Anda di halaman 1dari 10

draft skenario

Penyuluhan Lalu Lintas


Oleh : Frank Rorimpandey

00. EXT. SEBUAH PEDESAAN : JALAN MASUK – subuh

Yang dimaksud dengan jalan masuk sebua pedesaan disini adalah sebuah jalan
yang merupakan jalan masuk menuju sebuah perkampungan desa yang ditandai
dengan sebuah “gapura” sederhana bertuliskan : Desa Sidorukun – Manyar,
Gersik.

Susana subuh masih terasa. Ada yang mnggiring beberapa ekor kerbu menuju
ke sawah dengan menggunakan penerangan obor.

Tampak juga beberapa penduduk desa tampak sudah berangkat ke sawah


dengan perlengkapannya. Ada juga yang ke pasar untuk berbelanja.

CUT TO

01. EXT. RUMAH RAKHMAT DI PEDESAAN : TERAS - pagi


NARTI, TARJI, BANDI, RAKHMAT, SAKINAH, YANTO

Di teras rumah yang sederhana ini tampak suami istri setengah baya,- NARTI
(35 t.h.) dan BANDI (38 th.),- serta anak mereka TARJI ( 13 th. ) sudah rapi dan
tampak siap untuk meninggalkan desa mereka menuju kota impian Jakarta.
Mereka sedang berpamitan dengan RAKHMAT dan SAKINAH- orang tua Narti /
mertua Bandi.

Disudut teras,- YANTO ( 16 th. ),- bungsu Rakhmat dan Sakinah duduk
menyendiri dengan wajah murung sambil sesekali mencuri lirik kearah Rakhmat,
Sakinah, Narti, Bandi dan Tarji. Ia memang kesal krena tidak diijinkan ikut
merantau.

Rakhmat membuka pembicaraan,

RAKHMAT
Jadi berangkat juga ?

BANDI
Ya, jadi pak,- ini sudah bawa boyongan secukupnya.

Dengan senyum getir Rakhmat bertanya.

RAKHMAT
Sudah dapat kabar dari Parmin soal tempat kalian mondok ?
Ringan Bandi mengucap,

1
BANDI
Berita yang baru belum. Tapi masak iya, bulan lalu kirim
surat sekarang sudah pindah rumah lagi.

Rakhmat menjelaskan,

RAKHMAT
Bandi, Jakarta bukan seperti di desa ini. Di Jakarta, hari ini
tinggal di rumah bagus, besoknya bisa pindah ke rumah
kontrakan. Besoknya lagi “ngungsi” ke emper-emper toko,
lantas ke bantaran kali. Buntut-buntutnya selonjor dikolong
jembatan.

Bandi tercenung mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Rakhmat.

Disudut teras, Yanto melirik kearah Rakhmat dan Bandi,- berusaha mecerna
makna pembicraaan Rakmat dan Bandi.

Sakinah bertanya pada Narti,

SAKINAH
Dan kamu, Narti, sudah dipikir yang matang untuk ikut
suamimu ?

Tanpa pikir panjang, Narti langsung menimpali,

NARTI
Sudah, bu. Tadi malam saya sudah berunding dengan Mas
Bandi. Kelihatannya Bandi sudah mantap dengan keputusan
nya untuk merubah nasib di Jakarta

SAKINAH
Lho, itu kan tekad suamimu. Maksud saya,- kamu itu lho,-
sudah mantap mau ikut suamimu yang belum jelas nasibnya
nanti di Jakarta ?

Narti tampak menyebunyikan kebingungannya sebelum mengucap,

NARTI
Habis mau bagaimana lagi ? Saya kan istrinya,- ya manut-
manut saja.

Dengan suara yang terdengar tegas Sakinah menyuara,

SAKINAH
Lho, koq manut-manut saja ?! Biar kamu itu istrinya, kamu
kan bisa kasih usul,- bisa punya sikap !!

Narti merunduk. Diam,

2
Sakinah melanjutkan,

SAKINAH
Jangan cuma manut – manut saja. Kamu kan bisa tunggu
disini dulu sampai suamimu mapan.

Rakhmat menenangkan Sakinah yang mulai terdengar emosional.

RAKHMAT
Lho koq malah kamu yang jadi emosi begini ?! Biar saja,
mungkin mereka sudah punya hitungan untung ruginya.

Nada bicara Sakinah terdengar nyinyir

SAKINAH
Saya bukan emosi,- cuma mau kasih ingat. Contohnya kan
sudah banyak yang pindah ke Jakarta bukannya berhasil,
malahan diobrak-abrik tramtib. Dan yang imannya gak kuat,
yang laki jadi copet atau rampok,- yang perempuan jadi
lonte.

Rakhmat tidak menanggapi. Pada Narti ia kemudian mengucap,

RAKHMAT
Ya, mudah-mudahan keputusanmu ini tidak berubah
menjadi keputusasaan nantinya.

Rakhmat, Sakinah, Bandi, Narti dan Tarji saling bersalaman.

Pandangan Bandi terarah pada Yanto yang menyembunyikan rasa kurang


senangnya. Ia lalu menghampiri Yanto.

BANDI
Yanto, kamu jangan cemberut begitu, dong. Masa’ saya
mau berangkat diklepas dengan muka asam begitu ?

Yanto diam. Ia malah memeluk lututnya,

Bandi menepuk bahu Yanto, lalu,

BANDI
Doakan saja supaya pak lik sukses disana. Pokoknya kalau
sukses, beres !! Ndak perlu tunggu dijemput waktu mudik
lebaran,- kamu langsung pak lik jemput.

Yanto sama sekali tak memberi reaksi.

Sakinah memeluk Tarji. Sementara Bandi yang meninggalkan Yanto segera


mengangkat kopor dan bawaan lainnya dibantu Narti..

3
SAKINAH
Hati-hati, yo le .... kalau mau nyeberang, lihat kiri-kanan
dulu. Jangan suka nyeberang sembarangan, ya.

TARJI
Ya, mbah.

Bandi menukas cepat,

BANDI
Beres bu.

SAKINAH
Apanya yang beres ? Di desa saja kalau kamu nyeberang
hampir ditabrak kerbau.

Nyaris bersamaan mereka terbahak.

DISS. OUT
DISS. IN

02 EXT. SEBUAH PEDESAAN : JALAN MASUK – subuh


BANDI, NARTI, TARJI, FIG. PENDUDUK KAMPUNG

Jalan masuk pedesaan ini sama dengan Sc. 00,- namun dari sudut berlawanan
sehingg tampak Bandi, Nari dan Tarji meninggalkan pewrkampungan.

Diufuk timur sudah mulai tampak serat-serat mentari pagi keemasan yang
sebentar lagi akan hadir dibalik pepohonan.

DISS. OUT
DISS. IN

03 EXT. JALUR REL KERETA API : PERLINTASAN JALAN – pagi

Dengan latar belakang matahari yang muncul diufuk timur,- serangkain Kereta
Api mendatang dan melintas dengan raungan yang terasa memilukan.- seolah
meneriakkan kepiluan dibalik tawa Sakinah dan Rakhmat.

DISS. OUT
DISS. IN
04. EXT. RANGKAIAN KERETA API : DALAM GERBONG – pagi / siang
BANDI, NARTI, TARJI, FIG. PEMUMPANG KA

4
Bandi, Narti dan Tarji duduk diantara penumpang lainnya yang memadati
gerbong kereta api kelas ekonomi.

Kelelahan tampak memoles wajah mereka,- Bahkan sebagian besar penumpang


yang duduk berdesakan.

DISS. OUT
DISS. IN

05. EXT. MONUMEN NASIONAL – pagi

Monumen Nasional tampak menjulang tinggi.

Masih pagi, tapi kepadatan lalu lintas sudah tampak dijalan protokol di sekitar
Monumen Nasional.

Catatan : Awal gambar ini sekaligus merupakan informasi bahwa runtunan


peristiwa setelah intro scene terjadi di Jakarta.

DISS. OUT
DISS. IN

05. EXT. BEBERAPA SUDUT KOTA JAKARTA – pagi / siang / malam

Flashes yang menggambarkan sejumlah pelanggaran rambu dan marka lalu


lintas yang direkam secara langsung ditempat kejadian. ( Candid Camera )

a. Dikawasan yang cukup padat, kita lihat sejumlah kendaraan / mobil


yang berhenti di rambu huruf S. Pelanggaran ini membuat jalanan
menjadi macet.

b. Dikwasan pergudangan,- terlihat kendaraan beroda empat atau lebih /


trailer yang parkir di sekitar rambu huruf P. Para pelanggar tampak
tenang seolah tidak melakukan pelanggaran..

c. Tulisan Peringatan agar kendaraan di wajibkan menyalakan lampu


ketika Masuk terowongan. Cam Pan Down,- tampak sejumlah mobil
memasuki terowongan di sebuah jalan tol dengan kecepatan tinggi.

Diujung terowongan , Camera menangkap sebagian besar mobil yang


keluar dari dalam terowongan tanpa menyalakan mobil.

5
d. Sebuah sepeda motor yang ditumpangi tiga orang melaju dengan
kecepatan tinggi.

e. Pengendara motor tanpa helm standard sementara yang di bonceng


mengenakan helm proyek.

f. Kendaraan memutar di U-turn berambu dilarang memutar

g. Orang menyeberang tidak di jembatan penyebrang / Zebra cross-


sementara hanya bebereapa meter dari tempat ia menyeberang
tampak sebuah jembatan penyeberangan.

h. Disebua persimpangan jalan yang cukup padat,- sejumlah kendaraan


tetap saja menerobos di saat lampu lalu lintas sudah berwarna kuning.

i. Rambu bertukliskan peringatan pembatasan penumpang disebuah


kawasan. Tampak sebuah mobil berpenumpang 2 orang tetap saja
melintasi kawasan Three In One.

j. Dibeberapa tempat tampak sejumlah kendaraan yang melanggar


marka jalan.

k. Orang-orang yang melompati / menerobos pagar pembatas jalan yang


sudah dirusak.

l. Tidak lengkapnya asesoris wajib kendaraan ( kaca spion, lampu sen )

m. Kendaraan umum dengan penumpang yang bergelantungan di pintu

Catatan : - Jenis pelanggaran dapat ditambah ataupun dikurangi,- disesuaikan


dengan prioritas penyuluhan. ( Pelanggaran yang sering terjadi )

- Pada saat penggambaran pelanggaran-pelanggaran dalam butir -


butir diatas, akan dilatar belakangi dengan Narasi Pembuka mengenai
kepadatan dan kesemerawutan / ketidakpatuhan sebagian besar
pengguna jalan terhadap rambu-rambu dan marka lalu lintas.

DISS. OUT
DISS. IN

06. EXT. SEKITAR STASIUN SENEN : JALANAN – pagi


NARTI, TARJI, BANDI, PETUGAS POLANTAS

Lalu lalang kendaraan bermotor tampak semakin padat.


Dikejauhan,- dari arah stasiun,- tampak Narti, Tarji dan Bandi yang baru datang
dari desa lengkap dengan bawaan mereka berjalan diantara orang banyak.

6
Ketakutan mereka untuk menyeberang jalan mendapat perhatian dari AMIR,-
seorang petugas Polantas yang segera mendatangi mereka. Lalu sambil
menggapai tangan Narti ia mengucap,

AMIR
Sini, mbak.

Bandi tersentak. Buru-buru ia menepis tangan Amir seraya menukas,

BANDI
Lho, istri saya salah apa koq mau ditangkap ?

AMIR
Bukan mau ditangkap,- saya mau bantu menyeberangkan
bapak dan keluarga.

Bandi yang salah tingkah berubah membungkuk dengan rasa hormat,

BANDI
Oh, ya .... terima kasih pak.

Amir kemudian menyeberangkan Bandi, Narti dan Tarji.

DISS, OUT
DISS. IN

07. EXT. SEBUAH JALAN : PERTIGAAN – pagi


MARLAN, PRAPTI, NINGSIH KISMANTO

Pertigaan jalan yang pada dengan lalu lintas ini merupakan pertigaan yang tidak
dilengjkapi dengan trafic light. Hal inilah yang membuat beberapa petugas Polisi
Lalu-lintas sibuk mengatur lalu lalangnya lalu lintas yang mulai semerawut,

Tak seberapa jauh dari peertigaan ini,- tampak MARLAN [35 th.] menggonceng
istrinya,- PRAPTI [32 th.] dan analnya,- NINGSIH [ 12 TH.],- berseragam SMP
dan tak memakai helm.

KISMANTO [ 40 th ],- anggauta Polantas yang sedang bertugas melihat kearah


Marlan. Melihat Ningsih tidak mengenakan helm, Kismanto melangkah maju
beberapa langkah,- meniup peluitnya dan memberi kan isyarat agar Marlan
menepi.

Marlan yang faham akan isyarat Kismanto, menepikan sepeda motornya


sementara Kismanto melangkah semakin mendekat.
KISMANTO
Selamat, pagii,

7
Marlan menyembunyikan keresahannya. Mengucap ia kemudian sambil
mengeluarkan dompet dari saku celananya.

MARLAN
Selamat pagi, pak.

Tenang Kismanto mencari tahu,

KISMANTO
Bapak tahu kesalahan bapak ?

Polos Marlan menukas seraya menyodorkan STNK dan SIM yang baru ia
keluarkan dari dompetnya,

MARLAN
Kesalahan apa ? Ini SIM dan STNK saya.
KISMANTO
SIM dan STNK bapak mungkin tidak bermasalah.....

Cepat Marlan menukas,

MARLAN
Kalau SIM dan STNK saya tidak bermasalah kenapa saya
diberhentikan ?

Tenang kismanto menjelaskan,

KISMANTO
Pertama karena mengendarai sepeda motor bertiga kedua,
- yang digonceng tidak mengenakan helm.

Marlan yang terpojok berusaha mencari pembenaran,

MARLAN
Aduh, pak,- saya ini kan pegawai negeri. Kalau anak saya
naik kendaraan umum, mana cukup gaji saya buat hidup,
pak.

Kismanto berpikir sesaat sebelum mengucap,

KISMANTO
Soal itu saya ikut prihatin, pak. Tapi soal peraturan tetap
peraturan pak.

MARLAN
Maksud bapak saya kena tilang, begitu ?

Cepat Marlan menimpali.

KISMANTO

8
Untuk kali ini tidak. Tapi tolong kesalahan ini jangan diulang
lagi. Sekarang bapak antarkan anak bapak kesekelolah dulu
lalu jemput istri bapak disini.

Prapti yang sejak tadi diam saja kini angkat suara,

PRAPTI
Maksud bapak, saya di sandera di sini.

Kismanto menjelaskan dengan bijak,

KISMANTO
Bukan di sandera,- ibu tunggu disini supaya tidak
diberhentikan polisi lagi di perempatan jalan sana.

Prapti mengangguk faham sebelum mengucap pada Marlan,

PRAPTI
Ya, mas,- antar Ningsih saja dulu, biar saya tunggu disini.

Marlan mengangguk dan melaju bersama Ningsih yang duduk dibelakangnya.

CUT TO

08. EXT. SEBUAH JALAN PROTOKOL


SHINTA ( VO )

Lalu lintas sudah mulai ramai. Diantara kendaraaan yang berlalu lalang ini kita
lihat mobil Hendra.

Tak seberapa lama kemudian terdengar dering suara sebuah ponsel yang diikuti
oleh suara Shinta,- istri Hendra.

SHINTA [ V.O. ]
Halo .... oh, mbak Rini .... ya, sudah dalam perjalanan,
mbak ........

Mobil Hendra terus saja melaju.

CUT TO

09. EXT. JALAN PROTOKOL : DALAM MOBIL - pagi


HENDRA, SHINTA

9
Mobil yang dikemudikan HENDRA ( 35 th ) melaju diantara ramainya lalu lintas.
Duduk disebelahnya,- SHINTA ( 30 th ),- istrinya yang sedang bicara melalui HP-
nya,
SHINTA
Sudah dalam perjalanan, mbak,- ditunggu saja ditempat
check in ...

Shinta menekan tombol pemutus hubungan dan memasukkan HP-nya kedalam


tas.

SHINTA
Mas Ruslan dan mbak Tuti sudah di Cengkareng.

Hendra melihat ke arlojinya,

HENDRA
Take Off masih tiga jam lagi koq sudah dibandara.

Shinta mnjelaskan,
SHINTA
Kan lebih baik menunggu daripada terlambat.

Hendra tak sempat menanggapi ucapan Shinta karena HP dalam sakunya


berdering.

SHINTA
Tidak usah ditrerima. Nanti seperti kemarin,- gara-gara
nyetir sambil telpon hampir nabrak.

HENDRA
Sebentar saja.... barangkali urusan meeting nanti.

Hendra mengeluarkan HP dari dalam sakunya,

HENDRA
Halo .....

CUT TO

10

Anda mungkin juga menyukai