Anda di halaman 1dari 10

10. EXT.

JALAN PROTOKOL : DEKAT JEMBATAN PENYEBERANGAN - siang


BANDI, NARTI, TARJI, SUWARDI, HENDRA, SHINTA

Dijalan yang sama,- tak jauh dari mobil Hendra sedang meluncur,- di bawah
jembatan penyeberangan,- tampak Bandi menatap tingginya anak tangga
jembatan penyeberangan. Narti yang faham akan apa yang dipikirkan Bandi,
angkat suara,

NARTI
Sudahlah mas, nggak usah dipikir lagi. Kita naik saja, yang
penting kan selamat.

Menahan kesal Bndi menjelaskan,

BANDI
Selamat sih selamat, tapi asam uratku ini yang nggak
selamat. Malah kumat !!

Tarji yang sejak tadi lebih banyak diam, kini menyuara,

TARJI
Ah, bapak ini,- kalau kaki bapak kumat dan sakit, kita kan
bisa berhenti dulu.

Nyaris heran Narti menyuara ketika mendengar kepolosan Tarji,

NARTI
Lha, itu pak,- Tarji saja tahu jalan keluarnya. Kita ini kan
pendatang,- tamu,- jangan suka langgar peraturan yang
punya rumah..

Ninyir Bandi mengucap,

BANDI
Ah, kamu kalau bicara begitu kayak penggede yang bisanya
cuma ngomong saja,- teori thok !! Tapi prakteknya nol
besar.

Narti tak menanggapi celoteh Bandi.

Sedang Bandi kemudian memperhatikan barang-barang bawaannya lalu kembali


memperhatikan tingginya anak tangga yang harus ia naiki sebelum mengucap,

BANDI
Aduh, bawaannya banyak begini pakai naik tangga segala.
Tingginya itu, lho yang ndak tahan. Repot, ah !!

Bandi menatap Narti yang tampak mulai penat seraya mengucap,

11
BANDI
Ah,- nyeberang lewat situ saja,- jalan biasa. Yang penting
kan tola-tole dulu.

Tanpa menunggu persetujuan Narti dan Tarji,- Bandi bergegas melangkah ke


tepi jalan.

Narti dan Tarji tak mampu melawan. Merekapun mengikuti langkah-langkah


Bandi.

SUWARDI ( 35 th. ),- seorang Polantas melintas diatas sepeda motornya.


Pandangannya terarah pada Bandi, Narti dan Tarji yang hendak menyeberang
bukan pada tempatnya. Ia segera menepikan sepeda motornya dengan maksud
memberi teguran pada Bandi, Narti dan Tarji.

Agak terlambat,- pada saat yang nyaris bersamaan, Bandi, Narsih dan Tarji
sudah mulai melangkah untuk menyeberang,

Polantas Suwardi mengeluarkan dan meniup pluitnya dengan maksud menghenti


kan langkah Bandi, Narti dan Tarji dan bergegas menghampiri mereka.

Bandi, Narti dan Tarji yang tidak mendengar atau tidak menduga bahwa bunyi
peluit yang ditiup Suwardi itu ditujukan pada mereka, malah mulai bergerak
untuk menyeberang.

CUT TO

11. EXT. JLN PROTOKOL DKT JMBT, PENYEBERANGAN - pagi


HENDRA <V.O.>

Mobil yang dikemudikan Hendra mendatang dengan kecepatan lumayan cepat.


Terdengar kemudian tawa Hendra yang renyah ketika bicara i HP-nya.

HENDRA
Ha.... ha.... ha.... ya, kita atur saja bagaimana baiknya,

CUT TO

12. EXT. JLN PROTOKOL DKT JMBT, PENYEBERANGAN :: DLM MOBIL - pagi
HENDRA, SHINTA

Hendra yang sedang bicara melalui HP-nya tampak kurang menyimak medan
didepannya dimana Bandi, Narti dan Tarji tenga menyeberang, terus bicara
melalui HP-nya.

12
HENDRA
Ya, sesuai perjanjian kita sebelumnya .....

Shinta yang melihat Bandi, Narti dan Tarji menyeberang, terpekik,

SHINTA
Awas, mas !! Aaaah.... !!

Teriakan Narti membuat Hendra tersentak.

Bandi, Narti dan Tarji terkejut dan menghentikan langkah-langkah mereka.

Pandangan Hendra menangkap sosok Bandi, Narti dan Tarji yang ketakutan
ditengah jalan. Cepat ia menginjak rem.

Terdengar decit ban yang bergesek dengan aspal.

CUT TO

13. EXT. JALAN PROTOKOL : DEKAT JEMBATAN PENYEBERANGAN - siang


BANDI, NARTI, TARJI, SUWARDI, HENDRA, SHINTA

Bandi, Narti dan Tarji nyaris tertabrak. Bertiga mereka jatuh terkulai,- terduduk
lemas di jalanan karena terkejut.

Polantas Suwardi mendatangi dan membantu Bandi, Narti dan Tarji kembali ke
tepi jalan seraya mengucap,

SUWARDI
Bapak ini bagaimana, sih ?! Itu kan ada jembatan
penyeberangan.

Suwardi menunjuk kearah jembatan penyeberangan.

Bandi menyembunyikan rasa takutnya sementara Suwardi menjelaskan,

SUWARDI
Jembatan penyeberangan itu dibangun bukan buat bikin
supaya Jakarta kelihatan modern atau buat pajangan, pak.

Lugu dan masih dalam keterkejutan Bandi menyuara,

BANDI
Ya.... mestinya saya lewat situ, pak. Tapi bawa boyongan
kayak begini dan pas asam urat dengkul saya kumat,-
naiknya kan lama. Pegel lagi.

13
SUWARDI
Bapak pilih mana, naiknya lama dan pegel atau ketabrak
mobil ?

Bandi tak sempat menanggapi pertanyaan karena Shinta yang sudah keluar dari
mobil menghampiri Bandi, Narti dan Tarji yang sudah dibantu ketepi jalan oleh
Suwardi.

SHINTA
Aduh... maaf ... nggak apa-apa kan mas.... mbak .... dik ....

SUWARDI
Tuh, bapak ini masih untung ....

Bandi yang salah tanggap cepat menimpali,

BANDI
Pak Polisi ini bagaimana sih ?! Orang sudah mau ketabrak
dan jatuh lemas begini koq masih dibilang untung. Apes !!

Suiwardi menjelaskan,

SUWARDI
Maksud saya,- ibu yang mengendarai mobil ini masih mau
minta maaf, padahal bapak sudah jelas salah, menyeberang
jalan tidak pada tempatnya,- begitu kan, bu ?

Polos dan salah tingkah Shinta menyahut,

SHINTA
Ya, begitulah kira-kira..... tapi..... maksud saya .... anu ....
yang menyetir mobil tadi bukan saya.....

Suwardi menatap Shinta dengan penuh tanda tanya sebelum mengucap,

SUWARDI
Bukan ibu yang nyetir tapi ibu minta maaf ?!

SHINTA
Ya, saya minta maaf karena suami saya tadi mengemudikan
mobil sambil bicara di hand phone-nya.

Suwardi melihat kearah Hendra yang masih duduk dalam mobil.

14. EXT. JLN PROTOKOL DKT JMBT, PENYEBERANGAN :: DLM MOBIL - pagi
HENDRA

MS,- HENDRA yang tampak tegang,- POV SUWARDI.

14
Hendra buru-buru mengakhiri pembicaraan telepon nya,

HENDRA
Eh, sori .... nanti aku telepon lagi .... ya, aku ada urusan
sama polisi.... oke.

Hendra mematikan HP-nya.

CUT TO

15. EXT. JALAN PROTOKOL : DEKAT JEMBATAN PENYEBERANGAN - siang


BANDI, NARTI, TARJI, SUWARDI, SHINTA

Suwardi bergegas menghampiri Hendra, meninggalkan Shinta, Bandi, Nartri dan


Tarrji.

Sedang Bandi kemudian mengucap pada Sinta,

BANDI
Sudah, ibu ikut bapak polisi itu saja .... kasihan suaminya
nanti ndak ada temannya.

SHANTI
Oh, ya ... ya .... sekali lagi maaf, ya.

Selesai mengucap demikian Shanti bergegas melangkah menyusul Suwardi.

BANDI
Yuk, kita buru-buru naik jembatan sana daripada kita urusan
sama polisi itu lagi.

Bandi, Narti dan tarji bergegas melangkah ke jembatan penyeberangan.

CUT TO

16. EXT. JLN PROTOKOL DKT JMBT, PENYEBERANGAN :: DLM MOBIL - pagi
HENDRA, SUWARDI

Hendra menyembunyikan keresahannya ketika Suwardi mengampirinya seraya


menyapanya,

SUWARDI
Selamat pagi.

15
Hendra keluar dari dalam mobilnya sambil membalas salam Suwardi,

HENDRA
Selamat pagi, pak.

Suwardi menjelaskan,

SUWARDI
Maaf, walaupun saya tak melihat sendiri, tapi menurut istri
anda, anda sedang bicara di HP ketika hampir terjadi
kecelakaan tadi. Betul begitu ?

Ringan Hendra menukas,

HENDRA
Yang penting, kecelakaan itu tidak terdjadi, kan pak.

Menahan kesal Suwardi mengucap,

SUWARDI
Itu bukan jawaban bung. Sebaliknya kalau kecelakaan itu
sampai terjadi, bagaimana ?!

Hendra salah tingkah. Tak kuasa mengatakan apa-apa.

SUWARDI
Bagini, mengemudi sambil menelepon memang belum
merupakan larangan berdasarkan peraturan atau undang-
undang,- masih merupakan himbauan. Jadi pada
kesempatan ini saya menghimbau agar anda tidak
menggunakan HP anda disaat mengemudi.

Hendra mengangguk faham.

CUT TO

17. EXT. JALAN TOL : TEROWONGAN WAJIB MENYALAKAN LAMPU – pagi

MS,- Tulisan yang mewajibkan setiap pengendara yang memasuki terowongan


untuk menyalakan lampu. Cam PAN DOWN hingga mendapatkan sejumlah
kendaraan yang masuk kedalam terowongan tanpa menyalakan lampu.

CATATAN : Dilatarbelakangi narasi mengenai pelanggaran yang terjadi.

CUT TO

16
18. EXT. SEBUAH JALAN : PERTIGAAN – pagi
MARLAN, PRAPTI, NINGSIH KISMANTO

Pertigaan jalan yang padat dengan lalu lintas ini merupakan pertigaan yang tidak
dilengjkapi dengan trafic light.

Hal inilah yang membuat beberapa petugas Polisi Lalu-lintas sibuk mengatur lalu
lalangnya lalu lintas yang mulai semerawut,

Tak seberapa jauh dari pertigaan ini,- tampak MARLAN [35 th.] menggonceng
istrinya,- PRAPTI [32 th.] dan analnya,- NINGSIH [ 12 TH.],- berseragam SMP
dan tak memakai helm.

KISMANTO [ 40 th ],- anggauta Polantas yang sedang bertugas melihat kearah


Marlan. Melihat Ningsih tidak mengenakan helm, Kismanto melangkah maju
beberapa langkah,- meniup peluitnya dan memberi kan isyarat agar Marlan
menepi.

Marlan yang faham akan isyarat Kismanto, menepikan sepeda motornya


sementara Kismanto melangkah semakin mendekat.

KISMANTO
Selamat, pagii,

Marlan menyembunyikan keresahannya. Mengucap ia kemudian sambil


mengeluarkan dompet dari saku celananya.

MARLAN
Selamat pagi, pak.

KISMANTO
Bapak tahu kesdalahan bapak ?

Polos Marlan menukas seraya menyodorkan STNK dan SIM yang baru ia
keluarkan dari dompetnya,

MARLAN
Kesalahan apa ? Ini SIM dan STNK saya.

Kismanto menjelaskan,

KISMANTO
SIM dan STNK bapak mungkin tidak bermasalah.....
Cepat Marlan menukas,

MARLAN
Kalau SIM dan STNK saya tidak bermasalah kenapa saya
diberhentikan ?

17
Bijak namun tegas Kismanto menjelaskan,

KISMANTO
Pertama karena mengendarai sepeda motor bertiga kedua,
- yang digonceng tidak mengenakan helm.

Marlan yang terpojok berusaha mencari pembenaran,

MARLAN
Aduh, pak,- saya inui kan pegawai negeri. Kalau anak saya
naik kendaraan umum, mana cukup gaji saya buat hidup,
pak.

Kismanto berpikir sesaat sebelum mengucap,

KISMANTO
Soal itu saya ikut prihatin, pak. Tapi soal peraturan tetap
peraturan pak.

MARLAN
Maksud bapak saya kena tilang, begitu ?

KISMANTO
Untuk kali ini tidak. Tapi tolong kesalahan ini jangan diulang
lagi. Sekarang bapak antarkan anak bapak kesekelolah dulu
lalu jemput istri bapak disini.

Prapti yang sejak tadi diam saja kini angkat suara,

PRAPTI
Maksud bapak, saya di sandera di sini ?!

Kismanto menjelaskan dengan bijak,

KISMANTO
Jangan pakai bahasa kasar begitu, bu. Bukan di sandera,-
ibu saya minta tunggu disini dulu supaya tidak diberhentikan
polisi lagi di perempatan jalan sana.

Prapti mengangguk faham sebelum mengucap pada Marlan,

PRAPTI
Ya, mas,- antar Ningsih saja dulu, biar saya tunggu disini.

Marlan mengangguk dan melaju bersama Ningsih yang duduk dibelakangnya.

CUT TO

18
14. EXT. PERLINTASAN KERETA API – pagi

Rangkaian kereta api mendatang dan melintas dengan kecepatan tinggi.


Penumpang tampak padat,- bahkan banyak juga yang duduk diatap gerbong
kereta api.

Catatan : Gambar ini akan dilengkapi dengan narasi yang terkait dengan tata
tertib angkutan umum.

CUT TO

15. EXT. SEBUAH JALAN : KAWASAN 3 IN 1 - pagi

Jalan menuju kawasan 3 In 1 ini tampak ramai dan padat.

Diantara kendaraan yang berlalulalang ini tampak mobil Mulyono yang berusaha
menerobos keramaian.

CUT TO

16. EXT. SEBUAH JALAN KAWASAN 3 IN 1 : DALAM MOBIL – pagi


MULYONO, TRIHADI

Di jok belakang, MULYONO ( 45 th. ),- seorang Lurah,- membaca berkas-berkas


yang terkait dengan rapat yang akan dihadirinya,- sedang TRIHADI,- ( 40 th. ),-
sopir Mulyono,- mengemudikan mobil dengan penuh konsentrasi.
Trihadi membaca rambu yang mengingatkan bahwa jalan yang dilaluinya akan
memasuki kawasan 3 In 1.

TRIHADI
Masuk tol saja, pak ?

Sambil terus membaca, Mulyono menyahut,

MULYONO
Buat apa masuk tol ?! Tambah macet !!

Trihadi menjelaskan,

TRIHADI
Didepan sudah masuk jalur three in one, pak.

Yakin dan pasti bakan berbau arogansi Mulyono mengucap,

19
MULYONO
Kalau ditahan, bilang saja saya lurah, mau rapat sama
bapak gubernur.

Trihadi diam saja.

Di tepi jalan memasuki kawasan three in one,- RIDWAN ( 35 th. ), petugas


Polantas yang memperhatikan mobil Muloyno langsung bicara melalui Handy
Talky-nya.

CUT TO

17. EXT. SEBUAH JALAN : KAWASAN 3 IN 1 - pagi


MULYONO, TRIHADI, SISWANTO, RIDWAN <V.O.>

SISWANTO ( 38 th. ),- petugas Polantas,- menyimak laporan yang masuk


melalui Handy Talky-nya.

RIDWAN <V.O.>
Mobil B. 1209 FR, warna hitam berpenumpang dua orang
memasuki kawasan 3 In 1

SISWANTO
Dicopy.

Catatan : Dialog disesuaikan dengan bahasa komunikasi Polantas.

Selesai mengucap demikian, Siswanto yang sudah melihat kedatangan mobil


Mulyono, melangkah ketengah, meniup peluitnya dan memberi isyarat agar
Trihadi menepikan kendaraannya.

TRIHADI
Wah, kena kita, pak.

MULYONO
Nggak perlu takut !! Bilang saja seperti yang saya bilang
tadi,- mau rapat sama gubernur.

Bersamaan dengan berhentinya mobil, Siswanto sampai di pintu mobil sisi


pengemudi. Trihadi membuka kaca jendela.

SISWANTO
Selamat pagi, pak.

Sopan Trihadi menyahut,

20

Anda mungkin juga menyukai