SKRIPSI
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
OPTIMASI PRODUK SELAI NANAS GORENG BERDASARKAN
KEMASAN PADA USAHA KECIL “ABADI” DI DESA TANGKIT
BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM
KABUPATEN MUARO JAMBI
D1B016094
SKRIPSI
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
(D1B016094). Telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 25 November 2020
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Nim : D1B016094
1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan
2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari pihak yang diterima selama
penelitian dari penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau dinyatakan pada
3. Apabila kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam
proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiarisme di dalam skripsi ini
maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1) butir (g)
ijazah.
sekolah dasar di SDN 97/IV Kota Jambi dan lulus pada tahun 2010. Dilanjutkan
dengan menempuh pendidikan MTsN Model Kota Jambi dan lulus pada tahun
2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MAN Model
Timur pada tahun 2019. Pada tanggal 25 November 2020 penulis melaksanakan
ujian skripsi dengan judul “Optimasi Produk Selai Nanas Goreng Berdasarkan
Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi” di hadapan tim penguji dan dinyatakan lulus
1. Puji syukur atas Kehadirat ALLAH S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya
2. Teruntuk keluarga tercinta, Syafri Edi, S.P dan Itri Murniwati, S.Pd, terima
kasih untuk do’a yang tidak pernah usai, kasih sayang, cinta, kesabaran,
ketulusan, dan pengorbanan yang telah Papa dan Mama berikan kepada Adek
yang sampai kapan pun tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun. Kepada
kedua kakak tersayang, Kak Sindy Rizkika Syafri, S.T dan Kak Willy Riesty
Syafri, S.E terima kasih telah mencurahkan kasih sayang serta selalu
3. Terima kasih kepada Keluarga besar atas semua suportnya sehingga penulis
bisa menyandang gelar sarjana ini, semoga ALLAH S.W.T selalu menyertai
Skripsi I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik dan Ibu Riri Oktari Ulma,
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang tulus untuk Ibu
atas semua dedikasi yang Ibu berikan kepada penulis dan arahan serta nasihat
Mara, M.Si, dan Ibu Ir. Emy Kernalis, M.P selaku tim penguji skripsi yang
6. Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Suandi, M.Si selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Jambi, kepada Bapak Dr. Fuad Muchlis, M.Si selaku
Ketua Jurusan, Ibu Ir. Yusma Damayanti, M.Si selaku Ketua Program Studi
7. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan baru serta staf jurusan atas
bantuan pada proses administrasi selama masa studi dan proses pengurusan
skripsi.
8. Terima kasih kepada Bapak M. Saman beserta keluarga yang telah bersedia
S.P., Selvi Aulia Sandi., Iqbal Rafi Irwanto, S.P., M. Ridwan Siregar, S.P.,
10. Terima kasih kepada anggota komunitas KBC Nadya Syaphira, S.Kep., Feby
Maharani, S.Pt., Mitha Noor Azizah, S.P., Monika Tiara Darma., S.Pd., Siti
Sarah Ardani., S.Psi., Dila Risna., S.P., telah menemani berjuang sejak
jenjang Tsanawiyah
11. Terima kasih kepada Anugerah Aulia Safitri, S.M., Zahratus Sa’diah S.Si.,
Yunia Lestari, S.Hut., Febrina Anggraini, S.Si, Lilis Sundari, S.Farm, Lia
maupun duka.
12. Terima kasih kepada Keluarga Minus KKN BOPTN Kota Kandis Dendang
Darsani, S.E., Maryati Ningsih, S.E, Ina Aprillia, S.E., dan Muhammad
Toriq, S.Ip.
13. Terima kasih kepada kakak-kakak tersayang Aji Pangestu, S.P., Dody
Alfayet, S.P., Dina Mutiara Sari, S.P., Putri Kartini, S.P., Cici Susanti, S.P.,
Dina Triana, S.P., Febyola, S.P., Zahrah Qanitah, S.P, Fajar Yasin Alcania,
S.P, serta kakak dan abang senior yang tidak dapat disebutkan satu persatu
14. Terimakasih kepada adik-adik Agribisnis Indah Suryani, Alda Laila, Weni
Asratin, Zeta Liviana, Dina Sri Rezeki, Siti Sarah Almuizah, Anty Widya
15. Serta terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dan mendoakan
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Optimasi Produk
Selai Nanas Goreng Berdasarkan Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa
Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi”. Skripsi ini
merupakan syarat untuk memeperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Ibu Ir. Yusma Damayanti, M.Si. selaku dosen pembimbing I sekaligus
dosen pembimbing akademik dan Ibu Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si selaku dosen
pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk, bimbingan, dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua beserta keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan
dorongan, dukungan, dan doa serta abang kakak senior dan juga teman-teman yang
bersedia membantu dan juga menyumbangkan pikirannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih perlu penyempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pihak yang
membutuhkan dan menambah wawasan pembaca. Atas perhatian pembaca, penulis
ucapkan terima kasih.
Jambi, Desember 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 11
2.1 Konsep Agroindustri ........................................................................... 11
2.2 Nanas (Ananas comosus L.) ................................................................ 14
2.2.1 Sejarah Singkat Nanas ............................................................... 14
2.2.2 Panen Hasil dan Pengolahan Nanas Buah ................................. 15
2.3 Produksi .............................................................................................. 16
2.3.1 Konsep Produksi ....................................................................... 16
2.3.2 Faktor Produksi .......................................................................... 18
2.3.3 Biaya Produksi ........................................................................... 19
2.4 Optimasi Produksi............................................................................... 20
2.5 Linear Programming ........................................................................... 25
2.5.1 Variabel Keputusan .................................................................... 27
2.5.2 Fungsi Tujuan ............................................................................ 27
2.5.3 Fungsi Batasan ........................................................................... 28
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 31
2.7 Kerangka Pemikiran............................................................................ 33
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 36
3.1 Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 36
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data............................................. 37
3.3 Metode Analisis Data .......................................................................... 38
3.4 Konsepsi Pengukuran.......................................................................... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 47
4.1 Gambaran Umum Agroindustri Abadi................................................ 47
ii
4.1.1 Sejarah Singkat Agroindustri ..................................................... 47
4.1.2 Struktur Organisasi Agroindustri ............................................... 50
4.1.3 Denah Rumah Produksi ............................................................. 52
4.1.4 Tahapan Proses Produksi .................................................................. 53
4.1.5 Analisis Biaya Agroindustri Abadi ................................................... 56
4.2 Perumusan Model Program Linier ...................................................... 60
4.2.1 Variabel Keputusan .................................................................... 60
4.2.2 Fungsi Tujuan ............................................................................ 61
4.2.3 Fungsi Kendala .......................................................................... 62
4.3 Model Kombinasi Optimal ................................................................. 65
4.4 Alokasi Penggunaan Input .................................................................. 69
4.5 Implikasi Penelitian ............................................................................ 72
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 74
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 74
5.2 Saran ................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76
LAMPIRAN ..................................................................................................... 769
79
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
11. Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Kendala Selai Nanas Goreng ............ 71
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran ..................................................................... 35
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Provinsi Sentra Produksi Nanas di Indonesia Tahun 2011 - 2017.............. 79
vi
I. PENDAHULUAN
produksi buah-buahan dapat dipasarkan baik dalam bentuk buah segar maupun
olahan, juga dapat dikelola dalam skala besar maupun produksi di tingkat rumahan.
Menurut Gardjito (2015) buah unggul nasional merupakan buah asli berasal dari
dalam perdagangan buah di mancanegara. Buah unggul nasional ini yaitu buah
Nanas (Ananas comosus L.) merupakan buah unggul nasional yang sudah
lama dikenal karena buahnya disukai hampir seluruh masyarakat. Penyebaran pada
mulanya hanya sebagai tanaman pengisi lahan pekarangan, kemudian lambat laun
Indonesia. Pasar nanas Indonesia sudah dikenal di negara ASEAN maupun dunia.
dengan produksi 1,39 juta ton per tahun. Sebanyak 95 persen ekspor nanas dalam
bentuk olahan dan sisanya dalam bentuk segar. Negara yang dituju antara lain ke
Uni Emirat Arab, Jepang, Hongkong, Singapura, Saudi Arabia, Oman, Kanada,
Indonesia. Hal ini dikarenakan alam Indonesia beriklim tropis yang mendukung
1
2
sentra produksi nanas dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Provinsi Jambi
berada dalam lima besar provinsi sentra produksi nanas di Indonesia bersama
dengan Provinsi Lampung, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur (Lampiran
1). Provinsi Jambi menyumbang sebesar 7,56 persen produksi nanas Indonesia
selama tahun 2011-2017. Nanas yang diproduksi di Provinsi Jambi mampu bersaing
dengan provinsi lain dan memungkinkan untuk dikembangkan menjadi lebih baik.
hampir 100 persen nanas bersumber dari sini. Berikut data luas panen, produksi,
dan produktivitas nanas kabupaten/kota di Provinsi Jambi Tahun 2017 dapat dilihat
pada Tabel 1.
kabupaten dengan luas panen dan produksi terbesar dengan kontribusi sebesar 99
persen dan sisanya sebesar 1 persen disumbang oleh kabupaten lain. Luas panen
dan produksi yang tinggi tidak cukup sebagai jaminan jika tidak diikuti dengan
varietas unggul dan belum optimalnya teknik budidaya merupakan faktor yang
menyebabkan hal ini terjadi (Hadiati dan Indriyani, 2008). Namun demikian,
Kabupaten Muaro Jambi masih merupakan sentra atau pusat nanas di Provinsi
Kabupaten Muaro Jambi selain sebagai sentra budidaya nanas juga sebagai
pusat agroindustri olahan nanas lebih tepatnya berada di Desa Tangkit Baru
(Lampiran 2). Sub sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 15,38
persen terhadap ekonomi Kabupaten Muaro Jambi pada tahun terakhir dan selama
lima tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 24,31 persen dapat dikatakan
bahwa sub sektor ini merupakan sub sektor andalan yang perlu mendapat perhatian
untuk ditingkatkan. Industri yang termasuk dalam sub sektor ini diantaranya
terutama jika dilakukan diversifikasi vertikal menjadi produk lain. Pengolahan buah
nanas yaitu mengolah nanas segar menjadi bahan makanan dalam bentuk lain.
Merubah nanas menjadi produk olahan nanas merupakan ide yang muncul dari
petani atau warga setempat untuk meningkatkan nilai tambah produksi nanas.
Mudah rusak (perishable) merupakan salah satu sifat komoditas pertanian sehingga
memiliki masa simpan yang relatif singkat. Pengolahan nanas dilakukan untuk
raya atau memanfaatkan buah yang tidak memenuhi standar mutu buah segar karena
ukurannya terlalu kecil atau bentuknya abnormal. Pengolahan juga berfungsi untuk
mengubah satu jenis bahan pangan menjadi berbagai macam bentuk produk dengan
Baru agroindustri nanas sudah ada sejak tahun 1990. Pendirian agroindustri nanas
ini muncul karena pada tahun 1984 nanas mulai menghasilkan, lebih kurang ada
12.000 buah nanas/hari dan dijual harga Rp. 25/buah. Hasil panen yang melimpah
menyebabkan pasar-pasar yang ada di Kota Jambi tidak sanggup menampung dan
di sepanjang jalan Desa Tangkit Baru banyak menumpuk belum terjual. Sebagian
ibu rumah tangga setempat mengusahakan membuat selai nanas dan dodol untuk
dijual. Pada awalnya agroindustri ini masih bersifat tradisional. Hasil produksinya
belum dipasarkan keluar Kabupaten Muaro Jambi, hanya dijual di daerah sendiri.
Olahan yang dihasilkan pun masih belum bervariasi dan jumlah tenaga kerjanya
Desa Tangkit Baru. Kehadiaran industri olahan nanas rumahan membawa pengaruh
pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Tangkit Baru dan sekitarnya.
di Disperindag tahun 2019 (Lampiran 3). Ada tiga agroindustri yang memproduksi
olahan nanas, salah satunya adalah Agroindustri Abadi yang dimiliki oleh Siti Zam
Zam. Usaha ini sudah berdiri sejak 21 tahun yang lalu dan aktif berproduksi sampai
sekarang. Berdasarkan data nila-nilai dan jumlah tenaga kerja Agroindustri Abadi
tidak begitu besar dibandingkan dengan dua agroindustri olahan nanas lainnya.
Tangkit Baru, selain karena usia berdiri yang sudah lama juga didukung dengan
rumah khusus kegiatan produksi, produksi yang kontinu, dan memiliki pencatatan.
Agroindustri nanas setempat umumnya mengolah jika ada pesanan, hanya sebagian
kecil yang kontinu berproduksi sehingga tidak banyak merek olahan nanas yang
andalannya selai nanas goreng dan rambutan goreng. Pengolahan selai nanas
dilakukan saat nanas tersedia dengan harga murah, pelaku usaha akan membeli
nanas dalam jumlah banyak. Sumber buah nanas berasal dari Desa Tangkit Baru
sendiri, agroindustri akan membeli nanas paling sedikit 100 butir atau paling
banyak mencapai 1000 butir kurang lebih setara dengan 0,5 ton. 100 butir nanas
6
40 kg selai nanas goreng. Nanas kemudian diolah menjadi selai dan dapat bertahan
Abadi tetap dapat dilanjutkan dengan mengolah selai nanas yang disimpan. Selai
nanas goreng diproduksi 4 kali hari kerja dalam satu minggu. Satu kali produksi
yang dihasilkan, menjadikan daya saing satu sama lain menjadi tinggi. Sementara
suatu industri olahan nanas berskala rumah tangga memiliki batasan sumberdaya
bahan baku, tenaga kerja, dan modal. Ketiga komponen ini merupakan sumberdaya
Pertama, bahan baku sangat dibutuhkan dalam memproduksi selai nanas goreng
sebagai komponen utama. Kedua, tenaga kerja yang bertugas langsung selama
proses produksi dari awal sampai siap dijual, bagaimana dengan jumlah tenaga yang
beragam dan memakan waktu yang berbeda-beda. Ketiga, modal memiliki peran
penting sebagai unsur penggerak awal produksi dapat berjalan, tanpa modal bahan
baku tidak dapat tersedia dan tidak ada upah bagi tenaga kerja.
dan penggunaan sumberdaya yang tidak berlebih. Hal ini merupakan usaha yang
dapat dilakukan diantara persaingan dan dengan berbagai batasan yang ada dimana
7
pengadukan selai nanas masih dengan cara manual dan tenaga kerja yang terbatas.
Mengingat bahwa faktor produksi, tingkat keuntungan, dan produk yang dihasilkan
dihasilkan dari proses produksi dan meminimumkan biaya atau segala pengorbanan
berada di luar jangkauan pelaku kegiatan. Upaya mencapai tujuan tersebut, maka
kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas
diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa, 1989). Oleh karena itu,
kajian tentang optimasi usaha Agroindustri Abadi dengan segala batasan yang
dimiliki perlu dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
Kemasan pada Usaha Kecil “Abadi” di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai
prospek baik untuk dikembangkan dan ditingkatkan, dapat dipasarkan baik dalam
buah segar maupun olahan. Provinsi Jambi merupakan satu diantara provinsi sentra
produksi nanas Indonesia dimana pusat produksinya berasal dari Desa Tangkit
Baru. Mudah rusak (perishable) merupakan salah satu sifat komoditas pertanian
sehingga memiliki masa simpan yang relatif singkat. Sistem pengolahan dalam hal
ini berperan dalam usaha memperpanjang umur simpan. Pengolahan ini juga
berfungsi untuk mengubah satu jenis bahan pangan menjadi berbagai macam
8
Muaro Jambi yang mana artinya dapat diandalkan dan perlu diberikan perhatian
harga jual nanas segar di tingkat pedagang pengepul atau jika terdapat nanas yang
rendah kualitasnya, maka petani tidak perlu merasa khawatir karena petani bisa
menjual nanasnya ke agroindustri nanas. Hal ini menjadi hambatan apabila panen
nanas sedikit dan harga mahal, agroindustri olahan nanas harus menambah biaya
bahan baku atau bahkan memilih untuk menghentikan produksi sementara. Padahal
biaya lebih tersebut bisa saja digunakan untuk membeli bahan lainnya.
Mulanya ide mengolah nanas menjadi produk baru muncul dari masyarakat
menambah nilai tambah nanas. Satu per satu agroindustri bermunculan dan bersaing
baik sesama agroindustri nanas maupun olahan buah lainnya menuntut Agroindustri
kali dalam seminggu. Sekali produksi dapat mencapai 20 kg selai nanas goreng
yang dihasilkan oleh agroindustri. Selai nanas goreng dijual dalam tiga kemasan
penggunaan alat yang masih sederhana. Ada tiga sumberdaya yang digunakan dan
saling berhubungan yaitu sumberdaya bahan baku, tenaga kerja, dan modal. Ketiga
dapat terus melanjutkan produksi. Pertama, bahan baku sangat dibutuhkan dalam
memproduksi selai nanas goreng sebagai komponen utama. Kedua, tenaga kerja
yang bertugas langsung selama proses produksi dari awal sampai siap dijual,
bagaimana dengan jumlah tenaga yang tersedia dapat memporsi waktu kerja dengan
Ketiga, modal memiliki peran penting sebagai unsur penggerak awal produksi dapat
berjalan, tanpa modal bahan baku tidak dapat tersedia dan tidak ada upah bagi
tenaga kerja.
Tanpa salah satu sumberdaya, kegiatan produksi tidak dapat berjalan. Pelaku
usaha perlu meninjau tingkat produksinya apakah jumlah produksi yang dihasilkan
dapat menyesuaikan jumlah produksi ketiga kemasan selai nanas goreng sesuai
dengan pola kombinasi yang optimal. Selain itu, sumberdaya yang tersedia dapat
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam
2. Bagaimana model kombinasi kemasan produk selai nanas goreng yang dapat
Muaro Jambi?
10
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
Jambi.
industri bio-energy, industri pengolahan hasil ikutan (by product) serta industri
baku pertanian secara luas, seperti sayuran, buah, perikanan, peternakan, dan
tanaman pangan. Tujuan dari transformasi bahan baku adalah untuk menciptakan
sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimakan, meningkatkan daya simpan,
menciptakan bentuk perubahan yang lebih mudah, dan mempertinggi cita rasa atau
nilai nutrisi.
lapangan kerja bagi unskilled labour sampai skilled labour. Keterkaitan ke belakang
11
12
Menurut Santoso (2013), ada lima alasan yang mendasari agroindustri menjadi
2. Produknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga
3. Memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir (forward and
peluang besar bagi kegiatan usaha peningkatan nilai tambah produk sejak kegiatan
panen sampai pengolahan produk. Pertanian merupakan sektor yang bertumpu pada
aspek biologis dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sebagian besar ada di
pertanian di pedesaan.
13
sifatnya yang voluminous (bulky), tergantung pada alam yang pada akhirnya
2. Bersifat musiman, usaha untuk menstabilkan produk terutama bahan baku ada
daerah.
3. Mudah rusak, dan pada umumnya hanya bisa menghasilkan produk secara
agroindustri yaitu:
kegiatan industri sebagai bagian yang sama sekali terpisah dari kegiatan
Nanas adalah buah tropis dengan daging buah berwarna kuning yang
memiliki kandungan air 90 persen dan kaya akan berbagai vitamin. Tanaman ini
meter dari permukaan laut pada pH < 5 (BPTP, 2019). Tanaman nanas siap panen
saat berumur 12-24 bulan, bergantung pada jenis bibit yang digunakan. Pemanenan
buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, tahap
kedua 50%, dan tahap ketiga 25% dari jumlah tanaman yang ada. Tanaman yang
sudah berumur 4-5 tahun harus diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan
Provinsi Jambi yang mempunyai manfaat ganda baik sebagai buah segar, bahan
baku industri makanan, maupun sebagai pakan ternak. Nanas Tangkit Baru sudah
Varietas Tangkit” dan termasuk dalam golongan Nanas Queen (boediono, 2019).
Nanas Queen berukuran kecil sekitar 0,5 - 1,3 kg/butir dengan warna daging
buahnya kuning keemas-emasan tua. Nanas termasuk komoditas buah yang mudah
rusak, susut, cepat busuk. Umur buah nanas segar antara 1 sampai 7 hari, sedangkan
buah kering umur simpannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih dengan kadar air
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang berasal dari Brasilia
Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan
Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropis dan sub tropis (Soedarya, 2009).
Perkebunan nanas Kabupaten Muaro Jambi bermula sejak Syekh Muhamad datang
ke Desa Tangkit Baru pada tahun 1960-an untuk membuka lahan perkebunan nanas
(Radika, 2018).
Nanas harus dipanen setelah cukup tua atau matang pohon. Tanda buah dapat
dipanen ialah matanya telah datar dan tampak jarang, apabila dipukul (diketuk)
akan mengeluarkan suara menggema. Buah nanas yang mulai matang akan
mengeluarkan aroma yang khas. Gardjito (2015) mengatakan bahwan nanas untuk
konsumsi lokal dan ekspor 10-50 persen kulit telah berwarna kuning, sedangkan
untuk buah yang diolah, dipanen pada waktu kulit 25-65 persen berwarna kuning.
Pada umumnya masyarakat mengonsumsi buah nanas dalam keadaan segar, tetapi
nanas dapat juga dinikmati dalam bentuk lain setelah mengalami pengolahan antara
lain yaitu nanas kalengan, jus nanas, selai, dodol, asinan dll. Setelah mengalami
pengolahan bentuk lain, maka nanas tersebut memperoleh nilai tambah dan
dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh
16
berjalan dengan baik jika tersedia pasar untuk produknya. Agribisnis nanas
keuangan (misal: koperasi dan bank) membantu dalam peminjaman modal saat
sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin erat terkait dengan sektor lain.
2.3 Produksi
menjadi output. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam
proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu
produksi menghasilkan kegunaan barang atau jasa. Dari definisi diatas dapat
diketahui bahwa produksi tidak terlepas dari penggunaan sumber daya yang ada,
4. Keluaran, yaitu produk itu sendiri dalam jumlah dan mutu tertentu.
penyimpangan.
Faktor-faktor produksi adalah semua barang baik yang disediakan oleh alam
maupun yang diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi
berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Faktor-faktor produksi adalah sumber-
sumber ekonomi baik manusia maupun bukan manusia yang digolongkan ke dalam
4 (empat) kelompok yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen perusahaan
yang baik. Fungsi produksi merupakan resultan dari faktor produksi dalam suatu
yang bekerja secara bersama-sama untuk menghasikan suatu produksi, dalam teori
ekonomi setiap produksi mempunyai landasan teknis disebut fungsi produksi yaitu
ada menjadi barang atau jasa yang dapat dinikmati atau diperoleh oleh konsumen.
18
Proses produksi dapat terjadi secara terus-menerus (continous process) atau juga
Mesin hanya sedikit bervariasi karena sudah ditentukan pola dan jenisnya untuk
menghasilkan produk secara besar-besaran dari bahan mentah sampai barang jadi
dengan pola urutan yang pasti. Kegiatan tersebut berjalan terus dalam jangka waktu
lama, sedangkan proses produksi terputus terjadi karena sering terhentinya mesin
produksi dalam rangka penyesuaian dengan produk akhir yang diinginkan (Santoso,
2013).
yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi dapat
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi dimana jumlah yang digunakan
dalam proses produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar
menghendaki perubahan jumlah output. Pada kenyataannya tidak ada satu faktor
produksi pun yang sifatnya tetap secara mutlak. Faktor produksi ini tidak dapat
ditambah atau dikurangi jumlahnya dalam waktu yang relatif singkat. Input tetap
akan selalu ada walaupun output turun sampai dengan nol. Contoh faktor produksi
tetap dalam industri ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam proses
produksi.
19
Faktor produksi variabel adalah faktor produksi dimana jumlah dapat berubah
dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan.
Contoh faktor produksi variabel dalam industri adalah bahan baku dan tenaga kerja.
kegiatan usaha, biaya produksi dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap
dijual. Biaya produksi sering disebut ongkos produksi, yaitu semua pengeluaran
yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa.
Masalah biaya produksi di suatu perusahaan sering dihadapi oleh manajer produksi.
Manajer produksi harus bisa memanfaatkan biaya yang ada untuk menghasilkan
suatu nilai output yang maksimum dengan sejumlah input tertentu, atau dengan
a. Biaya privat (internal), merupakan biaya yang ditanggung oleh individu atau
secara keseluruhan, misalnya biaya polusi sebagai akibat dari kegiatan produksi.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah semua jenis biaya yang besar-kecilnya tidak tergantung
biaya tersebut, hampir semua biaya termasuk dalam kelompok biaya tidak
produksi.
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah semua jenis biaya yang besar-
sama dengan jumlah faktor produksi variabel dikalikan dengan biaya faktor
produksi. Dalam jangka panjang, pengertian biaya tetap dapat menjadi biaya
Di dalam biaya produksi terdapat biaya bersama (joint cost). Jeane (2014)
menjelaskan bahwa joint cost adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula
bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan
identitasnya. Biaya bersama (joint cost) terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik terjadi sejak input dimasukkan ke dalam proses
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam suatu kondisi tertentu.
penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada tujuan maksimisasi atau
dihasilkan dari proses produksi dan meminimumkan biaya atau segala pengorbanan
yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan. Oleh karena itu, dalam upaya
mengalokasikan sumber daya yang terbatas diantara berbagai kegiatan yang saling
mendapatkan keuntungan secara maksimal atau biaya yang minimal dari suatu
Menurut Doll dan Orazem (1978) dalam Wijaya (2008), setidaknya ada dua
syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat produksi yang optimal dalam
suatu proses produksi yaitu: pertama syarat keharusan, dimana dalam syarat
keharusan harus diketahui hubungan teknis antara dua faktor produksi yang
digunakan dalam produksi yang dihasilkan, kedua syarat kecukupan, dimana harga
faktor produksi yang dihasilkan seimbang atau elastis. Hal ini bertujuan untuk
penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum
atau minimum suatu fungsi tujuan. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai
1. Tujuan
sejenisnya. Penentuan tersebut tentu harus disesuaikan dengan apa yang akan
2. Alternatif Keputusan
terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimal atau
tersedia. Optimasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala pada fungsi
tujuan diperhatikan karena turut menentukan titik maksimum dan minimum fungsi
adalah menentukan fungsi tujuan dimana variabel tidak bebas merupakan objek
maksimisasi atau minimisasi dan kelompok variabel bebas merupakan objek yang
besarnya dapat dipilih untuk tujuan optimasi. Kelompok variabel bebas disebut juga
variabel keputusan. Setelah fungsi tujuan kemudian menentukan metode yang akan
menjelaskan optimasi berkendala ini, salah satu metode yang dapat digunakan
Menurut Mulyono (1991) pembentukan model yang cocok hanya salah satu
tahap dari aplikasi Riset Operasional. Pola dasar penerapan riset operasional
1. Merumuskan masalah
instrumen.
2. Pembentukan model
model yang paling cocok untuk mewakili sistem. Model merupakan ekspresi
keputusan. Jika model yang dihasilkan cocok dengan salah satu model
matematik yang biasa (misalnya linier), maka solusinya dapat dengan mudah
rumit untuk penerapan solusi analitik, maka suatu model probabilita mungkin
matematik dan probabilitas. Ini tentu saja tergantung pada sifat-sifat dan
Pada tahap ini bermacam-macam teknik dan metode solusi kuantitatif yang
4. Validasi model
sistem yang diwakili. Suatu metode yang biasa digunakan untuk menguji
lalu yang tersedia. Model dikatakan valid jika dengan kondisi input yang
Masalahnya adalah bahwa tidak ada yang menjamin performance masa depan
Tahap terkahir adalah menerapkan hasil model yang telah diuji. Hal ini
dan hubungannya dengan realitas. Suatu tahap kritis pada tahap ini adalah
terbatas secara optimal atau suatu teknik matematik dalam menentukan alokasi
optimum. Dari produksi optimum inilah secara ekonomis akan tercapai pendapatan
masalah yang dihadapi. Kata sifat linear berarti bahwa semua fungsi matematis
dalam model ini harus merupakan fungsi-fungsi linear. Kata programing disini
adalah membuat rencana kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal, ialah
suatu hasil yang mencapai tujuan yang ditentukan dengan cara yang paling baik
2019).
tujuan yang dicapai. Pada proses pemodelan, penemuan variabel keputusan tersebut
harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala-
menaksir pengaruh tujuan dalam pemilihan nilai keputusan variabel yang berbeda.
Dalam model Linear Programming, tujuan yang hendak dicapi harus diwujudkan
yang hendak dicapai oleh perusahaan, minimasi biaya distribusi, dan sebagainya.
jumlah produk dengan harga per unit, penerimaan dua dan tiga ditentukan dengan
1991).
Dengan syarat :
Keterangan :
variabel keputusan
(Aminuddin, 2005):
Keterangan :
keluaran kegiatan j
kegiatan.
1. Fungsi yang akan dicari nilai optimalnya (Z) disebut fungsi tujuan (objective
function)
𝑥𝑗 ≥ 0
terbentur pada berbagai hal, maka diperlukan asumsi-asumsi dasar program linear
sebagai berikut:
sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan
2. Additivity, berarti nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau
lain.
variabel yang dipandang tepat untuk mewakili keadaan terntentu. Selain itu
kemampuan komputer untuk mengolah data yang banyak dengan cara yang efisien,
model Linear Programming dapat dibuat seluas mungkin tanpa khawatir terhadap
dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan dampaknya dapat segera diketahui.
dengan data perubahan biaya yang diluangkan per unit. Sehingga berbagai
tercapai dan fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau
Lampung dengan Metode Simpleks (Studi Kasus Industri Rumahan Kopi Bubuk
dan berbantu software lintarmizido 6.1 maka dapat disimpulkan Industri Rumahan
Kopi Bubuk Asli Lampung akan memperoleh hasil optimal jika memproduksi kopi
bubuk dengan kemasan yang bagus sebanyak 46 kemasan dan kopi bubuk dengan
Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan pelaku usaha agroindustri tahu akan
berproduksi pada tingkat optimalnya yaitu 339.242,1 unik untuk tahu besar dan 0
unit untuk tahu kecil. Sumberdaya aktif pada kondisi optimal adalah sumberdaya
jam kerja tenaga kerja, sumberdaya jam kerja mesin giling, dan sumberdaya modal
termasuk ke dalam sumberdaya pasif atau berlebih. Sumberdaya aktif asam tahu
memiliki dual value 11.239,12 dan nilai slack sama dengan nol menunjukkan
bahwa jika asam tahu ditambah satu satuan (liter) maka keuntungan yang diperoleh
kerja, jam kerja mesin giling, dan ketersediaan modal merupakan sumberdaya pasif
atau berlebih.
32
kilogram untuk selai stroberi dan 20 kilogram untuk sirup stroberi. Berdasarkan
penggunaan tenaga kerja adalah 24 JKO untuk dodol stroberi, 4 JKO untuk selai
stroberi dan 4 JKO untuk sirup stroberi, sehingga dengan 30 kilogram dodol
stroberi, 12 kilogram selai dan 17,5 kilogram (≈35 botol) sirup stroberi, diperoleh
bahan baku adalah 39,67 kilogram untuk dodol stroberi, 40,33 kilogram untuk sirup
kerja adalah 23,86 JKO untuk dodol stroberi, 8,14 JKO untuk sirup stroberi,
sehingga dengan 29,83 kilogram dodol stroberi dan 35,37 kilogram (≈71 botol)
Damayanti dan Riri (2019) dengan judul Penentuan Cabang Usahatani Padi,
Jagung, dan Kedelai yang Optimum Melalui Pola Diversivikasi dengan Pendekatan
terdapat 3 (tiga) pola tanam yang potensi untuk dioptimalkan dengan tetap
memperhatikan kendala yang sama dari ketersediaan tenaga kerja dan modal
dimana pola I; padi, jagung dan kedelai potensi untuk diusahakan pada MT I, MT
II dan MT III, pola II; padi diusahakan pada MT I, sedangkan jagung dan kedelai
potensi diusahakan pada MT II dan III seluas 3,2 ha. Pola tanam III; padi di MT I,
jagung di MT II dan kedelai di MT III. Dari ketiga pola tanam, komoditi padi dan
jagung dinilai optimal untuk dikembangkan oleh petani di daerah penelitian. Paling
33
optimal adalah pola tanam I, kemudian pola tanam model II dan III. Dari hasil
optimasi ternyata pola tanam yang dilaksanakan petani ini sudah optimal, tetapi
tingkat optimalnya masih lebih rendah dari pola tanam I dan pola tanam II.
home industry nanas di desa Tangkit Baru semula pada tahun 1990 hanya
berubah menggunakan tenaga mesin dalam mengolah olahan buah nanas. Home
industy nanas di desa Tangkit Baru merupakan industri rumah tangga yang semula
hanya dikerjakan oleh pemilik usaha. Perkembangan home industry nanas di desa
Tangkit Baru dapat berkembang karena di dukung oleh empat faktor produksi yaitu:
faktor modal, sumber daya alam, tenaga kerja dan faktor kewirausahaan.
ekonomi masyarakat dan telah memberi perubahan untuk daerah setempat. Dengan
adanya home industry ini mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan juga
Nanas dapat dikonsumsi baik dalam bentuk buah segar maupun dalam bentuk
olahan. Provinsi Jambi merupakan salah satu sentra produksi nanas di Indonesia.
Pusat perkebunan nanas berada di Kabupaten Muaro Jambi, nanas yang dihasilkan
dijual dalam kota dan juga ke luar kota. Lebih spesifiknya berada di Desa Tangkit
Baru yang sudah tidak asing lagi jika disandingkan dengan buah nanas. Selain
sebagai sentra perkebunan nanas juga pusat agroindustri olahan nanas. Agroindustri
34
olahan nanas dibentuk dengan harapan menjadi solusi untuk mengatasi risiko sifat
produk pertanian yang mudah rusak serta meningkatkan nilai tambah. Optimasi
sekitarnya.
Dimana kerangka berpikir mempunyai arti suatu konsep pola pemikiran dalam
perumusan fungsi tujuan, dan perumusan fungsi kendala atau batasan. Di dalam
penelitian ini diambil tiga variabel selai nanas goreng dalam berbagai kemasan,
yaitu kemasan plastik 500 gram (X1), kemasan plastik 250 gram (X2), dan kemasan
anyaman 100 gram (X3). Setelah diketahui variabel kemudian menentukan kendala-
kendala yang ada dalam produksi yaitu kendala bahan baku, tenaga kerja dan modal.
Bahan baku yang diperhatikan disini berupa daging buah nanas. Kendala seperti
bahan penunjang dan jam kerja mesin tidak diperhitungkan karena tidak begitu
banyak digunakan.
ada fungsi tujuan yang diperoleh, maka fungsi tujuan yang diteliti harus ditentukan
terlebih dahulu. Ketiga komponen tersebut dalam bentuk fungsi model diolah
menggunakan suatu program perangkat lunak Lindo versi 6.1. Kemudian akan
didapatkan model kombinasi dan alokasi penggunaan input yang optimal, untuk
dapat dibuat bagan alir kerangka pemikiran optimasi produk selai nanas
berdasarkan kemasan pada Agroindustri Abadi yang dapat dilihat pada Gambar 1.
sebagai berikut.
Agroindustri
“Abadi”
Variabel Keputusan
Fungsi Kendala
Bahan baku (kg)
Fungsi Tujuan
Tenaga kerja (jam)
Modal (Rp)
Formulasi Model
Linear Programming
Optimasi Menggunakan
Lindo Versi 6.1
Keuntungan Maksimum
Penelitian ini dilakukan pada Agroindustri Abadi dengan fokus kajian aspek
Abadi merupakan usaha olahan nanas yang kontinu berproduksi lebih dari 20 tahun
dan memiliki pencatatan biaya produksi. Selain itu selai nanas goreng yang
Penelitian ini berfokus pada produk berupa selai nanas goreng yang kemudian
dikemas dalam tiga jenis kemasan berbeda ukuran dan harga. Terdiri dari kemasan
plastik ukuran 500 gram, kemasan plastik 250 gram, dan kemasan anyaman 100
gram. Selai nanas diperoleh melalui proses pencampuran nanas dengan gula selama
4 jam untuk dapat menghasilkan selai yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang
lama. Selai nanas kemudian menjadi isian bagi selai nanas goreng dengan dicampur
dengan bahan pendukung lainnya dan digoreng. Untuk memperoleh data yang
biasa. Sehingga data yang digunakan pada penelitian ini adalah data saat
tanggal 13 Januari sampai 06 Februari 2020. Pada periode ini musim produksi nanas
dan selai nanas goreng normal, sehingga periode satu bulan mewakili untuk
36
37
pada penelitian ini adalah data satu bulan dimana total proses produksi sebanyak 16
kali. Untuk kepentingan analisis dan penarikan kesimpulan dalam penelitian ini
dikumpulkan beberapa data yang dinilai berhubungan dengan judul penelitian, yaitu
sebagi berikut :
7. Modal (Rp/Bulan)
1. Data Primer
Data primer untuk penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara
dengan pelaku usaha Agroindustri Abadi. Observasi yaitu metode pengamatan dan
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan studi kepustakaan. Sumber
Badan Pusat Statistik, BPTP (Balai Penelitian Teknologi Pertanian) Provinsi Jambi,
38
berbagai instansi terkait di Kabupaten Muaro Jambi, serta penelitian terdahulu dan
meliputi sejarah berdiri, struktur organisasi, denah, tahapan proses produksi, dan
biaya. Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga
keputusan yang diteliti lebih dari dua dan batasan lebih dari satu akan sulit apabila
dilakukan perhitungan manual, sehingga digunakan bantuan alat analisis Lindo 6.1.
Linear Programming adalah salah satu teknis analisis dari kelompok teknik
mencari, memilih dan menentukan alternatif yang terbaik dari sekian alternatif
grafis. Soekartawi et al., (1986), menyatakan bahwa setiap penyelesaian cara Linear
bentuk model fungsi variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala.
1. Variabel Keputusan
keputusan. Variabel keputusan yang digunakan adalah tiga jenis kemasan selai
2. Fungsi Tujuan
perkalian antara jumlah produk dengan harga per unit. Pada penelitian ini optimasi
analisis Linear Programming. Langkah selanjutnya dapat dicari nilai dari total
Dimana:
mencari nilai koefisien (Cn) fungsi tujuan di atas, maka dihitung nalisis biaya.
perhitungan di dalam analisis biaya untuk dapat menentukan biaya dan keuntungan,
a. Biaya Total
Biaya total dihitung dengan menentukan total biaya yang dikeluarkan yakni
Dimana :
Adapun biaya tetap dan biaya variabel dapat dicari dengan perhitungan
berikut :
Biaya tetap adalah semua biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
Dimana :
alat setiap proses produksi sepanjang umur ekonomis dengan menggunakan rumus:
(Pb – Ps)
∑ TD = ...................................................................................... (7)
t
Dimana :
Biaya variabel adalah semua biaya yang besar kecilnya tergantung dari
Dimana :
b. Penerimaan
didapat dari jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga satuan produksinya
∑ TR = ∑ P . Q............................................................................................. (9)
42
Dimana :
c. Analisis Keuntungan
Dimana :
3. Fungsi Kendala
terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada.
Sumberdaya yang menjadi fungsi kendala dalam penelitian ini yaitu batasan bahan
baku berupa nanas, batasan jam kerja tenaga kerja, dan batasan ketersediaan modal.
Berikut adalah model perumusan program linier secara matematis dari kendala :
Dimana:
dalam bentuk program linier dibantu dengan software Lindo 6.1. Kemudian
menyusun laporan dari penelitian yang dilakukan beserta dengan hasil perhitungan
yang diperoleh. Hasil pengolahan melalui software Lindo 6.1 dilakukan dengan
analisis primal dan analisis dual. Berdasarkan hasil analisis primal dapat diketahui
kombinasi produk yang terbaik yang dapat menghasilkan laba yang maksimum.
perusahaan melalui nilai slack atau surplus. Analisis dual juga menunjukkan nilai
dual price yang menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan
apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Kriteria slack/surplus dan dual
• Slack/surplus > 0 dan nilai dual price = 0 maka sumberdaya dikatakan berlebih.
• Slack/surplus = 0 dan nilai dual price > 0 maka sumberdaya dikatakan telah habis
yaitu:
1. Produksi adalah total kemasan produk selai nanas goreng yang dihasilkan
Agroindustri Abadi terbagi menjadi tiga ukuran kemasan plastik 500 gram,
kemasan plastik 250 gram, dan kemasan anyaman 100 gram nanas dihitung
2. Kemasan digunakan untuk mengemas selai nanas goreng yang telah selesai
melalui beberapa proses produksi dan siap dipasarkan dalam periode satu
3. Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yaitu
berupa daging buah nanas. Nanas yang digunakan sebagai bahan baku adalah
buah nanas yang sudah dibuang kulitnya dan siap untuk diolah dengan mesin
ini adalah kemasan plastik 500 gram (X1), kemasan plastik 250 gram (X2),
dan kemasan anyaman 100 gram (X3). Nilai yang digunakan adalah satuan
Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan yaitu selai nanas yang tersedia
kilogram (Kg/bulan)
Modal
7. Harga produksi adalah harga jual selai nanas goreng sesuai ukuran kemasan
8. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dalam
periode satu bulan. Biaya berupa bahan baku, bahan penunjang, kemasan,
alat, gaji tenaga kerja dalam satuan nilai mata uang rupiah (Rp/bulan).
46
9. Biaya tetap (Fixed Cost) berupa biaya yang penggunaannya tidak habis dalam
satu masa produksi selai nanas goreng berdasarkan kemasan, seperti biaya
10. Biaya tidak tetap (Variable Cost) berupa biaya yang habis pakai dalam masa
satu kali produksi, seperti biaya bahan baku dan upah tenaga kerja (Rp/bulan)
11. Biaya total mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
12. Penerimaan berupa ukuran hasil kali perolehan yang didapat dari jumlah
produk olahan buah dan kue kering dengan produk andalan selai nanas goreng.
Lokasinya terletak di Jl. Syekh Muh. Said I RT.04 RW.02 Desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Desa Tangkit Baru tidak
dipungkiri lagi dikenal sebagai sentra nanas Provinsi Jambi hampir sebagian besar
wilayah di Desa Tangkit Baru merupakan area perkebunan nanas dan pusat industri
olahan nanas.
Agroindustri Abadi mulai dirintis pada tahun 1999 oleh pemilik sekaligus
pencetus ide yaitu Ibu Siti Zam-zam. Awal mula Agroindustri Abadi didirikan
karena pada tahun 1990-an produksi nanas melimpah, ketersediannya untuk dijual
ke pasar banyak berlebih, sedangkan buah nanas sendiri sebagai produk pertanian
tidak bisa tahan lama atau jika ditimbun terlalu lama akan membusuk (perishable).
Untuk mengatasi kelebihan nanas tersebut pemilik berusaha agar nanas dapat
disimpan dengan aman dan dapat dikonsumsi dengan waktu simpan yang lama yaitu
dengan mengolahnya menjadi selai nanas. Ketika harga nanas sedang murah pelaku
industri akan membeli dalam jumlah besar kemudian diolah menjadi selai. Selai
nanas dapat bertahan sampai satu tahun lamanya dan selanjutnya dicampurkan
dengan bahan pendukungnya untuk menjadi selai nanas goreng. Inisiatif ini muncul
dari beliau sendiri dengan otodidak melalui percobaan berulang kali mengolah
nanas menjadi sebuah produk makanan ringan yang tahan lama, hanya didukung
oleh kemauan keras dan kemampuan manajemen serta modal seadanya. Pada awal
47
48
usaha ini berjalan hanya melibatkan anggota keluarga dalam menjalankan proses
tenaga kerja dari luar keluarga. Jumlah tenaga kerja tetap yang ada saat ini sejumlah
lima karyawan. Modal awal memulai usaha hanya bersumber dari modal sendiri,
pernah mengikuti program bantuan modal oleh bank namun tidak dilanjutkan
karena dirasa tidak menguntungkan. Saat ini, selai nanas goreng setiap bulannya
Suplai bahan baku pokok nanas diperoleh dari petani nanas setempat. Tidak
ada kriteria khusus nanas yang dibeli untuk diolah, mulai dari ukuran sampai warna.
Termasuk nanas yang dikenal petani setempat nanas jakarta, terbilang masih muda
dengan warna hijau juga digunakan. Nanas tidak harus utuh bagus, ada bagian yang
sudah busuk karena tertimpa masih dapat digunakan. Bagi agroindustri olahan
buah, buah seperti ini tidak masalah bagaimana fisiknya karena nantinya daging
buah akan dihancurkan. Untuk harga, Agroindustri Abadi mengikuti harga pasaran,
selagi masih dalam ukuran murah yaitu kisaran harga Rp 2.500 - Rp 3.000.
kacang hijau goreng, awalnya produk tersebut hanya dipasarkan di toko dan rumah
oleh-oleh yang ada di Kota Jambi. Pada tahun 2004 atas permintaan pasar, produk
yang diproduksi dirubah menjadi selai nanas goreng original tanpa campuran rasa
lain, produk inilah yang mengangkat nama Agroindustri Abadi dengan memperluas
pasar memasuki swalayan besar di Kota Jambi seperti Jambi Prima Mall, Mandala,
Meranti, Abadi Swalayan, Mall Kapuk, Kios Oleh-oleh Bandara Sultan Thaha,
Dekranasda, dan tersebar di berbagai Pusat Oleh-oleh Khas Jambi. Selain itu juga
produk baru mulai dari olahan buah rambutan goreng dan keripik pisang, olahan
makanan dari ikan, sampai aneka kue lebaran seperti nastar, coklat kacang, dan
karamel kacang. Produk yang kontinu diproduksi hingga sekarang yaitu olahan
buah selai nanas goreng dan rambutan goreng. Pengerjaan dilakukan empat kali
Industri pengolahan nanas yang ada di Desa Tangkit Baru pada umumnya
melakukan kegiatan produksi di tempat yang sama dengan rumah pemilik. Berbeda
yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari rumah pemilik. Keunggulan lain yang
dimiliki adalah memiliki kiosnya sendiri, yaitu Kios Abadi yang dapat ditemui di
jalan masuk menuju pusat Desa Tangkit Baru. Selain menjual produknya sendiri,
ada beberapa produk dari agroindustri nanas lain yang dijual disana. Tidak hanya
lokal di Jambi, selai nanas goreng Agroindustri Abadi dijual ke luar kota salah
satunya ke Tanah Abang dijual dalam ukuran curahan. Agroindustri Abadi memiliki
Abadi telah memiliki surat izin dari berbagai instansi sebagai berikut.
sederhana. Pemilik usaha dibantu dengan sang suami dan anak menjalani
Agroindustri Abadi dan membagi peran ke dalam beberapa tupoksi. Untuk lebih
Pemilik
Penanggung Jawab
M. Saman
berikut :
1. Pemilik
Tidak ada tugas tertentu bagi pemilik, pemilik disini dimaksudkan sebagai
yang dihasilkan.
51
2. Penanggung Jawab
3. Bagian Administrasi
4. Bagian Produksi
gudang, pengolohan, sampai produk siap untuk dipasarkan. Selain itu juga
5. Bagian Pemasaran
(4)
(5)
(1) (2) Ruang Pengemasan
Ruang Gudang
Produksi
(3)
Penyimpanan Bahan Baku (6) (6)
Gudang Gudang
Produksi Produksi
produksi yang terdiri dari 2 bangunan yaitu bangunan tempat pengolahan awal
menjadi selai nanas dan bangunan pengolahan akhir menjadi produk selai nanas
goreng siap jual. Untuk lebih jelas fungsi masing-masing ruang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Ruang Produksi
2. Gudang
stok selai nanas yang telah dikeringkan. Selai nanas disimpan di dalam ember-
ember besar dan dapat bertahan hingga satu tahun, selai ini yang kemudian
Buah nanas yang dibeli diletakkan di teras agar mudah dalam pengangkutan
4. Tangki Air
5. Ruang Pengemasan
produksi dari selai nanas menjadi selai nanas goreng dan kemudian dikemas.
6. Gudang Produksi
produk selai nanas goreng yang telah dikemas siap untuk diantar jika
1. Pengupasan
dalam keranjang untuk dibersihkan, cuci hingga bersih dengan air uang
mengalir.
54
2. Penggilingan
3. Pembuatan Selai
Nanas yang sudah dihaluskan dicampurkan dengan gula pasir ke dalam kuali
yang sudah dipanaskan dengan api sedang dan diaduk terus menerus sampai
matang merata kurang lebih 4 jam. Cetak adonan dengan loyang persegi
4. Penjemuran
Selai yang telah dibungkus dijemur selama ± 2-3 hari, tergantung dengan
suhu selai sehingga tahan lama. Selai nanas siap untuk dijadikan isian nanas
goreng.
5. Penggorengan
sampai tercampur secara merata. Celupkan selai nanas yang sudah mengering
tadi satu persatu ke dalam adonan dan goreng dalam minyak goreng dengan
suhu sedang untuk penggorengan tahap pertama. Setelah matang angkat selai
6. Penirisan
Selai nanas goreng yang telah jadi dimasukkan ke dalam alat pengering
(spinner) dan dibiarkan selama beberapa menit sampai minyak yang ada di
7. Pengemasan
Masukkan selai nanas goreng ke dalam beberapa kemasan beda ukuran, yaitu:
Alur tahapan proses produksi selai nanas goreng dapat digambarkan dalam
Pengupasan
Penggilingan
Pembuatan Selai
Penjemuran
Penggorengan
Penirisan
Pengemasan
biaya yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya
penyusutan input tetap dan biaya lainnya. Pengeluaran investasi Agroindustri Abadi
digunakan untuk setiap produksi dan dihitung setiap penggunaan satu bulan
yaitu (1) Pisau adalah alat yang digunakan untuk mengupas dan memotong nanas
dengan harga sebesar Rp 40.000. (2) Baskom adalah tempat menaruh bahan baku
nanas setelah dihancurkan dengan mesin penggiling dengan harga Rp 25.000. (3)
Keranjang adalah tempat yang digunakan untuk menyuci nanas setelah dikupas agar
mudah dalam meniriskan airnya, dengan harga Rp 35.000. (4) Mesin penggiling
adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan nanas agar memudahkan proses
membuat selai, dengan harga Rp 5.000.000. (5) Kompor adalah alat yang digunakan
untuk menggoreng selai nanas goreng, dengan harga Rp 250.000. (6) Wajan adalah
tempat dengan ukuran besar yang digunakan untuk mengolah nanas yang telah
dihancurkan menjadi selai nanas, dengan harga Rp 900.000. (7) Kuali adalah tempat
yang digunakan untuk menggoreng selai nanas goreng dengan harga sebesar Rp
20.000. (8) Pengaduk kayu adalah alat yang membantu dalam proses pembuatan
selai, dengan harga Rp 30.000. (9) Loyang adalah tempat yang digunakan untuk
mencetak selai nanas, dengan harga Rp 15.000. (10) Ember adalah tempat
penyimpanan selai nanas setelah dijemur dengan wadah tertutup agar selai aman
dan tahan lama, dengan harga Rp 60.000. (11) Alat pengering /spiner adalah alat
57
yang digunakan untuk menyerap minyak dari selai nanas goreng yang telah
Harga perolehan didapat dari perkalian harga dengan jumlah unit yang
dimiliki, sedangkan nilai sisa merupakan 10 persen dari nilai sekarang. Umur
ekonomis adalah lama tahannya alat dan nilai penyusutan didapat dari hasil
pengurangan nilai sekarang dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur
Agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 286.750. Adapun biaya tetap yang digunakan
1 Penyusutan 286.750
Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan
Agroindustri Abadi terdiri dari penyusutan dan biaya lainnya. Biaya lainnya yaitu
mencakup biaya listrik dan biaya air. Adapun penggunaan listrik untuk penerangan
dan mesin penggiling, sedanngkan air digunakan untuk mencuci nanas dan
peralatan serta kebutuhan kamar kecil. Didapatkan bahwa total biaya tetap yaitu
sebesar Rp 346.750. Selain biaya tetap ada pula biaya tidak tetap atau biaya
variabel, nominal biaya variabel tidap tetap sewaktu-waktu dapat berubah naik atau
Biaya Variabel
No Nama Barang Jumlah Satuan Harga (Rp)
(Rp/Bulan)
1 Bahan Baku 400 Kilogram 2.500 2.000.000
2 Bahan Penunjang 8 Paket 62.000 496.000
3 Upah Tenaga Kerja 5 Orang 260.000 2.080.000
4 Label Merek 1840 Buah 100 184.000
Kemasan :
5 Plastik 500 gram 160 Buah 1.000 160.000
6 Plastik 250 gram 480 Buah 500 240.000
7 Anyaman 100 gram 1200 Buah 2.500 3.000.000
Total Biaya Variabel (TVC) 8.160.000
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
dikeluarkan oleh Agroindustri Abadi adalah sebesar Rp 8.160.000 per bulan. Biaya
penunjang, upah, dan kemasan. Nanas yang digunakan pada periode Januari-
Februari ada sebanyak 800 butir nanas atau dikonversikan ke dalam ukuran berat
sebesar 400 kilogram. Bahan penunjang terdiri dari gula, tepung, minyak, mentega
dan bumbu tambahhan seperti vanili, garam, dan penggaring. Biaya produksi
dihitung per setiap 100 butir nanas, sehingga untuk 800 butir nanas ada 8 paket
bahan penunjang yang digunakan. Begitu pula upah tenaga kerja, setiap 100 butir
nanas pekerja diupah Rp 260.000 untuk lima pekerja, sehingga untuk 800 butir
nanas upah tenaga kerja dikalikan 8. Biaya label merek ada sejumlah 1840 buah
penggunaan biaya kemasan atau 41,7 persen dari total biaya variabel. Kemasan
anyaman memiliki biaya yang besar Rp 3.000.000 per bulan. Hal ini dikarenakan
kemasan ini bukan buatan sendiri melainkan dibeli dalam bentuk jadi dari
59
pengrajin. Perbedaan ketiga kemasan ada pada berat dan jenis kemasan. Semakin
harga masing-masing produk yang berbeda kemasan, dapat dilihat pada Tabel 4.
sebagai berikut.
per bulan. Volume produksi sebesar 1.840 pcs kemasan per bulan. Adanya
paling banyak diproduksi diminati pasar karena murah dan kemasannya menarik
cocok untuk buah tangan. Masing-masing selai nanas goreng kemasan 500 gram,
250 gram, dan 100 gram dijual dengan harga Rp 29.000, Rp15.000, dan Rp 7.000.
penerimaan (TR) dikurangi total biaya (TC) dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini.
60
dikeluarkan selama proses produksi. Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa total
total dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Adapun dengan penerimaan sebesar
dalam suatu model fungsi. Untuk dapat diolah terlebih dahulu data yang sudah
linier terdiri dari variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi kendala.
Produk yang dihasilkan oleh Agroindustri Abadi adalah selai nanas goreng
dengan berbagai variasi kemasan yaitu kemasan plastik aluminium foil ukuran 500
gram, kemasan plastik alumunium foil ukuran 250 gram, dan kemasan anyaman
ukuran 100 gram. Jumlah produksi per bulan ketiga produk tersebut merupakan
model dapat terbentuk tiga variabel keputusan yang akan dicari kombinasi produksi
optimalnya, yaitu:
61
maksimum dan untuk mencapai tujuan tersebut pelaku usaha harus memiliki
perencanaan produksi yang baik. Salah satu bagian yang penting dari perencanaan
produksi bagi Agroindustri Abadi adalah perencanaan jumlah produk selai nanas
kombinasi tingkat produksi yang optimal dari produk yang dihasilkan. Untuk
mengetahui kombinasi produksi yang optimal dari ketiga kemasan selai nanas
goreng, terlebih dahulu dirumuskan model fungsi tujuan. Perlu diketahui biaya dan
Hasil keuntungan total yang diterima dari selai nanas goreng dalam satu bulan
diperoleh dari selisih penerimaan selai nanas goreng masing-masing kemasan (TR)
dengan biaya total selai nanas goreng per satu bulan produksi. Biaya total masing-
masing kemasan (TC) didapat dengan menjumlahkan biaya tetap, bahan baku, biaya
dan X3. Keuntungan per unit dapat diketahui dengan membagi keuntungan total
dengan jumlah unit setiap kemasan per bulan. Hasil perhitungan keuntungan dari
tiga jenis kemasan selai nanas goreng per bulan yang diperoleh Agroindustri Abadi
Nilai koefisien dari model di atas merupakan keuntungan per satu unit jenis
kemasan selai nanas goreng yang diperolah dari hasil penjualan pelaku usaha. Nilai
keuntungan diperoleh dari selisih antara harga jual dengan biaya produksi per unit
baku karena tanpa tersedianya bahan baku maka proses produksi tidak dapat
berlangsung. Proses produksi selai nanas goreng membutuhkan bahan baku berupa
daging buah nanas yang sudah dibuang kulitnya. Selama satu tahun nanas yang
tersedia dapat mencapai 100.000 butir nanas dengan 3 kali produksi menjadi selai
nanas dan apabila ditotalkan diperlukan waktu selama 100 hari atau ± 3 bulan.
Proses pengolahan menjadi selai nanas tidak dilakukan terus menerus, hanya pada
800 butir atau dikonversikan menjadi 400 kg nanas potong. Untuk kemasan X1
terpakai 200 butir atau 100 kg nanas potong menghasilkan 80 kg selai nanas goreng,
X2 dan X3 sama-sama terpakai 300 butir atau 150 kg nanas potong menghasilkan
120 kg selai nanas goreng. Adapun fungsi kendala bahan baku daging buah nanas
Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku ini merupakan
jumlah daging buah nanas yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit masing-
masing kemasan selai nanas goreng yang diproduksi dalam satu bulan. Kebutuhan
daging buah nanas yang digunakan untuk kemasan X1, X2, dan X3 per unit per
bulannya yaitu masing-masing sebesar 0,175 kg, 0,087 kg, dan 0,035 kg. Nilai
sebelah kanan (right hand side) fungsi kendala merupakan jumlah rata-rata
kapasitas gudang yang disediakan pelaku usaha Agroindustri Abadi yaitu sebanyak
400 kg.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam usaha
Agroindustri Abadi. Jumlah tenaga kerja tetap ada sebanyak 5 orang dengan jam
kerja 7 jam per hari. Jumlah tenaga kerja dapat bertambah hinggal 10 pekerja
dibutuhkan untuk produksi dalam jumlah besar pada bulan puasa sampai menjelang
hari lebaran. Fungsi kendala jam tenaga kerja dari model program linear dapat
Koefisien variabel ruas kiri merupakan rata-rata jam kerja tenaga kerja yang
X2, dan X3 memerlukan waktu produksi selama 0,3634 jam, 0,1259 jam, dan 0,0547
jam dengan satuan per jam per unit. Rata-rata jam kerja diperoleh dari total
pengemasan dibagi jumlah unit produksi ketiga kemasan yang dihasilkan dalam
satu bulan. Satu kali proses pembuatan selai nanas goreng memerlukan waktu
selama 58 jam, dimulai dari mengupas sampai mengolah 100 butir nanas menjadi
40 kg selai nanas goreng memakan waktu 57 jam, sisa 1 jam digunakan untuk
mengemas selai nanas goreng. Estimasi waktu untuk mengemas satu kemasan
adalah selama 26 detik. Nilai ruas kanan kendala (right hand side) merupakan
jumlah rata-rata jam kerja yang tersedia dalam satu bulan yaitu 464 jam per bulan.
Kredit, namun karena dirasa tidak menguntungkan bagi pelaku usaha, Agroindustri
memutar keuntungan yang didapat dari produksi sebelumnya. Modal yang dimiliki
oleh pelaku usaha terbatas jumlahnya, sehingga produksi yang dihasilkan dibatasi
oleh jumlah modal per bulannya. Agroindustri Abadi memiliki modal rata-rata per
kemasan X1, 480 unit kemasan X2, dan 1200 unit kemasan X3. Fungsi kendala
ketersediaan modal dari model program linier dapat dirumuskan sebagai berikut:
modal produksi per unit ketiga jenis kemasan selai nanas goreng. Nilai modal per
kemasan dibagi dengan masing-masing jumlah produksi per bulan yang telah
Tabel 7. Modal Per Unit Kemasan Selai Nanas Goreng Periode Januari-
Februari 2020
kemasan X3 sebesar Rp 4.138,36 per unit. Besarnya modal yang tersedia dalam satu
bulan produksi menjadi nilai ruas kanan kendala (right hand side).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mencari tingkat
ditetapkan berupa jumlah produksi selai nanas goreng dalam tiga jenis kemasan.
jumlah unit kemasan yang tepat pada masing-masing kemasan X1, X2, dan X3 yang
Analisis Primal
diperoleh kombinasi produksi selai nanas goreng kemasan 500 gram yaitu 160 unit,
kemasan 250 gram sebanyak 815,87 unit atau dibulatkan menjadi 816 unit, dan
kemasan anyaman 100 gram sebanyak 1200 unit. Kombinasi ini mampu
perbandingan output dan keuntungan antara kondisi aktual dengan hasil analisis
aktualnya. Apabila pelaku usaha berproduksi pada tingkat optimal ini akan
mencapai keuntungan optimal tersebut dalam satu bulan produksi selai nanas
67
goreng kemasan 250 gram perlu ditambah sebanyak 336 unit menjadi 816 unit,
sedangkan kemasan 500 gram dan 100 gram sudah mencapai jumlah yang optimal
yaitu masing-masing 160 unit dan 1200 unit. Kemasan 500 gram dan 100 gram
kondisi optimalnya sama dengan aktual, sedangkan kemasan 250 gram kondisi
optimal lebih besar daripada kondisi aktual. Pelaku usaha memungkinkan untuk
menambah produksi sesuai dengan tingkat produksi yang ditunjukkan hasil analisis
Lindo untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Haslan R. (2018) pada produksi kopi bubuk asli
Lampung dengan dua jenis kemasan, yaitu kopi bubuk dengan kemasan bagus
bertambah 6 unit dari kondisi aktual 40 unit menjadi 46 unit dan kemasan biasa
bertambah 3 unit dari kondisi aktual 160 unit menjadi 163 unit. Pada penelitian oleh
Rofatin (2016) produksi aktual yaitu 30 kg dodol, 12 kg selai, dan 35 botol sirup.
kombinasi 29,83 kg dodol, 0 kg selai, dan 71 botol sirup. Ada produk yang
ditingkatkan dan ada pula yang dikurangi dari kondisi aktualnya, agar optimal
Analisis Sensitivitas
diterapkan jika terjadi perubahan pada model analisis tersebut, karena perlu diingat
bahwa dunia bisnis penuh dengan ketidakpastian. Tingkat sensitivitas dapat dilihat
pada nilai original, lower bound (batas bawah), dan upper bound (batas atas).
Perubahan nilai koefisien tersebut tidak akan mempengaruhi solusi optimum selama
68
masih berada pada range nilai yang dihasilkan model tersebut. Sensitivitas nilai
Original value atau nilai original merupakan nilai koefisien fungsi tujuan selai
nanas goreng yang telah diinput sebelumnya. Nilai original sebagai koefisien fungsi
tujuan mungkin dapat berubah karena koefisien ini menggunakan nilai besarnya
keuntungan per unit per kemasan selai nanas goreng. Perubahan laba turun dapat
terjadi apabila kenaikan pada biaya penggunaan input produksi sedangkan harga
produk tetap atau turun. Sebaliknya, perubahan laba menjadi naik apabila biaya
Pada Tabel 9. dapat diketahui bahwa selai nanas goreng kemasan 500 gram
memiliki keuntungan per unit sebesar Rp 20.208,2 , lower bound dan upper bound
bahwa apabila keuntungan per unit kemasan 500 gram diturunkan hingga tak
atau keuntungan optimal Agroindustri Abadi tidak akan berubah. Kemasan 250
gram memiliki keuntungan per unit sebesar Rp 10.554,1 , lower bound dan upper
optimal tidak akan berubah. Artinya range perubahan keuntungan per unit kemasan
250 gram (X2) berada pada selang antara Rp 10.219,03 hingga tak terhingga. Begitu
pula pada kemasan 100 gram keuntungan optimalnya tidak akan berubah apabila
keuntungan per unit diturunkan hingga tak terhingga atau diaikkan hingga
Rp9.824,04.
sumberdaya aktif memiliki slack/surplus yang bernilai nol dan memiliki nilai dual
value lebih besar dari nol. Sumberdaya yang termasuk pasif memiliki slack/surplus
yang lebih besar dari nol dan memiliki nilai dual value yang sama dengan nol.
Analisis Dual
optimal dapat dilihat alokasi penggunaan input yang optimal. Untuk mengetahui hal
tersebut dapat dilihat dari nilai slack/surplus dan dual value yang diperoleh dari
menunjukkan bahwa penggunaan input atau kendala sudah optimal terpakai semua
atau masih memiliki nilai sisa. Pada Tabel 10. dapat diketahui bahwa nilai
slack/surplus kendala bahan baku dan jam tenaga kerja lebih besar dari nol artinya
sumberdaya pasif atau berlebih. Setiap penambahan satu-satuan nilai ruas kanan
kendala bahan baku dan jam tenaga kerja tidak akan mempengaruhi besarnya nilai
fungsi tujuan. Apabila pelaku usaha tetap ingin menambah nilai ruas kanan kendala
tersebut, maka hanya akan terjadi pemborosan. Masing-masing kendala bahan baku
dan jam tenaga kerja dapat dikurangi sebesar 259,01 kg dan 237,49 jam per bulan.
Sehingga pada kondisi optimal Agroindustri Abadi hanya memerlukan bahan baku
sebanyak 140,99 kg atau dibulatkan 141 kg dan waktu tenaga kerja sebesar 226,51
jam atau dibulatkan menjadi 227 jam, atau lebih kecil dari jumlah ketersediaan.
Kendala modal memiliki nilai dual value sebesar 2,06 dan nilai
slack/surplus nol yang berarti penggunaan modal sudah optimal terpakai semua.
Apabila modal ditambah satu satuan (rupiah) maka keuntungan yang diperoleh akan
bertambah sebesar Rp 2,37. Apabila penambahannya lebih dari satu satuan (rupiah)
maka keuntungan optimalnya akan bertambah sebesar perkalian antara nilai dual
value dengan jumlah penambahannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Haslan R. (2018) pada produksi kopi bubuk asli Lampung dengan dua
ketersediaan bahan baku yang digunakan masih tersisa, bahan baku yang tersisa
tercapai.
71
Analisis Sensitivitas
tingkat sensitivitas perubahan nilai koefisien ketersediaan input (right hand side)
terhadap dual value. Berikut ini dapat dilihat sensitivitas nilai koefisien fungsi
Tabel 11. Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Selai Nanas Goreng
Original Lower Upper
No Constraint
Value Bound Bound
1 Bahan Baku 400 140,98 Infinity
2 Tenaga Kerja 464 226,5 Infinity
3 Modal 10.000.000 8.506.752 18.386.749,5
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
dapat dilihat pada nilai original, lower bound (batas bawah), dan upper bound (batas
tiga ukuran kemasan selai nanas goreng yang telah diinput sebelumnya. Nilai
original sebagai koefisien ketersediaan input mungkin dapat berubah karena adanya
terjadinya perubahan koefisien ketersediaan input selai nanas goreng terhadap dual
value dapat diatasi dengan tingkat sensitivitas hasil analisis Linear Programming.
Selama nilai koefisien ketersediaan input masih dalam batas bawah dan batas atas
yang telah ditentukan maka tidak akan merubah nilai dual value yang telah
Bahan baku memiliki ketersediaan (original value) sebanyak 400 kg, lower
bound dan upper bound masing-masing sebesar 140,98 kg dan tak terhingga. Hal
ini menunjukkan bahwa apabila ketersediaan bahan baku diturunkan hingga 140,98
72
kg atau ketersediaannya dinaikkan hingga menjadi tak terhingga, maka dual value
tidak akan berubah. Tenaga kerja memiliki ketersediaan (original value) sebesar
464 jam, lower bound dan upper bound masing-masing sebesar 226,5 jam dan tak
terhingga. Hal ini menunjukkan bahwa apabila ketersediaan jam kerja tenaga kerja
diturunkan hingga 226,5 jam atau ketersediaannya dinaikkan hingga menjadi tak
terhingga, maka dual value tidak akan berubah. Range perubahan ketersediaan
modal berada pada selang antara penurunan hingga Rp 8.506.752 dan peningkatan
secara aktual di lapangan belum berproduksi secara optimal dan masih dapat
yang tersedia masih tersisa. Sumberdaya yang bersisa ini dapat dialokasikan untuk
memproduksi beberapa unit produk. Untuk mencapai kondisi yang optimal dengan
Total keuntungan yang diterima Agroindustri Abadi pada kondisi aktual yaitu
usahanya sebesar Rp 3.544.810 per bulan dengan kombinasi produksi selai nanas
goreng masing-masing kemasan sebanyak 160 unit kemasan 500 gram, 816 unit
kemasan 250 gram, dan 1200 unit kemasan 100 gram. Pelaku usaha perlu
menambah produksi selai nanas goreng kemasan 250 gram sebanyak 336 unit,
73
sedangkan kemasan 500 gram dan kemasan anyaman 100 gram sudah diproduksi
selama keuntungan per unit kemasan 500 gram berada antara tak terhingga hingga
tak terhingga, dan keuntungan kemasan 100 gram berada antara tak terhingga
hingga Rp 9.824,04.
Agroindustri Abadi dalam berproduksi, yaitu kendala bahan baku, jam kerja tenaga
perangkat lunak Lindo 6.1 kendala modal sudah dimanfaatkan secara optimal
dilihat dan masih dapat meningkatkan keuntungan apabila pelaku usaha menambah
satu satuan (rupiah) pada ketersediaan modal. Kendala bahan baku dan jam kerja
dianjurkan menggunakan bahan baku sebanyak 141 kg dan waktu tenaga kerja
sebesar 227 jam. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dengan ketersediaan
produksi maka kondisi optimal agroindustri akan tercapai. Dual value ketiga
sumberdaya akan tetap optimal selama penggunaan bahan baku berada antara
140,98 kg hingga tak terhingga, ketersediaan tenaga kerja berada antara 226,5 jam
hingga tak terhingga, dan ketersediaan modal berada pada selang antara
5.1 Kesimpulan
Baru yang berjalan dari tahun 1999 sampai sekarang. Saat ini selai nanas
dipasarkan dalam tiga jenis kemasan dijual di Kios Abadi, swalayan, dan toko
dalam seminggu dibantu dengan lima tenaga kerja luar keluarga. Agroindustri
kemasan terdiri dari 160 kemasan 500 gram, 480 kemasan 250 gram, dan
dengan model kombinasi optimalnya yaitu kemasan 500 gram sebanyak 160
unit, kemasan 250 gram 816 unit, dan kemasan anyaman 100 gram sebanyak
1200 unit.
74
75
5.2 Saran
1. Pelaku usaha disarankan untuk memproduksi selai nanas goreng kemasan 500
gram dan kemasan 100 gram seperti biasanya, dan kemasan 250 gram
diturunkan 259,01 kg, dan jam tenaga kerja diturunkan 237,49 jam,
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, M.A., Ratnawati S, dan Edison. 2018. Peranan Penyuluh Pertanian dalam
Penerapan Budidaya Nenas di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi. E-Jurnal Universitas Jambi. Diunduh dari
https://repository.unja.ac.id/5156/ (diakses pada 01 Oktober 2019).
Astuti. Linawati, dan Mahatma 2013. Penerapan Model Linear Goal Programming
untuk Optimasi Perencanaan Produksi. E-Jurnal UKSW 4(1): 464-471.
Diunduh dari https://docplayer.info/40655533-Penerapan-model-linear-goal-
programming-untuk-optimasi-perencanaan-produksi.html (diakses pada 06
Desember 2019).
Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. 2018. Ekspor Nenas Indonesia Periode
Januari-Oktober 2018. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Diunduh dari
https://finance.detik. com/berita-ekonomi-bisnis/d-4335725/ekspor-nanas-
2018-capai-11-ribu-ton-dari -saudi-hingga-korea (diakses pada 06 Oktober
2019).
Damayanti, Y. dan Riri, O.U. 2019. Penentuan Cabang Usahatani Padi, Jagung, dan
Kedelai yang Optimum Melalui Pola Diversivikasi dengan Pendekatan Linear
Programming di Kabupaten Muaro Jambi. J. SEPA 16(1): 28-35
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi. 2018. Buku
Data Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Jambi. Jambi.
Haslan, R. 2018. Optimasi Produksi Kopi Bubuk Asli Lampung Metode Simpleks
(Studi Kasus Industri Rumahan Kopi Bubuk Asli Lampung di Waydadi
Kecamatan Sukarame Bandar Lampung). J.Matematika 17(2): 25-34.
Ibnas, R. 2014. Optimasi Kasus Pemrogaman Linear dengan Metode Grafik dan
Simpleks. Jurnal MSA 2(1) : 1-8
Kemala, N. dan Siti A.W. 2015. Dampak Kemasan Terhadap Kuantitas Penjualan
Produk Usaha Agroindustri CV. Tuli Mario Di Tangkit Baru Kota Jambi. J.
Ilmiah 15(1): 1-7.
Mafut, M. 2017. Analisis Usaha Produksi Ikan Asap pada Home Industry Khusnul
Jaya Berkah di Kota Samarinda. E-Jurnal Administrasi Bisnis Universitas
Mulawarman 5(1): 230-241. Diunduh dari https://ejournal.adbisnis.fisip-
unmul.ac.id/site/?p=1559 (diakses pada 03 -Februari 2020)
Nasendi, dan Anwar. 1985. Program Linear dan Variansinya. Gramedia, Jakarta.
Radika, P. 2018. Perkembangan Home Industri Nanas di Desa Tangkit Baru Tahun
1990-2015. Skripsi. Universitas Jambi. Jambi.
Sarifudin, Bakce, dan Maharani. 2012. Optimasi Usaha Agroindustri Tahu di Kota
Pekanbaru. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Riau. Diunduh dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/2515 (Diakses
pada 06 Desember 2019).
Soekartawi et al,. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Soetriono, dan Anik S. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian: Agraris Agribisnis Industri.
Intimedia, Malang.
Tarmizi. 2005. Optimasi Usaha Tani dalam Pemanfaatan Air Irigasi Embung
Leubuk Aceh Besar. Universitas Syiah. Banda Aceh.
Yuniar, K. 2017. Optimasi Pengelolaan Zakat dan Efektifitas Amil Zakat Terhadap
Peningkatan Perolehan Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Tulungagung. Skripsi. IAIN Tulungagung.
79
1 Lampung 505.337 585.608 722.621 560.026 534.774 453.812 633.095 3.995.273 35,95 35,95
2 Sumatera Utara 183.213 262.089 228.136 237.581 223.128 163.504 160.552 1.458.203 13,12 49,07
3. Jawa Barat 315.016 174.451 95.015 149.815 187.554 209.348 246.698 1.377.897 12,40 61,47
4. Jawa Timur 40.045 196.581 197.16 5 186.949 171.303 65.102 126.967 984.112 8,85 70,32
5. Jambi 67.530 144.896 156.369 218.861 142.846 66.094 44.264 840.860 7,56 77,88
6. Jawa Tengah 92.953 69.058 113.093 142.073 201.039 102.426 85.938 806.580 7,25 85,13
7. Riau 109.374 92.444 96.173 107.438 74.388 94.129 79.327 653.273 5,87 91,00
8. Kalimantan Barat 73.815 108.704 90.570 86.530 56.177 34.951 72.504 523.251 4,70 95,70
9. Sumatera Selatan 76.423 47.343 57.887 57.990 57.521 57.291 1.360 355.815 3,20 98,90
10. Kalimantan Timur 13.929 21.074 26.731 25.637 8.184 9.373 11.639 116.567 1,04 99,94
Indonesia 1.540.626 1.781.894 1.882.802 1.835.483 1.835.483 1.256.030 1.462.344 11.111.831 100,00
Sumber : Kementrian Pertanian, 2018
80
Administrasi
pemerinathan,
O 659,34 712,24 770,57 864,92 958,91
pertahanan, dan jaminan
sosial wajib
Nilai
Jumlah Harga Harga Nilai Sisa Umur Ekonomis
No Jenis Alat Penyusutan
(Unit) (Rp) Perolehan (Rp) (Rp) (Bulan)
(Rp)
1 Pisau 2 20.000 40.000 4.000 24 1.500,00
2 Baskom 5 25.000 125.000 12.500 24 4.687,50
3 Keranjang 4 35.000 140.000 14.000 24 5.250,00
4 Mesin Penggiling 2 5.000.000 10.000.000 1.000.000 48 187.500,00
5 Kompor 2 250.000 500.000 50.000 48 9.375,00
6 Wajan 1 900.000 900.000 90.000 36 22.500,00
7 Kuali Sedang 2 20.000 40.000 4.000 36 1.000,00
8 Pengaduk Kayu 1 30.000 30.000 3.000 24 1.125,00
9 Loyang 1 15.000 15.000 1.500 24 562,50
10 Ember 7 60.000 420.000 42.000 24 15.750,00
11 Alat Pengering (Spiner) 1 1.500.000 1.500.000 150.000 36 37.500,00
Jumlah 28 7.855.000 13.710.000 1.371.000 348 286.750,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2020
Besarnya penyusutan dapat dihitung dengan metode garis lurus (Straight Line Method)
*Nilai Sisa = 10% x Total Harga Perolehan
Total Harga Perolehan − Nilai Sisa
*Nilai Penyusutan = Umur Ekonomis
83
Lampiran 5. Produksi Selai Nanas Goreng Agroindustri Abadi Berdasarkan Kemasan pada Periode Januari-Februari 2020
Kemasan 500 gram (X1) Kemasan 250 gram (X2) Kemasan 100 gram (X3)
Produksi Biaya Biaya Produksi Biaya Biaya Produksi Biaya Biaya
No Tanggal
Variabel Tetap (Rp) Variabel Tetap (Rp) Variabel Tetap (Rp)
Unit Kg Unit Kg Unit Kg
(Rp) (Rp) (Rp)
1. 13 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 28 7 116.900 7.585,15 72 7,2 290.160 7.801,87
2. 14 Januari 8 4 66.000 4.334,37 28 7 116.900 7.585,15 72 7,2 290.160 7.801,87
3. 15 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 29 7,25 121.075 7.856,05 74 7,4 298.220 8.018,59
4. 16 Januari 11 5,5 90.750 5.959,76 29 7,25 121.075 7.856,05 75 7,5 302.250 8.126,95
5. 20 Januari 10 5 82.500 5.417,96 29 7,25 121.075 7.856,05 74 7,4 298.220 8.018,59
6. 21 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
7. 22 Januari 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
8. 23 Januari 11 5,5 90.750 5.959,76 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
9. 27 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 28 7 116.900 7.585,15 74 7,4 298.220 8.018,59
10. 28 Januari 11 5,5 90.750 5.959,76 29 7,25 121.075 7.856,05 75 7,5 302.250 8.126,95
11. 29 Januari 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
12. 30 Januari 9 4,5 74.250 4.876,17 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
13. 03 Februari 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8.126,95 75 7,5 302.250 8.126,95
14. 04 Februari 11 5,5 90.750 5.959,76 32 8 133.600 8.668,75 78 7,8 314.340 8.452,03
15. 05 Februari 11 5,5 90.750 5.959,76 34 8,5 141.950 9.210,54 78 7,8 314.340 8.452,03
16. 06 Februari 12 6 99.000 6.501,56 34 8,5 141.950 9.210,54 78 7,8 314.340 8.452,03
Jumlah 160 80 1.320.000 86.687,5 480 120 2.004.000 130.031,25 1200 120 4.836.000 130.031,25
Rata-rata 10 5 82.500 5.417,96 30 7,5 125.250 8126,95 75 7,5 302.250 8126,95
Jumlah Produksi (Unit/Bulan) 160 + 480 + 1200 = 1840
Jumlah Produksi (Kg/Bulan) 80 + 120 + 120 = 320
Total Biaya Variabel (Rp/Bulan) 1.320.000 + 2.004.000 + 4.836.000 = 8.160.000
Total Biaya Tetap (Rp/Bulan) 86.687,5 + 130.031,25 + 130.031,25 = 346.750
84
Lampiran 6. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang Selai Nanas Goreng pada Agroindustri Abadi
Periode Januari-Februari 2020
Lanjutan Lampiran 6.
Bahan Penunjang
No Tanggal Mentega Vanili Garam Penggaring Harga/
Harga/Kg Total Harga/bungkus Total Harga/bungkus Total Total
Pemakaian Pemakaian Pemakaian Pemakaian bungkus 1
(Rp) (Rp) 2 gram (Rp) (Rp) 100 gram (Rp) (Rp) (Rp)
(Kg) (Kg) (Kg) (L) gram (Rp)
1. 13 Januari 1.800 1.000 200
0.48 15.000 7200 0.35 630 0.46 460 0.48 96
2. 14 Januari 1.800 1.000 200
0.45 15.000 6750 0.38 684 0.45 450 0.47 94
3. 15 Januari 1.800 1.000 200
0.47 15.000 7050 0.47 846 0.46 460 0.48 96
4. 16 Januari 1.800 1.000 200
0.52 15.000 7800 0.56 1008 0.47 470 0.5 100
5. 20 Januari 0.48 15.000 7200 0.48 1.800 864 0.46 1.000 460 0.49 200 98
6. 21 Januari 1.800 1.000 200
0.48 15.000 7200 0.5 900 0.5 500 0.49 98
7. 22 Januari 1.800 1.000 200
0.51 15.000 7650 0.51 918 0.52 520 0.5 100
8. 23 Januari 1.800 1.000 200
0.52 15.000 7800 0.51 918 0.47 470 0.5 100
9. 27 Januari 0.47 15.000 7050 0.48 1.800 864 0.47 1.000 470 0.48 200 96
10. 28 Januari 1.800 1.000 200
0.51 15.000 7650 0.56 1008 0.48 480 0.5 100
11. 29 Januari 1.800 1.000 200
0.51 15.000 7650 0.51 918 0.52 520 0.5 100
12. 30 Januari 1.800 1.000 200
0.48 15.000 7200 0.55 990 0.5 500 0.49 98
13. 03 Februari 0.51 15.000 7650 0.56 1.800 1008 0.52 1.000 520 0.51 200 102
14. 04 Februari 1.800 1.000 200
0.53 15.000 7950 0.52 936 0.55 550 0.53 106
15. 05 Februari 1.800 1.000 200
0.54 15.000 8100 0.53 954 0.57 570 0.53 106
16. 06 Februari 1.800 1.000 200
0.54 15.000 8100 0.53 954 0.6 600 0.55 110
Lampiran 7. Penggunaan Bahan Kemasan Selai Nanas Goreng pada Agroindustri Abadi Periode Januari-Februari 2020
Kemasan 500 gram Kemasan 250 gram Kemasan 100 gram
Harga
Plastik Plastik Total/
No Tanggal Plastik Label Total
standing Harga Total standing Harga Total Harga Total Produksi
anyaman Merek/ (Rp)
pouch (Rp) (Rp) pouch (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (unit)
(unit) unit (Rp)
(unit) (unit)
1. 13 Januari 9 1.000 9000 28 500 14000 72 2.500 180000 109 100 10900
2. 14 Januari 8 1.000 8000 28 500 14000 72 2.500 180000 108 100 10800
3. 15 Januari 9 1.000 9000 29 500 14500 74 2.500 185000 112 100 11200
4. 16 Januari 11 1.000 11000 29 500 14500 75 2.500 187500 115 100 11500
5. 20 Januari 10 1.000 10000 29 500 14500 74 2.500 185000 113 100 11300
6. 21 Januari 9 1.000 9000 30 500 15000 75 2.500 187500 114 100 11400
7. 22 Januari 10 1.000 10000 30 500 15000 75 2.500 187500 115 100 11500
8. 23 Januari 11 1.000 11000 30 500 15000 75 2.500 187500 116 100 11600
9. 27 Januari 9 1.000 9000 28 500 14000 74 2.500 185000 111 100 11100
10. 28 Januari 11 1.000 11000 29 500 14500 75 2.500 187500 115 100 11500
11. 29 Januari 10 1.000 10000 30 500 15000 75 2.500 187500 115 100 11500
12. 30 Januari 9 1.000 9000 30 500 15000 75 2.500 187500 114 100 11400
13. 03 Februari 10 1.000 10000 30 500 15000 75 2.500 187500 115 100 11500
14. 04 Februari 11 1.000 11000 32 500 16000 78 2.500 195000 121 100 12100
15. 05 Februari 11 1.000 11000 34 500 17000 78 2.500 195000 123 100 12300
16. 06 Februari 12 1.000 12000 34 500 17000 78 2.500 195000 124 100 12400
Kadar air yang hilang pada proses pembuatan selai % air pada Nanas :
nanas sebanyak 72% atau menyisakan nanas 36 𝑘𝑔
sebanyak 14 kg x 100% = 72 %
50 𝑘𝑔
*kadar air pada nanas sebesar 84% (Barus, 2008)
20 kg @ 100 buah
Selai Nanas Terdiri dari 14 kg nanas + 6 kg gula
40 kg @ 100 buah
Selai Nanas Goreng Terdiri dari 20 kg selai nanas + 15 kg
gula tepung + 3,5 kg minyak + 1,5
garam, gula, dll
57𝑗𝑎𝑚
Kemasan 250 gram (X2) = 480 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 = 0,1187 + 0, 0072 = 0,1259 jam/unit
57𝑗𝑎𝑚
Kemasan 100 gram (X3) = 1200 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 = 0,0475 + 0, 0072 = 0,0547 jam/unit
SUBJECT TO
X1 ≥ 160
X2 ≥ 480
X3 ≥ 1200
91
Gudang Penyimpanan