Anda di halaman 1dari 8

Berajah Journal

Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri


ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082

PENGARUH PARENT ATTACHMENT TERHADAP SELF-ESTEEM


REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI
THE EFFECT OF PARENT ATTACHMENT ON SELF-ESTEEM OF ADOLESCENTS WITH
DIVORCED PARENTS
Salma Idzni Meisyah¹, Ika Yuniar Cahyanti²
Universitas Airlangga
Email: salmaidznim@gmail.com¹, ika.yuniar@psikologi.unair.ac.id²

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh parent attachment terhadap self-
esteem remaja yang orangtuanya yang bercerai. Parent attachment merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi self-esteem remaja. Penelitian dilakukan pada remaja berusia 14 – 21 tahun yang
orangtuanya bercerai dengan jumlah subjek sebanyak 191 partisipan, yang terdiri atas 170 remaja
perempuan dan 21 remaja laki-laki. Alat pengumpul data berupa kuesioner online dengan menggunakan
skala Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version (IPPA-R) dan skala Rosenberg Self-esteem
Scale (RSES). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana,
dengan bantuan program IBM Statistic 22.0 for Windows. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh nilai
signifikansi regresi parent attachment terhadap self-esteem remaja yang orangtuanya bercerai sebesar 0,000
(p = 0,000 < 0,05) yang artinya hipotesis kerja dapat diterima yaitu terdapat pengaruh parent attachment
terhadap self-esteem remaja yang orangtua yang bercerai. Nilai koefisien regresi antara parent attachment
dan self-esteem bernilai positif yakni sebesar 0,200 yang artinya semakin tinggi parent attachment maka
akan semakin tinggi juga self-esteem remaja yang orangtuanya bercerai.
Kata Kunci: parent attachment, self-esteem, remaja, orangtua bercerai

ABSTRACT
This study aims to determine whether there is an effect of parent attachment on the self-esteem of
adolescents whose parents are divorced. Parent attachment is one of the factors that can affect adolescent
self-esteem. The study was conducted on adolescents aged 14-21 years who have divorced parents with a
total of 191 participants, consisting of 170 girls and 21 boys. The data collected by an online questionnaire
using the Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version (IPPA-R) scale and the Rosenberg
Self-esteem Scale (RSES). Data analysis was performed by a simple linear regression analysis, using IBM
Statistics 22.0 for Windows. The results of the data analysis is the significance value of parent attachment
regression on the self-esteem of adolescents whose parents divorced was 0.000 (p = 0,000 < 0,05), which
means that the alternative hypothesis is accepted, there is an effect of parent attachment on the self-esteem
of adolescents who have divorced parents. The value of regression coefficient between parent attachment
and self-esteem is positive (0,200) which means that the higher the parent attachment, the higher the self-
esteem of adolescents who have divorced parents.
Keywords: parent attachment, self-esteem, adolescence, divorced parents

PENDAHULUAN baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat


Remaja merupakan masa peralihan dari (Hurlock, 2003). Masa remaja juga
masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Usia merupakan masa kritis dalam perkembangan
remaja merupakan usia transisi dimana self-esteem karena self-esteem dapat
individu meninggalkan usia kanak-kanak membantu menghadapi tugas perkembangan
yang lemah dan penuh ketergantungan, remaja (Feldman & Elliott, 1990). Self-esteem
namun masih belum mampu untuk menuju didefinisikan sebagai evaluasi positif atau
usia yang kuat dan penuh tanggungjawab, negatif mengenai diri sendiri (Rosenberg,

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 639


Website: www.ojs.berajah.com
Berajah Journal
Volume 2 Nomor 3 (Juni – Agustus 2022)

1965). Self-esteem yang tinggi pada remaja namun juga memiliki dampak pada remaja.
dikaitkan dengan suasana hati yang positif, Menurut McIntosh dkk., (2009), remaja
kebahagiaan, kepuasan hidup, fisik yang merasakan sakit hati dan menyimpan
sehat, perilaku yang berhubungan dengan kemarahan atas perceraian orangtua. Indriani
kesehatan yang baik, mampu mengadopsi dkk (2018) berpendapat bahwa perceraian
ruang kelas, pencapaian akademik, daya tahan memiliki pengaruh terhadap perkembangan
yang baik dalam menghadapi stres dan jiwa dan pendidikan anak dan remaja. Pada
kecemasan, kerja tim yang positif, inisiatif, penelitian yang dilakukan oleh Hadori dkk.
gigih, mandiri, perilaku prososial, dan (2020) mengenai pengaruh parent attachment
resiliensi (Laumi & Adiyanti, 2013). Self- terhadap self-esteem remaja pada keluarga
esteem yang rendah pada remaja dapat utuh dan keluarga tunggal, terdapat hasil
menyebabkan mudah marah, suka bahwa status keluarga (keluarga utuh &
menyendiri, kesulitan untuk megungkapkan keluarga tunggal) berpengaruh signifikan
pendapat, dan kesepian (Coopersmith, 1967). terhadap self-esteem remaja dan remaja yang
Menurut Mruk (2006) dan Oswalt (2010), berasal dari keluarga utuh memiliki tingkat
terdapat beberapa faktor eksternal yang dapat self-esteem yang lebih tinggi dibandingkan
mempengaruhi self-esteem remaja, seperti dengan remaja yang berasal dari keluarga
faktor genetik, dukungan dan keterlibatan tunggal (orangtua bercerai). Self-esteem tinggi
orangtua, kehangatan orangtua, ekspektasi dari remaja yang berasal dari keluarga utuh
dan konsistensi orangtua, pola asuh orangtua, ditunjukkan melalui perasaan berharga,
modelling, dan parent attachment. merasa berkualitas dalam sejumlah hal,
Keluarga merupakan lingkungan utama mampu melakukan hal yang mayoritas orang
dan dihadapi secara langsung oleh remaja. lain dapat lakukan, dan mengambil sikap yang
Orangtua sebagai salah satu komponen dalam positif pada diri sendiri. Fathonah &
lingkungan keluarga dapat memberikan kasih Hendriana (2020) melakukan penelitian
sayang, penerimaan, penghargaan, mengenai gambaran self-esteem remaja yang
pengakuan, dan arahan kepada remaja. memiliki keluarga broken home (orangtua
Hubungan dekat yang terbentuk antara bercerai), diperoleh hasil bahwa remaja
orangtua dengan remaja merupakan hubungan memiliki self-esteem yang rendah yang
parent attachment yang terbentuk pada masa ditunjukkan dalam aspek kekuasaan (power),
awal kehidupan. Attachment didefinisikan kebermaknaan (significance), kebajikan
sebagai hubungan psikologis antara manusia (virtue), dan kompetensi (competence).
yang terjadi dalam waktu yang lama (Bowlby, Parent attachment menjadi salah satu faktor
1969). Hubungan parent attachment dapat penting dalam perkembangan self-esteem
mempengaruhi aspek-aspek pada remaja, remaja karena secure attachment pada remaja
salah satunya adalah self-esteem. Pada sangat penting untuk kesejahteraan psikologis
penelitian yang dilakukan oleh Dalifa (2021) sepanjang rentang kehidupan, utamanya
mengenai hubungan antara parent attachment dalam hal peningkatan self-esteem ( Lucktong
dengan self-esteem, diperoleh hasil bahwa dkk. 2004 dalam Hadori dkk., 2020). Parent
terdapat korelasi antara parent attachment attachment yang baik juga dapat memprediksi
dengan self-esteem remaja. tingginya self-esteem remaja, sedangkan
Perceraian merupakan suatu fase yang parent attachment yang kurang baik dapat
tidak hanya memiliki dampak bagi orangtua, berpengaruh terhadap self-esteem remaja

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 640


Website: www.ojs.berajah.com
Berajah Journal
Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri
ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082

(Hadori dkk., 2020). Melalui penelitian ini 2. Masa remaja tengah


diharapkan dapat memperdalam wawasan di Masa remaja tengah atau middle
bidang psikologi perkembangan mengenai adolescence merupakan masa pertengahan
pengaruh parent attachment terhadap self- masa remaja yakni antara usia 14-16 tahun.
esteem remaja yang orangtuanya bercerai 3. Masa remaja akhir
serta diharapkan dapat memberikan strategi Masa remaja akhir atau late
bagi orangtua untuk membentuk dan adolescence merupakan masa akhir remaja
mengembangkan parent attachment yang baik sebelum beralih ke masa dewasa awal
dengan remaja sehingga dapat meningkatkan yakni antara usia 17-21 tahun.
self-esteem remaja. Self-esteem adalah sikap negatif atau
positif yang dimiliki individu tentang diri
TINJAUAN PUSTAKA mereka sendiri (Rosenberg, 1965). Self-
Remaja berasal dari bahasa latin yakni esteem dikonseptualisasikan sebagai perasaan
dari kata adolescence yang berarti tumbuh bahwa seseorang cukup baik dan individu
menjadi dewasa. Masa remaja merupakan fase dengan self-esteem tinggi umumnya tidak
perkembangan yang dinamis dalam merasa lebih unggul dari orang lain
kehidupan seorang individu yang mana (Rosenberg, 1965). Self-esteem mengacu pada
merupakan masa peralihan dari masa kanak- evaluasi positif individu secara keseluruhan
kanak menuju masa dewasa yang ditandai terhadap diri sendiri (Gecas, 1982). Self-
dengan adanya kecepatan pertumbuhan dan esteem juga dapat didefinisikan sebagai
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sejauh mana seseorang menghargai, menilai,
sosial (Soetjiningsih, 2014). Usia remaja juga menerima, dan menyukai diri sendiri
disebut sebagai usia transisi dimana individu (Blascovich & Tomaka, 1991).
meninggalkan masa kanak-kanak yang lemah Perkembangan self-esteem pada tiap
dan penuh ketergantungan, namun individu fase kehidupan dapat berbeda-beda. Salah
juga belum mampu ke tahapan usia yang kuat satunya adalah perkembangan self-esteem
dan penuh tanggung jawab, baik ke diri pada usia kanak-kanak dan usia remaja. Anak-
sendiri maupun ke masyarakat (Hurlock, anak cenderung untuk memberikan
2003). Pada usia remaja, perkembangan- pandangan berlebihan mengenai diri sendiri,
perkembangan yang terjadi meliputi kemudian pada usia sekitar 8 tahun anak-anak
perubahan biologis, kognitif, dan memberikan penilaian yang lebih realistis
sosioemosional (Santrock, 2002). terhadap keterampilan realistis terhadap
Masa remaja terbagi ke dalam tiga keterampilan yang mereka miliki ( Harter,
periode. Soetjiningsih (2014) berpendapat 2006, dalam Santrock, 2018). Remaja secara
bahwa terdapat tiga masa remaja tersebut umum dideskripsikan memiliki self-esteem
yakni: yang rendah (Robin dkk., 2002, dalam
1. Masa remaja awal Santrock, 2018). Self-esteem mengalami
Masa remaja awal atau early penurunan di masa remaja, kemudian
adolescence merupakan masa awal dari meningkat di usia 20-an, menetap di usia 30-
masa kanak-kanak menuju masa remaja an, meningkat di usia 50-an dan 60-an, dan
yang dimulai dari usia 11-13 tahun. mengalami penurunan di usia 70-an dan 80-
an.

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 641


Website: www.ojs.berajah.com
Berajah Journal
Volume 2 Nomor 3 (Juni – Agustus 2022)

Menurut Mruk (2006) dan Oswalt Mereka sangat tertekan dengan kepergian
(2010), faktor-faktor eksternal yang dapat ibu mereka, dan meskipun mereka
mempengaruhi self-esteem, yaitu; a) Genetik; berusaha melakukan kontak dengan ibuu
b) Dukungan atau keterlibatan orangtua; c) atau figur attachment saat kembali, mereka
Kehangatan orangtua; d) Ekspektasi dan tidak segera berubah menjadi tenang dan
konsistensi orangtua; e) Pola asuh orangtua; f) tidak langsung kembali untuk melakukan
Modelling, g) Parent attachment (Kelekatan eksplorasi.
orangtua). Menurut Cobb (1993, dalam Goldberg
Attachment didefinisikan sebagai dkk., 2000), attachment pada usia remaja
hubungan psikologis antara manusia yang yakni secure attachment meliputi balanced
terjadi dalam waktu yang lama (Bowlby, atau keseimbangan, sedangkan insecure
1969). Parent attachment merupakan ikatan attachment meliputi limiting (membatasi),
afeksi yang bertahan lama antara anak dengan preoccupied (kesibukan), dan disorganized
sosok penting dalam hidupnya yaitu orangtua (disorganisasi).
(Bowlby, 1982). Dalam pengembangan teori Menurut Armsden & Greenberg (2009)
attachment di awal masa kehidupan, terdapat beberapa aspek-aspek parent
Ainsworth (dalam Goldberg dkk., 2000) attachment yakni:
mendeskripsikan attachment ke dalam tiga a. Trust
pola utama, yakni: Trust atau kepercayaan timbul
a. Secure attachment setelah adanya hubungan baik antara kedua
Pada secure attachment, bayi belah pihak. Trust menjadi salah satu aspek
menggunakan menggunakan ibunya dari attachment dikarenakan hubungan
sebagai basis eksplorasi yang aman. attachment yang baik dilandasi oleh rasa
Mereka menunjukkan tingkatan stress saling percaya antara orang tua dengan
yang berbeda ketika menyadari anak-anaknya.
ketidakhadiran ibunya, adanya b. Communication
penghambatan permainan/eksplorasi Communication atau komunikasi
sederhana hingga tekanan ekstrem, namun merupakan sarana untuk bertukar
merespon secara positif ketika ibu atau informasi dan berbagi perasaan dengan
figure attachmentnya hadir kembali. orang lain. Komunikasi merupakan hal
b. Avoidant attachment yang penting dikarenakan melalui
Bayi-bayi dengan avoidant komunikasi, seseorang dapat
attachment bereksplorasi tanpa minat mengutarakan apa yang dirasakannya dan
dengan keberadaan ibu atau figur melalui komunikasi juga dapat
attachment mereka. Bayi menunjukkan mempermudah proses penyelesaian
perilaku sedikit tertekan oleh kepergian permasalahan.
atau ketidakhadiran ibu atau figur c. Alienation
attachment, dan merespon dengan Alienation atau keterasingan
mengabaikannya ketika ibu atau figur merupakan suatu kondisi dimana
attachment kembali. seseorang merasa dijauhkan atau
c. Ambivalent attachment menjauhkan diri dari orang lain. Ketika
Bayi-bayi ini mengalami kesulitan seseorang merasa terasing, maka seseorang
berpisah dari ibu atau figur attachment.

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 642


Website: www.ojs.berajah.com
Berajah Journal
Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri
ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082

tersebut akan cenderung lebih menutup dapat dikatakan normal karena taraf
diri. signifikansi > 0,05. Hasil dari uji linearitas
didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,000,
METODE sehingga data dapat dikatakan berdistribusi
Metode penelitian yang digunakan linear karena taraf signifikansi < 0,05. Uji
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif heteroskedastisitas dilakukan dengan
dengan desain penelitian survey. Penelitian ini menggunakan uji glejser dan diperoleh nilai
berupa penelitian korelasional yang ditujukan signifikansi sebesar 0,993 sehinga data dapat
untuk mengetahui hubungan antara dua dikatakan tidak mengalami gejala
variabel (Azwar, 2007). Variabel bebas dari heteroskedastisitas karena nilai signifikansi >
penelitian ini adalah parent attachment dan 0,05. Kemudian untuk mengetahui pengaruh
variabel terikatnya adalah self-esteem. antara kedua variabel, peneliti melakukan uji
Variabel parent attachment dalam penelitian regresi linear sederhana. Berdasarkan uji
ini diukur dengan menggunakan alat ukur regresi linear, didapatkan taraf signifikansi
Inventory of Parent and Peer Attachment sebesar 0,000 (p = 0,000 < 0,05) sehingga Ha
Revised Version (IPPA-R) yang telah diterima dan Ho ditolak. Ha atau hipotesis
diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh alternatif berbunyi “adanya pengaruh
Astuti (2018) dan memiliki nilai reliabilitas kelekatan orang tua (parent attachment)
sebesar 0,969. Variabel self-esteem dalam terhadap self-esteem remaja dengan keluarga
penelitian ini diuku dengan menggunakan alat broken home”. Berdasarkan uji regresi juga
ukur RSES (Rosenberg Self-esteem Scale) dapat diketahui arah dan kekuatan hubungan
yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa yang dimiliki oleh kedua variabel yang diteliti
Indonesia oleh (Azwar, 2019) dan memiliki melalui nilai koefisien regresi. Pada penelitian
nilai reliabilitas sebesar 0,858. ini, nilai koefisien regresi adalah sebesar
Partisipan penelitian ini adalah 191 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa arah
remaja berusia 14-21 tahun yang orangtuanya hubungan variabel dalam penelitian ini adalah
bercerai. Teknik sampling yang digunakan positif, yang artinya semakin tinggi tingkat
dalam penelitian ini adalah sampling kuota. attachment orang tua dan remaja makan akan
Partisipan diberikan informed consent terlebih semakin tinggi pula self-esteem remaja
dahulu sebelum mengisi kuesioner. dengan keluarga broken home. Jika mengacu
Teknik analisis data dilakukan dengan pada kategorisasi Cohen (1988, dalam Pallant,
menggunakan IBM SPSS for Windows 22.0 2007), kekuatan regresi pada dua variabel
dengan melakukan uji asumsi dan uji termasuk dalam kategori sedang.
hipotesis. Pembahasan
Dalam penelitian ini, digunakan uji
HASIL DAN PEMBAHASAN regresi linear sederhana untuk mengetahui
Uji normalitas dari data menggunakan koefisien determinan atau besarnya pengaruh
uji Kolmogorov-Smirnov dengan metode variabel independen terhadap variabel
Monte Carlo kemudian didapatkan hasil dependen (Pallant, 2016). Berdasarkan tabel 1
signifikansi sebesar 0,369 untuk variabel
diketahui koefisien korelasi (R) memiliki nilai
attachment dan 0,268 untuk variabel self-
0,310. Apabila skor semakin mendekati angka
esteem, sehingga distribusi kedua variabel 1 maka korelasi antar variabel akan dianggap

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 643


Website: www.ojs.berajah.com
Berajah Journal
Volume 2 Nomor 3 (Juni – Agustus 2022)

semakin kuat. maka dapat disimpulkan bahwa attachment) terhadap variabel Y (self-esteem).
korelasi antara variabel independen dengan Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka
variabel dependen termasuk ke dalam variabel tersebut menghasilkan kontribusi
kategori sedang karena R bernilai 0,310 atau yang signifikan sebagai faktor yang
berada di rentang 0,30 – 0,49. Interpretasi memprediksi variabel dependen (Pallant,
selanjutnya adalah nilai R Square sebesar 2007).
0,096. Apabila nilai tersebut dikonversikan ke Berdasarkan uji regresi diketahui nilai
dalam bentuk presentase maka nilai R Square signifikansi sebesar 0,000 dimana 0,000
adalah sebesar 9,6%. Hal ini dapat kurang dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05). Hal
disimpulkan bahwa sumbangan pengaruh tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam
parent attachment terhadap self-esteem adalah penelitian ini dapat diterima sehingga variabel
sebesar 9,6% dan 90,4% pengaruh parent attachment menghasilkan kontribusi
disumbangkan oleh variabel lain yang tidak yang signifikan sebagai faktor yang
diteliti dalam penelitian ini. memprediksi variabel self-esteem yang juga
Dalam uji hipotesis diperlukan untuk dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh
mengetahui taraf signifikansi yang dihasilkan antara variabel X (parent attachment) dengan
pada uji regresi sederhana. Taraf signifikansi variabel Y (self-esteem).
digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh variabel X (parent

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis


Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 0,310 0,096 0,091 7,025

SIMPULAN memperhatikan faktor parent attachment


Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil sebagai variabel yang mempengaruhi self-
analisis dan pembahasan pada penelitian ini esteem remaja tanpa memperhatikan faktor
adalah adanya pengaruh parent attachment lain yang dapat mempengaruhi self-esteem
terhadap self-esteem remaja yang orangtuanya remaja. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya
bercerai. Arah hubungan antara kedua diharapkan dapat menggunakan media
variabel tersebut adalah positif yang artinya pengambilan data lain yang dapat
semakin tinggi/baik hubungan parent meminimalisir terjadinya bias,
attachment, maka semakin tinggi juga tingkat mencantumkan pertanyaan mengenai waktu
self-esteem remaja yang orangtuanya bercerai. terjadinya perceraian orangtua remaja,
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan mempertimbangkan untuk menggunakan
yakni menggunakan media Google Form variabel lain yang dapat mempengaruhi self-
yang dapat memungkinkan adanya bias, esteem remaja seperti peer attachment.
peneliti tidak dapat memastikan apakah
responden sesuai dengan kriteria kuesioner UCAPAN TERIMA KASIH
karena tidak mencantumkan pertanyaan kapan Terima kasih kepada seluruh responden
waktu terjadinya perceraian orangtua, hanya yang telah bersedia menjadi partisipan dalam

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 644


Website: www.ojs.berajah.com
Berajah Journal
Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri
ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082

penelitian ini. Terima kasih juga kepada At the threshold: The developing
seluruh pihak yang terlibat dalam proses adolescent. Harvard University Press.
pembuatan artikel ini. Gecas, V. (1982). The Self-concept. Annual
Review of Sociology, 8, 1–33.
Goldberg, S., Muir, R., & Kerr, J. (2000).
DAFTAR PUSTAKA Book Review: Attachment theory:
Armsden, G. C., & Greenberg, M. T. (2009). Social, developmental, and clinical
Inventory of parent and peer attachment perspectives. In International Journal of
(IPPA). Seattle: University of Behavioral Development (Vol. 21, Issue
Washington., August. 4).
Astuti, R. D. N., & Wulandari, P. Y. (2018). https://doi.org/10.1177/0165025497021
Hubungan Antara Kelekatan Pada 00414
Orangtua Dan Self-Esteem Pada Remaja Hadori, R., Hastuti, D., & Puspitawati, H.
Dengan Status Middle-Child Born. (2020). Self-Esteem Remaja pada
Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Keluarga Utuh dan Tunggal: Kaitannya
Perkembangan, 7, 59–65. dengan Komunikasi dan Kelekatan
Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Pustaka Orang Tua-Remaja. Jurnal Ilmu
Belajar. Keluarga Dan Konsumen, 13(1), 49–60.
Azwar, S. (2019). Penyusunan Skala Hurlock, E. B. (2003). Psikologi
Psikologi (2nd ed.). Pustaka Belajar. Perkembangan (5th ed.). Erlangga.
Blascovich, J., & Tomaka, J. (1991). Indriani, D., Haslan, M. M., & Zubair, M.
Measures of Self-Esteem. In Measures of (2018). Dampak Perceraian Orang Tua
Personality and Social Psychological terhadap Motivasi Belajar Anak. Jurnal
Attitudes (Third Revi). Academic Press, Pendidikan Sosial Keberagaman, 5(1),
Inc. https://doi.org/10.1016/b978-0-12- 33–44.
590241-0.50008-3 https://doi.org/10.29303/juridiksiam.v5i
Bowlby, J. (1982). Attachment and Loss: 1.74
Retrospect and Prospect. American Laumi, & Adiyanti, M. G. (2013). Attachment
Journal of Orthopsychiatry, 52(4), 664– of Late Adolescent to Mother, Father,
678. and Peer, with Family Structure as
Coopersmith, S. (1967). The antecedents of Moderating Variable and their
self-esteem. W. H. Freeman and Relationships with Self-esteem. Jurnal
Company. Psikologi UGM, 39(2), 129–142.
Dalifa, P. A. (2021). Hubungan antara Parent https://doi.org/10.22146/jpsi.6981
Attachment dengan Self Esteem pada McIntosh, J., McIntosh, J., Gridley, H.,
Mahasiswa di Sumatera Barat. Jurnal Gridley, H., Burke, S., & Burke, S.
Pendidikan Tambusai, 5(2), 3621–3626. (2009). Parenting after Separation: A
https://jptam.org/index.php/jptam/article Position Statement prepared for The
/view/1436 Australian Psychological Society. The
Diani Fathonah, Heris Hendriana, T. R. Australian Psychological Society,
(2020). Gambaran Self Esteem Siswa 497(July).
Dari Keluarga Broken Home Di Sman 1 Mruk, C. J. (2006). Self-Esteem research,
Ciwidey. Recherche En Soins Infirmiers, theory, and practice: Toward a positive
3(4), 26–30. psychology of self-esteem, 3rd ed. In
https://www.journal.ikipsiliwangi.ac.id/i Self-Esteem research, theory, and
ndex.php/fokus/article/view/5788 practice: Toward a positive psychology
Feldman, S. S., & Elliott, G. R. (1990). At the of self-esteem, 3rd ed. Springer
threshold: The developing adolescent. In Publishing Co.
S Shirley Feldman & G. R. Elliott (Eds.),

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 645


Website: www.ojs.berajah.com
Berajah Journal
Volume 2 Nomor 3 (Juni – Agustus 2022)

Oswalt, A. (2010). Factors influencing the


development of self-esteem.
https://www.mentalhelp.net/self-
esteem/factors-influencing-
development/
Pallant, J. (2007). SPSS survival manual—A
step by step guide to data analysis using
SPSS for windows (3rd ed.). Open
University Press.
Pallant, J. (2016). SPSS Survival Manual: A
Step By Step Guide to Data Analysis
Using SPSS Program (6th ed.).
McGraw-Hill Education.
Parkes, C. M., & Prigerson, H. G. (2021).
Attachment and loss. In Bereavement.
Basic Books.
https://doi.org/10.4324/9781315829753-
13
Rosenberg, M. (1965). Society and the
Adolescent Self-Image. NJ: Princeton
University Press.
Santrock, J. W. (2002). Life-span
development (Ed.8). McGraw-Hill
Higher Education.
Santrock, J. W. (2018). A Tropical Approach
to: LIFE-SPAN (Ninth Edition).
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang
Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

DOI: https://doi.org/10.47353/bj.v2i3.141 646


Website: www.ojs.berajah.com

Anda mungkin juga menyukai