diberikan untuk
mengatasi tarik menarik antarmolekul untuk dapat memasuki fasa uap. Jika diperlukan
energi yang lebih banyak untuk memisahkan molekul - molekul dalam zat A daripada
dalam zat B karena molekul - molekul A terikat bersama dengan gaya antarmolekul yang
lebih kuat daripada molekul - molekul B, maka titik didih A lebih tinggi daripada titik
didih B. Secara umum, titik leleh zat naik dengan mengikatnya kekuatan gaya
antarmolekul. (Chang, Raymond. 2004)
Untuk memahami sifat sifat kondensasi, kita harus memahami jenis - jenis gaya
antarmolekul. Gaya dipol - dipol, gaya dipol - dipol terinduksi, dan gaya dispersi yang
biasa disebut gaya van der waals. Ion dan dipol saling tarik menarik dengan gaya
elektrostatik yang disebut gaya ion dipol. Ikatan hidrogen merupakan interaksi dipol -
dipol yang cukup kuat. Sedikit unsur yang terlibat dalam pembentukan ikatan hidrogen,
maka dari itu gaya ini dimasukkan ke dalam golongan terpisah. (Chang, Raymond.
2004)
1. Gaya London
Molekul nonpolar terdiri atas inti-inti atom dan elektron-elektron. Inti-inti
atom dan elektron-elektron tersebut selalu dalam keadaan bergerak. Andaikata
atom-atom unsur gas mulia dianggap sebagai molekul monoatomik, maka distribusi
rata-rata dari inti atom dan elektron-elektron yang selalu dalam keadaan bergerak di
sekitar inti atom menghasilkan pusat muatan positif dan pusat muatan negatif yang
berimpit di satu titik sehingga molekul monoatomik tersebut bersifat nonpolar.
Molekul nonpolar tersebut dapat digambarkan dengan lingkaran yang di tengahnya
terdapat tanda ±. Awan elektron atau rapatan elektron dari molekul tersebut
dianggap memiliki simetri bola (spherically symmetric). (Effendy, 2006: 187)
Dalam kondisi tersebut, elektron-elektron yang terdapat di dalam molekul
monoatomik dapat dianggap berada dalam kedudukan simetris. Jika di dalam
molekul terdapat 2 elektron dan inti atom dengan 2 proton seperti pada atom
helium, maka salah satu kedudukan simetris dari dua elektron tersebut dapat
ditunjukkan pada Gambar 2. Kedudukan simetris ini terjadi pada saat dua elektron
posisinya dihubungkan oleh pusat simetri. ). (Effendy, 2006: 188)

Gambar 2

Kedudukan 2 Elektron dalam Posisi Simetris pada atom He

Terjadinya Gaya London antara molekul-molekul monoatomik dapat dijelaskan


dengan dua versi. Versi pertama, karena elektron selalu dalam keadaan bergerak
maka pada suatu saat yang sangat singkat dapat terjadi polarisasi rapatan elektron.
Bentuk awan elektron dianggap mengalami deviasi dari simetri bola. Hal ini
menyebabkan pusat muatan positif dan pusat muatan negatif memisah dan molekul
dikatakan memiliki dipol sesaat (instantaneous dipol) atau dipol sekejap. (Effendy,
2006: 188)
Gambar 3

Pembentukan Dipol Sesaat pada Molekul Nonpolar

Dalam waktu yang sangat singkat dipol sesaat ini akan hilang tetapi kemudian
timbul kembali. Timbul dan hilangnya dipol sesaat ini dianggap terjadi secara
terus-menerus dan bergantian. Apabila di dekatnya ada molekul nonpolar sejenis
atau berbeda, maka molekul dengan dipol sesaat ini akan menginduksi
(mengimbas) molekul tersebut sehingga terjadi dipol induksian (induced dipol) atau
dipol imbasan. ). (Effendy, 2006: 189)

Gambar 4

Terjadinya Gaya London antara Molekul-Molekul Nonpolar, Versi Pertama

Setelah pada dua molekul tersebut terbentuk dipol sesaat dan dipol induksian,
maka antara keduanya terjadi gaya tarik elektrostatik yang disebut dengan gaya
London.

Versi kedua, apabila dua molekul monoatomik nonpolar dengan elektron- elektron
dalam kedudukan simetris saling mendekati, maka terjadi gaya tarik inti molekul
sebelah kanan terhadap elektron-elektron pada molekul sebelah kiri (Gambar 5
atas) sehingga kedudukan elektron-elektron pada molekul sebelah kiri tidak lagi
simetris dan padanya terjadi dipol sesaat (Gambar 5 tengah). Pada kondisi tersebut
awan elektron molekul kiri tidak lagi memiliki simetri bola. Molekul kiri dengan
dipol sesaat ini menginduksi molekul sebelah kanan sehingga kedudukan elektron-
elektron pada molekul sebelah kanan tidak lagi simetris dan padanya terjadi dipol
induksian (Gambar 5 bawah). Pada kondisi tersebut awan elektron molekul kanan
tidak lagi memiliki simetri bola. Setelah pada dua molekul tersebut terbentuk dipol
sesaat dan dipol induksian, maka antara keduanya terjadi gaya London. ).(Effendy,
2006: 190)

Gambar 5

Terjadinya Gaya London antara Molekul-Molekul Nonpolar, Versi Kedua

Pada waktu terjadi polarisasi, elektron-elektron dan inti atom dalam suatu molekul
mengalami perpindahan dari posisi rata-ratanya. Mudah atau tidaknya dipol sesaat
atau dipol induksian terbentuk pada suatu molekul tergantung kepada kemudahan
awan elektronnya untuk mengalami polarisasi. Kemudahan awan elektron suatu
molekul untuk dipolarisasi dinyatakan dengan kebolehpolaran (polarizabilities,
dengan simbol α dan satuan m³). Dalam hal ini semakin mudah awan elektron suatu
molekul dipolarisasi, maka kebolehpolaran molekul tersebut semakin tinggi pula.
Kebolehpolaran suatu molekul tergantung pada jumlah dan bentuk awan
elektronnya. Untuk molekul-molekul dengan bentuk yang sama, bertambahnya
jumlah elektron menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan elektron semakin
lemah, awan elektron semakin lunak (soft) sehingga makin mudah dipolarisasi dan
kebolehpolarannya semakin tinggi seperti ditunjukkan dengan data pada Tabel
13.1. ). (Effendy, 2006: 191)

Jumlah elektron dalam suatu molekul berbanding lurus dengan massa molekulnya
oleh karena itu kebolehpolaran suatu molekul semakin tinggi dengan bertambahnya
massa molekulnya. Kenaikan kebolehpolaran molekul menyebabkan semakin
mudahnya molekul tersebut membentuk dipol sesaat dan dipol induksian sehingga
gaya London yang terjadi semakin kuat. ).(Effendy, 2006: 191)

Adanya gaya London antara molekul-molekul nonpolar menyebabkan pada


waktu peleburan dan pendidihan diperlukan sejumlah energi untuk memperbesar
jarak antara molekul-molekul nonpolar. Semakin kuat gaya London antara molekul-
molekul, semakin besar pula energi yang diperlukan untuk terjadinya peleburan dan
pendidihan. (Effendy, 2006: 191)

2. Gaya Dipol-Dipol Induksian


Apabila molekul polar dan molekul nonpolar berada pada jarak tertentu,
molekul polar dapat menginduksi molekul nonpolar sehingga pada molekul non-
polar tersebut terjadi dipol induksian. Setelah proses induksian berlangsung, maka
antara kedua molekul tersebut terjadi gaya tarik elektrostatik yang disebut gaya
dipol permanen-dipol induksian atau gaya dipol-dipol induksian. Dipol permanen
pada molekul polar biasanya hanya disebut dipol. Terjadinya gaya dipol-dipol
induksian ditunjukkan dengan Gambar 13.8. (Effendy, 2006: 195)
3. Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol - dipol (dipole - dipole forces) merupakan gaya yang bekerja antara
molekul - molekul polar yaitu antara molekul - molekul yang memiliki momen
dipol dan berasal dari gaya elektrostatik. Makin besar momen dipolnya, makin kuat
gayanya.

Molekul - molekul yang memiliki momen dipol permanen cenderung mengatur


diri dengan kepolaran yang berlawanan dalam fasa padat untuk menghasilkan
interaksi tarikan yang maksimum (Chang, Raymond. 2004)
Gambar tersebut menunjukkan bahwa orientasi molekuk polar dalam suatu
padatan. Dalam cairan, molekul - molekul tidak terikat seperti padatan, tetapi
molekul - molekul cenderung tersusun secara rata dan terjadi interaksi tarik menari
pada keadaan maksimum. (Chang, Raymond. 2004)

4. Gaya Ion – Dipol


Interaksi elektrostatik juga menjelaskan gaya ion - dipol (ion - dipole forces)
yang terjadi antara suatu ion (kation atau anion) dengan suatu molekul polar. 
Kekuatan interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran ion dan pada
besarnya momen dipol dan ukuran molekul. Muatan katon umumnya lebih terpusat,
karena kation biasanya lebih kecil daripada anion. Jadi, untuk muatan yang sama,
kation berinteraksi lebih kuat daripada anion. Dalam larutan NaCl dalam air, ion -
ion Na + dan Cl - dikelilingi oleh molekul air, yang memiliki momen dipol yang
besar (1,87 D). Bila senyawa ionik seperti NaCl dilarutkan, molekul - molekul air
bertindak sebagai isolator listrik yang mempertahankan ion - ion saling berjauhan.
Disisi lain, karbon tetraklorida (CCl4) adalah molekul nonpolar, karena itu tidak
memiliki kemampuan untuk terlibat dalam interaksi ion - dipol. Karbon tetraklorida
merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa ionik seperti kebanyakan cairan
nonpolar lainnya. (Chang, Raymond. 2004)

Pada gambar di atas menunjukkan demonstrasi tarik - menarik ion - dipol. Air
dalam buret dialirkan ke dalam gelas kimia. Jika batang yang bermuatan negatif
(misalnya, batang ebonit yang digosokkan ke rambut) didekatkan pada aliran air,
air akan dibelokkan menuju batang tersebut. Bila batang ebonit diganti oleh batang
ebonit diganti oleh batang yang bermuatan positif (misalnya batang gelas yang
digosok dengan sutra), air juga tertarik ke batang. Dengan batang ebonit, molekul -
molekul air mengorientasikan dirinya sendiri ke ujung positif dipo mengarah ke
batang dan tertarik ke muatan batang dan tertarik ke muatan negatif batang. Bila
batang ebonit digantikan dengan batang kaca, ujung negatif dipol akan terorientas
menuju batang. Penyimpangan yang serupa dapat diamati untuk cairan polar yang
lain. Bila cairan nonpolar seperti heksana (C6H14) digunakan untuk menggantikan
air maka tidak terjadi pembelokan. (Chang, Raymond. 2004)
Jika kita menempatkan ion atau molekul polar berikan suatu atom atau
molekul nonpolar, distribusi elektron pada atom atau molekul ini akan terganggu
dengan gaya yang dilakukan oleh ion atau molekul polar tersebut. Dipol yang
dihasilkan dalam atom atau molekul itu disebut dipol terinduksi (Induced Dipole)
sebab pemisahan muatan positif dan negatif dalam atom atau molekul nonpolar itu
disebabkan oleh kedekatannya dengan suatu ion atau molekul polar. Interaksi tarik-
menarik antar ion dan dipol terinduksi disebut interaksi ion dipol terinduksi dan
interaksi tarik-menarik antara molekul polar dan dipol terinduksi disebut interaksi
dipol-dipol terinduksi. (Chang, Raymond. 2004)
Kemungkinan momen dipol akan terinduksi bergantung bukan hanya pada
muatan ion atau kekuatan dipol tetapi juga bergantung pada keterpaparan atom atau
molekul. Keterpolaran (polarizability) adalah kemudahan terganggunya distribusi
elektron dalam suatu atom atau molekul. Semakin banyak jumlah elektron dan
semakin menyebar awan elektron dalam atom atau molekul akan semakin besar
keterpolarannya. Yang dimaksud dengan awan yang menyebar adalah awan
elektron yang tersebar dalam volume yang cukup besar sehingga elektron elektron
tersebut tidak terikat kuat oleh inti. (Chang, Raymond. 2004)
Keterpolaran memungkinkan gas-gas yang mengandung atom atau molekul
nonpolar (misalnya He dan N2) untuk mengembun. Dalam atom helium elektron
elektron bergerak pada jarak tertentu dari inti. Pada saat tertentu mungkin saja atom
itu memiliki momen dipol yang dihasilkan oleh letak tertentu elektron-elektron
tersebut. Momen dipol ini disebut dipol sesaat karena dipol ini hanya berlangsung
selama sepersekian detik yang sangat singkat. Pada saat berikutnya elektron-
elektron itu berada pada tempat yang berbeda dan apem itu memiliki dipol sesaat
yang baru dan seterusnya. Tetapi, jika dirata-ratakan terhadap waktu (yaitu waktu
yang diperlukan untuk melakukan pengukuran momen dipol), atom tersebut tidak
memiliki momen dipol karena dipol dipol sesaat saling menghilang satu sama lain.
(Chang, Raymond. 2004)
Tafsiran mekanika kuantum terhadap dipol-dipol saat ini dikemukakan pada
tahun 1930 oleh Fritz London seorang Fisikawan Jerman. London menunjukkan
bahwa besarnya tarik-menarik ini berbanding lurus dengan keterpolaran atom atau
molekul. Seperti yang kita harapkan, gaya tarik-menarik yang timbul sebagai hasil
dipol-dipol yang terinduksi sementara dalam atom atau molekul disebut gaya
dispersi (dispersion force). Helium memiliki dua elektron yang terikat kuat dalam
orbital 1s. Atom helium memiliki keterpolaran yang kecil. (Chang, Raymond.
2004)
Gaya dispersi biasanya meningkat dengan meningkatnya massa molar karena
molekul-molekul dengan massa molar yang lebih besar cenderung memiliki lebih
banyak elektron dan kekuatan gaya dispersi akan meningkat dengan bertambahnya
jumlah elektron. Selain itu, massa molar yang lebih besar sering berarti bahwa atom
yang lebih besar distribusi elektronnya lebih mudah diganggu karena elektron
elektron terluarnya kurang terikat pada inti. (Chang, Raymond. 2004)

Titik leleh senyawa - senyawa nonpolar yang serupa

Senyawa Titik Leleh (oC)

CH4 -182,5

CF4 -150,0

CCl4 -23,0

Cl4 171,0

Contoh
Jenis gaya antarmolekul apa yang ada antara pasangan - pasangan ini?
a. HBr dan H2S
b. Cl2 dan CBr4
c. I2 dan NO3 -
d. NH3 dan C6H6
Penjelasan dan Penyelesaian: Untuk mengidentifikasi gaya antarmolekul, akan
berguna untuk mengelompokkan spesi - spesi yang di bahas sebagai (1) molekul
nonpolar, (2) molekul polar, dan (3) ion.  Harap diigat bahwa gaya dispersi ada di
antara semua spesi. 
a. Baik HBr maupun H2S adalah molekul polar, sehingga gaya antar molekul -
molekul ini adalah gaya dipol - dipol. Terdapat pula gaya dispersi antar
molekul.
b. Baik Cl2 maupun CBr4 adalah nonpolar, sehingga hanya terdapat gaya
dispersi antara molekul - molekul tersebut.
c. I2 adalah nonpolar, sehingga gaya antara molekul ini dan ion NO3 - adalah
gaya ion dipol terinduksi dan gaya dispersi.
d. NH3 adalah polar dan C6H6 adalah nonpolar. Gayanya adalah gaya dipol -
dipol terinduksi dan gaya dispersi. 

5. Ikatan Hydrogen
Ikatan hidrogen (hydrogen bond) adalah jenis khusus interaksi dipol - dipol
antara atom hidrogen dalam ikatana polar, seperti N - H, O - H, atau F - H dengan
atom elektronegatif O, N, atau F. Interaksi ini ditulis:
A—H- - - B atau A—H- - - A
A dan B mewakili O, N, atau F; A-H adalah satu molekul atau bagian dari
molekul dan B adalah bagian dari molekul lain; dan garis titik - titik mewakili
ikatan hidrogen. Ketiga atom biasanya terletak pada satu garis lurus, tetapi sudut
AHB (atau AHA) dapat menyimpang hingga 30o dari bentuk lurus. (Chang,
Raymond. 2004)
Energi rata-rata 1 ikatan hidrogen cukup besar untuk satu interaksi dipol-dipol
hingga 40 kJ/mol. Jadi ikatan hidrogen merupakan suatu gaya yang kuat dalam
menentukan struktur dan sifat-sifat dari banyak senyawa. Bukti awal Adanya ikatan
hidrogen berasal dari kajian mengenai titik didih senyawa. Biasanya, titik didih
deret senyawa yang serupa mengandung unsur-unsur dalam golongan yang sama
meningkat dengan meningkatnya massa molar. Tetapi, senyawa Hidrogen pada
unsur golongan 5A, 6A, dan 7A tidak mengikuti kecenderungan ini dalam setiap
deret ini senyawa paling ringan (NH3, H2O, HF) memiliki titik didih tertinggi,
bertentangan dengan dugaan yang didasarkan pada massa molar. Alasannya adalah
adanya ikatan hidrogen yang meluas antara molekul-molekul dalam senyawa ini.
Dalam padatan HF, misalnya molekul-molekul tidak terdapat sebagai satuan
tunggal; melainkan, molekul-molekul ini membentuk rantai zigzag panjang yang
saling terikat oleh ikatan hidrogen. (Chang, Raymond. 2004)
Dalam wujud cair lantai zigzag ini putus, tetapi molekul-molekul tetap saling
berikatan hidrogen satu sama lain. Molekul-molekul yang terikat melalui ikatan
hidrogen lebih sulit untuk dipisahkan sehingga cairan HF memiliki titik didih tinggi
yang tidak biasa. (Chang, Raymond. 2004)
Kekuatan ikatan hidrogen ditentukan oleh interaksi coulomb antara pasangan
elektron bebas pada atom elektronegatif dan inti hidrogen. Untuk mengetahui titik
didih HF yang lebih rendah dari air. Fluorin lebih elektronegatif dibanding oksigen
sehingga diharapkan ikatan hidrogen yang lebih kuat terdapat pada cairan HF
daripada dalam H2O. Tetapi H2O termasuk unik karena molekul-molekulnya
terlibat dalam 4 ikatan hidrogen antarmolekul, dan karena itu molekul H2O saling
terikat lebih kuat. (Chang, Raymond. 2004)
Gaya antar molekul yang dibahas bersifat tarik-menarik tetapi molekul-molekul
juga dapat melakukan gaya tolak-menolak satu sama lain. Jika bila dua molekul
saling mendekat tolak-menolak antara elektron-elektronnya dan antar intinya mulai
berperan. Besarnya gaya tolak ini meningkat sangat tajam dengan berkurangnya
jarak molekul-molekul dalam fasa terkondensasi. Hal inilah cairan dan padatan
sangat sulit dimampatkan. Dalam fasa ini, molekul-molekul yang sudah cukup
dekat untuk bersentuhan satu sama lain dan akan mencegah pemampatan lebih jauh.
(Chang, Raymond. 2004)
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. (1999). Kimia Universitas Asas & Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar: Konsep - Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Erlangga: Jakarta

Effendy. (2006). Teori VSEPR, Kepolaran dan Gaya Antarmolekul. Malang: Bayumedia Publishing

Fessenden dan Fessenden. . (1986). Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga

Oxtoby, David W. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai