Anda di halaman 1dari 109

OPTIMASI PRODUK SELAI NANAS GORENG BERDASARKAN

KEMASAN PADA USAHA KECIL “ABADI” DI DESA TANGKIT


BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM
KABUPATEN MUARO JAMBI

SKRIPSI

ZELIN RELAVEBRIAN SYAFRI

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
OPTIMASI PRODUK SELAI NANAS GORENG BERDASARKAN
KEMASAN PADA USAHA KECIL “ABADI” DI DESA TANGKIT
BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM
KABUPATEN MUARO JAMBI

ZELIN RELAVEBRIAN SYAFRI

D1B016094

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Optimasi Produk Selai Nanas Goreng Berdasarkan

Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan

Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi” oleh Zelin Relavebrian Syafri

(D1B016094). Telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 25 November 2020

di hadapan penguji yang terdiri dari:

Ketua : Ir. Yusma Damayanti, M.Si

Sekretaris : Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si

Penguji Utama : Dr. Ir. H. Edison, M.Sc

Penguji Anggota : 1. Dr. Ir. Armen Mara, M.Si

2. Ir. Emy Kernalis, M.P

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Yusma Damayanti, M.Si Riri Oktari Ulma,S.P., M.Si


NIP. 19660309 199103 2 001 NIP. 19841022 201212 2 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Dr. Fuad Muchlis, S.P, M.Si


NIP.19790906 200312 1 004
ABSTRAK

Zelin Relavebrian Syafri, Optimasi Produk Selai Nanas Goreng Berdasarkan


Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Dibimbing oleh Ir. Yusma Damayanti, M.Si
dan Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui gambaran umum agroindustri usaha


kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro
Jambi, 2) Menganalisis model kombinasi produk selai nanas goreng yang dapat
memberikan keuntungan maksimum pada agroindustri usaha kecil “Abadi” di
Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, 3)
Menganalisis alokasi penggunaan input yang optimum bagi agroindustri usaha
kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro
Jambi. Pemilihan objek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling).
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder.
Data yang dikumpulkan yaitu data produksi Abadi periode 13 Januari sampai 06
Februari 2020. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis data yang digunakan untuk menentukan
optimasi adalah dengan Linear Programming dengan bantuan Lindo 6.1. Dari
hasil uraian analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
Agroindusti Abadi merupakan industri rumahan olahan nanas di Desa Tangkit
Baru yang berjalan dari tahun 1999 sampai sekarang. Saat ini selai nanas
dipasarkan dalam tiga jenis kemasan dijual di Kios Abadi, swalayan, dan toko
oleh-oleh khas Jambi. Agroindustri Abadi melakukan produksi empat kali dalam
seminggu dibantu dengan lima tenaga kerja luar keluarga. Agroindustri Abadi
dapat memproduksi 20 kg selai nanas goreng dalam sekali produksi dan pada
periode Januari - Februari 2020 memproduksi total 1840 unit kemasan terdiri dari
160 kemasan 500 gram, 480 kemasan 250 gram, dan 1200 kemasan anyaman 100
gram. 2) Berdasarkan perhitungan opimasi menggunakan perangkat lunak Lindo,
pelaku Agroindustri Abadi akan mampu memperoleh keuntungan maksimum
sebesar Rp 15.278.060 per bulan apabila memproduksi selai nanas goreng dengan
model kombinasi optimalnya yaitu kemasan 500 gram sebanyak 160 unit,
kemasan 250 gram 816 unit, dan kemasan anyaman 100 gram sebanyak 1200 unit.
3) Alokasi penggunaan input pada Agroindustri Abadi penggunaan sumberdaya
modal sudah optimal. Hasil perhitungan menggunakan Lindo menunjukkan setiap
penambahan modal satu satuan (rupiah) akan menambahkan keuntungan sebanyak
Rp 2,37. Sumberdaya bahan baku hanya perlu digunakan sebanyak 141 kg dan
waktu tenaga kerja 227 jam.

Kata Kunci : Optimasi Produk, Selai Nanas Goreng, Agroindustri Nanas


PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zelin Relavebrian Syafri

Nim : D1B016094

Jurusan/Program Studi : Agribisnis

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan

dimanapun juga atau oleh siapapun juga.

2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari pihak yang diterima selama

penelitian dari penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau dinyatakan pada

bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiarisme.

3. Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam

proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiarisme di dalam skripsi ini

maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1) butir (g)

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

pencegahan dan pengulangan plagiat di perguruan tinggi yakni pembatalan

ijazah.

Jambi, Desember 2020


Yang membuat pernyataan,

Zelin Relavebrian Syafri


D1B016094
RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Solok (Sumatera Barat) pada

tanggal 2 Februari 1999 dengan nama Zelin Relavebrian

Syafri. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Syafri Edi, S.P dan Ibu

Itri Murniwati, S.Pd. Penulis menempuh pendidikan

sekolah dasar di SDN 97/IV Kota Jambi dan lulus pada tahun 2010. Dilanjutkan

dengan menempuh pendidikan MTsN Model Kota Jambi dan lulus pada tahun

2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MAN Model

Kota Jambi dan lulus pada tahun 2016.

Pada tahun 2016 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Jambi

Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis melalui jalur undangan SNMPTN. Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA TEMATIK BOPTN) tepatnya di

Desa Kota Kandis Dendang Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung

Timur pada tahun 2019. Pada tanggal 25 November 2020 penulis melaksanakan

ujian skripsi dengan judul “Optimasi Produk Selai Nanas Goreng Berdasarkan

Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai

Gelam Kabupaten Muaro Jambi” di hadapan tim penguji dan dinyatakan lulus

dengan menyandang gelar sarjana pertanian (SP).


UCAPAN TERIMA KASIH

1. Puji syukur atas Kehadirat ALLAH S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan mendapatkan gelar

sarjana di Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Universitas Jambi.

2. Teruntuk keluarga tercinta, Syafri Edi, S.P dan Itri Murniwati, S.Pd, terima

kasih untuk do’a yang tidak pernah usai, kasih sayang, cinta, kesabaran,

ketulusan, dan pengorbanan yang telah Papa dan Mama berikan kepada Adek

yang sampai kapan pun tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun. Kepada

kedua kakak tersayang, Kak Sindy Rizkika Syafri, S.T dan Kak Willy Riesty

Syafri, S.E terima kasih telah mencurahkan kasih sayang serta selalu

senantiasa memberikan semangat dan selalu mendoakan penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Terima kasih kepada Keluarga besar atas semua suportnya sehingga penulis

bisa menyandang gelar sarjana ini, semoga ALLAH S.W.T selalu menyertai

kita semua dan membalas semua kebaikan kalian semua.

4. Terimakasih kepada Ibu. Ir. Yusma Damayanti, M,Si selaku Pembimbing

Skripsi I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik dan Ibu Riri Oktari Ulma,

S.P., M.Si selaku Pembimbing Skripsi II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang tulus untuk Ibu

atas semua dedikasi yang Ibu berikan kepada penulis dan arahan serta nasihat

yang Ibu berikan selama penulis menjalani perkuliahan. Semoga ALLAH

S.W.T membalas semua kebaikan yang Ibu berikan kepada penulis.


5. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. Edison, M.Sc, Bapak Dr. Ir. Armen

Mara, M.Si, dan Ibu Ir. Emy Kernalis, M.P selaku tim penguji skripsi yang

telah memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis untuk

penyempurnaan skripsi ini.

6. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Suandi, M.Si selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Jambi, kepada Bapak Dr. Fuad Muchlis, M.Si selaku

Ketua Jurusan, Ibu Ir. Yusma Damayanti, M.Si selaku Ketua Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan Ibu Dr. Rozaina

Ningsih, S.P., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis.

7. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan baru serta staf jurusan atas

bantuan pada proses administrasi selama masa studi dan proses pengurusan

skripsi.

8. Terima kasih kepada Bapak M. Saman beserta keluarga yang telah bersedia

mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Agroindustri Abadi.

9. Terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan di Fakultas Pertanian

terkhusus Kelas F Agribisnis 2016 dan sahabat-sahabatku BEN 10 Ditha Sri

Wahyuni, S.P., Dwinta Pratiwi, S.P., Mutiara Afribrilyanda, S.P., Pertiwi,

S.P., Selvi Aulia Sandi., Iqbal Rafi Irwanto, S.P., M. Ridwan Siregar, S.P.,

Muhammad Febriansyah Ibrahim, S.P. yang telah berjuang bersama, saling

memotivasi, memberi nasihat, dukungan dan perhatian dari mulai mahasiswa

baru hingga mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

10. Terima kasih kepada anggota komunitas KBC Nadya Syaphira, S.Kep., Feby

Maharani, S.Pt., Mitha Noor Azizah, S.P., Monika Tiara Darma., S.Pd., Siti
Sarah Ardani., S.Psi., Dila Risna., S.P., telah menemani berjuang sejak

jenjang Tsanawiyah

11. Terima kasih kepada Anugerah Aulia Safitri, S.M., Zahratus Sa’diah S.Si.,

Yunia Lestari, S.Hut., Febrina Anggraini, S.Si, Lilis Sundari, S.Farm, Lia

Mardianah, S.Tr.Keb telah menjadi tempat konsultasi baik dalam senang

maupun duka.

12. Terima kasih kepada Keluarga Minus KKN BOPTN Kota Kandis Dendang

Darsani, S.E., Maryati Ningsih, S.E, Ina Aprillia, S.E., dan Muhammad

Toriq, S.Ip.

13. Terima kasih kepada kakak-kakak tersayang Aji Pangestu, S.P., Dody

Alfayet, S.P., Dina Mutiara Sari, S.P., Putri Kartini, S.P., Cici Susanti, S.P.,

Dina Triana, S.P., Febyola, S.P., Zahrah Qanitah, S.P, Fajar Yasin Alcania,

S.P, serta kakak dan abang senior yang tidak dapat disebutkan satu persatu

dalam memotivasi dan menjadi tempat bertukar pikiran.

14. Terimakasih kepada adik-adik Agribisnis Indah Suryani, Alda Laila, Weni

Asratin, Zeta Liviana, Dina Sri Rezeki, Siti Sarah Almuizah, Anty Widya

Ningrum, M. Aqsal Djzilham, Rangga Juan Martinez, Rinaldi Eka Putra,

Rafit Novriansyah, Kaenan Deddy, Ananda Fahri, Eko Francisco

Simatupang, dan adik-adik yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

15. Serta terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dan mendoakan

penulis didalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ALLAH S.W.T

menyertai kita semua. Aamiin Ya Rabbal’alamiin


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Optimasi Produk
Selai Nanas Goreng Berdasarkan Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa
Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi”. Skripsi ini
merupakan syarat untuk memeperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Ibu Ir. Yusma Damayanti, M.Si. selaku dosen pembimbing I sekaligus
dosen pembimbing akademik dan Ibu Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si selaku dosen
pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk, bimbingan, dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua beserta keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan
dorongan, dukungan, dan doa serta abang kakak senior dan juga teman-teman yang
bersedia membantu dan juga menyumbangkan pikirannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih perlu penyempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pihak yang
membutuhkan dan menambah wawasan pembaca. Atas perhatian pembaca, penulis
ucapkan terima kasih.
Jambi, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 11
2.1 Konsep Agroindustri ........................................................................... 11
2.2 Nanas (Ananas comosus L.) ................................................................ 14
2.2.1 Sejarah Singkat Nanas ............................................................... 14
2.2.2 Panen Hasil dan Pengolahan Nanas Buah ................................. 15
2.3 Produksi .............................................................................................. 16
2.3.1 Konsep Produksi ....................................................................... 16
2.3.2 Faktor Produksi .......................................................................... 18
2.3.3 Biaya Produksi ........................................................................... 19
2.4 Optimasi Produksi............................................................................... 20
2.5 Linear Programming ........................................................................... 25
2.5.1 Variabel Keputusan .................................................................... 27
2.5.2 Fungsi Tujuan ............................................................................ 27
2.5.3 Fungsi Batasan ........................................................................... 28
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 31
2.7 Kerangka Pemikiran............................................................................ 33
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 36
3.1 Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 36
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data............................................. 37
3.3 Metode Analisis Data .......................................................................... 38
3.4 Konsepsi Pengukuran.......................................................................... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 47
4.1 Gambaran Umum Agroindustri Abadi................................................ 47

ii
4.1.1 Sejarah Singkat Agroindustri ..................................................... 47
4.1.2 Struktur Organisasi Agroindustri ............................................... 50
4.1.3 Denah Rumah Produksi ............................................................. 52
4.1.4 Tahapan Proses Produksi .................................................................. 53
4.1.5 Analisis Biaya Agroindustri Abadi ................................................... 56
4.2 Perumusan Model Program Linier ...................................................... 60
4.2.1 Variabel Keputusan .................................................................... 60
4.2.2 Fungsi Tujuan ............................................................................ 61
4.2.3 Fungsi Kendala .......................................................................... 62
4.3 Model Kombinasi Optimal ................................................................. 65
4.4 Alokasi Penggunaan Input .................................................................. 69
4.5 Implikasi Penelitian ............................................................................ 72
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 74
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 74
5.2 Saran ................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76
LAMPIRAN ..................................................................................................... 769
79

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Nanas Berdasarkan Kabupaten/


Kota di Provinsi Jambi Tahun 2017 ........................................................... 2

2. Biaya Tetap Agroindustri Abadi ................................................................ 57

3. Biaya Variabel Agroindustri Abadi Periode Januari-Februari 2020 .......... 58

4. Penerimaan Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi Berdasarkan


Kemasan Periode Januari-Februari ............................................................ 59

5. Keuntungan Produksi Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi ................ 60

6. Keuntungan Per Unit Kemasan Selai Nanas Goreng Januari-Februari


2020............................................................................................................ 62

7. Modal Per Unit Kemasan Selai Nanas Goreng Periode Januari-Februari


2020............................................................................................................ 65

8. Perbandingan Kombinasi Output dan Keuntungan Selai Nanas Goreng


Agroindustri Abadi Berdasarkan Kemasan Keadaan Aktual dan Hasil
Analisis Program Linear ............................................................................ 66

9. Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Selai Nanas Goreng .............. 68

10. Alokasi Penggunaan Input Produksi Selai Nanas Goreng Agroindustri


Abadi Periode Januari-Februari 2020 ........................................................ 69

11. Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Kendala Selai Nanas Goreng ............ 71

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran ..................................................................... 35

2. Struktur Organisasi Agroindustri Abadi .................................................. 50

3. Denah Rumah Produksi Agroindustri Abadi ........................................... 52

4. Diagram Alir Pengolahan Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi ....... 55

v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Provinsi Sentra Produksi Nanas di Indonesia Tahun 2011 - 2017.............. 79

2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut


Lapangan Usaha (milliar rupiah), 2015-2019 ............................................. 80

3. Data UMKM Nanas Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2019 ....................... 81

4. Biaya Investasi Barang Modal Usaha Agroindustri Abadi ......................... 82

5. Produksi Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi Berdasarkan Kemasan


pada Periode Januari-Februari 2020 ........................................................... 83

6. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang Selai Nanas Goreng


pada Agroindustri Abadi ............................................................................. 84

7. Penggunaan Bahan Kemasan Selai Nanas Goreng pada Agroindustri


Abadi Periode Januari-Februari 2020 ......................................................... 86

8. Penggunaan Fungsi Kendala Selai Nanas Goreng pada Agroindustri


Abadi Periode Januari-Februari 2020 ........................................................ 87

9. Perhitungan Model Kendala Bahan Baku ................................................... 88

10. Perhitungan Model Kendala Jam Tenaga Kerja ......................................... 89

11. Hasil Perhitungan Lindo 6.1 ....................................................................... 90

12. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 91

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor, diantaranya yang berperan

memberikan kontribusi besar adalah subsektor hortikultura. Komoditas buah-

buahan mempunyai peluang cukup besar untuk dikembangkan dan ditingkatkan,

produksi buah-buahan dapat dipasarkan baik dalam bentuk buah segar maupun

olahan, juga dapat dikelola dalam skala besar maupun produksi di tingkat rumahan.

Menurut Gardjito (2015) buah unggul nasional merupakan buah asli berasal dari

Indonesia yang mempunyai kualitas unggul di Indonesia dan dapat diunggulkan

dalam perdagangan buah di mancanegara. Buah unggul nasional ini yaitu buah

nanas, mangga, manggis, pepaya, pisang, dan salak.

Nanas (Ananas comosus L.) merupakan buah unggul nasional yang sudah

lama dikenal karena buahnya disukai hampir seluruh masyarakat. Penyebaran pada

mulanya hanya sebagai tanaman pengisi lahan pekarangan, kemudian lambat laun

meluas menjadi komoditi yang menghasilkan pendapatan petani di seluruh wilayah

Indonesia. Pasar nanas Indonesia sudah dikenal di negara ASEAN maupun dunia.

Menurut Worldatlas.com, Indonesia menjadi produsen nanas terbesar ke-9 di dunia

dengan produksi 1,39 juta ton per tahun. Sebanyak 95 persen ekspor nanas dalam

bentuk olahan dan sisanya dalam bentuk segar. Negara yang dituju antara lain ke

Uni Emirat Arab, Jepang, Hongkong, Singapura, Saudi Arabia, Oman, Kanada,

Kuwait, dan Korea (BPS, 2018).

Nanas merupakan komoditas hortikultura yang memiliki potensi untuk

dikembangkan di Indonesia dengan perkebunannya yang tersebar di wilayah

Indonesia. Hal ini dikarenakan alam Indonesia beriklim tropis yang mendukung

1
2

kebutuhan pertumbuhan tanaman nanas. Potensi ini ditunjukkan adanya beberapa

sentra produksi nanas dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Provinsi Jambi

berada dalam lima besar provinsi sentra produksi nanas di Indonesia bersama

dengan Provinsi Lampung, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur (Lampiran

1). Provinsi Jambi menyumbang sebesar 7,56 persen produksi nanas Indonesia

selama tahun 2011-2017. Nanas yang diproduksi di Provinsi Jambi mampu bersaing

dengan provinsi lain dan memungkinkan untuk dikembangkan menjadi lebih baik.

Perkembangan produksi nanas di Provinsi Jambi mengalami fluktuasi yaitu pada

tahun 2011-2014 produksi nanas naik sebesar 70 persen kemudian mengalami

penurunan hingga tahun 2017.

Sentra produksi nanas Provinsi Jambi berada di Kabupaten Muaro Jambi,

hampir 100 persen nanas bersumber dari sini. Berikut data luas panen, produksi,

dan produktivitas nanas kabupaten/kota di Provinsi Jambi Tahun 2017 dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Nanas Berdasarkan


Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2017

Luas Panen Produksi Produktivitas


Kabupaten/Kota
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
Kerinci 0,03 11,1 370
Merangin 0,16 46,9 293,125
Sarolangun 0,04 6,8 170
Batanghari 0,84 100,6 119,76
Muaro Jambi 427,92 43.912 102,61
Tanjab Timur 1,16 124,3 107,15
Tanjab Barat 0,25 26,1 104,4
Tebo 0,05 12,1 242
Bungo 0,09 22,5 250
Kota Jambi 0,00 1,4 0
Sungai Penuh 0,00 0,7 0
Total 430,54 44.264,5 1.705,045
Sumber: Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi 2018
3

Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa penyebaran komoditas nanas di Provinsi

Jambi hampir ada di setiap kabupaten/kota. Kabupaten Muaro Jambi menjadi

kabupaten dengan luas panen dan produksi terbesar dengan kontribusi sebesar 99

persen dan sisanya sebesar 1 persen disumbang oleh kabupaten lain. Luas panen

dan produksi yang tinggi tidak cukup sebagai jaminan jika tidak diikuti dengan

peningkatan prdouktivitas. Produktivitas Kabupaten Muaro Jambi rendah

dibandingkan kabupaten/kota lainnya, dari total produktivitas Kabupaten Muaro

Jambi menyumbang sebesar 6,01 persen Belum berkembangnya penggunaan

varietas unggul dan belum optimalnya teknik budidaya merupakan faktor yang

menyebabkan hal ini terjadi (Hadiati dan Indriyani, 2008). Namun demikian,

Kabupaten Muaro Jambi masih merupakan sentra atau pusat nanas di Provinsi

Jambi hingga sekarang.

Kabupaten Muaro Jambi selain sebagai sentra budidaya nanas juga sebagai

pusat agroindustri olahan nanas lebih tepatnya berada di Desa Tangkit Baru

Kecamtaan Sungai Gelam. Kehadiran agroindustri memberikan sumbangan yang

besar bagi ekonomi Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan publikasi Kabupaten

Muaro Jambi Dalam Angka 2020 Penyediaan Data Untuk Perencanaan

Pembangunan, sub sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang besar

(Lampiran 2). Sub sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 15,38

persen terhadap ekonomi Kabupaten Muaro Jambi pada tahun terakhir dan selama

lima tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 24,31 persen dapat dikatakan

bahwa sub sektor ini merupakan sub sektor andalan yang perlu mendapat perhatian

untuk ditingkatkan. Industri yang termasuk dalam sub sektor ini diantaranya

industri makanan dan minuman, industri tekstil, dan industri otomotif.


4

Nanas mempunyai prospek yang bagus apabila dikelola dengan baik,

terutama jika dilakukan diversifikasi vertikal menjadi produk lain. Pengolahan buah

nanas yaitu mengolah nanas segar menjadi bahan makanan dalam bentuk lain.

Merubah nanas menjadi produk olahan nanas merupakan ide yang muncul dari

petani atau warga setempat untuk meningkatkan nilai tambah produksi nanas.

Mudah rusak (perishable) merupakan salah satu sifat komoditas pertanian sehingga

memiliki masa simpan yang relatif singkat. Pengolahan nanas dilakukan untuk

memperpanjang umur simpan, menampung kelebihan produksi pada saat panen

raya atau memanfaatkan buah yang tidak memenuhi standar mutu buah segar karena

ukurannya terlalu kecil atau bentuknya abnormal. Pengolahan juga berfungsi untuk

mengubah satu jenis bahan pangan menjadi berbagai macam bentuk produk dengan

citarasa yang berbeda (Kemala, 2015).

Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Sungai Gelam Desa Tangkit

Baru agroindustri nanas sudah ada sejak tahun 1990. Pendirian agroindustri nanas

ini muncul karena pada tahun 1984 nanas mulai menghasilkan, lebih kurang ada

12.000 buah nanas/hari dan dijual harga Rp. 25/buah. Hasil panen yang melimpah

menyebabkan pasar-pasar yang ada di Kota Jambi tidak sanggup menampung dan

di sepanjang jalan Desa Tangkit Baru banyak menumpuk belum terjual. Sebagian

ibu rumah tangga setempat mengusahakan membuat selai nanas dan dodol untuk

dijual. Pada awalnya agroindustri ini masih bersifat tradisional. Hasil produksinya

belum dipasarkan keluar Kabupaten Muaro Jambi, hanya dijual di daerah sendiri.

Olahan yang dihasilkan pun masih belum bervariasi dan jumlah tenaga kerjanya

pun masih sedikit (Radika, 2018).


5

Semakin lama industri olahan nanas berbabis rumahan mulai menjamur di

Desa Tangkit Baru. Kehadiaran industri olahan nanas rumahan membawa pengaruh

pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Tangkit Baru dan sekitarnya.

Dalam pengaruh ekonomi, industri pembuatan makanan olahan nanas mendorong

terciptanya lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja meningkatan

pendapatan masyarakat. Terdapat 20 agroindustri berbasis buah nanas yang tercatat

di Disperindag tahun 2019 (Lampiran 3). Ada tiga agroindustri yang memproduksi

olahan nanas, salah satunya adalah Agroindustri Abadi yang dimiliki oleh Siti Zam

Zam. Usaha ini sudah berdiri sejak 21 tahun yang lalu dan aktif berproduksi sampai

sekarang. Berdasarkan data nila-nilai dan jumlah tenaga kerja Agroindustri Abadi

tidak begitu besar dibandingkan dengan dua agroindustri olahan nanas lainnya.

Berdasarkan survei awal di lapangan, Agroindustri Abadi dikenal luas di Desa

Tangkit Baru, selain karena usia berdiri yang sudah lama juga didukung dengan

kelebihannya dibandingkan agroindustri lain misalnya memiliki toko sendiri,

rumah khusus kegiatan produksi, produksi yang kontinu, dan memiliki pencatatan.

Agroindustri nanas setempat umumnya mengolah jika ada pesanan, hanya sebagian

kecil yang kontinu berproduksi sehingga tidak banyak merek olahan nanas yang

dapat ditemukan di pasaran.

Agroindustri Abadi berproduksi secara kontinu dengan dua produk

andalannya selai nanas goreng dan rambutan goreng. Pengolahan selai nanas

dilakukan saat nanas tersedia dengan harga murah, pelaku usaha akan membeli

nanas dalam jumlah banyak. Sumber buah nanas berasal dari Desa Tangkit Baru

sendiri, agroindustri akan membeli nanas paling sedikit 100 butir atau paling

banyak mencapai 1000 butir kurang lebih setara dengan 0,5 ton. 100 butir nanas
6

dapat menghasilkan 20 kg selai nanas yang kemudian diolah dapat menghasilkan

40 kg selai nanas goreng. Nanas kemudian diolah menjadi selai dan dapat bertahan

hingga 1 tahun, sehingga apabila sewaktu-waktu harga nanas mahal Agroindustri

Abadi tetap dapat dilanjutkan dengan mengolah selai nanas yang disimpan. Selai

nanas goreng diproduksi 4 kali hari kerja dalam satu minggu. Satu kali produksi

dapat menghasilkan 20 kg selai nanas goreng.

Kemunculan agroindustri baru pengolah nanas dan semakin bervariasi produk

yang dihasilkan, menjadikan daya saing satu sama lain menjadi tinggi. Sementara

suatu industri olahan nanas berskala rumah tangga memiliki batasan sumberdaya

bahan baku, tenaga kerja, dan modal. Ketiga komponen ini merupakan sumberdaya

yang dimanfaatkan setiap bulannya untuk dapat terus melanjutkan produksi.

Pertama, bahan baku sangat dibutuhkan dalam memproduksi selai nanas goreng

sebagai komponen utama. Kedua, tenaga kerja yang bertugas langsung selama

proses produksi dari awal sampai siap dijual, bagaimana dengan jumlah tenaga yang

tersedia dapat memporsi waktu kerja dengan kegiatan-kegiatan produksi yang

beragam dan memakan waktu yang berbeda-beda. Ketiga, modal memiliki peran

penting sebagai unsur penggerak awal produksi dapat berjalan, tanpa modal bahan

baku tidak dapat tersedia dan tidak ada upah bagi tenaga kerja.

Penggunaan sumberdaya secara optimal merupakan satu faktor penting yang

akan menentukan keberhasilan produksi guna memperoleh keuntungan maksimum,

maka diperlukan suatu kombinasi yang tepat. Agroindustri Abadi perlu

memperhatikan pada tingkat produksi berapa memberikan keuntungan maksimum

dan penggunaan sumberdaya yang tidak berlebih. Hal ini merupakan usaha yang

dapat dilakukan diantara persaingan dan dengan berbagai batasan yang ada dimana
7

kondisi produksi yang masih menggunakan peralatan tradisional seperti

pengadukan selai nanas masih dengan cara manual dan tenaga kerja yang terbatas.

Mengingat bahwa faktor produksi, tingkat keuntungan, dan produk yang dihasilkan

memiliki hubungan linear, maka diperlukan pemecahan masalah optimasi.

Optimasi bertujuan memaksimumkan keuntungan atau nilai dari produk yang

dihasilkan dari proses produksi dan meminimumkan biaya atau segala pengorbanan

yang diperlukan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala yang

berada di luar jangkauan pelaku kegiatan. Upaya mencapai tujuan tersebut, maka

kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas

diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa, 1989). Oleh karena itu,

kajian tentang optimasi usaha Agroindustri Abadi dengan segala batasan yang

dimiliki perlu dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Optimasi Produk Selai Nanas Berdasarkan

Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai

Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

1.2 Perumusan Masalah

Nanas merupakan komoditas buah-buahan unggulan yang mempunyai

prospek baik untuk dikembangkan dan ditingkatkan, dapat dipasarkan baik dalam

buah segar maupun olahan. Provinsi Jambi merupakan satu diantara provinsi sentra

produksi nanas Indonesia dimana pusat produksinya berasal dari Desa Tangkit

Baru. Mudah rusak (perishable) merupakan salah satu sifat komoditas pertanian

sehingga memiliki masa simpan yang relatif singkat. Sistem pengolahan dalam hal

ini berperan dalam usaha memperpanjang umur simpan. Pengolahan ini juga

berfungsi untuk mengubah satu jenis bahan pangan menjadi berbagai macam
8

bentuk produk dengan citarasa yang berbeda. Industri pengolahan sendiri

memberikan sumbangan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kabupaten

Muaro Jambi yang mana artinya dapat diandalkan dan perlu diberikan perhatian

agar menjadi semakin baik.

Kemunculan agroindustri nanas membantu petani apabila terjadi penurunan

harga jual nanas segar di tingkat pedagang pengepul atau jika terdapat nanas yang

rendah kualitasnya, maka petani tidak perlu merasa khawatir karena petani bisa

menjual nanasnya ke agroindustri nanas. Hal ini menjadi hambatan apabila panen

nanas sedikit dan harga mahal, agroindustri olahan nanas harus menambah biaya

bahan baku atau bahkan memilih untuk menghentikan produksi sementara. Padahal

biaya lebih tersebut bisa saja digunakan untuk membeli bahan lainnya.

Mulanya ide mengolah nanas menjadi produk baru muncul dari masyarakat

setempat untuk mengatasi kelimpahan produksi usahatani nanas sekaligus

menambah nilai tambah nanas. Satu per satu agroindustri bermunculan dan bersaing

baik sesama agroindustri nanas maupun olahan buah lainnya menuntut Agroindustri

Abadi untuk dapat mengoptimalkan produksinya. Agroindustri Abadi masih aktif

berproduksi sampai sekarang selalu berproduksi setiap minggunya, minimal empat

kali dalam seminggu. Sekali produksi dapat mencapai 20 kg selai nanas goreng

yang dihasilkan oleh agroindustri. Selai nanas goreng dijual dalam tiga kemasan

yang bervariasi dengan harga dan ukuran yang bervariasi pula.

Agroindustri Abadi menjalankan usaha dengan keterbatasan sumberdaya dan

penggunaan alat yang masih sederhana. Ada tiga sumberdaya yang digunakan dan

saling berhubungan yaitu sumberdaya bahan baku, tenaga kerja, dan modal. Ketiga

komponen ini merupakan sumberdaya yang dimanfaatkan setiap bulannya untuk


9

dapat terus melanjutkan produksi. Pertama, bahan baku sangat dibutuhkan dalam

memproduksi selai nanas goreng sebagai komponen utama. Kedua, tenaga kerja

yang bertugas langsung selama proses produksi dari awal sampai siap dijual,

bagaimana dengan jumlah tenaga yang tersedia dapat memporsi waktu kerja dengan

kegiatan-kegiatan produksi yang beragam dan memakan waktu yang berbeda-beda.

Ketiga, modal memiliki peran penting sebagai unsur penggerak awal produksi dapat

berjalan, tanpa modal bahan baku tidak dapat tersedia dan tidak ada upah bagi

tenaga kerja.

Tanpa salah satu sumberdaya, kegiatan produksi tidak dapat berjalan. Pelaku

usaha perlu meninjau tingkat produksinya apakah jumlah produksi yang dihasilkan

sudah mampu memberikan keuntungan yang maksimal. Sehingga kedepannya

dapat menyesuaikan jumlah produksi ketiga kemasan selai nanas goreng sesuai

dengan pola kombinasi yang optimal. Selain itu, sumberdaya yang tersedia dapat

digunakan dengan optimal mencukupi jumlah produksi dan tidak bersisa.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana gambaran umum agroindustri usaha kecil “Abadi” di Desa

Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi?

2. Bagaimana model kombinasi kemasan produk selai nanas goreng yang dapat

memberikan keuntungan maksimum pada agroindustri usaha kecil “Abadi”

di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi?

3. Bagaimana alokasi penggunaan input yang optimum bagi agroindustri usaha

kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten

Muaro Jambi?
10

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran umum agroindustri usaha kecil “Abadi” di Desa

Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

2. Untuk menganalisis model kombinasi kemasan produk selai nanas goreng

yang dapat memberikan keuntungan maksimum pada agroindustri usaha kecil

“Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro

Jambi.

3. Untuk menganalisis alokasi penggunaan input yang optimum bagi

agroindustri usaha kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai

Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu:

1. Sebagai salah satu syarat penyelesaian studi tingkat Strata I di Fakultas

Pertanian Universitas Jambi.

2. Sebagai bahan informasi bagi pelaku usaha dalam menentukan keputusan.

3. Sebagai pengembangan wawasan dan masukan bagi penelitian selanjutnya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Agroindustri

Agroindustri adalah perusahaan (enterprise) yang mengolah hasil tanaman

dan hewan. Pengolahan mencakup transformasi dan pengawetan produk melalui

perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Santoso

(2013) menambahkan bahwa agroindustri adalah industri yang mengolah

komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara

(intermediate product) maupun produk akhir (finish product). Termasuk di

dalamnya penanganan pasca panen, indutri pengolahan makanan dan minuman,

industri bio-energy, industri pengolahan hasil ikutan (by product) serta industri

agrowisata. Agroindustri adalah perusahaan yang memproses (mengolah) bahan

baku pertanian secara luas, seperti sayuran, buah, perikanan, peternakan, dan

tanaman pangan. Tujuan dari transformasi bahan baku adalah untuk menciptakan

sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimakan, meningkatkan daya simpan,

menciptakan bentuk perubahan yang lebih mudah, dan mempertinggi cita rasa atau

nilai nutrisi.

Agroindustri adalah model yang sangat cocok dikembangkan karena

mempunyai keterkaitan ke belakang “backward linkage” dan keterkaitan ke depan

“forward linkage” yang luas. Ke depan, agroindustri dapat memberi peluang

lapangan kerja bagi unskilled labour sampai skilled labour. Keterkaitan ke belakang

ke sektor pertanian akan memacu pertumbuhan perekonomian pedesaan, sehingga

lambat laun bisa menyelesaikan persoalan-persoalan di desa. Agroindustri

merupakan bagian penting dari pembangunan pertanian karena dapat meningkatkan

nilai tambah produk primer hasil pertanian (Soetriono, 2016).

11
12

Berkembangnya sektor agroindustri secara berkelanjutan merupakan hal yang

mutlak diperlukan untuk berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi nasional.

Menurut Santoso (2013), ada lima alasan yang mendasari agroindustri menjadi

lokomotif pengembangan ekonomi nasional di masa depan, yaitu:

1. Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif

menjadi keunggulan bersaing (kompetitif), yang pada akhirnya akan

memperkuat daya saing produk agribisnis Indonesia;

2. Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga

kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian

nasional secara keseluruhan;

3. Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and

backward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor lainnya;

4. Memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat

diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya;

5. Memiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional

dari pertanian ke industri dengan agroindustri sebagai motor penggeraknya.

Produk hortikultura yang bernilai tinggi namun cepat rusak, merupakan

peluang besar bagi kegiatan usaha peningkatan nilai tambah produk sejak kegiatan

panen sampai pengolahan produk. Pertanian merupakan sektor yang bertumpu pada

aspek biologis dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sebagian besar ada di

pedesaan, maka pengembangan sistem agroindustri tidak bisa dipisahkan dari

pertanian di pedesaan.
13

Santoso (2013) menambahkan, banyak permasalahan yang dihadapi oleh

agroindustri pada basis pertanian, diantaranya yaitu:

1. Karakteristik yang melekat di sektor pertanian terutama terkait dengan

sifatnya yang voluminous (bulky), tergantung pada alam yang pada akhirnya

mempengaruhi kontinuitas hasil produksi.

2. Bersifat musiman, usaha untuk menstabilkan produk terutama bahan baku ada

sepanjang tahun ternyata menghadapi banyak kesulitan apalagi berbeda

daerah.

3. Mudah rusak, dan pada umumnya hanya bisa menghasilkan produk secara

optimal baik kualitas maupun kuantitasnya pada saat tertentu saja.

4. Karakteristik daripada produsen yang pada umumnya mempunyai

keterbatasan dalam berbagai hal seperti manajemen, teknologi, dan

keterampilan yang menyebabkan sulitnya mengakses terhadap berbagai aspek

yang terkait dengan bisnis yang dilakukannya.

Soetriono dan Anik S. (2016) menambahkan bahwa permasalahan yang dihadapi

agroindustri yaitu:

5. Keterbatasan teknologi yang secara khusus dikembangkan bagi kegiatan

agroindustri, khususnya yang berskala kecil di pedesaan. Orientasi teknologi

industri terkait pertanian yang saat ini berkembang masih menempatkan

kegiatan industri sebagai bagian yang sama sekali terpisah dari kegiatan

pertanian itu sendiri. Agroindustri sebenarnya dapat menjadi wahana bagi

pengembangan dan penerapan teknologi, misalnya aspek rekayasa genetika

dan bioteknologi, atau teknologi pengolahan produk lanjutan.


14

2.2 Nanas (Ananas comosus L.)

Nanas adalah buah tropis dengan daging buah berwarna kuning yang

memiliki kandungan air 90 persen dan kaya akan berbagai vitamin. Tanaman ini

dapat tumbuh sempurna di dataran rendah gambut dangkal dengan ketinggian ± 20

meter dari permukaan laut pada pH < 5 (BPTP, 2019). Tanaman nanas siap panen

saat berumur 12-24 bulan, bergantung pada jenis bibit yang digunakan. Pemanenan

buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, tahap

kedua 50%, dan tahap ketiga 25% dari jumlah tanaman yang ada. Tanaman yang

sudah berumur 4-5 tahun harus diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan

kurang produktif (Soedarya, 2009).

Nanas merupakan komoditas hortikultura bernilai ekonomis tinggi unggulan

Provinsi Jambi yang mempunyai manfaat ganda baik sebagai buah segar, bahan

baku industri makanan, maupun sebagai pakan ternak. Nanas Tangkit Baru sudah

ditetapkan sebagai komoditas unggulan dari Provinsi Jambi melalui SK Menteri

Pertanian No. 103/ktsp/TP.2004/3/2000 pada Tahun 2000 dengan nama “Nanas

Varietas Tangkit” dan termasuk dalam golongan Nanas Queen (boediono, 2019).

Nanas Queen berukuran kecil sekitar 0,5 - 1,3 kg/butir dengan warna daging

buahnya kuning keemas-emasan tua. Nanas termasuk komoditas buah yang mudah

rusak, susut, cepat busuk. Umur buah nanas segar antara 1 sampai 7 hari, sedangkan

buah kering umur simpannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih dengan kadar air

buah kering antara 18-25% (Soedarya, 2009).

2.2.1 Sejarah Singkat Nanas

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang berasal dari Brasilia

(Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum kedatangan Columbus.


15

Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan

menyebarkannya ke Semenanjung Malaysia, dan masuk ke Indonesia pada abad ke-

15 (Tahun 1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan,

dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara.

Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropis dan sub tropis (Soedarya, 2009).

Perkebunan nanas Kabupaten Muaro Jambi bermula sejak Syekh Muhamad datang

ke Desa Tangkit Baru pada tahun 1960-an untuk membuka lahan perkebunan nanas

(Radika, 2018).

2.2.2 Panen Hasil dan Pengolahan Nanas Buah

Nanas harus dipanen setelah cukup tua atau matang pohon. Tanda buah dapat

dipanen ialah matanya telah datar dan tampak jarang, apabila dipukul (diketuk)

akan mengeluarkan suara menggema. Buah nanas yang mulai matang akan

mengeluarkan aroma yang khas. Gardjito (2015) mengatakan bahwan nanas untuk

konsumsi lokal dan ekspor 10-50 persen kulit telah berwarna kuning, sedangkan

untuk buah yang diolah, dipanen pada waktu kulit 25-65 persen berwarna kuning.

Pada umumnya masyarakat mengonsumsi buah nanas dalam keadaan segar, tetapi

nanas dapat juga dinikmati dalam bentuk lain setelah mengalami pengolahan antara

lain yaitu nanas kalengan, jus nanas, selai, dodol, asinan dll. Setelah mengalami

pengolahan bentuk lain, maka nanas tersebut memperoleh nilai tambah dan

mempunyai harga jual yang lebih tinggi.

Kemala (2015) menambahkan bahwa setiap subsistem dalam agribisnis nanas

mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan. Keterkaitan pada industri

pengolahan nanas menunjukkan bahwa industri pengolahan tersebut akan berjalan

dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh
16

usahatani nanasnya. Begitu juga kedepannya, industri pengolahan nanas akan

berjalan dengan baik jika tersedia pasar untuk produknya. Agribisnis nanas

memerlukan lembaga penunjang, misalnya Departemen Pertanian, Bank, Lembaga

Penelitian, Pendidikan, dan lain-lain. Lembaga penelitian dan pelatihan

mempersiapkan para pelaku agribisnis yang profesional sedangkan lembaga

penelitian memberikan sumbangan berupa teknologi dan informasi. Lembaga

keuangan (misal: koperasi dan bank) membantu dalam peminjaman modal saat

berlangsungnya proses agribisnis. Biasanya lembaga penunjang berada diluar

sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin erat terkait dengan sektor lain.

2.3 Produksi

2.3.1 Konsep Produksi

Produksi secara umum diketahui sebagai suatu proses mengubah input

menjadi output. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam

proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu

proses produksi. Nangoi (1994) dalam Santoso (2013), mengungkapkan bahwa

produksi merupakan salah satu fungsi utama perusahaan yang menjalankan

manajemen sistem yang merupakan rumusahan-rumusan perusahaan untuk

kegiatan ekonomi dan bertujuan mencari laba dengan menggunakan faktor-faktor

produksi menghasilkan kegunaan barang atau jasa. Dari definisi diatas dapat

diketahui bahwa produksi tidak terlepas dari penggunaan sumber daya yang ada,

untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa.

Ogawa (1984) mengungkapkan bahwa suatu proses produksi terdiri dari

1)tujuan, 2) masukan, 3) proses, 4) keluaran, dan 5) pengendalian dan penyesuaian.


17

1. Perumusan tujuan secara jelas perlu dilakukan mendahului setiap kegiatan

produksi. Karakteristik dari produk yang dibuat harus ditentukan sejalan

dengan teknik-teknik produksi yang tersedia.

2. Masukan, yaitu sumber yang digunakan di dalam manufacturing berupa

bahan baku, tenaga kerja, peralatan yang digunakan dan data.

3. Proses, yang dimaksud adalah proses transformasi penambahan nilai dari

sumber menjadi produk.

4. Keluaran, yaitu produk itu sendiri dalam jumlah dan mutu tertentu.

5. Pengendalian, merupakan evaluasi dari keluaran, apakah sesuai dengan tujuan

serta tindakan-tindakan koreksi penyesuaian atau modifikasi apabila terjadi

penyimpangan.

Faktor-faktor produksi adalah semua barang baik yang disediakan oleh alam

maupun yang diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi

berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Faktor-faktor produksi adalah sumber-

sumber ekonomi baik manusia maupun bukan manusia yang digolongkan ke dalam

4 (empat) kelompok yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen perusahaan

yang baik. Fungsi produksi merupakan resultan dari faktor produksi dalam suatu

proses produksi. Pengertian produksi adalah sejumlah input faktor-faktor produksi

yang bekerja secara bersama-sama untuk menghasikan suatu produksi, dalam teori

ekonomi setiap produksi mempunyai landasan teknis disebut fungsi produksi yaitu

produksi yang menunjukan hubungan antara faktor-faktor input dengan output

(Dwijatenaya et al., 2018),

Produksi merupakan kegiatan usaha untuk mengolah sumber-sumber yang

ada menjadi barang atau jasa yang dapat dinikmati atau diperoleh oleh konsumen.
18

Proses produksi dapat terjadi secara terus-menerus (continous process) atau juga

terputus (intermittent process). Proses produksi yang terus-menerus terjadi jika

perusahaan membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkan peralatan atau mesin.

Mesin hanya sedikit bervariasi karena sudah ditentukan pola dan jenisnya untuk

menghasilkan produk secara besar-besaran dari bahan mentah sampai barang jadi

dengan pola urutan yang pasti. Kegiatan tersebut berjalan terus dalam jangka waktu

lama, sedangkan proses produksi terputus terjadi karena sering terhentinya mesin

produksi dalam rangka penyesuaian dengan produk akhir yang diinginkan (Santoso,

2013).

2.3.2 Faktor Produksi

Siadari (2016) mengungkapkan bahwa faktor produksi adalah segala sesuatu

yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi dapat

diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:

a. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)

Faktor produksi tetap adalah faktor produksi dimana jumlah yang digunakan

dalam proses produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar

menghendaki perubahan jumlah output. Pada kenyataannya tidak ada satu faktor

produksi pun yang sifatnya tetap secara mutlak. Faktor produksi ini tidak dapat

ditambah atau dikurangi jumlahnya dalam waktu yang relatif singkat. Input tetap

akan selalu ada walaupun output turun sampai dengan nol. Contoh faktor produksi

tetap dalam industri ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam proses

produksi.
19

b. Faktor Produksi Variabel (Input Variable)

Faktor produksi variabel adalah faktor produksi dimana jumlah dapat berubah

dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.

Contoh faktor produksi variabel dalam industri adalah bahan baku dan tenaga kerja.

2.3.3 Biaya Produksi

Menurut Mafut (2017), biaya produksi adalah keseluruhan faktor produksi

yang dikorbankan dalam biaya produksi untuk menghasilkan produk. Dalam

kegiatan usaha, biaya produksi dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap

dijual. Biaya produksi sering disebut ongkos produksi, yaitu semua pengeluaran

yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa.

Masalah biaya produksi di suatu perusahaan sering dihadapi oleh manajer produksi.

Manajer produksi harus bisa memanfaatkan biaya yang ada untuk menghasilkan

suatu nilai output yang maksimum dengan sejumlah input tertentu, atau dengan

biaya minimum dapat menghasilkan output tertentu sehingga mendapatkan hasil

yang efisien. Biaya produksi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Biaya privat (internal), merupakan biaya yang ditanggung oleh individu atau

pengusaha di dalam memproduksi barang dan jasa.

b. Biaya sosial (eksternal), merupakan biaya yang ditanggung oleh masyarakat

secara keseluruhan, misalnya biaya polusi sebagai akibat dari kegiatan produksi.

Menurut Hanafie (2010), dalam jangka pendek biaya produksi dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah semua jenis biaya yang besar-kecilnya tidak tergantung

pada besar-kecilnya produksi. Jumlah biaya tetap adalah konstan. Selain


20

biaya tersebut, hampir semua biaya termasuk dalam kelompok biaya tidak

tetap karena besar-kecilnya berhubungan langsung dengan besar-kecilnya

produksi.

b. Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah semua jenis biaya yang besar-

kecilnya tergantung pada besar-kecilnya produksi. Jumlah biaya variabel

sama dengan jumlah faktor produksi variabel dikalikan dengan biaya faktor

produksi. Dalam jangka panjang, pengertian biaya tetap dapat menjadi biaya

variabel misalnya bangunan gudang harus diperluas dan diperbaiki karena

sudah tidak layak lagi menampung dan menyimpan hasil produksi.

Biaya atau ongkos produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan

oleh perusahaan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan-bahan

mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi.

Di dalam biaya produksi terdapat biaya bersama (joint cost). Jeane (2014)

menjelaskan bahwa joint cost adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula

bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan

identitasnya. Biaya bersama (joint cost) terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja, dan biaya overhead pabrik terjadi sejak input dimasukkan ke dalam proses

produksi sampai titik pemisahan.

2.4 Optimasi Produksi

Optimasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang

diperlukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam suatu kondisi tertentu.

Melalui pendekatan normatif dapat diketahui bahwa optimasi mengidentifikasikan


21

penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada tujuan maksimisasi atau

minimisasi melalui fungsi tujuan (Nasendi & Anwar, 1985).

Optimasi bertujuan memaksimumkan keuntungan atau nilai dari produk yang

dihasilkan dari proses produksi dan meminimumkan biaya atau segala pengorbanan

yang diperlukan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala

yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan. Oleh karena itu, dalam upaya

pencapaian tujuan tersebut kegiatan produksi selalu berusaha untuk

mengalokasikan sumber daya yang terbatas diantara berbagai kegiatan yang saling

bersaing (Buffa, 1989).

Tarmizi (2005) menyatakan bahwa secara matematis optimasi adalah cara

mendapatkan keuntungan secara maksimal atau biaya yang minimal dari suatu

fungsi tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor pembatasnya. Jika persoalan

yang akan diselesaikan dicari nilai maksimumnya, maka keputusannya berupa

maksimasi. Optimasi dalam penyelesaian masalah merupakan suatu cara

pengambilan keputusan sehingga didapatkan hasil penyelesaian yang optimal

sesuai dengan kendala “state of nature” yang harus dipenuhi.

Menurut Doll dan Orazem (1978) dalam Wijaya (2008), setidaknya ada dua

syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat produksi yang optimal dalam

suatu proses produksi yaitu: pertama syarat keharusan, dimana dalam syarat

keharusan harus diketahui hubungan teknis antara dua faktor produksi yang

digunakan dalam produksi yang dihasilkan, kedua syarat kecukupan, dimana harga

faktor produksi yang dihasilkan seimbang atau elastis. Hal ini bertujuan untuk

memperoleh keuntungan yang maksimum.


22

Optimasi sebagai pendekatan normatif, dapat mengidentifikasikan

penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum

atau minimum suatu fungsi tujuan. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai

keadaan optimal dengan memaksimalkan keuntungan atau meminimumkan biaya

produksi. Pada sektor ekonomi, contoh persoalan optimasi maksimisasi adalah

memaksimumkan laba perusahaan dan memaksimumkan hasil penjualan. Untuk

minimisasi adalah minimisasi biaya produksi dan minimisasi biaya transportasi

(Astuti et al, 2013)

Menurut Yuniar (2017), terdapat tiga elemen permasalahan optimasi yang

harus diidentifikasi, yaitu:

1. Tujuan

Tujuan dari optimasi dapat berbentuk maksimisasi atau minimisasi.

Maksimisasi digunakan apabila tujuan pengoptimalan berhubungan dengan

keuntungan, penerimaan, dan sejenisnya. Minimalisasi digunakan dengan

tujuan pengoptimalan yang berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan

sejenisnya. Penentuan tersebut tentu harus disesuaikan dengan apa yang akan

dimaksimalkan atau diminimalkan.

2. Alternatif Keputusan

Alternatif keputusan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan atau

mencapai sebuah tujuan. Alternatif keputusan tersedia menggunakan

sumberdaya terbatas yang dimiliki pengambilan keputusan dan pengambilan

keputusan juga dihadapkan dengan beberapa pilihan yang perlu

dipertimbangkan dengan baik.


23

3. Sumberdaya yang Dibatasi

Sumberdaya merupakan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan. Ketersediaan sumberdaya ini terbatas, keterlibatan ini

yang mengakibatkan dibutuuhkannya proses optimasi.

Persoalan optimasi meliputi optimasi tanpa kendala dan optimasi dengan

kendala. Dalam optimaslisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala

terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimal atau

minimal tidak terdapat batasan-batasan terhadap berbagai pilihan barang X yang

tersedia. Optimasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala pada fungsi

tujuan diperhatikan karena turut menentukan titik maksimum dan minimum fungsi

tujuan. Pemecahkan permasalahan optimasi antara lain dengan langkah pertama

adalah menentukan fungsi tujuan dimana variabel tidak bebas merupakan objek

maksimisasi atau minimisasi dan kelompok variabel bebas merupakan objek yang

besarnya dapat dipilih untuk tujuan optimasi. Kelompok variabel bebas disebut juga

variabel keputusan. Setelah fungsi tujuan kemudian menentukan metode yang akan

menjelaskan optimasi berkendala ini, salah satu metode yang dapat digunakan

adalah program linear (Haslan, 2018).

Menurut Mulyono (1991) pembentukan model yang cocok hanya salah satu

tahap dari aplikasi Riset Operasional. Pola dasar penerapan riset operasional

terhadap suatu masalah dapat dipisahkan menjadi beberapa tahap.

1. Merumuskan masalah

Sebelum solusi terhadap suatu persoalan dipikirkan, pertama kali suatu

definisi persoalan yang tepat harus dirumuskan. Sering dilaporkan oleh

organisasi-organisasi bahwa kegagalan dalam penyelesaian masalah


24

diakibatkan karena kesalahan mendefinisikan persoalan. Dalam perumusan

masalah ini ada tiga pertanyaan penting yang harus dijawab:

a Variabel keputusan yaitu unsur-unsur dalam persoalan yang dapat

dikendalikan oleh pengambil keputusan. Ia sering disebut sebagai

instrumen.

b Tujuan (objective). Penetapan tujuan membantu pengambil keputusan

memusatkan perhatian pada persoalan dan pengaruhnya terhadap

organisasi. Tujuan ini diekpresikan dalam variabel keputusan.

c Kendala (constraint) adalah pembatas-pembatas terhadap alternatif

tindakan yang tersedia.

2. Pembentukan model

Sesuai dengan definisi persoalannya, pengambil keputusan menentukan

model yang paling cocok untuk mewakili sistem. Model merupakan ekspresi

kuantitatif dari tujuan dan kendala-kendala persoalan dalam variabel

keputusan. Jika model yang dihasilkan cocok dengan salah satu model

matematik yang biasa (misalnya linier), maka solusinya dapat dengan mudah

diperoleh dengan program linier. Jika hubungan matematik model begitu

rumit untuk penerapan solusi analitik, maka suatu model probabilita mungkin

lebih cocok. Beberapa kasus membutuhkan penggunaan kombinasi model

matematik dan probabilitas. Ini tentu saja tergantung pada sifat-sifat dan

kerumitan sistem yang dipelajari.

3. Mencari penyelesaian masalah

Pada tahap ini bermacam-macam teknik dan metode solusi kuantitatif yang

merupakan bagian utama dari riset operasi memasuki proses. Penyelesaian


25

masalah sesungguhnya merupakan aplikasi satu atau lebih teknik-teknik ini

terhadap model. Seringkali, solusi terhadap model berarti nilai-nilai variabel

keputusan yang mengoptimumkan salah satu fungsi tujuan dengan nilai

fungsi tujuan lain yang dapat diterima.

4. Validasi model

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pembentukan model harus absah.

Dengan kata lain model harus diperiksa apakah ia mencerminkan berjalannya

sistem yang diwakili. Suatu metode yang biasa digunakan untuk menguji

validitas model adalah membandingkan performancenya dengan data masa

lalu yang tersedia. Model dikatakan valid jika dengan kondisi input yang

serupa, ia dapat menghasilkan kembali performance seperti masa lampau.

Masalahnya adalah bahwa tidak ada yang menjamin performance masa depan

akan berlanjut meniru cerita lama.

5. Penerapan hasil akhir

Tahap terkahir adalah menerapkan hasil model yang telah diuji. Hal ini

membutuhkan suatu penjelasan yang hati-hati tentang solusi yang digunakan

dan hubungannya dengan realitas. Suatu tahap kritis pada tahap ini adalah

mempetemukan ahli riset operasi (pembentuk model) dengan mereka yang

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem).

2.5 Linear Programming

Saribu, (1982) mengatakan bahwa Linear Programming adalah suatu model

umum yang sering dipakai menyelesaikan masalah pengalokasian sumberdaya yang

terbatas secara optimal atau suatu teknik matematik dalam menentukan alokasi

sumber untuk mencapai tujuan tertentu. Maksud penggunaan konsep optimasi


26

bahwa dalam berproduksi itu hendaknya menggunakan atau mengkombinasikan

faktor-faktor produksi seoptimum mungkin sehingga akan diperoleh produksi yang

optimum. Dari produksi optimum inilah secara ekonomis akan tercapai pendapatan

yang maksimum atau biaya yang minimum.

Linear Programming adalah metode atau teknis matematis yang digunakan

untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan. Ciri khusus penggunaan

metode matematis ini adalah berusaha mendapatkan maksimisasi dan minimisasi.

Maksimisasi dapat berupa memaksimumkan keuntungan. Minimisasi dapat berupa

meminimumkan biaya. Aplikasi metode linear programing dapat digunakan dalam

berbagai jenis masalah, misalnya perencanaan inventasi, rencana produksi dan

persediaan, masalah distribusi, masalah perencanaan lokasi, skedul tenaga kerja,

pemanfaatan lahan pertanian, dan lain sebagainya (Yamit, 2012).

Linear Programming memakai suatu model sistematis untuk menggambarkan

masalah yang dihadapi. Kata sifat linear berarti bahwa semua fungsi matematis

dalam model ini harus merupakan fungsi-fungsi linear. Kata programing disini

merupakan sinonim untuk kata perencanaan. Maka, membuat Linear Programming

adalah membuat rencana kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal, ialah

suatu hasil yang mencapai tujuan yang ditentukan dengan cara yang paling baik

(sesuai model matematis) di antara semua alternatif yang mungkin (Muallimah,

2019).

Menurut Buffa (1989), perumusan model program linier terdiri dari

perumusan variabel keputusan, perumusan fungsi tujuan, dan perumusan fungsi

kendala atau batasan.


27

2.5.1 Variabel Keputusan

Variabel keputusan adalah variabel persoalan yang mempengaruhi nilai

tujuan yang dicapai. Pada proses pemodelan, penemuan variabel keputusan tersebut

harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala-

kendalanya. Variabel keputusan menunjukkan jumlah tiap produk yang sebaiknya

dihasilkan oleh perusahaan agroindustri agar mencapai kondisi optimal.

2.5.2 Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan, Z, yaitu persamaan linear yang berkaitan dengan keputusan

variabel, yang menunjukkan tujuan usaha pemecahan persoalan. Persamaan ini

menaksir pengaruh tujuan dalam pemilihan nilai keputusan variabel yang berbeda.

Dalam model Linear Programming, tujuan yang hendak dicapi harus diwujudkan

ke dalam sebuah fungsi matematika linear. Selanjutnya, fungsi ini dimaksimumkan

atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada. Beberapa contoh tujuan

yang hendak dicapai oleh perusahaan, minimasi biaya distribusi, dan sebagainya.

Tujuan dari kombinasi produk adalah untuk memaksimumkan total

penerimaan. Total penerimaan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari

masing-masing produk. Penerimaan dari produk satu adalah perkalian antara

jumlah produk dengan harga per unit, penerimaan dua dan tiga ditentukan dengan

cara serupa. Kemudian dapat dicari total keuntungan dengan mengurangi

penerimaan dengan biaya kemudian dikalikan dengan jumlah produksi (Mulyono,

1991).

Mulyono (1991) menambahkan bentuk umum model Linear Programming

adalah sebagai berikut:

Maksimumkan (minimumkan) Z = ∑nj=1 Cj Xj .................................................... (1)


28

Dengan syarat :

aij Xj (≤, =, ≥)bi, untuk semua i (i = 1, 2, … m) semua Xj ≥ 0

Keterangan :

Xj = banyaknya kegiatan j, dimana j = 1, 2,... n. berarti disini terdapat n

variabel keputusan

Z = nilai fungsi tujuan

Cj = sumbangan per unit kegiatan, untuk masalah maksimisasi c,

menunjukkan keuntungan atau penerimaan per unit, sementara

dalam kasus minimisasi ia menunjukkan biaya per unit.

bi = jumlah sumber daya i (i = 1, 2,...,m), terdapat m jenis sumber daya

aij = banyaknya sumber daya i yang dikonsumsi sumber daya j.

2.5.3 Fungsi Batasan

Batasan (constraints) sebagai hitungan linear yang meliputi keputusan

variabel. Batasan menunjukkan restriksi pada keputusan-keputusan itu. Alternatif

dapat dibentuk melalui pemilihan nilai-nilai untuk keputusan variabel yang

diperlukan untuk tekanan tersebut. Untuk menentukan fungsi tujuan, harus

ditentukan nilai variabel X melalui persamaan fungsi kendala. Adapun fungsi

kendala dapat digambarkan ke dalam model matematik sebagai berikut

(Aminuddin, 2005):

∑nj=1 aij Xj ≥≤ bi , untuk i = 1, 2, 3, ...m ........................................................(2)

Xj ≥ 0, untuk j = 1, 2, 3, ...m ........................................................(3)

Keterangan :

n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia

m = macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia


29

Xj = tingkat kegiatan ke-j

aij = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit

keluaran kegiatan j

bi = kapasitas sumber i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit

kegiatan.

Aminuddin (2005) menambahkan bahwa terminologi umum untuk model

Linear Programming di atas dapat dapat dirangkum sebagai berikut.

1. Fungsi yang akan dicari nilai optimalnya (Z) disebut fungsi tujuan (objective

function)

2. Fungsi-fungsi batasan dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :

a. Fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak m

b. Fungsi batasan non-negatif (non-negative constrains) yaitu variabel

𝑥𝑗 ≥ 0

3. Variabel-variabel 𝑥𝑗 disebut sebagai variabel keputusan (decision variables)

4. Parameter model yaitu masukan konstan 𝑎𝑖𝑗 , 𝑏𝑖 , dan Cj

Agar penggunaan model Linear Programming di atas memuaskan tanpa

terbentur pada berbagai hal, maka diperlukan asumsi-asumsi dasar program linear

sebagai berikut:

1. Proportionality, asumsi ini berarti naik turunnya nilai Z dan penggunaan

sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan

perubahan tingkat kegiatan.

2. Additivity, berarti nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau

dalam Linear Programming dianggap bahwa kenaikan suatu kegiatan dapat


30

ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan

lain.

3. Divisibility, berarti keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat

berupa bilangan pecahan.

4. Deterministic (certainity), berarti semua parameter (𝑎𝑖𝑗 , 𝑏𝑖 , dan cj) yang

terdapat pada Linear Programming dapat diperkirakan dengan pasti,

meskipun dalam kenyataannya tidak sama persis.

Kelebihan dari Linear Programming adalah dapat menggunakan banyak

variabel yang dipandang tepat untuk mewakili keadaan terntentu. Selain itu

kemampuan komputer untuk mengolah data yang banyak dengan cara yang efisien,

model Linear Programming dapat dibuat seluas mungkin tanpa khawatir terhadap

beban perhitungan yang ditimbulkan. Program komputer Linear Programming

memberikan kemungkinan untuk mengolah secara efisien sehingga apabila

diinginkan percobaan untuk mengganti beberapa perubahan variabel dapat

dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan dampaknya dapat segera diketahui.

Linear Programming juga memberikan tambahan informasi ekonomi yang berguna

mengenai pemecahan yang optimum. Misalnya sebagai pedoman dalam menaikkan

pendapatan kotor sebelum perencanaan yang optimum diperoleh, dapat dihiting

dengan data perubahan biaya yang diluangkan per unit. Sehingga berbagai

kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumber daya yang optimal dapat

tercapai dan fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau

terdiri dari data yang tersedia (Soekartawi et al., 1986).


31

2.6 Penelitian Terdahulu

Haslan, R (2018) dengan judul Optimalisasi Produksi Kopi Bubuk Asli

Lampung dengan Metode Simpleks (Studi Kasus Industri Rumahan Kopi Bubuk

Asli Lampung di Waydadi Kecamatan Sukarame Bandar Lampung). Memberikan

kesimpulan bahwa berdasarkan perhitungan optimalisasi dengan metode simpleks

dan berbantu software lintarmizido 6.1 maka dapat disimpulkan Industri Rumahan

Kopi Bubuk Asli Lampung akan memperoleh hasil optimal jika memproduksi kopi

bubuk dengan kemasan yang bagus sebanyak 46 kemasan dan kopi bubuk dengan

kemasan biasa sebanyak 163 kemasan.Keuntungan yang dicapai jika memproduksi

kopi bubuk dengan perhitungan menggunakan metode simpleks dengan berbantu

software lindo 6.1 sebesar Rp 825.000.

Sarifudin, et al (2012) dengan judul Optimalisasi Usaha Agroindustri Tahu di

Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan pelaku usaha agroindustri tahu akan

mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp 77.971.390 per bulan apabila

berproduksi pada tingkat optimalnya yaitu 339.242,1 unik untuk tahu besar dan 0

unit untuk tahu kecil. Sumberdaya aktif pada kondisi optimal adalah sumberdaya

asam tahu, sedangkan sumberdaya lainnya, yaitu sumberdaya kedelai, sumberdaya

jam kerja tenaga kerja, sumberdaya jam kerja mesin giling, dan sumberdaya modal

termasuk ke dalam sumberdaya pasif atau berlebih. Sumberdaya aktif asam tahu

memiliki dual value 11.239,12 dan nilai slack sama dengan nol menunjukkan

bahwa jika asam tahu ditambah satu satuan (liter) maka keuntungan yang diperoleh

akan bertambah sebesar Rp 11.239,12. Sumbberdaya kedelai, jam kerja tenaga

kerja, jam kerja mesin giling, dan ketersediaan modal merupakan sumberdaya pasif

atau berlebih.
32

Rofatin, et al. (2016) melakukan penelitian Optimasi Agroindustri Stroberi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi aktual Agroindustri Kharisma

berdasarkan penggunaan bahan baku adalah 40 kilogram untuk dodol stroberi, 20

kilogram untuk selai stroberi dan 20 kilogram untuk sirup stroberi. Berdasarkan

penggunaan tenaga kerja adalah 24 JKO untuk dodol stroberi, 4 JKO untuk selai

stroberi dan 4 JKO untuk sirup stroberi, sehingga dengan 30 kilogram dodol

stroberi, 12 kilogram selai dan 17,5 kilogram (≈35 botol) sirup stroberi, diperoleh

total penerimaan Rp.2.505.000. Berdasarkan kondisi optimal bahwa penggunaan

bahan baku adalah 39,67 kilogram untuk dodol stroberi, 40,33 kilogram untuk sirup

stroberi dan tidak memproduksi selai stroberi. Berdasarkan penggunaan tenaga

kerja adalah 23,86 JKO untuk dodol stroberi, 8,14 JKO untuk sirup stroberi,

sehingga dengan 29,83 kilogram dodol stroberi dan 35,37 kilogram (≈71 botol)

sirup stroberi diperoleh total penerimaan Rp.2.552.716,-. Selisih penerimaan

sebelum dan setelah dilakukan optimasi adalah Rp.47.716,-.

Damayanti dan Riri (2019) dengan judul Penentuan Cabang Usahatani Padi,

Jagung, dan Kedelai yang Optimum Melalui Pola Diversivikasi dengan Pendekatan

Linear Programming di Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat 3 (tiga) pola tanam yang potensi untuk dioptimalkan dengan tetap

memperhatikan kendala yang sama dari ketersediaan tenaga kerja dan modal

dimana pola I; padi, jagung dan kedelai potensi untuk diusahakan pada MT I, MT

II dan MT III, pola II; padi diusahakan pada MT I, sedangkan jagung dan kedelai

potensi diusahakan pada MT II dan III seluas 3,2 ha. Pola tanam III; padi di MT I,

jagung di MT II dan kedelai di MT III. Dari ketiga pola tanam, komoditi padi dan

jagung dinilai optimal untuk dikembangkan oleh petani di daerah penelitian. Paling
33

optimal adalah pola tanam I, kemudian pola tanam model II dan III. Dari hasil

optimasi ternyata pola tanam yang dilaksanakan petani ini sudah optimal, tetapi

tingkat optimalnya masih lebih rendah dari pola tanam I dan pola tanam II.

Radika (2018) dengan penelitian berjudul Perkembangan Home Industri

Nanas di Desa Tangkit Baru Tahun 1990-2015. Didapatkan bahwa keberadaan

home industry nanas di desa Tangkit Baru semula pada tahun 1990 hanya

menggunakan peralatan tradisional untuk membuat olahan nanas, lambat laun

berubah menggunakan tenaga mesin dalam mengolah olahan buah nanas. Home

industy nanas di desa Tangkit Baru merupakan industri rumah tangga yang semula

hanya dikerjakan oleh pemilik usaha. Perkembangan home industry nanas di desa

Tangkit Baru dapat berkembang karena di dukung oleh empat faktor produksi yaitu:

faktor modal, sumber daya alam, tenaga kerja dan faktor kewirausahaan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran home

industry nanas di desa Tangkit Baru berpengaruh terhadap kehidupan sosial

ekonomi masyarakat dan telah memberi perubahan untuk daerah setempat. Dengan

adanya home industry ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan juga

membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

2.7 Kerangka Pemikiran

Nanas dapat dikonsumsi baik dalam bentuk buah segar maupun dalam bentuk

olahan. Provinsi Jambi merupakan salah satu sentra produksi nanas di Indonesia.

Pusat perkebunan nanas berada di Kabupaten Muaro Jambi, nanas yang dihasilkan

dijual dalam kota dan juga ke luar kota. Lebih spesifiknya berada di Desa Tangkit

Baru yang sudah tidak asing lagi jika disandingkan dengan buah nanas. Selain

sebagai sentra perkebunan nanas juga pusat agroindustri olahan nanas. Agroindustri
34

olahan nanas dibentuk dengan harapan menjadi solusi untuk mengatasi risiko sifat

produk pertanian yang mudah rusak serta meningkatkan nilai tambah. Optimasi

produksi dilakukan untuk mencapai tujuan agroindustri sendiri yaitu untuk

memperoleh keuntungan sebesar-besarnya walaupun terdapat hambatan di

sekitarnya.

Berdasarkan landasan teori dan permasalahan yang dikemukakan di atas,

selanjutnya dapat disusun kerangka berpikir yang menghasilkan solusi optimum.

Dimana kerangka berpikir mempunyai arti suatu konsep pola pemikiran dalam

rangka memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.

Perumusan model program linier terdiri dari perumusan variabel keputusan,

perumusan fungsi tujuan, dan perumusan fungsi kendala atau batasan. Di dalam

penelitian ini diambil tiga variabel selai nanas goreng dalam berbagai kemasan,

yaitu kemasan plastik 500 gram (X1), kemasan plastik 250 gram (X2), dan kemasan

anyaman 100 gram (X3). Setelah diketahui variabel kemudian menentukan kendala-

kendala yang ada dalam produksi yaitu kendala bahan baku, tenaga kerja dan modal.

Bahan baku yang diperhatikan disini berupa daging buah nanas. Kendala seperti

bahan penunjang dan jam kerja mesin tidak diperhitungkan karena tidak begitu

banyak digunakan.

Menyelesaikan masalah optimasi dengan Linear Programming tentu harus

ada fungsi tujuan yang diperoleh, maka fungsi tujuan yang diteliti harus ditentukan

terlebih dahulu. Ketiga komponen tersebut dalam bentuk fungsi model diolah

menggunakan suatu program perangkat lunak Lindo versi 6.1. Kemudian akan

didapatkan model kombinasi dan alokasi penggunaan input yang optimal, untuk

mencapai tujuan akhir keuntungan maksimum. Berdasarkan uraian di atas maka


35

dapat dibuat bagan alir kerangka pemikiran optimasi produk selai nanas

berdasarkan kemasan pada Agroindustri Abadi yang dapat dilihat pada Gambar 1.

sebagai berikut.

Agroindustri
“Abadi”

Variabel Keputusan

Fungsi Kendala
 Bahan baku (kg)
Fungsi Tujuan
 Tenaga kerja (jam)
 Modal (Rp)

Formulasi Model
Linear Programming

Optimasi Menggunakan
Lindo Versi 6.1

Model Kombinasi Optimal

Penggunaan Input yang


Optimum

Keuntungan Maksimum

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran


III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Agroindustri Abadi dengan fokus kajian aspek

produksi. Penetapan lokasi dengan pertimbangan Desa Tangkit Baru merupakan

daerah penghasil nanas tertinggi di Provinsi Jambi. Pemilihan objek penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive sampling) atas pertimbangan Agroindustri

Abadi merupakan usaha olahan nanas yang kontinu berproduksi lebih dari 20 tahun

dan memiliki pencatatan biaya produksi. Selain itu selai nanas goreng yang

diproduksi dijual dengan kemasan yang beragam ukuran.

Penelitian ini berfokus pada produk berupa selai nanas goreng yang kemudian

dikemas dalam tiga jenis kemasan berbeda ukuran dan harga. Terdiri dari kemasan

plastik ukuran 500 gram, kemasan plastik 250 gram, dan kemasan anyaman 100

gram. Selai nanas diperoleh melalui proses pencampuran nanas dengan gula selama

4 jam untuk dapat menghasilkan selai yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang

lama. Selai nanas kemudian menjadi isian bagi selai nanas goreng dengan dicampur

dengan bahan pendukung lainnya dan digoreng. Untuk memperoleh data yang

diinginkan maka dilakukan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2020. Sehubungan dengan adanya

pandemi Covid-19, kegiatan produksi Agroindustri Abadi tidak berjalan seperti

biasa. Sehingga data yang digunakan pada penelitian ini adalah data saat

Agroindustri Abadi masih berproduksi dengan normal, yaitu periode produksi

tanggal 13 Januari sampai 06 Februari 2020. Pada periode ini musim produksi nanas

dan selai nanas goreng normal, sehingga periode satu bulan mewakili untuk

menggambarkan produksi agroindustri rata-rata setiap bulan. Data yang diambil

36
37

pada penelitian ini adalah data satu bulan dimana total proses produksi sebanyak 16

kali. Untuk kepentingan analisis dan penarikan kesimpulan dalam penelitian ini

dikumpulkan beberapa data yang dinilai berhubungan dengan judul penelitian, yaitu

sebagi berikut :

1. Profil Agroindustri Abadi

2. Biaya produksi selai nanas goreng (Rp/Kemasan/Bulan)

3. Jumlah produksi selai nanas goreng (Unit kemasan/Bulan)

4. Harga jual selai nanas goreng (Rp/Kemasan)

5. Pendapatan agroindustri (Rp/Kg/Bulan)

6. Jumlah dan upah tenaga kerja (Rp/HOK/Bulan)

7. Modal (Rp/Bulan)

8. Data-data lain yang relevan dalam penelitian.

3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer untuk penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara

dengan pelaku usaha Agroindustri Abadi. Observasi yaitu metode pengamatan dan

peninjauan secara langsung ke lokasi agroindustri, sedangkan wawancara dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak

diteliti kepada pemilik usaha dan tenaga kerja.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan studi kepustakaan. Sumber

data didapatkan dari pembukuan harian produksi Agroindustri Abadi, Kementerian

Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi,

Badan Pusat Statistik, BPTP (Balai Penelitian Teknologi Pertanian) Provinsi Jambi,
38

berbagai instansi terkait di Kabupaten Muaro Jambi, serta penelitian terdahulu dan

publikasi lain yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data

sekunder dilakukan dengan metode dokumentasi, dimana peneliti menyelidiki

benda tertulis seperti buku dan dokumen.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode gabungan analisis

deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif

digunakan untuk menjelaskan gambaran atau profil agroindustri olahan nanas

sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab permasalahan dan tujuan

yaitu untuk mengetahui fungsi kendala dan analisis keuntungan maksimum

agroindustri olahan nanas.

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu

menganalisis menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk

melihat dan mendeskripsikan gambaran Agroindustri Abadi secara umum yaitu

meliputi sejarah berdiri, struktur organisasi, denah, tahapan proses produksi, dan

biaya. Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga

adalah dengan Linear Programming. Hal ini dengan pertimbangan variabel

keputusan yang diteliti lebih dari dua dan batasan lebih dari satu akan sulit apabila

dilakukan perhitungan manual, sehingga digunakan bantuan alat analisis Lindo 6.1.

Linear Programming adalah salah satu teknis analisis dari kelompok teknik

riset operasional yang menggunakan model matematik. Tujuannya adalah untuk

mencari, memilih dan menentukan alternatif yang terbaik dari sekian alternatif

grafis. Soekartawi et al., (1986), menyatakan bahwa setiap penyelesaian cara Linear

Programming untuk maksud mendesain perencanan yang baik agar


39

memaksimumkan tujuan dapat diperoleh salah satunya dengan program

memaksimumkan keuntungan. Data yang telah dikumpulkan dibuat ke dalam

bentuk model fungsi variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala.

1. Variabel Keputusan

Pada penyusunan model Linear Programming dibentuk beberapa variabel

keputusan. Variabel keputusan yang digunakan adalah tiga jenis kemasan selai

nanas goreng yang diproduksi Agroindustri Abadi dengan pertimbangan produk

sama-sama selai nanas goreng dan produksi kontinu. Didapatkan variabel

keputusan yang digunakan yaitu:

X1 = selai nanas goreng kemasan plastik 500 gram (unit),

X2 = selai nanas goreng kemasan plastik 250 gram (unit), dan

X3 = selai nanas goreng kemasan anyaman 100 gram (unit).

2. Fungsi Tujuan

Mulyono (1991) mengungkapkan bahwa tujuan dari kombinasi produk adalah

untuk memaksimumkan keuntungan. Total penerimaan adalah jumlah penerimaan

yang diperoleh dari masing-masing kemasan. Penerimaan dari produk adalah

perkalian antara jumlah produk dengan harga per unit. Pada penelitian ini optimasi

produksi menggunakan fungsi tujuan memaksimalkan keuntungan dengan alat

analisis Linear Programming. Langkah selanjutnya dapat dicari nilai dari total

penerimaan pada fungsi tujuan yang dapat diformulasikan sebagai berikut :

Zmax = C1X1 + C2X2 + C3X3….................................................................(4)

Dimana:

Zmax = Nilai fungsi tujuan (keuntungan maksimal) (Rp)

C = Keuntungan per unit ke-n (n = 1, 2, 3) (Rp)


40

X = Jumlah output produksi selai nanas goreng ke-n (n = 1, 2, 3) (unit)

1 = kemasan plastik 500 gram

2 = kemasan plastik 250 gram

3 = kemasan anyaman 100 gram

Untuk melengkapi data pada analisis Linear Programming yaitu untuk

mencari nilai koefisien (Cn) fungsi tujuan di atas, maka dihitung nalisis biaya.

Analisis biaya merupakan perhitungan biaya yang diterima dan dikeluarkan

agroindustri dalam menjalankan kegiatan usahanya. Terdapat beberapa jenis

perhitungan di dalam analisis biaya untuk dapat menentukan biaya dan keuntungan,

antara lain adalah (Boediono, 1982):

a. Biaya Total

Biaya total dihitung dengan menentukan total biaya yang dikeluarkan yakni

dengan menjumlahkan semua biaya pengeluaran selama proses produksi olahan

nanas dengan rumus :

TC = ∑ TFC + ∑ TVC.................................................................................. (5)

Dimana :

TC = total biaya (Rp)

TFC = total biaya tetap (Rp)

TVC = total biaya variabel (Rp)

Adapun biaya tetap dan biaya variabel dapat dicari dengan perhitungan

berikut :

 Biaya tetap adalah semua biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada

produksi yang dihasilkan, dengan rumus sebagai berikut :

∑ TFC = ∑ TD............................................................................................ (6)


41

Dimana :

TFC = total biaya tetap (Rp)

D = biaya penyusutan input tetap (Rp)

Biaya penyusutan merupakan pengalokasian biaya tetap atau investasi suatu

alat setiap proses produksi sepanjang umur ekonomis dengan menggunakan rumus:

(Pb – Ps)
∑ TD = ...................................................................................... (7)
t

Dimana :

TD = total biaya penyusutan input tetap (Rp)

Pb = nilai awal input tetap (Rp)

Ps = nilai sisa input tetap (Rp)

t = umur ekonomis input tetap (tahun)

 Biaya variabel adalah semua biaya yang besar kecilnya tergantung dari

jumlah produksi yang dihasilkan dan jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai

dengan tingkat produksi, dapat dihitung dengan cara :

∑ TVC = ∑ P . ∑ X....................................................................................... (8)

Dimana :

TVC = total biaya variabel (Rp)

P = harga input variabel (Rp)

X = jumlah input variabel (unit)

b. Penerimaan

Penerimaan kotor (omset) merupakan ukuran hasil kali perolehan yang

didapat dari jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga satuan produksinya

dengan rumus sebagai berikut :

∑ TR = ∑ P . Q............................................................................................. (9)
42

Dimana :

TR = total penerimaan (Rp)

P = harga jual per unit output (Rp)

Q = jumlah output (unit)

c. Analisis Keuntungan

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya keuntungan produksi

olahan nanas agroindustri, dengan menggunakan rumus :

πn = TR n – TCn ......................................................................................... (10)

Dimana :

πn = keuntungan ke-n (n = 1,2,3) (Rp)

TRn = total penerimaan ke-n (n = 1,2,3) (Rp)

TCn = total biaya ke-n (n = 1,2,3) (Rp)

n = jenis produk (n = 1 berupa kemasan 500 gram, n = 2 berupa

kemasan 250 gram, n = 3 berupa kemasan 100 gram)

3. Fungsi Kendala

Optimasi digunakan untuk mengetahui dan menentukan kombinasi produksi

terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada.

Sumberdaya yang menjadi fungsi kendala dalam penelitian ini yaitu batasan bahan

baku berupa nanas, batasan jam kerja tenaga kerja, dan batasan ketersediaan modal.

Berikut adalah model perumusan program linier secara matematis dari kendala :

Batasan Bahan Baku ; anXn ≤ A

Batasan Jam Kerja Tenaga Kerja ; bnXn ≤ B

Batasan Ketersediaan Modal ; cnXn ≤ C


43

Dimana:

a = Koefisien penggunaan nanas (kg/bulan)

A = Kapasitas gudang (kg/bulan)

b = Koefisien penggunaan jam kerja tenaga kerja (jam/bulan)

B = Ketersediaan jam kerja tenaga kerja (jam/bulan)

c = Koefisien penggunaan modal (Rp/bulan)

C = Ketersediaan modal (Rp/bulan)

n = Jenis produk (jenis produk (n = 1 berupa kemasan 500 gram, n = 2

berupa kemasan 250 gram, n = 3 berupa kemasan 100 gram)

Langkah selanjutnya menyelesaikan masalah optimasi produk selai nanas

goreng Agroindustri Abadi dengan mengerjakan data yang telah dimodelkan ke

dalam bentuk program linier dibantu dengan software Lindo 6.1. Kemudian

menyusun laporan dari penelitian yang dilakukan beserta dengan hasil perhitungan

yang diperoleh. Hasil pengolahan melalui software Lindo 6.1 dilakukan dengan

analisis primal dan analisis dual. Berdasarkan hasil analisis primal dapat diketahui

kombinasi produk yang terbaik yang dapat menghasilkan laba yang maksimum.

Analisis dual dilakukan untuk menunjukkan tingkat pemanfaatan sumberdaya oleh

perusahaan melalui nilai slack atau surplus. Analisis dual juga menunjukkan nilai

dual price yang menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan

apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Kriteria slack/surplus dan dual

price adalah sebagai berikut :

• Slack/surplus > 0 dan nilai dual price = 0 maka sumberdaya dikatakan berlebih.

• Slack/surplus = 0 dan nilai dual price > 0 maka sumberdaya dikatakan telah habis

dipergunakan dan merupakan kendala aktif yang membatasi nilai tujuan.


44

3.4 Konsepsi Pengukuran

Pengertian dan batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Produksi adalah total kemasan produk selai nanas goreng yang dihasilkan

Agroindustri Abadi terbagi menjadi tiga ukuran kemasan plastik 500 gram,

kemasan plastik 250 gram, dan kemasan anyaman 100 gram nanas dihitung

dalam satuan berat (Kg).

2. Kemasan digunakan untuk mengemas selai nanas goreng yang telah selesai

melalui beberapa proses produksi dan siap dipasarkan dalam periode satu

bulan dengan satuan unit (unit)

3. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yaitu

berupa daging buah nanas. Nanas yang digunakan sebagai bahan baku adalah

buah nanas yang sudah dibuang kulitnya dan siap untuk diolah dengan mesin

untuk dihancurkan (Kg/bulan).

4. Variabel keputusan yaitu variabel yang mempengaruhi persoalan dalam

pengambilan keputusan serta menguraikan mengenai keputusan yang akan

dibuat. Simbol metematika dalam variabel keputusan ini menggambarkan

tingkatan aktivitas Agroindustri Abadi. Variabel keputusan dalam penelitian

ini adalah kemasan plastik 500 gram (X1), kemasan plastik 250 gram (X2),

dan kemasan anyaman 100 gram (X3). Nilai yang digunakan adalah satuan

unit kemasan per bulan (Unit/bulan).

5. Fungsi tujuan adalah penetapan tujuan untuk membantu mengarahkan upaya

memenuhi tujuan yang akan dicapai. Fungsi tujuan berupa hubungan

matematika linear yang menjelaskan agroindustri dalam variabel keputusan.


45

Laba yang diperoleh adalah tujuan perusahaan yaitu untuk memaksimalkan

keuntungan yang diperoleh dari variabel keputusan. Nilai yang digunakan

adalah satuan nilai mata uang rupiah (Rp/bulan).

6. Fungsi kendala yaitu variabel yang mempengaruhi persoalan dalam

pengambilan keputusan berupa keterbatasan yang dihadapi Agroindustri

Abadi. Batasan dalam penelitian ini adalah:

 Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan yaitu selai nanas yang tersedia

sesuai ketentuan agroindustri dalam periode satu bulan dengan satuan

kilogram (Kg/bulan)

 Jam Kerja Tenaga Kerja

Jam kerja tenaga kerja digunakan untuk menetapkan seberapa lama

tenaga kerja memproduksi produk olahan nanas dalam periode satu

bulan dengan satuan hari kerja (Jam/bulan)

 Modal

Pengertian modal dalam penelitian ini adalah biaya yang digunakan

untuk memproduksi atau membeli bahan dan operasional sehari-hari.

Modal berupa pengeluaran di awal untuk menjalankan proses

produksi selai nanas goreng dalam periode satu bulan (Rp/bulan)

7. Harga produksi adalah harga jual selai nanas goreng sesuai ukuran kemasan

yang telah dibuat (Rp/kg)

8. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dalam

periode satu bulan. Biaya berupa bahan baku, bahan penunjang, kemasan,

alat, gaji tenaga kerja dalam satuan nilai mata uang rupiah (Rp/bulan).
46

9. Biaya tetap (Fixed Cost) berupa biaya yang penggunaannya tidak habis dalam

satu masa produksi selai nanas goreng berdasarkan kemasan, seperti biaya

penyusutan alat (Rp/bulan)

10. Biaya tidak tetap (Variable Cost) berupa biaya yang habis pakai dalam masa

satu kali produksi, seperti biaya bahan baku dan upah tenaga kerja (Rp/bulan)

11. Biaya total mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

selai nanas goreng (Rp/bulan)

12. Penerimaan berupa ukuran hasil kali perolehan yang didapat dari jumlah

produksi yang dihasilkan dengan harga satuan masing-masing kemasan selai

nanas goreng (Rp/bulan)

13. Keuntungan merupakan penerimaan bersih hasil pengurangan penerimaan

dengan biaya dari produksi selai nanas goreng (Rp/bulan)


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Agroindustri Abadi

4.1.1 Sejarah Singkat Agroindustri

Agroindustri Abadi merupakan usaha industri kecil yang memproduksi jenis

produk olahan buah dan kue kering dengan produk andalan selai nanas goreng.

Lokasinya terletak di Jl. Syekh Muh. Said I RT.04 RW.02 Desa Tangkit Baru

Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Desa Tangkit Baru tidak

dipungkiri lagi dikenal sebagai sentra nanas Provinsi Jambi hampir sebagian besar

wilayah di Desa Tangkit Baru merupakan area perkebunan nanas dan pusat industri

olahan nanas.

Agroindustri Abadi mulai dirintis pada tahun 1999 oleh pemilik sekaligus

pencetus ide yaitu Ibu Siti Zam-zam. Awal mula Agroindustri Abadi didirikan

karena pada tahun 1990-an produksi nanas melimpah, ketersediannya untuk dijual

ke pasar banyak berlebih, sedangkan buah nanas sendiri sebagai produk pertanian

tidak bisa tahan lama atau jika ditimbun terlalu lama akan membusuk (perishable).

Untuk mengatasi kelebihan nanas tersebut pemilik berusaha agar nanas dapat

disimpan dengan aman dan dapat dikonsumsi dengan waktu simpan yang lama yaitu

dengan mengolahnya menjadi selai nanas. Ketika harga nanas sedang murah pelaku

industri akan membeli dalam jumlah besar kemudian diolah menjadi selai. Selai

nanas dapat bertahan sampai satu tahun lamanya dan selanjutnya dicampurkan

dengan bahan pendukungnya untuk menjadi selai nanas goreng. Inisiatif ini muncul

dari beliau sendiri dengan otodidak melalui percobaan berulang kali mengolah

nanas menjadi sebuah produk makanan ringan yang tahan lama, hanya didukung

oleh kemauan keras dan kemampuan manajemen serta modal seadanya. Pada awal

47
48

usaha ini berjalan hanya melibatkan anggota keluarga dalam menjalankan proses

produksinya, namun seiring berjalannya waktu Agroindustri Abadi menambah

tenaga kerja dari luar keluarga. Jumlah tenaga kerja tetap yang ada saat ini sejumlah

lima karyawan. Modal awal memulai usaha hanya bersumber dari modal sendiri,

pernah mengikuti program bantuan modal oleh bank namun tidak dilanjutkan

karena dirasa tidak menguntungkan. Saat ini, selai nanas goreng setiap bulannya

menggunakan modal sebesar Rp 10.000.000.

Suplai bahan baku pokok nanas diperoleh dari petani nanas setempat. Tidak

ada kriteria khusus nanas yang dibeli untuk diolah, mulai dari ukuran sampai warna.

Termasuk nanas yang dikenal petani setempat nanas jakarta, terbilang masih muda

dengan warna hijau juga digunakan. Nanas tidak harus utuh bagus, ada bagian yang

sudah busuk karena tertimpa masih dapat digunakan. Bagi agroindustri olahan

buah, buah seperti ini tidak masalah bagaimana fisiknya karena nantinya daging

buah akan dihancurkan. Untuk harga, Agroindustri Abadi mengikuti harga pasaran,

selagi masih dalam ukuran murah yaitu kisaran harga Rp 2.500 - Rp 3.000.

Produk perdana yang diproduksi Agroindustri Abadi adalah selai nanas

kacang hijau goreng, awalnya produk tersebut hanya dipasarkan di toko dan rumah

oleh-oleh yang ada di Kota Jambi. Pada tahun 2004 atas permintaan pasar, produk

yang diproduksi dirubah menjadi selai nanas goreng original tanpa campuran rasa

lain, produk inilah yang mengangkat nama Agroindustri Abadi dengan memperluas

pasar memasuki swalayan besar di Kota Jambi seperti Jambi Prima Mall, Mandala,

Meranti, Abadi Swalayan, Mall Kapuk, Kios Oleh-oleh Bandara Sultan Thaha,

Dekranasda, dan tersebar di berbagai Pusat Oleh-oleh Khas Jambi. Selain itu juga

dapat dibeli di belanja online melalui blanja.com dan instagram. Meningkatnya


49

pangsa pasar, secara bertahap Agroindustri Abadi meluncurkan variasi produk-

produk baru mulai dari olahan buah rambutan goreng dan keripik pisang, olahan

makanan dari ikan, sampai aneka kue lebaran seperti nastar, coklat kacang, dan

karamel kacang. Produk yang kontinu diproduksi hingga sekarang yaitu olahan

buah selai nanas goreng dan rambutan goreng. Pengerjaan dilakukan empat kali

dalam seminggu, sedangkan produk lainnya diproduksi pada waktu-waktu tertentu.

Industri pengolahan nanas yang ada di Desa Tangkit Baru pada umumnya

melakukan kegiatan produksi di tempat yang sama dengan rumah pemilik. Berbeda

dengan agroindustri lain, Agroindustri Abadi memiliki rumah produksi tersendiri

yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari rumah pemilik. Keunggulan lain yang

dimiliki adalah memiliki kiosnya sendiri, yaitu Kios Abadi yang dapat ditemui di

jalan masuk menuju pusat Desa Tangkit Baru. Selain menjual produknya sendiri,

ada beberapa produk dari agroindustri nanas lain yang dijual disana. Tidak hanya

lokal di Jambi, selai nanas goreng Agroindustri Abadi dijual ke luar kota salah

satunya ke Tanah Abang dijual dalam ukuran curahan. Agroindustri Abadi memiliki

manajemen produksi yang aman dengan memberlakukan SOP (Standard Operating

Procedure) yang dibuat oleh pemilik. Dalam menjalankan usahanya Agroindustri

Abadi telah memiliki surat izin dari berbagai instansi sebagai berikut.

1. Surat Izin dari Dinas Kesehatan P-IRT No. 208150580030521

2. Surat Izin dari Dinas Kesehatan No. 814150502069

3. Surat Izin dari Dinas Kesehatan No. 814150501068

4. Surat Izin dari Dinas Kesehatan No. 814150501067

5. Surat Izin LP-POM No. 206150503070

6. Surat Izin Majelis Ulama Indonesia No. 29100002730813


50

4.1.2 Struktur Organisasi Agroindustri

Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab Agroindustri Abadi

dapat disimpulkan bahwa segala aktivitas dalam industrinya terlaksana secara

sederhana. Pemilik usaha dibantu dengan sang suami dan anak menjalani

Agroindustri Abadi dan membagi peran ke dalam beberapa tupoksi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Pemilik

Siti Zam Zam

Penanggung Jawab

M. Saman

Bagian Produksi Bagian Pemasaran


Bagian Administrasi
Siti Musthafiah Siti Zam Zam
Siti Musthafiah
dan Pekerja dan Pekerja

Gambar 2. Struktur Organisasi Agroindustri Abadi

Pada Gambar 2. menunjukkan bahwa dalam menjalankan aktivitas, pemilik

dibantu oleh bagian administrasi, bagian produksi, dan bagian pemasaran.

Pembagian kerja pada struktur organisasi Agroindustri Abadi adalah sebagai

berikut :

1. Pemilik

Tidak ada tugas tertentu bagi pemilik, pemilik disini dimaksudkan sebagai

pencetus ide berdirinya Agroindustri Abadi dan pengembang produk-produk

yang dihasilkan.
51

2. Penanggung Jawab

Adapun tugas penanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengawasi

segala kegiatan Agroindustri Abadi, serta menetapkan kebijakan yang

berhubungan dengan kelancaran aktivitas industri.

3. Bagian Administrasi

Adapun tugas bagian administrasi mencakup dari pengarsipan surat

menyurat, pencatatan biaya, sampai mengatur keuangan baik uang keluar

maupun uang masuk.

4. Bagian Produksi

Adapun tugas bagian produksi adalah mengkoordinir pelaksanaan proses

produksi mulai dari pengadaan bahan baku, penerimaan bahan baku di

gudang, pengolohan, sampai produk siap untuk dipasarkan. Selain itu juga

bertugas memelihara fasilitas dan mengawasi pekerjaan para tenaga kerja.

5. Bagian Pemasaran

Adapun tugas bagian pemasaran adalah bertanggung jawab atas kelancaran

distribusi produk, memeriksa persediaan produk di pasaran, serta

bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran

produk hasil olahan.


52

4.1.3 Denah Rumah Produksi

(4)

(5)
(1) (2) Ruang Pengemasan
Ruang Gudang
Produksi

(3)
Penyimpanan Bahan Baku (6) (6)
Gudang Gudang
Produksi Produksi

Gambar 3. Denah Rumah Produksi Agroindustri Abadi


Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa Agroindustri Abadi memiliki rumah

produksi yang terdiri dari 2 bangunan yaitu bangunan tempat pengolahan awal

menjadi selai nanas dan bangunan pengolahan akhir menjadi produk selai nanas

goreng siap jual. Untuk lebih jelas fungsi masing-masing ruang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Ruang Produksi

Ruang produksi berukuran seluas 4 m x 6 m = 24 m2 ini merupakan tempat

mengolah buah nanas mulai dari penghancuran, penggorengan, sampai

menjadi selai nanas.

2. Gudang

Gudang berukuran 2 m x 6 m = 12 m2 ini merupakan gudang penyimpanan

stok selai nanas yang telah dikeringkan. Selai nanas disimpan di dalam ember-

ember besar dan dapat bertahan hingga satu tahun, selai ini yang kemudian

diolah ke bangunan kedua menjadi selai nanas goreng.


53

3. Penyimpanan Bahan Baku

Buah nanas yang dibeli diletakkan di teras agar mudah dalam pengangkutan

dan disini juga tempat pengupasan.

4. Tangki Air

Tangki air berfungsi sebagai tempat penyimpanan air yang kemudian

dimanfaatkan untuk aktivitas industri seperti mencuci nanas dan kebutuhan

toilet yang tersedia.

5. Ruang Pengemasan

Ruang pengemasan berukuran seluas 6 m x 8 m = 48 m2 merupakan tempat

produksi dari selai nanas menjadi selai nanas goreng dan kemudian dikemas.

6. Gudang Produksi

Gudang produksi dimanfaatkan untuk menyimpan alat, bahan, kemasan, dan

produk selai nanas goreng yang telah dikemas siap untuk diantar jika

sewaktu-waktu stok di pasar sudah habis.

4.1.4 Tahapan Proses Produksi

Hasil produksi berkualitas dapat dilihat dari bagaimana proses produksi

tersebut berjalan. Agroindustri Abadi mengutamakan kualitas produk sehingga

konsumen memperoleh produk yang berkualitas. Adapun tahapan proses

pengolahan nanas menjadi selai nanas goreng adalah sebagai berikut:

1. Pengupasan

Buah nanas dikupas dan dibuang mata buahnya, pengupasan dilakukan

dengan cara manual menggunakan pisau. Kemudian nanas dimasukkan ke

dalam keranjang untuk dibersihkan, cuci hingga bersih dengan air uang

mengalir.
54

2. Penggilingan

Nanas yang sudah ditiriskan selanjutnya dipotong-potong sesuai dengan

kapasitas mesin parut. Kemudian dimasukkan ke dalam mesin untuk

dihancurkan sampai nanas menjadi halus.

3. Pembuatan Selai

Nanas yang sudah dihaluskan dicampurkan dengan gula pasir ke dalam kuali

yang sudah dipanaskan dengan api sedang dan diaduk terus menerus sampai

matang merata kurang lebih 4 jam. Cetak adonan dengan loyang persegi

empat kemudian bungkus dengan plastik dan dijemur.

4. Penjemuran

Selai yang telah dibungkus dijemur selama ± 2-3 hari, tergantung dengan

keadaan cuaca. Setelah kering dipotong kotak-kotak, selai kemudian

dimasukkan ke dalam ember penyimpanan ditutup dengan baik agar terjaga

suhu selai sehingga tahan lama. Selai nanas siap untuk dijadikan isian nanas

goreng.

5. Penggorengan

Campurkan bahan-bahan pendukung dengan air di dalam baskom dan aduk

sampai tercampur secara merata. Celupkan selai nanas yang sudah mengering

tadi satu persatu ke dalam adonan dan goreng dalam minyak goreng dengan

suhu sedang untuk penggorengan tahap pertama. Setelah matang angkat selai

nanas goreng kemudian tiriskan dan dilanjutkan penggorengan tahap kedua

dengan suhu yang lebih tinggi.


55

6. Penirisan

Selai nanas goreng yang telah jadi dimasukkan ke dalam alat pengering

(spinner) dan dibiarkan selama beberapa menit sampai minyak yang ada di

produk benar-benar kering. Kemudian pisahkan ke dalam baskom bersih,

selai nanas goreng siap untuk dikemas.

7. Pengemasan

Masukkan selai nanas goreng ke dalam beberapa kemasan beda ukuran, yaitu:

 Kemasan plastik ukuran 500 gram

 Kemasan plastik ukuran 250 gram

 Kemasan anyaman ukuran 100 gram

Letakkan di atas timbangan sesuaikan dengan netto kemasan, kemudian tutup

kemasan dengan vacum sealer lalu beri label merek.

Alur tahapan proses produksi selai nanas goreng dapat digambarkan dalam

Gambar 4. sebagai berikut.

Pengupasan

Penggilingan

Pembuatan Selai

Penjemuran

Penggorengan

Penirisan

Pengemasan

Gambar 4. Diagram Alir Pengolahan Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi


56

4.1.5 Analisis Biaya Agroindustri Abadi

Agroindustri Abadi dalam menjalankan usahanya menggunakan beberapa

biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya

penyusutan input tetap dan biaya lainnya. Pengeluaran investasi Agroindustri Abadi

digunakan untuk setiap produksi dan dihitung setiap penggunaan satu bulan

produksi. Besarnya penyusutan dari biaya investasi barang yang dimiliki

Agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 286.750 (Lampiran 4.)

Pengeluaran investasi Agroindustri Abadi terdiri dari sebelas faktor produksi

yaitu (1) Pisau adalah alat yang digunakan untuk mengupas dan memotong nanas

dengan harga sebesar Rp 40.000. (2) Baskom adalah tempat menaruh bahan baku

nanas setelah dihancurkan dengan mesin penggiling dengan harga Rp 25.000. (3)

Keranjang adalah tempat yang digunakan untuk menyuci nanas setelah dikupas agar

mudah dalam meniriskan airnya, dengan harga Rp 35.000. (4) Mesin penggiling

adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan nanas agar memudahkan proses

membuat selai, dengan harga Rp 5.000.000. (5) Kompor adalah alat yang digunakan

untuk menggoreng selai nanas goreng, dengan harga Rp 250.000. (6) Wajan adalah

tempat dengan ukuran besar yang digunakan untuk mengolah nanas yang telah

dihancurkan menjadi selai nanas, dengan harga Rp 900.000. (7) Kuali adalah tempat

yang digunakan untuk menggoreng selai nanas goreng dengan harga sebesar Rp

20.000. (8) Pengaduk kayu adalah alat yang membantu dalam proses pembuatan

selai, dengan harga Rp 30.000. (9) Loyang adalah tempat yang digunakan untuk

mencetak selai nanas, dengan harga Rp 15.000. (10) Ember adalah tempat

penyimpanan selai nanas setelah dijemur dengan wadah tertutup agar selai aman

dan tahan lama, dengan harga Rp 60.000. (11) Alat pengering /spiner adalah alat
57

yang digunakan untuk menyerap minyak dari selai nanas goreng yang telah

digoreng, dengan harga sebesar Rp 1.500.000.

Harga perolehan didapat dari perkalian harga dengan jumlah unit yang

dimiliki, sedangkan nilai sisa merupakan 10 persen dari nilai sekarang. Umur

ekonomis adalah lama tahannya alat dan nilai penyusutan didapat dari hasil

pengurangan nilai sekarang dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur

ekonomis. Diperoleh hasil akhir penyusutan biaya investasi yang dimiliki

Agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 286.750. Adapun biaya tetap yang digunakan

Agroindustri Abadi dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut.

Tabel 2. Biaya Tetap Agroindustri Abadi

No Komponen Biaya Biaya Tetap (Rp)

1 Penyusutan 286.750

2 Biaya Lainnya 60.000

Total Biaya Tetap (TFC) 346.750


Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan

Agroindustri Abadi terdiri dari penyusutan dan biaya lainnya. Biaya lainnya yaitu

mencakup biaya listrik dan biaya air. Adapun penggunaan listrik untuk penerangan

dan mesin penggiling, sedanngkan air digunakan untuk mencuci nanas dan

peralatan serta kebutuhan kamar kecil. Didapatkan bahwa total biaya tetap yaitu

sebesar Rp 346.750. Selain biaya tetap ada pula biaya tidak tetap atau biaya

variabel, nominal biaya variabel tidap tetap sewaktu-waktu dapat berubah naik atau

turun mengikuti banyaknya produksi yang dilakukan. Biaya variabel yang

digunakan Agroindustri Abadi dapat dilihat pada Tabel 3.


58

Tabel 3. Biaya Variabel Agroindustri Abadi Periode Januari-Februari 2020

Biaya Variabel
No Nama Barang Jumlah Satuan Harga (Rp)
(Rp/Bulan)
1 Bahan Baku 400 Kilogram 2.500 2.000.000
2 Bahan Penunjang 8 Paket 62.000 496.000
3 Upah Tenaga Kerja 5 Orang 260.000 2.080.000
4 Label Merek 1840 Buah 100 184.000
Kemasan :
5 Plastik 500 gram 160 Buah 1.000 160.000
6 Plastik 250 gram 480 Buah 500 240.000
7 Anyaman 100 gram 1200 Buah 2.500 3.000.000
Total Biaya Variabel (TVC) 8.160.000
Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa total biaya variabel yang

dikeluarkan oleh Agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 8.160.000 per bulan. Biaya

variabel yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, bahan

penunjang, upah, dan kemasan. Nanas yang digunakan pada periode Januari-

Februari ada sebanyak 800 butir nanas atau dikonversikan ke dalam ukuran berat

sebesar 400 kilogram. Bahan penunjang terdiri dari gula, tepung, minyak, mentega

dan bumbu tambahhan seperti vanili, garam, dan penggaring. Biaya produksi

dihitung per setiap 100 butir nanas, sehingga untuk 800 butir nanas ada 8 paket

bahan penunjang yang digunakan. Begitu pula upah tenaga kerja, setiap 100 butir

nanas pekerja diupah Rp 260.000 untuk lima pekerja, sehingga untuk 800 butir

nanas upah tenaga kerja dikalikan 8. Biaya label merek ada sejumlah 1840 buah

merupakan total dari jumlah ketiga kemasan.

Pada penelitian ini penggunaan biaya variabel paling besar adalah

penggunaan biaya kemasan atau 41,7 persen dari total biaya variabel. Kemasan

anyaman memiliki biaya yang besar Rp 3.000.000 per bulan. Hal ini dikarenakan

kemasan ini bukan buatan sendiri melainkan dibeli dalam bentuk jadi dari
59

pengrajin. Perbedaan ketiga kemasan ada pada berat dan jenis kemasan. Semakin

kecil kemasan, maka semakin banyak unit diproduksi.

Penerimaan Agroindustri Abadi diperoleh dari jumlah produksi dikali dengan

harga masing-masing produk yang berbeda kemasan, dapat dilihat pada Tabel 4.

sebagai berikut.

Tabel 4. Penerimaan Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi Berdasarkan


Kemasan Periode Januari-Februari

No Jenis Volume Produksi Harga (Rp) Penerimaan


Kemasan (Pcs/Bulan) (Rp/Bulan)
1 500 gram 160 29.000 4.640.000
2 250 gram 480 15.000 7.200.000
3 100 gram 1200 7.000 8.400.000
Total 1840 20.240.000
Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 4. penerimaan Agroindustri Abadi sebesar Rp 20.240.000

per bulan. Volume produksi sebesar 1.840 pcs kemasan per bulan. Adanya

perbedaan volume produksi disebabkan oleh permintaan pasar, kemasan anyaman

paling banyak diproduksi diminati pasar karena murah dan kemasannya menarik

cocok untuk buah tangan. Masing-masing selai nanas goreng kemasan 500 gram,

250 gram, dan 100 gram dijual dengan harga Rp 29.000, Rp15.000, dan Rp 7.000.

Setelah didapat nominal total biaya dan penerimaan Agroindustri Abadi

selanjutnya dapat dihitung keuntungan usaha. Keuntungan diperoleh dari total

penerimaan (TR) dikurangi total biaya (TC) dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini.
60

Tabel 5. Keuntungan Produksi Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi


No Komponen Analisis Jumlah
1 Total Biaya Tetap (TFC) 346.750
2 Total Biaya Variabel (TVC) 8.160.000
Total Biaya (TC = TFC + TVC) 8.506.750
3 Penerimaan (TR) 20.240.000
Keuntungan (TR-TC) 11.733.250
Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Naik turunnya keuntungan dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi. Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa total

biaya yang dikeluarkan Agroindustri Abadi sebesar Rp 8.506.750 yang merupakan

total dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Adapun dengan penerimaan sebesar

Rp20.240.000 dikurangi dengan total biaya, diperoleh keuntungan Agroindustri

Abadi selama satu bulan 16 kali produksi adalah sebesar Rp 11.733.250.

4.2 Perumusan Model Program Linier

Perangkat lunak Lindo 6.1 dapat menghitung optimasi apabila berbentuk

dalam suatu model fungsi. Untuk dapat diolah terlebih dahulu data yang sudah

dimiliki diubah ke dalam bentuk linear programming, perumusan model program

linier terdiri dari variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala.

4.2.1 Variabel Keputusan

Produk yang dihasilkan oleh Agroindustri Abadi adalah selai nanas goreng

dengan berbagai variasi kemasan yaitu kemasan plastik aluminium foil ukuran 500

gram, kemasan plastik alumunium foil ukuran 250 gram, dan kemasan anyaman

ukuran 100 gram. Jumlah produksi per bulan ketiga produk tersebut merupakan

variabel keputusan dari model linier programming, sehingga dalam penyusunan

model dapat terbentuk tiga variabel keputusan yang akan dicari kombinasi produksi

optimalnya, yaitu:
61

𝑥1 = Produksi kemasan plastik ukuran 500 gram (unit)

𝑥2 = Produksi kemasan plastik ukuran 250 gram (unit)

𝑥3 = Produksi kemasan anyaman ukuran 100 gram (unit)

4.2.2 Fungsi Tujuan

Tujuan suatu usaha agroindustri adalah untuk mendapatkan keuntungan

maksimum dan untuk mencapai tujuan tersebut pelaku usaha harus memiliki

perencanaan produksi yang baik. Salah satu bagian yang penting dari perencanaan

produksi bagi Agroindustri Abadi adalah perencanaan jumlah produk selai nanas

goreng yang dihasilkan. Perencanaan tersebut dapat ditentukan dengan mengetahui

kombinasi tingkat produksi yang optimal dari produk yang dihasilkan. Untuk

mengetahui kombinasi produksi yang optimal dari ketiga kemasan selai nanas

goreng, terlebih dahulu dirumuskan model fungsi tujuan. Perlu diketahui biaya dan

penerimaan dari Agroindustri Abadi untuk dapat menghitung keuntungan yang

kemudian dimasukkan ke dalam fungsi tujuan.

Hasil keuntungan total yang diterima dari selai nanas goreng dalam satu bulan

diperoleh dari selisih penerimaan selai nanas goreng masing-masing kemasan (TR)

dengan biaya total selai nanas goreng per satu bulan produksi. Biaya total masing-

masing kemasan (TC) didapat dengan menjumlahkan biaya tetap, bahan baku, biaya

bahan penunjang, upah tenaga kerja, dan biaya kemasan masing-masing X1 , X2 ,

dan X3. Keuntungan per unit dapat diketahui dengan membagi keuntungan total

dengan jumlah unit setiap kemasan per bulan. Hasil perhitungan keuntungan dari

tiga jenis kemasan selai nanas goreng per bulan yang diperoleh Agroindustri Abadi

dapat dilihat pada Tabel 6.


62

Tabel 6. Keuntungan Per Unit Kemasan Selai Nanas Goreng Januari-


Februari 2020
TR TC Profit Unit per Profit/Unit
No Kemasan
(Rp) (Rp) (Rp) Bulan (Rp)
1 500 gram 4.640.000 1.406.687,50 3.233.312,50 160 20.208,20
2 250 gram 7.200.000 2.134.031,25 5.065.968,75 480 10.554,10
3 100 gram 8.400.000 4.966.031,25 3.433.968,75 1200 2.861,64
Jumlah 20.240.000 8.506.750 11.733.250 1840 31.366,45
Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Berdasarkan tabel keuntungan yang di atas, dapat dibuat persamaan fungsi

tujuan sebagai berikut:

Z Maks = 20208.2 X1 + 10554.1 X2 + 2861.64 X3....................................... (11)

Nilai koefisien dari model di atas merupakan keuntungan per satu unit jenis

kemasan selai nanas goreng yang diperolah dari hasil penjualan pelaku usaha. Nilai

keuntungan diperoleh dari selisih antara harga jual dengan biaya produksi per unit

tiap jenis kemasan selai nanas goreng yang dihasilkan.

4.2.3 Fungsi Kendala

1. Fungsi Kendala Bahan Baku

Faktor utama yang mempengaruhi proses produksi adalah ketersediaan bahan

baku karena tanpa tersedianya bahan baku maka proses produksi tidak dapat

berlangsung. Proses produksi selai nanas goreng membutuhkan bahan baku berupa

daging buah nanas yang sudah dibuang kulitnya. Selama satu tahun nanas yang

tersedia dapat mencapai 100.000 butir nanas dengan 3 kali produksi menjadi selai

nanas dan apabila ditotalkan diperlukan waktu selama 100 hari atau ± 3 bulan.

Proses pengolahan menjadi selai nanas tidak dilakukan terus menerus, hanya pada

waktu tertentu ketika harga nanas murah dan tersedia banyak.


63

Satu bulan periode produksi Januari-Februari 2020 nanas tersedia sebanyak

800 butir atau dikonversikan menjadi 400 kg nanas potong. Untuk kemasan X1

terpakai 200 butir atau 100 kg nanas potong menghasilkan 80 kg selai nanas goreng,

X2 dan X3 sama-sama terpakai 300 butir atau 150 kg nanas potong menghasilkan

120 kg selai nanas goreng. Adapun fungsi kendala bahan baku daging buah nanas

dalam perumusan model Linear Programming adalah sebagai berikut:

0,175 X1 + 0,087 X2 + 0,035 X3 ≤ 400 ................................................................(12)

Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku ini merupakan

jumlah daging buah nanas yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit masing-

masing kemasan selai nanas goreng yang diproduksi dalam satu bulan. Kebutuhan

daging buah nanas yang digunakan untuk kemasan X1, X2, dan X3 per unit per

bulannya yaitu masing-masing sebesar 0,175 kg, 0,087 kg, dan 0,035 kg. Nilai

sebelah kanan (right hand side) fungsi kendala merupakan jumlah rata-rata

kapasitas gudang yang disediakan pelaku usaha Agroindustri Abadi yaitu sebanyak

400 kg.

2. Fungsi Kendala Jam Kerja Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam usaha

Agroindustri Abadi. Jumlah tenaga kerja tetap ada sebanyak 5 orang dengan jam

kerja 7 jam per hari. Jumlah tenaga kerja dapat bertambah hinggal 10 pekerja

apabila permintaan konsumen meningkat, bahkan pernah mencapai 40 tenaga kerja

dibutuhkan untuk produksi dalam jumlah besar pada bulan puasa sampai menjelang

hari lebaran. Fungsi kendala jam tenaga kerja dari model program linear dapat

dirumuskan sebagai berikut:

0,3634 X1 + 0,1259 X2 + 0,0547 X3 ≤ 464 .......................................................... (13)


64

Koefisien variabel ruas kiri merupakan rata-rata jam kerja tenaga kerja yang

dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit kemasan. Masing-masing kemasan X1,

X2, dan X3 memerlukan waktu produksi selama 0,3634 jam, 0,1259 jam, dan 0,0547

jam dengan satuan per jam per unit. Rata-rata jam kerja diperoleh dari total

keseluruhan waktu proses produksi dari proses mempersiapkan bahan sampai

pengemasan dibagi jumlah unit produksi ketiga kemasan yang dihasilkan dalam

satu bulan. Satu kali proses pembuatan selai nanas goreng memerlukan waktu

selama 58 jam, dimulai dari mengupas sampai mengolah 100 butir nanas menjadi

40 kg selai nanas goreng memakan waktu 57 jam, sisa 1 jam digunakan untuk

mengemas selai nanas goreng. Estimasi waktu untuk mengemas satu kemasan

adalah selama 26 detik. Nilai ruas kanan kendala (right hand side) merupakan

jumlah rata-rata jam kerja yang tersedia dalam satu bulan yaitu 464 jam per bulan.

3. Fungsi Kendala Modal

Modal yang digunakan pelaku usaha Agroindustri Abadi adalah modal

sendiri. Pernah mendapat bantuan dari pemerintah melalui Program Relaksasi

Kredit, namun karena dirasa tidak menguntungkan bagi pelaku usaha, Agroindustri

Abadi menjalankan operasinya dengan mandiri modal usaha diperoleh dari

memutar keuntungan yang didapat dari produksi sebelumnya. Modal yang dimiliki

oleh pelaku usaha terbatas jumlahnya, sehingga produksi yang dihasilkan dibatasi

oleh jumlah modal per bulannya. Agroindustri Abadi memiliki modal rata-rata per

bulannya sebesar Rp 10.000.000 untuk menghasilkan produksi sejumlah 160 unit

kemasan X1, 480 unit kemasan X2, dan 1200 unit kemasan X3. Fungsi kendala

ketersediaan modal dari model program linier dapat dirumuskan sebagai berikut:

8.791,8 X1 + 4.445,9 X2 + 4.138,36 X3 ≤ 10.000.000 .................................... (14)


65

Pada pertidaksamaan kendala modal, koefisien variabel ruas kiri merupakan

modal produksi per unit ketiga jenis kemasan selai nanas goreng. Nilai modal per

unit diperoleh dari harga dikurangi dengan keuntungan masing-masing jenis

kemasan dibagi dengan masing-masing jumlah produksi per bulan yang telah

dihitung pada Tabel 7.

Tabel 7. Modal Per Unit Kemasan Selai Nanas Goreng Periode Januari-
Februari 2020

Variabel Harga Profit Modal


No Kemasan
Keputusan (Rp) (Rp) (Rp)
1 500 gram X1 29.000 20.208,20 8.791,80
2 250 gram X2 15.000 10.554,10 4.445,90
3 100 gram X3 7.000 2.861,64 4.138,36

Berdasarkan Tabel 7. diatas diperoleh modal atau biaya untuk memproduksi

satu unit kemasan X1 sebesar Rp 8.791,80 , kemasan X2 sebesar Rp 4.445,90 , dan

kemasan X3 sebesar Rp 4.138,36 per unit. Besarnya modal yang tersedia dalam satu

bulan produksi menjadi nilai ruas kanan kendala (right hand side).

4.3 Model Kombinasi Optimal

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mencari tingkat

keuntungan maksimum Agroindustri Abadi dari variabel keputusan yang telah

ditetapkan berupa jumlah produksi selai nanas goreng dalam tiga jenis kemasan.

Untuk mengetahuinya maka pelaku usaha harus mengetahui kombinasi produksi

jumlah unit kemasan yang tepat pada masing-masing kemasan X1, X2, dan X3 yang

dihasilkan. Kombinasi produksi yang optimal tersebut diperhitungkan dengan

adanya penggunaan sumberdaya pada jumlah yang terbatas.


66

Analisis Primal

Hasil perhitungan optimasi keuntungan dengan menggunakan Lindo 6.1

diperoleh kombinasi produksi selai nanas goreng kemasan 500 gram yaitu 160 unit,

kemasan 250 gram sebanyak 815,87 unit atau dibulatkan menjadi 816 unit, dan

kemasan anyaman 100 gram sebanyak 1200 unit. Kombinasi ini mampu

memberikan keuntungan sebesar Rp 15.278.060 per bulannya.

Hasil pengolahan model optimasi produksi selai nanas goreng berdasarkan

kemasan menunjukkan bahwa produksi yang dilakukan Agroindustri Abadi pada

kondisi aktual cukup optimal namun masih dapat ditingkatkan. Berikut

perbandingan output dan keuntungan antara kondisi aktual dengan hasil analisis

program liner disajikan dalam Tabel 8 sebagi berikut.

Tabel 8. Perbandingan Kombinasi Output dan Keuntungan Selai Nanas


Goreng Agroindustri Abadi Berdasarkan Kemasan Keadaan Aktual
dan Hasil Analisis Program Linear
No Ukuran Kemasan Variabel Aktual Hasil L.P
1 500 gram X1 160 160
2 250 gram X2 480 816
3 100 gram X3 1200 1200
Jumlah (Unit/Bulan) 1840 2176
Keuntungan (Rp/Bulan) 11.733.250 15.278.060
Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Pada Tabel 8. dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara besar

keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan solusi optimal dengan keadaan

aktualnya. Apabila pelaku usaha berproduksi pada tingkat optimal ini akan

meningkatkan keuntungan sebesar Rp 3.544.810 atau 30,21 % dari kondisi aktual,

sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 15.278.060 per bulannya. Untuk

mencapai keuntungan optimal tersebut dalam satu bulan produksi selai nanas
67

goreng kemasan 250 gram perlu ditambah sebanyak 336 unit menjadi 816 unit,

sedangkan kemasan 500 gram dan 100 gram sudah mencapai jumlah yang optimal

yaitu masing-masing 160 unit dan 1200 unit. Kemasan 500 gram dan 100 gram

kondisi optimalnya sama dengan aktual, sedangkan kemasan 250 gram kondisi

optimal lebih besar daripada kondisi aktual. Pelaku usaha memungkinkan untuk

menambah produksi sesuai dengan tingkat produksi yang ditunjukkan hasil analisis

Lindo untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan Haslan R. (2018) pada produksi kopi bubuk asli

Lampung dengan dua jenis kemasan, yaitu kopi bubuk dengan kemasan bagus

bertambah 6 unit dari kondisi aktual 40 unit menjadi 46 unit dan kemasan biasa

bertambah 3 unit dari kondisi aktual 160 unit menjadi 163 unit. Pada penelitian oleh

Rofatin (2016) produksi aktual yaitu 30 kg dodol, 12 kg selai, dan 35 botol sirup.

Setelah dihitung kondisi optimal agroindustri stroberi memproduksi pada

kombinasi 29,83 kg dodol, 0 kg selai, dan 71 botol sirup. Ada produk yang

ditingkatkan dan ada pula yang dikurangi dari kondisi aktualnya, agar optimal

produk dapat ditingkatkan lebih banyak dari jumlah aktual.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana solusi optimal

yang telah dihasilkan model kombinasi optimal Linear Programming dapat

diterapkan jika terjadi perubahan pada model analisis tersebut, karena perlu diingat

bahwa dunia bisnis penuh dengan ketidakpastian. Tingkat sensitivitas dapat dilihat

pada nilai original, lower bound (batas bawah), dan upper bound (batas atas).

Perubahan nilai koefisien tersebut tidak akan mempengaruhi solusi optimum selama
68

masih berada pada range nilai yang dihasilkan model tersebut. Sensitivitas nilai

koefisien fungsi tujuan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Selai Nanas Goreng


Original Lower Upper
No Ukuran Kemasan Variabel
Value Bound Bound
1 500 gram X1 20.208,2 -infinity 20.870,81
2 250 gram X2 10.554,1 10.219,03 Infinity
3 100 gram X3 2.861,64 -infinity 9.824,04
Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Original value atau nilai original merupakan nilai koefisien fungsi tujuan selai

nanas goreng yang telah diinput sebelumnya. Nilai original sebagai koefisien fungsi

tujuan mungkin dapat berubah karena koefisien ini menggunakan nilai besarnya

keuntungan per unit per kemasan selai nanas goreng. Perubahan laba turun dapat

terjadi apabila kenaikan pada biaya penggunaan input produksi sedangkan harga

produk tetap atau turun. Sebaliknya, perubahan laba menjadi naik apabila biaya

penggunaan input tetap atau turun sedangkan harga produk naik.

Pada Tabel 9. dapat diketahui bahwa selai nanas goreng kemasan 500 gram

memiliki keuntungan per unit sebesar Rp 20.208,2 , lower bound dan upper bound

masing-masing sebesar tak terhingga dan Rp 20.870,81. Hal ini menunjukkan

bahwa apabila keuntungan per unit kemasan 500 gram diturunkan hingga tak

terhingga atau keuntungannya dinaikkan hingga Rp 20.870,81 , maka solusi optimal

atau keuntungan optimal Agroindustri Abadi tidak akan berubah. Kemasan 250

gram memiliki keuntungan per unit sebesar Rp 10.554,1 , lower bound dan upper

bound masing-masing sebesar Rp 10.219,03 dan tak terhingga. Hal ini

menunjukkan bahwa apabila keuntungan per unit diturunkan hingga Rp 10.219,03

atau keuntungannya dinaikkan hingga menjadi tak terhingga, maka keuntungan


69

optimal tidak akan berubah. Artinya range perubahan keuntungan per unit kemasan

250 gram (X2) berada pada selang antara Rp 10.219,03 hingga tak terhingga. Begitu

pula pada kemasan 100 gram keuntungan optimalnya tidak akan berubah apabila

keuntungan per unit diturunkan hingga tak terhingga atau diaikkan hingga

Rp9.824,04.

4.4 Alokasi Penggunaan Input

Selain untuk mengetahui jumlah produksi yang optimal, analisis optimasi

juga digunakan untuk mengetahui sumberdaya mana yang termasuk sebagai

sumberdaya aktif dan sumberdaya pasif. Sumberdaya yang termasuk dalam

sumberdaya aktif memiliki slack/surplus yang bernilai nol dan memiliki nilai dual

value lebih besar dari nol. Sumberdaya yang termasuk pasif memiliki slack/surplus

yang lebih besar dari nol dan memiliki nilai dual value yang sama dengan nol.

Analisis Dual

Setelah dilakukan analisis Linear Programming dan dilihat kombinasi

optimal dapat dilihat alokasi penggunaan input yang optimal. Untuk mengetahui hal

tersebut dapat dilihat dari nilai slack/surplus dan dual value yang diperoleh dari

hasil olahan Lindo 6.1 pada Tabel 10. sebagai berikut

Tabel 10. Alokasi Penggunaan Input Produksi Selai Nanas Goreng


Agroindustri Abadi Periode Januari-Februari 2020
Jumlah Penggunaan
Kendala Slack/Surplus Dual Value
Ketersediaan Optimal
Bahan Baku 400 140,99 259,01 0
Jam Tenaga Kerja 464 226,51 237,49 0
Modal 10.000.000 10.000.000 0 2,37
Total 496,50
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
70

Nilai slack/surplus yang dihasilkan oleh model Linear Programming

menunjukkan bahwa penggunaan input atau kendala sudah optimal terpakai semua

atau masih memiliki nilai sisa. Pada Tabel 10. dapat diketahui bahwa nilai

slack/surplus kendala bahan baku dan jam tenaga kerja lebih besar dari nol artinya

sumberdaya pasif atau berlebih. Setiap penambahan satu-satuan nilai ruas kanan

kendala bahan baku dan jam tenaga kerja tidak akan mempengaruhi besarnya nilai

fungsi tujuan. Apabila pelaku usaha tetap ingin menambah nilai ruas kanan kendala

tersebut, maka hanya akan terjadi pemborosan. Masing-masing kendala bahan baku

dan jam tenaga kerja dapat dikurangi sebesar 259,01 kg dan 237,49 jam per bulan.

Sehingga pada kondisi optimal Agroindustri Abadi hanya memerlukan bahan baku

sebanyak 140,99 kg atau dibulatkan 141 kg dan waktu tenaga kerja sebesar 226,51

jam atau dibulatkan menjadi 227 jam, atau lebih kecil dari jumlah ketersediaan.

Kendala modal memiliki nilai dual value sebesar 2,06 dan nilai

slack/surplus nol yang berarti penggunaan modal sudah optimal terpakai semua.

Apabila modal ditambah satu satuan (rupiah) maka keuntungan yang diperoleh akan

bertambah sebesar Rp 2,37. Apabila penambahannya lebih dari satu satuan (rupiah)

maka keuntungan optimalnya akan bertambah sebesar perkalian antara nilai dual

value dengan jumlah penambahannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Haslan R. (2018) pada produksi kopi bubuk asli Lampung dengan dua

jenis kemasan, yaitu pelaku usaha masih menggunakan perkiraan sehingga

ketersediaan bahan baku yang digunakan masih tersisa, bahan baku yang tersisa

dapat digunakan untuk memproduksi lebih sehingga produksi optimal dapat

tercapai.
71

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas pada fungsi kendala diperlukan untuk mengetahui

tingkat sensitivitas perubahan nilai koefisien ketersediaan input (right hand side)

terhadap dual value. Berikut ini dapat dilihat sensitivitas nilai koefisien fungsi

kendala pada Tabel 11.

Tabel 11. Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Selai Nanas Goreng
Original Lower Upper
No Constraint
Value Bound Bound
1 Bahan Baku 400 140,98 Infinity
2 Tenaga Kerja 464 226,5 Infinity
3 Modal 10.000.000 8.506.752 18.386.749,5
Sumber: Data Primer Diolah, 2020

Pada Tabel. 11 tingkat sensitivitas fungsi kendala berupa penggunaan input

dapat dilihat pada nilai original, lower bound (batas bawah), dan upper bound (batas

atas). Nilai original merupakan nilai koefisien ketersediaan input masing-masing

tiga ukuran kemasan selai nanas goreng yang telah diinput sebelumnya. Nilai

original sebagai koefisien ketersediaan input mungkin dapat berubah karena adanya

perubahan ketersediaan input atau faktor lain. Permasalahan kemungkinan

terjadinya perubahan koefisien ketersediaan input selai nanas goreng terhadap dual

value dapat diatasi dengan tingkat sensitivitas hasil analisis Linear Programming.

Selama nilai koefisien ketersediaan input masih dalam batas bawah dan batas atas

yang telah ditentukan maka tidak akan merubah nilai dual value yang telah

dihasilkan atau tanpa menghitung dari awal.

Bahan baku memiliki ketersediaan (original value) sebanyak 400 kg, lower

bound dan upper bound masing-masing sebesar 140,98 kg dan tak terhingga. Hal

ini menunjukkan bahwa apabila ketersediaan bahan baku diturunkan hingga 140,98
72

kg atau ketersediaannya dinaikkan hingga menjadi tak terhingga, maka dual value

tidak akan berubah. Tenaga kerja memiliki ketersediaan (original value) sebesar

464 jam, lower bound dan upper bound masing-masing sebesar 226,5 jam dan tak

terhingga. Hal ini menunjukkan bahwa apabila ketersediaan jam kerja tenaga kerja

diturunkan hingga 226,5 jam atau ketersediaannya dinaikkan hingga menjadi tak

terhingga, maka dual value tidak akan berubah. Range perubahan ketersediaan

modal berada pada selang antara penurunan hingga Rp 8.506.752 dan peningkatan

hingga Rp 18.386.749,5. Selama modal tersedia dalam range tersebut maka

penurunan atau peningkatan tersebut tidak akan mempengaruhi dual value.

4.5 Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Agroindustri Abadi

secara aktual di lapangan belum berproduksi secara optimal dan masih dapat

diusahakan untuk ditingkatkan. Agroindustri Abadi dalam memproduksi selai

nanas goreng masih menggunakan perkiraan sehingga ketersediaan sumberdaya

yang tersedia masih tersisa. Sumberdaya yang bersisa ini dapat dialokasikan untuk

memproduksi beberapa unit produk. Untuk mencapai kondisi yang optimal dengan

keuntungan maksimal diperlukan suatu kombinasi dari ketiga variabel keputusan.

Total keuntungan yang diterima Agroindustri Abadi pada kondisi aktual yaitu

sebesar Rp 11.733.250, sedangkan pada kondisi optimal keuntungan dapat

meningkat menjadi Rp 15.278.060. Pelaku usaha dapat menambah keuntungan

usahanya sebesar Rp 3.544.810 per bulan dengan kombinasi produksi selai nanas

goreng masing-masing kemasan sebanyak 160 unit kemasan 500 gram, 816 unit

kemasan 250 gram, dan 1200 unit kemasan 100 gram. Pelaku usaha perlu

menambah produksi selai nanas goreng kemasan 250 gram sebanyak 336 unit,
73

sedangkan kemasan 500 gram dan kemasan anyaman 100 gram sudah diproduksi

secara optimal. Keuntungan Agroindustri Abadi optimal sebesar Rp 15.278.060

selama keuntungan per unit kemasan 500 gram berada antara tak terhingga hingga

Rp 20.870,81 , keuntungan kemasan 250 gram berada antara Rp 10.219,03 hingga

tak terhingga, dan keuntungan kemasan 100 gram berada antara tak terhingga

hingga Rp 9.824,04.

Terdapat beberapa sumberdaya yang menjadi kendala atau batasan

Agroindustri Abadi dalam berproduksi, yaitu kendala bahan baku, jam kerja tenaga

kerja, dan modal. Berdasarkan perhitungan Linear Programming menggunakan

perangkat lunak Lindo 6.1 kendala modal sudah dimanfaatkan secara optimal

dilihat dan masih dapat meningkatkan keuntungan apabila pelaku usaha menambah

satu satuan (rupiah) pada ketersediaan modal. Kendala bahan baku dan jam kerja

tenaga kerja merupakan sumberdaya berlebih, agar optimal Agroindustri Abadi

dianjurkan menggunakan bahan baku sebanyak 141 kg dan waktu tenaga kerja

sebesar 227 jam. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dengan ketersediaan

sumberdaya yang terbatas, apabila pelaku usaha memperhatikan tingkat kombinasi

produksi maka kondisi optimal agroindustri akan tercapai. Dual value ketiga

sumberdaya akan tetap optimal selama penggunaan bahan baku berada antara

140,98 kg hingga tak terhingga, ketersediaan tenaga kerja berada antara 226,5 jam

hingga tak terhingga, dan ketersediaan modal berada pada selang antara

Rp8.506.752 hingga Rp 18.386.749,5.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Agroindusti Abadi merupakan industri rumahan olahan nanas di Desa Tangkit

Baru yang berjalan dari tahun 1999 sampai sekarang. Saat ini selai nanas

dipasarkan dalam tiga jenis kemasan dijual di Kios Abadi, swalayan, dan toko

oleh-oleh khas Jambi. Agroindustri Abadi melakukan produksi empat kali

dalam seminggu dibantu dengan lima tenaga kerja luar keluarga. Agroindustri

Abadi dapat memproduksi 20 kg selai nanas goreng dalam sekali produksi

dan pada periode Januari-Februari 2020 memproduksi total 1840 unit

kemasan terdiri dari 160 kemasan 500 gram, 480 kemasan 250 gram, dan

1200 kemasan anyaman 100 gram.

2. Berdasarkan perhitungan opimasi menggunakan perangkat lunak Lindo,

pelaku Agroindustri Abadi akan mampu memperoleh keuntungan maksimum

sebesar Rp 15.278.060 per bulan dengan memproduksi selai nanas goreng

dengan model kombinasi optimalnya yaitu kemasan 500 gram sebanyak 160

unit, kemasan 250 gram 816 unit, dan kemasan anyaman 100 gram sebanyak

1200 unit.

3. Alokasi penggunaan input pada Agroindustri Abadi penggunaan sumberdaya

modal sudah optimal. Hasil perhitungan menggunakan Lindo menunjukkan

setiap penambahan modal satu satuan (rupiah) akan menambahkan

keuntungan sebanyak Rp 2,37. Sumberdaya bahan baku hanya perlu

digunakan sebanyak 141 kg dan waktu tenaga kerja 227 jam.

74
75

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan di atas, maka

peneliti merekomendasikan saran sebagai berikut:

1. Pelaku usaha disarankan untuk memproduksi selai nanas goreng kemasan 500

gram dan kemasan 100 gram seperti biasanya, dan kemasan 250 gram

ditambah sebanyak 336 unit agar mendapat keuntungan maksimum sebesar

Rp 15.278.060 per bulan. Penggunaan sumberdaya bahan baku disarankan

diturunkan 259,01 kg, dan jam tenaga kerja diturunkan 237,49 jam,

sedangkan penggunaan modal tetap Rp 10.000.000,-.

2. Untuk meningkatkan keuntungan dan mengoptimalkan proses produksi,

pelaku usaha perlu menambah inovasi teknologi seperti mesin pengupas

nanas dan mesin pengaduk selai.

3. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan dengan memperluas model

Linear Programming dengan menambah sumberdaya yang lainnya, dan

memperluas wilayah penelitian sehingga agroindustri olahan nanas

khususnya, dapat dijelaskan dengan lebih terperinci lagi demi keberlanjutan

usaha kecil dan komoditas nanas Provinsi Jambi.


76

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2005. Prinsip-prinsip Riset Operasi. Erlangga, Jakarta.

Amrullah, M.A., Ratnawati S, dan Edison. 2018. Peranan Penyuluh Pertanian dalam
Penerapan Budidaya Nenas di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi. E-Jurnal Universitas Jambi. Diunduh dari
https://repository.unja.ac.id/5156/ (diakses pada 01 Oktober 2019).

Astuti. Linawati, dan Mahatma 2013. Penerapan Model Linear Goal Programming
untuk Optimasi Perencanaan Produksi. E-Jurnal UKSW 4(1): 464-471.
Diunduh dari https://docplayer.info/40655533-Penerapan-model-linear-goal-
programming-untuk-optimasi-perencanaan-produksi.html (diakses pada 06
Desember 2019).

Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. 2018. Ekspor Nenas Indonesia Periode
Januari-Oktober 2018. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Diunduh dari
https://finance.detik. com/berita-ekonomi-bisnis/d-4335725/ekspor-nanas-
2018-capai-11-ribu-ton-dari -saudi-hingga-korea (diakses pada 06 Oktober
2019).

_________________. 2020. Kabupaten Muaro Jambi dalam Angka, Penyediaan


Data untuk Perencanaan Pembangunan. Kabupaten Muaro Jambi.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2019. Pengembangan Integrasi Nanas


- Sapi Menuju Pertanian Bioindustri Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
di Provinsi Jambi. Laporan Akhir Tahun 2018 BPTP. Jambi.

Barus A, Syukri. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. USU Press, Medan.

Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta.

Buffa, E. 1989. Manajemen Produksi/Operasi Jilid 2. Erlangga, Jakarta Pusat.

Damayanti, Y. dan Riri, O.U. 2019. Penentuan Cabang Usahatani Padi, Jagung, dan
Kedelai yang Optimum Melalui Pola Diversivikasi dengan Pendekatan Linear
Programming di Kabupaten Muaro Jambi. J. SEPA 16(1): 28-35

Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Muaro Jambi. 2019.


Data UMKM Nanas Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2019. Kabupaten Muaro
Jambi.

Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi. 2018. Buku
Data Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi. Jambi.

Dwijatenaya, Syahrani, dan Cristia N. 2018. Optimasi Usaha Kerupuk Ikan:


Analisis Linier Programming dengan Metode Simpleks. J. “Gerbang Etam”
12(1): 18-30.
77

Gardjito, M., Handayani, dan Salfarino. 2015. Penanganan Segar Hortikultura


untuk Penyimpanan dan Pemasaran. Kencana, Jakarta.

Hadiati, S. dan Indriyani, N.L.P. 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Nenas.Balai


Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Haslan, R. 2018. Optimasi Produksi Kopi Bubuk Asli Lampung Metode Simpleks
(Studi Kasus Industri Rumahan Kopi Bubuk Asli Lampung di Waydadi
Kecamatan Sukarame Bandar Lampung). J.Matematika 17(2): 25-34.

Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Edisi 3. Grasindo.

Ibnas, R. 2014. Optimasi Kasus Pemrogaman Linear dengan Metode Grafik dan
Simpleks. Jurnal MSA 2(1) : 1-8

Jeane, M. 2014. Analisis Penerapan Biaya Bersama (Joint Cost) dengan


Menggunakan Metode Rata-Rata (Studi Kasus Pada Tahu Sumber Jaya).
STEI (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia)

Kemala, N. dan Siti A.W. 2015. Dampak Kemasan Terhadap Kuantitas Penjualan
Produk Usaha Agroindustri CV. Tuli Mario Di Tangkit Baru Kota Jambi. J.
Ilmiah 15(1): 1-7.

Kementerian Pertanian. 2018. Outlook Komoditas Pertanian Sub Sektor


Hortikultura. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian.

Mafut, M. 2017. Analisis Usaha Produksi Ikan Asap pada Home Industry Khusnul
Jaya Berkah di Kota Samarinda. E-Jurnal Administrasi Bisnis Universitas
Mulawarman 5(1): 230-241. Diunduh dari https://ejournal.adbisnis.fisip-
unmul.ac.id/site/?p=1559 (diakses pada 03 -Februari 2020)

Mulyono, S. 1991. Operations Research. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,


Jakarta

Nasendi, dan Anwar. 1985. Program Linear dan Variansinya. Gramedia, Jakarta.

Ogawa, E. 1984. Manajemen Produksi Modern Pengalaman Jepang. Lembaga


FEUI dengan SIUP, Jakarta.

Radika, P. 2018. Perkembangan Home Industri Nanas di Desa Tangkit Baru Tahun
1990-2015. Skripsi. Universitas Jambi. Jambi.

Rofatin, Nuryaman, dan Suyudi. 2016. Optimasi Agroindustri Stroberi. J.


Agribisnis 1(3): 281-290. Diunduh dari https://www.researchgate.net/
publication/317563938_OPTIMASI_AGROINDUSTRI_STROBERI_OPTI
78

MIZATION_AGROINDUSTRI_STRAWBERRIES (diakses pada 06


Desember 2019)

Santoso, I. 2013. Pengantar Agroindustri. UB Press, Malang.

Saribu, Dolok. 1982. Pola Usahatani Optimum dalam Usaha Memperoleh


Pendapatan Maksimum. Fakultas Pertanian Unlam, Banjarbaru.

Sarifudin, Bakce, dan Maharani. 2012. Optimasi Usaha Agroindustri Tahu di Kota
Pekanbaru. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Riau. Diunduh dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/2515 (Diakses
pada 06 Desember 2019).

Siadari, Y. 2016. Optimasi Keuntungan dalam Produksi Industri Keripik di Gang


PU Bandar Lampung (Studi Kasus:Istana Keripik Pisang Ibu Mery). Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Soedarya. 2009. Agribisnis Nanas. Pustaka Grafika, Bandung.

Soekartawi et al,. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Soetriono, dan Anik S. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian: Agraris Agribisnis Industri.
Intimedia, Malang.

Tarmizi. 2005. Optimasi Usaha Tani dalam Pemanfaatan Air Irigasi Embung
Leubuk Aceh Besar. Universitas Syiah. Banda Aceh.

Wijaya, T. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Pada


Agroindustri Abon Patin (Studi Kasus pada Agroindustri Abon Patin
“Harmonis” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi. Jambi

Yamit, Z. 2012. Manajemen Kuantitatif untuk Bisnis (Operation Research). BPFE,


Yogyakarta.

Yuniar, K. 2017. Optimasi Pengelolaan Zakat dan Efektifitas Amil Zakat Terhadap
Peningkatan Perolehan Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Tulungagung. Skripsi. IAIN Tulungagung.
79

Lampiran 1. Provinsi Sentra Produksi Nanas di Indonesia Tahun 2011 - 2017

Produksi (Ton) Kontribusi


Kontribusi
No Provinsi Kumulatif
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata (%)
(%)

1 Lampung 505.337 585.608 722.621 560.026 534.774 453.812 633.095 3.995.273 35,95 35,95
2 Sumatera Utara 183.213 262.089 228.136 237.581 223.128 163.504 160.552 1.458.203 13,12 49,07
3. Jawa Barat 315.016 174.451 95.015 149.815 187.554 209.348 246.698 1.377.897 12,40 61,47
4. Jawa Timur 40.045 196.581 197.16 5 186.949 171.303 65.102 126.967 984.112 8,85 70,32
5. Jambi 67.530 144.896 156.369 218.861 142.846 66.094 44.264 840.860 7,56 77,88
6. Jawa Tengah 92.953 69.058 113.093 142.073 201.039 102.426 85.938 806.580 7,25 85,13
7. Riau 109.374 92.444 96.173 107.438 74.388 94.129 79.327 653.273 5,87 91,00
8. Kalimantan Barat 73.815 108.704 90.570 86.530 56.177 34.951 72.504 523.251 4,70 95,70
9. Sumatera Selatan 76.423 47.343 57.887 57.990 57.521 57.291 1.360 355.815 3,20 98,90
10. Kalimantan Timur 13.929 21.074 26.731 25.637 8.184 9.373 11.639 116.567 1,04 99,94
Indonesia 1.540.626 1.781.894 1.882.802 1.835.483 1.835.483 1.256.030 1.462.344 11.111.831 100,00
Sumber : Kementrian Pertanian, 2018
80

Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku


Menurut Lapangan Usaha (milliar rupiah), 2015-2019

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019


Pertanian, kehutanann,
A 7392,97 8520,00 95003,01 9838,17 10464,92
dan perikanana
Pertambangan dan
B 1799,22 1824,79 2102,07 2507,60 2488,17
penggalian

C Industri pengolahan 2842,23 3111,86 3401,42 3597,69 3755,59

Pengadaan listrik dan


D 5,58 6,76 7,96 8,81 9,71
gas
Pengadaan air;
E pengelolaan sampah, 18,10 20,43 22,31 24,37 25,96
limbah, dan daur ulang
F Konstruksi 856,02 949,53 1042,51 1162,37 1279,95
Perdagangan besar dan
G eceran; reparasi mobil 914,86 1084,25 1245,69 1417,63 1559,58
dan sepeda motor
Transportasi dan
H 597,56 670,09 724,80 781,22 835,92
pergudangan
Penyediaan akomodasi
I 113,98 128,07 142,69 156,54 166,96
dan makan minum
Informasi dan
J 413,16 480,14 557,19 625,48 667,50
komunikasi
Jasa keuangan dan
K 298,62 338,15 371,42 187,83 413,01
asuransi
L Real estat 226,43 263,72 291,89 324,85 362,25

M,N Jasa perusahaan 204,83 232,36 263,63 296,16 317,73

Administrasi
pemerinathan,
O 659,34 712,24 770,57 864,92 958,91
pertahanan, dan jaminan
sosial wajib

P Jasa pendidikan 315,17 352,88 391,56 449,89 499,65

Jasa kesehatan dan


Q 165,17 187,41 209,44 234,40 258,97
kegiatan sosial

R,S,T,U Jasa lainnya 225,38 255,13 286,64 322,22 338,28

Produk Domestik Bruto 17048,62 19137,82 21334,80 23000,17 24403,04

Sumber : BPS, Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka 2020


81

Lampiran 3. Data UMKM Nanas Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2019


TK TK Nilai Investasi Nilai Produksi Nilai BB
No Nama Usaha Nama Pemilik Jenis Produk
Lk Pr (000) (000) /bulan (000) /bulan
1. Abadi Siti Zam Zam Olahan Nanas / Kue Kering 1 2 10000 100 60
2. Andi Ismael Azzdukdiah Andi Ismael Azzdukdiah Selai Nanas Goreng 1 2 20000 180 108
3. Andi Nurzaidah Andi Nurzaidah Selai Nanas Goreng 2 2 15000 140 84
4. Cahaya Aini Aini Kue Kering / Dodol Buah 0 3 10000 100 60
5. Cenning Rarae Andi Isma Selai Nanas Goreng 2 1 15000 150 90
6. Cinderela Tenri Sawna Selai Nanas Goreng 2 3 12000 100 60
7. Harmonis Hj. Besse Tenri Abang Selai Nanas Goreng 2 3 15000 120 72
8. Jaya Indah Andi Minahaya Selai Nanas Goreng 1 4 25000 260 145
9. Krisna Siti Hamdah Selai Nanas Goreng 0 4 2000 180 108
10. Malomoe Andi Madyana Selai Nanas Goreng 2 3 2500 240 144
11. Mamaseh Hj. Noris Selai Nanas Goreng 1 4 2500 200 120
12. Masagenae Andi Sarmadan Selai Nanas Goreng 2 2 2500 30 18
13. Puspa Indah Puspa Indah Selai Nanas Goreng 1 2 1000 100 60
14. Sifurenui A. Putri Naga Selai Nanas Goreng 2 3 2500 250 150
15. Sinar Rembulan Nuriha Selai Nanas Goreng 0 4 2500 250 150
16. Sumber Jaya Nurhayati Selai Nanas Goreng 1 2 2500 200 120
17. Sumber Jaya Andi Dewi Iramaya Selai Nanas Goreng 0 3 3000 275 165
18. Tulimario Baso Inta Olahan Nanas 5 7 35000 500 375
19. Usaha Rahmat Rahmat Selai Nanas Goreng 1 3 20000 200 120
20. Yusra Siti Hajar Olahan Nanas/ Olahan Buah 2 2 30000 250 150
Sumber : Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Muaro Jambi, 2019
82

Lampiran 4. Biaya Investasi Barang Modal Usaha Agroindustri Abadi

Nilai
Jumlah Harga Harga Nilai Sisa Umur Ekonomis
No Jenis Alat Penyusutan
(Unit) (Rp) Perolehan (Rp) (Rp) (Bulan)
(Rp)
1 Pisau 2 20.000 40.000 4.000 24 1.500,00
2 Baskom 5 25.000 125.000 12.500 24 4.687,50
3 Keranjang 4 35.000 140.000 14.000 24 5.250,00
4 Mesin Penggiling 2 5.000.000 10.000.000 1.000.000 48 187.500,00
5 Kompor 2 250.000 500.000 50.000 48 9.375,00
6 Wajan 1 900.000 900.000 90.000 36 22.500,00
7 Kuali Sedang 2 20.000 40.000 4.000 36 1.000,00
8 Pengaduk Kayu 1 30.000 30.000 3.000 24 1.125,00
9 Loyang 1 15.000 15.000 1.500 24 562,50
10 Ember 7 60.000 420.000 42.000 24 15.750,00
11 Alat Pengering (Spiner) 1 1.500.000 1.500.000 150.000 36 37.500,00
Jumlah 28 7.855.000 13.710.000 1.371.000 348 286.750,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Besarnya penyusutan dapat dihitung dengan metode garis lurus (Straight Line Method)
*Nilai Sisa = 10% x Total Harga Perolehan
Total Harga Perolehan − Nilai Sisa
*Nilai Penyusutan = Umur Ekonomis
83

Lampiran 5. Produksi Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi Berdasarkan Kemasan pada Periode Januari-Februari 2020

Kemasan 500 gram (X1) Kemasan 250 gram (X2) Kemasan 100 gram (X3)
Produksi Biaya Biaya Produksi Biaya Biaya Produksi Biaya Biaya
No Tanggal
Variabel Tetap (Rp) Variabel Tetap (Rp) Variabel Tetap (Rp)
Unit Kg Unit Kg Unit Kg
(Rp) (Rp) (Rp)
1. 13 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 28 7 116.900 7.585,15 72 7,2 290.160 7.801,87
2. 14 Januari 8 4 66.000 4.334,37 28 7 116.900 7.585,15 72 7,2 290.160 7.801,87
3. 15 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 29 7,25 121.075 7.856,05 74 7,4 298.220 8.018,59
4. 16 Januari 11 5,5 90.750 5.959,76 29 7,25 121.075 7.856,05 75 7,5 302.250 8.126,95
5. 20 Januari 10 5 82.500 5.417,96 29 7,25 121.075 7.856,05 74 7,4 298.220 8.018,59
6. 21 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
7. 22 Januari 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
8. 23 Januari 11 5,5 90.750 5.959,76 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
9. 27 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 28 7 116.900 7.585,15 74 7,4 298.220 8.018,59
10. 28 Januari 11 5,5 90.750 5.959,76 29 7,25 121.075 7.856,05 75 7,5 302.250 8.126,95
11. 29 Januari 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
12. 30 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
13. 03 Februari 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
14. 04 Februari 11 5,5 90.750 5.959,76 32 8 133.600 8.668,75 78 7,8 314.340 8.452,03
15. 05 Februari 11 5,5 90.750 5.959,76 34 8,5 141.950 9.210,54 78 7,8 314.340 8.452,03
16. 06 Februari 12 6 99.000 6.501,56 34 8,5 141.950 9.210,54 78 7,8 314.340 8.452,03
Jumlah 160 80 1.320.000 86.687,5 480 120 2.004.000 130.031,25 1200 120 4.836.000 130.031,25
Rata-rata 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8126,95 75 7,5 302.250 8126,95
Jumlah Produksi (Unit/Bulan) 160 + 480 + 1200 = 1840
Jumlah Produksi (Kg/Bulan) 80 + 120 + 120 = 320
Total Biaya Variabel (Rp/Bulan) 1.320.000 + 2.004.000 + 4.836.000 = 8.160.000
Total Biaya Tetap (Rp/Bulan) 86.687,5 + 130.031,25 + 130.031,25 = 346.750
84

Lampiran 6. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang Selai Nanas Goreng pada Agroindustri Abadi
Periode Januari-Februari 2020

Bahan Baku Bahan Penunjang


No Tanggal Nanas Gula Tepung Minyak
Harga/Butir Total Harga/Kg Total Harga/Kg Total Harga/L Total
Pemakaian Pemakaian Pemakaian Pemakaian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(Butir) (Kg) (Kg) (L)
1. 13 Januari 12.000 10.000 22.000
46 2.500 115000 0.45 5400 0.45 4500 0.47 10340
2. 14 Januari 12.000 10.000 22.000
48 2.500 120000 0.43 5160 0.43 4300 0.46 10120
3. 15 Januari 48 2.500 120000 0.46 12.000 5520 0.48 10.000 4800 0.49 22.000 10780
4. 16 Januari 12.000 10.000 22.000
50 2.500 125000 0.49 5880 0.5 5000 0.51 11220
5. 20 Januari 12.000 10.000 22.000
50 2.500 125000 0.46 5520 0.51 5100 0.48 10560
6. 21 Januari 12.000 10.000 22.000
48 2.500 120000 0.48 5760 0.52 5200 0.48 10560
7. 22 Januari 50 2.500 125000 0.5 12.000 6000 0.52 10.000 5200 0.5 22.000 11000
8. 23 Januari 12.000 10.000 22.000
51 2.500 127500 0.52 6240 0.5 5000 0.52 11440
9. 27 Januari 12.000 10.000 22.000
48 2.500 120000 0.48 5760 0.47 4700 0.49 10780
10. 28 Januari 12.000 10.000 22.000
50 2.500 125000 0.49 5880 0.5 5000 0.51 11220
11. 29 Januari 50 2.500 125000 0.5 12.000 6000 0.52 10.000 5200 0.5 22.000 11000
12. 30 Januari 12.000 10.000 22.000
48 2.500 120000 0.52 6240 0.52 5200 0.49 10780
13. 03 Februari 12.000 10.000 22.000
50 2.500 125000 0.5 6000 0.52 5200 0.5 11000
14. 04 Februari 12.000 10.000 22.000
54 2.500 135000 0.56 6720 0.5 5000 0.53 11660
15. 05 Februari 54 2.500 135000 0.58 12.000 6960 0.52 10.000 5200 0.53 22.000 11660
16. 06 Februari 12.000 10.000 22.000
55 2.500 137500 0.58 6960 0.54 5400 0.54 11880

Jumlah 800 2.000.000 96.000 80.000 176.000

Rata-rata 50 125.000 6.000 5.000 11.000


85

Lanjutan Lampiran 6.
Bahan Penunjang
No Tanggal Mentega Vanili Garam Penggaring Harga/
Harga/Kg Total Harga/bungkus Total Harga/bungkus Total Total
Pemakaian Pemakaian Pemakaian Pemakaian bungkus 1
(Rp) (Rp) 2 gram (Rp) (Rp) 100 gram (Rp) (Rp) (Rp)
(Kg) (Kg) (Kg) (L) gram (Rp)
1. 13 Januari 1.800 1.000 200
0.48 15.000 7200 0.35 630 0.46 460 0.48 96
2. 14 Januari 1.800 1.000 200
0.45 15.000 6750 0.38 684 0.45 450 0.47 94
3. 15 Januari 1.800 1.000 200
0.47 15.000 7050 0.47 846 0.46 460 0.48 96
4. 16 Januari 1.800 1.000 200
0.52 15.000 7800 0.56 1008 0.47 470 0.5 100
5. 20 Januari 0.48 15.000 7200 0.48 1.800 864 0.46 1.000 460 0.49 200 98
6. 21 Januari 1.800 1.000 200
0.48 15.000 7200 0.5 900 0.5 500 0.49 98
7. 22 Januari 1.800 1.000 200
0.51 15.000 7650 0.51 918 0.52 520 0.5 100
8. 23 Januari 1.800 1.000 200
0.52 15.000 7800 0.51 918 0.47 470 0.5 100
9. 27 Januari 0.47 15.000 7050 0.48 1.800 864 0.47 1.000 470 0.48 200 96
10. 28 Januari 1.800 1.000 200
0.51 15.000 7650 0.56 1008 0.48 480 0.5 100
11. 29 Januari 1.800 1.000 200
0.51 15.000 7650 0.51 918 0.52 520 0.5 100
12. 30 Januari 1.800 1.000 200
0.48 15.000 7200 0.55 990 0.5 500 0.49 98
13. 03 Februari 0.51 15.000 7650 0.56 1.800 1008 0.52 1.000 520 0.51 200 102
14. 04 Februari 1.800 1.000 200
0.53 15.000 7950 0.52 936 0.55 550 0.53 106
15. 05 Februari 1.800 1.000 200
0.54 15.000 8100 0.53 954 0.57 570 0.53 106
16. 06 Februari 1.800 1.000 200
0.54 15.000 8100 0.53 954 0.6 600 0.55 110

Jumlah 120.000 14.400 8.000 1.600

Rata-rata 7.500 900 500 100


86

Lampiran 7. Penggunaan Bahan Kemasan Selai Nanas Goreng pada Agroindustri Abadi Periode Januari-Februari 2020
Kemasan 500 gram Kemasan 250 gram Kemasan 100 gram
Harga
Plastik Plastik Total/
No Tanggal Plastik Label Total
standing Harga Total standing Harga Total Harga Total Produksi
anyaman Merek/ (Rp)
pouch (Rp) (Rp) pouch (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (unit)
(unit) unit (Rp)
(unit) (unit)
1. 13 Januari 9 1.000 9000 28 500 14000 72 2.500 180000 109 100 10900
2. 14 Januari 8 1.000 8000 28 500 14000 72 2.500 180000 108 100 10800
3. 15 Januari 9 1.000 9000 29 500 14500 74 2.500 185000 112 100 11200
4. 16 Januari 11 1.000 11000 29 500 14500 75 2.500 187500 115 100 11500
5. 20 Januari 10 1.000 10000 29 500 14500 74 2.500 185000 113 100 11300
6. 21 Januari 9 1.000 9000 30 500 15000 75 2.500 187500 114 100 11400
7. 22 Januari 10 1.000 10000 30 500 15000 75 2.500 187500 115 100 11500
8. 23 Januari 11 1.000 11000 30 500 15000 75 2.500 187500 116 100 11600
9. 27 Januari 9 1.000 9000 28 500 14000 74 2.500 185000 111 100 11100
10. 28 Januari 11 1.000 11000 29 500 14500 75 2.500 187500 115 100 11500
11. 29 Januari 10 1.000 10000 30 500 15000 75 2.500 187500 115 100 11500
12. 30 Januari 9 1.000 9000 30 500 15000 75 2.500 187500 114 100 11400
13. 03 Februari 10 1.000 10000 30 500 15000 75 2.500 187500 115 100 11500
14. 04 Februari 11 1.000 11000 32 500 16000 78 2.500 195000 121 100 12100
15. 05 Februari 11 1.000 11000 34 500 17000 78 2.500 195000 123 100 12300
16. 06 Februari 12 1.000 12000 34 500 17000 78 2.500 195000 124 100 12400

Jumlah 160000 240000 3000000 1840 184000


Rata-rata 10.000 15.000 187.500 115 11.500
87

Lampiran 8. Penggunaan Fungsi Kendala Selai Nanas Goreng pada Agroindustri


Abadi Periode Januari-Februari 2020

No Tanggal Bahan Baku Tenaga Kerja Modal


(Kg) (Jam) (Rp)
1. 13 Januari 23 10,9695 541.846
2. 14 Januari 24 10,3708 531.428
3. 15 Januari 24 10,9695 555.381
4. 16 Januari 25 11,7510 580.535
5. 20 Januari 25 11,3329 565.798
6. 21 Januari 24 11,1501 564.597
7. 22 Januari 25 11,5135 575.015
8. 23 Januari 25.5 11,8769 585.432
9. 27 Januari 24 10,8436 550.484
10. 28 Januari 25 11,7510 580.535
11. 29 Januari 25 11,5135 575.015
12. 30 Januari 24 11,1501 564.598
13. 03 Februari 25 11,5135 575.015
14. 04 Februari 27 12,2928 608.184
15. 05 Februari 27 12,5446 617.978
16. 06 Februari 27.5 12,9080 628.395
Jumlah 400 184,4513 9.200.236
Rata-rata 25 11,52 575.014,75
Tersedia 400 464 10.000.000
88

Lampiran 9. Perhitungan Model Kendala Bahan Baku

Buah Nanas = 100 butir 0,63 kg @ 1 buah nanas


63 kg @ 100 buah
nanas

Buah Nanas setelah 0,5 kg @ 1 buah nanas


dikupas 50 kg @ 100 buah
nanas

Kadar air yang hilang pada proses pembuatan selai % air pada Nanas :
nanas sebanyak 72% atau menyisakan nanas 36 𝑘𝑔
sebanyak 14 kg x 100% = 72 %
50 𝑘𝑔
*kadar air pada nanas sebesar 84% (Barus, 2008)

20 kg @ 100 buah
Selai Nanas Terdiri dari 14 kg nanas + 6 kg gula

40 kg @ 100 buah
Selai Nanas Goreng Terdiri dari 20 kg selai nanas + 15 kg
gula tepung + 3,5 kg minyak + 1,5
garam, gula, dll

* % nanas dalam selai nanas goreng


14 𝑘𝑔
= 40 𝑘𝑔 x 100% = 35 %

Kemasan 500 gram (X1)


35
Kandungan nanas = 100 x 500 gram = 175 gram = 0,175 kg

Kemasan 250 gram (X2)


35
Kandungan nanas = 100 x 250 gram = 87,5 gram = 0,087 kg

Kemasan 100 gram (X3)


35
Kandungan nanas = 100 x 100 gram = 35 gram = 0,035 kg
89

Lampiran 10. Perhitungan Model Kendala Jam Tenaga Kerja


Proses pengemasan = 26 detik/unit = 0,0072 jam/unit
Durasi per 100 nanas = Mengupas nanas = 2 jam
Mengaduk nanas = 52 jam
Menggoreng nanas = 4 jam
Total waktu = 58 jam
Proses awal hingga akhir sebelum pengemasan = 57 jam, sehingga
57𝑗𝑎𝑚
Kemasan 500 gram (X1) = 160 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 = 0,3562 + 0, 0072 = 0,3634 jam/unit

57𝑗𝑎𝑚
Kemasan 250 gram (X2) = 480 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 = 0,1187 + 0, 0072 = 0,1259 jam/unit

57𝑗𝑎𝑚
Kemasan 100 gram (X3) = 1200 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 = 0,0475 + 0, 0072 = 0,0547 jam/unit

Ketersediaan jam tenaga kerja per bulan :


800 nanas = 58 jam x 8
= 464 jam/bulan
90

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Lindo 6.1

MAX 20208.2 X1 + 10554.1 X2 + 2861.64 X3

SUBJECT TO

2) 0.175 X1 + 0.087 X2 + 0.035 X3 ≤ 400

3) 0.3634 X1 + 0.1259 X2 + 0.0547 X3 ≤ 464

4) 8791.8 X1 + 4445.9 X2 + 4138.36 X3 ≤ 10000000

X1 ≥ 160

X2 ≥ 480

X3 ≥ 1200
91

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Kemasan Plastik 500 gram Kemasan Plastik 250 gram

Kemasan Anyaman 100 gram


92

Buah Nanas yang Siap untuk Diolah

Proses Pembuatan Selai Nanas


93

Selai Nanas yang Sudah Dikeringkan Siap untuk Diolah


Menjadi Selai Nanas Goreng

Proses Penggorengan Selai Nanas Goreng


94

Gudang Penyimpanan

Berfoto Bersama Pemilik Agroindustri Abadi

Anda mungkin juga menyukai