Anda di halaman 1dari 24

Manajemen Pemasaran Bank Syariah: Marketing Mix Syariah

dan Strategi Pemasaran di Bank Syariah


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Manajemen Bank Syariah”

Dosen Pengampu:
Dr. Binti Nur Asiyah, M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 7
1. Dinda Rahma Raflesia (126401201008)
2. Refina Arieska Putri (126401201025)
3. Riko Ardiansyah (126401201029)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH 5A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2022
Manajemen Pemasaran Bank Syariah: Marketing Mix Syariah dan
Strategi Pemasaran di Bank Syariah
Dinda Rahma R., Refina Arieska P., Riko Ardiansyah1
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
Email: kanggoriko547@gmail.com

Abstrak
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah konsep
marketing mix yang sesuai dengan syariah. Penilaian konsep marketing mix yang
sesuai syariah ini menilai variabel Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat),
dan Promotion (Promosi) dengan aturan-aturan yang sesuai dalam islam. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan konsep marketing mix, dan
kontribusi keilmuan berkaitan dengan marketing mix syariah, serta strategi pemasaran
di bank syariah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
pendekatan penelitian studi kepustakaan (Library Research). Menurut Mestka Zed
(2003), studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini memfokuskan pada penilaian marketing
mix pada konsep syariah, mengkaji kebutuhan nasabah bank syariah serta strategi
peasaran produk di bank syariah.
Kata Kunci: Marketing, Mix, Bank, Syariah

Abstract
The main problem that will be discussed in this paper is the concept of
marketing mix by sharia. The assessment of the marketing mix concept by sharia
assesses the Product, Price, Place, and Promotion (Promotion) variables with the
appropriate rules in Islam. The purpose of this study is to identify and explain the
concept of the marketing mix, and scientific contributions related to the Islamic
marketing mix, as well as marketing strategies in Islamic banks. The theory used in this
research is using a library research approach. According to Mestka Zed (2003),
literature study or literature can be interpreted as a series of activities related to the
methods of collecting library data, reading and taking notes, and processing research
materials. This study focuses on the assessment of the marketing mix on the concept of
sharia, examines the needs of Islamic bank customers, and product marketing
strategies in Islamic banks.
Keywords: Marketing, Mix, Bank, Sharia

1
Mahasiswa Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syariah, Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
BAB I PEDAHULUAN

a. Latar Belakang

Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya mempunyai tujuan yang sama


yaitu memperoleh keuntungan begitu juga pada perbankan syariah. Usaha yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan salah satunya
melalui kegiatan pemasaran, yaitu proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi
nasabah dan membangun hubungan yang kuat dengan nasabah dengan tujuan untuk
memperoleh nilai dari nasabah sebagai imbalannya. Inti utama dari kegiatan pemasaran
yang dikenal luas adalah marketing mix, yang mencakup 4P (Product, Price, Place,
Promotion). Keempat variable tersebut merupakan kombinasi yang mempunyai peran
yang sama dan merupakan satu kesatuan guna menunjang sukses perusahaan. Karena
itu product, price, place dan prontotion dapat digunakan oleh perusahaan yang
bersangkutan untuk menyusun strategi dasar perusahaan yang dapat menjadi acuan bagi
penyusunan strategi pemasaran yang efektif.

Melihat pada strategi marketing mix sebagai strategi pemasaran yang efektif
tentu Perbankan Syariah yag merupakan salah satu perusahaan/ lembaga pehimpun
dana masyarakat akan menggunakan strategi ini dalam usaha memikat nasabah akan
produk-produk yang ditawarkan. Sehingga marketing mix ini akan dijadikan strategi
yang penting di perbankan syariah dalam meningkatkan profitabilitas perusahaannya.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan marketing mix?


2. Apa yang dimaksud dengan marketing mix syariah?
3. Apa yang menjadi kebutuhan nasabah di bank syariah?
4. Bagaimana strategi pemasaran syariah pada produk di perbankan syariah?
c. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dari markeing mix.


2. Untuk mengetahui pengertian marketing mix syariah.
3. Untuk mengetahui kebutuhan nasabah di bank syariah.
4. Untuk mengetahui strategi pemasaran syariah pada produk di perbanka syariah.
d. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diulas sebelumnya, penelitian ini


diharapkan memberikan manfaat bagi kita semua baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis
Penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bank
Syariah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memahami dan menambah
wawasan pembaca tentang Manajemen Pemasaran Bank Syariah baik pada
marketing mix dan marketing mix syariah serta strategi pemasaran di bank syariah.
e. Tinjauan Pustaka
1. Marketing Mix Syariah

Pemasaran dalam Islam adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam


Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal terlarang
oleh ketentuan syariah. Sedangkan menurut Kertajaya dan Sula Syariah marketing
adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang
dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
(bisnis) dalam Islam.

Secara sederhana, penentuan marketing mix syariah ditujukan agar setiap


kegiatan pemasaran dapat berlangsung dengan sukses, produknya dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, diberi harga yang terjangkau
oleh konsumen lalu didistribusikan.

2. Memahami Kebutuhan Masyarakat

Pengertian kebutuhan dan keinginan nasabah adalah suatu keadaan dimana


dirasakan tidak ada dalam diri seseorang, seperti kebutuhan akan rasa aman. Dalam
praktiknya, kebutuhan nasabah bank adalah:

 Kebutuhan akan produk bank


 Kebutuhn rasa aman berhubungan dengan bank
 Kebutukan kenyamanan berhubungan dengan bank
 Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
 Kebutuhan untuk persahabatan
 Kebutuhan untuk diberi perhatian
 Kebutuhan status atau prestise
 Kebutuhan aktualisasi diri

Sedangkan produk bank adalah jasa yang ditawarkan kepada nasabahnya


untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi dalam
rangka memenuhi kebutuhan, dan keinginan nasabah seperti: produk simpanan,
pinjaman atau jasa bank lainnya.

3. Strategi Pemasaran Syariah pada Produk Perbankan Syariah

Sebagai lembaga keuangan, bank juga memerlukan adanya pemasaran.


Amrin (2007:169) menyatakan, bagi dunia perbankan yang merupakan badan
usaha yang berorientasi pada profit, kegiatan pemasaran sudah merupakan suatu
kebutuhan utama dan sudah merupakan suatu keharusan. Tanpa kegiatan
pemasaran jangan diharapkan kebutuhan dan keinginan pelanggannya akan
terpenuhi. Oleh karena itu, bagi dunial perbankan perlu mengemas kegiatan
pemasarannya secara terpadu dan terus menerus melakukan riset pasar. Pemasaran
harus dikelola secara profesional, sehingga kebutuhan dan keinginan pelanggan
akan segera terpenuhi dan terpuaskan. Pengelolaan pemasaran bank yang
profesional inilah yang disebut dengan manajemen pemasaran bank.

Secara umum pengertian manajemen pemasaran bank adalah suatu proses


perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dari suatu kegiatan menghimpun
dana, menyalurkan dana, dan jasa keuangan lainnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabahnya. Sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya, pemasaran bank berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
dan pelanggannya yang dalam hal ini adalah nasabah.

f. Metode Penelitian

Dalam penelitian mengenai manajemen pemasaran bank syariah: marketing mix


syariah dan strategi pemasaran di bank syariah ini peneliti menggunakan metode
pendekatan penelitian studi kepustakaan (Library Research). Menurut Mestka Zed
(2003), studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian. Metode penelitian studi pustaka sendiri juga berarti
teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur,
catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan
(nazir: 2003)

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Marketing Mix

Dalam ilmu marketing kita mengenal konsep klasik Marketing Mix untuk
melakukan penetrasi pasar, dimana untuk menembus pasar diperlukan beberapa strategi
terhadap masing-masing komponen yang terdiri atas Product (Produk), Price (Harga),
Place(Tempat atau Saluran Distribusi), dan Promotion (Promosi), yang dalam
perkembangannya kini, telah mengalami penambahan lagi menjadi: People
(Orang),Phisical Evidence (Bukti Fisik), dan Process (Proses).

1. Product (Produk)

Sama halnya dengan perbankan konvensional, produk yang dihasilkan


dalam perbankan syari’ah bukan berupa barang, melainkan berupa jasa. Ciri khas
jasa yang dihasilkan haruslah mengacu kepada nilai-nilai syari’ah atau yang
diperbolehkan dalam Al-Quran, namun agar bisa lebih menarik minat konsumen
terhadap jasa perbankan yang dihasilkan, maka produk tersebut harus tetap
melakukan strategi “differensiasi” atau “diversifikasi” agar mereka mau beralih dan
mulai menggunakan jasa perbankan syari’ah.

2. Price (Harga)

Merupakan satu-satunya elemen pendapatan dalam marketing mix.


Menentukan harga jual produk berupa jasa yang ditawarkan dalam perbankan
syari’ah merupakan salah satu faktor terpenting untuk menarik minat nasabah.
Menterjemahkan pengertian harga dalam perbankan syariah bisa dianalogikan
dengan melihat seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan sebuah manfaat dalam bentuk jasa yang setimpal atas
pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh konsumen tersebut.

3. Place (Tempat atau Saluran Distribusi)

Melakukan penetrasi pasar perbankan syari’ah yang baik tidak akan berhasil
jika tidak didukung oleh tempat atau saluran distribusi yang baik pula, untuk
menjual jasa yang ditawarkan kepada konsumen.Menyebarkan unit pelayanan
perbankan syari’ah hingga kepelosok daerah adalah sebuah keharusan jika ingin
melakukan penetrasi pasar dengan baik. Dibutuhkan modal yang tidak sedikit
memang jika harus dilakukan secara serentak atau bersamaan.

4. Promotion (Promosi)

Juga akan menjadi salah satu faktor pendukung kesuksesan perbankan


syari’ah. Dalam marketing, efektivitas sebuah iklan seringkali digunakan untuk
menanamkan “brand image” atau agar lebih dikenal keberadaannya. Ketika “brand
image” sudah tertanam dibenak masyarakat umum, maka menjual sebuah produk,
baik itu dalam bentuk barang maupun jasa akan terasa menjadi jauh lebih mudah.

5. People (Orang)

Bisa kita interpretasikan sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) dari


perbankan syari’ah itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
akan berhubungan dengan nasabah (customer), SDM ini sendiri juga akan sangat
berkorelasi dengan tingkat kepuasan para pelanggan perbankan syari’ah.

6. Process (Proses)

Bagaimana proses atau mekanisme, mulai dari melakukan penawaran


produk hingga proses menangani keluhan pelanggan perbankan syari’ah yang
efektif dan efisien, perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Proses ini akan menjadi
salah satu bagian yang sangat penting bagi perkembangan perbankan syari’ah agar
dapat menghasilkan produk berupa jasa yang prosesnya bisa berjalan efektif dan
efisien, selain itu tentunya juga bisa diterima dengan baik oleh nasabah perbankan
syari’ah.

7. Phisical Evidence (Bukti Fisik)

Cara dan bentuk pelayanan kepada nasabah perbankan syari’ah ini juga
merupakan bukti nyata yang seharusnya bisa dirasakan atau dianggap sebagai bukti
fisik (phisical evidence) bagi para nasabahnya, yang suatu hari nanti diharapkan
akan memberikan sebuah testimonial positif kepada mayarakat umum guna
mendukung percepatan perkembangan perbankan syari’ah menuju arah yang lebih
baik lagi dari saat ini.
B. Marketing Mix Syariah

Pemasaran dalam Islam adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam,
sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal terlarang oleh
ketentuan syariah. Sedangkan menurut Kertajaya dan Sula Syariah marketing adalah
sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan
perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.

Secara sederhana, penentuan marketing mix syariah ditujukan agar setiap


kegiatan pemasaran dapat berlangsung dengan sukses, produknya dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, diberi harga yang terjangkau oleh
konsumen lalu didistribusikan.

Marketing mix syariah sebagai perangkat variabel-variabel pemasaran


terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan respon yang
diinginkannya dalam pasar sasaran. Kegiatan-kegiatan pemasaran perlu
dikombinasikan dan dikoordinir agar perusahaan dapat melakukan tugas pemasarannya
yang se-efektif mungkin. Dikarenakan keempat variabel (4P) dalam kombinasi tersebut
saling berhungan, masing-masing elemen didalamnya saling mempengaruhi.2

Pemasaran memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan


konsumen, disamping pencapaian tujuan perusahaan. Dalam memenuhi tujuan ini,
seorang pemasar muslim harus memastikan bahwa semua aspek kegiatan pemasaran,
seperti perencanaan barang dan jasa, harga dan strategi distribusi, seperti halnya teknik
promosi yang digunakan, haruslah sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunnah.
Berkaitan dengan marketing mix, maka penerapan dalam syariah akan merujuk pada
konsep dasar kaidah fiqih yakni ”Al-ashlu fil-muamalah al-ibahah illa ayyadulla dalilun
‟ala tahrimiha” (pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya).3 Berikut adalah empat unsur dalam marketing mix
dalam perspektif syariah, yakni:

2
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran Global,63
3
Hermawan Kertajaya, Muhammad Syakir Sula,Syariah Marketing,(Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2006). 175
1. Produk (Product)

Dalam unsur marketing mix syariah ada salah satu unsur yang disebut
produk. Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk
merupakan hasil dari perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk digunakan
oleh konsumen dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan
dari perusahaannya. Produk merupakan unsur penting dalam suatu marketing mix
syariah, dimana baik buruknya suatu produk pada konsumen membawa pengaruh
bagi kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. “Produk sebagai
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli,
untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan”.4

Ada tiga hal yang perlu dipenuhi dalam menawarkan sebuah produk
menurut syariah yaitu:

a. Produk yang ditawarkan memiliki kejelasan barang, kejelasan ukuran/takaran,


kejelasan komposisi, tidak rusak/ kadaluarsa dan menggunakan bahan yang baik
b. Produk yang diperjual-belikan adalah produk yang halal
c. Dalam promosi maupun iklan tidak melakukan kebohongan.

Di dunia perbankan strategi produk yang dilakukan adalah mengembangkan


suatu produk adalah sebagai berikut :

a. Penentuan logo dan moto


b. Menciptakan merek
c. Menciptakan kemasan Dalam dunia perbankan kemasan lebih diartikan kepada
pemberian pelayanan atau jasa kepada nasabah disamping juga sebagai
pembungkus untuk beberapa jasanya seperti buku tabungan, cek, kartu ATM
atau kartu kredit.
d. Keputusan Label Label merupakan sesuatu yang dilengketkan pada produk
yang ditawarkan dan merupakan bagian dari kemasan.

Adapun klasifikasi produk menurut Fandy Tjiptono dalam bukunya Susatyo


Herlambang “klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut
pandang. Berdasarkan berwujudnya atau tidaknya, produk dapat diklasifikasikan

4
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran Global. 69
kedalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa.5 Ditinjau dari aspek daya
tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu :

a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Good)

Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian.

b. Barang Tahan Lama (Durable Goods)

Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan
lama dengan banyak pemakaian.

Selain berdasarkan daya tahannya, produk dapat dibedakan menjadi barang


konsumen dan barang industri. Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi
untuk kepentingan konsumen akhir sendiri, bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya
barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu :

a. Covinience Goods
Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi
(sering beli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha
yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembelian.
b. Shopping Goods
Merupakan barang-barang dalam prosesnya pemilihan dan pembeliannya
dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia.
Kriteria perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas dan model masing-
masing barang. Contohnya alat-alat rumah tangga.
c. Specially Goods
Merupakan barang-barang yang memiliki karakteristik dan identifikasi merek
yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus
untuk menbelinya. Contohnya adalah barang-barang mewah dengan merek dan
model spesifik.
d. Unsought Goods
Merupakan barang-barang yang diketahui tetapi pada umumnya belum
terfikirkan untuk membelinya. Contohnya adalah asuransi jiwa, tabungan masa
depan.

5
Herlambang. Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. 37
2. Harga (Price)

Bagi perbankan terutama bank yang berdasarkan prinsip konvensional,


harga adalah bunga, biaya administrasi, provisi dan komisi, biaya kirim, tagih,
sewa, iuran dan biayabiaya lainnya. Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah bagi hasil, administrasi pembiayaan dan fee serta biaya
lainnya.6

Terhadap pelanggan, harga akan disajikan secara kompetitif. Dalam artian


bahwa harga harus benar-benar kompetitif antara pebisnis satu dengan yang
lainnya. Islam sependapat dengan penentuan harga yang kompetitif. Namun dalam
menentukan harga tidak boleh menggunakan cara-cara yan merugikan pebisnis
lainnya. Islam tentu memperbolehkan pedagang untuk mengambil keuntungan,
karena hakekat dari berdagang adalah untuk mencari keuntungan. Namun, untuk
mengambil keuntungan janganlah berlebih-lebihan.

Tujuan penentuan harga dapat bertahan hidup, memaksimalkan laba, mutu


produk, mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan juga mempengaruhi
market share-nya. Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran
berhak menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penetapan harga tersebut antar lain: biaya, keungtungan, praktek saingan,
dan perubahan keinginan pasar. Kebijakan harga ini menyangkut pula penetapan
jumlah potongan, mark-up mark-down, dan sebagainya yang berhubungan dengan
harga.

3. Tempat (Place)

Tempat/saluran distribusi adalah suatu perangkat organisasi yang


tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi
untuk digunakan atau dikonsumsi oleh pelanggan atau pengguna bisnis.7

Dalam menentukan place atau saluran distribusi, perusahaan Islami harus


mengutamakan tempat-tempat yang sesuai dengan target market, sehingga dapat
efektif dan efisien. Sehingga pada intinya, dalam menentukan marketing mix harus
didasari pada prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran.

6
Kasmir.Perencanaan Sumber Daya Manusia.196
7
Philip Kotler.Manajemen Pemasaran Global,122
Tempat/saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen
untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke pelanggan atau
pemakai industri. Saluran distribusi untuk barang adalah saluran yang digunakan
oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke pelanggan atau
pemakai industri.

Distribusi juga merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan


produksi dan konsumsi, berkat distribusi, barang dan jasa dapat sampai ketangan
konsumen. Dalam sektor jasa, distribusi didefinisikan sebagai sarana yang dapat
meningkatkan keberadaan atau kenikmatan suatu jasa yang menambah pendapatan
dari penggunaannya, baik dengan mempertahankan pemakai yang ada,
meningkatkan nilai kegunaannya diantara pemakai yang ada ataupun menarik
pemakai yang baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penetuan
lokasi suatu bank adalah sebagai berikut:

a. Dekat dengan kawasan industri.


b. Dekat dengan perkantoran.
c. Dekat dengan pasar.
d. Dekat dengan perumahan atau masyarakat.
e. Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada disuatu lokasi.
4. Promosi (Promotion)

Promosi dalam tinjauan syariah harus sesuai dengan sharia compliance yang
merefleksikan kebenaran, keadilan dan kejujuran kepada masyarakat. Segala
informasi yang terkait dengan produk harus diberitahukan secara transparan dan
terbuka sehingga tidak ada potensi unsur penipuan dan kecurangan dalam
melakukan promosi.

Di dalam konsep marketing mix Islami bahwasannya dalam melakukan


suatu pemasaran, baik barang maupun jasa, tidaklah bebas nilai. Sebagai seorang
khalifah di muka bumi, manusia juga dituntut untuk menjaga kesejahteraan
masyarakat secara umum, dengan berdagang menggunakan cara yang halal dan di
ridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta‟ala. Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo
mengatakan bahwa dalam bisnis Islami sangat mengedepankan adanya konsep
rahmat dan ridha, baik dari penjual pembeli, sampai dari Allah SWT. Dengan
demikian, aktivitas pemasaran harus didasari pada etika dalam pemasarannya.
Beberapa kiat dan etika Rasulullah SAW dalam membangun citra dagangannya
adalah :8

a. Penampilan dagang Rasulullah SAW adalah tidak membohongi pelanggan, baik


menyangkut besaran (kuantitas) maupun kualitas.
b. Pelayanan Pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan hendaknya diberi
tempo untuk melunasinya, selanjutnya pengampunan (bila memungkinkan)
hendaknya diberikan jika ia benar dan sanggup membayarnya.
c. Persuasi Menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang.
d. Pemasaran. Hanya dengan kesepakatan bersama. Dengan suatu usulan dan
penerimaan, penjualan akan sempurna.

Produk sudah diciptakan, harga sudah ditetapkan, dan tempat sudah tersedia
artinya produk siap untuk dijual. Agar masyarakat atau nasabah tahu kehadiran
produk ini maka dilakukan dengan sarana promosi. Promosi merupakan cara
langsung atau tidak langsung untuk memperngaruhi konsumen agar lebih suka
membeli suatu merk barang tertentu. Termasuk kegiatan promosi adalah
periklanan, personal selling, promosi penjualan, dan publisitas.

Promotion adalah bentuk persuasif langsung melalui penggunaan berbagai


intensif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau
meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.9 Dalam melakukan promosi,
perusahaan dan organisasi menjelaskan keunggulan produk kepada konsumennya,
meliputi jenis produk, mutu dan rancangan, kemudian juga menjelaskan nama
merek kemasan dan ukuran. Tujuannya dalah supaya mendapat kepuasan dari
pelanggan.

Langkah kedua dengan melakukan strategi promosi dengan pedekatan


langsung kepada pelanggan atau nasabah memberikan pelayanan diantarnya :

a. Memberikan pelayanan promosi yaitu dengan divisi humas (hubungan


masyarakat). Tujuannya agar produk dapat dikenal oleh masyarakat pelanggan
atau nasabah.

8
Thorik Gunar dan Utus Hardiono Sudibyo, Marketing Muhammad, (Bandung: Madnia Prima,2002)72
9
Tjiptono. Upaya Meningkatkan Brand Image. (Yogyakarta : Kanisius, 1997) 229.
b. Menjelaskan dengan melalui diskon yang diberikan kepada pelanggan atau
nasabah.

Adapun bauran promosi adalah sebagai berikut :

a. Periklanan
Periklanan adalah semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi ide-
ide,promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang dibayar.
b. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi Penjualan adalah ariasi insentif jangka pendek untuk merangsang
pembelian atau penjualan suatau produk atau jasa.
c. Hubungan masyarakat dan Publisitas (Public Relation and Publicity)
Hubungan masyarakat adalah suatu usaha dari rancangan program guna
memperbaiki, mempertahankan, atau melindungi perushan atau citra produk.
d. Penjualan Personal (Personal Selling)
Penjualan pribadi atau tatap muka adalah penyajian lisan dalam suatu
pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk
melakuka penjualan.
e. Pemasaran Langsung Komunikasi
Pemasaran Langsung Komunikasi secara langsung yang digunakan dari mail,
telepon, fax, e-mail, atau internet untuk mendapatkan tanggapan langsung dari
konsumen secara jelas.

Pelaksanaan promosi akan melibatkan beberapa tahap, antara lain:10


a. Menentukan Tujuan
Tujuan promosi merupakan awal untuk kegiatan promosi.
b. Mengidentifikasi Pasar yang Dituju
Segmen pasar yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam promosinya harus
dapat dibatasisecara terpisah menurut faktor demografis dan psikografis. Pasar
yang dituju harus terdiri atas individu - individu yang sekiranya bersedia
membeli produk tersebut selama periode yang bersangkutan.
c. Menyusun Anggaran

10
Herlambang. Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. 37
Anggaran promosi sangat peting untuk kegiatan-kegiatan perencanaan
keuangan dari manajer pemasaran. Anggaran digunakan untuk mengarahkan
pengeluaran uang dalam mencapai tujuan terebut.
d. Memilih Berita
Tahap selanjutnya dimulai dengan berita yang tepat untuk mencapai pasar yang
dituju tersebut. Sifat berita itu erbeda tergantung sifat promosinya.
e. Menentukan Promotional
Perusahaan dapat menggunakan tema berita yang berbeda – beda pada
masingmasing kegiatan promosinya. Misalnya, hubungan masyarakat dapat
dilakukan untuk menciptakan kesan positif terhadap perusahaan diantara para
pembeli.
f. Memilih Media
Media adalah saluran penyampaian pesan komersial kepada khalayak sasaran.
Untuk alternatif media secara umum dapat dikelompokan menjadi media cetak,
media elektronik, media luar ruang dll. Untuk itu manaje harus memilih media
yang cocok untuk ditujukan pada kelompok sasaran produk perusahaan.
g. Mengukur Efektifitas
Pengukuran efektifitas ini sangat penting bagi manajer. Setiap alat promosi
mempunyai pengukuran yang berbeda-beda, tanpa dilakukannya pengukuran
efektifitas tersebut akan sulit diketahui apakah tujuan perusahaan dapat dicapai
atau tidak.
h. Mengendalikan dan Memodifikasi Kampanye Promosi
Setelah dilakukan pengukuran efektifitas, ada kemungkinan dilakukan
perubahan rencana promosi. Perubahan dapat terjadi pada promotional, media,
berita, anggaran promosi, atau cara pengalokasian anggaran tersebut.
C. Memahami Kebutuhan Nasabah

Pengertian kebutuhan dan keinginan nasabah adalah suatu keadaan dimana


dirasakan tidak ada dalam diri seseorang, seperti kebutuhan akan rasa aman. Dalam
praktiknya, kebutuhan nasabah bank adalah:

 Kebutuhan akan produk bank


 Kebutuhn rasa aman berhubungan dengan bank
 Kebutukan kenyamanan berhubungan dengan bank
 Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
 Kebutuhan untuk persahabatan
 Kebutuhan untuk diberi perhatian
 Kebutuhan status/prestise
 Kebutuhan aktualisasi diri

Sedangkan produk bank adalah jasa yang ditawarkan kepada nasabahnya untuk
mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi dalam rangka
memenuhi kebutuhan, dan keinginan nasabah seperti: produk simpanan, pinjaman atau
jasa bank lainnya.

D. Strategi Pemasaran Syariah pada Produk Perbankan Syariah

Sebagai lembaga keuangan, bank juga memerlukan adanya pemasaran. Amrin


(2007:169) menyatakan, bagi dunia perbankan yang merupakan badan usaha yang
berorientasi pada profit, kegiatan pemasaran sudah merupakan suatu kebutuhan utama
dan sudah merupakan suatu keharusan. Tanpa kegiatan pemasaran jangan diharapkan
kebutuhan dan keinginan pelanggannya akan terpenuhi. Oleh karena itu, bagi dunial
perbankan perlu mengemas kegiatan pemasarannya secara terpadu dan terus menerus
melakukan riset pasar. Pemasaran harus dikelola secara profesional, sehingga
kebutuhan dan keinginan pelanggan akan segera terpenuhi dan terpuaskan. Pengelolaan
pemasaran bank yang profesional inilah yang disebut dengan manajemen pemasaran
bank.

Secara umum pengertian manajemen pemasaran bank adalah suatu proses


perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dari suatu kegiatan menghimpun dana,
menyalurkan dana, dan jasa keuangan lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan,
keinginan, dan kepuasan nasabahnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
pemasaran bank berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan pelanggannya yang
dalam hal ini adalah nasabah. Secara terperinci Amrin (2007:171) menyatakan, secara
umum tujuan pemasaran bank adalah sebagai berikut:

1. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang


konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan
secara berulang-ulang.
2. Memaksimumkan kepuasan konsumen melalui berbagai layanan yang diinginkan
nasabah.
3. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai
jenis produk sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula.
4. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada
nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.

Kepercayaan nasabah terhadap bank sangat penting artinya untuk kemajuan


bank tersebut di masa yang akan datang. Karena pada dasarnya bank hanyalah sebagai
lembaga perantara antara nasabah simpanan (tabungan) yang memiliki kelebihaan dana
dengan nasabah kredit yang memerlukan pinjaman dana. Bahkan sumber dana yang
dikelola oleh bank secara umum bersumber dari dana pihak ketiga (DPK), sehingga
kepercayaan nasabah terhadap bank sangat menentukan keberhasilan bank dalam
mengumpulkan dana pihak ketiga. Apabila nasabah memiliki tingkat kepercayaan yang
rendah terhadap bank, maka mereka akan meninggalkan bank tersebut dan berupaya
mencari bank lain yang mereka anggap lebih kredibel (dapat dipercaya). Karena itu,
dalam hal memberikan layanan jasa perbankan, setiap bank dituntut untuk mampu
meningkatkan kepercayaan (trust) setiap nasabahnya. Baik nasabah tabungan maupun
nasabah kredit.

Yousafzai et al., (2003) dalam Tjiptono (2007:18) menyatakan, trust merupakan


pondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi
apabila masing masing saling mempercayai. Kepercayaan (trust) ini tidak begitu saja
dapat diakui oleh pihak lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal
dan dapat dibuktikan. Trust telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai
transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai
dengan yang diharapkan. Setidaknya terdapat enam definisi mengenai kepercayaan
(trust) sebagai berikut:

1. Trust adalah keyakinan bahwa kata atau janji seseorang dapat dipercaya dan akan
memenuhi kewajibannya dalam sebuah hubungan pertukaran.
2. Trust akan terjadi apabila seseorang memiliki kepercayaan diri dalam sebuah
pertukaran dengan mitra yang memiliki integritas dan dapat dipercaya.
3. Trust adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain
berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada
orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk
mengawasi dan mengendalikannya.
4. Trust adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa
adanya berdasarkan harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang
lain.
5. Trust adalah kemauan untuk membuat dirinya peka pada tindakan yang diambil
oleh orang yang dipercayainya berdasarkan pada rasa kepercayaan dan tanggung
jawab.
6. Trust adalah penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan
transaksi tertentu menurut harapan orang kepercayaannya dalam suatu lingkungan
yang penuh ketidakpastian.

Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap reliabilitas dan integritas.


Kepercayaan didefinisikan sebagai dimensi hubungan bisnis yang menentukan tingkat
dimana orang merasa dapat bergantung pada integritas janji yang ditawarkan oleh orang
lain. Hal ini secara mendasar merupakan keyakinan bahwa seseorang akan memberikan
apa yang dijanjikan. Pendapat lain tentang kepercayaan dikemukakan oleh Mowen dan
Minor (2006:312), menyatakan bahwa kepercayaan adalah salah satu komponen dari
keberadaan hubungan pelanggan dengan merek. Kepercayaan terbentuk dari kepuasan
pelanggan yang kemudian menjadi indikasi awal terbentuknya kesetiaan pelanggan.
Dikaitkan dengan kepercayaan konsumen, Mowen dan Minor (2006:312) juga
menyatakan bahwa kepercayaan konsumen (consumer beliefs) adalah semua
pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat
konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.

E. Mengkaji Salah Satu Pemasaran Syariah pada Bank Syariah (BPRS)

“EFEKTIVITAS PEMASARAN BANK SYARIAH MENGGUNAKAN MEDIA


SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA” (Studi Kasus pada PT. BNI Syariah)

Tenaga pemasaran di BNI Syariah terdiri atas Funding Assistan dan Direct
Sales. Funding Assistan adalah bagian dari Tenaga Pemasaran atau Sales, yang
dikhususkan memasarkan produk pengumpulan dana atau funding. Funding Assistan
juga bertanggung jawab atas performance keuntungan dengan tujuan meningkatkan
laba perusahaan dan bertanggung jawab atas akuisisi penjualan dengan kualitas calon
nasabah yang baik. Sedangkan Direct Sales dikhususkan dalam memasarkan produk
landing atau pembiayaan (Arifin, 2017).
PT. BNI Syariah (BNIS) dalam memperkenalkan produk dan menjangkau
konsumen atau nasabah menggunakan media pemasaran baik online ataupun offline.
Media pemasaran offline diantaranya menggunakan tenaga pemasar langsung atau
marketing sales, media TV (Televisi), Radio, Koran, Majalah, Brosur, Banner, dll.
Sedangkan media pemasaran online menggunakan website, media sosial diantaranya
facebook, twitter, instagram, juga memasang iklan di media seperti youtube. Selain itu
BNI Syariah juga melakukan kerjasama dengan influencer dan berbagai lembaga baik
di bidang pendidikan, pemerintahan, shopping center, dan lain-lain (Nuraini, 2019).
Selain itu PT. BNI Syariah dalam melakukan pemasaran menggunakanmedia sosial
instagram tidak terlepas dari hukum syariah sebagaimana uraian hukum pemasaran
islam pada Bab II dan Fatwa MUI Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman
Bermuamalah Melalui Media Sosial yang terlampir pada peneltian ini.

Hasil penelitian berupa wawancara menjelaskan jawaban informan mengenai


efektivitas pemasaran bank syariah melalui media sosial instagram. Adapun indikator
efektivitas pemasaran bank syariah melalui media sosial instagram yang terkandung
dalam transkrip hasil wawancara didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Philip
Kotler yang dialih bahasakan oleh Herujati Purwoko (Kotler, 1988), yang menyatakan
bahwa pemasaran (marketing) modern perlu lebih banyak mengembangkan sebuah
produk yang baik, menetapkan harga secara menarik, dan bisa terjangkau oleh
konsumen sasaran, dan untuk mencapai pemasaran yang efektif, perusahaan juga harus
berkomunikasi dengan calon pelanggang ataupun pelanggannya.

Idealnya pemasaran efektif apabila pesan yang disampaikan pemasar dalam


komunikasi pemasaran harus mendapatkan perhatian (attention), menarik (interest),
membangkitkan keinginan (desire), dan menghasilkan tindakan (action) dari si
penerima pesan yang dikenal dengan model AIDA (Kotler, 1988). Jadi, berdasarkan
uraian tersebut di atas penulis menarik kesimpulan bahwa pemasaran dapat dikatakan
efektif berdasarkan media apa dan dengan cara apa pesan pemasaran disampaikan, serta
seberapa besar biaya digunakan. Indikator tersebut secara garis besar digolongkan ke
dalam dua indikator diantaranya;

1. Terjadi komunikasi yang efektif dalam penyampaian pesan pemasaran dengan


calon konsumen yang diukur dengan model AIDA
2. Seberapa besar biaya yang dikeluarkan dalam melakukan pemasaran.
Penjelasan secara rinci mengenai analisis hasil penelitian sebagaimana
diuraikan di bawah ini :

1. BNI Syariah mulai menggunakan media sosial instagram sebagai media pemasaran
pada tahun 2017 awal.
2. Media sosial instagram selain dimanfaatkan sebagai media pemasaran BNI Syariah,
juga dimanfaatkan sebagai media komunikasi dengan nasabah aktif BNI Syariah.
3. Sebagai media komunikasi, instagram dimanfaatkan sebagai wadah untuk
menampung keluhan terhadap layanan BNI Syariah maupun tempat bertanya bagi
nasabah aktif.
4. Instagram sebagai media pemasaran BNI Syariah digunakan sebagai media promosi
atau memperkenalkan produk bank syariah kepada masyarakat luas.
5. Target pasar yang ingin dicapai BNI Syariah melalui media sosial instagram sebagai
media pemasaran merupakan kaum millenial atau anak muda yang gemar
menggunakan media sosial instagram.
6. Selain dimanfaatkan sebagai media promosi dan komunikasi dengan nasabah aktif,
instagram juga dimanfaatkan sebagai wadah bagi BNI syariah untuk berdakwah
dengan carayang fun dan asik khususnya terkait bank syariah.
7. Melalui media sosial instagram ebagai media pemasaran BNI Syariah mengalami
peningkatan trend penjualan/laba dan jumlah nasabah cukup tinggi dibandingkan
dengan sebelum menggunakan media sosial instagram sebagai media pemasaran.
8. Aktivitas pemasaran BNI Syariah menggunakan media sosial instagram cukup aktif
dan pesan pemasaran tersampaikan dengan baik ke calon nasabah ataupun nasabah
(followers), terbukti dengan jumlah interaksi dengan followers yakni setiap harinya
lebih dari 30 komentar dan puluhan direg message (DM) serta ratusan tanda suka
pada setiap postingan instagram @bni.syariah.
9. Terdapat bagian khusus yang mengelola media sosial instagram BNI Syariah yakni
Social Media Officer yang dikelola oleh satu orang staff yang tergabung dalam Unit
Corporate Brand dan bekerjasama dengan agensi khusus dalam pengelolaannya
seperti agensi designgrafis ataupun videografis dalam pembuatan konten untuk
diposting.
10. Adapun kendala dalam pengelolaan media sosial instagram sebagai media
pemasaran BNI Syariah sejauh ini belum menghadapi kendala atau hambatan.
11. Media sosial instagram juga dijadikan sebagai wadah untuk menampung keluhan
dari masyarakt umum yang seterusnya diarahkan ke bagian yang berwenang dalam
menangani keluhan tersebut.
12. Saat terdapat calon nasabah yang ingin menjadi nasabah BNI Syariah melalui
media sosial instagram, maka akan diarahan sesuai dengan kebutuhan.
13. Beban biaya pemasaran BNI Syariah menggunakan media sosial instagram tidak
terlalu besar dibandingkan dengan menggunakan media pemasaran lain, namun
tetap membutuhkan anggaran khusus agar lebih efektif dalam penggunaannya.

Setelah dilakukan penyajian data di atas maka langkah selanjutnya adalah data
verification atau penarikan kesimpulan, yang dalam hal ini menjelaskan tentang
Efektivitas Pemasaran Bank Syariah Menggunakan Media Sosial Instagram pada PT.
BNI Syariah, berdasarkan indikator efektivitas yang sudah ditentukan. Berdasarkan
tabel data verification, tingkat efektivitas media pemasaran salah satunya diukur dari
hasil sasaran yang ingin dicapai melalui penyampaian pesan oleh pelaku pemasaran
kepada penerima pesan sehingga makna pesan dimengerti oleh pemberi dan penerima
pesan. Tingkat efektivitas media pemasaran instagram memengaruhi sikap konsumen
dalam merespon pesan-pesan yang disampaikan melalui media sosial instagram PT.
BNI Syariah.

Berikut data laporan laba bersih PT. Bank BNI Syariah dan Pertumbuhan
nasabah BNI Syariah tahun ke tahun :

Tabel 1.0. Laporan Laba Bersih PT. Bank BNI dari

Tahun ke Tahun (Setelah Spin Off 2010)

NO. TAHUN PERTUMBUHAN LABA BERSIH


(DALAM MILIAR
RUPIAH)
1 2010 35,75% (naik dibandingkan sebelum spin off) IDR 36,5 M
2 2011 Turun IDR 29 M
3 2012 Naik IDR 102 M
4 2013 Naik IDR 117 M
5 2014 Naik IDR 163 M
6 2015 Naik IDR 229 M
7 2016 Turun IDR 227 M
8 2017 Naik 10,6% IDR 307 M
9 2018 Naik 35,7% IDR 416 M
10 2019 (1) Naik 43,26% (dibandingkan Mater 2018) IDR 135,35 M
11 2019 (2) Naik 55,32% (dibandingkan Juni 2018) IDR 315, 27 M
Sumber: Laporan Tahunan (Annual Report) PT. Bank BNI Syariah

Tabel 1.1 Data Pertumbuhan Nasabah BNI Syariah

Jumlah
No. Tahun Pertumbuhan
Nasabah
Pembiayaan
1 2016 468.108 3,7%
2 2017 552.261 8,25%
3 2018 715.261 12,91%

Sumber: Laporan Keberlanjutan BNI Syariah 2018, hal 7

Berdasarkan uraian tabel 1.1 maka dapat disimpulkan bahwa trend penjualan
atau laba dan Jumlah Nasabah PT. BNI Syariah mengalami peningkatan yang cukup
tinggi setelah menggunakan instagram sebagai media pemasaran pada tahun 2017
dibandingkan sebelum menggunakan media sosial instagram sebagai media pemasaran
PT. BNI Syariah.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam ilmu marketing kita mengenal konsep klasik Marketing Mix untuk
melakukan penetrasi pasar, dimana untuk menembus pasar diperlukan beberapa strategi
terhadap masing-masing komponen yang terdiri atas Product (Produk), Price (Harga),
Place(Tempat atau Saluran Distribusi), dan Promotion (Promosi), yang dalam
perkembangannya kini, telah mengalami penambahan lagi menjadi: People
(Orang),Phisical Evidence (Bukti Fisik), dan Process (Proses).

Pemasaran dalam Islam adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam Islam,
sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal terlarang oleh
ketentuan syariah. Sedangkan menurut Kertajaya dan Sula Syariah marketing adalah
sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan
perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.

Pengertian kebutuhan dan keinginan nasabah adalah suatu keadaan dimana


dirasakan tidak ada dalam diri seseorang, seperti kebutuhan akan rasa aman. Dalam
praktiknya, kebutuhan nasabah bank adalah:

 Kebutuhan akan produk bank


 Kebutuhn rasa aman berhubungan dengan bank
 Kebutukan kenyamanan berhubungan dengan bank
 Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
 Kebutuhan untuk persahabatan
 Kebutuhan untuk diberi perhatian
 Kebutuhan status/prestise
 Kebutuhan aktualisasi diri

B. Saran

Demikian artikel yang dapat kami susun. Semoga dengan adanya artikel ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa artikel ini masih
memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapan kritik dan saran
yang membangun demi sempurnanya artikel kami yang selanjutnya. Atas perhatiannya,
kami ucapka terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmany, Sri. 2014. Pemasaran Bank Syariah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita. 1(6). 782-906.
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/58/58.
Diakses 29 September 2022.

Kotler, Philip. 2015. Manajemen Pemasaran Global. Jakarta:Salemba Empat.

Herlambang. 2014. Penelitian Bisnis untuk Akuntasi dan Manajemen. Yogyakarta:BFE

Kertajaya, Hermawan. Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing. Bandung:PT. Mizan
Pustaka.

Harianto, Rudi. 2021. Manajemen pemasaran Bank Syariah. Pamekasan:Duta Media


Publishing. http://repository.iainmadura.ac.id. Diakses 29 September 2022.

Indriyani, Rizal Fahlevi. 2020. Efektivitas Pemasaran Bank Syariah Menggunakan Media
Sosial Instagram Di Indonesia_. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
17(1).https://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/paradigma/article/download/2293/
1753/. Diakses pada 13 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai