Yang dimaksud dengan jalan masuk sebua pedesaan disini adalah sebuah jalan
yang merupakan jalan masuk menuju sebuah perkampungan desa yang ditandai
dengan sebuah “gapura” sederhana bertuliskan : Desa Sidorukun – Manyar,
Gersik.
Susana subuh masih terasa. Ada yang mnggiring beberapa ekor kerbu menuju
ke sawah dengan menggunakan penerangan obor.
CUT TO
Di teras rumah yang sederhana ini tampak suami istri setengah baya,- NARTI
(35 t.h.) dan BANDI (38 th.),- serta anak mereka TARJI ( 13 th. ) sudah rapi dan
tampak siap untuk meninggalkan desa mereka menuju kota impian Jakarta.
Mereka sedang berpamitan dengan RAKHMAT dan SAKINAH- orang tua Narti /
mertua Bandi.
Disudut teras,- YANTO ( 16 th. ),- bungsu Rakhmat dan Sakinah duduk
menyendiri dengan wajah murung sambil sesekali mencuri lirik kearah Rakhmat,
Sakinah, Narti, Bandi dan Tarji. Ia memang kesal krena tidak diijinkan ikut
merantau.
RAKHMAT
Jadi berangkat juga ?
BANDI
Ya, jadi pak,- ini sudah bawa boyongan secukupnya.
RAKHMAT
Sudah dapat kabar dari Parmin soal tempat kalian mondok ?
Ringan Bandi mengucap,
1
BANDI
Berita yang baru belum. Tapi masak iya, bulan lalu kirim
surat sekarang sudah pindah rumah lagi.
Rakhmat menjelaskan,
RAKHMAT
Bandi, Jakarta bukan seperti di desa ini. Di Jakarta, hari ini
tinggal di rumah bagus, besoknya bisa pindah ke rumah
kontrakan. Besoknya lagi “ngungsi” ke emper-emper toko,
lantas ke bantaran kali. Buntut-buntutnya selonjor dikolong
jembatan.
Bandi tercenung mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Rakhmat.
Disudut teras, Yanto melirik kearah Rakhmat dan Bandi,- berusaha mecerna
makna pembicraaan Rakmat dan Bandi.
SAKINAH
Dan kamu, Narti, sudah dipikir yang matang untuk ikut
suamimu ?
NARTI
Sudah, bu. Tadi malam saya sudah berunding dengan Mas
Bandi. Kelihatannya Bandi sudah mantap dengan keputusan
nya untuk merubah nasib di Jakarta
SAKINAH
Lho, itu kan tekad suamimu. Maksud saya,- kamu itu lho,-
sudah mantap mau ikut suamimu yang belum jelas nasibnya
nanti di Jakarta ?
NARTI
Habis mau bagaimana lagi ? Saya kan istrinya,- ya manut-
manut saja.
SAKINAH
Lho, koq manut-manut saja ?! Biar kamu itu istrinya, kamu
kan bisa kasih usul,- bisa punya sikap !!
2
Sakinah melanjutkan,
SAKINAH
Jangan cuma manut – manut saja. Kamu kan bisa tunggu
disini dulu sampai suamimu mapan.
RAKHMAT
Lho koq malah kamu yang jadi emosi begini ?! Biar saja,
mungkin mereka sudah punya hitungan untung ruginya.
SAKINAH
Saya bukan emosi,- cuma mau kasih ingat. Contohnya kan
sudah banyak yang pindah ke Jakarta bukannya berhasil,
malahan diobrak-abrik tramtib. Dan yang imannya gak kuat,
yang laki jadi copet atau rampok,- yang perempuan jadi
lonte.
RAKHMAT
Ya, mudah-mudahan keputusanmu ini tidak berubah
menjadi keputusasaan nantinya.
BANDI
Yanto, kamu jangan cemberut begitu, dong. Masa’ saya
mau berangkat diklepas dengan muka asam begitu ?
BANDI
Doakan saja supaya pak lik sukses disana. Pokoknya kalau
sukses, beres !! Ndak perlu tunggu dijemput waktu mudik
lebaran,- kamu langsung pak lik jemput.
3
SAKINAH
Hati-hati, yo le .... kalau mau nyeberang, lihat kiri-kanan
dulu. Jangan suka nyeberang sembarangan, ya.
TARJI
Ya, mbah.
BANDI
Beres bu.
SAKINAH
Apanya yang beres ? Di desa saja kalau kamu nyeberang
hampir ditabrak kerbau.
DISS. OUT
DISS. IN
Jalan masuk pedesaan ini sama dengan Sc. 00,- namun dari sudut berlawanan
sehingg tampak Bandi, Nari dan Tarji meninggalkan pewrkampungan.
Diufuk timur sudah mulai tampak serat-serat mentari pagi keemasan yang
sebentar lagi akan hadir dibalik pepohonan.
DISS. OUT
DISS. IN
Dengan latar belakang matahari yang muncul diufuk timur,- serangkain Kereta
Api mendatang dan melintas dengan raungan yang terasa memilukan.- seolah
meneriakkan kepiluan dibalik tawa Sakinah dan Rakhmat.
DISS. OUT
DISS. IN
04. EXT. RANGKAIAN KERETA API : DALAM GERBONG – pagi / siang
BANDI, NARTI, TARJI, FIG. PEMUMPANG KA
4
Bandi, Narti dan Tarji duduk diantara penumpang lainnya yang memadati
gerbong kereta api kelas ekonomi.
DISS. OUT
DISS. IN
Masih pagi, tapi kepadatan lalu lintas sudah tampak dijalan protokol di sekitar
Monumen Nasional.
DISS. OUT
DISS. IN
5
d. Sebuah sepeda motor yang ditumpangi tiga orang melaju dengan
kecepatan tinggi.
DISS. OUT
DISS. IN
6
Ketakutan mereka untuk menyeberang jalan mendapat perhatian dari AMIR,-
seorang petugas Polantas yang segera mendatangi mereka. Lalu sambil
menggapai tangan Narti ia mengucap,
AMIR
Sini, mbak.
BANDI
Lho, istri saya salah apa koq mau ditangkap ?
AMIR
Bukan mau ditangkap,- saya mau bantu menyeberangkan
bapak dan keluarga.
BANDI
Oh, ya .... terima kasih pak.
DISS, OUT
DISS. IN
Pertigaan jalan yang pada dengan lalu lintas ini merupakan pertigaan yang tidak
dilengjkapi dengan trafic light. Hal inilah yang membuat beberapa petugas Polisi
Lalu-lintas sibuk mengatur lalu lalangnya lalu lintas yang mulai semerawut,
Tak seberapa jauh dari peertigaan ini,- tampak MARLAN [35 th.] menggonceng
istrinya,- PRAPTI [32 th.] dan analnya,- NINGSIH [ 12 TH.],- berseragam SMP
dan tak memakai helm.
7
Marlan menyembunyikan keresahannya. Mengucap ia kemudian sambil
mengeluarkan dompet dari saku celananya.
MARLAN
Selamat pagi, pak.
KISMANTO
Bapak tahu kesalahan bapak ?
Polos Marlan menukas seraya menyodorkan STNK dan SIM yang baru ia
keluarkan dari dompetnya,
MARLAN
Kesalahan apa ? Ini SIM dan STNK saya.
KISMANTO
SIM dan STNK bapak mungkin tidak bermasalah.....
MARLAN
Kalau SIM dan STNK saya tidak bermasalah kenapa saya
diberhentikan ?
KISMANTO
Pertama karena mengendarai sepeda motor bertiga kedua,
- yang digonceng tidak mengenakan helm.
MARLAN
Aduh, pak,- saya ini kan pegawai negeri. Kalau anak saya
naik kendaraan umum, mana cukup gaji saya buat hidup,
pak.
KISMANTO
Soal itu saya ikut prihatin, pak. Tapi soal peraturan tetap
peraturan pak.
MARLAN
Maksud bapak saya kena tilang, begitu ?
KISMANTO
8
Untuk kali ini tidak. Tapi tolong kesalahan ini jangan diulang
lagi. Sekarang bapak antarkan anak bapak kesekelolah dulu
lalu jemput istri bapak disini.
PRAPTI
Maksud bapak, saya di sandera di sini.
KISMANTO
Bukan di sandera,- ibu tunggu disini supaya tidak
diberhentikan polisi lagi di perempatan jalan sana.
PRAPTI
Ya, mas,- antar Ningsih saja dulu, biar saya tunggu disini.
CUT TO
Lalu lintas sudah mulai ramai. Diantara kendaraaan yang berlalu lalang ini kita
lihat mobil Hendra.
Tak seberapa lama kemudian terdengar dering suara sebuah ponsel yang diikuti
oleh suara Shinta,- istri Hendra.
SHINTA [ V.O. ]
Halo .... oh, mbak Rini .... ya, sudah dalam perjalanan,
mbak ........
CUT TO
9
Mobil yang dikemudikan HENDRA ( 35 th ) melaju diantara ramainya lalu lintas.
Duduk disebelahnya,- SHINTA ( 30 th ),- istrinya yang sedang bicara melalui HP-
nya,
SHINTA
Sudah dalam perjalanan, mbak,- ditunggu saja ditempat
check in ...
SHINTA
Mas Ruslan dan mbak Tuti sudah di Cengkareng.
HENDRA
Take Off masih tiga jam lagi koq sudah dibandara.
Shinta mnjelaskan,
SHINTA
Kan lebih baik menunggu daripada terlambat.
SHINTA
Tidak usah ditrerima. Nanti seperti kemarin,- gara-gara
nyetir sambil telpon hampir nabrak.
HENDRA
Sebentar saja.... barangkali urusan meeting nanti.
HENDRA
Halo .....
CUT TO
10