Anda di halaman 1dari 8

53

BAB VI
METODE HARGA POKOK PROSES II

6.1 Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Dalam Proses Terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produk Per Satuan

Di dalam proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk yang
baik yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Ditinjau dari saat terjadinya, produk
dapat hilang pada awal proses, sepanjang proses, atau pada akhir proses. Untuk kepentingan
perhitungan harga pokok produksi per satuan, produk hilang sepanjang proses harus dapat
ditentukan pada tingkat penyelesaian berapa produk yang hilang tersebut terjadi. Atau untuk
menyederhanakan perhitungan harga pokok produksi per satuan, produk yang hilang sepanjang
proses diperlukan sebagai produk yang hilang pada awal atau akhir proses.

6.2 Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Pada Awal Proses Terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produksi Per Satuan

Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak diikutsertakan dalam
perhitungan-perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan dalam departemen tersebut.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai
akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen produksi kedua, produk
yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat: (1) menaikkan harga pokok produksi per
satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya, dan (2) menaikkan harga
pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen
pertama tersebut.
Contoh 1:
PT Eliona memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya :
Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut
untuk bulan Januari 19X1 adalah sebagai berikut:

Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian:
Biaya bahan baku & penolong 100% 200 kg
Biaya konversi 40% 200 kg
Biaya bahan penolong 60% 100 kg
Biaya konversi 50% 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Menurut catatan Bagian Akuntansi, biaya produksi yang telah dikeluarkan selama bulan
Januari 19X1 adalah:

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp. 22.500
Biaya bahan penolong Rp. 26.100 Rp. 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
54

Biaya overhead pabrik 46.800 24.750


Jumlah biaya produksi Rp.130.500 Rp. 63.350

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen A


Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan Januari 19X1. Oleh
karena itu produk yang hilang tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan oleh Departemen A. Akibatnya biaya produksi per kg produk yang
dihasilkan Departemen A menjadi lebih tinggi.
Berikut adalah perhitungan biaya produksi per unit Departemen A

Jenis Biaya Biaya Produksi Unit Ekuivalensi Biaya per kg


Departemen A

(1) (2) (3) (2):(3)

Bahan Baku Rp 22.500 700kg + (100% x 200 kg) = 900 kg Rp 25


Bahan Penolong 26.100 700kg + (100% x 200 kg) = 900 kg 29
Tenaga Kerja 35.100 700kg + (40% x 200 kg) = 780 kg 45
Overhead Pabrik 46.800 700kg + (40% x 200 kg) = 780 kg 60
Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B dan persediaan produk
dalam proses akhir Departemen A adalah:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B :


700 x Rp 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan:
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 25 = Rp. 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp 29 = Rp. 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 45 = Rp 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp 60 = Rp 4.800
Rp 19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen B


Produk yang hilang pada awal proses, yang terjadi di departemen setelah departemen
produksi pertama mempunyai dua akibat terhadap (1) Harga pokok per satuan yang berasal dari
departemen sebelumnya dan (2) Harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam
departemen dimana produk yang hilang tersebut terjadi. Karena harga pokok produksi di
departemen setelah departemen pertama dihitung secara kumulatif, maka terjadinya produk yang
hilang di Departemen B sebanyak 200 kg mengakibatkan kenaikkan harga pokok produksi per
satuan produk yang berasal dari Departemen A. Penyesuaian perhitungan harga pokok produksi
per kg produk yang berasal dari Departemen A dapat dihitung:
55

PT ELIONA
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 19X1

Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir 200 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg
1000 kg
Biaya yang dibebankan dalam Departemen A
Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp. 22.500 Rp 25
Biaya bahan penolong 26.100 29
Biaya tenaga kerja 35.100 45
Biaya overhead pabrik 46.800 60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp. 130.500 Rp 159

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B:
700 kg @ Rp 159 Rp. 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku Rp 5.000
Biaya bahan penolong 5.800
Biaya tenaga kerja 3.600
Biaya overhead pabrik 4.800
19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A
Rp 111.300 : 700 Rp 159,00
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A
Setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B
Rp 111.300 : (700 kg – 200 kg) 222,6
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari
Departemen A Rp. 63,6

Perhitungan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan di Departemen B adalah:

Jenis Biaya Jumlah Biaya Unit Ekuivalensi Biaya per kg


Produksi Yang Produk yang
Ditambahkan Ditambahkan di
Departemen B Departemen B

(1) (2) (3) (2):(3)


Bahan Penolong Rp 16.100 400kg + (60% x 100 kg) = 460 kg Rp 35
Tenaga Kerja 22.500 400kg + (50% x 100 kg) = 450 kg 50
Overhead Pabrik 24.750 400kg + (50% x 100 kg) = 450 kg 55

Rp 63.350 Rp 140
56

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang dan produk yang
masih dalam proses akhir bulan adalah sebagai berikut:

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang:


400 kg @ Rp 362,6 Rp. 145.040
Harga pokok produk dalam proses akhir bulan:
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp 222,6 Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60% x Rp 35 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50% x Rp 50 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50% x Rp 55 2.750
29.610
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp 174.650

6.3 Pengaruh Terjadinya Produk Yang Hilang Pada Akhir Proses terhadap Perhitungan
Harga Pokok Produksi Per Satuan

Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam
penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut. Harga pokok
produksi yang hilang pada akhir proses harus dihitung, dan harga pokok ini diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok produk selesai ditransfer ke departemen produksi berikutnya atau ke
gudang. Hal ini akan mengakibatkan harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke
departemen selanjutnya atau ke gudang menjadi lebih tinggi.

Contoh 2:
Hitunglah harga pokok produksi Departemen A dan Departemen B pada keterangan pada
Contoh 1, dengan perubahan keterangan mengenai produk yang hilang yang diubah menjadi pada
akhir proses.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen A


Karena produk yang hilang terjadi pada akhir proses, maka produk tersebut sudah ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan Januari
19X1. Oleh karena itu produk yang hilang tersebut diikutsertakan dalam penghitungan
unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh Departemen A. Akibatnya biaya produksi
per kg produk yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.
Jenis Biaya Biaya Produksi Unit Ekuivalensi Biaya per kg
Yang Ditambahkan
Departemen A

(1) (2) (3) (2):(3)


Bahan Baku Rp 22.500 700kg + (100% x 200 kg) + 100 kg = 1000 kg Rp 22,5
Bahan Penolong 26.100 700kg + (100% x 200 kg) + 100 kg = 1000 kg 26,1
Tenaga Kerja 35.100 700kg + (40% x 200 kg) + 100 kg = 880 kg 39,89
Overhead Pabrik 46.800 700kg + (40% x 200 kg) + 100 kg = 880 kg 53,18
Rp 130.500 Rp 141,67

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B dan persediaan produk
dalam proses akhir dalam Departemen A disajikan di bawah ini:
57

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B


700 x Rp. 141,67 Rp. 99.169,00
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk
yang hilang pada akhir proses:
100 x Rp. 141,67 14.167,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
setelah disesuaikan:
700 x Rp. 161,91* Rp. 113.334,4**
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya Bahan Baku 200 kg x 100% x Rp. 22,5 = Rp. 4.500
Biaya Bahan Penolong 200 kg x 100% x Rp. 26,1 = Rp. 5.220
Biaya Tenaga Kerja 200 kg x 40% x Rp. 39,89 = Rp. 3.191,2
Biaya Overhead Pabrik 200 kg x 40% x Rp. 53,18 = Rp. 4.254,4
Rp. 17.165,6
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp. 130.500,00

* (99.169 + 14.167) : 700 = Rp. 161,91


** Jumlah seharusnya adalah Rp. 113,336 jumlah tersebut disesuaikan karena adanya pembulatan
perhitungan, dan penyesuaian tersebut dimaksudkan agar supaya jika dijumlah dengan persediaan produk
dalam proses akhir, hasilnya sebesar Rp. 130.500, jumlah biaya produksi Departemen A.

PT ELIONA
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 19X1

Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir 200 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg
1000 kg
Biaya yang dibebankan dalam Departemen A:
Total Per Kg
Biaya bahan baku Rp. 22.500 Rp. 25,5
Biaya bahan penolong 26.000 26,1
Biaya tenaga kerja 35.100 39,89
Biaya overhead pabrik 46.800 53,18
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp. 130.500 Rp. 141,67

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen B:
700 kg x Rp. 141,67 Rp. 99.169,00
Penyesuaian karena adanya produk yang hilang pada akhir
Proses:
100 kg x Rp. 141,67 14.167,00
Harga pokok produk yang selesai yang ditransfer ke Departemen B:
700 kg x Rp. 161,91 Rp. 113.334,4

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir


Biaya bahan baku Rp. 4.500
Biaya bahan penolong Rp. 5.220
58

Biaya tenaga kerja Rp. 3.191,2


Biaya overhead pabrik Rp. 4.254,1
Rp. 17.165,6
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp. 130.500,00

Perhitungan Harga Pokok Produksi Departemen B


Tidak seperti halnya dengan produk hilang pada awal proses di departemen produksi ke
dua dan seterusnya, produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi di departemen setelah
departemen produksi pertama hanya berakibat terhadap harga pokok per satuan yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang. Karena produk yang hilang pada akhir proses ikut
menyerap biaya yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, maka jumlah produk
yang hilang tersebut harus diperhitungkan dalam unit ekuivalensi biaya produksi yang
bersangkutan. Produk yang hilang pada akhir proses tidak mempengaruhi harga pokok produksi
per satuan produk yang diterima dari departemen sebelumnya.
Perhitungan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan di Departemen B disajikan
berikut ini:

Jumlah Biaya
Produksi Yang Biaya per kg Produk
Jenis Ditambahkan di Yang Ditambahkan di
Biaya Departemen B Unit Ekuivalensi Departemen B
(1) (2) (3) (4)
Bahan
Penolong Rp. 16.100 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg = 660 kg Rp. 24,39
Tenaga
Kerja Rp. 22.500 400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg = 650 kg Rp. 34,62
Overhead
Pabrik Rp. 24.750 400 kg + 50% x 100 kg + 200 kg = 650 kg Rp. 38.08
Rp. 63.350 Rp. 97,09

Perhitungan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang dan produk yang masih dalam
proses adalah :

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang


Harga pokok dari Departemen A: 400 kg x Rp 161,91 Rp. 64.764,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B :
400 kg x Rp. 97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses :
200 kg x (Rp. 161,91 + Rp. 97,09) 51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang :
400 kg x Rp. 388,5* Rp. 155.400,00
Harga pokok persediaan produk dalam proses :
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp. 161,91 = Rp. 16.191,00
Biaya Bahan Penolong 100 kg x 60% x Rp. 24,39 = Rp. 1.463,40
Biaya Tenaga Kerja 100 kg x 50% x Rp. 34,62 = Rp. 1.731,00
Biaya Overhead Pabrik 100 kg x 50% x Rp. 38,08 = Rp. 1.904,00
Rp. 21.289,40
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp. 176.689,40

* 155.400 : 400 = Rp. 388,50


59

Laporan Biaya Produksi dalam Departemen B Bulan Januari 19X1 adalah:

PT ELIONA
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 19X1

Data Produksi
Produk yang diterima dari Departemen A 700 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 200 kg
700 kg
Biaya yang dibebankan dalam Departemen A:
Total Per Kg
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen A Rp. 113.334 Rp. 161,91
Biaya yang ditambahkan dalam Departemen B:
Biaya bahan penolong 16.100 24,39
Biaya tenaga kerja 22.500 34,62
Biaya overhead pabrik 24.750 38,08
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam Departemen B Rp. 63.350 Rp. 97.09
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp. 176.684,4 Rp. 259,00

Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang :
Harga pokok dari Departemen A: 400 kg x Rp 161,91 Rp. 64.764,00
Harga pokok yang ditambahkan Departemen B:
400 kg x Rp 97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses:
200 kg x (Rp. 161,91 + Rp. 97,09) 51.800,00
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok produk dari Departemen A
100 kg x Rp 161,91 Rp. 16.191,00
Harga pokok yan ditambahkan dalam Departemen B
Biaya bahan penolong 1.463,40
Biaya tenaga kerja 1.731,00
Biaya overhead pabrik 1.904,00
Rp. 21.289,40
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp. 176.689,40
60

SOAL PRAKTIKUM

1. PT Kenari memiliki 2 (dua) departemen produksi untuk menghasilkan produknya.


Departemen A dan Departemen B. Bagian Akuntansi Biaya perusahaan tersebut berhasil
mengumpulkan data bulan Maret 200X seperti disajikan di bawah ini:

Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 40.000 unit
Ditransfer ke departemen B 35.000
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 28.000
Produk dalam proses 3.000 6.000
Produk yang hilang pada akhir proses 2.000 1.000

Biaya yang dikeluarkan bulan Maret 200X


Biaya bahan baku Rp. 360.000
Biaya tenaga kerja 480.000 Rp. 620.000
Biaya overhead pabrik 628.000 710.000

Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir


Biaya bahan baku 90%
Biaya konversi 30% 50%

a. Buatlah laporan biaya produksi Departemen A dan Departemen B bulan Maret 200X
b. Hitung unit ekuivalensi dari masing-masing unsur biaya produksi pada departemen A dan
B
2. Dengan menggunakan data yang sama pada soal No.1 diatas, buatlah laporan biaya produksi
Departemen A dan Departemen B untuk bulan Maret 200X dengan anggapan produk hilang
pada akhir proses!

3. PT FAIZ memiliki dua departemen produksi yaitu A dan B. Data produksi dan biaya produksi
departemen B untuk bulan Agustus 200X sebagai berikut :
Data Produksi Departemen B :
Produk yang diterima dari dept. A 800 unit
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 500 unit
Produk dalam proses akhir (konversi 40%) 150 unit
Produk hilang diakhir proses 150 unit
Data biaya produksi departemen B :
Harga pokok produk dari dept. A Rp 460.000
Biaya tenaga kerja Rp 320.000
Biaya overhead pabrik Rp 300.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan di dept. B Rp1.080.000
Dari data diatas hitunglah harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga
pokok persediaan produk dalam proses akhir pada departemen B.

Anda mungkin juga menyukai