Anda di halaman 1dari 106

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU PENGOLAHAN

CRUMB RUBBER (KARET REMAH) PADA PT. XYZ

SKRIPSI

OKTANIA ISLAMI PUTRI

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU PENGOLAHAN
CRUMB RUBBER (KARET REMAH) PADA PT. XYZ

OKTANIA ISLAMI PUTRI

D1B018109

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
AB
STRAK

OKTANIA ISLAMI PUTRI, 2022. Analisis Persediaan Bahan Baku


Pengolahan Crumb Rubber (Karet Remah) Pada PT. XYZ. Dibimbing oleh Ir.
Elwamendri, M.Si sebagai Pembimbing I dan Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si sebagai
Pembimbing II.
Penelitian ini bertujaun untuk 1) Menganalisis jumlah pemesanan kebutuhan
bahan baku yang ekonomis dan frekuensi pemesanan bokar yang optimal pada PT.
XYZ dengan metode EOQ. (2) Meganalisis Total biaya persediaan bahan baku
PT.XYZ dengan metode EOQ. (3) Menganalisis Safety Stock (Persediaan Pengaman)
dan Re Order Point (Titik Pemesanan Kembali) PT. XYZ. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu jenis
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan sesuatu yang menggunakan penelitian
dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Adapun metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Economic Order
Quantity. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 1) Berdasarkan perhitungan
metode EOQ jumlah pembelian kebutuhan bahan baku yang ekonomis adalah sebesar
424.328 kg dengan frekuensi pembeliaan sebanyak 107 hari dalam satu tahun,
dibandingkan dengan skema perusahaan yang mana untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku sebesar 45.000.000 kg perusahaan harus melakukan pembelian sebanyak
144.230 kg/hari dengan frekuensi pembelian sebanyak 312 hari. 2) Pada kebijakan
perusahaan untuk total biaya persediaan bahan baku (bokar) adalah sebesar Rp.
3.417.484,738 pertahun sedangkan pada perhitungan metode EOQ total biaya yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp. 2.082.606.222 pertahun nya, perusahaan dapat
menghemat biaya persediaan sebesar Rp. 1.334.878.536 3) Pada perhitungan safety
stock dan ROP dijelaskan Apabila persediaan bahan baku digudang berada pada titik
ROP yaitu sebesar 1.566.239 kg maka perusahaan harus melakukan pembelian bahan
baku kembali dengan kuantitas pembelian ekonomis (Q*) sebesar 424.328 kg dengan
persediaan safety stock sebesar 1.441.789 kg/bln

Kata Kunci : EOQ, Persediaan Bahan Baku, ROP, SS, TIC


PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Oktania Islami Putri
NIM : D1B018109
Jurusan/Program Studi : Agribisnis

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan
dimanapun juga dan/atau oleh siapapun juga.
2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau
dinyatakan pada bagian yang relevan dan Skripsi ini bebas dari plagiarisme.
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini telah diajukan atau dalam
proses pengajuan oleh pihak lain atau terdapat plagiarisme di dalam Skripsi
ini, maka saya menerima sanksi sesuai Pasal 12 ayat (1) butir (g). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, yakni Pembatalan Ijazah.

Jambi, Oktober 2021


Yang Membuat Pernyataan

Oktania Islami Putri


D1B018109

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 10 Oktober 2000 dengan nama

Oktania Islami Putri. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari

pasangan Bapak Azrul dan Ibu Irma Agustina. Penulis menyelesaikan Pendidikan

Sekolah Dasar di SD Negeri 66/II Desa Rantau Ikil pada Tahun 2012 dan dilanjutkan

dengan menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTS Diniyyah

Muara Bungo pada Tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan dan

menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di MAS Diniyyah Muara Bungo

pada Tahun 2018.

Pada Tahun 2018 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Jambi dan

diterima di Program Studi Agribisnis Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian melalui

proses Seleksi Mandiri Masuk PTN-Barat (SMMPTN-Barat). Penulis melaksanakan

kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) pada bulan September Sampai November di

PT. Star Rubber Desa Sirih Sekapur Kecematan Jujuhan Kabupaten Bungo. Pada

tanggal 07 Oktober 2022 penulis melaksanakan ujian skripsi yang berjudul “Analisis

Persedian Bahan Baku Pengolahan Crumb Rubber (Karet Remah) Pada PT. XYZ”

yang dibimbing oleh Bapak Ir.Elwamendri, M.Si dan Ibu Riri Oktari Ulma, S.P.,

M.Si. C.EIA dan dinyatakan lulus ujian serta memperoleh gelar Sarjana Pertanian

(S.P).

UCAPAN TERIMAKASIH
Penullis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak mendapatkan
bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada :

1. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Bapak Azrul dan Ibu Irma Agustina yang
tidak pernah berhenti memberikan semangat, dukungan, dan doa serta cinta
kasih sayang yang diberikan kepadaku. Persembahan ini belum cukup
terbayarkan dengan segala kasih sayang dan pengorbanan kalian. Terimakasih
banyak Papa dan Mama, aku sangat menyayangi kalian dari apapun yang
kumiliki
3. Kepada Ibu Dr. Rozaina Ningsih, S.P., M.Si selaku pembimbing akademik
yang telah sabar membimbing, memberikan motivasi dan dukungan selama
proses perkuliahan sehingga penulis dinyatakan lulus sebagai Sarjana Pertanian.
4. Kepada Bapak Ir. Elwamendri, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Riri Okta
Ulma, S.P., M.Si, C.EIA selaku pembimbing skripsi II terimakasih banyak
karena sudah sangat peduli dengan anak bimbingannya, telah sabar
membimbing, memberikan motivasi, memberikan arahan dan dukungan kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Bimbingan
serta arahan dari Bapak dan Ibu sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
Terimakasih banyak Bapak dan Ibu semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak
dan Ibu.
5. Dosen penguji Ibu Dr. Rozaina Ningsih, S.P., M.Si selaku penguji utama,
Bapak Dr. Ir. H. Edison, M.Sc selaku penguji anggota I dan Ibu Gina Fauziah,
S.P., M.Si selaku penguji anggota II yang telah membantu dalam mengkritik
dan memberikan saran yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini
sehingga menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
6. Perusahaan PT. XYZ khusus nya Bapak Nandang, Bapak Eko, Bapak Roki
selaku pihak HRD dan Ibu Nanang selaku pihak RW Material Data, Mbak Putri
selaku pihak Accounting yang sudah banyak memberikan kemudahan kepada
penulis dalam pengambilan data dan membebaskan penulis belajar sebanyak-
banyaknya di perusahaan Bapak dan Ibu.
7. Kepada kak anna dan kak ratih yang selalu peduli dan sangat perhatian dengan
penulis selama kegiatan penelitian di perusahaan dan kegiatan PKL selama 2
bulan. Semoga kelak kita bisa dipertemukan kembali dalam keadaan sehat.
8. Kepada Pakcik Irwan Gusnadi S.E, Bunda Ira Santhi S.TP, dan Om Rahmat
Kamaruddin S.TP, yang sudah memberikan support, perhatian, baik dalam
materi, nasehat, dan dukungan kepada penulis semoga Tuhan membalas
kebaikan kalian semua.
9. Kepada adik-adik saya tersayang Muhammad Rizki, Syifa Sauqia, Farhan, Abil,
Aris, Hamizan dan Ibnu yang sudah meramaikan kehidupan saya, semoga kita
semua bisa menjadi anak yang sukses dan bermanfaat bagi orang lain.
10. Kepada sahabat-sahabat saya yang tersayang Eza Almika Sari, Anatia
Pubawarni, Dian Fitria, Eka Delima, yang sudah selalu siap siaga dalam
membantu saya dalam hal apapun sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
11. Kepada Sahabat-sahabat tercintaku Maya Dwi Putri S.Psi, Siti Aisha S,Ked,
Iren Apriliani S.Pd, Imam Rosyadi S.IP, Dicky Darmawan, Fabil Alfarabi dan
Very Muzadi yang selalu setia untuk diajak healing ketika saya lagi butuh
liburan.
12. Kepada sahabat-sahabat ku Kelas G Agribisnis Angkatan 2018 yang sama-sama
berjuangan untuk mendapatkan gelar Sarjan Pertanian sudah mau berpartisipasi
dalam kegiatan seminar saya dimulai seminar proposal, seminar hasil dan ikut
merayan ujian kelulusan saya, semangat terus semoga kita dipertemukan
kembali dalam keadaan yang jauh lebih baik.
KATA PENGANTAR
Ucapan puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT karena berkah rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Persediaan Bahan Baku Pengolahan Crumb Rubber (Karet Remah)

pada PT.XYZ” ini dengan baik meskipun dengan segala keterbatasan.

Dalam kesempatan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Ir. Elwamendri M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 1 dan

Ibu Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 2 yang telah

memberikan bimbingan, arahan, kritik, dan saran kepada penulis selama menyusun

skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada kedua Orang tua tercinta yang telah

memberikan dukungan, semangat serta doa dan kepada pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

kesempurnaan dalam penulisan. Maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan

saran yang membangun dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membaca.

Jambi, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………................ i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. v
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. vi
I. PENDAHULUAN……………………………………………................. 1
1.1 Latar Belakang………………………………….............................. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………......................... 8
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 10
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………… 11
11. TINJAUAN PUSTAKA………………………………............................ 12
2.1 Teori Persediaan………………………………………………........ 12
2.2 Biaya………………………………………………………………. 18
2.3 Bahan Baku………………………………………………………... 20
2.4 EOQ (Economic Order Quantity)…………………………………. 21
2.5 Re Order Point…………………………………………………….. 22
2.6 Safety Stock………………………………………………………... 22
2.7 Keunggulan EOQ………………………………………………….. 23
2.8 Penelitian Terdahulu………………………………………………. 24
2.9 Kerangka Pemikiran……………………………………………….. 29
III. METODE PENELITIAN………………………………………………. 32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………. 32
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data…………………………... 33
3.2.1 Sumber Data…………………………………………........ 33
3.2.2 Metode Pengumpulan Data………………………………. 33
3.3 Metode Analisis Data…………………………………………........ 34
3.3.1 EOQ (Economic Order Quantity)………………………... 34
3.3.2 Total Biaya Persediaan………………………………........ 35
3.3.3 Perhitungan Safety Stock…………………………………. 35
3.3.4 Perhitungan Re Order Point…………………………........ 36
3.4 Konsepsi Pengukuran…………………………………………........ 36
IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………. 39
4.1 Gambaran Umum Perusahaan……………………………………... 39
4.1.1 Profil dan Sejarah Singkat PT. XYZ……………………... 39
4.1.2 Visi dan Misi……………………………………………... 41

ii
4.1.3 Kegiatan Perusahaan……………………………………... 41
4.2 Gambaran Pengadaan Bahan Baku PT. XYZ……………………... 50
4.2.1 Jenis Persediaan Bahan Baku…………………………….. 50
4.2.2 Pengadaan Bahan Baku…………………………………... 50
4.2.3 Karakteristik Bahan Baku………………………………... 52
4.2.4 Metode Persediaan Bahan Baku………………………….. 53
4.3 Persediaan Bahan Baku (Bokar)…………………………………... 53
4.3.1 Perkiraan Bahan Baku……………………………………. 53
4.3.2 Jumlah Bahan Baku…..…………………………………... 55
4.3.3 Biaya Persediaan Bahan Baku…………………………… 56
4.3.4 Kebijakan Persedian Bahan Baku Perusahaan…………… 58
4.4 Analisis Metode EOQ (Economic Order Quantity)……………….. 60
4.5 Perhitungan Safety Stock…………………………………………... 63
4.6 Perhitungan Re Order Point……………………………………….. 65
4.7 Pembahasan Hasil Analisis ……………………………………….. 66
4.8 Implikasi Penelitian………………………………………………... 68
V PENUTUP…………………………………………………….................. 71
5.1 Kesimpulan……………………………………………………....... 71
5.2 Saran……………………………………………………………….. 72
DAFFAR PUSTAKA…………………………………………………………. 73
LAMPIRAN……………………………………………………….................... 76

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Luas Lahan Tanamana Perkebunan Karet Menurut Pulau di Sumatera
2017-2021 (Ha)………………………………………........................... 2
2. Produksi Karet Menurut Pulau di Sumatera 2017-2021 (Ha)
………….. 3
3. Industri Karet Menurut (Crumb Rubber) Provinsi Jambi…………
…… 4
4. Data Terget Produksi dan Produksi PT. XYZ Tahun
2021……………. 6
5. Biaya Pengiriman Bokar dari Station ke
Pabrik…………………........... 51
6. Kebutuhan Bahan Baku dan Target Produksi PT. XYZ Tahun
2021....... 54
7. Biaya Sekali Pemesanan Bahan Baku PT. XYZ pada Tahun
2021…...... 57
8. Biaya Penyimpanan Bahan Baku PT. XYZ pada Tahun
2021…………. 58
9. Jumlah Kebutuhan Bahan Baku PT. XYZ Tahun
2021……................... 58
10. Perhitungan Biaya Penyimpanan Bahan Baku Bokar PT. XYZ pada
Tahun
2021…………………………………………………………….. 59
11. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Bokar PT. XYZ Tahun
2021……………………………………………………………………
. 60
12. Frekuensi Pembelian yang
Optimal……………………………………. 61
13. Total Biaya Persedian Bahan Baku Bokar PT. XYZ Tahun 2021
Dengan Metode EOQ………………………………………………….. 62

iv
14. Perhitungan Standar Deviasi…………………………………………... 64
15. Perbandingan Persediaan Bahan Baku Antara Skem PT. XYZ dan
Metode EOQ Tahun
2021……………………........................................ 67

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran………………………………………... 31

2. Alur Pembelian Bokar……………………………………………… 52

3. Jumlah Bokar PT. XYZ Tahun 55


2021………………………………...

v
DAFTRA LAMPIRAN

Lampira Halaman
n

Daftar Supplier PT.


1.
XYZ…………………………………………. 76

Struktur Organiasi Raw


2.
Material…………………………………. 77

Flowchart Pembelian dan Penyimpanan Bahan Baku (Bokar)


3.
…… 78

4. Kapasitas Produksi Dry…………………………………………... 79

Data Kebutuhab Bahan Baku (Bokar) PT. XYZ Tahun


5.
2021……... 80

Jumlah Bokar dan Biaya Pengiriman Bokar Dari Station Tebo


6. Menuju PT. XYZ Tahun
2021……………………………………. 81

7. Jumlah Bokar dan Biaya Pengiriman Bokar Dari Station Bangko 82


Menuju PT. XYZ Tahun

vi
2021…………………………………….

Jumlah Bokar dan Biaya Pengiriman Bokar Dari Station Muara


8. Beliti Menuju PT. XYZ Tahun
2021……………………………… 83

Harga Bahan Baku (Bokar) Sesuai Kadar Keret Kering (KKK)


9. pada Bulan November Tahun
2021……………………………….. 84

10. Tabel Distribusi Z (Normal)……………………………………… 85

Biaya Penyimpanan PT. XYZ Tahun


11.
2021……………………….. 86

Total Biaya Pemesanan. Total Biaya Penyimpanan dan TIC


12. Antara Skema PT. XYZ dan Metode
EOQ……………………….. 87

vii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea Brasiliensis Muell Erg) merupakan tanaman tahunan

yang hasilnya tidak berbentuk buah melainkan getah karet yang keluar dari batang

setelah disadap, bagian utama dari tumbuhan karet adalah batang nya, batang setinggi

2,5 sampai 3 meter yang terdapat pembuluh lateks, sehingga petani harus berfokus

terhadap pengolahan batang tanaman seefesien mungkin. Tanaman karet belum

menghasilkan selama lima tahun dan bisa di sadap di awal tahun ke enam, secara

ekonomis tanaman karet dapat meghasilkan selama 15 sampai 20 tahun. Produk dari

penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet),

bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku

industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk

bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban,

komponen, dan sebagainya (Arif,2009)

Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet terbesar didunia setelah

Thailand, tanaman karet sangat cocok dengan keadaan Indonesia yang memiliki iklim

tropis dengan sinar matahari dan hujan yang merata sepanjang tahun dan Indonesia

masih memiliki areal lahan yang bisa dijadikan perkebunan karet, dengan beberapa

keunggulan Indonesia akan mampu untuk bersaing dikaca internasional. Tanaman

karet masih trendi dikalangan masyarakat, dikarenakan untuk merawat tanaman karet

tidak ekstrim seperti tanaman perkebunan lainnya, sehingga banyak petani yang

memiliki modal untuk membuka lahan tanaman karet ini, dikarenakan tanaman karet

1
2

termasuk komoditas perkebunan unggulan di Indonesia. Luas areal lahan perkebunan

karet di Sumatera menurut Provinsi tepat nya pada Provinsi Jambi dari tahun ketahun

mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data

pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Lahan Tanaman Perkebunan Karet Menurut Pulau di Sumatera


Tahun 2018-2021 (Ha)
Provinsi 2017 2018 2019 2020 2021*
Aceh 115.554 99.055 100.356 100.716 101.429
Sumatera Utara 449.415 408.258 404.731 396.678 397.667
Sumatera Barat 129.971 130.330 130.610 132.521 132.740
Riau 349.370 328.882 329.005 329.150 330.539
Kepulauan Riau 24.979 23.203 23.527 23.527 23.398
Jambi 377.984 389.753 392.150 392.150 398.036
Sumatera Selatan 837.602 858.368 863.390 863.390 872.503
Bengkulu 98.247 103.498 103.982 103.982 105.158
Lampung 156.975 168.146 167.995 167.995 166.341
Kep.Bangka 47.038 47.982 48.891 48.891 49.456
Belitung
Jumlah 2.587.135 2.557.475 2.564.637 2.559.000 2.577.267
Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan
*Estimasi

Tabel 1 menjelaskan luas areal tanaman perkebunan karet di Pulau Sumatera,

Provinsi Jambi terus mengalami peningkatan luas areal tananaman perkebunan karet

yang siginifikan pada Tahun 2017 luas areal tanaman perkebunan karet sebesar

377.984 Ha dan mengalami peningkatan 3,11% pada Tahun 2018 yaitu sebesar

389.753 Ha. Kemudian pada Tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 0,62%

yaitu sebesar 392.150 Ha dan diprediksi akan terus mengalami peningkatan kembali

pada Tahun 2021 sebesar 1,50% yaitu sebesar 398.036 Ha. Dibandingkan dengan

pertumbuhan luas areal lahan tanaman karet yang mengalami peningkatan berbeda

dengan hasil produksi yang terus mengalami penurunan dapat dilihat pada Tabel 2.
3

Tabel 2. Produksi Karet Menurut Pulau di Sumatera Tahun 2017-2021 (Ton)


Provinsi 2017 2018 2019 2020 2021
Aceh 98.221 93.662 85.176 74.784 84.280
Sumatera Utara 460.901 418.942 387.684 327.670 346.003
Sumatera Barat 152.370 152.474 141.960 132.080 137.189
Riau 368.573 337.261 308.021 291.909 305.967
Kepulauan Riau 30.159 29.406 23.275 19.020 21.850
Jambi 315.413 319.470 301.418 262.831 280.433
Sumatera Selatan 1.035.60 1.043.003 944.192 804.768 870.966
5 108.003
Bengkulu 122.357 126.314 113.568 99.122
Lampung 159.357 174.077 148.568 136.940 145.648
Kep.Bangka 59.395 59.936 55.134 46.485 54.002
Belitung
Jumlah 2.434.71 2.754.545 2.508.996 2.195.609 2.354.341
9
Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan
*Estimasi

Tabel 2 menjelaskan produksi karet di Pulau Sumatera khususnya Provinsi

Jambi pada Tahun 2018 hingga 2020 mengalami penurunan produksi, dan pada tahun

2021 estimasi naik 6% dibandingkan dengan tahun 2020. Banyak faktor yang

mengakibatkan turun nya produksi karet dikalangan petani mulai dari cuaca, harga

pasar karet yang tidak stabil, banyaknya petani mengalih fungsikan perkebunan karet

menjadi perkebunan sawit akibat harga sawit yang terus melambung tinggi. Dengan

berkembang pesatnya industri olahan karet yang ada di Provinsi Jambi melihat

kembali pada produksi karet yang terus mengalami penurunan sehingga menimbulkan

kecemasan untuk tidak dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan pabrik yang ada

di Provinsi Jambi. Dengan banyak nya industri pengolahan crumb rubber di Provinsi

Jambi mengakibatkan semakin tingginya persaingan antara industri-industi aktif,

namun dilihat dari produksi karet yang terdapat pada Provinsi Jambi masih jauh dari

kapasitas produksi yang ada yaitu 320.980 ton menjadi kekhawatiran untuk
4

perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan buyer karena keterbatasan bahan baku.

(BPS, 2020).

Menurut BPS Provinsi Jambi (2020) ada 10 industri pengolah crumb rubber

(karet remah) aktif yang ada di Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Jambi.

Tabel 3. Industri Crumb Rubber (Karet Remah) di Provinsi Jambi


NO Nama Industri Produksi
1 PT. Star Rubber Crumb Rubber – SIR 20
2 PT. Remco Crumb Rubber – SIR 20
3 PT. Megasawindo Crumb Rubber – SIR 20
4 PT. Djambi Waras Crumb Rubber – SIR 20
5 PT. Hok Tong Crumb Rubber – SIR 20
6 PT. Batang Hari Tembesi Crumb Rubber – SIR 20
7 PT. Anugrah Bungo Lestari Crumb Rubber – SIR 20
8 PT. Angkasa Raya Jambi Crumb Rubber – SIR 20
9 PT. Aneka Bumi Pratama Crumb Rubber – SIR 20
10 PT. Djambi Waras Crumb Rubber – SIR 20
Sumber : BPS Provinsi Jambi (diolah)

Karet biasanya dimanfaatkan atau diolah menjadi beberapa produk antara lain

adalah : RSS I, RSS II, RSS III, Crumb Rubber, Lump, dan Lateks. Hasil utama dari

pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat

berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin. Selanjutnya produk-

produk tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik crumb rubber?karet

remah, yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti

ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari karet,

dan berbagai produk hilir lainnya (Arif, 2009).

PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan asing yang menghasilkan crumb

rubber (karet remah) di Provinsi Jambi dengan spesifikasi teknis SIR 20 dan SIR 10

tergantung permintaan konsumen dengan bahan baku utamanya adalah bokar. Untuk
5

jenis bokar yang diterima pabrik dalam bentuk slab dan lump. Produk yang

dihasilkan adalah barang setengah jadi yang ditunjukkan untuk penjualan luar negeri

(ekspor) dan juga ada untuk dalam negeri. Hasil ouput crumb rubber ini akan

digunakan sebagai bahan baku diindustri pembuatan ban.

Pada PT. XYZ pengolahan karet menjadi crumb rubber (karet remah) terdiri

dari dua proses pengolahan, yaitu produksi basah (wet process) dan proses produksi

kering (dry process). Untuk mencapai tahap proses pengolahan memerlukan bahan

baku. Bahan baku merupakan faktor utama dalam memproduksi output, perusahaan

memperoleh bahan baku crumb rubber (karet remah) seluruhnya dipasok oleh

perkebunan milik rakyat.

PT. XYZ didirikan pada tahun 2015 yang berfokus pada bidang industri

pengolahan karet remah (crumb rubber). PT. XYZ memiliki tanda pengenal produsen

yaitu SGW dimana perusahaan memiliki kapasitas produksi sebesar 4.000 ton/bln

atau 4.000.00 kg/bln dengan jumlah tenaga kerja ± 261 orang. Kepuasan pelanggan

merupakan prioritas perusahaan, untuk itu perusahaan selalu menjaga kualitas produk

yang dihasilkan, dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2005,

Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 dan Standar Nasional Indonesia

(SNI) di seluruh pabrik.

Produksi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena sangat

berpengaruh dengan laba yang akan didapatkan oleh perusahaan. Jika kegiatan

produksi berjalan dengan lancar maka target dan tujuan perusahaan tercapai,

sebaliknya apabila produksi perusahaan tidak berjalan dengan lancar maka

perusahaan tidak mendapatkan laba. Dan untuk melancarkan kegiatan produksi itu
6

sendiri sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan baku yang akan diolah

menjadi output. Bahan baku adalah salah satu faktor utama agar produksi tetap

berjalan. Maka dari itu, perlu adanya persediaan bahan baku yang baik di perusahaan.

Persediaan adalah bahan baku yang disimpan sebagai stok perusahaan yang

digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Tabel 4. Data Target dan Produksi PT. XYZ Tahun 2021


Bulan Produksi (Kg) Target Produksi (Kg)
Januari 2.297.000 3.200.000
Februari 2.688.000 3.200.000
Maret 3.045.000 3.500.000
April 3.660.000 3.500.000
Mei 2.683.000 2.590.000
Juni 3.512.000 3.600.000
Juli 3.097.000 3.710.000
Agustus 2.640.000 3.450.000
September 2.633.000 3.750.000
Oktober 3.116.000 3.560.000
November 2.817.000 3.540.000
Desember 3.612.000 3.200.000
Total 35.799.000 40.800.000
Rata-rata 2.983.250 3.400.000
Sumber : Data Perusahaan (diolah)2022

Dengan kapasitas produksi perusahaan yaitu sebesar 4.000.000 kg/bln untuk

mengantisipasi kekurangan bahan baku yang ada di Provinsi Jambi maka Gapkindo

untuk membatasi produksi terpakai yaitu sebanyak 3.500.000 kg/bln Berdasarkan

Tabel 4 untuk kegiatan produksi pada bulai April dan Mei mencapai target produksi

sedangkan pada bulan lainnya produksi tidak pernah mencapai target produksi yang

sudah direncanakan, PT. XYZ setiap bulannya memiliki target produksi yaitu

3.400.000 kg perbulannya. Target produksi ini diputuskan oleh direksi, target dibuat

dengan pertimbangan yang realistis, target juga harus sejalan dengan prediksi
7

pertumbuhan pasar yang ada sebelum-sebelum nya dan rencana pengembangan bisnis

kedepan. Tetapi dilihat dari produksi crumb rubber cendrung sering tidak mencapai

target yang sudah dibuat, ada beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan

penurunan produksi, mulai dari kurangnya bahan baku yang tersedia, harga bahan

baku, serta sedikitnya permintaan buyer untuk ekspor.

PT. XYZ tidak membatasi bahan baku yang masuk dari pemasok, berapapun

jumlah bahan baku yang masuk akan tetap diterima oleh perusahaan, perusahaan

tidak menentukan jumlah kuantitas dari pemasok melainkan menentukan kualiatas

terhadap bokar yang dipasok, dikarenakan perusahaan waspada terhadap kekurangan

bahan baku saat produksi dan standar kualitas bokar tidak sesuai dengan yang telah

ditentukan. Ada 3 kelompok bokar yang diterima di PT. XYZ yaitu :

1. Bokar dengan kualitas baik dengan KKK ≥ 60%

2. Bokar dengan kualitas sedang dengan KKK ≥ 55%-59%

3. Bokar dengan kualitas rendah dengan KKK ≥ 48%

Setiap bokar yang masuk memiliki harga yang berbeda-beda sesuai dengan

KKK dari bokar tersebut. PT. XYZ dalam persediaan bahan baku belum memilki

metode yang digunakan untuk mengoptimalkan bahan baku agar tidak terjadi stock

out ataupun over stock dikarenakan PT. XYZ beranggapan bahwa bahan baku olahan

karet (bokar) akan tetap tersedia, tetapi perusahaan tidak memperhatikan untuk biaya

pemesanan, biaya penyimpanan, dan kemampuan produksi dalam menyerap bahan

baku.

Dalam persediaan bahan baku, bahan baku yang tersedia haruslah cukup agar

kegiatan operasional produksi akan berkesinambungan. Apabila jumlah persediaan


8

terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar, meningkatkan

biaya penyimpanan serta biaya pemesanan dan resiko kerusakan barang yang lebih

besar, namun jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan risiko terjadinya

kekurangan persediaan (stock out) karena seringkali bahan atau barang tidak dapat

didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan

terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, dan bahkan hilangnya pelanggan

(Eddy, 2018).

Oleh karena itu setiap perusahaan industri harus tepat dalam hal persediaan

agar persediaan bahan baku selalu ada dan tidak mengalami kekosongan serta dapat

menekan biaya persediaan seminimal mungkin. Salah satu metode manajemen

persediaan yang paling terkenal adalah model kuantitas pesanan ekonomis

“Economic Order Quantity” (EOQ). Perencanaan dalam metode EOQ pada

perusahaan dapat meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga tidak mengganggu

proses produksi dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang

dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Selain itu, penerapan metode EOQ pada

perusahaan akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, penghematan ruang,

menyelesaikan masalah yang timbul dari banyaknya persediaan yang menumpuk

sehingga mengurangi risiko yang dapat timbul karena persediaan yang ada di gudang.

Dari uraian diatas melihat kekhawatiran perusahaan terhadap persediaan

bahan baku yang harus dimanage dengan baik, maka peneliti menarik untuk

mengangkat topic dalam skripsi mengenai bahan baku perusahaan tersebut dengan

judul “Analisis Persediaan Bahan Baku Pengolahan Crumb Rubber (Karet Remah)

Pada PT. XYZ”.


9

1.2 Rumusan masalah

Persediaan bahan baku sangat penting dalam proses kelanjutan produksi,

ketika buyer melakukan pemesanan dalam jumlah tertentu maka pihak produksi harus

menyanggupi permintaan buyer tersebut dengan waktu yang telah di tentukan antara

marketing dan buyer. Maka dari itu untuk persediaan bahan baku harus ada

pengendalian bahan baku agar tidak mengalami stock out ataupun over stock supaya

tidak mengakibatkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan meningkat.

PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pengolahan

crumb rubber (karet remah) yang bahan bakunya adalah olahan karet (bokar) dalam

bentuk jenis slab dan lump, untuk pembeliaan bahan baku PT. XYZ memiliki Grade

yang dijadikan landasan untuk menentukan harga dan kualitas kadar keret kering

(KKK), bokar yang kadar karet kering nya (KKK) di bawah 48% akan dikembalikan

kembali kepada agen begitu juga dengan bokar yang terkontaminasi seperti terdapat

tatal, kayu, dan plastik sehingga bahan baku yang masuk tidak bisa langsung diterima

secara keseluruhannya, penyimpanan bahan baku (bokar) di tempat gudang

penyimpanan sebelum masuk ke produksi yaitu memiliki waktu tunggu minimal

tujuh hari didalam gudang penyimpanan, bokar yang semakin lama di simpan

persentase kadar getahnya bisa mendekati 90% sehingga perusahaan tidak perlu

khawatir dengan bahan baku yang sudah lama dibeli namun belum diproduksi,

melihat dari persentase kadar getah yang semakin tinggi jika disimpan lama. Dilihat

dari aspek pengertian singkat diatas jika bokar yang masuk hanya yang lulus dari

pemeriksaan Kadar Karet Kering (KKK) menandakan tidak semua bahan baku yang

masuk dari agen akan diterima, bisa mengakibatkan perusahaan kekurangan stock
10

bokar yang memenuhi persyaratan, kemudian untuk bokar yang disimpan semakin

lama akan membuat presentase getah mencapai 90% sedangkan bokar masuk setiap

harinya bisa mengalami kelebihan stock yang mengakibatkan biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan menjadi meningkat pula.

Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian untuk persediaan bahan baku

supaya perusahaan tidak mengalami stock out atau kelebihan bahan baku dengan

menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) guna untuk menentukan

proses persediaan bahan baku dengan biaya yang optimal. Dari uraian sebelumnya

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis dan frekuensi

pemesanan bokar yang optimal pada PT. XYZ bila menetapkan Metode EOQ?

2. Berapa total biaya persediaan bahan baku PT.XYZ dengan metode EOQ ?

3. Berapa Safety Stock dan Re Order Point PT. XYZ ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah maka diperoleh tujuan

penelitian yaitu :

1. Menganalisis jumlah pememsanan kebutuhan bahan baku yang ekonomis dan

frekuensi pemesanan bokar yang optimal pada PT. XYZ dengan metode EOQ.

2. Meganalisis Total biaya persediaan bahan baku PT.XYZ dengan metode

EOQ.

3. Menganalisis Safety Stock (Persediaan Pengaman) dan Re Order Point (Titik

Pemesanan Kembali) PT. XYZ


11

1.4 Manfaat Penelitian

Dari pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan beserta penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, berikut kegunaan dari

praktek kerja lapangan dan penelitian ini sebagai berikut :

1. Memperoleh pengetahuan terbaru yang tidak pernah diketahui sebelumnya

oleh peniliti serta teori tentang pengolahan crumb rubber dari hulu hingga

hilir.

2. Mendapatkan pengalaman dunia kerja perindustrian yang sesungguhnya

3. Salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan Serjana Pertanian

Universitas Jambi.

4. Dapat memberikan pemahaman tentang gambaran persediaan bahan baku

dengan metode EOQ dalam menentukan jumlah kebutuhan bahan baku

dengan meminimalisirkan total biaya persediaan bahan baku pada PT. XYZ.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Persediaan

Persediaan atau inventori adalah barang serta bahan yang disimpan

oleh perusahaan agar dapat memenuhi tujuan yang diinginkan, seperti

digunakan dalam kegiatan produksi, proses jual kembali, maupun sebagai

suku cadang dari mesin atau suatu peralatan (Eddy,2018). Secara keseluruhan,

persediaan merupakan istilah yang merujuk pada barang-barang yang dimiliki

dan akan dijual kembali atau dipakai untuk menghasilkan barang-barang yang

hendak dijual.

Persediaan merupakan aktiva yang mencakup barang-barang yang

dimiliki oleh perusahaan yang nantinya akan dijual selama satu periode usaha

yang normal. Ataupun persediaan barang baku dalam suatu proses produksi

yang menunggu penggunaannya (Sofyan Assauri, 2004). Persediaan adalah

sebuah aktiva lancar dalam perusahaan, ketika perusahaan tercatat sebagai

sebuah perusahaan berbentuk dagang membuat persediaan dimaknai menjadi

suatu barang dagangan yang disimpan kemudian dijual. Sedangkan pada

perusahaan manufaktur, makna persediaan adalah bahan baku yang tersedia

untuk kegiatan produksi dan akan disimpan menurut maksud tertentu.

2.1.1 Jenis – Jenis Persediaan

Menurut Handoko (2015), persediaan memiliki beberapa jenis :

1. Persediaan bahan mentah (raw materials), adalah persediaan bahan dalam bentuk

mentah yang nantinya diproduksi menjadi sesuatu output dari perusahaaan.

bahan mentah biasanya didapatkan secara alami, bisa juga dijual langsung oleh

12
13

supplier ataupun perusahaan sendiri yang membuat bahan baku secara langsung

untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan barang-barang rakitan (purchase parts/components), adalah sediaan

dalam bentuk suku cadang yang didapatkan dari perusahaan lainnya, sediaan

tersebut nantinya akan dijadikan produk atau bisa menjadi suatu alat untuk

proses produksi suatu perusahaan.

3. Persediaan bahan penolong atau pembantu (supplies), merupakan sediaan yang

sudah ada dan digunakan dalam kegiatan produksi dan bukan sebagai bentuk

komponen dari barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in proses), adalah sediaan yang

merupakan hasil dari setiap proses dan sudah berbentuk, tetapi masih harus

masuk kedalam proses produksi lanjutan agar menjadi barang yang diinginkan

perusahaan.

5. Persediaan barang jadi merupakan komponen-komponen barang yang telah

diproduksi atau barang yang telah selesai diproses oleh pabrik serta telah dikirim

ataupun dijual pada buyer.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Persediaan

Rasyid (2015) menyebutkan bahwa persediaan bahan baku dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Perkiraan bahan baku

Manajemen perusahaan sebaiknya melakukan penyusunan untuk

memperkirakan jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

apabila akan membeli bahan baku. Hal tersebut bisa dilaksanakan dengan
14

mengarahkan pelaksanaannya terhadap jadwal produksi serta strategi produksi

yang sebelumnya telah dirancang. Perhitungan banyaknya bahan baku yang

hendak dibeli oleh perusahaan dapat dilakukan melalui banyaknya bahan baku

yang digunakan dalam kegiatan produksi ditambah dengan rencana persediaan

akhir dari bahan baku tersebut, dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal

dalam perusahaan yang bersangkutan.

2. Harga bahan baku

Salah satu Faktor penentu besaran dana yang harus disiapkan oleh

perusahaan adalah harga bahan baku, jika perusahaan tersebut akan menyediakan

bahan baku dalam taraf unit tertentu. Apabila harga bahan baku yang digunakan

perusahaan semakin tinggi, akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan

perusahaan agar bisa memenuhi jumlah persediaan yang diinginkan.

3. Biaya-biaya persediaan

Dalam kaitannya terhadap biaya-biaya persediaan, diketahui tiga jenis

biaya persediaan yakni biaya pemesanan, biaya penyimpanan, serta biaya tetap

persediaan. Biaya penyimpanan adalah biaya yang akan semakin besar

jumlahnya jika semakin tinggi jumlah unit bahan yang disimpan oleh perusahaan.

Biaya pemesanan adalah biaya yang akan semakin besar jumlahnya jika semakin

besar gelombang pemesanan bahan baku dari pihak perusahaaan. Sedangkan

Biaya tetap persediaan adalah biaya yang besarannya tak terpengaruh dengan

frekuensi bahan baku yang dipesan ataupun banyaknya unit yang disimpan oleh

perusahaan.

4. Kebijakan pembelanjaan
15

Persediaan bahan baku didalam perusahaan dapat dipengaruhi oleh

Kebijakan pembelanjaan yang diselenggaran oleh perusahaan. Besarnya jumlah

dana yang bisa dipakai dalam kegiatan investasi persediaan bahan baku juga

berdasarkan kebijakan yang diberikan oleh perusahaan, dana bahan baku yang

ada apakah bisa mendapatkan prioritas pertama, atau kedua, dan mungkin saja

bisa yang terakhir untuk perusahaan yang terlibat. Selain itu, kemampuan

perusahaan dalam memodali seluruh keperluan persediaan bahan baku juga

dipengaruhi oleh financial perusahaan secara umum.

5. Pemakaian bahan baku

Hubungannya antara prediksi penggunaan bahan baku terhadap

penggunaan senyatanya pada perusahaan terkait guna kebutuhan

penyelenggaraan kegiatan produksi akan lebih baik jika dilakukan analisis yang

lebih teratur, diharapkan nantinya bentuk penyerapan bahan baku bisa diketahui.

Menggunakan analisis perkiraan ini bisa dipahami jenis peramalan yang dipakai

sebagai sumber prediksi penggunaan bahan ini berdasarkan penggunaan

senyatanya atau tidak. Perbaikan dari model yang dipakai pastinya lebih baik

diselenggarakan jika pada kenyataanya jenis peramalan penyerapan bahan baku

yang dipakai dengan kenyataan yang ada itu tidak sesuai.

6. Waktu tunggu (lead time)

Tenggang waktu yang dibutuhkan antara pemesanan bahan baku

dilakukan terhadap sampainya bahan baku yang telah dipesan dinamakan dengan

waktu tunggu. Jika perusahaan tidak mempertimbangkan waktu tunggu dalam

pemesanan bahan baku yang akan dipakai, maka akan terjadi kekurangan bahan
16

baku (walaupun sudah dipesan), karena bahan baku tersebut belum datang ke

perusahaan. Namun demikian, apabila perusahaan tersebut diperlukan, maka

perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mengalami penumpukan bahan

baku, dan keadaan ini akan merugikan perusahaan yang bersangkutan.

7. Model pembelian bahan baku

Persediaan bahan baku yang terdapat pada perusahaan juga sangat

dipengaruhi oleh Model pembelian bahan yang digunakan. Hasil dari jumlah

pembelian optimal akan berbeda berdasarkan model pembeliannya. Penentuan

model atau jenis pembelian yang dipakai pada sebuah perusahaan akan

dicocokkan dengan kondisi serta situasi persediaan bahan baku untuk setiap

perusahaan yang terkait. Ciri khas setiap bahan baku yang dipakai pada suatu

perusahaan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menyelenggarakan penetapan

model pembelian yang tepat dengan setiap bahan baku yang ada pada

perusahaan. Hingga saat ini, model atau jenis pembelian dengan kuantitas atau

jmlah pembelian yang optimal (EOQ) merupakan model pembeliang yang paling

banyak dipakai pada sebuah perusahaan.

8. Persediaan pengaman

Untuk menghindari bahan baku yang habis didalam perusahaan,

dilakukanlah persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman dipakai

oleh perusahaan jika ada kendala berupa bahan baku yang berkurang, atau bahan

baku yang dibeli oleh perusahaan terlambat datang. Adanya safety stock akan

membantu berjalannya kegiatan produksi perusahaan agar bahan baku tidak

habis, meskipun terjadi keterlambatan bahan baku yang dibeli oleh perusahaan
17

dari waktu yang diperkirakan. Persediaan safety stock dilaksanakan dalam batas

tertentu, yang mana jumlah tersebut adalah jumlah tetap yang digunakan dalam

periode waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya.

9. Pembelian kembali

Saat pelaksanaan pembelian lanjutan pastinya manajemen yang terkait

akan memikirkan lamanya waktu tunggu yang dibutuhkan saat membeli bahan

baku yang dimaksud. Dengan begitu pelaksanaan pembelian kembali akan dapat

membawa bahan baku pada waktu yang tepat ke dalam gudang, yang

menyebabkan tidak adanya keterlambatan datangnya bahan baku yang

mengakibatkan kekurangan bahan baku, ataupun sebaliknya berupa meluapnya

bahan baku didalam gudang akibat bahan baku yang dipesan lebih awal

kedatangannya.

Menurut Eddy (2018), persediaan bisa diklasifikasikan dalam 4 jenis,

yaitu:

1. Fluctuation stock, adalah sediaan yang fungsinya sebagai penjaga apabila terjadi

fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi

bila terjadi kesalahan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau

pengiriman barang.

2. Anticipation stock, adalah persediaan yang digunakan dalam menghadapi

keinginan yang bisa diramalkan, contohnya apabila musim permintaan sedang

tinggi, akan tetapi kemampuan produksi yang ada tak memadai untuk mencukupi

permintaan. Persediaan ini digunakan juga agar menjaga kemungkinan bahan


18

baku yang sulit didapatkan supaya tidak terjadi kondisi terhentinya proses

produksi.

3. Lot-size inventory, adalah sediaan yang dilaksanakan dalam kuantitas yang

melebihi besarnya kebutuhan saat itu. Persediaan diselenggarakan agar

memperoleh keuntungan dari harga barang seperti diskon dikarenakan membeli

secara besar-besaran ataupun agar memperoleh penghematan yang berasal dari

biaya pengantaran per unit yang lebih rendah.

4. Pipeline inventory, persediaan yang ada didalam proses pelaksanaan pengantaran

dari tempat awal mula menuju tempat barang tersebut akan dipakai disebut

dengan pipeline inventory. Contohnya, barang yang dikirim dari pabrik pada

tempat jualnya, dimana bisa menghabiskan waktu beberapa hari hingga minggu.

2.1.3 Manfaat Persediaan

Hendratmiko.Y (2010), mengatakan bahwa terdapat 5 keuntungan

penting yang dimiliki persediaan dalam mencukupi kebutuhan perusahaan,

yaitu :

1. Menghindari resiko pengiriman bahan baku yang terlambat atau barang yang

diperklukan oleh perusahaan.

2. Menghilangkan resiko apabila material yang dipesan jelek atau tidak baik

sehingga harus kembalikan.

3. Menghilangkan resiko akan naiknya harga barang atau inflasi.

4. Untuk menyimpan bahan baku yang diperoleh secara musiman sehingga

perusahaan tidak kesulitan jika tidak ada bahan yang tersedia dipasaran.
19

5. Memperoleh keuntungan dari pembelian berdasar kuantitas atau quantyti

discount memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang

yang dibutuhkan.

2.2 Biaya

Biaya adalah bagian penting yang harus dimiliki dan diperhatikan

perusahaan, hal yang mempengaruhi besaran biaya yang dihabiskan oleh

perusahaan bergantung pada derajat keperluan yang dibutuhkan perusahaan

dalam memenuhi keinginan perusahaan. Biaya-biaya yang muncul akibat

adanya persediaan disebut sebagai biaya persediaan. Heizer dan Render

(2014), mengemukakan beberapa biaya-biaya yang muncul dari persediaan

yaitu :

1. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)

Biaya yang berhubungan dengan penyimpanan selama periode waktu

tertentu disebut sebagai biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan juga terkait

dengan barang yang ada digudang yaitu barang using, ataupun biaya yang

berhubungan dengan penyimpanan. Biaya-biaya yang bersangkutan dengan

penyimpanan diantaranya yaitu biaya penanganan bahan mentah (sewa atau

depresiasi daya dan peralatan), biaya perumahan (sewa atau depresiasi pajak,

asuransi, dan gedung,), biaya investasi (biaya pajak, asuransi, dan peminjaman,

pada persediaan), biaya tenaga kerja (keamanan, pergudangan, penerimaan), biaya

penyerobotan, sisa, dan barang usang (semakin tinggi jika produk yang dihasilkan

cepat berubah, sepert komputer atau handphone).

2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)


20

Biaya yang merangkum semua biaya dari formulir, persediaan, administrasi,

dan sebagainya yang meliputi proses sekitar pemesanan disebut sebagai biaya

pemesanan.

3. Biaya Pemasangan (Setup Cost)

Biaya yang berasal dari kegiatan dalam mempersiapkan proses ataupun mesin

agar bisa memproduksi pesanan dinamakan dengan biaya pemasangan. Waktu dan

tenaga keja juga disertakan didalam biaya ini agar dapat mengganti dan

membersihkan peralatan.

2.3 Bahan Baku

Bahan yang menciptakan bagian menyeluruh dari sebuah produk jadi

disebut sebagai bahan baku. Perusahaan manufaktur mendapatkan bahan baku

yang akan diolah itu dari impor, pembelian lokal, ataupun diolah secara

langsung (Mulyadi, 2012).

Krismiaji (2011), mengemukakan bahwa terdapat dua jenis bahan baku, yaitu :

1. Direct material (Bahan baku langsung), merupakan bahan yang dijadikan

sebagai bahan integral dari sebuah produk jadi secara fisik dan diyakinkan bisa

dicari kehadirannya pada sebuah produk jadi.

2. Indirect material (Bahan baku tidak langsung) merupakan bahan atau material

yang secara fisik tidak bisa dicari eksistensinya pada suatu produk jadi.

Menurut Sunyoto (2013), perusahaan, dalam mempertahankan jumlah persediaan

bahan baku sangat tergantung pada :

1. Waktu yang diperlukan mulai saat waktu pemesanan hingga saat diterimanya

bahan (lead time). Lead time harus dipertimbangkan dengan baik agar
21

perusahaan bisa melakukan proses produksi dengan lancar, dikarenakan adanya

waktu tenggang pada saat pemesanan dengan saat diterimanya barang. Hal ini

nantinya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan produksi sebagai akibat dari

jumlah persediaan yang cukup karena pengaturan yang baik.

2. Jumlah pemakaian banyaknya bahan yang dipakai pada sebuah kegiatan produksi

akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah persediaan bahan mentah yang

diperlukan perusahaan.

3. Jumlah investasi dalam persediaan tingkat persediaan juga ditentukan oleh

jumlah investasi yang diperlukan dalam persediaan. Dimana kelancaran suatu

proses produksi sudah dapat dipastikan dengan adanya pemesanan bahan mentah

dengan jumlah besar secara periodik. Akan tetapi berkebalikan dari itu, bahan-

bahan mentah yang harganya mahal, maka frekuensi pemakaian dan kantor lead

time sebaiknya diberikan perhatian yang lebih besar dikarenakan besaran modal

yang nantinya diinvestasikan pada persediaan yang mahal diperkirakan cukup

besar.

4. Karakteristik fisik dari bahan mentah yang dibutuhkan Kriteria fisik bahan

mentah contohnya kondisi jelek atau baik, ukuran kecil atau besar. Bahan mentah

yang kondisinya cepat rusak sebaiknya tidak dipesan dalam jumlah besar

dikarenakan dapat menimbulkan kerugian. Meskipun ddilihat dari harga itu

murah.

2.4 EOQ (Economic Order Quantity)

Margaretha (2011), mengemukakan bahwa Economic Order Quantity (EOQ)

adalah banyaknya unit bahan/barang yang dipesan pada saat pemesanan supaya
22

dapat meminimalkan biaya-biaya yang berhubungan dengan pengadaan persediaan,

atau jumlah unit pembelian yang paling optimal. Selain itu, Heizer dan Render

(2014) mengatakan bahwa jumlah pesanan ekonomis (Economic Order Quantity)

merupakan cara untuk mengontrol persediaan agar biaya total dari penyimpanan dan

pemesanan dapat diminimalkan.

EOQ adalah kuantitas atau volume pembelian yang sangat ekonomis disetiap

pembelian. EOQ merupakan cara dalam memperkirakan banyaknya unit yang

dimasukkan oleh perusahaan ke inventaris saat proses order. Hal tersebut diterapkan

agar total biaya persediaan bahan baku dapat diminimalkan, contohnya pada biaya

penyimpanan, pemesanan, serta biaya yang berhubungan dengan sediaan bahan

baku. Perhitungan EOQ dapat membantu perusahaan untuk mengetahui frekuensi

kuantitas bahan baku yang optimal pada setiap kali pemesanan bahan baku yang

optimal. Penerapan serta perencanaan metode EOQ pada perusahaan dapat

memberikan manfaat berupa :

a) EOQ bisa mengurangi kejadian stock out yang mengakibatkan kegiatan produksi

perusahaan tidak akan terganggu.

b) Mampu menghemat ruang didalam gudang serta meminimalisir biaya

penyimpanan.

c) Mampu mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat persediaan bahan baku

yang banyak menumpuk.

2.5 Titik Pemesanan Ulang (Re Order Point)

Riyanto (2010), mengatakan bahwa Re Order Point merupakan titik atau

waktu yang mengharuskan dilaksanakannya pesanan kembali yang menyebabkan


23

penerimaan atau kedatangan material yang dipesan bisa tepat waktu yang mana jika

persediaannya diatas dari safety stock itu dinyatakan sebagai nol. Margaretha (2011),

mengemukan bahwa Re order Point adalah titik yang mengharuskan dilakukannya

ppemesanan lagi agar persediaan dapat terisi. Re Orriyantider Point merupakan titik

atau saat suatu institusi bisnis atau perusahaan melakukan pemesanan bahan atau

barang agar terkendalinya kondisi persediaan yang ada. (Fahmi, 2014).

2.6 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Waktu yang dibutuhkan untuk memesan barang hingga barang itu datang perlu

jangka tertentu, hal itu bervariasi mulai dari jam hingga bulan. Perbedaan waktu

tersebut disebut dengan istilah lead time (waktu tenggang). Jarak lokasi antara

pemasok berada dengan pembelian serta ketersediaan barang sangat mempengaruhi

waktu tenggang. Dikarenakan adanya load time, dibutuhkan cadangan persediaan

bagi kebutuhan selama menunggu kedatangan barang, hal itu dinamakan dengan

safety stock (persediaan pengamanan). Haming (2012), mengatakan bahwa safety

stock adalah unit persediaan wajib selalu ada pada sebuah perusahaan agar dapat

dilakukan antisipasi terhadap fluktuasi permintaan serta mencegah adanya kondisi

kehabisan stock. Selain itu, Sunyoto (2013), mengemukakan bahwwa persediaan

pengaman (safety stock) merupakan persediaan tambahan yang ada guna untuk

mengantisipasi adanya tingkat penjualan yang berubah ataupun proses produksi dan

pengiriman yang terlambat.

2.7 Keunggulan Metode EOQ (Economic Order Quantity)

Metode EOQ memiliki beberapa keunggulan yaitu bisa dipakai untuk

mengetahui jumlah persediaan yang hendak dipesan serta kapan waktu sebaiknya
24

dilakukan pemesanan, dengan adanya persediaan pengaman juga bisa menyelesaikan

permasalahan akibat permintaan yang tidak pasti, aplikasinya lebih mudah dilakukan

diaplikasikan pada kegiatan produksi yang dilakukan besar-besaran. (Heizer dan

Render, 2011). Keuntungan yang didapatkan dari penggunaan metode EOQ

(Economic Order Quantity), yaitu :

a) Bisa dipakai agar dapat mengenali jumlah persediaan yang seharusnya

dipesan perihal bahan baku serta kapan sebaiknya dilakukan pemesanan.

b) Mudah diaplikasikan untuk proses produksi secara massal.

c) Mampu menyelesaikan permasalahan berupa permintaan yang tidak pasti

dengan adanya safety stock (persediaan pengaman).

d) Sistem EOQ bisa aplikasikan untuk perusahaan yang tidak stabil permintaan

produksinya.

e) EOQ juga bisa diaplikasikan pada perusahaan besar maupun perusaahn kecil.

f) Adanya persediaan pengaman menyebabkan proses produksi tidak akan

terganggu.

g) Dapat meminimaliisirkan biaya transportasi.

h) Dengan sistem EOQ perusahaan dapat mengetahui berapa total jumlah biaya

persediaan optimal yang seharusnya disediakan oleh perusahaan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Sebuah penelitian oleh Dewi (2018), yaitu Analisis Pengendalian Persediaan

Bahan Baku pada PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang. Metode

analisis data yang digunakan oleh penulis pada penelitian tersebuat adalah metode

Economic Order Quantity (EOQ) yang tujuannya agar dapat ditentukan pemesanan
25

yang paling bersifat ekonomis, Re Order Point (ROP), Total Inventory Cost (TIC),

serta safety Stock (SS). Didapatkan hasil akhir penelitian ini adalah sebesar 113.631

kg pembelian bahan baku optimal berdasarkan kebijakan dari perusahaan, dengan

frekuensi pemesanannya mencapai 48 kali dalam kurun waktu satu tahun, lain halnya

dengan metode EOQ dimana didapatkan hasil sebanyak 346.588 kg dan sebanyak 16

kali frekuensi pemesanan selama satu tahun. Keseluruhan biaya persediaan

berdasarkan kebijakan perusahaan sebanyak Rp. 4.097.678, lalu dilihat dari metode

EOQ sebanyak Rp. 2.426.466. Safety Stock (Persediaan pengaman) berdasarkan

kebijakan perusahaan itu tidak ada namun berdasarkan metode EOQ sebanyak

200.693 kg. tidak terdapat titik pemesanan ulang berdasarkan kebijakan perusahaan,

namun menurut metode EOQ yaitu sebanyak 323.067 kg.

Sebuah penelitian oleh Fifi (2018), mengenai Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Karet Mentah/Bokar dengan Metode EOQ (Economic

Order Quantity) Pada PT. Batanghari Barisan. Mengemukakan bahwa

penelitian tersebut tujuannya adalah agar bisa diketahui banyaknya pembelian

bahan baku yang sifatnya ekonomis, optimalnya suatu frekuensi pembelian,

mengenali keseluruhan biaya persediaan bahan baku atau TIC, mengetahui

banyaknya persediaan safety stock, serta diketahui jumlah yang tepat untuk

pemesanan bokar kembali (Re order point). Metode pengolahan data yang

dipakai pada penelitian ini yaitu metode EOQ (Economic Order Quantity)

diikuti dengan penggunaan rumus perhitungan Safety Stock, Reorder Point,

serta perhitungan TIC. Penelitian Ini Mendapatkan Hasil sebanyak 8.244 ton

pembelian bokar yang sifatnya ekonomis, sebanyak 6 kali pembelian bahan


26

baku yang sifatnya optimum dalam kurun waktu satu tahun. Didapatkan

sebanyak Rp. 873.904 keseluruhan biaya persediaan bahan baku dengan

Metoode EOQ, dan sebanyak 297 ton safety stock, serta perusahaan

diharuskan umtuk Re order point di taraf persediaan sebanyak 598 ton.

Pada tahun 2020, sebuah penelitian juga dilakukan oleh Erna

mengenai Analisi Pengendalian Persediaan Bahan Baku Crumb Rubber

dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) pada PT.Golden Energi

Mandiangin. PT.Golden Energi Mandiangin merupakan perusahaan yang

berproduksi di bidang Manufacturing Crumb Rubber, diketahui bahwa untuk

menjalankan operasional prusahaan perlu dilakukan persediaan bahan baku

yang terkendali guna untuk proses produksi. Penelitian ini menggunakan

metode EOQ dimana jika berdasarkan perhitungan menggunakan metode

EOQ hasil perhitungan bahan baku crumb rubber pada PT.Golden Energi

Mandiangin terdapat penghematan biaya yang signifikan dibandingkan

dengan kebijakan perusahaan, kemudiam apabila berdasarkan penggunaan

metode EOQ keseluruhan biaya persediaan bahan baku crumb rubber

diketahui lebih sedikit dari pada keseluruhan biaya sediaan bahan baku dari

perusahaan dengan hasil sebanyak Rp. 482.855.204 rata-rata penghematan per

tahunnya. Pada penelitian ini yang ditentukan hanya total biaya persediaan

atau TIC yang disiapkan oleh persahaan saja, sedangkan untuk safety stock

dan Re order point nya tidak ditentukan.

Sebuah penelitian oleh Imam Febrian (2019), tentang Analisis

Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meningkatkan Proses Produksi Pada


27

PT.Jhonlin Agro Mandiri (Crumb Rubber Factory) Batulicin. Permasalahan

yang dilihat pada penelitian ini adalah bagaimana agar persediaan bahan baku

mampu membuat proses produksi Pada pada PT.Jhonlin Agro Mandiri

menjadi meningkat, dan juga bagaimana sediaan bahan baku yang ada

seharusnya membuat proses produksi pada PT.Jhonlin Agro Mandiri

meningkat. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini

adalah metode EOQ dan Analisa trend yang berguna dalam menentukan mana

safety stock yang mampu memaksimalkan proses produksi. Pada penelitian ini

didapatkan hasil sebanyak 2.717.975 kg bahan baku yang disediakan oleh

perusahaan selama periode Oktober 2019 agar kegiatan produksi dapat

meningkat. dan diketahui sebanyak 2.688.797 Kg bokar yang disiapkan

perusahaan berdasarkan peramalan dengan metode trend projection agar bisa

mengamankan kegiatan produksi pada bulan berikutnya, serta berdasarkan

penghitungan dengan safety stock perusahaan diharuskan untuk memiliki

persediaan sebesar 1.157.397 Kg yang berfungsi sebagai persediaan tambahan

dan pengaman untuk meningkatkan kegiatan produksi perusahaan selama

kurun waktu bulan depan November.

Penelitian pada tahun 2013 oleg Dina yaitu Optimalisasi Sistem

Persediaan Bahan Baku Karet Mentah (Lateks) Dengan Metode Lot Sizing

(Studi Kasus : PT.Abasiat Raya). Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini mengacu kepada sistem pengolahan persediaan bahan lateks di

PT.Abasiat Raya pada dasarnya masih perlu diperbaiki mengacu pada

kegiatan perencanaan persediaan bahan baku digudang perusahaan yang tidak


28

teratur, sehingga menyebabkan kelebihan stock (over stock) dan pada suatu

waktu lain mengalami kekurangan stock (stock out). Pada penelitian

pengolahan data dilakukan dengan menggunakan peramalan permintaan

lateks 12 selama kurun waktu kedepan (tahun 2012), perhitungan safety stock,

perhitungan lot sizing menggunakan metode Period Order Quantity (POQ),

Silver Meal, Metode LUC (Least Unit Cost), serta perhitungan standar deviasi

hasil peramalan. Berdasarkan peramalan serta ukuran pemesanan atau lot

sizing didaptkan hasil bahan baku lateks yang optimal sama dengan demand

pada setiap periode (yaitu mesanan yang laksanakan tiap periodenya) karena

adanya siklus permintaan dan menurun sepanjang periode perencanaan untuk

tingkat safety stock yang sebaiknya disiapkan oleh gdang penyimpanan agar

dapat meminimalisir terjadinya stock out yaitu sebesar 114.282.20 Kg serta

waktu pemesanan ulang (reorder point) untuk mengatasi fluktuasi dilakukan

pada saat stock telah mencapai level 333.1300,95 Kg.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurlela (2021), mengenai Analisis

Sistem Pengendalian Bahan Baku Menggunakan Metode Economic Order

Quantity (EOQ) Pada Proses Produksi Karet Pada Rubber Factory PT.

Lonsum Estate Tamatto, menyatakan bahwa permasalahan yang dilihat pada

penelitian tersebut adalah permasalahan produksi, yang mana peneliti

menganggap pentingnya permasalahan dalam proses produksi, oleh karena itu

perusahaan harus memperhatikan dengan baik supaya mampu bersaing

dengan perusahaan lainnya, dikarenakan jika kegiatan produksi dapat

terlaksana dengan lancar tujuan yang diinginkan oleh perusahaan pun bisa
29

dicapai, dan sebaliknya. Kelancaran proses produksi sendiri dipengaruhi oleh

perencanaan terhadap kuantitas barang dengan melihat kombinasi tiap-tiap

produk dari barang yang hendak diproduksi serta dengan diperhatikannya

sumber daya bahan baku langka yang ada pada perusahaan. Bebrapa

permasalahan lainnya yang dimiliki perusahaan adalah biaya operasional yang

naik, meningkatnya upah minimum tenaga kerja berdasarkan ketetapan

pemerintah, serta biaya bahan bakar. Analisis yang digunakan oleh peneliti

pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yang tujuannya agar

sesuatu tersebut bisa dideskripsikan dengan menggunakan angka. Hasil dari

penelitian berdasarkan tabulasi di tahun 2020 melihatkan sebanyak Rp

925.574.817 total persediaan yang dihabiskan oleh perusahaan dimana biaya

tersebut lebih tinggi, kemudian untuk analisa yang menggunakan metode

EOQ didapatkan sebanyak Rp 565.527.919 yang menyebabkan perusahaan

bisa menghemat biaya sediaan bahan baku sebanyak Rp 360.046.898.

2.9 Kerangka Pemikiran

Bahan baku adalah faktor utama jalannya operasional perusahaan, persediaan

bahan baku berfungsi agar melancarkan kegiatan produksi perusahaan, guna untuk

tidak terjadinya bahan baku yang kurang (stock out) ataupun bahan baku yang

berlebih (over stock). Persediaan bahan baku juga mempengaruhi biaya-biaya

pengeluaran yang akan ditanggung perusahaan, apabila persediaan bahan baku yang

dibeli atau diperlukan perusahaan semakin tinggi maka akan menyebabkan semakin

tinggi pula biaya pengeluaran oleh perusahaan. Agar keputusan saat pembelian
30

bahan baku bisa lebih efisien serta mengurangi biaya untuk sediaan bahan baku

maka perusahaan memerlukan pengendalian dalam persediaan bahan baku (bokar).

Bahan olahan karet (bokar) adalah bahan utama pada kegiatan

produksi crumb rubber (karet remah). PT. XYZ adalah salah satu perusahaan

berbentuk swasta yang centralnya berlokasi di Thailand cabang ke 5 yang ada

di Indonesia merupakan perusahaan yang menghasilkan crumb rubber (karet

remah) dengan spesifikasi teknik SIR 10 dan SIR 20. PT. XYZ membeli

bahan baku dari supplier yang sebelumnya sudah dicek karakteristik bokar

yang dibutuhkan oleh perusahaan dan melakukan perjanjian kontrak. PT.

XYZ selalu menerima bahan baku setiap hari kerja dikarenakan

mengantisipasi kekurangan persediaan bahan baku yang diperlukan. Pada

tabel 2 bisa dilihat bahwa produksi karet di Provinsi Jambi terus mengalami

penurunan dengan itu Gapkindo jambi sudah melarang untuk tidak akan lagi

mengizinkan industri crumb rubber berdiri lagi melihat kondisi produksi yang

terus menurun secara signifikan dan ditakuti tidak mampu memenuhi

kebutuhan bahan baku yang diperlukan perusahaan-perusahaan yang masih

aktif. Sehingga perusahaan harus bisa mengantisipasi beberapa hal yang

sering terjadi dalam pembelian bahan baku, seperti menurunnya harga karet

mentah pada pasar global yang menyebabkan petani menahan pasokan karet

getah hingga harga stabil dan ketidakpastian jumlah pasokan dari petani

akibat faktor cuaca dan fluktuasi serta adanya bokar yang tak cocok dengan

karakteristik yang perusahaan butuhkan.


31

Oleh sebab itu perusahaan seharusnya memiliki sediaan bahan baku

untuk mengantisipasi ketidakpastian persediaan bahan baku dari petani serta

untuk tak menghambat jalannya proses produksi perusahaan. Manfaat

Pengendalian persediaan bahan baku salah satunya yaitu dapat diketahui

banyaknya bahan baku yang akan dipesan atau yang nantinya diperlukan

berdasarkan pemakaian yang ada, supaya taka da bahan baku yang berlebih

(over stock) atau bahan baku yang kurang (stock out) yang mengakibatkan

biaya penyimpanan dan biaya pemesanan bahan baku yang dibayar

perusahaan bisa lebih optimal. Metode EOQ (Economic Order Quantity)

merupakan salah satu metode yang dipakai untuk mengambil keputusan

persediaan bahan baku. Berdasarkan pada landasan teori dan penelitian

terdahulu dapat menjelaskan bahwa perusahaan akan menyususn perencanaan

target produksi, perencanaan laba, serta biaya pengeluaran perusahaan. Tujuan

dalam analisis ini adalah agar dapat diketahui total biaya sediaan bahan baku

yang optimal untuk perusahaan dengan memakai Metode EOQ (Economic

Order Quantity). Berdasarkan pemaparan diatas, maka secara sistematis

digambarkan dalam skema kerangka pemikiran pada Gambar 1.

PT. XYZ
(Pengolahan Crumb Rubber)
32

Bahan Baku (Bokar)

Kuantitas Pembelian Bahan Baku Kuantitas Pembelian Bahan Baku


Perusahaanaan Metode EOQ

Biaya Pemesanan dan Biaya Biaya Pemesanan dan Biaya


Penyimpanan Peursahaan Penyimpanan Metode EOQ

Total Biaya Persediaan Metode


Total Biaya Persediaan Perusahaan
EOQ

Perhitungan Safety Stock dan


Re Order Point

Melihat Skema Perusahaan dan Metode EOQ


Dalam Persediaan Bahan Baku

Gambar 1. Skema Kerang Pemikirian


III. METODE PENELITIAN

3.1 Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. XYZ lokasi perusahaan berada

di Jl. Lintas Sumatera KM.54 RT.05 Desa Sirih Sekapur Kec. Jujuhan, Kab.

Bungo Jambi – Indonesia. PT. XYZ merupakan perusahaan asing yang

berpusat di Negara Thailand didirikan pada tahun 2015 salah satu cabang ke 5

yang ada di Indonesia. Bahan baku merupakan salah satu faktor utama dalam

proses berjalannya suatu perusahaan, semua bahan baku bokar yang diperoleh

oleh PT. XYZ berasal dari perkebunan rakyat, karena perusahaan ini hanya

berfokus kepada bidang industri. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

sengaja (purposive) oleh penulis atas dasar pertimbangan bahwa PT. XYZ

merupakan perusahaan penghasil crumb rubber (karet remah) belum

menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam penerapan

manajemen persediaan bahan baku. Adapun data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Target produksi Crumb Rubber (karet remah) PT.XYZ (kg)

2. Kebutuhan bahan baku atau Target Pembelian Bahan Baku (kg)

3. Pemakaian bahan baku sesungguhnya (kg)

4. Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh PT.XYZ untuk perediaan bahan baku

(Rp)

5. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan PT. XYZ untuk persediaan bahan baku

(Rp)

6. Data pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian.

32
33

3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtut

waktu (cross section) yaitu data yang secara kronologis disusun menurut

waktu pada suatu variabel tertentu. Data dalam penelitian ini merupakan data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan

dan diperoleh langsung dari sumber asli untuk kepentingan studi yang

bersangkutan, sedangkan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh

Instansi dan lembaga pengumpul data yang dipublikasikan kepada masyarakat

pengguna data atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Data

penelitian ini diperoleh dari Instansi Resmi PT. XYZ, dan juga situs resmi

Direktorat Jenderal Perkebunan, serta Kementerian Pertanian. Dalam

memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini penulis

mengumpul data dengan cara filed research atau penelitian lapangan yang

secara sistematis menggunakan data yang ada dilapangan.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data

dalam penelitian ini adalah metode observasi dan interview. Interview yaitu

teknik peengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab dengan pihak-pihak

yang bersangkutan dengan persediaan bahan baku. Observasi yaitu teknik


34

pengumpulan data dengan cara langsung mendatangi objek penelitian dan

melakukan pengamatan secara langsung. Selain data – data laporan tertulis,

untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan

referensi dari berbagai sumber pustaka, media masa dan internet.

3.3 Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk identifikasi

perhitungan persediaan bahan baku, serta ringkasan dari hasil perhitungan

metode EOQ, safety stock, dan re order point.

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghtiung total kebutuhan bahan

baku yang ekonomis serta frekuensi pembeliaan dengan metode EOQ,

mengitung safety stock dan re order point, dan menghitung total inventory

cost. Berikut ini berbagai metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif

dalam penelitian ini

3.3.1 Metode EOQ (Economic Order Quantity)

Analisis pemesanan kebutuhan bahan baku dengan Metode EOQ

(Economic Order Quantity) bertujuan untuk mengetahui kuantitas pembeliaan

bahan baku yang ekonomis dan frekuensi waktu pembelian bahan baku yang

optimal serta total biaya persediaan menjadi ekonomis pada PT. XYZ

sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan, biaya pemesan dan biaya

penyimpanan. Menurut Heizer dan Render (2014) Untuk menentukan jumlah


35

pesanan yang ekonomis (EOQ) dapat dihitung dengan rumus : EOQ =

√ 2 DS
H

Keterangan :

EOQ/Q* = Jumlah pemesanan ekonomis (kg)

S = Biaya pemesanan tiap pemesanan (Rp/sekali pembelian)

D = Permintaan bokar (kg/bln)

H = Biaya penyimpanan (Rp/kg)

3.3.2 Menentukan Total Biaya Persediaan Optimal

Rumus total biaya persediaan (TIC) menurut Handoko (2012) adalah

sebagai berikut

Q D
Total Biaya Persediaan (TIC) = H +S
2 Q

Keterangan :

TC = Total biaya persediaan (Rp/bln)

D = Kebutuhan bahan baku (kg/bln)

Q = Jumlah barang setiap pesan (kg/sekali pembelian)

S = Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesan (Rp/sekali

pembelian)

H = Biaya penyimpanan (Rp/kg)

3.3.3 Menentukan Persediaan Pengaman (safety Stock)

Dalam menentukan persediaan pengaman digunakan analisis statistik

yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi


36

antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian sebenarnya

sehingga dikatuhui standar deviasinya. Adapun rumus standar deviasi adalah

sebagai berikut sebagai berikut (Suharyadi, 2016) :

SD = √ ¿ ¿ ¿

Keterangan :

SD = Standar Deviasi (kg/bln)

X = Pemakaian Sesungguhnya (kg/bln)

Y = Rata-rata kebutuhan bahan baku (kg/bln)

n = Jumlah data

Sedangkan rumus untuk menghitung Safety Stock sebagai berikut:

SS = Z x SD

Keterangan:

SS = Safety Stock (kg/hari)

Z = Service Level %

SD = Standar deviasi

III.3.4 Menentukan Titik Pemesan Kembali (Re Order Point)

Sudana (2011) mengemukakan sebuah Rumus untuk menentukan Reorder

Point yaitu :

ROP = (d.Lt) x SS

Keterangan :

ROP = Reoder point

Lt = Lead time

d = Rata-rata Pemakaian (kg.hari)


37

SS = Safety Stock (kg/hari)

3.4 Konsepsi Pengukuran

1. Persediaan adalah stock yang disimpan oleh perusahaan agar dapat memenuhi

tujuan tertentu dalam bentuk barang setenagh jadi atau bahan olaha karet

(bokar) dengan jenis slab dan cup lump.

2. Kebutuhan bahan baku adalah jumlah pembelian bahan baku yang harus dibeli

sesuai dengan yang telah ditetapkan, dalam penentuan kebutuhan bahan baku

dilihat pada target produksi yang direncanakan dan stock persediaan digudang.

(kg/bln)

3. Target Produksi adalah jumlah produksi yang ingin dicapai atau yang

diharapkan perusahaan dalam waktu tertentu (kg/bln)

4. Pemakain sesungguhnya adalah bokar yang telah memasuki tahap produksi

(kg/bln)

5. Jumlah bokar adalah stock bokar yang tersisa digudang setelah pemakaian

bokar yang mana untuk menentukan persedian dengan cara pembelian +

persedian sebelumnya nya – pemakaian sesungguhnya (kg/bln)

6. Perusahaan menjalinkan kerja sama dengan petani terdekat untuk mendapatkan

pasokan bokar yang baik, petani yang sudah menjalin kerja sama dengan

perusahaan dinamakan supplier. Dengan alur pembelian petani langsung

mengantar bokar ke perusahaan dan melalui beberapa tahap pengecekan.

7. Perusahaan memiliki 3 station pembelian yaitu tebo, bangko dan muara beliti,

petani sekitar menjual bokar ke setiap station perusahaan dan bokar yang sudah
38

dibeli perusahaan akan diangkut dengan menyewa mobil dengan kapasitas

sebanyak 20 ton sekali angkut tanpa harus pengecekan K3 lagi.

8. Biaya Pemesanan yang terdiri atas Biaya Telepon dan Biaya Pengiriman

(Rp/sekali pesan)

9. Biaya Telpon adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang diberikan kepada

SPV of RM Receiving untuk berkomunikasi dengan supplier terkait nego harga

setelah pengecekan KKK dan bokar yang terkontaminasi atau terjadi

kecurangan (Rp)

10. Biaya Pengiriman adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyewa

mobil truk guna mengangkut bokar dari station pembeliaan ke pabrik (Rp/kg)

11. PT. XYZ memiliki 3 station pembelian yaitu di Tebo, Bangko dan Muara Beliti

yang mana biaya pengiriman setiap station ke pabrik berbeda-beda.

12. Biaya penyimpanan terdiri atas Biaya Listrik, Biaya Buruh Gudang, dan Biaya

Keamanan (Rp/thn)

13. Biaya Listrik adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan terkait listrik yang ada

digudang penyimpanan, seperti biaya lampu gudang, lampu sorot untuk malam

hari, timbangan digital, dan mesin air (Rp/thn)

14. Biaya Buruh Gudang adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan kepada 26

orang buruh yang bertugas dalam bongkat muat bokar, penyortiran, dan

penyususan bokar (Rp/thn)

15. Biaya Keamanan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada 2

orang satpam yang bertugas dalam keamanan gudang (Rp/thn)


39

16. Persediaan Pengaman (safety stock) adalah persediaan bokar yang harus selalu

tersedia digudang penyimpanan (kg/bln)

17. ROP (Re Order Point) adalah kondisi dimana perusahaan harus melakukan

pembelian kembali bokar (kg)

18. Pembeliaan bahan baku adalah bokar yang dibeli perusahaan sesuai dengan

karakteristik yang dibutuhkan guna untuk kegiatan produksi (kg/bln)

19. Data-data yang diperlukan terkait dengan penelitian.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Profil dan Sejarah Singkat PT.XYZ

PT. XYZ didirikan pada tahun 2015 yang berfokus pada bidang

industri pengolahan karet remah (crumb rubber). Perusahaan ini memproduksi

karet remah berupa SIR 10 dan SIR 20. PT. XYZ berlokasi di Jln. Lintas

Sumatera KM.54 RT.05 Desa Sirih Sekapur Kec. Jujuhan, Kab. Muara Bungo

Jambi – Indonesia 37212.

PT. XYZ memiliki tanda pengenal produsen yaitu SGW dimana

perusahaan memiliki kapasitas produksi sebesar 4.000 ton/bln atau 4.000.00

kg/bln dengan jumlah tenaga kerja ± 261orang. Kepuasan pelanggan

merupakan prioritas perusahaan, untuk itu perusahaan selalu menjaga kualitas

produk yang dihasilkan, dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2005, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015 dan Standar

Nasional Indonesia (SNI) di seluruh pabrik.

PT. XYZ mulai berdiri pada tahun 2015, merupakan cabang ke 5 dari

sritrang group yang ada di indonesia, PT. XYZ hanya memfokuskan pada

bidang industry pengolahan karet remah dan tidak ada memiliki perkebunan

sendiri khususnya untuk cabang yang ada di Indonesia. Sri trang group

didirikan pada tahun 1987 yang terletak di negara Thailand.

Didirikan pada tahun 1987, Sri Trang Agro-Industry Public Company

Limited (STA) adalah perusahaan karet alam terintegrasi terkemuka di dunia

39
40

dengan pangsa pasar 8% dari konsumsi karet alam global dan 8% dari

konsumsi sarung tangan global. Operasi STA menjangkau semua sektor

industri karet alam, mulai dari perkebunan karet dan pengolahan karet hingga

produksi sarung tangan. Di hulu, sritrang group memiliki sekitar 7.200 hektar

perkebunan karet yang terletak di 19 provinsi di Thailand. Di bagian tengah,

34 fasilitas pemrosesan kami berlokasi di Thailand dan Indonesia, dua negara

penghasil karet alam terbesar di dunia, serta di Myanmar, negara dengan

potensi produksi karet yang kuat. Bersama-sama mereka memproduksi

rangkaian lengkap produk karet alam, mulai dari Technically Specified

Rubber (TSR) dan Ribbed Smoked Sheets (RSS) hingga Concentrated Latex

dan memiliki total kapasitas produksi sebesar 2,81 juta ton per tahun.

Di hilir, anak perusahaan Sri Trang Gloves (Thailand) Ltd., adalah

produsen sarung tangan terbesar di Thailand dan termasuk di antara produsen

sarung tangan terkemuka di dunia. Dengan fasilitas produksi mutakhir di

Songkhla, Di hilir, anak perusahaan Sri Trang Gloves (Thailand) Ltd., adalah

produsen sarung tangan terbesar di Thailand dan termasuk di antara produsen

sarung tangan terkemuka di dunia. Dengan fasilitas produksi mutakhir yang

berlokasi di Songkhla, Suratthani dan Trang dan total kapasitas terpasang 35

miliar lembar sarung tangan per tahun dan memproduksi sarung tangan karet

alam dan nitril bubuk dan bebas bubuk yang memiliki beragam aplikasi, dari

medis hingga gaya hidup. Selain itu, kami juga telah mendirikan perusahaan

patungan yang merupakan produsen selang hidrolik bertekanan tinggi terbesar

di Thailand. Selain itu, kami memiliki berbagai anak perusahaan yang


41

menyediakan dukungan operasional untuk bisnis inti kami, mulai dari

penelitian dan pengembangan hingga logistik hingga pemrosesan kayu karet.

STA adalah perusahaan karet Thailand pertama dan satu-satunya yang

terdaftar ganda di Bursa Efek Thailand (SET) dan Bursa Singapura (SGX).

4.1.2 Visi dan Misi

“Passionately, we drive possibilities”

>> THE GREEN RUBBER COMPANY >> We are committed to

delivering to our shareholders, having regard able grow thand reasonable,

consistent returns to shareholders, the highest level of satisfaction. We are

committed to an environmentally sound approach to production, through

which we strive to inspiresatisfaction and confidence in our customers and

suppliers alike. We are committed to the practices of good corporate

governance and to operating with fairness and transparency with a view to

improving the living and working conditions of our stakeholders. We are

committed to providing our employees with a pleasant work environment, fair

compensation and career advancement opportunities. We are committed to

minimizing the social and environmental impact of our operations and to the

sustainable consumption of natural resources.

4.1.3 Kegiatan Perusahaan

Kegiatan di PT. XYZ dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kegiatan pabrik

dan kegiatan kantor. Kegiatan kantor meliputi accounting, marketing,

purchasing dan HR, sedangkan kegiatan pabrik terdiri dari pembelian bahan
42

baku, produksi basah (wet process), produksi kering (dry process),

laboratorium, quality control, HSE (healty safety environment), gudang bahan

baku, gudang barang jadi (finish good), teknik, dan boiler.

1) Kegiatan Kantor

Bagian-bagian kegiatan kantor yang terdapat di PT. XYZ adalah sebagai

berikut:

a. Accounting, merupakan bagian yang mengelola semua pembukuan yang

berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran perusahaan.

b. Marketing, merupakan bagian yang bertugas dalam komunikasi dengan

pelanggan/buyer dalam proses jual beli barang, serta mengeluarkan shipping

instruction (SI) yang akan diproduksi pada bagian pabrik.

c. RM (Raw Material) Data, merupakan bagian proses pembeliaan bahan baku,

bahan dasar yang di beli oleh perusahaan untuk diolah, sehingga bahan

tersebut nantinya akan menjadi barang jadi yang merupakan produk dari

perusahaan. Barang - barang yang telah di beli oleh perusahaan kemudian

disimpan didalam gudang Raw Material (gudang RM).

d. Purchasing, merupakan bagian yang bertugas atas pengawasan dan

pengendalian terhadap pembelian material produksi dan non- produksi

berdasarkan jadwal pembelian sesuai kebutuhan perusahaan yang telah di

tetapkan dalam anggaran.


43

e. HR, merupakan bagian yang berhubungan dengan seluruh pegawai/karyawan

(tetap, harian, buruh, kontrak) termasuk dalam kegiatan perekrutan calon

pegawai dan petugas keamanan kantor.

2) Kegiatan pabrik

A. Pembeliaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi crumb rubber (karet

remah) adalah bahan olahan karet (bokar) yang berasal dari perkebunan karet

rakyat. Menurut pengolahannya, bokar dibagi menjadi 4 macam, yaitu lateks

kebun, sit (sheet) angin, slab dan lump segar. Bahan baku yang digunakan

oleh PT. XYZ dalam proses pengolahan crumb rubber (karet remah) adalah

bokar dengan jenis slab dan cup lumb. Pembeliaan bahan baku PT. XYZ ini

tidak secara langsung dilakukan oleh perusahaan kepada petani karet

melainkan perusahaan melakukan pembeliaan bahan baku melalui agen.

Dimana agen yang bekerjasama dengan perusahaan telah mendatangi kontrak

untuk senjang waktu kerja sama.

Kegiatan pembeliaan bahan baku memiliki beberapa proses, yaitu

mulai dari penimbangan digital, bongkar muat, penimbangan muatan bahan

baku, penyortiran, dan penyusunan bokar sesuai agen. Kegunaan penyusunan

bokar menggunakan sistem agen adalah mempermudah dalam mengetahui

hasil jumlah/kuantitas dari suatu agen. Pada saat bongkar muat bokar dapat

dilihat karakteristik setiap bahan baku yang masuk dari setiap agen.

Untuk tahap awal melakukan penimbangan, penimbangan tahap awal

yaitu melalui timbangan digital, yang mana dalam penimbangan tersebut


44

merupakan berat kotor dari total berat truck dan berat bahan baku. Setelah

melalui penimbangan digital dilakukan proses bongkar muat yang dilakukan

oleh buruh dari agen tersebut. Bokar yang datang akan dibelah menjadi dua

bagian guna untuk memudahkan pencacahan dan pemelihan bokar yang bersih

dari tatal atau bokar yang terkontaminasi, bokar yang reject akan dipisahkan

dari bokar yang bersih disebut juga dengan penyortiran. Selanjutnya akan

dilakukan penimbangan berat bersih dari bahan baku menggunakan

timbangan digital bokar, penimbangan dilakukan oleh karyawan pabrik dan

pencatatan dilakukan juga oleh karyawan pabrik.

B. Produksi

Proses produksi terbagi menjadi dua tahap yaitu proses basah (wet

process) dan proses kering (dry process). Proses basah berawal dari

pencucian, pencacahan, peremahan, penggilingan dengan hasil akhir blanket

karet. Proses produksi basah akan selalu di aliri air bersih guna untuk

membersihkan kontaminasi dari karet, seperti batu, kayu kecil, dan pasir.

Pelaksanaan proses produksi basah bokar yang memiliki Kadar Karet Kering

(KKK) yang rendah akan digabungkan dengan bokar yang memiliki Kadar

Karet Kering (KKK) yang bagus, guna agar karet lebih lengket. Setelah

melakukan blending (pengumpulan karet) maka karet akan dimasukkan ke

pool 1 atau bak pencucian menggunakan forklift, kemudian akan masuk

kedalam mesin pengantar yaitu belt confeyor kemudian secara langsung

masuk kedalam mesin pencacah pertama yaitu slab cutter dengan ukuran

20cm yang berfungsi untuk mencacah bokar menjadi potongan-potongan


45

cacahan kecil. Hasil potongan kemudian dimasukkan kembali kedalam pool

2. Kemudian akan dilanjutkan kedalam mesin pencacah kedua yaitu screw

pre-breaker dengan ukuran bokar 10 cm dan setelah itu dilakukan pengecekan

kontaminasi pertama yang terdapat pada hasil cacahan oleh tenaga kerja

manusia secara manual yang berjalan di setiap belt conveyor dan lanjut ke

pool 3.

Cacahan bokar yang sudah lolos kontaminasi pertama akan dibawa

menuju mesin pencacah ketiga yaitu hammermill dengan hasil cacahan ukuran

2cm x 2,5cm x 2cm kemudian akan masuk kembali ke pencucian atau pool 4.

Kapasitas produksi wet process pada bulan November dapat dilihat pada

Lampiran 3 dengan target produksi 9,98 ton/jam. Selanjutnya dimasukkan

kembali ke mesin creeper dengan hasil akhir blanket, Ketika masuk kedalam

mesin crepeer pertama dan kedua, selanjutnya akan dimasukkan kedalam bak

pencucian pool 5 selanjutnya akan masuk ke mesin creeper tiga dan empat

dan dilanjutkan ke pool 6, dan masuk ke akhir creeper lima, enam dan tujuh

dengan hasil blanket sebelum di bawa ke hanging blanket ditimbang terlebih

dahulu.

Kemudian Proses produksi kering adalah lanjutan proses blanket

Standart Indonesia Rubber (SIR) yang sebelumnya telah melewati proses

produksi basah dan sudah dijemur (hanging) selama 18 hari hingga 25 hari,

kamar jemur blanket memiliki 5 lantai dan setiap lantai memiliki 32 slop/po

dengan ketebalan 16ml lebar 60ml – 67ml dan panjang 35 meter. Proses

produksi kering dimulai dari penurunan blanket yang sudah telah disusun
46

sesuia metode FIFO, kemudian akan dimasukkan kedalam slab cutter

dilanjutkan memasukki mesin pencucian pool 7, dan akan di bawa oleh belt

confeyor ke dalam mesing penggiling creeper setelah melakukan

penggilingan maka akan dikirim lagi kedalam bak pencucian pool 8,

penggilingan creeper dilakukan sebanyak dua kali hingga berakhir pada bak

pencucian pool 9, kemudian akan di bawa oleh belt confayor kedalam mesin

shreeder yang nanti akan disaring kemudian masuk kedalam pipa penyedot

atau corong vibrator yang berfungsi untuk sebagai pompa menghisap

butiran/remahan karet ke trolly, setiap trolly mampu menampung remahan

sebanyak 1250 kg. kapasitas produksi dry process pada bulan November

dapat dilihat pada Lampira 4 dengan target produksi 7.69 ton/jam.

Pada proses dry process pemanggangan dengan suhu 110-130 °C

dengan lama 4 jam. Selanjutnya akan memasuki mesin press yang mana setiap

ball karet memiliki berat 35kg kemudian akan memasuki cek white spot

secara manual oleh tenaga kerja manusia, selanjut nya akan dibawa

menggunakan mesin untuk melih temperature ball dengan maksimal 50 °C

kemudian akan memasuki metal detector yang mana jika ball karet yang

mengalami permasalahan mesin akan berbunyi dengan sendirinya dan akan

mengulang kembali dalam pengecekan, selanjutnya akan cek kontaminasi

secara manual oleh tenaga kerja manusia, akan di ambil sample guna untuk

kegiatan laboratorium dan untuk tahap akhir ball karet yang sudah lulus QC

check maka akan dimasukkan kedalam plastik sealing polybag setelah itu

akan di packing pallate containing menggunakan metalbox sesuai jenis


47

permintaan konsumen (seperti plastik, kayu, dan besi). Setiap pallet berisi 36

ball, dimana 1 ball memiliki berat 35 kg berarti 1 pallet berisi 1260 ton ball

karet.

C. Laboratorium

PT. XYZ memiliki satu laboratorium berfungsi untuk kegiatan

menganalisa dan pengujian yang mana kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada

bagian laboratorium PT. XYZ, yaitu :

a) Pengujian Bahan Olahan Karet yaitu, Mooney, PRI dan DRC

b) Pengujian Blanket yaitu, Mooney, PRI dan DRC

c) Pengujian SIR (Standart Indonesian Rubber) yaitu, Dirt max 0.20% (kadar

kotor), Ash max 1.0% (kadar abu), VM max 0.8% (kadar zat menguap), N2

max 0.6% (Nitrogen), PO min 30 (Plastisitas Origin), PRI min 50 (Plastisitas

refence index) dan Mooney

D. Qualty Control

Quality Control bertugas dalam mengontrol kualitas serta mutu mulai

dari bahan baku, produksi dan mengontrol bagian barang jadi yang akan siap

di kirim ke supplier. Quality control merupakan pengendalian mutu dengan

petunjuk kerja sesuai referensi yang ditetapkan pada proses pekerjaan untuk

dapat memenuhi persyaratan sebagai hasil akhir kerja. Ada beberapa tujuan

kegiata Quality control yaitu membuat hasil produksi dapat mencapai standart

mutu serta kualitas yang ditetapkan, mengusahankan untuk mengeluarkan

biaya-biaya serendah-rendahnya, dan menjamin kepuasan konsumen terhadap

hasil ouput perusahaan.


48

E. HSE (Health Safety Environment)

HSE merupakan pihak yang bersangkutan dalam mengontrol

kesehatan dan keselamatan kerja karyawan serta menjamin atau menjaga

linkungan sesuai dengan standar pemerintah yang telah di tetapkan seperti

dalam pengolahan limbah. PT. XYZmenetapkan 5S terhadap buruh, karyawan

serta staff yang bekerja di PT. XYZ yaitu :

a) Seiri / Memilih

Pilih dan Pisahkan barang yang perlu dan tidak perlu di tempat kerja

b) Seiton / Menyusun

Susun Barang-Barang yang diperlukan dengan teratur supaya mudah diambil

untuk digunakan

c) Seiso / Membersihkan

Bersihkan tempat kerja anda supaya tidak ada debu dan kotoran diatas lantai,

meja, alat kerja dan perkakas.

d) Seiketsu / Menyeragam

Memelihara dan menyeragamkan barang-barang ditempat kerja setiap saat

agar mudah ditemukan.

e) Shitsuke / Membiasakan

Melatih diri untuk selalu mematuhi peraturan kebersihan dan kerapian agar

terbiasa hidup bersih, Rapi dan teratur.

PT. XYZ melakukan kegiatan produksi sehingga dapat mengasilkan

limbah, yang mana limbah tersebut tidak boleh keluar dari pabrik dan harus
49

diolah didalam pabrik tersebut, limbah yang dihasilkan dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

a. Limbah cair, yang dihasilkan dari proses produksi

b. Limbah padat, jenis limbah yang berupa padatan seperti tatal dan pasir yang

didapatkan dari kegiatan produksi.

c. Limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun), merupakan limbah yang

mengandung racun dan berbahaya. Dikatakan berbahaya karena dapat

mengandung zat yang bersifat konsentrasi tinggi yang dapat mencemari

lingkungan.

F. Gudang Bahan Baku

Kepala bagian gudang bahan baku bertanggung jawab dalam tata letak

gudang bahan baku yang nantinya akan dijadikan tempat penyimpanan bahan

baku sebelum diproduksi, menentukan tempat penyimpanan bahan baku yang

berasal dari supplier yang berbeda-beda, kemudian membuat jumlah daftar

bokar yang masuk setiap harinya dan jumlah bokar yang akan diproduksi,

serta bekerja sama dengan bagian produksi untuk menentukan jumlah bokar

yang akan diproduksi.

G. Gudang Barang Jadi (Finish Good)

Gudang barang jadi adalah tempat penyimpanan ball SIR yang siap

untuk dikirim ke supplier. Kegiatan yang dilakukan di finish good yaitu

marking dan wrapping. Dalam kegiatan marking yaitu memberi label sesuai

dengan nama konsumen dan kepala gudang barang jadi bertanggung jawab
50

dalam penanganan hasil produksi akhir dan mengatur pengiriman barang yang

siap ekspor berdasarkan SI (Shipping Instruction). Untuk kegiata wrapping

yaitu bertanggung jawab dalam menyiapkan kemasan dan mengemas,

sebelum melakukan pengemasan pallet harus di press selama 8 jam

menggunakan batu press besar.

H. Teknik

Teknik adalah suatu bagian penting dalam kegiatan produksi, bagian

Teknik bertugas dalam mengontrol fungsi alat dalam proses produksi dari wet

line hingga dry line. Bagian tekni yang ada terdiri dari beberapa sub bagian,

yaitu :

- Maintenance line

- Maintenance general

- Maintenance electrical

I. Boiler

Boiler adalah sumber energi panas yang akan digunakan pada proses

dry process yang mana bahan baku bakar nya berasal dari cangkang sawit dan

batu bara. Bahan baku tersebut akan memanaskan oli yang akan kemudian

akan mentransfer kan panasnya untuk dry process.

4.2 Gambaran Pengadaan Bahan Baku

4.2.1 Jenis Persediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh PT. XYZ berasal dari perkebunan

rakyat dikarenakan PT. XYZ hanya berfokus pada bidang industry dan tidak

memfokuskan di bidang perkebunan. Perusahaan membeli bahan baku dalam


51

bentuk mentah (raw material) yang dipasok oleh supplier yang sudah

membuat kontrak kepada perusahaan dan 3 station pembelian bahan baku

milik perusahaan. Bahan baku mentah ini yang akan diolah menjadi bahan

setengah jadi yaitu crumb rubber, PT. XYZ hanya menerima bokar dalam

bentuk slab dan cup lump dengan kadar karet kering (KKK) minimal 48%.

4.2.2 Pengadaan Bahan Baku

Dalam pembelian bahan baku, PT. XYZ terlebih dahulu melakukan

pemilihan supplier. Supplier yang diterima di PT. XYZ adalah supplier yang

memenuhi persyaratan yaitu memiliki (KKK) minimal 48%, PT. XYZ akan

melakukan percobaan pembeliaan bahan baku dan akan diperiksa

dilaboratorium, jika tidak ditemukan KKK dibawah 48% maka akan diterima

sebagai supplier PT. XYZ. Kegiatan ini dilakukan sebelum supplier dan

perusahaan melakukan kontrak pembeliaan bahan baku. PT. XYZ juga

memiliki 3 station tempat pembeliaan bahan baku terdapat di Tebo, Bangko

dan Muara Beliti untuk mengantar bokar dari station pembelian perusahaan

harus menyewa truk dikarenakan perusahaan tidak memiliki mobil

pengangkut sendiri. Berikut biaya pengangkutan bokar dari station ke pabrik

dan untuk daftar supplier/pemasokan bokar pada PT. XYZ dapat dilihat pada

Lampira 1.

Tabel 5. Biaya Pengiriman Bokar dari Station ke Pabrik (kg)


Station Pembelian Bokar (Rp/kg)
Tebo Rp. 100/-
Bangko Rp. 110/-
Muara Beliti Rp. 280/-
Sumber : PT. XYZ 2021
52

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa untuk biaya pengiriman

bokar dari station tebo kepabrik sebesar Rp. 100/kg bokar, dari station bangko

kepabrik sebesar Rp. 110/kg bokar dan untuk biaya pengiriman dari station

muara beliti kepabrik sebesar Rp. 280/kg bokar kemudian dikalikan dengan

jumlah bokar yang akan di angkut, untuk perhitungannya biaya pengiriman

bokar untuk 3 station pembelian bokar pada Tahun 2021 dapat dilihat pada

Lampiran 6,7,dan 8. Station pembeliaan bokar ini adalah milik PT.XYZ

disamakan juga dengan tempat pedagang pengumpul, disetiap station ada

pertugas dalam pebelian bokar kemudian melakukan pengiriman bokar

dengan menyewa mobil angkut ke pabrik dengan biaya yang telah ditetapkan

pada Tabel 5. Berikut alur pelaksanaan pembelian bokar dari supplier :

Gambar 2. Alur Pembeliaan Bokar


53

4.2.3 Karakteristik Bahan Baku

Karakteristik bokar yang dibutuhkan PT. XYZ adalah bokar yang

menggunakan asam semut dalam proses pengerasan karena bisa membuat

karet lebih keras dan padat tidak mengandung air yang berlebihan dan karet

yang bersih tanpa terkontaminasi dengan Kadar Karet Kering minimal 48%.

Karet yang tidak dibutuhkan oleh PT. XYZ yaitu karet yang mengandung

kontaminan seperti kayu, pasir, tanah, batu dan pupuk yang berlebihan dan

juga yang mengandung karet mati tidak akan diterima oleh pabrik. Dalam

proses produksi, bokar dengan kualiatas rendah, sedang, akan dicampur

dengan bokar yang memiliki kualitas baik sehingga hasil dari produksi

seimbang (balance).

4.2.4 Metode Persediaan Bahan Baku

Metode persediaan bahan baku yang digunakan di PT. XYZ yaitu

metode FIFO (First In First Out). Metode FIFO merupakan metode dimana

barang pertama yang masuk berarti barang tersebutlah yang pertama keluar.

Sistem penyimpanan bahan baku PT. XYZ adalah dengan system partai.

Sistem ini yaitu setiap bahan baku yang datang dimasukkan kedalam partai-

partai yang sudah tersedia sebelumnya dengan maksimal jumlah bahan baku

500 ton per partai. Blok partai ada 15, yaitu blok 1A01, blok 1A02, blok

1A03, blok 1A04, blok 1A05, blok 1A06, blok 1A07 yang berada di bawah
54

atap dan ada blok 1Z01, blok 1Z02, blok 1Z03, blok 1Z04, blok 1Z05, blok

1Z06, blok 1Z07, blok 1Z08 yang berada di luar.

4.3 Persediaan Bahan Baku (Bokar)

4.3.1 Perkiraan Bahan Baku

Perkiraan bahan baku ditentukan dari perencanaan produksi,

perencanaan laba, persedian (stock) bokar yag ada digudang dan dapat juga

dilihat dari banyaknya permintaan buyer yang masuk, untuk mengetahui

jumlah pemintaan buyer pihak raw materil dapat mengetahui nya dari bagian

marketing karena pihak ini langsung yang terhubung dengan buyer. Jika sudah

mengetahui jumlah permintaan buyer maka pihak raw material bisa

menyediakan bokar sesuai perencanaan atau target produksi yang telah

diketahui. Untuk menghindarai terjadi nya kekurangan bahan baku (stok out)

dan kelebihan bahan baku bokar (over stock) ketika terjadinya fluktuasi pada

permintaan crumb rubber, berikut data target pembelian bahan baku bokar

PT.XYZ Tahun 2021 :

Tabel 6. Kebutuhan Bahan Baku PT. XYZ Tahun 2021


Bulan Kebutuhan Bahan Baku (kg)
Januari 2.500.000
Februari 3.000.000
Maret 4.000.000
April 5.000.000
Mei 5.500.000
Juni 5.500.000
Juli 3.500.000
Agustus 3.200.000
September 3.200.000
55

Oktober 3.200.000
November 3.200.000
Desember 3.200.000
Total 45.000.000
Rata-rata 3.750.000
Sumber : Data Perusahaan yang diolah Tahun 2021

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwasanya total kebutuhan bahan

baku PT. XYZ untuk Tahun 2021 yaitu sebanyak 45.000.000 kg/tahun dengan

rata-rata kebutuhan bokar perbulannya sebanyak 3.750.000 kg/bln jumlah ini

menandakan bahwasanya perusahaan maksimal membeli bokar perbulannya

sebesar 3.750.000 kg dengan mengasumsikan mampu memenuhi target

produksi yang telah ditetapkan. Dari tabel dapat kita lihat bahwasanya di

bulan Januari kebutuhan bahan baku lebih kecil dibandingkan dengan target

produksi (tabel 4) dikarenakan persediaan bokar pada bulan Desember Tahun

2020 dan ditambahkan dengan pembeliaan bokar pada bulan Januari sebesar

2.306.000 kg (Lampiran 5) sehingga mampu untuk memenuhi target produksi

yang diinginkan dan untuk pemakaian bokar yang sesungguhnya pun hanya

2.043.000 kg bokar saja (Lampiran 5). Kemudian untuk Juli-Desember

kebutuhan bahan baku juga lebih kecil dibandingkan dengan target produksi

dikarenakan pemkaian sesungguhnya bokar lebih kecil dari persediaan bokar

yang ada digudang.

4.3.2 Jumlah Bahan Baku (Bokar)

PT. XYZ memiliki target pembelian bahan baku walaupun demikian

perusahaan juga tidak membatasi kuantitas pembelian yang masuk dari

supplier maupun dari station pembeliaan bahan baku bokar, maka dari itu
56

perusahaan dapat mengalami over stock jika persediaan yang ada tidak sesuai

dengan pemakaian sesungguhnya, Berikut adalah gambaran dalam pembelian,

pemakaian dan persediaan bokar PT. XYZ pada Tahun 2021 :

8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
ri ri et il ei ni li s
be
r er be
r
be
r
nua rua ar pr M Ju Ju s tu ob
Ja eb M A gu tem kt em em
F A p O ov es
Se N D

Pembelian Pemakaian Persediaan


Gambar 3. Jumlah Bokar PT. XYZ Tahun 2021
Sumber : Data Perusahaan yang diolah

Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwasanya pembeliaan bahan

baku tertinggi terdapat pada bulan Maret dan pembelian terendah terjadi pada

bulan November-Desember, banyak penyebab terjadinya penurunan

pembelian bokar pada akhir tahun dikarenakan sudah memasuki musim

penghujan sehingga banyak petani yang tidak bisa menyadap karet meraka

dan bokar yang masukpun banyak yang tisak sesuai dengan karakteristik

perusahaan dikarenakan KKK dibawah 48%. Dan kemudian dapat kita lihat

bahwasanya pemakaian bokar yang sesungguhnya berada dibawah persediaan

bokar yang digudang dan pembelian bokar, walaupun di akhir tahun

pemakaian bokar mengalami peningkatan dan pembelian bokar mengalami

penurunan hal tersebut tidak mempengaruhi proses produksi dikarenakan


57

persediaan bokar di gudang masih mampu memenuhi kebutuhan bokar pada

kondisi tersebut, dapat kita lihat juga pada grafik untuk garis persediaan bokar

dimulai pada bulan July selalu berada di atas garis pemakaian bokar yang

sesungguhnya, walaupun di Januari hingga Juni persediaan dibawah

pemakaian sesungguhnya hal tersebut tidak mempengaruhi kegiatan produksi

dikarenakan persediaan ditambah dengan pembelian bokar sehingga dapat

memenuhi kebutuhan bahan baku untuk kegiatan produksi. Perhitungan pada

persediaan bokar dapat dilihat pada Lampiran 6. Jumlah persediaan bokar

lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian sesungguhnya, persediaan bokar

yang digudang mencapai 47.431.000 kg dan pemakaian sesungguhnya hanya

mencapai 38.883.000 kg yang menandakan bahwa peusahaan mengalami over

stock.

4.3.3 Biaya Persediaan Bahan Baku

Pada persediaan bahan baku pada PT XYZ, terdapat dua biaya

persediaan yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan

adalah biaya persediaan yang dikeluarkan ketika melakukan kegiatan

pembelian bahan baku kepada supplier mencangkupi biaya telpon dan biaya

pengiriman. Biaya penyimpanan adalah biaya persediaan yang dikeluarkan

untuk tempat penyimpanan bahan baku setelah dibeli dari supplier. Berikut

data rincian besarnya masing-masing biaya setiap kali pesamesana bokar PT.

XYZ pada Tahun 2021.

Tabel 7. Biaya Sekali Pemesanan Bahan Baku PT. XYZ Tahun 2021
Jenis Biaya Biaya Pengiriman (Rp)/Sekali
58

station (Rp/kg) Pemesanan


Biaya Telpon Rp. 19.000
Biaya Pengiriman Station Tebo Rp. 100/kg Rp. 2.000.000
Biaya Pengiriman Station Bangko Rp. 110/kg Rp. 2.200.000
Biaya Pengiriman Station Rp. 280/kg Rp. 5.600.000
M.Beliti
Total Rp. 9.819.000
Sumber : Data perusahaan yang diolah

Setiap station melakukan pengangkutan bokar dari station kepabdik

sebanyak 20.000 kg sekali pengantaran, dengan biaya setiap station berbeda-

beda tergantung dengan biaya per kg bokar yang sudah ditetapkan (Tabel 5).

Untuk total biaya sekali pemesanan pada PT. XYZ yaitu sebesar Rp.

9.819.000 yang mencangkupi biaya telepon dan biaya pengiriman. Biaya

telpon adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan kepada RW Material

Manager dan RW Data untuk berkomunikasi kepada supplier dalam bentuk

nego harga setelah pengecekan KKK, kerusakan dan jika ada terjadi

kecurangan, kecurangan yang dimaksud dengan contoh terdapat bokar yang

berisi batu untuk menambah berat pada bokar dibagian bawah. Kemudian ada

biaya pengiriman yang dikeluarkan perusahaan untuk 3 station pembelian

bahan baku yang dimiliki oleh perusahaan yang terletak di Tebo, Bangko dan

Muara Beliti. Perusahaan menyewa mobil angkut untuk membawa bokar dari

station ke pabrik dengan biaya per kg nya dapat dilihat pada Tabel 5. Rincian

perhitungan biaya pemesana dapat dilihat pada (Lampiran 6,7 dan 8). Berikut

masing-masing biaya penyimpanan bokar PT. XYZ pada Tahun 2021.

Tabel 8. Biaya penyimpanan bahan baku PT. XYZ Tahun 2021


Jenis Biaya (Rp)/Tahun
Biaya Listrik Gudang Rp. 252.000.000
59

Biaya Buruh Gudang Rp. 420.000.000


Biaya Keamanan Rp. 36.000.000
Total Rp. 708.000.000
Sumber : Data perusahaan yang diolah

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwasanya total biaya

penyimpanan bokar PT. XYZ pada Tahun 2021 yaitu sebesar Rp. 708.000.000

ada 3 jenis biaya penyimpanan pada PT. XYZ yang mencakupi biaya listrik

gudang, biaya buruh gudang, dan biaya pengamanan. Biaya listrik gudang

adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan terkait listrik gudang penyimpanan,

seperti timbangan digital, lampu gudang, lampu sorot, dan mesin air. Untuk

biaya buruh gudang adalah biaya yang diberikan kepada buruh yang

berjumlah 26 orang yang bertugas bongkar muat bokar, penyortiran dan

penyusan, dan biaya keamanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk dua

orang penjaga gudang dibagi menjadi shift malam dan shift pagi secara

bergantian.

4.3.4 Kebijakan Persediaan Bahan Baku Perusahaan

Kebutuhan bahan baku adalah jumlah bokar yang harus dibeli

perusahaan untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan, kebutuhan

bahan baku PT. XYZ dapat dilihat pada Tabel 6. Bahan baku yang dibutuhkan

PT. XYZ ini adalah bokar dengan jenis slab dan lump.

Tabel 9. Jumlah Kebutuhan Bahan Baku PT. XYZ Tahun 2021


Kebutuhan Bahan Baku = Frekuensi = F (hari) Q= D/F (kg/hari)
D (kg)
45.000.000 312 144.230
Sumber. PT. XYZ, diolah (2021)
60

Untuk kegiatan pembelian bokar dilakukan setiap hari kerja, maka dari

itu kita asumsikan bahwa bokar yang masuk itu dalam 1 bulan sebanyak 26

hari dikarenakan hari kerja perusahaan adalah 26 hari dan untuk 1 tahun

sebanyak 312 hari kerja. Dari tabel dapat diketahui bahwa jumlah kebutuhan

bahan baku yang ditetapkan perusahaan untuk Tahun 2021 yaitu sebanyak

45.000.000 kg dengan frekuensi pembelian bahan baku sebanyak 312 hari,

setelah dilakukan perhitungan maka diketahui rata-rata kebutuhan bahan

setiap harinya yaitu sebanyak 144.230 kg/hari, lebih tepatnya adalah jumlah

bokar yang harus dibeli perusahaan setiap harinya untuk dapat memenuhi

kebutuhan bahan baku sebesar 45.000.000 kg/tahun.

Tabel 10. Perhitungan Biaya Penyimpanan Bokar PT. XYZ Tahun 2021
Total Biaya Penyimpana = Kebutuhan Bahan Biaya H/Q (Rp/Q)
H (Rp/tahun) Baku per hari = Q (kg)
Rp. 708.000.000 144.230 Rp. 4.908
Sumber : PT. XYZ diolah (2021)
Dari perhitungan diatas dapat dlihat bahwa biaya penyimpanan bokar

pada Tahun 2021 sebesar Rp. 708.000.000 dengan kebutuhan bahan baku

perharinya sebanyak 144.230 kg bokar dengan perhitungan biaya

penyimpanan bokar nya adalah sebesar Rp. 4.908/Q. Jenis-jenis biaya

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 8. Biaya penyimpanan dikeluarkan

perusahaan satu bulan sekali yang akan dibayarkan langsung dari pihak

accounting. Biaya penyimpanan timbul akibat kegiatan penyimpanan bahan

baku digudang, dengan kapasiatas penyimpanan gudang sebanyak 3.5000.000

kg yang proper dan yang non proper sebanyak 3.500.000 kg, gudang proper
61

adalah gudang yang berada dibawah atap dan sudah memenuhi kriteria

pemerintah seperti pengendalian pencemaran air dan pengelolaan limbah,

sedangkan gudang non proper adalah gudang yang berada diluar atap yang

tidak memenuhi kriteria pemerintah dikarenakan tidak memiliki pengendalian

dalam pencemaran air dan pengelolaan limbah.

Tabel 11. Total Biaya Persediaan Bahan Baku (TIC) PT. XYZ Tahun 2021
Q D
D (kg/thn) Q (kg/hari) S (Rp/hari) H (Rp/Q) TIC = H +S
2 Q
45.000.00 144.230 Rp. 9.819.000 Rp. 4.908/Q Rp. 3.417.484.758
0
Sumber : PT. XYZ diolah (2021)
Dari perhitungan diatas dapat diketahui besar total biaya persediaan bokar PT.

XYZ pada Tahun 2021 adalah sebesar Rp. 3.417.484.758 dengan kebutuhan bahan

baku (D) sebanyak 45.000.000 kg dengan rata-rata kebutuhan bahan baku setiap

harinya (Q) sebesar 144.230 kg serta biaya sekali pembeliaan sebesar Rp. 9.819.000

dan biaya penyimpanan Rp. 4.908/Q, sehingga diketahui total biaya persediaan bahan

baku sesuai kebijakan PT. XYZ pada Tahun 2021 adalah sebesar Rp. 3.417.484.758

4.4 Analisis Metode EOQ

Perhitungan Metode EOQ ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pembelian

bahan baku yang ekonomis dengan harapan dapat mengurangi total biaya persediaan

bahan baku (bokar) dengan Metode EOQ perusahaan dapat mengetahui seberapa

mestinya frekuensi pembelian bokar dengan jumlah pembeliaan yang ekonomis

sehingga tidak terjadi pengeluaran biaya yang besar namun tetap dapat memenuhi
62

kebutuhan bahan baku. Berikut perhitungan kebutuhan bahan PT. XYZ Tahun 2021

menggunakan Metode EOQ :

D = 45.000.000 kg/tahun

S = Rp. 9.819.000 /sekali pesan

H = Rp. 4.908/ Q

EOQ =
√ 2 DS
H

EOQ =
√ 2. x 45.000 .000 x 9.819 .000
4.908

Q* = 424.328 kg

Pada perhitungan diatas dapat menjelaskan dengan perhitungan

Metode EOQ PT.XYZ dapat mengetahui jumlah bahan baku yang ekonomis

untuk dibeli yaitu sebanyak 424.328 kg untuk setiap kali melakukan

pembelian bokar. Untuk memenuhi kebutuhan bokar pada Tahun 2021 yaitu

sebesar 45.000.000 kg maka perusaan malakukan setiap kali pembelian bokar

dengan jumlah Q* yaitu sebesa 424.328 kg.

Tabel 12. Frekuensi Pembelian Yang Optimal

Kebutuhan Bahan Baku = D Bahan Baku yang D


Frekuensi =
(kg/bln Ekonomis = Q* (kg) Q∗¿ ¿
45.000.000 424.328 107
Sumber : PT. XYZ diolah (2021)

Pada Tabel di atas setelah dilakukan perhitungan dengan metode

Econimc Order Quantity dengan Q* sebesar 424.328 kg dengan frekuensi

yang telah dihitung yaitu sebanyak 107 hari dalam setahun, yang mana
63

sebelumnya perusahaan melakukan kegiatan pembeliaan bahan baku sebanyak

312 hari dalam setahun dengan kebutuhan bahan baku perharinya sebanyak

144.230 kg/hari nya. Dengan menggunakan metode Economic Order

Quantity PT. XYZ dapat mengurangi frekuensi pembelian pada bahan baku

sebanyak 206 hari sehingga PT. XYZ dapat mengolah bokar lebih banyak

dengan frekuensi yang lebih singkat dibandingkan dengan skema perusahaan.

Tabel 13. Total Biaya Persediaan Bahan Baku (TIC) PT. XYZ Metode EOQ
Q D
D (kg/thn) Q* (kg) S (Rp/hari) H (Rp/kg) TIC = H +S
2 Q
45.000.00 424.328 Rp. 9.819.000 Rp. 4.908/kg Rp. 2.082.606.222
0
Sumber : PT. XYZ diolah (2021)

Dari tabel diatas dapat diketahui untuk total biaya persediaan bahan

baku bila menggunakan metode EOQ yaitu sebesar Rp. 2.082.606.222 dengan

pembeliaan bokar yang ekonomis sebanyak 424.328 kg memiliki frekuensi

pembelian sebanyak 107 hari dalam setahun dengan total biaya penyimpanan

Rp. 1.041.300.912 dan total biaya pemesanan sebesar Rp. 1.041.305.310

setahun. Sesuai dengan model EOQ menurut Heizer (2014) bahwasanya

kuantitas pembeliaan yang ekonomis itu terjadi ketika biaya pemesanan dan

biaya penyimpanan bertemu atau sama. Penelitian ini sejalan dengan Dewi

(2018) yang mana juga menggunakan Metode EOQ dalam menentukan

jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis dalam memenuhi kebutuhan

bahan baku serta frerekuensi pemesanan dalam satu tahun guna untuk

mengehemat total biaya persediaan menjadi seekonomis mungkin. Hasil


64

penelitian Dewi (2018) diketahui bahwa jumlah pembelian bahan baku

optimal menurut kebijakan perusahaan adalah sebanyak 113.631 kg,

sedangkan menurut metode EOQ adalah sebanyak 346.588 kg. Frekuensi

pembelian karet optimal menurut kebijakan perusahaan adalah 48 kali dalam

setahun, sedangkan berdasarkan metode EOQ adalah sebanyak 16 kali. Total

biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan adalah sebesar Rp 4.097.678,

sedangkan menurut metode EOQ adalah sebesar Rp 2.426.466. Sehingga

dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat menghemat biaya

persediaan sebesar Rp 1.671.212.

4.5 Perhitungan Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman (safety stock) berfungsi sebagai antisipasi

terjadinya kekurangan bahan baku dalam kegiatan produksi yang terjadi dari

beberapa faktor seperti musim hujan, fluktuasi harga bokar, dan waktu tunggu

pemesanan bokar diantar agen/supplier dan dari station pembelian, maka dari

itu perlu adanya persediaan pengaman agar kegiatan produksi berjalan dengan

lancar, Perusahaan dalam melakukan pemesanan suatu barang sampai barang

datang memerlukan jangka waktu yang bisa berbeda-beda setiap bulannya.

Hal ini sering disebut dengan lead time yaitu jangka waktu yang diperlukan

sejak dilakukan pemesanan sampai saat datangnya bahan baku yang dipesan.

Untuk mengetahui seberapa lamanya lead time biasanya diketahui dari lead

time pada pemesanan-pemesanan sebelumnya. Dikarenakan perusahaan

membeli bokar disetiap hari kerjanya maka diketahu lead time pada PT. XYZ
65

yaitu 1 hari. berikut perhitungan dari persediaan pengaman/safety stock

dengan menggunakan perhitungan standar deviasi.

Tabel 14. Perhitungan Standar Deviasi Oktober Tahun 2021


Bulan Pemakaian (x) ( y) (x- y ¿ (x- y )2
Januari 2.043.000 3.750.000 -1.707.000 2.913.849.000.000
Februari 3.127.000 3.750.000 -623.000 388.129.000.000
Maret 4.031.000 3.750.000 281.000 78.961.000.000
April 4.918.000 3.750.000 1.168.000 1.364.224.000.000
Mei 3.608.000 3.750.000 -142.000 20.164.000.000
Juni 3.443.000 3.750.000 -307.000 94.249.000.000
Juli 2.974.000 3.750.000 -776.000 602.176.000.000
Agustus 2.978.000 3.750.000 -776.000 602.176.000.000
September 2.524.000 3.750.000 -1.226.000 1.503.076.000.000
Oktober 2.964.000 3.750.000 -786.000 617.796.000.000
November 2.726.000 3.750.000 -1.024.000 1.048.576.000.000
Desember 3.547.000 3.750.000 -203.000 41.209.000.000
Jumlah 38.883.000 9.274.585.000.000
Sumber : PT. XYZ diolah (2021)

Standar Deviasi =
√ 9.274 .585 .000.000
12
= 879.137 kg/bln
66

Perhitungan safety stock menggunakan metode statistik dengan

mencari penyimpangan antara peramalan kebutuhan bahan baku dengan

pemakaian sesungguhnya. Nilai y adalah rata-rata kebutuhan bahan baku

dapat dilihat pada Tabel 6. Dari perhitungan Standar Deviasi diatas

didapatkan hasil perhitungan yaitu 879.137 kg/bln angka tersebut

menunjukkan perselisihan antara rata-rata kebutuhan bahan baku dengan

pemakaian sesungguhnya bokar perbulan. Berikut perhitungan safety stock

dengan mengetahui standar deviasi, lead time dan service level (Z).

Safety Stock (SS) = Z.L.SD

= 1,64(1) x 879.137

= 1.441.784 kg/bln

Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan

memenuhi permintaan sebanyak 95% dengan probabilitas terjadinya

kekurangan persediaan hanya 5%, maka diperoeh Z dengan tabel normal

sebesar 1,64 (Lampiran 10). Dari perhitungan safety stock diatas dapat

dijelaskan bahwasanya perusahaan harus memiliki persediaan pengaman

bokar sebanyak 1.441.784 kg/bln atau merupakan jumlah persediaan yang

harus selalu ada digudang persediaan bahan baku. Dengan kebutuhan rata-rata

bahan baku 3.750.000 kg/bln dengan perselisihan pemakaian sebesar 879.137

kg/bln maka dari itu perusahaan harus memiliki persediaan pengaman (safety

stock) sebanyak 1.441.784 kg/bln. Penelitian ini sejalan dengan Nurlaela

(2021) dalam memperhitungkan safety stock menggunakan perkiraan

kemampuan perusahaan dapat memenuhi permintaan dan probabilitas


67

terjadinya kekurangan kemudian akan digunakan Tabel Distribus Z untuk

mendapatkan nilai dari service level perusahaan.

4.6 Perhitungan Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point)

Titik pemesanan kembali (re order point) merupakan suatu kondisi

dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali bahan baku yang

penerimaan bahan baku tersebut harus datang tepat pada waktunya.

Persediaan bahan baku harus terkontrol dengan baik agar tidak terjadinya

stock out maupun over stock, agar kegiatan produksi tetap berjalan dan dana

yang diinvestasikan dalam persediaan bahan baku dapat digunakan secara

tepat dan jelas. Berikut perhitungan titik pemesanan kembali (re order point)

pada PT. XYZ :

Lt = 1 hari

SS = 1.441.784 kg/bln

38.883.000
d = Pemakaian rata-rata = 124.455 kg/hari
312

ROP = (d.L x SS)

ROP = (124.455 x 1) + 1.441.784 kg

= 1.566.239 kg/bln

Pada perhitungan ROP perusahaan harus segera melakukan

pembeliaan pada saat persediaan yang ada di gudang sebesar 1.566.239 kg

dengan rata-rata pemakaian bokar per harinya 124.455 kg/hari ditambah


68

safety stock atau persediaan bokar yang harus ada digudang sebanyak

1.441.784 kg/bln dengan waktu tunggu (lead time) selama 1 hari.

4.7 Pembahasan Hasil Analisis

Dari hasil pengolahan data dengan penerapan metode EOQ ini

diharapkan dapat membantu perusahaan untuk memperkecil biaya persediaan

bahan baku. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat memperlihatkan

perbandingan skema perusahaan dengan skema metode Economic Order

Quantity dalam persediaan bahan baku. Perbandingan tersebut dapat dilihat

dari jumlah pembelian, frekuensi pembelian, dan total biaya persediaan bahan

baku dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Perbandingan Persediaan Bahan Bakau (TIC) Antara Skema PT.
XYZ dan Metode EOQ Tahun 2021
Keterangan Kebijakan perusahaan Metode EOQ
Kuantitas pembeliaan 144.230 kg 424.328 kg
Frekuensi pembeliaan 312/hari 107/kali
TIC Rp. 3.417.484.758 /tahun Rp. 2.082.606.222 /tahun
Safety Stock - 1.441.789 kg/bln
ROP - 1.566.239 kg/bln
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah tahun 2021)

Penjelasan pada tabel diatas yaitu menunjukkan perbandingan antara

kebijakan perusahaan dan metode Economic Order Quantity dalam persediaan


69

bahan baku, untuk kebijakan perusahaan kuantitas pembeliaan bahan baku

disetiap hari nya yaitu sebesar 144.230 kg untuk frekuensi pembelian bahan

baku bokar selama 312 hari dengan total biaya persediaan sebesar Rp.

3.417.484.758 /tahun. Sedangkan dengan metode Economic Order Quantity

kuantitas pembelian yang ekonomis yaitu sebesar 424.328 kg dan

mempersingkat frekuensi pembelian selama 107 harii dengan total biaya

persedian sebesar Rp. 2.082.606.222 /tahun terdapat penghematan dalam

biaya persediaan bahan baku yang timbul akibat pengurangan frekuensi

pembelian pada bahan baku.

Dan pada persediaan bahan baku bokar sebesar (ROP) 1.566.239 kg

perusahaan harus melakukan pembelian kembali bahan baku yaitu sebesar Q*

424.328 kg dengan rata-rata pemakaian bokar sebanyak 124.455 kg/hari bokar

dengan persediaan pengaman (safety stock) sebanyak 1.441.789 kg/bln.

Ketika persediaan bokar pada gudang berada pada titik ROP yaitu sebesar

1.566.239 kg maka perusahaan harus melalukan pembelian kembali sebesae

Q* 424.328 kg berarti bokar yang ada bertambah menjadi 1.990.562 kg

dikurangi untuk safety stock sebesar 1.441.789 kg/bln sehingga persedian

pertama tersedia 548.778 dan pemakaian satu hari sebesar 124.455 kg/hari

sehingga jumlah persediaan tersisa 424.323 kg dan bisa digunakan untuk 2

kali produksi lagi yaitu sebesar 124.455 kg/hari dengan sisa persediaan yang

ada sebesar 175.413 kg dan ditambahkam dengan jumlah safety stock yang

disimpan diawal sebesar 1.441.789 kg/bln sehingga total persediaan tersisa


70

1.617.202 kg atau kembali berada pada titik ROP yang menandakan

perusahaan harus melakukan pembelian bokar kembali.

4.8 Implikasi Penelitian

PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan karet remah

dengan Teknik SIR 10 dan 20 ygng didirikan pada Tahun 2015, merupakan cabang

ke 5 yang ada diindonesia yang berpusat di Thailand. PT. XYZ hanya memfokuskan

pada bidang industry pengolahan karet remah dan tidak memiliki perkebunan sendiri

khususnya untuk ccabang yang ada diindonesia. Maka dari itu perusahaan sangat

bergantung kepada petani karet dalam memenuhi kebutuhan bahan baku mereka. PT.

XYZ memiliki 20 supplier dan 3 unit station pembeliaan bahan baku yang ada di

bangko, tebo, dan muara beliti dikarenakan perusahaan tidak memiliki mobil angkut

maka perusahaan harus sewa mobil angkut untuk membawa bokar dari station ke

pabrik sehingga menimbulkan biaya pengiriman yang besar. perbedaan Pembelian

bahan baku dilakukan setiap hari kerja perusahaan yang mana setiap bulan

perusahaan bekerja selama 26 hari dan dalam setahun sebanyak 312 hari dengan

kebutuhan bokar pada Tahun 2021 yaitu sebanyak 45.000.000 kg dengan rata-rata

pemakaian 124.455 kg/hari.

Berdasarkan perhitungan skema perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku PT. XYZ untuk Tahun 2021 sebanyak 45.000.000

kg/thn perusahaan harus melakukan pembelian bokar sehari sebanyak 144.230

kg/hari dengan frekuensi pembelian setiap hari kerja yaitu selama 312 hari

dengan biaya pemesana Rp. 9.819.000 kg untuk sekali pembeliaan yang

mencangkupi biaya telpon dan biaya pengiriman serta biaya penyimpanan


71

sebesar Rp. 4.908/Q bokar yang mencangkupi biaya listrik, buruh gudang dan

keamanan. Dengan total biaya persediaan bokar pada PT. XYZ untuk Tahun

2021 yaitu sebesar Rp. 3.417.484.758

Berdasarkan hasil perhitungan metode Economic Order Quantity dengan

kebutuhan bahan baku yang diperlukan perusahaan untuk Tahun 2021 yaitu sebesar

45.000.000 kg/thn maka perusahaan melakukan pembelian bahan baku ekonomis

sebanyak Q* 424.328 kg dengan frekuensi pembeliaan sebanyak 107 hari dalam

setahun dan total biaya persediaan bahan baku yang lebih kecil dibandingkan dengan

skema perusahaan yaitu sebesar Rp. 2.082.606.222 yang menandakan bahwasanya

perusahaan mengalami penghematan pada total biaya persediaan bahan baku sebesar

Rp. 1.334.878.536 terjadinya pengurangan biaya yang diakibatkan oleh berkurangnya

frekuensi pembelian sehingga dapat mengurangi biaya pada pengiriman dengan

adanya penghematan pada dana persedian bokar maka perusahaan bisa

mengalokasikan dana dengan kekeperluan yang lain.

Kemudian pada titik persediaan berada pada nilai ROP yaitu sebesar

1.566.239 kg maka perusahaan harus melakukan pembelian bahan baku

kembali dengan kuantitas pembelian ekonomis yaitu sebesar 424.328 kg

dengan persediaan pengaman (safety stock) sebanyak 1.441.789 kg/bln.

Dengan metode Economic Order Quantity perusahaan dapat membeli

kebutuhan bahan baku dengan total biaya persediaan yang ekonomis dan

perhitungan safety stock dan ROP dapat mencegah terjadinya kekurangan

bahan baku dan over stock sehingga dengan metode Economic Order

Quantity perusahaan dapat mengantisipasi pada saat terjadinya fluktuasi pada


72

permintaan crumb rubber dengan adanya safety stock dan mengetahui

warning stock pada persediaan dengan adanya perhitungan ROP (Re Order

Point).

Jika perusahaan menggunakan metode Economic Order Quantity juga akan

berdampak kepada supplier perusahaan, dimana supplier tidak akan dapat memasok

bokar ke perusahaan setiap hari seperti yang sebelumnya, dan akan terjadinya

pengurangan supplier dikarenakan perusahaan juga memiliki station pembelian bahan

baku sendiri. PT. XYZ mengambil supplier dari petani karet didaerah sekitar

perusahaan tersebut jika tidak ada jalinan kerja sama antara perusahaan dengan petani

karet sekitar bisa terjadi hal yang tidak diinginkan. Untuk menghindari hal tersebut

alangkah baiknya perusahaan mengurangi station pembelian bahan baku dilihat dari

penghasil bokar terbanyak dan station terdekat itulah yang akan dipertahankan

dengan mengurangi station pembelian bahan baku maka dapat mengurangi biaya

pengiriman dan perusahaan juga harus menetapkan kuantitas bokar yang harus

dipasok oleh supplier ke perusahaan.


V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan perhitungan metode EOQ jumlah pembelian kebutuhan bahan

baku yang ekonomis adalah sebesar 424.328 kg dengan frekuensi pembeliaan

sebanyak 107 hari dalam satu tahun, dibandingkan dengan skema perusahaan

yang mana untuk memenuhi kebutuhan bahan baku sebesar 45.000.000 kg

perusahaan harus melakukan pembelian sebanyak 144.230 kg/hari dengan

frekuensi pembelian sebanyak 312 hari.

2. Pada kebijakan perusahaan untuk total biaya persediaan bahan baku (bokar)

adalah sebesar Rp. 3.417.484,738 pertahun sedangkan pada perhitungan

metode EOQ total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 2.082.606.222

pertahun nya, perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp.

1.334.878.536

3. Pada perhitungan safety stock dan ROP dijelaskan Apabila persediaan bahan

baku digudang berada pada titik ROP yaitu sebesar 1.566.239 kg maka

perusahaan harus melakukan pembelian bahan baku kembali dengan kuantitas

pembelian ekonomis (Q*) sebesar 424.328 kg dengan persediaan safety stock

sebesar 1.441.789 kg/bln

71
72

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran

kepada pihak perusahaan yaitu :

1. Untuk menjadikan metode EOQ sebagai salah satu referensi dalam

menentukan besarnya jumlah pemesanan yang ekonomis. Sehingga

perusahaan dapat memesan bahan baku dalam jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan produksi agar dapat meminimumkan total biaya persediaan bahan

baku.

2. Membuat ketentuan dalam jumlah pembelian bokar di setiap station sehingga

dapat memperhitungkan biaya pengiriman perbulannya secara konstan dan

alangkah baiknya perusahaan lebih banyak melakukan pembelian bokar dari

petani terdekat saja.

3. Untuk menghemat biaya persediaan alangkah baiknya melakukan pemesanan

bahan baku dengan petani terdekat sehingga bisa mengurangi biaya

pengiriman yang dikeluarkan sehingga memberikan peluang untuk bisa

mendapatkan pasokan bokar dengan kualitas yang dibutuhkan perusahaaan.


DAFTAR PUSTAKA

Arif, 2009. Outlook Karet Desember Final 2020. Jakarta : Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian, Kementrian Pertanian .

Assauri, Sofyan. 2004 “Manajemen Produksi dan Operasi”. Jakarta, CP – FEUI.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2019. Provinsi Jambi dalam angka 2019. BPS
Provinsi Jambi: Jambi.

Badan Pusat Statistik, Statistik Perkebunan Indonesia 2011-2019 Tanaman Karet,


Badan Pusat Statistik Indonesia.

Danang, Sunyoto. 2013. Metode Penelitian Akuntansi. Bandung : PT. Refika.

Dewi, Rosa I. 2018. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasa PT. Aceh
Rubber Industries Kabupaten Aceh Temiang. Jurnal. Fakultas Ekonomi.
Universitas Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sabang.

Dina, Rahmayanti. 2013. Optimalisasi Sistem Persediaan Bahan Baku Karet Mentah
(Lateks) Dengan Metode Lot Sizing (Studi Pustaka: PT.Abasiat Raya). Jurnal
Teknik Industri. Universitas Andalas.

Erna, RE wiriyanu. 2020. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Crumb


Rubber Dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) pada PT. Golden
Energi Mandiangin. Jurnal Inovator, Volume 3(1): 31-36

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Produksi dan Operasi. Bandung: Alfabeta

Fifi, Emelia F. 2018. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Karet


Mentah/Bokar Dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) pada PT.
Batang Hari Barisan. Skripsi. Fakultas Teknik Industri. STTIND.

Haming, Murfudin dan Mahfud Nurnajamudin. 2012. Manajemen Produksi Modern


Operasi Manufaktur dan Jasa. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Handoko, T. Hani. 2012. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.


Yogyakarta: BPFE.

Handoko. (2015). “Manajemen Sumber Daya Manusia” Cetakan Pertama. Bandung:


Pustaka Setia, Bandung.

73
74

Heizer, Jay dan Barry Render. 2011, Manajemen Operasi: Manajemen


Keberlangsungan dan Rantai Pasokan. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat

Heizer, jay dan Barry Render. 2014. Manajemen Operasi: Manajemen Persediaan.
Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.

Hendratmiko. Yunasfiko. 2010. “Usulan Persediaan Bahan Baku Dengan


Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)”.Jurnal. Vol. 28 No.
1, Januari 2018

Herjanto, Eddy. 2018. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia.
Imam, Febrian. 2019. Analisis Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meningkatkan
Proses Produksi Pada PT.Jhonlin Agro Mandiri Crumb Rubber Factory)
Batulicin. Jurnal Managemen. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al Banjari (UNISKA).

Karyoto. 2016. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta : ANDI.

Kompas.com. 29 Desember 2021. Daftar Negara Produsen Karet Terbesar Didunia,


ASEANjuaranya.darihttps://money.kompas.com/read/2021/12/29/151044526/
daftar-negara-produsen-karet-terbesar-di-dunia-negara-asean-juaranya?page=all/
(Diakses, 20 Mei 2022)
Krismiaji, Aryani Y. Anni, (2011). Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan
Pertama. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Lestari, D., Subagyo, S., & Limantara, A. D. (2019). “Analisis Perhitungan


Persediaan Bahan Baku Dengan Metode FIFO dan Average (Study Kasus),Vol.
9 No. 2 Hal 119-142.

Margaretha, Farah. 2011. Manajemen Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan.


Jakarta: Erlangga.

Maulida, Z. (2018). “Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Aceh Rubber
Industries Kabupaten Aceh Tamiang”, Vol 7 No. 2 Hal. 157.

Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetkan sebelas. Yogyakarta : STIE YKPN

Nurlaela, (2021). “Analisis Pengendalian Bahan Baku Menggunakan Metode


Economic Order Quantity (EOQ) Pada Proses Produksi Karet Pada Rubber
Factory PT. Lonsum Estate Tamatto”, Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.Universitas Muhammadiyah Makasar.

Ps, T. P. (2012). Panduan Lengkap Karet. Niaga Swadaya.


75

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2020. Outlook Karet Desember Final
2020. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral –
Kementerian Pertanian.

Rasyid, Nirwan, 2015. “Analisis Perencanaan Persediaan Kacang Kedelai pada


Unit Usaha Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia di Palembang”.
Vol. 13. No. 1. Hal. 21-38

Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:


BPFE.

Sudana, I Mad. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta:
Erlangga.

Suharyadi, P.S. 2016. Statistika : Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Salemba
Empat

Sunyoto, Danang. 2013. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan.


Yogyakarta: CAPS.
76

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Supplier / Pemasok Bokar PT. XYZ


No Nama Supplier
1 PT. Kembang Bunga Serumpun
2 PT. Surabaya Jaya Group
3 CV. Azkiya Jaya
4 PT. Alam Lestari Nusantara
5 PT. Anugerah Mutiara Bungo
6 CV. Seroya jaya
7 Pitri Yani
8 Antoni
9 Aswat
10 Eko Sutrisno
11 Bobi Handoko
12 Fitri Aningsih
13 Ahmadi
14 Abu Samah
15 Abdullah
16 Sukri
17 Suriyati
18 Hardiyanto
19 Siti Khosiah
20 Nazaruddin
Sumber : RM Data PT.Star Rubber Selama Pengamatan 2021
77

Lampiran 2. Struktur Organisasi Raw Material

Raw Material Manager

Head Division of RM Receiving

SPV of RM Receiving

RM Data Officer

Head of RM Receiving
RM Digital Weighing Operator RM Data
RM Forklift Driver
RM Receiving Worker
RM Weighing Operator
RM Test DRC
78

Lampiran 3. Flowchart Pembelian dan Penyimpanan Bahan Baku (Bokar)

Pencatatan
Penimbangan pembelian dan
Pemasok
digital bokar penyusunan bahan
baku

penimbangan
pabrik Nego harga
digital mobil keluar

Penimbangan DRC dan


Kasir
digital Kontaminasi

Bokar yang terkontaminasi


dan KKK dibawah 48%
akan dipulangkan
79

Lampiran 4. Kapasitas Produksi Dry

Produksi CCL Dengan Target 7 ton/shift

Oktober 01/10/2021 – 30/10/2021

Total Jam 7,69


Tanggal Hari Shift Pagi Shift Malam
Kerja ton/shift
1/10/2021 Jumat 7 8 15 123
2/10/2021 Sabtu 5 5 10 123
4/10/2021 Senin 8 8 16 123
5/10/2021 Selasa 8 8 16 123
6/10/2021 Rabu 8 8 16 115
7/10/2021 Kamis 8 8 16 77
8/10/2021 Jumat 7 8 15 123
9/10/2021 Sabtu 5 5 10 123
11/10/2021 Senin 8 8 16 123
12/10/2021 Selasa 8 8 16 123
13/10/2021 Rabu 8 8 16 115
14/10/2021 Kamis 8 8 16 77
15/10/2021 Jumat 7 8 15 123
16/10/2021 Sabtu 5 5 10 123
18/10/2021 Senin 8 8 16 123
19/10/2021 Selasa 8 8 16 123
20/10/2021 Rabu 8 8 16 115
21/10/2021 Kamis 8 8 16 77
22/10/2021 Jumat 7 8 15 123
23/10/2021 Sabtu 5 5 10 123
25/10/2021 Senin 8 8 16 123
26/10/2021 Selasa 8 8 16 123
27/10/2021 Rabu 8 8 16 115
28/10/2021 Kamis 8 8 16 77
29/10/2021 Jumat 7 8 15 123
30/10/2021 Sabtu 5 5 10 123
Total 2.982 ton/bln
80

Lampiran 5. Data Bahan Baku (Bokar) PT. Star Rubber 2021

Bulan Pembeliaan (kg) Pemakaian (kg) Persediaan (kg)


Januari 2.306.000 2.043.000 1.068.000
Februari 3.741.000 3.127.000 1.682.000
Maret 4.929.000 4.031.000 2.580.000
April 4.412.000 4.918.000 2.074.000
Mei 3.381.000 3.608.000 1.847.000
Juni 3.911.000 3.443.000 2.315.000
July 4.355.000 2.974.000 3.696.000
Agustus 4.700.000 2.978.000 5.418.000
September 4.503.000 2.524.000 7.397.000
Oktober 2.913.000 2.964.000 7.346.000
November 2.175.000 2.726.000 6.795.000
Desember 1.965.000 3.547.000 5.213.000
Jumlah 43.291.000 38.883.000 47.431.000
Rata-rata 3.607.583 3.240.250 3.952.000
Sumber : Data Perusahaan diolah (2021)
Note : Perhitungan persediaan bahan baku : pembelian + persediaan bulan sebelumnya - pemakaian

Bulan Persediaan (kg)


Desember 805.000
81

Lampiran 6. Jumlah Bokar dan Biaya Pengiriman Bokar Dari Station Tebo
menuju PT. XYZ Tahun 2021
Bulan Jumlah Bokar Biaya Pengiriman (100/kg)
Januari 312.000 31.200.000
Februari 579.000 57.900.000
Maret 831.000 83.100.000
April 862.000 86.200.000
Mei 649.000 64.900.000
Juni 918.000 91.800.000
Juli 924.000 92.400.000
Agustus 394.000 39.400.000
September 1.194.000 119.400.000
Oktober 751.000 75.100.000
November 195.000 19.500.000
Desember 89.000 8.900.000
Total 7.698.000 769.800.000
Sumber : Data Perusahaan diolah (2021)
82

Lampiran 7. Jumlah Bokar dan Biaya Pengiriman Bokar Dari Station Bangko
Menuju PT. XYZ Tahun 2021
Bulan Jumlah Bokar Biaya Pengiriman (110/kg)
Januari 217.000 23.870.000
Februari 797.000 87.670.000
Maret 1.211.000 133.210.000
April 441.000 48.510.000
Mei 257.000 28.270.000
Juni 301.000 33.110.000
Juli 229.000 25.190.000
Agustus 85.000 9.350.000
September 317.000 34.870.000
Oktober 209.000 22.990.000
November 220.000 24.200.000
Desember 434.000 47.740.000
Total 4.718.000 518.980.000
Sumber : Data Perusahaan diolah (2021)
83

Lampiran 8. Jumlah Bokar dan Biaya Pengiriman Bokar Dari Station Muara
Beliti Menuju PT. XYZ Tahun 2021
Bulan Jumlah Bokar Biaya Pengiriman (110/kg)
Januari 548.000 153.440.000
Februari 1.131.000 316.680.000
Maret 1.241.000 347.480.000
April 529.000 165.760.000
Mei 338.000 94.640.000
Juni 354.000 99.120.000
Juli 420.000 117.600.000
Agustus 262.000 73.360.000
September 315.000 88.200.000
Oktober 0 0
November 21.000 5.880.000
Desember 0 0
Total 5.159.000 1.462.160.000
Sumber : Data Perusahaan diolah (2021)
84

Lampiran 9. Harga Bahan Baku (Bokar) sesuai Kadar Karet Kering (KKK)
pada bulan November Tahun 2021
Grade Kadar Karet Kering Harga Pabrik
(KKK)
A ≥ 60% Rp 13.560
B 55-59% Rp 12.000 – Rp 12.656
C 54-48% Rp 10.848 – Rp 12. 204
Sumber : Data Perusahaan saat Pengamatan Tahun 2021
85

Lampiran 10. Tabel Distribusi Z (Normal)

Kekurangan Persediaan / a = 5% atau 0,05

Service Level (Z) = 95%

Keterangan :

Dari deretan tabel Z carilah nilai yang paling mendekati dengan nila a
yaitu 0,05 dan didapatkann lah nilai yang paling mendekati yaitu
0,049985 yang berada pada kolom 0,045 dan dibarisan 1,6 maka dapat
dihutngan menjadi : 1,6 + 0,045 = 1,64
86

Lampiran 11. Biaya Penyimpanan PT. XYZ Tahun 2021


Bulan Biaya Listrik Gudang Biaya Buruh Biaya Keamanan
(Rp/bln) Gudang (Rp/bln) (Rp/bln)
Januari Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Februari Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Maret Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
April Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Mei Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Juni Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Juli Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Agustus Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
September Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Oktober Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
November Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Desember Rp. 21.000.0000 Rp. 35.000.000 Rp. 3.000.000
Total Rp. 252.000.000 Rp. 420.000.000 Rp 36.000.000
Sumber : Data Perusahaan Tahun 2021
87

Lampiran 12. Flowchart dari Station ke Pabrik

Petani Petani Petani

Menjual
Menjual

Menjual Station Pembeliaan PT.


XYZ (Muara Beliti)
Station Pembeliaan
PT. XYZ (Tebo)

Pengiriman (Rp/kg)
Station Pembeliaan
Pengiriman (Rp/kg) PT. XYZ (Bangko)

Pabrik
Pengiriman (Rp/kg)
Pabrik

Pabrik

Anda mungkin juga menyukai