Anda di halaman 1dari 6

SESI 6 UTS

Pengaruh Adanya Produk yang Hilang, terhadap Perhitungan Harga Pokok Produk
per Satuan dalam Metode Harga Pokok Proses.

Di dalam proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk baik
yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Jika bahan baku yang diolah selama
periode tertentu berjumlah 1.000 liter, yang banyaknya dinyatakan dalam unit ekuivalen
sebanyak 500 satuan produk jadi, maka belum tentu hasil produksi dalam periode tersebut
dapat mencapai jumlah 500 satuan produk tersebut. Jika laporan menunjukkan bahwa produk
selesai dalam periode tersebut jumlahnya 350 satuan, dan produk dalam proses pada akhir
periode, jika dinyatakan dalam unit ekuivalen berjumlah 100 satuan, maka berarti di dalam
proses produksi selama periode tersebut telah terjadi produk yang hilang dalam proses
sebanyak 50 satuan.

Sebelum dibahas pengaruh berkurangnya produk terhadap penentuan harga pokok


produk per satuan, perlu diuraikan pengertian istilah produk yang hilang, rusak dan cacat.
Produk yang hilang dalam proses adalah berkurangnya atau hilangnya produk karena sifat
proses produksi atau sifat bahan yang diolah. Produk yang hilang dalam proses tidak
mempunyai wujud fisik. Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang
baik. Produk rusak mungkin masih dapat laku dijual atau tidak laku sama sekali. Produk cacat
adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara
ekonomis masih dapat diperbaiki menjadi produk yang baik, dengan mengeluarkan biaya
pengerjaan kembali (rework costs).

Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang pada awal proses, sepanjang proses
atau pada akhir proses. Produk rusak dan produk cacat selalu terjadi pada akhir proses. Untuk
kepentingan perhitungan harga pokok, produk yang hilang sepanjang proses harus dapat
ditentukan pada tingkat penyelesaian mana saat hilangnya produk tersebut terjadi. Atau untuk
menyederhanakan perhitungan harga pokok, produk yang hilang sepanjang proses dapat
diperlakukan sebagai produk yang hilang pada awal atau akhir proses.

Berikut ini diberikan contoh bagaimana pengaruh adanya produk yang hilang, rusak
dan cacat dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produk per satuan, yang dibagi
menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Pengaruh produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produk
per satuan.
2. Pengaruh produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga pokok produk
per satuan.
3. Pengaruh produk rusak terhadap perhitungan harga pokok produk per satuan.
4. Pengaruh produk cacat terhadap perhitungan harga pokok produk per satuan.
Pengaruh Produk yang Hilang pada Awal Proses Terhadap Perhitungan Harga Pokok
per Satuan

Produk yang hilang pada awal proses belum ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan, sehingga tidak diikut sertakan dalam perhitungan-perhitungan unit ekuivalen
produk yang dihasilkan.

Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses
mempunyai akibat menaikkan harga pokok produk per satuan. Dalam departemen setelah
departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai akibat : (1)
menaikkan harga pokok per satuan produk yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya dan (2) menaikkan harga pokok per satuan yang ditambahkan dalam departemen
produksi dimana produk yang hilang tersebut terjadi.

Contoh berikut ini memakai anggapan sebagai berikut : (1) produk diolah melalui dua
departemen produksi ; departemen A dan B, (2) tidak terdapat produk dalam proses awal
periode, (3) perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, (4) produk yang hilang
terjadi pada awal proses.

Proses yang dihasilkan oleh tiap departemen produksi PT. Eliona Sari dalam bulan
Januari 1977 adalah sebagai berikut :

Departemen A Departemen B
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B ……….. 700 kg -
Produk selesai yang ditransfer ke gudang ………………. - 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku dan penolong 100% biaya
konversi 40% 200 kg -
Biaya bahan penolong 60%, biaya konversi
50% - 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses …………………... 100 kg 200 kg

Menurut catatan Bagian Akuntansi, biaya produksi yang telah dikeluarkan selama bulan
Januari 1977 adalah sebagai berikut :

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku ………………………………………. Rp. 22.500,- Rp. -
Biaya bahan penolong ………………………………….. 26.100,- 16.100,-
Biaya tenaga kerja ……………………………………… 35.100,- 22.500,-
Biaya overhead pabrik *) ………………………………. 46.800,- 24.750,-
Jumlah biaya produksi …………………………………. Rp. 130.500,- Rp. 63.350,-
*) biaya overhead pabrik ini merupakan biaya yang sesungguhnya terjadi selama bulan Januari 1977, dan
termasuk di dalamnya biaya-biaya yang dialokasikan dan departemen-departemen pembantu.

Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan Departemen A dalam bulan Januari 1977. Oleh
karena itu, produk yang hilang tersebut tidak diikut sertakan dalam perhitungan unit
ekuivalen produk yang dihasilkan oleh Departemen A. Akibatnya biaya per kg produk yang
dihasilkan oleh Departemen A menjadi lebih tinggi. Seandainya produk tersebut tidak hilang
dalam proses dan menjadi produk yang baik, maka unit ekuivalen biaya bahan baku menjadi
1.000 kg (700 + 100% x 200 + 100) dan biaya bahan baku per kg adala sebesar Rp. 22,50
(Rp. 22.500,-  1.000 kg).

Laporan biaya produksi Departemen A untuk bulan Januari 1977 adalah

PT. ELIONA SARI


Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 1977

Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses ……………………... 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B …………… 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan dengan tingkat
penyelesaian ; biaya bahan baku dan penolong 100% ;
biaya konversi 40% …………………………………………….. 200 kg
Produk yang hilang pada awal proses ……………………….. 100 kg
1.000 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen A
Biaya Total Biaya per kg
Biaya bahan baku ………………………………………………. Rp. 22.500,- Rp. 25,-
Biaya bahan penolong …………………………………………. 26.100,- 29,-
Biaya tenaga kerja ……………………………………………… 35.100,- 45,-
Biaya overhead pabrik …………………………………………. 46.800,- 60,-
Jumlah biaya produksi Departemen A ……………………….. Rp.130.500,- Rp. 159,-

Unit Ekuivalen
Jumlah produk yang dihasilkan Biaya per kg produk yang
Biaya produksi
Jenis Biaya oleh Departemen A (unit dihasilkan oleh
Departemen A
ekuivalen) Departemen A
(1) (2) (2):(1)
Biaya bahan baku 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg Rp. 22.500,- Rp. 25,-
Biaya bahan penolong 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg 26.100,- 29,-
Biaya tenaga kerja 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 35.100,- 45,-
Biaya overhead pabrik 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 46.800,- 60,-
Rp. 130.500,- Rp. 159,-
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B :
700 x Rp. 159,- ……………………………………………………………… Rp. 111.300,-
Harga pokok produk dalam proses pada akhir bulan (200) :
Biaya bahan baku ………………………………………………. Rp. 5.000,-
Biaya bahan penolong …………………………………………. 5.800,-
Biaya tenaga kerja ……………………………………………… 3.600,-
Biaya overhead pabrik …………………………………………. 4.800,- 19.200,-
Jumlah biaya produksi Departemen A ……………………….. Rp. 130.500,-

Penjelasan :
Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B dan produk dalam
proses akhir adalah sebagai berikut :

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B :


700 x Rp. 159,- ……………………………………………………………… Rp. 111.300,-
Harga pokok produk dalam proses pada akhir bulan (200 kg) :
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp. 25,- ……………………. Rp. 5.000,-
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp. 29,- ………………. 5.800,-
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp. 45,- ……………..……… 3.600,-
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp. 60,- ..………………. 4.800,- 19.200,-
Jumlah biaya produksi Departemen A ………………..………….. Rp. 130.500,-

Produk yang hilang pada awal proses yang terjadi di departemen setelah departemen
produksi pertama mempunyai dua akibat terhadap (1) harga pokok per satuan yang berasal
dari departemen sebelumnya dan (2) harga pokok per satuan yang ditambahkan dalam
departemen dimana produk yang hilang tersebut terjadi. Karena harga pokok produk di
departemen setelah departemen pertama dihitung secara komulatif, maka terjadinya produk
yang hilang di departemen B sebanyak 200 kg tersebut mengakibatkan kenaikan harga pokok
per satuan yang berasal dari departemen A. Harga pokok produk selesai yang berasal dari
departemen A sebesar Rp. 111.300,- yang semula dipikul oleh 700 kg produk, dengan adanya
produk yang hilang pada awal proses di departemen B sebanyak 200 kg, maka harga pokok
tersebut hanya dipikul oleh jumlah produk yang lebih sedikit. Penyesuaian (adjustment)
perhitungan harga pokok per kg produk yang berasal dari departemen A dihitung sesudah
laporan biaya produksi departemen B.
PT. ELIONA SARI
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 1977

Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Departemen A ……………. 700 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke gudang …………… 400 kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan dengan tingkat
penyelesaian ; biaya bahan penolong 60% ;
biaya konversi 50% …………………………………………….. 100 kg
Jumlah produk yang hilang pada awal proses ………..…….. 200 kg
700 kg
Biaya yang Dibebankan dalam Departemen B
Biaya Total Biaya per kg
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen A….…. Rp. 111.300,- Rp. 159,-
Penyesuaian harga pokok per satuan karena adanya produk
yang hilang dalam proses ……………………………………… 63,60
Rp. 111.300,- Rp. 222,60

Biaya yang ditambahkan dalam Departemen B :


Biaya bahan penolong …………………………………………. Rp. 16.100,- Rp. 35,-
Biaya tenaga kerja ……………………………………………… 22.500,- 50,-
Biaya overhead pabrik …………………………………………. 24.750,- 55,-
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam Departemen B ….... Rp. 63.350,- Rp. 140,-
Jumlah biaya produksi komulatif dalam Departemen B …..... Rp.174.650,- Rp. 362,60

Unit Ekuivalen
Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah biaya produksi Biaya per kg yang
Jenis Biaya oleh Departemen B (unit yang ditambahkan di ditambahkan
ekuivalen) Departemen B Departemen B
(1) (2) (2):(1)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg = 460 kg 16.100,- 35,-
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50% x 100 kg = 450 kg 22.500,- 50,-
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50% x 100 kg = 450 kg 24.750,- 55,-
Rp. 63.350,- Rp. 140,-

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang :
400 kg x Rp. 362,60 ………………………………………………………… Rp. 145.040,-
Harga pokok produk dalam proses pada akhir bulan (100 kg).
Harga pokok produk dari Departemen A :
100 kg x Rp. 222,60 ………………………………………………………… Rp. 22.260-
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B :
Biaya bahan penolong …………………………………………. 2.100,-
Biaya tenaga kerja ……………………………………………… 2.500,-
Biaya overhead pabrik …………………………………………. 2.750,-
Rp. 29.610,-
Jumlah biaya produksi komulatif dalam Departemen B ……..………… Rp. 174.650,-
Penjelasan :
Penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal dari Departemen A.

Harga pokok per satuan produk yang berasal dari Departemen A Rp. 111.300,- : 700 Rp. 159,-

Harga pokok per satuan produk yang berasal dari Departemen A setelah adanya
produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah
Rp. 111.300,- : (700 kg – 200 kg) Rp. 222,60

Penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal dari Departemen A Rp. 63,60

Penjelasan :
Perhitungan biaya

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang


400 kg @ Rp. 362,60 ……………………………………………… Rp. 145.040,-
Harga pokok produk dalam proses akhir bulan (100 kg) :
Harga pokok dari Departemen A 100 kg x Rp. 222,60 ………… Rp. 22.260,-
Biaya bahan penolong 100 kg x 60% x Rp. 35,- ………………. 2.100,-
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% x Rp. 50,- ……………..……… 2.500,-
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp. 55,- ..………………. 2.750,- 29.610,-
Jumlah biaya produksi komulatif dalam Departemen A …. …….. Rp. 174.650,-

Anda mungkin juga menyukai