Anda di halaman 1dari 17

Bab I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Pasal 23 Ayat 1 mengatakan
Industri pertahanan merupakan salah satu upaya dalam mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Artinya, pengembangan dan penelitian tekhnologi
pertahanan merupakan salah satu upaya pemerintah guna mendorong dan memajukan
industri pertahanan Nasional. (UU tentang Pertahanan negara , 2002)
Industri pertahanan merupakan Industri dibidang pertahanan milik pemerintah
maupun swasta yang memproduksi tekhnologi persenjataan serta penyediaan terkait
administrasi / Logistik yang digunakan untuk kepentingan negara baik dilakukan secara
Individu maupun kerjasama Tim. Industri ini juga disebut sebagai Industri militer,
dimana didalamnya terdapat peran pemerintah dan industri perdagangan dalam
pelayanan penyediaan fasilitas militer, penelitian dan pengembangan alat persenjatan.
(Sri Hartati, 2014, pp. 260-261)
Dalam tujuannya untuk mencapai kemandirian pertahanan Nasional, Indonesia masih
kurang dalam mengamankan wilayah kedaulatan, contoh kasusnya adalah perompakan di
Selat Malaka ("serangan bajak laut di Selat Malaka meningkat"; beritaTrans, 2014) dan
masuknya pesawat bersenjata di wilayah udara Indonesia di Pangkalan Udara Sultan
Iskandar Muda (Lanud SIM) Blangbintang,Aceh Barat. (Hafiz, 2020)
Untuk itu, kerjasama antar negara merupakan upaya Indonesia dalam memperkuat
pertahanan wilayah kedaulatannya selain membangun Industri pertahanan . Indonesia
telah bekerjasama dengan Negara Brazil dalam bidang keamanan udara melalui jual beli
pesawat bersenjata antara PT.Dirgantara dan Senegal Embassy Brazil pada tahun 2017.
(Kemhan, 2017)
Senegal Embassy memesan pesawat bersenjata dari PT. Dirgantara yaitu, CN-235
yang saat itu merupakan kontrak ketiga kalinya antara Senegal Embassy Brazil dangan
PT. (Kemhan, " Indonesia dan Senegal Tingkatkan Kerjasama Pertahanan, Senegal Pesan
Lagi Pesawat CN 235 PT DI", 2017) Dirgantara yang penandatanannya disaksikan
langsung oleh Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu. Kerjasama dengan
Senegal Embassy ini diharapkan Brazil dapat membantu untuk menjamin pemeliharaan
pesawat Super Tucano dan mendukung peluncuran roket Astros yang dimiliki oleh
Indonesia. (Kemhan, "Kerjasama Pertahanan RI-Brazil Telah Resmi Ditandatangani Oleh
Menhan Kedua Negara", 2017)
Selain Brazil, Indonesia juga menjalin kerjasama pertahanan dengan Korea Selatan
melalui peningkatan dan pembangunan kapal selam. (Kemhan, " Menhan RI Bertemu
Menhan Korsel Bahas Kerja Sama Kapal Selam ", 2017) Indonesia memesan tiga kapal
selam yang diproduksi oleh Daewoo ShipBuilding & Marine Engieering Co., pada tahun
2017. Selain kapal selam, Indonesia juga telah menandatangani kontrak secara terpisah
dalam pembelian pesawat jet tempur T-50 Supersonic buatan Seol. (Suastha, 2017)
Menurut Perdana Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, kerjasama kapal selam
dan jet tempur ini merupakan langkah awal Indonesia untuk membangun pertahanan
mandiri dan mendorong Industri pertahanan antara Indonesia dan Korea Selatan dalam
memperluas sector pemasaran. (Suastha, 2017)
Selain itu, peluang lain terkait kerjasama pertahanan yaitu datang dari negara Fiji.
Pada tahun 1970, Negara yang awal merupakan Negara yang terfokus pada Industri
eksport gula pada masa sebelum kemerdekaannya, (Prasad, 2003) sampai tiba pada tahun
1971, Negara Fiji mulai membentuk The Royal Fiji Military Force yang bertugas untuk
membantu pemerintah dalam memperkenalkan dengan persenjataan modern yaitu
senapan dan senjata api. (Singh, 2008)
Sekilas mengenai The Royal Fiji Military Force yang kini namanya diubah menjadi
Republic of Fiji Military Force, sudah berhubungan lama dengan Selandia Baru dan
Australia sejak Perang Dunia II, (Singh, 2008) dibawah penjajahan Britania Raya pada
saat itu. Namun, pada tahun 2006 disaat terjadi pengalihan kekuasaan dari pemerintahan
yang dipimpin oleh Perdana Menteri Laisenia Qarase menjadi rezim Frank Bainimarmara
yang merupakan Perwira Pasukan Militer Republik Fiji Angkatan Laut, mengalami krisis
terhadap status hubungannya dengan Australia dan Selandia Baru. (Prujean, 2011)
Baru pada tahun 2014, tepat dibawah naungan partai FijiFirst Frank Bainimarmara
terpilih kembali untuk memimpin pemerintahan menginginkan pemulihan hubungan
dengan Australia dan Selandia Baru di bidang pertahanan. Pada tahun ini pula Industri
pertahanan Fiji mulai di akui dunia Internasional, termasuk Rusia.
Januari tahun 2016, Rusia menjalin kerjasama dengan Fiji melalui bantuan fasilitas
persenjataan berupa senapan AK-47, Granat peluncur roket, dan truk perang dengan
estimasi biaya 12,5 juta USD. Bantuan yang diberikan Rusia ke Fiji adalah untuk
membantu operasi Pasific Missile Range Facilitiy di Golan Heights. (Sousa-Santos,
2016)
Pada November tahun 2017, Perdana Menteri Australia Marise Payne dengan
Menteri Pertahanan Fiji mengadakan pertemuan yang membahas mengenai pertahanan
dan keamanan regional. Kemudian pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan berupa
pengadaan pertemuan formal antar Menteri Pertahanan setiap tahun dengan estimasi
pengeluaran sebesar 2 Miliar Dolar Australia guna mendukung kerjasama pertahanan
dalam bidang bantuan kemanusiaan dan bencana dalam upaya Peacekeeping. (Defence,
2017)
Ditahun yang sama, pada tanggal 29 September, Indonesia melakukan kerjasama
pertahanan dengan Fiji. Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Ryamizard Ryacudu dan
Menteri Pertahanan dan Keamanan Fiji, Inoke Kubuabola menandatangani perjanjian “
Agreement between the Republic of Indonesia and the Republic of Fiji on Cooperatons in
the field of Defence “ . (Kemhan, " Indonesia dan Fiji Sepakati Perjanjian Kerja Sama di
Bidang Pertahanan ", 27)
Terkait hubungan Indonesia dan Fiji, sebelum peristiwa penandatanganan “
Agreement between the Republic of Indonesia and the Republic of Fiji on Cooperations
in the field of Defence “ terjadi, pada tanggal 3 November 2016, Menteri Pertahanan Fiji
berkunjung ke Indonesia dan menemui Jenderal Gatot Nurmantyo yang merupakan
panglima Tentara Negara Indonesia (TNI).
Kunjungan Menteri Pertahanan Fiji ke Indonesia adalah untuk menyampaikan
ucapan terimakasih atas pengiriman 100 teknisi militer guna membantu Fiji dalam
memperbaiki Fasilitas yang hancur akibat Badai Tropis Winston yang menimpa Fiji pada
20 Februari 2016. (RNZ, 2016)
Selain itu, Menteri Pertahanan Fiji berharap melalui pertemuannya ini, menghasilkan
kerjasama antara Indonesia dan Fiji di bidang pertahanan. Kemudian, kerjasama ini
diperkuat dengan penandatanganan Memorandum Of Understanding (MoU) yang
ditujukan kepada Tentara Negara Indonesia (TNI).
Dalam (MoU) ini, Fiji menawarkan bentuk latihan gabungan guna meningkatkan
kemampuan militer antara Indonesia dengan Fiji, diantaranya yaitu Latihan gabungan
Angkatan laut. Tujuan Fiji untuk memperkuat perjanjian dengan TNI adalah untuk
mempelajari beberapa hal mengenai pelatihan, pendidikan, serta pengembangan
kemampuan militer anggota PMRF. (department of information, 2016)
Kemudian pada tanggal 4 November 2016, Indonesia sepakat untuk bekerjasama
dengan Fiji di bidang pertahanan. Pembicaraan pun berlanjut mengenai petukaran
intelejen militer serta mengenai agenda latihan gabungan. Selain itu, Indonesia dan Fiji
juga membicarakan tentang pemberantasan terorisme mengingat wilayah Asia Pasifik
merupakan salah satu target global dari kelompok Islamic State. (xinhuanet, 2016)
Terdapat lima kesepakatan ada dalam MoU antara Indonesia dengan Fiji menurut
Menteri Pertahanan Indonesia yakni ; Pertama, kedua belah pihak sepakat diadakannya
pertukaran pertukaran kunjungan antar badan pertahanan dan angkatan bersenjata. Kedua
adalah, mengadakan dialog dan konsultasi bilateral secara berkala terkait isu-isu
terorisme yang menjadi perhatian kedua negara.
Ketiga, yaitu mengadakan peningkatan kapasitas dalam bidang pertahanan melalui
seminar, lokakarya, program pelatihan dan pendidikan. Keempat, mengadakan pertukaran
intelejen negara. Dan terakhir, peningkatan kerjasama dalam bidang industri pertahanan
melalui kerjasama tekhnologi, penelitian, produksi dan pemasaran. (Kemhan, " Indonesia
dan Fiji Sepakati Perjanjian Kerja Sama di Bidang Pertahanan ", 27)
Menteri Pertahanan Indonesia mengatakan bawasannya kerjasama ini merupakan
bentuk progres dari hubungan pertahanan Indonesia dan Fiji setelah Insiden Badai Tropis
Winston yang menimpa Fiji. Begitupun dengan Menteri Pertahanan Fiji yang mengakui
bahwa Indonesia merupakan mitra kerjasama Fiji dalam bidang keamanan wilayah Asia-
Pasifik. (Xinhua, 2017)
Oleh karena itu, melihat banyaknya potensi yang dimiliki Fiji, membuat Indonesia
ingin menjalin lebih lanjut dalam bidang keamanan. Dan potensi kerjasama antara
Indonesia dan Fiji, serta kesamaan isu permasalahan keamanan yaitu mengenai terorisme
membuat Indonesia sepakat untuk memperkuat keamanan dan pertahanan Nasional
melalui kerjasama keamanan dengan Fiji.
Dengan jumlah penduduk yang terbilang sedikit yakni 920.938 (Agency, 2020)
disertai dengan jumlah personil militer yakni 3.500 personil, (studies, 2017) mengapa
Indonesia mengambil tindakan untuk kerjasama dengan Negara Fiji yang terbilang tak
begitu kuat kapabilitas militernya jika dibandingkan dengan Australia dan Selandia baru
Melalui penelitian ini “ Kepentingan Indonesia terhadap Fiji dalam bidang pertahanan
serta Implikasinya terhadap keamanan kawasan Asia Pasifik periode 2017 “.
Diambilnya periode 2017 dikarenakan merupakan pertama kalinya Fiji melakukan
komunikasi dengan Indonesia yang menjadikan Indonesia mengambil perannya di
kawasan Asia Pasifik.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang mengenai kapabilitas militer Indonesia dan Fiji, beserta
kerjasama yang telah dilakukan oleh kedua negara, maka munculah pertanyaan yakni,
alasan Indonesia menjalin kerjasama pertahanan dengan Fiji yang merupakan sebuah
negara pulau yang kecil di Samudra Pasifik, dan apakah implikasinya terhadap keamanan
kawasan Asia Pasifik ?

C. TUJUAN PENULISAN
Dengan mengambil topik ini, penulis memiliki tujuan yang menjadi pembatasan
dalam menjabarkan pertanyaan dari perumusan masalah, yakni ; mengetahui kerjasama
yang telah dilakukan oleh Indonesia dan Fiji guna mengungkapkan mengapa Indonesia
memilih Fiji sebagai mitra pertahanan serta implikasinya terhadap keamanan kawasan
Asia Pasifik.

D. MANFAAT PENELITIAN
a. MANFAAT TEORITIS
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat yakni memperluas
kajian Hubungan Internasional terkait Keamanan Internasional kawasan Asia Pasifik.
Dan mengetahui upaya Indonesia untuk mengatasi kelemahan dalam bidang
keamanan melalui kerjasama dengan Fiji.

b. MANFAAT PRAKTIS
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat yakni memprediksi
progress kerjasama Indonesia dengan Fiji terkait kerjasama dibidang keamanan.

E. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian kepentingan Indonesia terhadap Fiji dalam bidang keamanan 2017
serta implikasinya terhadap keamanan kawasan Asia Pasifik, ada beberapa sumber
referensi tedahulu yang sudah meneliti hal ini yang kemudian dijadikan tinjauan pustaka
untuk pengembangan identifikasi Indonesia memilih Fiji sebagai mitranya serta
Implikasinya terhadap Pertahanan Nasional.
Penelitian pertama yakni “kepentingan Indonesia dalam mengambil alih flight
information region (FIR) dari Singapura” jurnal karya Alwafi Ridho Surbarkah.
Penelitian ini berisikan tentang kepentingan Indonesia dalam menjaga kedaulatan udara
melalui pengambil alihan flight information region yang dikuasai oleh Singapura.
Sedangkan penelitian ini membahas mengenai kepentingan Indonesia terhadap Fiji dalam
hal pertahanan kawasan Asia Pasifik.
Metode yang digunakan dalam penelitian karya Alwafi yakni National Interest dan
power yang akan digunakan dalam penelitian ini. Yang dimana National interest
merupakan hal yang perlu dirancang dalam mencapai tujuannya yaitu power. Yang
membedakannya yakni, penelitian karya Alwafi tidak membahas Diplomasi pertahanan
sebagai kerangka teori yang dimana penelitan karya Alwafi ini fokus kepada kedaulatan
Indonesia di udara yang dimana dalam penelitian ini akan fokus tehadap kedaulatan
antara Indonesia dan Papua Barat di kawasan Asia Pasifik . (Subarkah, 2019)
Penelitian selanjutnya yakni Skripsi Universitas Pasundan dengan judul “ Kerjasama
pertahanan Indonesia – Jerman dan Implikasinya bagi Kemajuan Industri Pertahanan
dalam Negeri Indonesia “ karya Andika Kresnadi tahun 2016. Skripsi ini membahas
mengenai kerjasama antara Indonesia dengan Jerman yang memfokuskan pada kerjasama
Tank Leopard.
Perbedaan lainnya adalah Skripsi Andika menggunakan Jerman sebagai variabelnya,
sedangkan penelitian ini menggunakan Fiji sebagai variabelnya. Sedangkan penelitian
ini membahas mengenai mengapa Indonesia memilih Fiji sebagai mitra kerjasama di
bidang keamanan. Penelitian ini bukan memfokuskan Alutsista sebagai bentuk kerjasama
bilateral. Namun, teori dan konsep kemungkinan akan sama dengan penelitian ini yakni
National Interest dan Power. Konsep teori realisme juga dikunakan dalam penelitian
karya Andika dalam menjelaskan kedudukan pemerintahan di dunia politik internasional.
Teori realisme berasumsi bahwa pemerintahan merupakan aktor utama dalam hubungan
internasional. (kresnandi, 2016)
Kesamaan lainnya yakni sama-sama membahas Implikasinya terhadap Industri
pertahanan Nasional. Namun perbedaannya adalah Skripsi Andika menekankan
kerjasama yang ditujukan untuk keamanan Nasional. Sedangkan penelitian ini
menekankan peran Indonesia dalam keamanan kawasan Asia Pasifik.
Penelitian selanjutnya yakni “Partisipasi Sipil dalam Inovasi Militer: Kerjasama
Industri Pertahanan Indonesia dan Turki 2010-2018” karya Luerdi & Hizra Marisa.
Penelitian ini membahas tentang kerjasama Industri nasional dengan Turki dalam
mewujudkan inovasi militer. Kerangka konseptual yang digunakan yakni dalam
mewujudkan Inovasi militer harus membutuhkan faktor stimuli yang mendukung adanya
inovasi militer, yaitu partisipasi atau intervensi sipil. (Marisa, 2019) Sedangkan
penelitian ini tidak menjelaskan tentang inovasi militer sebagai perwujudan yang harus
tercapai.
Penelitian ini hanya fokus terhadap kepentingan Indonesia terhadap Fiji dalam
bidang pertahanan di kawasan Asia Pasifik beserta implikasinya. Namun mempunyai
kesamaan dalam menjelaskan Diplomasi pertahanan sebagai kerangka teori dalam
penelitian ini. Yang dimana diplomasi pertahanan merupakan bentuk kerjasama dalam
bidang pertahanan yang mengubah asumsi pemikiran realisme dimana pertahanan hanya
dipandang sebagai alat yang efektif sebagai pertahanan maupun melancarkan serangan ke
negara lain yang =dianggap dapat mengancam kedaulatan negara itu. (Marisa, 2019)
Penelitian selanjutnya yakni jurnal yang berjudul “ kepentingan Indonesia
bekerjasama dengan Brazil dalam bidang pertahanan tahun 2010-2014” karya Hotmauli
Sihite. Didalam jurnal ini membahas kebutuhan Indonesia dalam membutuhkan
kebutuhan alutsista dan modernisasi militer dengan Brazil.
Secara teoritis, kedua penelitian ini sangat berbeda, jurnal karya Hotmauli ini
menggunakan pendekatan politik luar negeri model strategik atau model rasional dalam
mencapai modernisasi militer. Yang menjadi dasar dari politik luar negeri model strategik
yakni negara merupakan aktor yang dapat memaksimalkan pencapaian tujuan dengan
cara memperhitungkan secara rasional kebijakan luar negeri yang diterapkan dalam
kerjasama internasional. (Sihite, 2015)
Sedangkan penelitaan ini dikaji berdasarkan konsep kepentingan nasional dan
diplomasi pertahanan. Dimana kerjasama antara Indonesia dengan Fiji memiliki
kepentingan didalamnya. Dan dalam mencapai itu semua dibutuhkan diplomasi
pertahanan sebagai media untuk mncapai kepentingan nasional.

F. KERANGKA TEORI
Dalam memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian “ Kepentingan Indonesia
terhadap Fiji dalam bidang pertahanan serta Implikasinya terhadap keamanan kawasan
Asia Pasifik periode 2017 “, maka dibutuhkan kerangka teori atau konsep dasar untuk
memaparkan dan mensingkronkan kepentingan Indonesia terhada Fiji dalam bidang
pertahanan, berdasarkan MoU yang telah disepakati pada tahun 2016 dan perjanjian “
Agreement between the Republic of Indonesia and the Republic of Fiji on Cooperatons in
the field of Defence “ . mengenai Peacekeeping.

- Diplomasi pertahanan
Sebelumnya istilah mengenai diplomasi pertahanan pertama kali
digunakan oleh Kementerian pertahanan Kerajaan Inggris pada tahun 1990 untuk
mengkonsolidasi serangkaian aktivitas militer dengan pendekatan statecaft
(Power). Diplomasi pertahanan didefinisikan sebagai penggunaan institusi-
institusi pertahanan secara damai untuk mengkooptasi institusi-institusi
pemerintahan negara lain demi mendapatkan kepentingan yang diinginkan.
(Winger, 2014)
Kemudian dari pendekatan lainnya yakni Cottey dan Foster
mendefinisikan diplomasi pertahanan sebagai penggunaan sumber daya
pertahanan untuk tujuan-tujuan kerjasama di masa-masa damai dan infrastruktur
terkait khususnya Kementerian pertahanan sebagai alat politik luar negeri dan
kebijakan keamanan.
Konsep diplomasi pertahanan telah mengubah paradigma terhadap
angkatan bersenjata yang dianggap sebagai sarana efektif dalam penggunaan
ancaman atau kekerasan. Aktivitas dalam diplomasi pertahanan juga telah
mengalami pengembangan yakni upaya melakukan balance of power sampai
pada kejasama antar pertahanan dan misi kemanusiaan. (Forster, 2004)
Diplomasi pertahanan memiliki tiga karakteristik yakni; Pertama,
diplomasi pertahanan sebagai Confidence Building measure, yang dilakukan
untuk meningkatkan hubungan antar bangsa, mengurangi kecurigaan,
mempromosikan keterbukaan dan transparansi dalam peningkatan kapabilitas
militer. Kedua, diplomasi pertahanan untuk kapabilitas pertahanan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dalam menghadapi
ancaman. Ketiga, diplomasi pertahanan untuk industri pertahanan yang bertujuan
untuk mengembangkan industry pertahanan negara. (Sari, 2018)
Berasarkan tiga karakteristik diplomasi pertahanan, maka dengan
diwujudkannya diplomasi pertahanan, yang dirasakan oleh negara hasilnya dari
diplomasi pertahanan yakni ; Pertama, rendahnya ketegangan antar kedua negara.
Kedua, tewujudnya pengembangan dan penerapan hubungan yang baik dengan
negara mitra. Ketiga, terwujudnya transparansi dalam hal kapasitas dan
kemampuan bidang militer. Keempat, membangun kepercayaan diri terhadap
bidang pertahanan. Kelima, mengubah pandangan suatu negara mitra menjadi
lebih baik. (Rolfe, 2015 )
Dalam pendekatan ini, kedua negara telah melakukan diplomasi
pertahanan. Dan dalam penelitian ini juga memaparkan bagaimana Indonesia dan
Fiji menjalankan diplomasi pertahanan berupa perjanjian itu.

- National Interest
Dalam menjabarkan kepentingan Indonesia bekerjasama dengan Fiji
dalam bidang pertahanan, kepentingan nasional itu sendiri dikemukakan oleh
Morgenthau yang mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan politik, dalam
perpolitikan Internasional, adalah dengan cara memiliki kepentingan. Dimana
kepentingan tersebut diartikan juga sebagain kekuatan (power). (Morgenthau,
1997)
Ada dua cara untuk mengetahui tujuan dari kepentingan nasional suatu
negara. Pertama, kepentingan nasional digunakan untuk membentuk perilaku
politik suatu negara dengan melihat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan suatu
negara. Baik bersifat membela diri, melawan negara lain, atau tawaran dari
negara lain. Kedua, kepentingan nasional berfungsi sebagai alat untuk
menganalisa, menjelaskan dan menilai suatu kebijakan luar negeri dalam suatu
negara. (Buchill, 2005)
Dalam poin pertama, ditegaskan bahwa Fiji menawarkan bentuk latihan
gabungan guna meningkatkan kemampuan militer antara Indonesia dengan Fiji,
diantaranya yaitu Latihan gabungan Angkatan laut. Tujuan Fiji untuk
memperkuat perjanjian dengan TNI adalah untuk mempelajari beberapa hal
mengenai pelatihan, pendidikan, serta pengembangan kemampuan militer
anggota PMRF.
Dimana penilaian sementara, Fiji melihat Indonesia sebagai negara yang
berpengalaman dalam bidang pertahanan dan keamanan laut dan udara pasca
Indonesia mengirimkan bantuan pengiriman 100 teknisi militer guna membantu
Fiji dalam memperbaiki Fasilitas yang hancur akibat Badai Tropis Winston yang
menimpa Fiji pada 20 Februari 2016. Sedangkan Indonesia melihat Fiji dapat
membantunya dalam meningkatkan kekuatan dan perannya dalam keamanan
kawasan pasifik selatan.
Dan terdapat tiga asumsi dalam kepentingan nasional yakni pertama,
kepentingan nasional berasal dari banyaknya masyarakat atau negara yang
memiliki tujuan yang sama. Kedua, kepentingan nasional tidak berubah
meskipun negara itu berganti kepemerintahan. Ketiga, pemerintah merupakan
aktor yang bertugas untuk mencapai kepentingan nasionalnya. (Buchill, 2005)
Terkait dengan tiga asumsi ini, mengingat kesepakatan MoU antara
Indonesia dan Fiji poin kedua yakni mengadakan dialog dan konsultasi bilateral
secara berkala terkait isu-isu terorisme yang menjadi perhatian kedua negara.
Dimana tepatnya pada tanggal 4 November 2016 sebelumnya tawaran kerjasama
ini dikarenakan kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu target utama
kelompok Islamic State dalam melancarkan aksi terorisme. Dan tentunya
pemerintahan berperan penting dalam menjalankan kerjasama ini.
Pendekatan lainnya juga dijelaskan oleh Humprey, yang berasumsi
bahwa kepentingan nasional merupakan klaim dari tujuan domestik dari suatu
negara yang dimana klaim tersebut menjelaskan secara jelas mengenai tujuan apa
yang menjadi prioritas utama dan bagaimana cara mencapai itu. Kemudian
Humprey menjelaskan hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa tujuan dari
suatu negara. Yakni siapa yang paling diuntungkan dari kebijakan-kebijakan
yang yang diputuskan oleh suatu negara yang kebijakannya mengarah ke
kepentingan nasionalnya. (Humpreys, 2015)
Dalam hal ini, pendekatan oleh Humprey digunakan untuk memperdalam
tujuan utama dari Indonesia menjalankan kerjasama dengan Fiji. Hal paling vital
mengapa Indonesia sepakat untuk memulai hubungan diplomatic di bidang
pertahanan denga Fiji.

- Kedaulatan
Istilah kedaulatan sudah dikenal sejak abad ke 16 yang mengacu pada
kelegalitasan mengenai suatu elemen politik berupa kekuatan yang tersentralisasi
dimana kekuatan ini menerapkan dan membuat peraturan sendiri di dalam suatu
wilayah. Istilah ini dibuat pada saat kekuatan tersentralisasi mengarah kepada
kekuatan kerajaan monarki. Seiring berjalannya waktu, makna dari kekuatan
tersebut berubah menjadi “kekuatan dominan”. (Morgenthau, 1997)
Dan seiring berjalannya waktu juga, Morgenthau mengembangkan
pemikirannya mengenai kedaulatan. Kedaulatan dalam asumsi yang
dikembangkannya ini memiliki arti sebagai merdeka, kesetaraan, dan keutuhan.
Yang diasumsikan negara sebagai otoritas tertinggi sudah menunjukan arti
merdeka yang dimaksud. Yang artinya negara yang merdeka bebas untuk
mengatur urusan negaranya baik secara eksternal maupun internal selama urusan
tersebut tak menyimpang dari hukum internasional yang berlaku.
Setiap negara tidak berhak atas penentuan hukum yang diterapkan oleh
negara lain. Setiap negara harus patuh terhadap hukum internasional tetapi tidak
untuk patuh terhadap negara lain. Seperti yang tertulis dalam Pasal 2 Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa “ organisasi ini
berfondasi pada prinsip kesetaraan kedaulatan seluruh anggota” yang dimana
anggota dari PBB adalah negara.
Sedangkan keutuhan merupakan fungsi dari badan legislatif seluruh
negara adalah sama, yang tak memandang ukuran populasi, dan kekuatan negara
tersebut. Namun, disepakatinya hak veto dalam PBB dalam kondisi yang seperti
ini, keutuhan diartikan sebagai negara-negara yang memiliki hak untuk turut serta
dalam menentukan perlu atau tidaknya terlibat dalam suatu keputusan/perjanjian.
(Morgenthau, 1997)
Dalam pendekatan ini digunakan untuk melihat adanya kepentingan
terkait mempertahankan kedaulatan Indonesia dikawasan Asia Pasifik melalui
kerjasama pertahanan dengan Fiji. Yang dimana Indonesia masih lemah dalam
mempertahankan wilayah kedaulatannya didasari dengan peristiwa perompakan
di Selat Malaka dan masuknya pesawat bersenjata di wilayah udara Indonesia di
Pangkalan Udara Sultan Iskandar Muda (Lanud SIM) Blangbintang,Aceh Barat.

- Power
Menurut Morgenthau, power merupakan tujuan politik yang bersifat
absolut dan setiap negara memprioritas power sebagai tujuan yang harus dicapai.
Maka dari itu power juga disebut sebagai political power yang ditujukan untuk
negara yang menggunakan power didalam kerjasama atau perjanjian..
(Morgenthau, 1997)
Terdapat empat cara dalam dimana negara menerapkan power-nya
yakni, Pertama Symbolic means, yakni cara melalui tindakan komunikatif, yang
merupakan “ dialog dan diskusi mengenai identitas dan kepentingan negara “.
Selain itu, tindakan yang bersifat mempengaruhi juga dikatakan sebagai tindakan
komunikatif, seperti diskursus, propaganda, gambaran, maupun cerita.
Dalam hal ini, Fiji telah melakukan cara ini melalui kunjungannya pada
tahun 2016 silam dalam rangka ucapan terimakasih sekaligus ajakannya untuk
bekerja sama dalam bidang militer dan dalam bidang keamanan kawasan Asia
Pasifik.
Kedua, economic means, yakni cara untuk menambah ataupun
mengurangi barang dan jasa yang disediakan untuk dieksport ke negara lain
untuk merepresentasikan powernya. Dalam hal ini, Indonesia telah melakukan
cara ini pasca bencana badai Tropis Winston dengan mengirimkan 100 teknisi
militer untuk membantu perbaikan fasilitas yang rusak serta pengiriman logistic.
Ketiga, military means, cara negara menunjukan powernya ketika
negaranya berada dalam keadaan yang sifatnya mengancam. Dalam hal ini,
Indonesia telah melakukan ini atas dasar mengatasi kelemahanya dalam
mempertahankan kedaulatannya di udara dan di laut. Dimana semenjak itu,
Indonesia banyak melakukan kerjasama pertahanan dengan negara lain dengan
tujuan mengenbangkan tekhnologi militer. Katakanlah bekerjasama dengan
Brazil dan Korea Selatan.
Keempat, diplomacy means, cara negara untuk bernegosiasi dan
mengirim perwakilannya sebagai representasi power. dalam hal ini, kedua negara
telah melakukan cara ini berdasarkan MoU poin keempat yakni melakukan
pertukaran Intelejen negara sebagai perwakilan dari masing-masing negara.
(Baldwin, 2013)
Pendekatan lainnya juga Morgenthau menjelaskan ada tiga jenis power
yang diperjuangkan didalam tatanan politik internasional. Yakni status quo,
imperialisme, dan prestige. Dalam hal ini, Indonesia membutuhkan jenis power
prestige dalam menunjukan kepiawaiannya dalam bidang pertahanan setelah
sepakatnya perjanjian kerjasama dengan Fiji. Dimana Indonesia dapat
menciptakan kepercayaan dan confidence building dengan Fiji dan terhadap
negara-negara kawasan Asia Pasifik.
G. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif yang merupakan
penelitian yang menganalisa fenomena sosial dengan cara menggambarkan fenomena
sosial dari sudut pandang suatu individu.yang artinya penelitian ini menghubungkan
antara teori dengan praktik sosial dan berusahan untuk menemukan relevansi yang terjadi
dalam keidupan sosial. (Martono, 2015)

1. Teknik pengumpulan data


Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan yang digunakan yakni library
research atau teknik pengumpulan data yang berasal dari studi kepustakaan.
Teknik kepustakaan merupakan teknik yang mencari sumber dasar yang berasal
dari berbagai informasi literatur baik berupa buku, dokumen, jurnal atau laporan,
yang dimana seluruh literatur tersebut berhubungan dengan topik yang akan
dikaji dalam penelitian ini.

2. Teknik analisa data


Dalam teknik nalisa data kualitatif terdapat empat proses dalam
menentukan hipotesa sementara. Pertama, pengumpulan data merupakan proses
awal yang dilakukan dalam teknik ini, mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
merupakan tahap awal dalam menyusun rancangan penelitian.
Kedua, tahap reduksi data yang merupakan proses pengurangan data
yang sudah didapat oleh peneliti, menyeleksi data-data yang sekiranya relevan
terhadap konsep atau kerangka pemikiran dalam penelitian. Ketiga, tahap
penyajian data yang yang merupakan tahap pengambilan kesimpulan sementara
dari data-data yang terpilih. Keempat, tahap verifikasi yang merupakan proses
pengambilan kesimpulan sementara atau akhir. (Martono, 2015)
Dalam menganalisa data-data yang sudah disaring, maka dibutuhkan
teori guna memperjelas permasalahan penelitian yang pada akhirnya dapat
mejawab permasalahan penelitian dari sisi teoritis.

3. Metode penulisan
Dalam penelitian ini menggunakan metode penulisan deduktif yang
dimana metode penulisan yang dimulai dari pembahasan umum dan diakhiri
dengan pembahasan khusus. Dalam metode ini, peneliti menulis pembahasan
teori sebagai ambaran umum didukung dengan latar belakang dari permasalahan.
Dan mengakhiri dengan kesimpulan yang berisi tentang analisis data-data yang
telah terkumpul serta relevansinya dengan teori yang digunakan.

H. SISTEMATIKA PENULISAN
- Bab I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang dari permasalahan yang akan dikaji
beserta alasan mengapa diambilnya topik ini sebagai bahan kajian. Selain itu,
dalam bab ini berisikan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metode pemelitian dan sistematika penulisan.

- Bab II : HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – FIJI DALAM BIDANG


PERTAHANAN
Bab ini berisikan penjelasan mengenai perjalanan hubungan bilateral
antara Indonesia dengan Fiji dalam bidang pertahanan. Tujuan dari pemaparan ini
adalah untuk mengetahui kilas balik hubungan Indonesia dan Fiji dalam bidang
pertahanan serta bagaimana kondisi kedua negara tersebut saat keduanya
memiliki lembaga pertahanan masing-masing.
Dalam bab ini juga ingin memaparkan faktor yang menjadi pendorong
kedua negara ini melakukan perjajian dalam bidang petahanan. Serta bagaimana
kedudukan Indonesia dalam Asia pasifik sebelum menyepakati perjanjian itu.

- Bab III : KEDAULATAN PAPUA BARAT DAN RESPON INDONESIA


TERHADAP PENGAJUAN KEANGGOTAAN PAPUA DALAM
MELANESIAN SPAREHEAD GROUP.
Bab ini berisikan mengenai Papua Barat yang memutuskan memisahkan
diri dari NKRI dan upaya Papua barat atas status keanggotaannya dalam
Melanesian Sparehead Group. Tujuan dari pemaparan ini yakni, untuk
mengetahui bagaimana upaya Papua Barat atas pengajuannya sebagai anggota
tetap Melanesian Sparehead Group serta respon Indonesia akan hal ini. Dalam
bab ini juga mengkaji seberapa pentingkah Papua Barat bagi Indonesia sehingga
masih di dipantau melalui perjanjian dengan Fiji dan melalui organisasi kawasan
Asia Pasifik.

- Bab IV: KEPENTINGAN INDONESIA TERHADAP FIJI DALAM BIDANG


PERTAHANAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEAMANAN
KAWASAN ASIA PASIFIK
Bab ini berisikan tentang analisa kepentingan Indonesia sepakat akan
MoU yang direkomendasikan oleh Fiji dalam bidang pertahanan. Yang dimana
pada bab ini difokuskan kepada hal – hal yang menjadi kepentingan Indonesia
menyetujui perjanjian dengan Fiji serta implikasinya terhadap keamanan kawasan
Asia pasifik mengingat kawasan ini menjadi target utama dalam melancarkan
aksi terorisme oleh kelompok Islamic state dan juga merupakan kawasan yang
takjarang menemukan kasus perompakan dan penerbangan gelap oleh pesawat
bersenjata.

- Bab V : KESIMPULAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan yang dikaji
sekaligus hasil dari analisa pembahasan dan relevansinya terhadap konsep –
konsep yang digunakan. Kemudian penulis mencantumkan daftar pustaka setelah
bab iniyang berisikan tentang seluruh literatur yang telah digunakan dalam
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai