SKRIPSI
Dosen Pembimbing:
Dr. Luh Putu Suciati SP., MSi.
Oleh:
Rizka Maulidia
NIM 181510601081
SKRIPSI
diajukan guna memenuhi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian
Oleh:
Rizka Maulidia
NIM 181510601081
i
PERSEMBAHAN
ii
MOTTO
iii
PERNYATAAN
Rizka Maulidia
NIM 181510601081
iv
SKRIPSI
Oleh:
Rizka Maulidia
NIM. 181510601081
Pembimbing
Dosen Pembimbing Skripsi : Dr. Luh Putu Suciati SP., MSi.
NIP. 1973101151999032002
v
PENGESAHAN
Mengesahkan
Dekan,
vii
Panti. Fungsi pemasaran yang diterapkan oleh tengkulak, pengepul dan koperasi
ketakasi yaitu fungsi pertukaran, distribusi fisik dan penyediaan sarana. Peran
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti diantaranya yaitu membantu dalam proses pemasaran produk
atau pemasar, sumber informasi harga, penyediaan sarana produksi, memberi
pinjaman modal, dan Memfasilitasi petani untuk belajar lebih mendalam tentang
pertanian kopi. 2) Saluran pemasaran 1 kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo memiliki nilai margin pemasaran sebesar Rp. 1000/kg, dengan
nilai farmer’s share sebesar 96,77%, nilai share keuntungan sebesar 67,5% dan
nilai share biaya sebesar 32,5%. Nilai margin pemasaran pada saluran pemasaran
2 kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar Rp.500/kg, nilai share
keuntungan sebesar 44% dan nilai share biaya sebesar 56%. Saluran pemasaran 1
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki nilai margin
pemasaran sebesar Rp.750/kg dengan nilai farmer’s share sebesar 97,39%, nilai
share keuntungan sebesar 60% dan nilai share biaya sebesar 40%. 3) Prioritas
strategi dalam meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo yaitu meningkatkan produksi dan
mempertahankan kualitas serta kekhasan kopi robusta sedangkan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu meningkatkan wawasan dan
informasi pasar bagi petani.
viii
SUMMARY
ix
functions of exchange, physical distribution and provision of facilities. The roles
of marketing agencies involved in marketing the eastern cluster Robusta coffee
(Slope Raung) in Silo District and the western cluster (Slope Argopuro) in Panti
District include assisting in the process of product marketing or marketers,
sources of price information, provision of production facilities, providing capital
loans, and Facilitating farmers to learn more about coffee farming. 2) Marketing
channel 1 east cluster (Slope Raung) in Silo District has a marketing margin value
of Rp. 1000/kg, with a farmer's share value of 96.77%, a profit share value of
67.5% and a cost share value of 32.5%. The marketing margin value for the
marketing channel 2 east cluster (Slope Raung) in Silo District is IDR 500/kg, the
profit share value is 44% and the cost share value is 56%. Marketing channel 1
west cluster (Argopuro Slope) in Panti District has a marketing margin value of
Rp.750/kg with a farmer's share value of 97.39%, a profit share value of 60% and
a cost share value of 40%. 3) The strategic priority in improving the marketing
network for the eastern cluster Robusta coffee (Slope Raung) in Silo District is to
increase production and maintain the quality and uniqueness of robusta coffee
while the western cluster (Slope Argopuro) in Panti District is to increase market
insight and information for farmers.
x
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster
Kelerengan di Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP. Selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. Dr. Luh Putu Suciati, SP., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah sabar
dalam memberikan bimbingan, arahan, semangat serta motivasi sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Julian Adam Ridjal, SP., MP. Selaku dosen penguji utama yang telah
memberi saran dan masukan dalam pengerjaan skripsi.
4. Ratih Apri Utami, S.P., M.Si. selaku dosen penguji anggota yang telah
memberi saran dan masukan sehingga membuat skripsi ini menjadi lebih
sempurna.
5. Illia Seldon Magfiroh SE., MP. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dari awal perkuliahan
hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
6. Kedua orang tua saya, Almarhum Bapak Sunardi dan Ibu Siti Romla
tersayang, serta Suami saya tercinta Muhammad Fikri atas doa, kasih
sayang, nasehat, dukungan serta pengorbanan yang telah dilakukan dari
awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Kakak saya, Anik Rahmawati dan Nafis Priyan Budi yang telah
memberikan doa, kasih sayang, nasehat, dan dukungan.
8. Teman-teman UKKM dan F-SIAP atas semua pengalaman organisasinya
selama masa perkuliahan.
xi
9. Teman-teman Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jember angkatan 2018 yang telah berjuang dan memberikan bantuan selama
masa perkuliahan.
10. Sahabat-sahabat saya Evi Qurotu Aini, Yussy Faiz Aulia Priyadi, Ayu
Safitri, Alfiah Nurhasanah, Tarisa Laili Ramadhani, yang sudah sabar
mendengarkan keluh kesah selama mengerjakan skripsi.
11. Seluruh Responden yang telah berkenan dan meluangkan waktunya untuk
membantu proses menyelesaikan skripsi.
12. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember
khususnya Ibu Novi selaku Koordinator Perkebunan terimakasih telah sabar
dan memberikan segala informasi serta membantu dalam proses perizinan
dan pengumpulan data skripsi.
13. Tim riset “Kajian dan Perencanaan Pengembangan Kopi Robusta di
Kabupaten Jember” serta LP2M Universitas Jember untuk penggalian data
primer yang dibutuhkan selama proses menyelesaikan skripsi.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas segala pertanyaan “Kapan Wisuda” sehingga penulis memiliki
semangat dan keinginan untuk lebih cepat dalam menyelesaikan skripsi ini,
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna sehingga
masih membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini memiliki banyak manfaat serta menjadi
informasi dan sumber ilmu bagi banyak pihak.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ii
HALAMAN MOTTO...........................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN...........................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................vi
RINGKASAN.......................................................................................................vii
SUMMARY...........................................................................................................ix
PRAKATA.............................................................................................................xi
DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................8
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................8
1.3.2 Manfaat Penelitian..........................................................................9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................10
2.2 Landasan Teori..........................................................................................14
2.2.1 Karakteristik Komoditas Kopi....................................................14
2.2.2 Karakteristik Lingkungan Kopi..................................................17
2.2.3 Teori Pemasaran..........................................................................17
2.2.4 Saluran Pemasaran......................................................................19
2.2.5 Jaringan Pemasaran.....................................................................21
2.2.6 Lembaga Pemasaran...................................................................22
2.2.7 Fungsi Pemasaran.......................................................................23
2.2.8 Margin Pemasaran.......................................................................24
2.2.9 Farmer’s Share...........................................................................26
2.2.10 SWOT (Strength Weakness Opportunities Threath) .................27
2.2.11 Analytical Hierarchy Process.....................................................29
2.3 Kerangka Pemikiran.................................................................................32
2.4 Hipotesis.....................................................................................................35
BAB 3. METODE PENELITIAN.......................................................................36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................36
3.2 Metode Penelitian......................................................................................37
3.3 Metode Pengambilan Sampel...................................................................37
3.4 Pengumpulan Data....................................................................................39
3.5 Metode Analisis Data................................................................................40
3.5.1 Analisis Deskriptif.......................................................................40
3.5.2 Analisis Margin Pemasaran dan Farmer’s Share........................40
3.5.3 Analisis SWOT - AHP.................................................................42
3.6 Definisi Operasional..................................................................................48
xiii
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................50
4.1 Gambaran Umum.....................................................................................50
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian............................................50
4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Petani Reponden.......................51
4.1.3 Gambaran Umum Saluran Pemasaran Kopi Robusta di Kecamatan
Silo dan Panti Kabupaten Jember................................................52
4.2 Saluran Pemasaran, Fungsi Pemasaran serta Peran Lembaga yang
Terlibat dalam Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster
Kelerengan di Kabupaten Jember.......................................................54
4.3 Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember.........................................64
4.4 Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember.........................................68
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................98
5.1 Kesimpulan................................................................................................98
5.2 Saran...........................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101
LAMPIRAN.........................................................................................................108
xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xx
BAB 1. PENDAHULUAN
Tabel 1.1 Rata-Rata Produksi, Share Produksi,dan Pertumbuhan Produksi Kopi pada
Lima Provinsi di Indonesia Tahun 2017-2022.
Tahun 2017-2022
Rata-rata
Rata-rata Rata-rata share
No. Provinsi pertumbuhan
produksi produksi
produksi
(ton/tahun)
% Rangking % Rangking
Sumatera
1. 184,31 36,41 1 11,19 1
Selatan
2. Lampung 115,63 23,08 2 1,27 4
3. Sumatera Utara 74,2 14,75 3 4,79 2
4. Aceh 71,28 14,21 4 1,80 3
5. Jawa Timur 57,36 11,54 5 -4,94 5
Jumlah 502,8 100,00 14
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun, 2017-2022 (diolah).
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa kelima provinsi penghasil
kopi di Indonesia yaitu meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera
Utara, Aceh dan Jawa Timur. Sumatera Selatan memiliki jumlah rata-rata
produksi tertinggi dibandingkan empat provinsi lainnya yaitu sebesar 184,31
ton/tahun, memiliki rata-rata share produksi dan rata-rata pertumbuhan produksi
tertinggi, dengan rata-rata share produksi sebesar 36,41% dan rata-rata
pertumbuhan produksi sebesar 11,19%. Secara umum hasil produksi kopi yang
dihasilkan yaitu jenis kopi robusta dan ada juga jenis kopi liberika, hal tersebut
didukung oleh lahan gambut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk
ditanami kopi hal tersebut untuk mendukung program restorasi lahan gambut
(Rosiana, 2020). Jawa Timur menempati posisi kelima sebagai penghasil produksi
kopi tertinggi di Indonesia, hal tersebut didukung oleh banyaknya gunung berapi
yang mampu menyuburkan tanah karena letusan gunung berapi tersebut
menyemburkan abu vulkanik dimana didalamnya banyak mengandung mineral
yang dibutuhkan oleh tanah. Rata-rata produksi kopi di Jawa Timur pada tahun
2017-2022 yaitu sebesar 57,36 ton/tahun dengan rata-rata share produksi sebesar
11,54% dan rata-rata pertumbuhan produksi sebesar -4,94%.
Jawa timur ialah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra
produksi kopi. Faktor yang mendukung Jawa Timur sebagai wilayah yang
berpotensi menghasilkan kopi diantaranya yaitu kesesuaian kondisi tanah, iklim,
cuaca, teknik budidaya dan tekonologi yang digunakan secara tepat sehingga
3
Tabel 1.3 Rata-Rata Produksi, Share Produksi, dan Pertumbuhan Produksi Kopi di
Kabupaten Jember pada Empat Belas Kecamatan yang Berada di Wilayah
Lereng Raung dan Lereng Argopuro Tahun 2017-2022.
Tahun 2017-2022
Rata-rata Rata-rata
Rata-rata Share
No Kecamatan Produksi Pertumbuhan
Produksi
(ton/tahun) Produksi
(%) Ranking (%) Ranking
1 Silo 5.798,50 33,41 1 -3,98 12
2 Sumberbaru 2.504,73 19,42 2 45,75 5
3 Tanggul 1.858,74 8,30 4 -22,70 14
4 Bangsalsari 2.380,82 14,51 3 12,02 8
5 Panti 1.383,74 7,15 5 58,07 3
6 Sumberjambe 608,88 2,93 9 7,22 9
7 Mayang 73,51 0,79 11 22,68 7
8 Kalisat 48,68 0,10 12 -13,64 13
9 Ledokombo 927,16 3,94 6 411,32 2
10 Pakusari 1,06 0,02 13 7,09 10
11 Rambipuji 0,00 0,00 14 0,00 11
12 Sukorambi 388,46 3,72 7 497,71 1
13 Arjasa 623,62 3,55 8 47,64 4
14 Jelbuk 253,24 2,16 10 33,15 6
1.102,3
Total 16.851,14 100,00
4
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun, 2017-2022 (diolah).
Lokasi perkebunan kopi di Kabupaten Jember yang terletak di pegunungan
menyebabkan jaringan pemasaran terbatas pada tengkulak desa. Menurut
Budihardjo dkk. (2013), jaringan pemasaran kopi rakyat di Kabupaten Jember
terdiri dari tiga mata rantai diantaranya yaitu sebagai berikut:
Jaringan pemasaran tipe 1:
Petani Konsumen
relatif yang lebih besar dari pedagang perantara. Pedagang pengumpul II yaitu
berfungsi untuk membeli barang yang dilakukan dengan mengumpulkan barang
dari produsen, pedagang perantara maupun dari pedagang pengumpul I dengan
skala relatif yang lebih besar dari pedagang pengumpul II. Pedagang besar
menjadi pedagang yang memiliki skala usaha yang lebih besar dibandingkan
dengan pedagang pengumpul I dan II.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Desiana dkk. (2017), yang berjudul
“Analisis Saluran Pemasaran Biji Kopi Robusta (Suatu Kasus Di Desa Kalijaya
Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pola pemasaran kopi robusta yang ada di desa kalijaya memiliki dua
saluran pemasaran, pola pemasaran pertama yaitu petani memasarkan kepada
pedagang pengumpul kemudian terakhir ke konsumen, sedangkan untuk saluran
pemasaran kedua yaitu dari petani memasarkan kopi robusta kepada pedagang
pengumpul yang selanjutnya kepada pedagang besar dan yang terakhir ke
konsumen. Biaya untuk saluran pemasaran pertama yaitu sebesar Rp 75,000/kg,
saluran pemasaran kedua sebesar Rp 324,53/kilogram. Keuntungan yang
didapatkan pada saluran pertama sebesar Rp 235,00/kilogram dan saluran
pemasaran kedua sebesar Rp 645,47/kilogram. Margin pemasaran pada saluran
pemasaran pertama yaitu sebesar Rp 310,00/kilogram dan saluran pemasaran
kedua sebesar Rp 970,00/kilogram. Farmer’s share pada saluran pemasaran
pertama sebesar 98,14% dan saluran pemasaran kedua adalah 94,35% dari harga
yang dibayarkan konsumen.
Hasil penelitian Sari (2018), yang membahas tentang daerah penghasil kopi
robusta di lereng Pegunungan Argopuro Kabupaten Jember menggunakan analisis
location quotient (LQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang paling
berpotensi untuk menghasilkan kopi yaitu Kecamatan Bangsalsari dengan nilai
LQ sebesar 5,02. Penelitian ini juga mengkaji terkait dengan strategi
pengembangan dan rekomendasi wilayah penghasil kopi robusta di lereng
Pegunungan Argopuro Kabupaten Jember yang menggunakan analisis SWOT dan
AHP. Hasil analisis menunjukkan strategi pengembangan dan rekomendasi
wilayah penghasil kopi robusta di lereng Pegunungan Argopuro Kabupaten
13
Jember untuk cluster 1 yaitu aspek teknis (0,405) dengan strategi meningkatkan
kualitas SDM (0,291), untuk kluster 2 yaitu aspek ekonomi (0,257) dengan
strategi meningkatkan akses pasar berbasis teknologi informasi (0,299), dan untuk
kluster 3 yaitu aspek teknis (0,315) dengan strategi pengembangan agroindustri
kopi robusta dengan meningkatkan nilai tambah kopi robusta menjadi produk baru
(0,268).
Rumusan masalah terkait dengan strategi peningkatan jaringan pemasaran
kopi robusta didukung oleh penelitian Zahrosa (2011), yang berjudul “ Prospek
Pengembangan dan Strategi Pemasaran Komoditas Kopi Robusta Rakyat di
Kabupaten Jember”. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
SWOT dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan usahatani kopi robusta rakyat di
Kabupaten Jember yaitu strategi pada posisi white area dengan menciptakan
strategi yang memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada agar dapat
meningkatkan pertumbuhan dan keuntungan (Growth and Profitability).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra dan Dian (2021), yang berjudul
“Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Robusta Produksi KSU Ketakasi
Sidomulyo Kabupaten Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi
yang menjadi prioritas dalam mengembangkan agribisnis kopi robusta Jember.
Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT dan AHP, dengan pengambilan data
menggunakan metode wawancara kepada responden. Hasil penelitian dengan
metode SWOT menunjukkan bahwa strategi yang menjadi prioritas perpaduan
antara kekuatan dengan peluang memiliki bobot nilai 3,628 dan strategi
prioritasnya yaitu melakukan peningkatan produktivitas dan pengembangan
agribisnis terpadu. Strategi prioritas yang dihasilkan melalui metode AHP pada
level kriteria yaitu optimis dengan bobot nilai 0,705, pada level sasaran yaitu
dengan meningkatkan kinerja sektor on farm dengan bobot nilai 0,469, dan
strategi yang digunakan yaitu meningkatkan produksi dengan bobot nilai 0,269.
Berdasarkan penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Aziz dkk. (2021),
yang berjudul “Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Robusta untuk
Mendukung Pemasaran Biji Kopi Robusta di Kabupaten Ciamis”. Penelitian ini
14
bertujuan untuk mengukur potensi kopi robusta yang merupakan sektor unggulan
komoditas perkebunan di Kabupaten Ciamis, menganalisis faktor internal dan
eksternal terhadap pengembangan kopi robusta dan menentukan prioritas strategi
pengembangan kopi robusta. Analisis yang digunakan menggunakan Location
Quotient (LQ) untuk mengetahui sektor unggulan dari suatu wilayah, matriks
IFAS, matriks EFAS, matriks IE, analisis SWOT, dan matriks QSPM yang
bertujuan untuk merumuskan strategi dan menentukan prioritas strategi dalam
pengembangan agribisnis kopi robusta di Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa srategi utama yang digunakan untuk pengembangan
usahatani kopi robusta yaitu dengan memanfaatkan inovasi teknologi di wilayah
potensi budidaya dan mengembangkan jaringan pemasaran kopi robusta.
1. Fungsi pertukaran
Kegiatan proses pemasaran menjadikan konsumen dapat mengetahui dan
membeli hasil produk yang dihasilkan oleh produsen, dengan cara melakukan
pertukaran produk dengan uang atau juga bisa menurkarkan produk dengan
produk. Produk tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan pribadi maupun di jual
kembali untuk mendapatkan keuntungan.
2. Fungsi distribusi fisik
Kegiatan proses pemasaran juga dapat dilakukan dalam bentuk distribusi
fisik terhadap suatu produk, distribusi fisik yang dilakukan diantaranya proses
penyimpanan ataupun pengangkutan produk. Kegiatan penyimpanan produk
dilakukan untuk menjaga kebutuhan produk agar tetap terpenuhi apabila di waktu
yang akan datang secara tiba-tiba dibutuhkan sehingga tidak mengalami
keterbatasan produk. Kegiatan pengangkutan dapat dilakukan melalui berbagai
cara misalnya melalui angkutan darat, air, dan udara.
3. Fungsi perantara
Kegiatan penyaluran produk dari produsen hingga ke konsumen dilakukan
melalui perantara pemasaran dengan menghubungkan kegiatan pertukaran dengan
distribusi fisik. Kegiatan proses perantara menimbulkan terjadinya pembiayaan,
pencarian informasi, klasifikasi produk, dan lainnya.
Menurut Gracia dan Martauli (2021), fungsi-fungsi pemasaran
mengandung unsur penting dalam kegiatan proses pemasaran khususnya dalam
hal yang berkaitan dengan kelancaran arus barang dari produsen hingga ke
konsumen. Fungsi pemasaran mengalami perubahan, setiap lembaga akan
menjalankan fungsi pemasaran dari fungsi jual beli hingga fungsi pembiayaan.
Perbedaan harga pada setiap lembaga pemasaran disebabkan oleh adanya
perbedaan fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran.
Harga
SD (Penawaran Turunan)
Pr Sp (Penawaran Primer)
MP
Dp (Permintaan Primer)
Pf DD (Permintaan Turunan)
Q Jumlah
Gambar 2.1 Kurva Margin Pemasaran
Menurut Evita dkk. (2018), nilai farmer’s share dapat diukur dengan
menggunakan rumus perhitungan farmer’s share yaitu sebagai berikut:
F′s = Pf x 100%
Pr
Keterangan :
F’s = persentase harga yang diterima petani (%)
Pf = harga ditingkat petani (Rp/Kg)
Pr = harga ditingkat konsumen (Rp/Kg)
W S
Kuadran 4 Kuadran 2
T
Gambar 2. 2 Matriks SWOT
kondisi ini yaitu strategi disfentif, yaitu strategi yang mendukung perusahaan
untuk terus dapat mempertahankan posisi perusahaan dengan memanfaatkan
segala kemampuan.
Komoditas kopi
Permasalahan:
1. Jaringan pemasaran terbatas pada
tengkulak desa (Yulian dkk. 2019)
Kopi robusta di Kabupaten Jember
2. Informasi pasar yang diterima
petani terbatas sehingga posisi
Pemasaran kopi robusta di tawar petani sangat rendah
Kabupaten Jember (Budihardjo dan Sasongko, 2013).
3. Rendahnya pemahaman petani
mengenai standard kualitas
(Budihardjo dan Sasongko, 2013).
2.4 Hipotesis
1. Marjin pemasaran diduga menguntungkan dan farmer’s share diduga efisien
dalam pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten
Jember.
2. Strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
kelerengan di Kabupaten Jember diduga dapat dilakukan dengan prioritas
strategi SO (Strength-Opportunities), yaitu dengan meningkatkan produksi
dan mempertahankan kualitas serta kekhasan kopi robusta.
BAB 3. METODE PENELITIAN
36
37
Tabel 3.2 Responden Ahli (Expert) di Kluster Barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Nama Posisi/Jabatan Jumlah (orang)
Novi Hardiani Sub. Koordinator Perkebunan di 1
Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura, dan Perkebunan
Wasili Ketua MPIG Kopi Robusta 1
Java Argopuro Jember
Total 2
Sumber: Data Primer, 2023
39
- Memberikan nilai bobot pada setiap faktor dengan skala yang dimulai
dari 1,0 (paling penting) hinga 0,0 (tidak penting). Hal tersebut
berdasarkan pengaruh faktor terhadap posisi penting petani (semua
bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).
- Memberikan rating pada setiap faktor dimulai dari skala 4 sampai
dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap usaha petani
kopi robusta. Penilaian rating untuk faktor bernilai positif yaitu
(kekuatan dan peluang) yang semakin besar ditunjukkan dengan angka
4 (sangat penting), sedangkan penilaian rating untuk faktor yang
bernilai negatif (kelemahan dan ancaman) yang semakin besar
ditunjukkan dengan angka 1.
- Mengalikan masing-masing bobot dengan rating untuk mendapatkan
nilai faktor pembobotan.
- Menjumlahkan seluruh nilai faktor pembobotan untuk memperoleh total
nilai faktor pembobotan pada usaha petani kopi robusta. Berdasarkan
tahapan pengumpulan data pada matriks faktor strategi internal (IFE)
dan matriks faktor strategi eksternal (EFE) yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.3 Matriks Faktor Strategi Internal (IFE)
Faktor Strategi Internal (IFE) Bobot Rating Nilai
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Total
Kuadran 3 Kuadran 1
Kelemahan Kekuatan
Internal Internal
Kuadran 4 Kuadran 2
Berbagai Ancaman
2. Metode AHP
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang ingin dicapai
b. Membuat struktur hierarki
46
S1 S2 S3 S4 W1 W2 W3 W4 O1 O2 O3 O4 T1 T2 T3 T4
8. Harga beli merupakan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen kopi
robusta (Rp/Kg).
9. Harga jual merupakan sejumlah uang atau harga yang diterima oleh petani
kopi robusta (Rp/Kg).
10. Volume pembelian merupakan volume kopi robusta yang dibeli oleh lembaga
pemasaran (Rp/Kg).
11. Volume penjualan merupakan volume kopi robusta yang dijual oleh lembaga
pemasaran (Rp/Kg).
12. Keuntungan pemasaran adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya
yang diterima oleh lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran kopi
robusta yang dilakukan (Rp/Kg).
13. Share biaya adalah sejumlah biaya dari tiap lembaga pemasaran dengan
satuan persen (%).
14. Share keuntungan adalah sejumlah keuntungan dari tiap lembaga pemasaran
dengan satuan persen (%).
15. Margin pemasaran yaitu besarnya selisih harga beli kopi robusta di tingkat
konsumen dengan harga jual di tingkat produsen.
16. Farmer’s share adalah persentase perbandingan harga ditingkat petani
dengan harga ditingkat konsumen akhir.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Umur Petani
Umur merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan kerja dalam
melakukan usahatani. Petani yang berumur muda mempunyai kemampuan untuk
dapat bekerja lebih produktif serta dapat menerapkan adanya inovasi baru. Petani
yang menjadi responden pada penelitian ini yaitu dari umur 21-67 tahun. Petani
berumur dibawah 30 tahun berjumlah 5, petani berumur di bawah 40 tahun
berjumlah 10, petani berumur dibawah 50 tahun berjumlah 7, dan petani berumur
dibawah 60 tahun berjumlah 7, serta petani berumur diatas 60 tahun berjumlah 1.
2. Luas lahan
Luas lahan merupakan areal atau tempat diatas sebidang tanah yang
digunakan untuk melakukan usahatani, yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Luas lahan yang dimiliki oleh petani kopi robusta di Kecamatan Silo dan Panti
beragam. Luas lahan yang ada dimulai dari 0,02-5 ha. Petani yang memiliki luas
lahan dibawah 1 ha berjumlah 14, petani dengan luas lahan 1 ha berjumlah 8, dan
petani dengan luas lahan diatas 1 ha berjumlah 8. Kepemilikan lahan petani rata-
rata merupakan milik pribadi, namun ada sebagian petani yang menyewa.
3. Jumlah tanaman
Petani kopi robusta di Kecamatan Silo dan Panti memiliki jumlah pohon
antara 50-7500 pohon kopi robusta. Rata-rata petani memiliki jumlah pohon.
Petani dengan jumlah pohon dibawah 1000 pohon sebanyak 6 orang, petani
dengan jumlah pohon dibawah 3000 pohon sebanyak 14 orang dan petani dengan
jumlah pohon diatas 3000 pohon sebanyak 10 orang. Jumlah tanaman atau pohon
kopi robusta yang dimiliki petani dengan luas lahan yang sama tidak selalu sama
satu sama lain, hal tersebut pengaruh dari jarak tanam yang digunakan petani
berbeda-beda.
4.1.3 Gambaran Umum Saluran Pemasaran Kopi Robusta di Kecamatan Silo dan
Panti Kabupaten Jember
Saluran pemasaran komoditas kopi robusta melibatkan beberapa lembaga
pemasaran untuk dapat menyalurkan produk dari produsen hingga ke konsumen
akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta
53
Tengkulak
Koperasi Ketakasi
Petani
Eksportir (PT.Olam
Pengepul
Indonesia)
Gambar 4.1 Saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten
Jember
Keterangan:
- Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember: Petani – Pengepul – Eksportir (PT. Olam
Indonesia)
- Saluran pemasaran 2 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember: Petani – Pengepul – Eksportir (PT. Olam
Indonesia )
- Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster barat (Lereng Argopuro)
di Kecamatan Panti Kabupaten Jember: Petani – Tengkulak – Eksportir (PT.
Olam Indonesia)
55
Gambar 4.2 Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember
ini tergolong dengan harga yang tinggi, untuk kopi robusta dalam bentuk
cherry/gelondong yaitu sebesar 25.000/kg sedangkan untuk kopi robusta dalam
bentuk kering sebesar 30.000/kg.
Selanjutnya, pengepul akan memasarkan kopi robusta kembali kepada
eksportir di Surabaya (PT. Olam Indonesia). Bentuk kopi robusta yang dikirim
dalam bentuk asalan, tanpa dilakukan perlakuan penyortiran. Sistem
pengangkutan kopi robusta dari pengepul sampai ke eksportir yaitu menggunakan
jasa ekspedisi dan untuk biaya transportasi yang dikeluarkan ditanggung oleh
pengepul sendiri. Ketentuan jumlah minimal sekali kirim yang ditetapkan oleh
pihak eksportir yaitu sebesar 8-9 ton. Harga yang diterima pengepul dari pihak
eksportir yaitu selisih 1.000 rupiah/Kg lebih tinggi dari harga beli kepada petani.
2. Saluran pemasaran 2 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Petani Koperasi Ketakasi PT. Olam Indonesia
Gambar 4.3 Saluran pemasaran 2 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember
hal tersebut dikarenakan kopi robusta yang dipasarkan petani ke koperasi tersebut
kopi dengan kualitas yang kurang baik, sedangkan kopi dengan kualitas yang baik
sudah dipasarkan kepada lembaga pemasaran pengepul. Hubungan kerjasama
yang berlangsung antara petani dengan pihak koperasi yaitu hanya untuk jual beli,
bagi para anggota koperasi juga tidak sampai ada kontrak. Adapun syarat atau
standart yang ditentukan oleh pihak koperasi dalam membeli kopi robusta para
petani yaitu dari segi kadar air dan kualitas biji. Ketertarikan pihak koperasi
membeli kopi robusta para petani di Kecamatan Silo yaitu dari segi kualitas kopi
yang dimilikinya yaitu berbentuk biji besar, serta untuk memenuhi kuota ekspor.
Saluran pemasaran selanjutnya yaitu dari Koperasi Ketakasi ke eksportir
(PT. Olam Indonesia). Pihak koperasi dalam memasarkan kopi robusta tidak
melakukan penyortiran, yaitu langsung menjual kopi yang diterima dari petani
secara asalan. Pemasaran kopi robusta dari Koperasi Ketakasi ke PT. Olam
Indonesia dilakukan pada saat panen raya yaitu pada bulan Juli sampai dengan
Oktober. Sistem penjualan yang dilakukan menggunakan sistem kontrak secara
lisan saja seperti melalui Whatssap, tidak sampai tertulis. Jumlah kopi robusta
yang dipasarkan ke PT. Olam Indonesia dalam jangka waktu 1 minggu yaitu
sebesar 100-200 ton, dengan pengangkutan menggunakan ekspedisi. Biaya
transportasi yang dikeluarakan ditanggung oleh pihak koperasi. Harga jual yang
diterima Koperasi Ketakasi dari PT. Olam Indonesia yaitu sebesar Rp. 22.500/Kg.
Gambar 4.4 Saluran pemasaran 1 kopi robusta kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti Kabupaten Jember
yang mendatangi tengkulak di rumahnya. Harga jual kopi robusta pada tahun ini
di Kecamatan Panti tergolong tinggi yaitu berkisar 24.000-28.000/kg. Petani atau
produsen bebas menjual ke tengkulak yang mana saja, akan tetapi pada umumnya
petani di Kecamatan Panti sudah memiliki pembeli atau tengkulak tetap sehingga
para petani kopi robusta menjual kepada tengkulak yang sama seperti sebelumnya.
Petani yang terkendala modal untuk budidaya kopi robusta biasanya melakukan
pinjaman modal terlebih dahulu kepada tengkulak dalam bentuk uang ataupun
barang seperti pupuk, nantinya petani tersebut akan membayar hutangnya dari
hasil penjualan kopi robusta kepada tengkulak tersebut.
Selanjutnya, tengkulak akan mengirim kopi robusta kepada eksportir ( PT.
Olam Indonesia) di Surabaya. Sistem pengiriman tengkulak ke pihak eksportir
biasanya menggunakan transportasi berupa truk, dengan biaya transportasi
ditanggung oleh pihak tengkulak. Jumlah minimal kopi robusta yang dapat
dikirim kepada eksportir yaitu sebesar 9 ton, terkait dengan harga biasanya pihak
eksportir akan memberikan informasi terlebih dahulu kepada tengkulak. Harga
jual yang diterima tengkulak dari eksportir yaitu sebesar 28.750/kg.
Tabel 4.2 Fungsi-fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga Pemasaran Kopi
Robusta Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster Barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti.
Lembaga Pemasaran
Fungsi Pemasaran
Petani Kopi Koperasi
Tengkulak Pengepul
Robusta Ketakasi
1. Fungsi Pertukaran
- Penjualan √ √ √ √
- Pembelian √ √ √
2. Fungsi Distribus Fisik
- Pengemasan √ √ √ √
- Pengangkutan √ √ √
- Pengolahan √ √ √
3. Fungsi Penyediaan Sarana
- Pembiayaan √ √ √ √
- Informasi harga √ √ √
Sumber: Data Primer, 2023
a. Petani
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani kopi robusta berdasarkan
kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu meliputi fungsi pertukaran, distribusi fisik
dan penyediaan sarana. Fungsi pertukaran, yaitu penjualan kopi robusta yang
umumnya dilakukan dirumah petani dan ada juga petani yang mendatangi rumah
tengkulak, pengepul maupun koperasi. Petani menjual kopi robusta dalam bentuk
gelondong dan olah kering. Adapun fungsi fisik yang dilakukan oleh petani yaitu
pengolahan kopi robusta hingga dalam bentuk kering, yang kemudian dikemas
secara sederhana menggunakan karung dan terakhir yaitu pengangkutan dari
rumah petani ke rumah pengepul, tengkulak maupun koperasi. Fungsi penyediaan
sarana yaitu pembiayaan yang dikeluarkan petani meliputi biaya modal untuk
kegiatan produksi seperti pupuk, alat-alat pertanian serta biaya untuk pengolahan
kopi dalam bentuk gelondong menjadi kopi kering.
b. Tengkulak
Tengkulak yaitu lembaga pemasaran yang langsung berhubungan dengan
petani. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh tengkulak meliputi fungsi
pertukaran, distribusi fisik dan penyediaan sarana. Fungsi pertukaran yang
dilakukan oleh tengkulak yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Tengkulak
membeli kopi robusta kepada petani dalam bentuk gelondong dan olah kering
60
proses budidaya kopi robusta dengan memberikan bantuan modal maupun sarana
produksi yang dibutuhkan. Fungsi informasi harga yaitu pengepul menyampaikan
informasi harga kopi robusta yang sedang berlaku saat ini, dimana pengepul
mendapatkan informasi harga langsung dari pihak eksportir.
d. Koperasi Ketakasi
Koperasi Ketakasi merupakan suatu lembaga pemasaran yang membantu
petani kopi robusta dalam memasarkan hasil produksinya. Fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh pihak koperasi diantaranya yaitu: fungsi pertukaran, distribusi
fisik dan penyediaan sarana. Fungsi pertukaran yang dilakukan yaitu jual beli kopi
robusta. Koperasi membeli kopi robusta kepada petani kemudian menjual kembali
kepada pihak eksportir disurabaya yaitu PT. Olam Indonesia. Koperasi membeli
kopi robusta kepada petani dengan harga Rp. 22. 000/Kg dan menjual kembali ke
PT. Olam Indonesia dengan harga Rp. 22.500/Kg. Selanjutnya fungsi fisik, fungsi
fisik yang dilakukan meliputi pengemasan dan pengangkutan. Kopi robusta yang
sudah terkumpul dari beberapa petani dan sudah memenuhi kuota untuk dikirim
ke PT. Olam Indonesia kemudian dilakukan pengemasan menggunakan karung
atau sak, dengan biaya pengemasan mencapai Rp. 30,00/Kg. Fungsi
pengangkutan, setelah proses pengemasan dilakukan selanjutnya akan dilakukan
pengiriman kepada pihak ekspotir dengan jumlah kuota yang sudah sesuai dengan
kontrak yang berlangsung. Fungsi penyedia sarana yang dilakukan oleh Koperasi
Ketakasi yaitu fungsi pembiayaan dan informasi harga. Fungsi pembiayaan yaitu
memberikan bantuan kepada anggota koperasi yang membutuhkan atau
kekurangan biaya untuk keberlangsungan produksinya. Fungsi informasi harga,
koperasi yang mengetahui terkait dengan perkembangan harga jual kopi robusta
dari pihak eksportir kemudian akan menyampaikan kembali kepada para petani.
4.2.3 Peran Lembaga yang Terlibat dalam Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember
Lembaga pemasaran merupakan suatu badan usaha atau individu yang
melakukan kegiatan pemasaran dengan cara menyalurkan jasa atau produk hasil
pertanian dari produsen sampai ke konsumen akhir melalui kerjasama dengan
62
badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam
kegiatan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti terdiri dari tengkulak,
pengepul, dan Koperasi Ketakasi. Lembaga pemasaran tersebut memiliki
beberapa peranan penting dalam mendukung kegiatan pemasaran kopi robusta.
Tengkulak dan pengepul dalam kegiatan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki beberapa peranan diantaranya
yaitu sebagai pemasar, sumber informasi harga, penyediaan sarana produksi, dan
memberi pinjaman modal. Peran lembaga pemasaran dari tengkulak dan pengepul
tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Pemasar
Tengkulak dan pengepul sebagai pemasar, yaitu lembaga yang berperan
dalam memasarkan hasil produksi kopi robusta para petani di Kecamatan Silo dan
Panti hingga sampai kepada konsumen.
b. Sumber informasi harga
Tengkulak dan pengepul sebagai sumber informasi harga, yaitu berperan
dalam memberikan informasi terkait dengan harga kopi robusta yang berlaku
dipasaran kepada petani. Umumnya tengkulak dan pengepul mendapatkan
informasi harga kopi robusta langsung dari pihak eksportir.
c. Penyediaan sarana produksi
Tengkulak dan pengepul sebagai lembaga yang menyediakan sarana
produksi kepada petani kopi robusta. Petani kopi biasanya memiliki keterbatasan
modal sehingga tidak mampu untuk membeli pupuk, maka dari itu tengkulak dan
pengepul memberi pinjaman pupuk sehingga petani tetap dapat membudidayakan
tanaman kopi. Perjanjian antara tengkulak atau pengepul dengan petani yaitu,
petani harus menjual hasil produksi kopinya kepada tengkulak atau pengepul
tersebut, dan petani membayar hutangnya dari hasil harga jual kopi yang
didapatkan tersebut, apabila pendapatan dari hasil jual produksinya tidak
mencukupi untuk melunasi hutangnya maka petani akan membayar dari hasil jual
produksi kopi pada musim selanjutnya.
63
4.3.2 Nilai Farmer’s Share pada Setiap Saluran Pemasaran Kopi Robusta
Berdasarkan Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster
Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Petani menjadi produsen utama dalam pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti. Petani menjual hasil produksinya kepada
lembaga pemasaran yang berada di sekitarnya. Harga yang diterima petani
ditentukan oleh pihak lembaga pemasaran. Harga yang terbentuk pada saluran
pemasaran tidak terlalu jauh antara harga yang diterima petani dengan harga yang
diterima oleh konsumen akhir. Berikut merupakan data Farmer’s Share atau
persentase harga jual yang diterima petani pada setiap saluran pemasaran.
Tabel 4.6 Nilai Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster Barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Harga
Harga
ditingkat Farmer’s
No. Saluran Pemasaran ditingkat
konsumen Share %
petani (Rp)
(Rp)
1 Saluran 1 (Kecamatan Silo) 30.000 31.000 96,77
2 Saluran 2 (Kecamatan Silo) 22.000 22.500 97,78
3 Saluran 1 (Kecamatan Panti) 28.000 28.750 97,39
Sumber : Data Primer (diolah oleh peneliti),2023
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai farmer’s share saluran
pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo pada
saluran pemasaran 1 sebesar 96,77%, saluran pemasaran 2 sebesar 97,78%.
Saluran pemasaran 1 kopi robusta kluster barat (Lereng Argpuro) di Kecamatan
Panti memiliki nilai farmer’s share sebesar 97,39%. Hasil tersebut menunjukkan
besaran yang diperoleh petani kopi robusta ketika konsumen membayar sebesar 1
satuan. Saluran pemasaran 1 kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
memiliki nilai farmer’s share terendah yaitu sebesar 96,77%, artinya pada saluran
pemasaran ini petani kopi robusta mendapatkan bagian harga sebesar 96,77% dari
pembayaran yang dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan kopi robusta dari
pengepul. Saluran pemasaran 2 memiliki nilai farmer’s share sebesar 97,78%
yang artinya petani mendapatkan bagian harga sebesar 97,78% dari pembayaran
yang dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan kopi robusta dari koperasi
68
ketakasi. Nilai farmer’s share saluran pemasaran kedua ini meruFpakan nilai
farmer’s share yang tertinggi dibandingkan nilai farmer’s share yang lainnya.
Nilai farmer’s share tertinggi kedua yaitu pada saluran pemasaran 1 kopi robusta
kluster barat (Lereng Argpuro) di Kecamatan Panti dengan nilai sebesar 97,39%.
Artinya petani mendapatkan bagian harga sebesar 97,39% dari pembayaran kopi
robusta yang dilakukan oleh konsumen kepada tengkulak. Saluran pemasaran kopi
robusta yang paling efisien dari ketiga saluran pemasaran tersebut yaitu pada
saluran pemasaran 2 kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
dengan nilai farmer’s share sebesar 97,78% karena memiliki nilai tertinggi
dibandingkan dengan yang lainnya.
Jember yang sedang tren saat ini. Petani dapat memasarkan hasil produksinya
dengan cara meningkatkan kualitas kopi sebaik mungkin agar kopi robusta yang
akan dipasarkan berkualitas baik sehingga pemilik usaha kedai kopi berminat dan
tertarik untuk membelinya.
c. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional maupun internasional
Peluang pasar kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan
Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki pangasa
pasar yang tinggi. Pasar kopi robusta dalam lingkup nasional, yaitu banyaknya
kedai kopi atau kafe, restoran, rumah makan dan hotel merupakan pasar potensial
yang dapat dimanfaatkan petani dalam memasarkan hasil produksinya ke pasar
yang lebih luas. Lingkup internasonal, kebutuhan kopi dunia saat ini sangat besar,
hal ini menjadi peluang petani untuk mencoba melakukan ekspor karena pasar
ekspor sangat potensial dan masih terbuka lebar, dengan syarat kopi robusta yang
dimilikinya berkualitas baik agar mampu bersaing dengan penghasil kopi robusta
lainnya.
d. Permintaan kopi robusta yang meningkat
Permintaan masyarakat terhadap kopi robusta di kluster timur (Lereng
Raung) Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
tergolong tinggi dan meningkat. Hal yang menyebabkan tingginya permintaan
kopi robusta yaitu saat ini kopi menjadi tren kekinian yang banyak digemari
khususnya generasi muda, sehingga meningkatnya trend kopi tersebut menjadi
peluang bagi petani kopi untuk meningkatkan produksinya.
e. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi
Daya saing pasar kopi robusta saat ini semakin ketat, produsen dan
pengekspor kopi robusta yang semakin meningkat menjadikan persaingan pasar
juga semakin meningkat. Petani diharapkan data menghasilkan kopi robusta
dengan kualitas dan mutu yang baik dan sesuai standard agar dapat bersaing
dengan penghasil kopi robusta lainnya.
f. Harga kopi robusta fluktuatif
Kopi robusta merupakan komoditas ekspor, hal tersebut menjadikan harga
kopi robusta sangat dipengaruhi oleh harga di tingkat internasional yang bersifat
74
fluktuatif. Harga kopi robusta yang fluktuatif, maka diharapkan petani dapat
mencari informasi terkait dengan perkembangan harga kopi dipasaran khususnya
saat ingin memasarkan hasil produksinya, agar petani memiliki kemampuan
tawar-menawar saat berhadapan dengan lembaga pemasaran.
g. Promosi pemasaran kopi robusta secara langsung maupun melalui media sosial
masih rendah
Promosi secara langsung maupun melalui media sosial yang dilakukan
oleh petani kopi robusta dalam memasarkan hasil produksinya masing sangat
rendah. Petani kurang memanfaatkan media sosial yang berpeluang besar dalam
meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta, melalui media sosial kopi robusta
yang dimiliki petani akan sangat mudah dikenal oleh konsumen secara luas,
namun petani memilih langsung memasarkan kepada lembaga pemasaran yang
biasanya membeli produksinya seperti tengkulak atau pengepul.
h. Penentu harga oleh tengkulak/pabrik
Petani kopi robusta dalam kegiatan pemasaran hanya sebagai penerima
harga (price taker), hal tersebut disebabkan oleh informasi pasar yang dimiliki
petani masih terbatas sehingga menyebabkan posisi tawar petani terhadap harga
jual kopi robusta masih rendah, dan belum mencapai keuntungan yang maksimal.
i. Branding kopi robusta Jember dari pemerintah belum kontinu
Petani kopi robusta di kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
dalam memasarkan kopi robusta masih banyak dalam keadaan setengah jadi atau
dalam bentuk ose. Alasan petani tersebut disebabkan oleh keterbatasan petani
yang masih belum memiliki brand penjualan kopi. Petani langsung menjual kopi
robusta kepada tengkulak atau pengepul dengan harga yang rendah, sedangkan
apabila pemerintah mampu membranding produk kopi robusta maka akan
mendapatan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
konsumen. Selain itu, hasil perhitungan IFE tersebut juga menunjukkan nilai
ancaman terendah pada persaingan pasar kopi robusta yang tinggi yaitu sebesar
0,07. Penghasil kopi robusta yang banyak menjadi ancaman petani dalam
pemasaran kopi robusta, petani diharapkan mampu menghasilkan kopi robusta
dengan kualitas yang baik agar mampu bersaing di pasaran.
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Faktor-Faktor Eksternal (EFE) Kopi Robusta kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
No. Faktor-Faktor Ekternal Bobot Rating Nilai
Peluang
1. Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,13 4 0,54
2. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,12 3,5 0,41
3. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional 0,12 3,5 0,41
maupun internasional
4. Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,13 4 0,54
Sub Total 0,50 15 1,88
Ancaman
1. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi 0,06 1 0,06
2. Harga kopi robusta fluktuatif 0,16 3 0,48
3. Penentu harga jual kopi robusta oleh 0,12 2,5 0,30
tengkulak/pabrik
4. Branding kopi robusta jember oleh pemerintah 0,16 3 0,48
belum pemerintah belum kontinu
Sub Total 0,50 9,5 1,32
Total 1 24,5 3,2
Sumber: Data Primer diolah, 2023
EFE
4
High 3,2 WHITE AREA GREY
3,09 AREA
2
GREY BLACK
Low AREA AREA
IFE
0 4 3,14 3 2 Low 0
Gambar 4.5 Analisis Matriks Posisi Kompetitif Relatif
Keterangan :
: Kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
: Kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Berdasarkan gambar 4.5 hasil analisis faktor-faktor internal diperoleh nilai
IFE kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar 3,14 dan hasil
analisis faktor-faktor eksternal diperoleh nilai EFE sebesar 3,09. Sedangkan IFE
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu sebesar 3 dan hasil
analisis faktor-faktor eksternal diperoleh nilai EFE sebesar 3,2. Berdasarkan nilai
tersebut strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di kluster timur
(Lereng Raung) Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti berada dalam posisi White Area yang berarti jaringan pemasaran
kopi robusta tersebut memiliki peluang yang prospektif untuk mengembangkan
kopi robusta ke pasar yang lebih luas. Kekuatan yang dimiliki untuk
meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung)
80
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yait
produksi kopi robusta yang tinggi, kopi robusta Jember memiliki cita rasa yang
khas, pangsa pasar jelas, bahan baku yang digunakan petani berkualitas, dan
memiliki sertifikat produk. Peluang yang dimiliki yaitu perkembangan teknologi
pemasaran digtal, perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat, pasar yang terbuka
lebar secara nasional maupun internasional, dan permintaan kopi robusta yang
meningkat.
Berbagai Peluang
Kelemahan Kekuatan
Internal 0,22 0,53 Internal
Berbagai Ancaman
Keterangan :
: Kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
: Kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa posisi jaringan
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti berada pada kuadran
I, yang artinya berada pada suatu kondisi yang sangat menguntungkan, hal
tersebut karena memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Adapun strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu
mendukung strategi agresif. Strategi agresif merupakan strategi yang sangat sesuai
untuk dipilih karena strategi agresif merupakan strategi yang dilakukan dengan
memaksimalkan peluang dan kekuatan yang ada.
F 2,0
E
Rendah
1,0
Gambar 4.7 Analisis Matriks Internal-Eksternal
Keterangan :
: Kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
: Kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Berdasarkan nilai IFE dan EFE pada gambar diatas menunjukkan bahwa
posisi bersaing jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo berada dalam sel I dengan koordinat (3,14:3,09), posisi ini
menunjukkan bahwa posisi internal jaringan pemasaran kopi robusta lebih tinggi
dari pada posisi eksternalnya. Kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti berada dalam sel I dengan koordinat (3,0:3,2), posisi ini menunjukkan
bahwa posisi internal jaringan pemasaran kopi robusta lebih rendah dari pada
posisi eksternalnya. Strategi yang sesuai untuk peningkatan jaringan pemasaran
kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu strategi pertumbuhan.
Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember
1. Produksi kopi robusta yang 1. Informasi pasar terbatas 1. Perkembangan teknologi 1. Persaingan pasar kopi robusta
melimpah (SO1(0,226)) (WO1(0,578)) pemasaran digital (T1(0,456))
2. Kopi robusta Jember memiliki 2. Jaringan pemasaran kopi (O1(0,276)) 2. Harga kopi robusta fluktuatif
cita rasa yang khas (SO2(0,405)) robusta terbatas pada 2. Perkembangan bisnis kedai (T2(0,356))
3. Pangsa pasar jelas (SO3(0,088)) Lembaga pemasaran kopi yang pesat (O2(0,078)) 3. Promosi pemasaran secara
4. Bahan baku yang digunakan dilingkungan sekitar 3. Pasar yang terbuka lebar langsung maupun melalui
terjamin kualitasnya (WO2(0,232)) secara nasional maupun media sosial masih rendah
(SO4(0,281)) 3. Lemahnya kelembagaan internasional (O3(0,506)) (T3(0,188))
pemasaran (WO3(0,190)) 4. Permintaan kopi robusta
meningkat (O4(0,140))
SO1 SO2 SO3 SO4 WO1 WO2 ST1 ST2 ST3 ST4 WT1 WT2 WT3 WT4
WO3
Gambar 4.9 Struktur Hierarki AHP-SWOT Kopi Robusta Kluster Timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
Sumber: Data primer diolah, (2023)
89
luas. Lingkup internasonal, saat ini kebutuhan kopi dunia saat ini sangat besar, hal
merupakan peluang bagi petani untuk mencoba melakukan ekspor karena pasar
ekspor sangat potensial dan masih terbuka lebar, dengan syarat kopi robusta yang
dimilikinya berkualitas baik agar mampu bersaing dengan penghasil kopi robusta
lainnya.
Pada faktor ancaman, menurut expert penilaian yang dianggap penting
untuk diminimalkan yaitu persaingan pasar kopi robusta (0,456). Banyaknya
penghasil kopi robusta menjadi salah satu ancaman bagi petani kopi robusta di
kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo. Penghasil kopi robusta akan
memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dimilikinya, oleh karena itu
petani diharapkan mampu memberikan kopi dengan keunggulan dan kualitas yang
baik agar mampu menarik minat konsumen.
Tabel 4.15 Penilaian AHP Faktor SWOT Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo
Faktor Internal Inconsistensy Global
Kekuatan 0,482
1 Produksi kopi robusta melimpah 0,226
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa 0,405
yang khas 0,03
3 Pangsa pasar yang jelas 0,088
4 Bahan baku yang digunakan berkualitas 0,281
Kelemahan 0,169
1 Informasi pasar terbatas 0,578
2 Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas 0,232
pada lembaga pemasaran dilingkungan 0,00054
sekitar
3 Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,190
Faktor Eksternal Inconsistency Global
Peluang 0,265
1 Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,276
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,078
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara 0,03 0,506
nasional maupun internasional
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,140
Ancaman 0,084
1 Persaingan pasar kopi robusta 0,456
2 Harga kopi robusta fluktuatif 0,356
0,04
3 Promosi pemasaran secara langsung 0,188
maupun melalui media social masih rendah
Sumber: Data primer diolah, (2023)
91
Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Kluster Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember
1. Produksi kopi robusta yang 1. Informasi pasar terbatas 1. Perkembangan teknologi 1. Persaingan pasar kopi robusta
melimpah (SO1(0,226)) (WO1(0,270)) pemasaran digital (T1(0,306))
2. Kopi robusta Jember memiliki 2. Wawasan terkait pasar masih (O1(0,175)) 2. Harga kopi robusta fluktuatif
cita rasa yang khas (SO2(0,548)) rendah (WO2(0,537)) 2. Perkembangan bisnis kedai (T2(0,176))
3. Pangsa pasar jelas (SO3(0,094)) 3. Jaringan pemasaran kopi kopi yang pesat (O2(0,089)) 3. Penentu harga jual kopi
4. Memiliki sertifikat produk robusta terbatas pada 3. Pasar yang terbuka lebar robusta oleh
(SO4(0,92)) Lembaga pemasaran secara nasional maupun tengkulak/pabrik(T3(0,366))
dilingkungan sekitar internasional (O3(0,581) 4. Branding kopi robusta
(WO3(0,100)) 4. Permintaan kopi robusta Jember oleh pemerintah
4. Lemahnya kelembagaan meningkat (O4(0,155)) belum kontinu (T4(0,152))
pemasaran (WO4(0,93))
SO1 SO2 SO3 SO4 WO1 WO2 WO3 WO4 ST1 ST2 ST3 ST4 WT1 WT2 WT3 WT4
Gambar 4.9 Struktur Hierarki AHP-SWOT Kopi Robusta Kluster Barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Sumber: Data primer diolah, (2023)
94
memiliki cita rasa yang khas dengan nilai tertinggi (0,548), menurut para expert
menjadi penilaian yang penting untuk dipertahankan dan dikembangkan. Ketika
produksi kopi robusta memiliki cita rasa yang khas maka akan semakin
berpeluang untuk dipasarkan karena dianggap dapat bersaing dipasaran, sehingga
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta akan tercapai.
Pada faktor kelemahan penilaian yang dianggap paling penting oleh expert
untuk diminimalkan yaitu wawasan terkait pasar masih rendah (0,537). Wawasan
Informasi pasar merupakan salah satu komponen utama atau strategi pemasaran
petani dalam memasarkan hasil produksinya. Informasi pasar yang terbatas
menyebabkan petani memiliki posisi tawar yang rendah sehingga harga yang
diterima petani kurang maksimal.
Tabel 4.17 Penilaian AHP Faktor SWOT Kluster Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti
Faktor Internal Inconsistensy Global
Kekuatan 0,133
1 Produksi kopi robusta melimpah 0,266
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa 0,548
yang khas 0,03
3 Pangsa pasar yang jelas 0,094
4 Memiliki sertifikat produk 0,092
Kelemahan 0,068
1 Informasi pasar terbatas 0,270
2. Wawasan terkait pasar masih rendah 0,537
2 Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas 0,100
0,00054
pada lembaga pemasaran dilingkungan
sekitar
3 Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,093
Faktor Eksternal Inconsistency Global
Peluang 0,566
1 Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,175
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,089
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara 0,03 0,581
nasional maupun internasional
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,155
Ancaman 0,233
1 Persaingan pasar kopi robusta 0,306
2 Harga kopi robusta fluktuatif 0,176
0,04
3 Penentu harga jual kopi robusta oleh 0,366
tengkulak/pabrik
4 Branding kopi robusta Jember oleh 0,152
pemerintah belum kontinu
Sumber: Data primer diolah, (2023)
96
ada di kelompok tani hanya fokus di budidayanya saja, tidak ada informasi atau
pelatihan terkait dengan pemasaran kopi robusta sehingga petani hanya terbatas
kepada lembaga pemasaran dilingkungan sekitar dalam memasarkan kopi robusta.
Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan strategi peningkatan jaringan
pemasaran kopi robusta yaitu dengan meningkatkan wawasan dan informasi pasar
bagi petani.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian “Strategi Peningkatan Jaringan
Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember”
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo terdiri dari dua saluran pemasaran yaitu: saluran pemasaran 1:
petani – pengepul – eksportir, saluran pemasaran 2: petani – koperasi ketakasi
– eksportir. Adapun saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu petani – tengkulak – eksportir.
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam
memasarkan kopi robusta yaitu: 1) fungsi pertukaran, 2) fungsi distribusi fisik,
3) fungsi penyediaan sarana. Peran lembaga yang terlibat dalam pemasaran
kopi robusta yaitu sebagai pemasar, sumber informasi harga, penyediaan
sarana produksi dan memberi pinjaman modal serta memfasilitasi petani untuk
belajar lebih mendalam tentang pertanian kopi.
2. Margin pemasaran pada saluran pemasaran 1 kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dapat disimpulkan menguntungkan. Margin pemasaran pada
saluran pemasaran 2 kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
disimpulkan tidak menguntungkan. Margin pemasaran pada saluran pemasaran
1 kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti dapat disimpulkan
menguntungkan. Nilai farmer’s share tertinggi yaitu pada saluran pemasaran 2
kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar 97,78%, sedangkan
nilai farmer’s share terendah yaitu pada saluran pemasaran 1 kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar 96,77% dan untuk nilai farmer’s
share kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti sebesar 97,39%.
3. Prioritas strategi yang didapatkan dari hasil analisis A’WOT untuk
meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung)
di Kecamatan Silo yaitu dengan meningkatkan produksi dan mempertahankan
98
99
5.2 Saran
1. Petani kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
diharapkan dapat mempertahankan proses budidaya tanaman kopi yang
baik, serta proses pasca panen yang sesuai agar dapat menghasilkan
produksi yang memiliki kualitas dan mutu yang baik, sehingga harga jual
yang diterima dapat maksimal. Petani kopi robusta kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti sebaiknya lebih aktif dalam mencari
informasi pasar agar memiliki wawasan pasar yang lebih luas sehingga
dapat melakukan pemasaran kopi robusta yang sesuai dengan minat
konsumen dan dapat memperluas jaringan pemasaran kopi robusta ke
jangkauan pasar yang lebih luas.
2. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sudah ada lembaga pemasaran
koperasi yang menampung hasil produksi petani, sedangkan di kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti masih belum ada lembaga
pemasaran koperasi yang dapat menampung hasil produksi kopi robusta
petani. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi
robusta di Kecamatan Panti sebaiknya dapat memperluas informasi
mengenai saluran pemasaran yang lainnya, agar wawasan petani dalam
menjual kopi robusta tidak hanya terbatas pada lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar.
3. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada petani
dengan memberikan pandangan bahwa peluang pangsa pasar yang sangat
terbuka lebar. Kopi robusta di Kecamatan Silo memiliki beberapa
sertifikat yang dapat mendukung pemasaran ke jangkauan yang lebih luas,
akan tetapi pola pikir petani hanya fokus pada budidayanya saja. Penyuluh
100
101
LAMPIRAN
108
109
Nilai share:
Share harga petani = (30.000/31.000) x 100%
= 96,77%
Share pengepul = (Ki/harga ditingkat konsumen) x 100%
= 675/31.000 x 100%
= 2,2%
Sbi transportasi = (210/31.000) x 100%
= 0,67%
Sbi pengemasan = (45/31.000) x 100%
= 0,14%
Sbi tenaga kerja = (70/31.000) x 100%
= 0,22%
Nilai distribusi margin:
Ski pengepul = (Ki/(pr-pf) x 100%
= (675/1000) x 100%
= 67,5%
Sbi transportasi = (210/1000) x 100%
= 21%
Sbi pengemasan = (45/1000) x 100%
= 4,5%
Sbi tenaga kerja = (70/1000) x 100%
= 7%
114
Kelemahan
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Informasi pasar terbatas 3 3
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada
3 1
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 2 2
Total 8 6
Nilai Rating 0,43
Kelemahan
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Informasi pasar terbatas 0,16 0,21 0,19
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,16 0,07 0,12
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,11 0,14 0,13
Total 0,43 0,43 0,43
Nilai Rating 0,43
118
Kelemahan
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Informasi pasar terbatas 3 2
2. Wawasan terkait pasar masih rendah 3 2
3. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada
3 3
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
4. Lemahnya Kelembagaan pemasaran 2 2
Total 11 9
Nilai Rating 0,50
Kelemahan
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Informasi pasar terbatas 0,14 0,11 0,12
2. Wawasan terkait pasar masih rendah 0,14 0,11 0,12
3. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,14 0,17 0,15
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
4. Lemahnya Kelembagaan pemasaran 0,09 0,11 0,10
Total 0,50 0,50 0,50
Nilai Rating 0,50
119
Ancaman
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Informasi pasar terbatas 1 1
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada
4 1
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 2 2
Total 7 6
Nilai Rating 0,43
Ancaman
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Informasi pasar terbatas 0,06 0,09 0,07
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,24 0,17 0,21
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,12 0,17 0,15
Total 0,43 0,43 0,43
Nilai Rating 0,43
120
Ancaman
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi 1 1
2. Harga kopi robusta fluktuatif 4 2
3. Penentu harga jual kopi robusta oleh
4 1
tengkulak/pabrik
4. Branding kopi robusta Jember oleh pemerintah
4 2
belum kontinu
Total 13 6
Nilai Rating 0,50
Ancaman
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi 0,04 0,08 0,06
2. Harga kopi robusta fluktuatif 0,15 0,17 0,16
3. Penentu harga jual kopi robusta oleh 0,15 0,08 0,12
tengkulak/pabrik
4. Branding kopi robusta Jember oleh pemerintah 0,15 0,17 0,16
belum kontinu
Total 0,50 0,50 0,50
Nilai Rating 0,50
121
Gambar 10. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Ancaman (Panti)
Sumber: Expert Choiche (2023
123
Gambar 11. Urutan Prioritas Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta di
Kecamatan Silo
Sumber: Expert Choiche (2023)
Gambar 12. Urutan Prioritas Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta di
Kecamatan Panti
Sumber: Expert Choiche (2023)
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUISIONER PEMASARAN
(Kelompok Narasumber/Petani)
I. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................
Responden
( )
126
30. Apa kendala yang sering dihadapi dalam pemasaran kopi robusta ?
31. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut ?
130
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUISIONER PEMASARAN
(Kelompok Narasumber/lembaga pemasaran)
Tujuan :
1. Mengetahui saluran pemasaran, fungsi pemasaran serta peran
lembagayang terlibat dalam pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember.
2. Mengetahui margin pemasaran dan farmer’s share kopi robusta di
Kabupaten Jember.
V. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................
Responden
( )
131
b. Sistem eceran
c. Sistem tebasan
d. Lain-lain
20. Bagaimana sistem pengangkutan kopi robusta sampai ke pembeli ?
21. Bagaimana penanggungan biaya transportasinya ( ditanggung
sendiri/ditanggung pembeli) ?
22. Bagaimana kelancaran transportasi pada saat musim panen ? adakah
hambatan ?
23. Adakah perlakuan penyortiran sebelum anda menjual kembali kopi
robusta?
24. Apakah ada pelanggan tetap yang membeli kopi robusta kepada anda ?
25. Berapa harga jual yang anda tetapkan?
26. Siapa yang menentukan harga jual kopi robusta?
27. Bagaimana cara menentukan harga jual kopi robusta ?
28. Menurut anda bagaimana permintaan konsumen terhadap kopi robusta ?
29. Apa saja kendala dalam memasarkan kopi robusta ?
30. Bagaimana cara menghadapi kendala tersebut ?
31. Berikut ini mengenai biaya pemasaran yang dilakukan:
No. Jenis biaya Jumah Biaya satuan Total biaya
(Rp) (Rp)
1. Biaya Tenaga Kerja
2. Biaya
Pengangkutan
3. Biaya Pengemasan
4. Biaya Penyimpanan
5. Biaya Penyusutan
6. Biaya Bongkar
Muat
7. Biaya Sortir
8. Biaya lain-lain
133
2. Fungsi Distribusi
Fisik
3. Fungsi Perantara
Keterangan:
F. Pertukaran : Penjualan, pembelian
F. Fisik : Pengangkutan, penyimpanan
F. Perantara : Informasi harga, penanggungan resiko, pengumpulan,
standarisasi dan grading, pembiayaan
134
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUISIONER A’WOT
(Kelompok Narasumber/expert Silo)
VII. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................
Responden
( )
135
Kuisioner SWOT
1. Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
Pertanyaan: Bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap kondisi faktor (rating) dan
prioritas kepentingan (bobot) dari masing-masing faktor internal berikut
terhadap peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
No Faktor kekuatan Bobot Rating Skor
1 Produksi kopi robusta yang melimpah
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa
yang khas
3 Petani telah memiliki pelanggan tetap
4 Bahan baku yang digunakan petani
terjamin kualitasnya
Sub Total
136
Kuisioner AHP
Petunjuk Pengisian Tabel AHP
1. Responden hanya mengisi nilai sesuai intensitas kepentingan, antara satu faktor
terhadap faktor pembanding yang lain dengan memberi nilai antara 1-9.
Urutan intensitas dengan keterangan Tabel sebagai berikut.
Skala Definisi Keterangan
1 Sama pentingnya A dan B sama pentingnya
3 Sedikit lebih penting A sedikit lebih penting dari B
5 Agak lebih penting A agak lebih penting dari B
7 Jauh lebih penting A jauh lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Nilai antara angka di atas Jika ragu-ragu menentukan
skala, misalkan 6 untuk skala
antara 5 dan 7
Resiprokal Jika A dibanding B adalah Asumsi yang masuk akal
misalkan skala 9, maka B
dibanding A adalah 1/9
Pertanyaan
1. Berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Silo. Urutan faktor-faktor apa yang lebih penting diperhatikan.
1) Kekuatan 2) Kelemahan
3) Peluang 4) Ancaman
Urutannya adalah : ....................................................................................................
Apabila Bapak/Ibu diminta untuk memberi bobot berapa kali lebih
pentingkah satu aspek dibandingkan dengan aspek yang lain untuk strategi
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten Kecamatan Silo ?
Komponen Komponen Komponen
Aspek Komponen strenghts
weaknesses opportunities threats
Komponen
1
strenghts
Komponen
1
weaknesses
Komponen
1
opportunities
Komponen
1
threats
139
Urutannya........................................................................................................
Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk memaksimalkan kekuatan dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
Informasi Jaringan pemasaran yang kopi Lemahnya
pasar robusta terbatas pada Lembaga kelembagaan
Faktor
terbatas pemasaran dilingkungan pemasaran
sekitar petani
Informasi pasar
terbatas
Jaringan pemasaran
yang kopi robusta
terbatas pada
Lembaga
pemasaran
dilingkungan
sekitar
Lemahnya
kelembagaan
pemasaran petani
S1 W1 O1 T1
S2 W2 O2 T2
Faktor
S3 W3 O3 T3
S4 O4
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUISIONER A’WOT
(Kelompok Narasumber/expert Panti)
IX. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................
X. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : ..................................................................................
Nama : ..................................................................................
Umur : ................. Tahun
Pendidikan Terakhir : ..................................................................................
Alamat : ..................................................................................
No. Telp/HP : ..................................................................................
Instansi : ..................................................................................
Jabatan : ..................................................................................
Responden
( )
146
Kuisioner SWOT
1. Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
Pertanyaan: Bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap kondisi faktor (rating) dan
prioritas kepentingan (bobot) dari masing-masing faktor internal berikut
terhadap peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti ?
No Faktor kekuatan Bobot Rating Skor
1 Produksi kopi robusta yang melimpah
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa
yang khas
3 Petani telah memiliki pelanggan tetap
4 Memiliki sertifikat produk
Sub Total
Keterangan untuk penilaian rating kekuatan Keterangan penilaian bobot: 0.0
1= Tidak Kuat (tidak penting) sampai 1.0 (semua
2= Cukup Kuat penting) pada setiap faktor. Semua
3= Kuat bobot jumlahnya tidak boleh
4= Sangat Kuat melebihi skor total 1,0.
147
Kuisioner AHP
Petunjuk Pengisian Tabel AHP
1. Responden hanya mengisi nilai sesuai intensitas kepentingan, antara satu faktor
terhadap faktor pembanding yang lain dengan memberi nilai antara 1-9.
Urutan intensitas dengan keterangan Tabel sebagai berikut.
Skala Definisi Keterangan
1 Sama pentingnya A dan B sama pentingnya
3 Sedikit lebih penting A sedikit lebih penting dari B
5 Agak lebih penting A agak lebih penting dari B
7 Jauh lebih penting A jauh lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Nilai antara angka di atas Jika ragu-ragu menentukan
skala, misalkan 6 untuk skala
antara 5 dan 7
Resiprokal Jika A dibanding B adalah Asumsi yang masuk akal
misalkan skala 9, maka B
dibanding A adalah 1/9
Pertanyaan
1. Berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Panti. Urutan faktor-faktor apa yang lebih penting diperhatikan.
1) Kekuatan 2) Kelemahan
3) Peluang 4) Ancaman
Urutannya adalah : ....................................................................................................
Apabila Bapak/Ibu diminta untuk memberi bobot berapa kali lebih
pentingkah satu aspek dibandingkan dengan aspek yang lain untuk strategi
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti?
Komponen Komponen Komponen
Aspek Komponen strenghts
weaknesses opportunities threats
Komponen
1
strenghts
Komponen
1
weaknesses
Komponen
1
opportunities
Komponen
1
threats
150
S1 W1 O1 T1
S2 W2 O2 T2
Faktor
S3 W3 O3 T3
S4 W4 O4 T4