Anda di halaman 1dari 171

STRATEGI PENINGKATAN JARINGAN PEMASARAN KOPI ROBUSTA

BERDASARKAN KLUSTER KELERENGAN


DI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Dosen Pembimbing:
Dr. Luh Putu Suciati SP., MSi.

Oleh:
Rizka Maulidia
NIM 181510601081

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
STRATEGI PENINGKATAN JARINGAN PEMASARAN KOPI ROBUSTA
BERDASARKAN KLUSTER KELERENGAN
DI KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna memenuhi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Oleh:
Rizka Maulidia
NIM 181510601081

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023

i
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


1. Kedua orang tua saya, Almarhum Bapak Sunardi dan Ibu Siti Romla, Suami
saya Muhammad Fikri, serta Kakak saya Nafis Priyanbudi dan Anik
Rahmawati yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan
sehingga dapat menyelesaikan program Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
2. Semua keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan doa kepada
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember dan guru-guru saya di
SDN Bintoro IV, SMP Nurul Islam Jember, dan SMA Nurul Islam Jember.
4. Seluruh Responden yang telah berkenan dan meluangkan waktunya untuk
membantu proses menyelasaikan skripsi.
5. Sahabat-sahabat saya yang senantiasa menemani, membantu, dan memberi
dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Teman-teman program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jember angkatan 2018.

ii
MOTTO

“Jika Allah mengabulkan doaku, maka aku bahagia


tapi jika Allah tidak mengabulkan doaku, maka
aku akan lebih bahagia

Karena yang pertama adalah pilihanku


sedang yang kedua adalah pilihan Allah”
(Ali bin Abi Thalib)

“Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah


menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah
kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat sesuatu yang
menggembirakanmu”
(Ibnu Jauzi Rahimahullah)

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul
“Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember” adalah benar-benar hasil karya
sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah
diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang
dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 31 Juli 2023


Yang menyatakan,

Rizka Maulidia
NIM 181510601081

iv
SKRIPSI

STRATEGI PENINGKATAN JARINGAN PEMASARAN KOPI ROBUSTA


BERDASARKAN KLUSTER KELERENGAN
DI KABUPATEN JEMBER

Oleh:
Rizka Maulidia
NIM. 181510601081

Pembimbing
Dosen Pembimbing Skripsi : Dr. Luh Putu Suciati SP., MSi.
NIP. 1973101151999032002

v
PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi


Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember” telah diuji
dan disahkan pada:
Hari, tanggal : 31 Juli 2023
Tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembimbing Skripsi:

Dr. Luh Putu Suciati SP., MSi.


NIP. 1973101151999032002

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Julian Adam Ridjal, SP., MP Ratih Apri Utami, S.P., M.Si.


NIP. 198207102008121003 NIP. 198704172019032016

Mengesahkan
Dekan,

Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.


NIP. 196403041989021001
vi
RINGKASAN

Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan


Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember; Rizka Maulidia, 181510601081;
2023; 176 halaman; Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Kabupaten Jember dikenal memiliki potensi perkebunan yang beragam,


salah satunya yaitu komoditas kopi. Kabupaten Jember berdasarkan kluster
kelerengan memiliki areal produksi kopi yang tersebar di dua wilayah yaitu di
wilayah Lereng Raung dan Lereng Argopuro. Jenis kopi yang banyak dihasilkan
di wilayah Lereng Raung dan Lereng Argopuro yaitu jenis kopi robusta, hal
tersebut didukung oleh sumber daya alam, dan lahan perkebunan kopi yang luas.
Lokasi perkebunan kopi di Kabupaten Jember yang terletak di pegunungan
menyebabkan jaringan pemasaran terbatas, hal tersebut menjadi permasalahan
yang dihadapi oleh petani kopi robusta. Jaringan pemasaran kopi robusta yang
terbatas dapat menyebabkan harga yang diterima petani rendah, hal tersebut
disebabkan oleh informasi pasar yang didapatkan petani terbatas dan kurang
memadai sehingga petani memiliki posisi tawar yang rendah. Permasalahan
tersebut yang melandasi penelitian ini dilakukan.
Penentuan daerah penelitian dilakukan menggunakan metode purposive
method di Kecamatan Silo dan Panti. Metode pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling, snowball sampling dan judgment sampling. Metode
penelitian yang pertama menggunakan metode analisis deskriptif untuk
menjelaskan saluran dan fungsi pemasaran serta peran lembaga yang terlibat
dalam pemasaran kopi robusta, sedangkan untuk mengetahui nilai margin
pemasaran dan farmer’s share untuk rumusan masalah kedua menggunakan
metode analisis margin pemasaran, dan analisis farmer’s share. Metode penelitian
ketiga untuk mengetahui strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di
Kecamatan Silo dan Panti menggunakan metode analisis AHP-SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan 1) terdapat 2 saluran pemasaran pada
pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan 1
saluran pemasaran kopi robusta kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan

vii
Panti. Fungsi pemasaran yang diterapkan oleh tengkulak, pengepul dan koperasi
ketakasi yaitu fungsi pertukaran, distribusi fisik dan penyediaan sarana. Peran
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti diantaranya yaitu membantu dalam proses pemasaran produk
atau pemasar, sumber informasi harga, penyediaan sarana produksi, memberi
pinjaman modal, dan Memfasilitasi petani untuk belajar lebih mendalam tentang
pertanian kopi. 2) Saluran pemasaran 1 kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo memiliki nilai margin pemasaran sebesar Rp. 1000/kg, dengan
nilai farmer’s share sebesar 96,77%, nilai share keuntungan sebesar 67,5% dan
nilai share biaya sebesar 32,5%. Nilai margin pemasaran pada saluran pemasaran
2 kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar Rp.500/kg, nilai share
keuntungan sebesar 44% dan nilai share biaya sebesar 56%. Saluran pemasaran 1
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki nilai margin
pemasaran sebesar Rp.750/kg dengan nilai farmer’s share sebesar 97,39%, nilai
share keuntungan sebesar 60% dan nilai share biaya sebesar 40%. 3) Prioritas
strategi dalam meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo yaitu meningkatkan produksi dan
mempertahankan kualitas serta kekhasan kopi robusta sedangkan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu meningkatkan wawasan dan
informasi pasar bagi petani.

viii
SUMMARY

Robusta Coffee Marketing Network Improvement Strategy Based on Slope


Clusters in Jember Regency; Rizka Maulidia, 181510601081; 2023; 176 pages;
Agribusiness major, Faculty of Agriculture, University of Jember.

Jember Regency is known to have a very diverse plantation potential, one


of which is coffee. Based on the slope cluster, Jember Regency has coffee
production areas spread over two regions, namely the Raung Slope and Argopuro
Slope. The type of coffee that is mostly produced in Jember Regency, precisely in
the Raung Slope and Argopuro Slope areas, is Robusta coffee, this is supported by
natural resources and extensive coffee plantation land.
The location of coffee plantations in Jember Regency which is located in
the mountains causes a limited marketing network, this is a problem faced by
robusta coffee farmers. The limited marketing network for Robusta coffee can
cause the price received by farmers to be low, this is due to the limited and
inadequate market information obtained by farmers so that farmers have a low
bargaining position. This problem is the basis for this research.
Determination of the research area was carried out using the purposive
method in Silo and Panti Districts. The sampling method uses purposive
sampling, snowball sampling and judgment sampling. The first research method
uses descriptive analysis methods to explain marketing channels and functions as
well as the role of institutions involved in marketing Robusta coffee, while to
determine the value of marketing margins and farmer's share for the second
problem formulation using marketing margin analysis methods and farmer's share
analysis. The third research method to find out the strategy for increasing the
robusta coffee marketing network in Silo and Panti Districts uses the AHP-SWOT
analysis method.
The results showed 1) there were 2 marketing channels for east cluster
robusta coffee marketing (Raung Slope) in Silo District and 1 west cluster robusta
coffee marketing channel (Argopuro Slope) in Panti District. The marketing
functions implemented by middlemen, collectors and ketakasi cooperatives are

ix
functions of exchange, physical distribution and provision of facilities. The roles
of marketing agencies involved in marketing the eastern cluster Robusta coffee
(Slope Raung) in Silo District and the western cluster (Slope Argopuro) in Panti
District include assisting in the process of product marketing or marketers,
sources of price information, provision of production facilities, providing capital
loans, and Facilitating farmers to learn more about coffee farming. 2) Marketing
channel 1 east cluster (Slope Raung) in Silo District has a marketing margin value
of Rp. 1000/kg, with a farmer's share value of 96.77%, a profit share value of
67.5% and a cost share value of 32.5%. The marketing margin value for the
marketing channel 2 east cluster (Slope Raung) in Silo District is IDR 500/kg, the
profit share value is 44% and the cost share value is 56%. Marketing channel 1
west cluster (Argopuro Slope) in Panti District has a marketing margin value of
Rp.750/kg with a farmer's share value of 97.39%, a profit share value of 60% and
a cost share value of 40%. 3) The strategic priority in improving the marketing
network for the eastern cluster Robusta coffee (Slope Raung) in Silo District is to
increase production and maintain the quality and uniqueness of robusta coffee
while the western cluster (Slope Argopuro) in Panti District is to increase market
insight and information for farmers.

x
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster
Kelerengan di Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP. Selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. Dr. Luh Putu Suciati, SP., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah sabar
dalam memberikan bimbingan, arahan, semangat serta motivasi sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Julian Adam Ridjal, SP., MP. Selaku dosen penguji utama yang telah
memberi saran dan masukan dalam pengerjaan skripsi.
4. Ratih Apri Utami, S.P., M.Si. selaku dosen penguji anggota yang telah
memberi saran dan masukan sehingga membuat skripsi ini menjadi lebih
sempurna.
5. Illia Seldon Magfiroh SE., MP. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dari awal perkuliahan
hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
6. Kedua orang tua saya, Almarhum Bapak Sunardi dan Ibu Siti Romla
tersayang, serta Suami saya tercinta Muhammad Fikri atas doa, kasih
sayang, nasehat, dukungan serta pengorbanan yang telah dilakukan dari
awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Kakak saya, Anik Rahmawati dan Nafis Priyan Budi yang telah
memberikan doa, kasih sayang, nasehat, dan dukungan.
8. Teman-teman UKKM dan F-SIAP atas semua pengalaman organisasinya
selama masa perkuliahan.
xi
9. Teman-teman Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jember angkatan 2018 yang telah berjuang dan memberikan bantuan selama
masa perkuliahan.
10. Sahabat-sahabat saya Evi Qurotu Aini, Yussy Faiz Aulia Priyadi, Ayu
Safitri, Alfiah Nurhasanah, Tarisa Laili Ramadhani, yang sudah sabar
mendengarkan keluh kesah selama mengerjakan skripsi.
11. Seluruh Responden yang telah berkenan dan meluangkan waktunya untuk
membantu proses menyelesaikan skripsi.
12. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember
khususnya Ibu Novi selaku Koordinator Perkebunan terimakasih telah sabar
dan memberikan segala informasi serta membantu dalam proses perizinan
dan pengumpulan data skripsi.
13. Tim riset “Kajian dan Perencanaan Pengembangan Kopi Robusta di
Kabupaten Jember” serta LP2M Universitas Jember untuk penggalian data
primer yang dibutuhkan selama proses menyelesaikan skripsi.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas segala pertanyaan “Kapan Wisuda” sehingga penulis memiliki
semangat dan keinginan untuk lebih cepat dalam menyelesaikan skripsi ini,
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna sehingga
masih membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini memiliki banyak manfaat serta menjadi
informasi dan sumber ilmu bagi banyak pihak.

Jember, 31 Juli 2023

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ii
HALAMAN MOTTO...........................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN...........................................................................v
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................vi
RINGKASAN.......................................................................................................vii
SUMMARY...........................................................................................................ix
PRAKATA.............................................................................................................xi
DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................8
1.3.1 Tujuan Penelitian............................................................................8
1.3.2 Manfaat Penelitian..........................................................................9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................10
2.2 Landasan Teori..........................................................................................14
2.2.1 Karakteristik Komoditas Kopi....................................................14
2.2.2 Karakteristik Lingkungan Kopi..................................................17
2.2.3 Teori Pemasaran..........................................................................17
2.2.4 Saluran Pemasaran......................................................................19
2.2.5 Jaringan Pemasaran.....................................................................21
2.2.6 Lembaga Pemasaran...................................................................22
2.2.7 Fungsi Pemasaran.......................................................................23
2.2.8 Margin Pemasaran.......................................................................24
2.2.9 Farmer’s Share...........................................................................26
2.2.10 SWOT (Strength Weakness Opportunities Threath) .................27
2.2.11 Analytical Hierarchy Process.....................................................29
2.3 Kerangka Pemikiran.................................................................................32
2.4 Hipotesis.....................................................................................................35
BAB 3. METODE PENELITIAN.......................................................................36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................36
3.2 Metode Penelitian......................................................................................37
3.3 Metode Pengambilan Sampel...................................................................37
3.4 Pengumpulan Data....................................................................................39
3.5 Metode Analisis Data................................................................................40
3.5.1 Analisis Deskriptif.......................................................................40
3.5.2 Analisis Margin Pemasaran dan Farmer’s Share........................40
3.5.3 Analisis SWOT - AHP.................................................................42
3.6 Definisi Operasional..................................................................................48
xiii
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................50
4.1 Gambaran Umum.....................................................................................50
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian............................................50
4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Petani Reponden.......................51
4.1.3 Gambaran Umum Saluran Pemasaran Kopi Robusta di Kecamatan
Silo dan Panti Kabupaten Jember................................................52
4.2 Saluran Pemasaran, Fungsi Pemasaran serta Peran Lembaga yang
Terlibat dalam Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster
Kelerengan di Kabupaten Jember.......................................................54
4.3 Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember.........................................64
4.4 Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember.........................................68
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................98
5.1 Kesimpulan................................................................................................98
5.2 Saran...........................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101
LAMPIRAN.........................................................................................................108

xiv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal


1.1 Rata-rata produksi, share produksi, dan pertumbuhan
produksi kopi pada lima Provinsi di Indonesia Tahun
2017-
2022………………………………………………... 2
1.2 Rata-rata produksi, share produksi, dan pertumbuhan
produksi kopi pada sepuluh kabupaten tertinggi di Jawa
Timur Tahun 2017-2022.
………………………………… 3
1.3 Rata-rata produksi, share produksi, dan pertumbuhan
produksi kopi di Kabupaten Jember pada empat belas
kecamatan yang berada di wilayah Lereng Raung dan
Lereng Argopuro Tahun 2017-
2022………………............ 5
3.1 Responden ahli (Expert) di kluster timur (Lereng
Raung) Kecamatan
Silo…………………………………................ 38
3.2 Responden ahli (Expert) di kluster barat (Lereng
Argopuro) Kecamatan
Panti……………………………… 38
3.3 Matriks faktor strategi internal (IFE)
…………………...... 43
3.4 Matriks faktor strategi eksternal (EFE)
………………....... 43
3.5 Matriks
SWOT…………………………………………… 45
3.6 Skala pengisian matriks perbandingan
berpasangan……... 46
4.1 Karakteristik responden petani kopi robusta kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten
Jember…………………………………………………
…. 51
4.2 Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan
Panti………………………………………….. 59
4.3 Margin pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo pada saluran
pemasaran 1, Petani – Pengepul – Eksportir (PT. Olam
Indonesia)
………………………………………………… 64
xv
4.4 Margin pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo pada saluran
pemasaran 2, Petani – Koperasi ketakasi – Eksportir
(PT. Olam Indonesia)
………………………………………….. 65
4.5 Margin pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti pada
saluran pemasaran 1, Petani – Tengkulak– Eksportir
(PT. Kapal Api dan PT. Olam Indonesia)
…………………….............. 66
4.6 Nilai farmer’s share pada saluran pemasaran kopi
robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti Kabupaten
Jember……………………...................... 67
4.7 Lingkungan internal kopi robusta berdasarkan kluster
Timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo……………….. 69
4.8 Lingkungan internal kopi robusta berdasarkan kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti………….... 69
4.9 Lingkungan eksternal kopi robusta berdasarkan kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
………………. 72
4.10 Lingkungan eksternal kopi robusta berdasarkan kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti…...
………. 72
4.11 Hasil perhitungan faktor-faktor internal (IFE) kopi 75
robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo………………………………………………………
...
4.12 Hasil perhitungan faktor-faktor internal (IFE) kopi 76
robusta kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti……………………………………………………
….
4.13 Hasil perhitungan faktor-faktor eksternal (EFE) kopi 77
robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo………………………………………………………
...
4.14 Hasil perhitungan faktor-faktor eksternal (EFE) kopi 78
robusta kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti……………………………………………………
….
4.15 Penilaian AHP faktor SWOT kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan
Silo………………………………... 90
xvi
4.16 Penilaian dalam penentuan prioritas strategi kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo………………………. 91
4.17 Penilaian AHP faktor SWOT kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan
Panti…………………………… 95
4.18 Penilaian dalam penentuan prioritas strategi kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti………………….. 96

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal


Jaringan pemasaran kopi rakyat di Kabupaten Jember
tipe
1.1 5
1……………….................................................................
...
Jaringan pemasaran kopi rakyat di Kabupaten Jember
tipe
1.2 5
2………………………………….....................................
...
Jaringan pemasaran kopi rakyat di Kabupaten Jember
1.3 tipe 3…………………... 5
……………………………………….
Kurva margin pemasaran…………………….
2.1 25
…………...
Matriks
2.2 28
SWOT…………………………………………….
xvii
Skema kerangka
2.3 34
pemikiran……………………………......
Matriks internal dan eksternal (IE)
3.1 44
………………………..
Matriks posisi analisis
3.2 44
SWOT……………………………..
Struktur hierarki dari kombinasi SWOT-
3.3 46
AHP………….....
Saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
4.1 kelerengan di Kabupaten 54
Jember………………………….
Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten
4.2 55
Jember
…………………………………………………….
Saluran pemasaran 2 kopi robusta berdasarkan kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten
4.3 56
Jember
…………………………………………………….
Saluran pemasaran 1 kopi robusta kluster barat (Lereng
4.4 Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten 57
Jember………..
Analisis matriks posisi kompetitif
4.5 79
relatif………………….
Hasil analisis diagram
4.6 80
SWOT……………………………..
Analisis matriks internal-
4.7 81
eksternal…………………….......
Strategi alternatif melalui matriks
4.8 83
SWOT………………...
Struktur hierarki SWOT-AHP kopi robusta kluster timur
4.9 (Lereng Raung) Kecamatan 88
Silo…………………..............
Struktur hierarki SWOT-AHP kopi robusta kluster barat
4.10 (Lereng Argopuro) Kecamatan 93
Panti……………………...

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Hal


Produksi kopi pada lima Provinsi di Indonesia Tahun 2017-
1 2022……………….................................................................
... 108
Produksi kopi pada sepuluh terbesar di Jawa Timur Tahun
2 2017-
2022……………………………………………………... 109
Produksi kopi di Kabupaten Jember pada empat belas
kecamatan yang berada di wilayah Lereng Raung dan
3
Lereng Argopuro Tahun 2017-2022.
………………………………….. 110
Identitas petani responden kopi robusta di Kecamatan Silo
4 dan Panti
…………………………………………………………... 111
Data lembaga pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo
dan
5
Panti…………………………………………………………
… 111
Data narasumber
6
expert……………………………………….. 111
Biaya pemasaran lembaga pemasaran kopi robusta di
7 Kecamatan Silo dan
Panti…………………………………….. 112
Margin pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo pada saluran pemasaran 1,
8 Petani – Pengepul – Eksportir (PT. Kapal Api dan PT. Olam
Indonesia)………………………….
………………………….. 112
Margin pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo pada saluran pemasaran 2,
9
Petani – Koperasi ketakasi – Eksportir (PT. Olam Indonesia)
……………………………………………………... 114
Margin pemasaran kopi robusta kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti pada saluran pemasaran 1,
10 Petani – Tengkulak– Eksportir (PT. Kapal Api dan PT.
Olam Indonesia)
……………………………………………………... 115
Nilai Farmer’s Share pada saluran pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
11 dan kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan
Panti……………..
…………………………………………….. 116
12 Perhitungan faktor internal jaringan pemasaran kopi robusta 117
xix
di Kecamatan Silo
……………………………………………….
Perhitungan faktor internal jaringan pemasaran kopi robusta
13 di Kecamatan Panti
……………………………………………… 118
Perhitungan faktor eksternal jaringan pemasaran kopi
14 robusta di Kecamatan Silo
……………………………………………. 119
Perhitungan faktor eksternal jaringan pemasaran kopi
15 robusta di Kecamatan Panti
…………………………………………… 120
Matriks perbandingan berpasangan untuk semua kriteria
16 (komponen SWOT)
…………………………………………... 121
Matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria pada
17 faktor kekuatan (Strength) berdasarkan komponen
kekuatan………... 121
Matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria pada
faktor kelemahan (Weakness) berdasarkan komponen
18
kelemahan…………………………………………………
…... 121
Matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria pada
faktor peluang (Opportunity) berdasarkan komponen
19
peluang………………………………………………………
... 122
Matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria pada
20 faktor ancaman (Treats) berdasarkan komponen
peluang……. 122
Penilaian dalam penentuan urutan
21
strategi…………………..... 123
Lampiran dokumentasi……..
22
…………………………………. 123
Kuisioner
23
penelitian…………………………………………... 125

xx
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kopi adalah salah satu komoditi pertanian di sektor perkebunan yang
berperan penting dalam pembangunan nasional Indonesia. Peran penting kopi
diantaranya yaitu sebagai sumber devisa negara dan menjadi salah satu sumber
penghasilan bagi petani kopi di Indonesia. Negara yang mendominasi produksi
kopi dunia yaitu Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara yang salah satunya
yaitu di Indonesia. Jenis tanaman kopi yang banyak di budidayakan di Indonesia
ada dua macam jenis yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Hasil produksi dari ke
dua jenis kopi tersebut, produksi kopi robusta sebesar 95% lebih banyak
dibandingkan dengan kopi arabika, hal tersebut dipengaruhi oleh ketinggian
tempat di Indonesia yang berkisar sebesar 700-900 m dpl, sedangkan kopi arabika
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian tempat di atas 1000
m dpl (Nurdiansyah dkk., 2017). Produksi kopi robusta yang tinggi menjadikan
persaingan pasar semakin ketat, petani diharapkan mampu lebih memahami dalam
penggunaan teknologi agar dapat membantu dalam proses pemasaran sehingga
pasar yang di tuju tepat sasaran (Sujatmiko dkk., 2020).
Menurut Rosiana (2020), kopi yang ditanam di Indonesia memiliki
karakteristik di berbagai wilayah Indonesia yaitu memiliki aroma dan cita rasa
yang khas, hal ini yang menjadi keunggulan dari setiap wilayah. Kopi dengan
jenis robusta dan arabika dapat ditanam hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Secara umum, sentra produksi kopi di Indonesia tersebar di lima provinsi yaitu di
Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Aceh dan Jawa Timur.
Berdasarkan data Dirjenbun (2017) sentra produksi kopi dari ke lima provinsi
tersebut hanya Provinsi Sumatera Selatan yang memproduksi satu jenis kopi yaitu
kopi robusta. Wilayah lainnya seperti Provinsi Lampung, Provinsi Sumatera
Utara, Provinsi Aceh, dan Provinsi Jawa Timur dapat ditanam dengan dua jenis
kopi tersebut. Berikut merupakan data terkait rata-rata produksi, rata-rata share
produksi, dan rata-rata pertumbuhan produksi kopi pada lima provinsi di
Indonesia tahun 2017-2022.
1
2

Tabel 1.1 Rata-Rata Produksi, Share Produksi,dan Pertumbuhan Produksi Kopi pada
Lima Provinsi di Indonesia Tahun 2017-2022.
Tahun 2017-2022
Rata-rata
Rata-rata Rata-rata share
No. Provinsi pertumbuhan
produksi produksi
produksi
(ton/tahun)
% Rangking % Rangking
Sumatera
1. 184,31 36,41 1 11,19 1
Selatan
2. Lampung 115,63 23,08 2 1,27 4
3. Sumatera Utara 74,2 14,75 3 4,79 2
4. Aceh 71,28 14,21 4 1,80 3
5. Jawa Timur 57,36 11,54 5 -4,94 5
Jumlah 502,8 100,00 14
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun, 2017-2022 (diolah).
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa kelima provinsi penghasil
kopi di Indonesia yaitu meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera
Utara, Aceh dan Jawa Timur. Sumatera Selatan memiliki jumlah rata-rata
produksi tertinggi dibandingkan empat provinsi lainnya yaitu sebesar 184,31
ton/tahun, memiliki rata-rata share produksi dan rata-rata pertumbuhan produksi
tertinggi, dengan rata-rata share produksi sebesar 36,41% dan rata-rata
pertumbuhan produksi sebesar 11,19%. Secara umum hasil produksi kopi yang
dihasilkan yaitu jenis kopi robusta dan ada juga jenis kopi liberika, hal tersebut
didukung oleh lahan gambut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai lahan untuk
ditanami kopi hal tersebut untuk mendukung program restorasi lahan gambut
(Rosiana, 2020). Jawa Timur menempati posisi kelima sebagai penghasil produksi
kopi tertinggi di Indonesia, hal tersebut didukung oleh banyaknya gunung berapi
yang mampu menyuburkan tanah karena letusan gunung berapi tersebut
menyemburkan abu vulkanik dimana didalamnya banyak mengandung mineral
yang dibutuhkan oleh tanah. Rata-rata produksi kopi di Jawa Timur pada tahun
2017-2022 yaitu sebesar 57,36 ton/tahun dengan rata-rata share produksi sebesar
11,54% dan rata-rata pertumbuhan produksi sebesar -4,94%.
Jawa timur ialah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra
produksi kopi. Faktor yang mendukung Jawa Timur sebagai wilayah yang
berpotensi menghasilkan kopi diantaranya yaitu kesesuaian kondisi tanah, iklim,
cuaca, teknik budidaya dan tekonologi yang digunakan secara tepat sehingga
3

dapat berpengaruh terhadap meningkatnya produksi yang dihasilkan (Kusmiati


dan Reni, 2011). Wilayah di Jawa Timur yang berpotensi sebagai penghasil kopi
tertinggi berada di Kabupaten Malang, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten
Jember. Tabel 1.2 menyajikan terkait dengan rata-rata produksi, share produksi,
dan pertumbuhan produksi kopi pada sepuluh kabupaten tertinggi di Jawa Timur
pada tahun 2017-2022.
Table 1.2 Rata-Rata Produksi, Share Produksi, dan Pertumbuhan Produksi Kopi pada
Sepuluh Kabupaten Tertinggi di Jawa Timur Tahun 2017-2022.
Tahun 2017-2022
Rata-rata
Rata-rata Rata-rata share
No. Provinsi pertumbuhan
produksi produksi
produksi
(ton/tahun)
% Rangking % Rangking
1. Pacitan 748,33 1,24 10 -0,62 5
Blitar 3.224,33 5,26 5 -16,12 10
2.
3. Kediri 2.212,33 3,60 7 -15,22 9
4. Malang 13.041,50 21,62 1 2,34 3
5. Lumajang 2.538,33 4,22 6 -1,31 6
6. Jember 11.543,33 19,18 3 -0,03 4
7. Banyuwangi 12.917,83 21,45 2 -1,62 7
8. Bondowoso 10.232,33 16,99 4 3,54 2
9. Situbondo 1.823,33 3,03 9 -3,91 8
10. Probolinggo 2.049,17 3,40 8 8,06 1
Jumlah 60.331,33 100,00 -24,89
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun, 2017-2021 (diolah).
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2017-2022
Kabupaten Malang sebagai penghasil kopi terbesar di Jawa Timur dengan rata-
rata produksi sebesar 13.041,50 ton/tahun, rata-rata share roduksi sebesar 21,62 %
dan rata-rata pertumbuhan produksi sebesar 2,34%. Kabupaten Jember menempati
urutan ketiga sebagai penghasil kopi tertinggi dengan rata-rata produksi sebesar
11.543,33 ton/tahun dengan rata-rata share produksi sebesar 19,18% dan rata-rata
pertumbuhan produksi sebesar -0,03%. Faktor alam yang mendukung
pertumbuhan kopi yang baik salah satunya yaitu ekosistem wilayah yang sesuai
seperti daerah pegunungan dimana ketinggian daerah tersebut menjadi penentu
kualitas kopi yang dihasilkan sehingga banyak perkebunan kopi yang ditanam.
4

Menurut Bachtiar dan Ratu (2022), kelerengan lahan atau kemiringan


lahan sangat mempengaruhi mudahnya dalam memproses tanah sehingga besar
kecilnya kelerengan lahan sangat berpengaruh terhadap kesesuaian lahan untuk
tanaman kopi. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesesuaian lahan
diperlukan beberapa perbaikan pada kualitas lahan. Kesesuaian lahan terkait
dengan kelerengan lahan dapat ditingkatkan melalui sebuah tindakan yaitu dengan
melakukan konservasi tanah seperti pembuatan teras, penanaman sejajar kontur,
pengolahan tanah menurut kontur, penanaman menutup tanah, dan lainnya.
Kabupaten Jember berdasarkan kluster kelerengan memiliki areal
produksi kopi yang tersebar di dua wilayah yaitu di wilayah Lereng Raung dan
Lereng Argopuro. Wilayah Lereng Raung meliputi beberapa kecamatan
diantaranya yaitu Kecamatan Silo, Mayang, Pakusari, Kalisat, Sumberjambe, dan
Ledokombo, sedangkan wilayah Lereng Argopuro terdiri dari beberapa kecamatan
yaitu Kecamatan Sumberbaru, Tanggul, Bangsalsari, Rambipuji, Panti,
Sukorambi, Arjasa, dan Jelbuk (Wakhid dan Suciati, 2020). Jenis tanaman
perkebunan kopi yang banyak dihasilkan di Kabupaten Jember tepatnya di
wilayah Lereng Raung dan Lereng Argopuro yaitu jenis kopi robusta (Direktorat
Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian, 2003). Rata-rata
produksi, share produksi, dan pertumbuhan produksi kopi di Kabupaten Jember
pada empat belas kecamatan yang berada di wilayah Lereng Argopuro dan Lereng
Raung pada tahun 2017-2022 dapat dilihat pada tabel 1.3.
Berdasarkan Tabel 1.3 di bawah, dapat diketahui bahwa pada tahun 2017-
2022 produksi kopi di Kabupaten Jember tepatnya di wilayah Lereng Argopuro
dan Lereng Raung yang memiliki memiliki rata-rata produksi tertinggi yaitu
berada di Kecamatan Silo sebesar 5.798,50 ton/tahun. Kecamatan Silo menempati
Kecamatan dengan produksi kopi tertinggi didukung oleh areal perkebunan kopi
di Kabupaten Jember terluas berada di Kecamatan Silo. Kecamatan Panti
menempati urutan kelima tertinggi untuk rata-rata produksinya yaitu sebesar
1.383,74 ton/tahun, dengan luasan wilayah sebesar 160.71 km 2. Kecamatan Panti
memiliki kontur tanah yang beragam sehingga memungkinkan untuk
dibudidayakan tanaman perkebunan khususnya tanaman kopi.
5

Tabel 1.3 Rata-Rata Produksi, Share Produksi, dan Pertumbuhan Produksi Kopi di
Kabupaten Jember pada Empat Belas Kecamatan yang Berada di Wilayah
Lereng Raung dan Lereng Argopuro Tahun 2017-2022.
Tahun 2017-2022
Rata-rata Rata-rata
Rata-rata Share
No Kecamatan Produksi Pertumbuhan
Produksi
(ton/tahun) Produksi
(%) Ranking (%) Ranking
1 Silo 5.798,50 33,41 1 -3,98 12
2 Sumberbaru 2.504,73 19,42 2 45,75 5
3 Tanggul 1.858,74 8,30 4 -22,70 14
4 Bangsalsari 2.380,82 14,51 3 12,02 8
5 Panti 1.383,74 7,15 5 58,07 3
6 Sumberjambe 608,88 2,93 9 7,22 9
7 Mayang 73,51 0,79 11 22,68 7
8 Kalisat 48,68 0,10 12 -13,64 13
9 Ledokombo 927,16 3,94 6 411,32 2
10 Pakusari 1,06 0,02 13 7,09 10
11 Rambipuji 0,00 0,00 14 0,00 11
12 Sukorambi 388,46 3,72 7 497,71 1
13 Arjasa 623,62 3,55 8 47,64 4
14 Jelbuk 253,24 2,16 10 33,15 6
1.102,3
Total 16.851,14 100,00
4
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun, 2017-2022 (diolah).
Lokasi perkebunan kopi di Kabupaten Jember yang terletak di pegunungan
menyebabkan jaringan pemasaran terbatas pada tengkulak desa. Menurut
Budihardjo dkk. (2013), jaringan pemasaran kopi rakyat di Kabupaten Jember
terdiri dari tiga mata rantai diantaranya yaitu sebagai berikut:
Jaringan pemasaran tipe 1:

Petani Konsumen

Gambar 1.1 Jaringan Pemasaran Kopi Rakyat di Kabupaten Jember Tipe 1

Jaringan pemasaran tipe 2:


Petani Tengkulak Pengumpul Pengumpul Konsumen
Besar
Gambar 1.2 Jaringan Pemasaran Kopi Rakyat di Kabupaten Jember Tipe 2

Jaringan pemasaran tipe 3:


Petani Pengumpul Pengumpul Besar Konsumen
6

Gambar 1.3 Jaringan Pemasaran Kopi Rakyat di Kabupaten Jember Tipe 3


Jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember terbatas pada
tengkulak, hal tersebut sesuai dengan penelitian Buana (2016), yang berjudul
“Analisis Efisiensi Pemasaran Kopi dan Penggunaan Balanced Scorecard (BSC)
dalam Penilaian Kinerja KSU Argopuro Jaya Abadi Di Kecamatan Panti
Kabupaten Jember” mengenai pemasaran kopi yang dilakukan oleh petani di
Kabupaten Jember, hasil produksi kopi yang didapatkan oleh petani tidak
semuanya dipasarkan kepada lembaga pemasaran yang membantu dalam
memasarkan produk, sebagian kopi yang dihasilkan petani langsung dipasarkan
kepada tengkulak.
Karakteristik pemasaran kopi yang terbatas pada tengkulak menyebabkan
harga yang diterima oleh petani rendah, hal tersebut disebabkan oleh informasi
pasar yang terbatas dan kurang memadai sehingga petani memiliki posisi tawar
yang rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibutuhkan rekayasa atau
strategi jaringan pemasaran, diantaranya yaitu petani diharapkan mampu
meningkatkan kualitas kopi yang dihasilkan agar dapat diterima oleh konsumen.
Faktor yang juga berpengaruh terhadap rendahnya harga jual kopi robusta yang
didapatkan oleh petani yaitu pengetahuan petani mengenai standar kualitas masih
rendah. Petani masih belum mengetahui standar kulitas kopi yang diinginkan oleh
konsumen, seperti kadar air, ukuran biji, warna dan lain sebagainya. Standar
kualitas merupakan kriteria yang dinilai penting dalam menentukan harga jual,
ketidakpahaman petani mengenai standar kualitas sering kali dipermainkan oleh
pedagang maupun tengkulak (Budihardjo dan Sasongko, 2013).
Melihat permasalahan yang ada, dengan dilakukannya penelitian terkait
strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
kelerengan di Kabupaten Jember ini diharapkan dapat berpengaruh dan memberi
manfaat terhadap petani dalam melakukan pemasaran kopi, agar tidak terbatas
hanya pada tengkulak sehingga harga jual yang diterima petani layak dan sesuai
dengan yang diharapkan.
7

1.2 Rumusan masalah


Petani kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di wilayah Kabupaten
Jember dalam memasarkan hasil produksinya secara umum melalui lembaga
pemasaran berupa tengkulak. Petani memilih saluran pemasaran tersebut karena
tidak ada kriteria khusus yang diterapkan oleh tengkulak, sehingga petani dengan
mudah memasarkan hasil produksi kopinya. Harga yang ditetapkan oleh
tengkulak didasarkan pada kualitas kopi yang dimilki petani, kualitas kopi yang
baik akan mendapatkan harga jual yang tinggi dan sebaliknya. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Yulian dkk. (2019), yang menyatakan bahwa dari total
produksi kopi di Kabupaten Jember, sebesar 80-90% petani kopi robusta memilih
memasarkan hasil produksinya kepada tengkulak. Petani mendapatkan harga jual
kopi robusta yang rendah dan tidak maksimal sehingga penerimaan yang
didapatkan tidak sesuai dengan harapan petani.
Karakteristik pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember yang terbatas
pada tengkulak desa disebabkan oleh informasi pasar yang terbatas dan kurang
memadai. Informasi pasar yang terbatas diantaranya yaitu informasi terkait
dengan bagaimana proses pasca panen kopi robusta sebelum dipasarkan agar
dapat menarik minat konsumen, dan informasi terkait dengan harga jual kopi yang
berlaku dipasar. Informasi pasar pada petani kopi robusta yang terbatas
menyebabkan petani memiliki posisi tawar yang sangat rendah. Selain itu,
rendahnya harga kopi robusta yang diterima oleh petani juga disebabkan oleh
pengetahuan petani mengenai standar kualitas yang rendah. Menurut hasil
wawancara kepada petani, standar dari pedagang dalam membeli kopi robusta
kepada petani diantaranya yaitu kadar air, kualitas biji (tidak berlubang), tidak
bau, dan warna kopi yang kuning kehijauan. Standar kualitas menjadi poin
penting yang harus diperhatikan agar kopi yang dihasilkan dapat terjual dengan
harga yang tinggi. Petani yang belum bisa memaksimalkan kualitas produksi kopi
robusta seringkali dipermainkan oleh pedagang dan tengkulak sehingga petani
menerima harga jual yang rendah. Melihat permasalahan tersebut strategi yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas kopi yaitu dengan sistem
pendampingan sertifikasi kopi, selain itu juga dengan penguatan kelembagaan.
8

Strategi tersebut bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan utama terkait


dengan keterbatasan informasi pasar. Penguatan kelembagaan kepada petani dapat
medukung keberlanjutan produksi dan perekonomian petani. Strategi lainnya
untuk mengatasi rendahnya harga kopi yang diterima petani yaitu dengan
melakukan pengolahan kopi lebih lanjut seperti kopi bubuk, karena hal tersebut
dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani (Rosiana, 2020).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui lebih
lanjut terkait dengan saluran pemasaran kopi robusta perkebunan rakyat untuk
dapat mengidentifikasi dan merumuskan strategi perluasan jaringan pemasaran
berdasarkan karakteristik kopi, kemampuan kelembagaan dan kerjasama petani
dengan memfokuskan pada permasalahan mengenai:
1. Bagaimanakah saluran dan fungsi pemasaran serta peran lembaga yang
terlibat dalam pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di
Kabupaten Jember ?
2. Bagaimanakah margin pemasaran dan farmer’s share kopi robusta
berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten Jember ?
3. Bagaimana strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten Jember ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis saluran dan fungsi pemasaran serta peran lembaga yang
terlibat dalam pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di
Kabupaten Jember.
2. Menganalisis margin pemasaran dan farmer’s share kopi robusta
berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten Jember.
3. Menganalisis strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten Jember.
9

1.3.2 Manfaat Penelitian


1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
penetapan kebijakan dan program khususnya kebijakan yang terkait dengan
pengembangan kopi robusta di Kabupaten Jember.
2. Bagi petani, sebagai bahan pertimbangan bagi petani kopi robusta di
Kabupaten Jember dalam memasarkan kopi robusta.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya mengenai strategi peningkatan
jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian pendukung yaitu dilakukan oleh Pratiwi dkk. (2019), yang
berjudul “Saluran Pemasaran Kopi Robusta (Coffea robusta) di Agroforesti Pekon
Air Kubang, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus”. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pola pemasaran terdiri dari tiga saluran pemasaran
yaitu: saluran pemasaran pertama, petani menjual produksi kopi kepada
pengumpul kemudian ke pedagang besar selanjutnya ke pengecer 1 dan terakhir
ke konsumen akhir. Saluran pemasaran dua yaitu petani menjual kopi ke koperasi
kemudian ke pengecer selanjutnya ke konsumen akhir. Saluran pemasaran tiga
yaitu petani menjual kopi ke koperasi kemudian ke konsumen akhir. Saluran
ketiga menjadi saluran yang paling pendek dan dapat disimpulkan merupakan
pemasaran yang paling efisien, karena tidak terlalu banyak lembaga pemasaran
yang mengambil keuntungan. Petani lebih banyak memilih saluran pemasaran
pertama dengan jumlah sebesar 72,7%, 27,3% memilih saluran pemasaran 2 dan
3. Saluran pemasaran pertama paling banyak dipilih oleh petani disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu lokasi antar petani dengan pedagang pengumpul berjarak
dekat, adanya bantuan pinjaman modal oleh pedagang pengumpul kepada petani,
dan tidak ada perlakuan khusus yang dilakukan sebelum kopi dijual.
Penelitian yang dilakukan oleh Novriady (2019), yang berjudul “Analisis
Efisiensi Pemasaran Kopi Arabika (Coffea Arabica) (Studi Kasus: Desa Ndokum
Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pola saluran pemasaran yang dipilih oleh petani ada dua,
saluran pemasaran pertama yaitu petani menjual kopi arabika kepada pedagang
pengumpul desa kemudian ke pabrik dan selanjutnya ke konsumen. Saluran
pemasaran kedua yaitu, petani menjual kopi arabika kepada agen yang selanjutnya
ke pabrik dan terakhir ke konsumen. Setiap lembaga pemasaran seperti petani,
pedagang pengumpul, agen dan pabrik melakukan fungsi pemasaran yang berbeda
sesuai dengan peran yang dilakukan dalam proses pemasaran. Adapun fungsi-
fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada saluran
10
11

pemasaran pertama dan kedua yaitu meliputi fungsi pembelian, penjualan,


transportasi, sortir, penyimpanan, pembiayaan, pengumpulan informasi pasar, dan
pengemasan.
Rumusan masalah terkait dengan saluran pemasaran kopi robusta didukung
oleh penelitian Ulfah (2009), yang berjudul “Efisiensi Pemasaran Komoditas Kopi
Rakyat Kabupaten Jember”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 jenis
saluran pemasaran kopi rakyat di Kabupaten Jember. Setiap lembaga yang terlibat
dalam proses pemasaran kopi rakyat melakukan beberapa fungsi pemasaran
diantaranya yaitu penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan,
pengemasan, pembiayaan, informasi pasar, dan standarisasi. Setiap lembaga yang
terlibat dalam pemasaran kopi rakyat ketika melakukan fungsi pemasaran akan
mengeluarkan biaya, semakin besar biaya pemasaran maka akan mempengaruhi
efisiensi saluran pemasaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah dkk. (2021), yang
berjudul “Analisis Pemasaran Biji Kopi Robusta di Desa Jambuwer Kecamatan
Kromengan Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa
Jambuwer menjadi salah satu penghasil kopi di Kabupaten Malang. Petani di Desa
Jambuwer biasanya menjual kopi dalam bentuk cerry (biji merah matang) dan
greenbeen (biji hijau) yang melibatkan lembaga pemasaran hingga kopi sampai
ditangan konsumen. Lembaga pemasaran di Desa Jambuwer yang berperan dalam
memasarkan kopi diantaranya yaitu tengkulak, pedagang besar, pedagang
pengecer, dan reseller. Adanya peran dari lembaga pemasaran tersebut dan saluran
pemasaran yang berbeda-beda menimbulkan adanya perbedaan harga jual dan
keuntungan yang diperoleh oleh petani.
Penelitian pendukung dilakukan oleh Marlina dkk. (2017), yang berjudul
“Peranan Kopi Rakyat terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Lampung
Barat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses memasarkan kopi
terdapat beberapa peran lembaga pemasaran diantaranya yaitu pedagang perantara
yang berfungsi untuk mengambil kopi langsung kepada petani. Pedagang
pengumpul I berperan dalam membeli barang yang dilakukan dengan
mengumpulkan barang dari produsen maupun pedagang perantara dengan skala
12

relatif yang lebih besar dari pedagang perantara. Pedagang pengumpul II yaitu
berfungsi untuk membeli barang yang dilakukan dengan mengumpulkan barang
dari produsen, pedagang perantara maupun dari pedagang pengumpul I dengan
skala relatif yang lebih besar dari pedagang pengumpul II. Pedagang besar
menjadi pedagang yang memiliki skala usaha yang lebih besar dibandingkan
dengan pedagang pengumpul I dan II.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Desiana dkk. (2017), yang berjudul
“Analisis Saluran Pemasaran Biji Kopi Robusta (Suatu Kasus Di Desa Kalijaya
Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pola pemasaran kopi robusta yang ada di desa kalijaya memiliki dua
saluran pemasaran, pola pemasaran pertama yaitu petani memasarkan kepada
pedagang pengumpul kemudian terakhir ke konsumen, sedangkan untuk saluran
pemasaran kedua yaitu dari petani memasarkan kopi robusta kepada pedagang
pengumpul yang selanjutnya kepada pedagang besar dan yang terakhir ke
konsumen. Biaya untuk saluran pemasaran pertama yaitu sebesar Rp 75,000/kg,
saluran pemasaran kedua sebesar Rp 324,53/kilogram. Keuntungan yang
didapatkan pada saluran pertama sebesar Rp 235,00/kilogram dan saluran
pemasaran kedua sebesar Rp 645,47/kilogram. Margin pemasaran pada saluran
pemasaran pertama yaitu sebesar Rp 310,00/kilogram dan saluran pemasaran
kedua sebesar Rp 970,00/kilogram. Farmer’s share pada saluran pemasaran
pertama sebesar 98,14% dan saluran pemasaran kedua adalah 94,35% dari harga
yang dibayarkan konsumen.
Hasil penelitian Sari (2018), yang membahas tentang daerah penghasil kopi
robusta di lereng Pegunungan Argopuro Kabupaten Jember menggunakan analisis
location quotient (LQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang paling
berpotensi untuk menghasilkan kopi yaitu Kecamatan Bangsalsari dengan nilai
LQ sebesar 5,02. Penelitian ini juga mengkaji terkait dengan strategi
pengembangan dan rekomendasi wilayah penghasil kopi robusta di lereng
Pegunungan Argopuro Kabupaten Jember yang menggunakan analisis SWOT dan
AHP. Hasil analisis menunjukkan strategi pengembangan dan rekomendasi
wilayah penghasil kopi robusta di lereng Pegunungan Argopuro Kabupaten
13

Jember untuk cluster 1 yaitu aspek teknis (0,405) dengan strategi meningkatkan
kualitas SDM (0,291), untuk kluster 2 yaitu aspek ekonomi (0,257) dengan
strategi meningkatkan akses pasar berbasis teknologi informasi (0,299), dan untuk
kluster 3 yaitu aspek teknis (0,315) dengan strategi pengembangan agroindustri
kopi robusta dengan meningkatkan nilai tambah kopi robusta menjadi produk baru
(0,268).
Rumusan masalah terkait dengan strategi peningkatan jaringan pemasaran
kopi robusta didukung oleh penelitian Zahrosa (2011), yang berjudul “ Prospek
Pengembangan dan Strategi Pemasaran Komoditas Kopi Robusta Rakyat di
Kabupaten Jember”. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
SWOT dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan usahatani kopi robusta rakyat di
Kabupaten Jember yaitu strategi pada posisi white area dengan menciptakan
strategi yang memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada agar dapat
meningkatkan pertumbuhan dan keuntungan (Growth and Profitability).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra dan Dian (2021), yang berjudul
“Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Robusta Produksi KSU Ketakasi
Sidomulyo Kabupaten Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi
yang menjadi prioritas dalam mengembangkan agribisnis kopi robusta Jember.
Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT dan AHP, dengan pengambilan data
menggunakan metode wawancara kepada responden. Hasil penelitian dengan
metode SWOT menunjukkan bahwa strategi yang menjadi prioritas perpaduan
antara kekuatan dengan peluang memiliki bobot nilai 3,628 dan strategi
prioritasnya yaitu melakukan peningkatan produktivitas dan pengembangan
agribisnis terpadu. Strategi prioritas yang dihasilkan melalui metode AHP pada
level kriteria yaitu optimis dengan bobot nilai 0,705, pada level sasaran yaitu
dengan meningkatkan kinerja sektor on farm dengan bobot nilai 0,469, dan
strategi yang digunakan yaitu meningkatkan produksi dengan bobot nilai 0,269.
Berdasarkan penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Aziz dkk. (2021),
yang berjudul “Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Robusta untuk
Mendukung Pemasaran Biji Kopi Robusta di Kabupaten Ciamis”. Penelitian ini
14

bertujuan untuk mengukur potensi kopi robusta yang merupakan sektor unggulan
komoditas perkebunan di Kabupaten Ciamis, menganalisis faktor internal dan
eksternal terhadap pengembangan kopi robusta dan menentukan prioritas strategi
pengembangan kopi robusta. Analisis yang digunakan menggunakan Location
Quotient (LQ) untuk mengetahui sektor unggulan dari suatu wilayah, matriks
IFAS, matriks EFAS, matriks IE, analisis SWOT, dan matriks QSPM yang
bertujuan untuk merumuskan strategi dan menentukan prioritas strategi dalam
pengembangan agribisnis kopi robusta di Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa srategi utama yang digunakan untuk pengembangan
usahatani kopi robusta yaitu dengan memanfaatkan inovasi teknologi di wilayah
potensi budidaya dan mengembangkan jaringan pemasaran kopi robusta.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Karakteristik Komoditas Kopi
Menurut Martauli (2018), tanaman kopi adalah kelompok tanaman semak
belukar dengan genus Coffea. Kopi merupakan tanaman yang termasuk dalam
famili Rubiaceae, dengan subfamily Ixoroidae dan suku Coffeae. Tanaman kopi
cocok dibudidayakan di daerah subtropis dan tropis, sehingga negara-negara yang
memiliki iklim subtropis dan tropis sangat mendominasi tanaman kopi seperti
wilayah Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara (Viana dkk., 2020). Berikut
adalah sistem taksonomi dari tanaman kopi:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi : Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua/dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
15

Tanaman kopi mempunyai dua macam pertumbuhan cabang, yaitu cabang


ortotrop dimana pertumbuhannya mengarah ke arah vertikal dan cabang
plagiatrop yang memiliki arah pertumbuhan horizontal. Kopi memiliki daun yang
berwarna hijau mengilap, dengan bentuk lonjong, dan tulang daunnya tegas.
Tanaman kopi memiliki bunga yang berwarna putih dengan aromanya yang
wangi. Waktu yang dibutuhkan tanaman kopi yaitu 3 tahun, mulai dari
perkecambahan hingga menjadi tanaman berbunga dan dapat menghasilkan buah
kopi. Buah kopi tersusun atas kulit buah (epicarp) daging buah (mesocarp) atau
bisa disebut dengan pulp, serta kulit tanduk (endocarp). Buah kopi yang terbentuk
membutuhkan waktu sekitar 7-12 bulan untuk matang (Rahardjo, 2012).
Menurut Olivia (2014), Kopi yang ditanam di Indonesia ada beberapa
macam diantaranya yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi arabika cocok
ditanam di dataran tinggi sedangkan kopi robusta cocok di dataran rendah. Berikut
merupakan ciri-ciri kopi arabika dan kopi robusta:
a. Kopi arabika (Coffea arabika L.)
Kopi arabika adalah kopi tradisional yang memiliki rasa yang paling enak
dibandingkan dengan kopi lainnya. Kopi arabika untuk bijinya memiliki ukuran
kecil dibandingkan dengan kopi robusta, kafein yang dikandungnya rendah,
memiliki keunggulan rasa dan aroma yang lebih unggul karena dirasa lebih
nikmat dibandingkan kopi lainnya sehingga harganya pun lebih tinggi. Adapun
ciri-ciri kopi arabika sebagai berikut.
- Memiliki batang yang tegak, bulat, berwarna kuning kotor, dengan
percabangan monopodial dan permukaanya kasar.
- Memiliki bentuk daun yang lonjong, tunggal, tepi rata, dengan ujung daun
meruncing, panjang daun 8-15 cm dengan lebar 4-7 cm, berwarna hijau,
bentuk tulang menyirip, dan berpangkal tumpul.
- Memiliki akar tunggang, berwarna kuning muda.
- Buah ketika masih muda yaitu berwarna hijau dan setelah tua berubah warna
menjadi merah, adapun bentuknya yaitu seperti bulat telur dengan diameter
0,5-1 cm.
- Biji berbentuk ½ bola dengan panjang 0,5-1 cm, berwarna putih kehijauan.
16

b. Kopi robusta (Coffea canephora)


Kopi robusta merupakan jenis tanaman kopi yang mempunyai adaptasi
lebih baik jika dibandingkan dengan kopi arabika. Kopi robusta dapat
dibudidayakan di lokasi dengan ketinggian yang lebih rendah daripada kopi
arabika (Darmawan dkk., 2019). Menurut Sutriono dalam Salamah (2019),
ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap mutu dan cita rasa kopi, sehingga
diperlukan menanam pada ketinggian tempat yang tepat dan sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman kopi. Kondisi lingkungan tumbuh untuk tanaman kopi robusta
berbeda-beda pada setiap daerah sehingga hasil produksi yang dihasilkan
memiliki mutu dan cita rasa yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kopi robusta
dapat tumbuh dan berkembang dibawah 1000 meter diatas permukaan air laut,
curah hujan yang baik untuk kopi robusta maksimal yaitu 2000 mm/tahun, suhu
yang sesuai yaitu berkisar 22oC-28oC.
Menurut Olivia (2014), kopi robusta merupakan tanaman yang memiliki
keunggulan dibandingkan kopi arabika dari segi budidayanya, karena kopi robusta
dapat tumbuh dan berkembang di tempat dimana kopi arabika tidak dapat tumbuh.
Kopi robusta memiliki jumlah kandungan kafein yang tinggi dengan aroma yang
kurang harum, rasanya pahit dan asam. Berikut merupakan ciri-ciri dari kopi
robusta diantaranya:
- Kopi robusta memiliki batang yang tegak, bertekstur keras, berkayu dengan
warna putih ke abu-abuan.
- Memiliki daun tunggal, bentuknya seperti bulat telur, dengan tepi rata,
berpangkal tumpul, mengkilat, dengan panjang 5-15 cm, dengan lebar 4-6,5
cm, bentuk tulang menyirip, tangkai panjangnya 0,5-1 cm dan berwarna
hijau.
- Memiliki akar tunggang dan berwarna kuning muda.
- Buahnya berbentuk bulat telur, dengan diameter kurang lebih 5 mm, ketika
buah kopi robusta masih muda berwarna hijau namun setelah tua berubah
warna menjadi merah.
- Biji berbentuk seperti bulat telur, bertekstur keras, berwarna putih kotor dan
berbelah dua.
17

2.2.2 Karakteristik Lingkungan Kopi


Menurut Hasbullah dkk. (2021), tanaman kopi untuk pertumbuhan dan
produksinya sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan tanah dan iklim. Tanaman
kopi yang umum dibudidayakan yaitu jenis kopi robusta dan arabika, kedua
varietas tanaman kopi tersebut memiliki syarat tumbuh yang berbeda. Faktor
iklim yaitu suatu keadaan rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang lama didalam
suatu tempat yang berbeda. Perbedaan yang sangat jelas dari kedua varietas kopi
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian tempat 1000-2000 m dpl
sedangkan untuk kopi robusta yaitu pada ketinggian 100-600 m dpl.
2. Garis lintang yang tepat untuk kopi arabika yaitu 6-9 oLU - 24oLS sedangkan
kopi robusta 20oLS – 20oLU.
3. Bulan kering selama 1-3 bulan.
4. Curah hujan yang sesuai yaitu berkisar dari 1.250-2.500 mm/th.
5. Kemiringan tanah yaitu <30%.
6. Suhu udara untuk kopi arabika rata-rata 15-25 oC sedangkan untuk kopi robusta
21-24oC.
Kopi merupakan jenis tanaman yang tidak tahan terhadap guncangan
angina yang kencang. Angin yang kencang dapat mendukung penguapan air di
permukaan tanah sehingga dapat menyebabkan tingginya penguapan.
Pertumbuhan kopi sangat dipengaruhi oleh angin, angin dapat mematahkan
tanaman pelindung yang berfungsi menaungi tanaman kopi sehingga hal tersebut
dapat menyebabkan tanaman bawah terganggu.

2.2.3 Teori Pemasaran


Menurut Hanafie (2010), pemasaran adalah suatu kegiatan ekonomi yang
berfungsi menyampaikan barang atau jasa dari produsen hingga ke tangan
konsumen akhir. Pemasaran bisa juga diartikan sebagai proses sosial dan
manajerial, dimana setiap individu atau kelompok mencapai kebutuhan dan
keinginannya dengan cara menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk
yang bernilai satu sama lain. Proses kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
18

produsen didasari oleh lima konsep pemasaran, masing-masing konsep pemasaran


tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Konsep berwawasan produksi, konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan
memilih produk yang mudah untuk didapatkan serta memiliki harga yang
murah.
2. Konsep berwawasan produk, konsep ini menyebutkan bahwa konsumen akan
memilih produk yang memiliki mutu dan kinerja terbaik, serta hal-hal inovatif
lainnya.
3. Konsep berwawasan menjual, untuk menarik minat beli konsumen maka
diperlukan strategi penjualan dan promosi yang baik.
4. Konsep berwawasan pemasaran, tujuan pemasaran dapat dicapai dengan
memenhi kebutuhan dan keinginan pasar serta dapat memberikan kepuasan
yang lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing lainnya.
5. Konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat, mengharuskan pemasar dapat
menyeimbangkan faktor-faktor dalam menentukan kebijakan pemasaran
diantaranya yaitu keuntungan produsen, kepuasan konsumen, dan kepentingan
umum.
Pemasaran dilakukan bukan hanya untuk menyampaikan produk atau jasa
ke orang lain, akan tetapi penjual harus memikirkan bagaimana kepuasan
pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat tercapai dengan keuntungan
yang didapatkan. Pemasaran dilakukan yaitu dengan tujuan pelanggan dapat
tertarik terhadap kualitas produk yang diciptakan, harga yang diciptakan dapat
menarik minat pembeli, produk memiliki distribusi yang mudah didapatkan,
promosi yang dilakukan efektif serta dapat mempertahankan kepuasan pelanggan.
Adapun proses dalam pemasaran dapat dilakukan melalui 5 tahapan yaitu: mampu
memahami pasar dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan
pelanggan, menentukan strategi pemasaran yang dapat menarik minat pelanggan,
membentuk program pemasaran yang terintegrasi sehingga dapat memberikan
nilai, membentuk suatu hubungan yang dapat menguntungkan dan menarik
pelanggan, serta menangkap nilai dari pelanggan untuk kepentingan dan ekuitas
pelanggan (Panjaitan, 2018).
19

2.2.4 Saluran Pemasaran


Menurut Kotler dan Keller (2009), saluran pemasaran merupakan
seperangkat alur yang diikuti produk setelah proses produksi selesai dilakukan,
berakhir dalam pembelian dan digunakan oleh konsumen atau pengguna akhir.
Saluran pemasaran memiliki tujuan untuk menyalurkan produk dari tangan
produsen hingga sampai pada konsumen akhir. Saluran pemasaran dapat
mengatasi kesenjangan waktu, tempat, kepemilikan yang memisahkan produk dari
mereka yang membutuhkan dan menginginkannya. Menurut Kotler dan
Armstrong (2008), saluran pemasaran merupakan suatu organisasi yang saling
ketergantungan satu sama lain dalam menciptakan suatu produk tersedia untuk
digunakan maupun dikonsumsi oleh konsumen. Perusahaan atau produsen dapat
mengatur saluran pemasaran untuk menciptakan produk dan jasa tersedia bagi
konsumen atau pelanggan dengan berbagai macam cara. Saluran pemasaran
memiliki beberapa bentuk diantaranya yaitu saluran pemasaran langsung dan
saluran pemasaran tidak langsung:
1. Saluran pemasaran langsung (direct marketing channel)
Saluran pemasaran secara langsung ini dalam mendistribusikan produk
tidak mempunyai tingkat perantara, produsen memasarkan hasil produksi secara
langsung kepada konsumen tanpa ada lembaga pemasaran yang terlibat.
2. Saluran pemasaran tidak langsung (indirect marketing channel)
Saluran pemasaran tidak langsung yaitu produsen dalam memasarkan hasil
produksi melalui beberapa perantara agar produk bisa sampai kepada konsumen.
Perantara yang terlibat dalam mendistribusikan produk kepada konsumen dapat
berupa pedagang grosir, pengecer, dan lainnya.
Menurut Haryadi (2019), saluran pemasaran untuk suatu produk konsumsi
terdapat lima macam saluran diantaranya yaitu dari produsen – konsumen,
produsen – pengecer – konsumen, produsen – pedagang besar – pengecer –
konsumen, produsen – agen – pengecer – konsumen, dan produsen – agen –
pedagang besar – pengecer – konsumen yaitu sebagai berikut:
20

1. Produsen – konsumen: merupakan saluran terpendek dan memiliki saluran


paling sederhana untuk mendistribusikan produk atau barang konsumen tanpa
melalui perantara.
2. Produsen – pengecer – konsumen: macam saluran pemasaran ini yaitu
produsen memilih menjual barang-barang kepada pengecer dengan jumlah
yang besar dan dalam mendistribusikan kepada konsumen tanpa adanya
perantara.
3. Produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen: saluran pemasaran ini
sering disebut dengan saluran pemasaran secara tradisional. Produsen dalam
saluran pemasaran ini hanya melayani pembeli dengan jumlah yang besar saja,
tidak melayani penjualan kepada pengecer. Pengecer sendiri dalam melakukan
pembelian dilayani oleh pedagang besar, dan untuk pembelian konsumen
langsung dilayani oleh pengecer.
4. Produsen – agen – pengecer – konsumen: dalam saluran pemasaran lebih
banyak yang menyukai menggunakan perantara agen dalam mendistribusikan
barang dibandingkan menggunakan pedagang besar untuk mencapai pasar
pengecer, khususnya antara produsen dan retailer.
5. Produsen – agen – pedagang besar – pengecer – konsumen: dalam saluran
pemasaran ini, produsen lebih sering menggunakan perantara agen dalam
menyalurkan barang pada pedagang besar dimana nantinya akan menjual
kepada pengecer kecil.
Panjang pendeknya saluran distribusi suatu barang atau produk dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: jarak produsen dengan
konsumen, cepat tidaknya produk akan mengalami kerusakan, skala produksi, dan
posisi keuangan pengusaha (Haryadi, 2019).
1. Jarak produsen dengan konsumen, semakin jauh jarak antara produsen dengan
konsumen maka akan menyebabkan semakin panjang saluran pemasaran yang
dilalui produk.
2. Cepat tidaknya produk akan mengalami kerusakan, semakin mudah produk
mengalami kerusakan maka sebaiknya produk secepatnya diterima oleh
21

konsumen, sehingga hal tersebut menandakan saluran pemasaran produk


pendek dan cepat.
3. Skala produksi, jumlah produksi berpengaruh terhadap jumlah produk yang
dihasilkan. Produksi yang dihasilkan dalam ukuran kecil akan menunjukkan
jumlah produk yang didapatkan kecil juga, dimana hal tersebut menjadikan
produsen tidak mendapatkan keuntungan apabila langsung menjual ke pasar,
dalam kondisi tersebut maka dibutuhkan pedagang perantara dan saluran
terhitung panjang.
4. Posisi keuangan pengusaha, produsen yang memiliki kondisi keuangan yang
kuat akan berusaha agar saluran pemasaran produk sependek mungkin, dan
mampu melakukan fungsi pemasaran lebih banyak dibandingkan dengan
pedagang yang kondisi keuangannya lemah.

2.2.5 Jaringan Pemasaran


Pemasaran hubungan merupakan suatu cara untuk membangun hubungan
dalam jangka panjang yang ditujukan untuk memuaskan pihak-pihak kunci,
seperti konsumen, pemasok, penyalur dengan tujuan preferensi dan bisnis jangka
panjang mereka dapat dipertahankan. Hasil pemasaran hubungan yang utama
yaitu untuk mengembangkan aset perusahaan yang disebut dengan jaringan
pemasaran. Jaringan pemasaran berbeda dengan lembaga pemasaran. Lembaga
pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang melakukan kegiatan,
menyalurkan jasa dan produk pertanian dari produsen hingga konsumen akhir
serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan usaha atau indvidu lainnya.
Jaringan pemasaran sendiri yaitu terdiri dari perusahaan atau produsen (petani)
dan berbagai pihak seperti konsumen, pekerja, pemasok, penyalur, pengecer, agen
iklan, dan lainnya yang berkontribusi dan saling bekerjasama untuk membangun
suatu usaha atau bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain sehingga sama-
sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Suyanto, 2007).
Jaringan pemasaran berhubungan dengan distribusi produk, distribusi
merupakan proses sampainya suatu produk dari produsen ke konsumen
(Suparyana dkk., 2020). Jaringan pemasaran membutuhkan fasilitas salah satunya
22

berupa teknologi informasi yang digunakan untuk mempermudah para petani


untuk mendapatkan informasi terkait harga kopi, dan arah pemasaran kopi yang
dituju sehingga dapat memudahkan petani dalam meningkatkan pemasaran kopi
(Hasbi, 2018). Jaringan pemasaran perlu dikembangkan dengan memperluas
wilayah atau daerah cakupan pemasaran, karena dapat berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah penjualan perperiodenya. Daerah cakupan pemasaran dapat
diperluas melalui kerjasama dengan pedagang besar maupun pedagang kecil
terutama yang berada di lingkungan sekitar (Sukatmadiredja dan Windy, 2019).
Peningkatan jaringan pemasaran dapat diketahui dari semakin luasnya
jangkauan pemasaran, pelaku usaha pemasaran yang semakin bertambah, jaringan
pemasaran yang semakin luas, volume dan nilai perdagangan komoditas yang
dipasarkan semakin bertambah, jumlah produk yang gagal dipasarkan semakin
rendah, kelangsungan kapasitas pasokan semakin terjamin serta harga produk
seimbang dan terjamin ketika dipasarkan. Selain itu meningkatnya jaringan
pemasaran juga dapat mendukung kemampuan pemasaran untuk ke arah yang
lebih luas hingga ke pasar ekspor, khususnya pada komoditas yang berorientasi
pasar dan memiliki daya saing yang tinggi (Saragih dan Panggulu, 2021).

2.2.6 Lembaga Pemasaran


Lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang
melakukan kegiatan pemasaran, menyalurkan jasa maupun produk hasil pertanian
kepada konsumen akhir. Lembaga pemasaran muncul disebabkan oleh kebutuhan
konsumen, dengan adanya lembaga pemasaran maka konsumen bisa mendapatkan
barang atau produk sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuknya (Haryadi, 2019).
Kegiatan proses pemasaran tidak terlepas dari adanya lembaga pemasaran di
dalamnya, dimana saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga pemasaran berupa penyaluran barang, pengolahan barang ataupun
pengaturan-pengaturan yang berkaitan dengan harga dan komunikasi untuk
mencapai keuntungan (Ardila dkk., 2019).
23

Menurut Haryadi (2019), lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi


empat kelompok berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran yaitu
pedagang pengecer, pedagang besar, agen penjual dan retailer. sebagai berikut:
1. Pedagang pengecer
Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang menjual
komoditi dengan cara membeli langsung kepada tengkulak dari petani. Pedagang
pengecer memiliki peranan untuk mengumpulkan komoditi dari tengkulak dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pemasaran misalnya dalam proses pengangkutan.
2. Pedagang besar
Pedagang besar merupakan suatu pengusaha yang melakukan penjualan
produk dalam jumlah yang besar. Pedagang besar ketika menjalankan dan upaya
untuk meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran diperlukan melakukan
tindakan yaitu, jumlah komoditi pada pedagang pengecer dikonsentrasikan.
3. Agen penjual
Agen penjual memiliki tugas dalam kegiatan distribusi komoditi yang
akan dipasarkan, yaitu dengan membeli komoditi kepada pedagang besar dengan
jumlah besar dan harga yang lebih murah.
4. Retailer
Retailer merupakan lembaga pemasaran tingkat paling akhir yang
melakukan kegiatan pemasaran suatu produk secara langsung berhubungan
dengan konsumen. Kelanjutan proses pemasaran sebelumnya tergantung oleh
kegiatan yang dilakukan retailer dalam memasarkan produk kepada konsumen.

2.2.7 Fungsi Pemasaran


Menurut Wibowo (2019), pemasaran ialah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan
konsumen. Aktivitas pemasaran dilakukan dengan cara membuat produk,
menentukan harga jual, tempat penjualan, serta melakukan promosi produk
kepada konsumen. Pemasaran sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu dibagi
menjadi tiga: fungsi pertukaran, fungsi distribusi fisik, dan juga fungsi perantara,
dimana dari ketiga fungsi pemasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
24

1. Fungsi pertukaran
Kegiatan proses pemasaran menjadikan konsumen dapat mengetahui dan
membeli hasil produk yang dihasilkan oleh produsen, dengan cara melakukan
pertukaran produk dengan uang atau juga bisa menurkarkan produk dengan
produk. Produk tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan pribadi maupun di jual
kembali untuk mendapatkan keuntungan.
2. Fungsi distribusi fisik
Kegiatan proses pemasaran juga dapat dilakukan dalam bentuk distribusi
fisik terhadap suatu produk, distribusi fisik yang dilakukan diantaranya proses
penyimpanan ataupun pengangkutan produk. Kegiatan penyimpanan produk
dilakukan untuk menjaga kebutuhan produk agar tetap terpenuhi apabila di waktu
yang akan datang secara tiba-tiba dibutuhkan sehingga tidak mengalami
keterbatasan produk. Kegiatan pengangkutan dapat dilakukan melalui berbagai
cara misalnya melalui angkutan darat, air, dan udara.
3. Fungsi perantara
Kegiatan penyaluran produk dari produsen hingga ke konsumen dilakukan
melalui perantara pemasaran dengan menghubungkan kegiatan pertukaran dengan
distribusi fisik. Kegiatan proses perantara menimbulkan terjadinya pembiayaan,
pencarian informasi, klasifikasi produk, dan lainnya.
Menurut Gracia dan Martauli (2021), fungsi-fungsi pemasaran
mengandung unsur penting dalam kegiatan proses pemasaran khususnya dalam
hal yang berkaitan dengan kelancaran arus barang dari produsen hingga ke
konsumen. Fungsi pemasaran mengalami perubahan, setiap lembaga akan
menjalankan fungsi pemasaran dari fungsi jual beli hingga fungsi pembiayaan.
Perbedaan harga pada setiap lembaga pemasaran disebabkan oleh adanya
perbedaan fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran.

2.2.8 Margin Pemasaran


Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayar oleh konsumen
dengan harga yang diperoleh oleh petani atau produsen (Deos dkk., 2019).
Menurut Hastuti (2017), nilai margin pemasaran tersebut dapat di distribusikan
25

kepada lembaga-lembaga pemasaran yang berkaitan selama proses pemasaran


sebagai biaya dan beban pemasaran. Besar kecilnya nilai margin pemasaran dapat
berpengaruh terhadap share (bagian harga) dan pembentukan pasar (bersaing
sempurna atau tidak sempurna).
Margin pemasaran antara petani dan pengecer bisa diungkapkan dalam
notasi PR- Pf. Hal tersebut diwakili dengan jarak vertikal antara kurva permintaan
(kurva penawaran) dalam Gambar 2.1 berikut.

Harga
SD (Penawaran Turunan)
Pr Sp (Penawaran Primer)
MP
Dp (Permintaan Primer)
Pf DD (Permintaan Turunan)

Q Jumlah
Gambar 2.1 Kurva Margin Pemasaran

Gambar 2.1 kuva margin pemasaran menjelaskan terkait dengan kurva


permintaan primer yang berpotongan dengan kurva penawaran turunan sehingga
membentuk harga ditingkat pengecer (Pr). Kurva permintaan turunan berpotongan
langsung dengan kurva penawaran primer sehingga membentuk harga ditingkat
petani. Jumlah produk yang ditransaksi di tingkat petani sama dengan jumlah
produk yang ditransaksi di tingkat pengecer, yaitu sebesar Q. Nilai margin
pemasaran didapatkan dari hasil kali antara perbedaan harga ditingkat pengecer
dengan harga ditingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Menurut Evita
dkk. (2018), adapun rumus untuk margin pemasaran yaitu sebagai berikut:
MP= Pr-Pf
Keterangan :
MP = Marjin Pemasaran (Rp/Kg)
Pr = Harga di tingkat pengecer (retail price) (Rp/Kg)
Pf = Harga di tingkat produsen atau petani (farm gate price) (Rp/Kg)
26

Menurut Evita dkk. (2018), berdasarkan hasil analisis margin pemasaran


tersebut, maka dapat diketahui share biaya dan share keuntungan dari setiap
lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Metode analisis share
biaya dan share keuntungan dirumuskan sebagai berikut:
Share biaya : Sbij = (Cij/Pr) x 100%
Cij = HJj – HBj – πij
Sbij = (Cij/(Pr-Pf)) x 100%
Cij = HJj – HBj – πij
Share keuntungan : SKj = (πij/Pr)) x 100%
Πij = HJj – HBj – Cij
SKJ = (πij/(Pr-Pf) x 100%
Πij = HJj – HBj – Cij
Keterangan :
Sbij = biaya untuk fungsi pemasaran ke-I oleh lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Cij = biaya untuk fungsi pemasaran ke-I oleh lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Pr = harga yang dibayarkan oleh konsumen (Rp/Kg)
Pf = harga yang diterima oleh petani (Rp/Kg)
Hij = harga jual lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Hbj = harga beli lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
πij = keuntungan lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Skj = bagian keuntungan lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)

2.2.9 Farmer’s Share


Analisis farmer’s share adalah faktor yang dapat digunakan untuk
mengetahui perbandingan antara harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir
dengan harga yang diperoleh petani. Nilai farmer’s share berpengaruh terhadap
efisiensi pemasaran, harga yang diterima petani semakin tinggi maka pemasaran
yang dilakukan dapat dinilai efisien (Marlina dkk., 2017). Menurut Simanjuntak
dan Lies (2021), farmer’s share yang semakin tinggi maka saluran pemasaran
yang dilakukan tersebut menguntungkan petani karena dapat memberikan bagian
yang lebih besar kepada petani.
27

Menurut Evita dkk. (2018), nilai farmer’s share dapat diukur dengan
menggunakan rumus perhitungan farmer’s share yaitu sebagai berikut:
F′s = Pf x 100%
Pr
Keterangan :
F’s = persentase harga yang diterima petani (%)
Pf = harga ditingkat petani (Rp/Kg)
Pr = harga ditingkat konsumen (Rp/Kg)

2.2.10 SWOT (Strength Weakness Opportunities Threath)


Analisis SWOT merupakan cara untuk mengidentifikasi faktor-faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Strengths (kekuatan)
dan weaknesses (kelemahan) merupakan faktor internal, sedangkan opportunities
(peluang) dan threats (ancaman) merupakan faktor eksternal perussahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan, dan
peluang, dan memiminimalisir kelemahan, dan ancaman (Hernawan dkk., 2020).
Menurut Fatimah (2016), tujuan dari analisis SWOT yaitu untuk memberikan
output berupa arahan agar dapat mempertahankan kekuatan dan menambah
keuntungan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada, serta mengurangi
kekurangan dan menghindari ancaman. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan
cara menganalisis dan memilah hal-hal yang berpengaruh pada keempat
faktornya. Hasil analisis tersebut nantinya dapat membentuk perencanaan strategi
yang didasarkan pada hasil analisis terhadap faktor-faktor strategis perusahaan
diantaranya yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Tahap selanjutnya
faktor-faktor diterapkan dalam bentuk matriks SWOT sebagai berikut:
a. Kekuatan (strengths) dapat memanfaatkan peluang (opportunities) sehingga
dapat mencapai keuntungan (advantage).
b. Kelemahan (weaknesses) dapat diatasi agar tidak mencegah keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada.
c. Kekuatan (strengths) dapat menghadapi ancaman (threats) yang ada.
d. Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang dapat membuat
ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
28

Menurut Rangkuti (2006), berdasarkan matriks SWOT dapat kita ketahui


posisi bisnis terletak di empat kuadrat berbeda-beda serta dapat langsung di
analisis sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut:
O
Kuadran 3 Kuadran 1

W S

Kuadran 4 Kuadran 2
T
Gambar 2. 2 Matriks SWOT

1. Kuadran 1 SO (Strength – Opportunity), merupakan kondisi yang sangat


menguntungkan. Perusahaan yang ada di kuadran ini mempunyai peluang dan
kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat
diambil pada kuadran ini yaitu strategi agresif. Strategi agresif merupakan
suatu strategi yang mendukung perusahaan untuk dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang yang ada sehingga dapat mencapai keuntungan yang
lebih besar.
2. Kuadran 2 ST (Strength – Threat), merupakan kondisi yang banyak ancaman
akan tetapi masih ada kekuatan dari segi internal. Strategi yang dapat dilakukan
pada kuadran ini yaitu strategi diversifikasi. Strategi diversifikasi merupakan
strategi yang menuntut perusahaan untuk terus melakukan perubahan untuk
menutupi kelemahan dan mengejar peluang yang ada.
3. Kuadran 3 WO (Weakness – Opportunity), merupakan suatu kondisi dimana
perusahaan memiliki peluang yang besar akan tetapi dilain pihak perusahaan
juga memiliki banyak kendala internal yang dialami. Strategi yang dapat
dilakukan pada kuadran ini yaitu strategi turn-around, yaitu strategi yang
mendukung perusahaan untuk dapat memaksimalkan kekuatan dan merubah
arah usaha karena sudah banyak ancaman yang dapat berdampak negatif pada
perusahaan.
4. Kuadran 4 WT (Weakness-Treath), merupakan kondisi dimana perusahaan
dalam keadaan sangat tidak menguntungkan karena perusahaan mengalami
banyak ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang dapat dilakukan pada
29

kondisi ini yaitu strategi disfentif, yaitu strategi yang mendukung perusahaan
untuk terus dapat mempertahankan posisi perusahaan dengan memanfaatkan
segala kemampuan.

2.2.11 Analytical Hierarchy Process


Analytical Hierarchy Process merupakan metode yang digunakan untuk
mengevaluasi berbagai alternatif berdasarkan kriteria yang berbeda dan
memberikan skor relatif untuk setiap alternatif. AHP digunakan karena
memungkinkan pengguna untuk mengintegrasikan subjektivitas dan objektivitas
dalam proses pengambilan keputusan dan membantu untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang paling penting dalam situasi yang kompleks. Menurut Haudi
(2021), AHP adalah sebuah bentuk model pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Bentuk model pendukung keputusan ini
nantinya akan menguraikan masalah yang kompleks secara multi faktor atau
multi kriteria menjadi suatu hirarki. Hirarki yaitu merupakan suatu keadaan dari
suatu permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama yaitu tujuan, yang kemudian diikuti oleh level faktor, kriteria, sub
kriteria, dan seterusnya ke bawah sampai pada level terakhir dari alternatif.
Masalah yang kompleks, dengan adanya hirarki dapat dipecah sesuai dengan
kelompok-kelompoknya sehingga permasalahan yang ada akan menjadi lebih
terstruktur dan sistematis.
Menurut Supriadi dkk. (2018), Analytical Hierarchy Process (AHP)
merupakan suatu metode pemecahan masalah yang seringkali digunakan apabila
dibandingkan dengan metode lainnya dalam pengambilan keputusan karena
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Memiliki struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
hingga pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas hingga batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang telah dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Sangat memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
30

Menurut Supriadi dkk. (2018), Analytical Hierarchy Process (AHP)


memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan layaknya sebuah metode analisis,
adapun kelebihan dan kekurangan dalam system analisisnya yaitu sebagai
berikut:
a. Kelebihan metode AHP
1. Kesatuan (Unity), AHP dapat mengatasi suatu permasalahan yang luas dan
tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah untuk
dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity), AHP mampu memecahkan masalah yang
kompleks dengan cara pendekatan sistem dan pengintegrasian secara
deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence), AHP bisa digunakan pada
elemen-elemen sistem yang saling bebas yang tidak membutuhkan adanya
hubungan linier.
4. Struktur hirarki (Hierarchy Structuring), AHP mewakili pemikiran alamiah
yang cenderung menggolongkan elemen sistem ke level-level yang berbeda-
beda dimana tiap masing-masing level berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement), AHP menyediakan skala pengukuran dan
metode untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency), AHP memikirkan konsistensi secra logis dalam
penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis), AHP mengacu pada perkiraan keseluruhan terkait
seberapa diinginkannya masing-masing alternatif..
8. Trade Off , AHP mengutamakan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem
sehingga orang bisa memilih alternatif yang terbaik berdasarkan keinginan
mereka.
9. Penilaian dan konsensus (Judgement and consensus), AHP tidak
mengharuskan adanya suatu konsensus, namun nantinya akan
menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
31

10. Pengulangan proses (Process Repetition), AHP dapat menjadikan orang


mampu menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan
penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
b. Kelemahan metode AHP
1. Mengalami ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini
dapat berupa pemahaman dari seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan
subyektifitas sang ahli, sehingga model menjadi tidak berarti apabila ahli
tersebut memberikan penilaian yang salah.
2. Metode AHP hanya sebuah metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang
terbentuk.
AHP secara umum digunakan dengan tujuan menyusun prioritas dari
berbagai pilihan dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks. Prioritas yang
didapatkan bersifat konsisten dengan teori, logis, tranparan dan partisipatif.
Kegunaan AHP dalam pengambilan keputusan yaitu menentukan prioritas dari
beberapa faktor atau alternatif yang ada dan akan diterapkan. Analisis AHP dapat
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:
1. Identifikasi sistem: menentukan permasalahan yang akan diselesaikan, tujuan
yang akan dicapai, kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk menentukan
pilihan alternatif yang akan dipilih.
2. Penyusunan hierarki: dilakukan dengan melakukan abstraksi antara komponen
dan dampak pada sistem. Abstraksi ini memiliki bentuk yang saling
berhubungan, tersusun dari sasaran utama hingga ke sub tujuan, kemudian
turun ke pelaku yang memberi dukungan, turun ke tujuan-tujuan pelaku,
kemudian kebijakan, strategi hingga tercapainya hasil dari strategi tersebut.
3. Penyusunan matriks berpasangan: perbandingan setiap elemen sistem dengan
elemen lainnya pada setiap tingkat hierarki secara berpasangan sehingga
didapatkan nilai tingkat kepentingan elemen. Skala penilaian yang digunakan
dimulai dari 1 sampai 7. Nilai-nilai perbandingan kemudian diolah untuk
menentukan peringkat dari seluruh alternatif.
32

2.3 Kerangka Pemikiran


Petani kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember dalam
memasarkan hasil produksinya memiliki bermacam bentuk pilihan. Petani ada
yang memilih memasarkan kopi robusta dalam bentuk gelondong (merah-kuning),
pecah kulit (natural), dan biji kopi kering (ose).
Penyebaran kopi robusta dari produsen ke konsumen melibatkan lembaga
pemasaran, dimana lembaga pemasaran tersebut akan berusaha demi mendapatkan
keuntungan. Tengkulak merupakan lembaga pemasaran yang paling dominan
dalam pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember. Petani kopi robusta di
Kabupaten Jember dalam memasarkan hasil produksinya lebih banyak langsung
dipasarkan kepada tengkulak. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yulian dkk. (2019), menyebutkan bahwa dari keseluruhan
produksi kopi di Kabupaten Jember sebanyak 80-90% kopi robusta yang di panen
petani langsung dipasarkan kepada tengkulak baik untuk pasokan ekspor ataupun
pedagang besar.
Lokasi perkebunan kopi di Kabupaten Jember yang tersebar di daerah
pegunungan tersebut menimbulkan beberapa kendala yang dialami petani salah
satunya yaitu jaringan pemasaran yang terbatas pada tengkulak desa. Jaringan
pemasaran kopi yang terbatas mengakibatkan harga yang diterima oleh petani
rendah sehingga dapat dikatakan kurang efisien, hal tersebut dipengaruhi oleh
informasi pasar yang didapatkan petani terbatas dan kurang memadai sehingga
posisi tawar dari petani sangat rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka
diperlukan strategi jaringan pemasaran untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh petani kopi robusta di Kabupaten Jember. Faktor lain yang
menyebabkan rendahnya harga kopi robusta yang diterima petani yaitu kurangnya
pemahaman petani terkait dengan standard kualitas. Standar kualitas menjadi
kriteria yang dinilai penting dalam menentukan harga jual, rendahnya
pengetahuan petani mengenai standard kualitas sering kali dipermainkan oleh
pedagang maupun tengkulak yaitu dengan menekan harga ditingkat petani
serendah mungkin. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan adanya strategi
33

untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani. Strategi yang


dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya yaitu
memberikan pendampingan kepada petani mengenai sertifikasi kopi, dan
mendorong penguatan kelembagaan serta melakukan pengolahan kopi lebih lanjut
agar nilai jual kopi bertambah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara menyeluruh terkait
dengan saluran pemasaran kopi robusta perkebunan rakyat untuk dapat
merumuskan strategi perluasan jaringan pemasaran yang didasarkan pada
karakteristik kopi, kemampuan kelembagaan dan kerjasama petani. Topik pertama
dalam penelitian ini membahas terkait dengan saluran dan fungsi pemasaran serta
peran lembaga yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta, yang akan dianalisis
dengan metode deskriptif. Topik ke dua yaitu terkait dengan margin pemasaran
dan farmer’s share yang akan dianalisis menggunakan analisis margin pemasaran
dan analisis farmer’s share. Topik ke tiga yaitu terkait dengan strategi
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta yang akan di analisis menggunakan
analisis SWOT dan AHP. Kerangka penelitian dapat dilihat pada grafik di bawah:
34

Komoditas kopi
Permasalahan:
1. Jaringan pemasaran terbatas pada
tengkulak desa (Yulian dkk. 2019)
Kopi robusta di Kabupaten Jember
2. Informasi pasar yang diterima
petani terbatas sehingga posisi
Pemasaran kopi robusta di tawar petani sangat rendah
Kabupaten Jember (Budihardjo dan Sasongko, 2013).
3. Rendahnya pemahaman petani
mengenai standard kualitas
(Budihardjo dan Sasongko, 2013).

Saluran Margin pemasaran Strategi


dan fungsi pemasaran serta peran dan Farmer’s peningkatan
lembaga pemasaran share jaringan
pemasaran

Deskriptif MP= Pr-Pf


kualitatif F′s = Pf x 100% Analisis
SWOT-AHP
Pr

1. Kotler dan Armstrong (2009), saluran


pemasaran merupakan seperangkat alur
yang diikuti produk setelah proses
produksi, berakhir dalam pembelian dan 1. Semakin kecil nilai margin pemasaran maka
digunakan oleh konsumen. saluran pemasaran semakin efisien
2. Fungsi pemasaran meliputi fungsi (Simanjuntak dan Lies, 2021).
pertukaran, fungsi distribusi fisik, dan 2. Farmer’s share yang semakin besar pada
fungsi perantara (Wibowo, 2019). saluran pemasaran maka semakin tinggi harga
3. Peran dari lembaga pemasaran bergantung yang diterima petani dan semakin efisien
terhadap sistem pasar yang berlaku dan saluran pemasaran (Simanjuntak dan Lies,
karakteristik aliran produk yang 2021).
dipasarkan (Yoansyah dkk., 2020). 3. Jaringan pemasaran yang baik dapat dicapai
melalui pelatihan mengenai manajemen
pemasaran serta pengoptimalan produksi
kepada petani (Sari dan Usdi, 2018).
4. Penentuan prioritas merupakan salah satu cara
yang digunakan untuk menentukan strategi
pemasaran kopi robusta (Hasbi, 2018).

Merumuskan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta


berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten Jember

Gambar 2.3 Skema kerangka pemikiran


35

2.4 Hipotesis
1. Marjin pemasaran diduga menguntungkan dan farmer’s share diduga efisien
dalam pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten
Jember.
2. Strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
kelerengan di Kabupaten Jember diduga dapat dilakukan dengan prioritas
strategi SO (Strength-Opportunities), yaitu dengan meningkatkan produksi
dan mempertahankan kualitas serta kekhasan kopi robusta.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penentuan daerah penelitian menggunakan metode purposive method atau
sering disebut dengan penentuan daerah penelitian yang dilakukan secara sengaja.
Daerah yang dipilih untuk penelitian ini yaitu di Kabupaten Jember. Kabupaten
Jember dipilih sebagai daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa,
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi besar
untuk pengembangan usaha perkebunan kopi (Rahmadianto dkk., 2019).
Kabupaten Jember menjadi daerah yang memiliki potensi besar sebagai penghasil
kopi robusta terbesar ketiga setelah Kabupaten Malang. Maka dari itu peneliti
merasa tertarik untuk meneliti terkait dengan pemasaran kopi robusta di
Kabupaten Jember. Daerah penelitian di Kabupaten Jember tepatnya pada
kawasan Lereng Gunung Argopuro dan Gunung Raung. Kecamatan yang dipilih
sebagai daerah penelitian pada kawasan Lereng Gunung Argopuro yaitu
Kecamatan Panti, sedangkan untuk kawasan Lereng Gunung Raung yaitu
Kecamatan Silo. Alasan memilih Kecamatan Silo yaitu berdasarkan pertimbangan
yang menyatakan bahwa areal perkebunan kopi di Kabupaten Jember terluas
berada di Kecamatan Silo yaitu sebesar 2.173,73 Ha, dengan jumlah produksi
sebesar 78.882 ton yang sebagian besar merupakan hasil perkebunan (Azizah
dkk., 2019). Alasan memilih Kecamatan Panti yaitu berdasarkan pertimbangan
bahwa, jumlah produksi kopi terbesar kedua di Kabupaten Jember yaitu berada di
Kecamatan Panti yang memiliki luasan wilayah sebesar 160.71 km 2 atau 4,88%
dari keseluruhan luas wilayah di Kabupaten Jember dengan ketinggian rata-rata
50-1.340 mdpl (Direktorat Jenderal perkebunan tahun 2017). Alasan yang
berhubungan dengan jaringan pemasaran yaitu, jaringan pemasaran kopi di
Kecamatan Silo dan Panti dalam memasarkan hasil produksinya hanya terbatas
pada lembaga pemasaran yang ada dilingkungan sekitar, sehingga peneliti tertarik
menjadikan Kecamatan Silo dan Panti dijadikan sebagai daerah penelitian..
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022 hingga selesai.

36
37

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan terkait
dengan saluran dan fungsi pemasaran serta peran lembaga yang terlibat dalam
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten Jember pada
rumusan masalah pertama. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan hasil suatu penelitian dengan cara memberikan
deskripsi, penjelasan dan validasi yang terkait dengan fenomena yang sedang
diteliti (Ramdhan, 2021). Metode kedua dalam penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga yaitu
menganalisis margin pemasaran, farmer’s share, dan strategi peningkatan jaringan
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten Jember.
Metode kuantitatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada pengujian
teori dengan menggunakan pengukuran variabel penelitian berbentuk angka dan
menganalisis data menggunakan prosedur statistik (Paramita dkk., 2021).

3.3 Metode Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, snowball sampling dan judgment sampling. Pemilihan responden
dilakukan secara purposive yaitu dengan beberapa kriteria yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Metode snowball sampling, merupakan metode penentuan
sampel diawali dengan jumlah sampel yang kecil, apabila dirasa kurang maksimal
informasi yang didapatkan maka peneliti kemudian menambahkan sampel lain
yang dianggap lebih memahami untuk melengkapi data sebelumnya sehingga
jumlah sampelnya semakin membesar (Hardani dkk., 2020). Pelaksanaan metode
ini yaitu dengan menjadikan petani sebagai lembaga pemasaran tingkat pertama,
kemudian mengikuti aliran produk kopi robusta sampai di tangan konsumen akhir.
Metode ke tiga yaitu menggunakan teknik judgment sampling untuk topik strategi
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta. Judgment sampling merupakan
proses pengambilan sampel yang didasarkan atas penilaian (judgment) oleh
peneliti mengenai sampel yang layak dan memenuhi syarat untuk dijadikan
narasumber dalam penelitian yang dilakukan (Fauzy, 2019).
38

Teknik penentuan responden dalam penelitian ini yaitu memilih beberapa


informan dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Peneliti memilih sebanyak 30 petani kopi robusta, dimana
pengambilan sampel dipilih 16 petani di kecamatan Silo dan 14 petani di
Kecamatan Panti yang tergabung dalam gapoktan. Informan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini selain petani yaitu lembaga pemasaran berupa tengkulak,
pengepul, dan Kepala Unit Industri Koperasi Ketakasi. Metode pengambilan
sampel untuk strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan
kluster kelerengan di Kabupaten Jember dilakukan secara sengaja (purposive
sampling). Narasumber yang dipilih merupakan orang-orang yang sudah ahli
dalam bidangnya (expert) yaitu terdiri dari perwakilan dari Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Jember, selain itu Sekretaris
MPIG kopi robusta di Kecamatan Silo, Sumberjambe, dan Kalisat Kabupaten
Jember, serta Ketua MPIG Kopi Robusta Java Argopuro Jember. Pemilihan
narasumber atas pertimbangan bahwa narasumber tersebut merupakan pihak yang
terlibat langsung dan mengerti terkait dengan permasalahan dalam penelitian,
serta dianggap mampu memberikan informasi sehingga memudahkan peneliti
mencapai tujuan penelitian.
Tabel 3.1 Responden Ahli (Expert) di Kluster Timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
Nama Posisi/Jabatan Jumlah (orang)
Novi Hardiani Sub. Koordinator Perkebunan di Dinas 1
Tanaman Pangan, Hortikultura, dan
Perkebunan
Zainal Arifin Sekretaris MPIG kopi robusta di 1
Kecamatan Silo, Sumberjambe, dan
Kalisat Kabupaten Jember
Total 2
Sumber: Data Primer, 2023

Tabel 3.2 Responden Ahli (Expert) di Kluster Barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Nama Posisi/Jabatan Jumlah (orang)
Novi Hardiani Sub. Koordinator Perkebunan di 1
Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura, dan Perkebunan
Wasili Ketua MPIG Kopi Robusta 1
Java Argopuro Jember
Total 2
Sumber: Data Primer, 2023
39

3.4 Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan
data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data primer yaitu diperoleh
secara langsung melalui kegiatan wawancara dan dokumentasi, sedangkan data
sekunder diperoleh dari beberapa sumber yang relevan seperti jurnal, buku, BPS
dan skripsi yang berkaitan dengan penelitian. Adapun metode pengumpulan data
pada penelitian ini meliputi:
1. Wawancara
Metode pengumpulan data melalui kegiatan wawancara merupakan cara
peneliti untuk menggali informasi yang detail dan mendalam terkait fenomena
atau isu sosial. Peneliti melalui wawancara dapat mudah memahami secara
mendalam dan ekstensif tentang fenomena atau data yang ingin diperoleh
(Hartono, 2018). Pelaksanaan kegiatan wawancara yaitu kepada petani yang
tergabung dalam gapoktan, pedagang pengepul, tengkulak, dan Kepala Unit
Industri Koperasi Ketakasi, Sub Koordinator Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember, Sekretaris MPIG di Kecamatan
Silo, Sumberjambe, dan Kalisat Kabupaten Jember, serta Ketua MPIG Kopi
Robusta Java Argopuro Jember yang dilakukan secara langsung melalui pengisian
kuisioner. Wawancara yang dilakukan fokus pada pemasaran kopi robusta karena
penelitian ini terkait dengan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui metode dokumentasi tidak kalah penting
dibandingkan dengan metode lainnya. Metode dokumentasi yaitu mencari sebuah
informasi atau data terkait dengan hal-hal atau variabel dalam bentuk catatan,
transkip, buku, dan lainnya (Siyoto dan Ali, 2015). Data yang diperoleh oleh
peneliti melalui metode dokumentasi pada penelitian ini seperti data produksi
kopi, serta dokumentasi lainnya dalam memperkuat dan mendukung data yang
digunakan sebagai bukti melakukan penelitian mengenai strategi peningkatan
jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten
Jember.
40

3.5 Metode Analisis Data


3.5.1 Analisis Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan, serta
memvalidasi terkait dengan fenomena yang diteliti di lapang (Ramdhan, 2021).
Metode analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
bagaimana pola saluran pemasaran kopi robusta, fungsi-fungsi pemasaran yang
diterapkan oleh lembaga pemasaran serta peran lembaga yang terlibat dalam
pemasaran kopi robusta di kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti dan
kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo. Metode ini dilakukan dengan
mengumpulkan berbagai informasi yang telah didapatkan dari beberapa responden
yaitu petani, lembaga pemasaran seperti tengkulak, pedagang pengepul, dan
Kepala Unit Industri Koperasi Ketakasi Sidomulyo.

3.5.2 Analisis Margin Pemasaran dan Farmer’s Share


Pengujian untuk menjawab rumusan masalah ke dua yaitu mengenai
margin pemasaran dan farmer’s share. Menurut Haryanto (2009), margin
pemasaran merupakan selisih antara harga ditingkat pengecer dengan harga yang
diterima oleh produsen (petani). Margin ini akan didapatkan oleh lembaga
pemasaran, sehingga semakin panjang lembaga pemasaran maka semakin besar
margin pemasarannya. Menurut Evita dkk. (2018), nilai margin pemasaran dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
1. Analisis Margin Pemasaran
MP = Pr – Pf
Keterangan:
MP = Marjin Pemasaran kopi robusta (Rp/kg)
Pr = Harga di tingkat pengecer kopi robusta (Rp/kg)
Pf = Harga di tingkat produsen atau petani kopi robusta (Rp/kg)
Kriteria pengambilan keputusan:
Nilai margin pemasaran yang semakin kecil maka pemasaran yang dilakukan
tersebut semakin efisien.
41

Menurut Evita dkk. (2018), distribusi margin merupakan pembagian


keuntungan dan biaya pemasaran kopi robusta yang diterima oleh masing-masing
lembaga pemasaran kopi robusta pada masing-masing saluran menggunakan
rumus sebagai berikut:
Share biaya:
Sbij = (Cij/(Pr-Pf)) x 100%
Cij = HJj – HBj – πij
Sedangkan untuk perhitungan share keuntungan lembaga pemasaran ke-j dapat
dirumuskan sebagai berikut:
SKJ = (πij/(Pr-Pf) x 100%
Πij = HJj – HBj – Cij
Keterangan :
Sbij = biaya untuk fungsi pemasaran ke-I oleh lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Cij = biaya untuk fungsi pemasaran ke-I oleh lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Pr = harga yang dibayarkan oleh konsumen (Rp/Kg)
Pf = harga yang diterima oleh petani kopi robusta (Rp/Kg)
Hij = harga jual kopi robusta lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Hbj = harga beli kopi robusta lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
πij = keuntungan lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Skj = bagian keuntungan lembaga pemasaran ke-j (Rp/Kg)
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Jika Ski > Sbi maka saluran pemasaran kopi robusta dapat dikatakan
menguntungkan.
b. Jika Ski < Sbi maka saluran pemasaran kopi robusta dapat dikatakan tidak
menguntungkan.
Farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani
dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Farmer’s share memiliki
hubungan yang negatif dengan margin pemasaran, semakin tinggi margin
pemasaran maka harga yang didapatkan petani semakin kecil. Menurut Evita dkk.
(2018), metode yang digunakan untuk mengetahui nilai farmer’s share atau
42

keuntungan yang diperoleh oleh petani yaitu menggunakan metode perhitungan


nilai farmer’s share yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Analisis Farmer’s Share
F′s = Pf x 100%
Pr
Keterangan :
F’s = persentase harga yang diterima petani kopi robusta (%)
Pf = harga ditingkat petani kopi robusta (Rp/kg)
Pr = harga ditingkat konsumen (Rp/kg)
Kriteria pengambilan keputusan:
Semakin tinggi nilai farmer’s share maka keuntungan yang diterima oleh petani
semakin tinggi.

3.5.3 Analisis SWOT - AHP


Menurut Hidayat (2021), analisis SWOT merupakan teknik yang
digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategi dalam perusahaan. Analisis
SWOT digunakan untuk mengidentifikasi secara jelas terkait dengan peluang dan
ancaman (faktor eksternal) yang dihadapi perusahaan dan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang dimiliki sehingga dapat
tercapai strategi perusahaan untuk mencapai tujuan.
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan sebuah konsep, alat,
teknik atau metode didalam pembuatan dan pengambilan suatu keputusan untuk
masalah yang kompleks, tidak terstruktur dan multiatribut yang dilakukan dengan
cara memeringkat alternatif keputusan yang ada kemudian dapat memilih mana
alternatif keputusan yang terbaik sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
melalui suatu nilai numerik (Anjani dkk., 2021). Adapun tahapan yang perlu
dilakukan dalam metode analisis SWOT - AHP yaitu melalui beberapa langkah
diantaranya sebagai berikut:
1. Metode SWOT
a. Mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (ancaman dan peluang) yang dihadapi oleh petani kopi robusta.
b. Pemberian rating, bobot, dan skor menggunakan perhitungan IFE EFE.
43

- Memberikan nilai bobot pada setiap faktor dengan skala yang dimulai
dari 1,0 (paling penting) hinga 0,0 (tidak penting). Hal tersebut
berdasarkan pengaruh faktor terhadap posisi penting petani (semua
bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).
- Memberikan rating pada setiap faktor dimulai dari skala 4 sampai
dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap usaha petani
kopi robusta. Penilaian rating untuk faktor bernilai positif yaitu
(kekuatan dan peluang) yang semakin besar ditunjukkan dengan angka
4 (sangat penting), sedangkan penilaian rating untuk faktor yang
bernilai negatif (kelemahan dan ancaman) yang semakin besar
ditunjukkan dengan angka 1.
- Mengalikan masing-masing bobot dengan rating untuk mendapatkan
nilai faktor pembobotan.
- Menjumlahkan seluruh nilai faktor pembobotan untuk memperoleh total
nilai faktor pembobotan pada usaha petani kopi robusta. Berdasarkan
tahapan pengumpulan data pada matriks faktor strategi internal (IFE)
dan matriks faktor strategi eksternal (EFE) yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.3 Matriks Faktor Strategi Internal (IFE)
Faktor Strategi Internal (IFE) Bobot Rating Nilai
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Total

Tabel 3.4 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFE)


Faktor Strategi Eksternal (EFE) Bobot Rating Nilai
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Treaths)
Total
44

c. Matriks IE (Internal dan Eksternal)


Total Skor IE

4,0 Tinggi 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0


4,0
Tinggi I II III
Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
3,0
IV V VI
Sedang Stabilitas Pertumbuhan Penciutan
2,0 Stabilitas
VII VIII IX
Rendah Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi
1,0
Gambar 3.1 Matriks Internal dan Eksternal (IE)

Penentuan posisi pada matriks IE didapatkan melalui total nilai IFE


dan EFE. Gambar dalam matriks IE terdapat 9 posisi yang menuju pada
strategi utama sebuah usaha, yaitu:
- Strategi pertumbuhan, dapat dilakukan melalui konsentrasi atau
diversifikasi pada sel 1,2,5,7 dan 8
- Strategi stabilitas, yaitu dapat dilakukan asalkan tidak merubah arah
strategi yang terletak pada sel 4 dan 5.
- Strategi pengurangan, yaitu dapat dilakukan apabila posisi kompetitif yang
lemah pada sel 3,6 dan 9.
d. Penentuan Posisi Kompetitif Usaha
Berbagai Peluang

Kuadran 3 Kuadran 1
Kelemahan Kekuatan
Internal Internal
Kuadran 4 Kuadran 2

Berbagai Ancaman

Gambar 3.2 Matriks Posisi Analisis SWOT

- Kuadran 1 SO (Strenght – Opportunity), merupakan kondisi yang sangat


menguntungkan. Posisi petani kopi robusta di kuadran ini mempunyai
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
45

- Kuadran 2 ST (Strenght – Threat), merupakan kondisi yang banyak


ancaman bagi petani kopi robusta akan tetapi masih ada kekuatan dari segi
internal.
- Kuadran 3 WO (Weakness – Opportunity), merupakan kondisi dimana
petani kopi robusta memiliki peluang yang besar akan tetapi dilain pihak
petani kopi robusta memiliki banyak kendala internal.
- Kuadran 4 WT (Weakness-Treath), merupakan kondisi dimana petani kopi
robusta dalam keadaan sangat tidak menguntungkan karena mengalami
banyak ancaman dan kelemahan internal.
e. Perumusan Strategi SO, WO, ST, dan WT
Tabel 3.5 Matriks SWOT
IFE
Strenght (S) Weaknesses (W)
EFE
Opportunities Strategi SO Strategi WO
(O) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan
memanfaatkan peluang untuk memanfaatkan
peluang
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan
mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

2. Metode AHP
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang ingin dicapai
b. Membuat struktur hierarki
46

Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan


Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember

Strengths (S) Weaknesses (W) Opportunities (O) Threats (T)

S1 S2 S3 S4 W1 W2 W3 W4 O1 O2 O3 O4 T1 T2 T3 T4

Strategi SO Strategi WO Strategi ST Strategi WT

Gambar 3.3 Struktur Hierarki dari Kombinasi SWOT-AHP

c. Membuat matriks perbandingan berpasangan


Tabel 3.6 Skala Pengisian Matriks Perbandingan Berpasangan
Skala Definisi Penjelasan
Kedua elemen tingkat Dua elemen memiliki sifat yang
1
kepentingannya sama sama kuat
Elemen yang satu memiliki
tingkat kepentingan yang lebih Pertimbangan lebih menunjang satu
3
dibandingkan dengan elemen elemen atas elemen lainnya
lainnya
Pertimbangan dengan kuat
Elemen yang satu sangat penting
5 menunjang elemen atas elemen
daripada elemen lainnya
lainnya
Bukti yang menunjang elemen yang
Elemen yang satu mutlak lebih
7 satu memiliki tingkat penegasan
penting daripada elemen lainnya
tertinggi
Nilai-nilai diantara 2 Kesepakatan diperlukan diantara 2
2,4,6
pertimbangan pertimbangan
Apabila elemen I mendapatkan nilai 7 dibandingkan elemen j, maka
Kebalikan
elemen j mempunyai nilai 1/7 bila dibandingkan dengan elemen i

d. Menghitung vektor eigen normalisasi, didapatkan dengan cara sebagai


berikut:
- Menjumlahkan hasil perkalian baris dan kolom
47

- Menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks 1


- Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks
- Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata
e. Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan dengan cara sebagai
berikut:
- Menentukan nilai eigen maksimal (λ maks) dengan cara mengalikan hasil
penjumlahan setiap baris pada matriks perbandingan berpasangan dengan
vector eigen normalisasi.
- Menghitung indeks konsistensi (CI) dengan rumus:
CI = λ maks-n
n-1
Keterangan:
CI = Indeks Konsistensi
λ maksimum = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
n = Jumlah kriterita
f. Menghitung rasio konsistensi (CR) dengan rumus:
CR = CI
IR
Keterangan:
CR = Rasio Konsistensi
IR = Indeks Rasio (nilai indeks rasio tergantung pada ukuran matriks)
Kriteria pengambilan keputusan:
- CR ≤ 0,10 maka konsisten
- CR > 0,10 maka tidak konsisten
g. Melakukan perhitungan akhir untuk masing-masing alternatif dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai eigen vector normalisasi masing-masing
kriteria dengan nilai eigen vector normalisasi masing-masing alternatif.
48

3.6 Definisi Operasional


1. Tengkulak adalah pedagang perantara yang membeli hasil produksi produsen
atau petani ditingkat desa dengan harga beli yang umumnya lebih rendah dari
harga pasaran.
2. Pengepul adalah pedagang perantara yang membeli hasil produksi produsen
atau petani ditingkat kecamatan dengan harga beli yang umumnya lebih
rendah dari harga pasaran.
3. Saluran pemasaran adalah suatu kegiatan yang dibutuhkan untuk
mengalihkan kepemilikan berupa barang dari produsen hingga sampai ke
konsumen.
4. Fungsi pemasaran terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi distribusi fisik dan
fungsi perantara.
5. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang melakukan
kegiatan pemasaran, menyalurkan produk pertanian kepada konsumen akhir
serta memiliki jejaring dan koneksitas dengan badan usaha atau individu.
6. Jaringan pemasaran berhubungan dengan distribusi produk, distribusi
merupakan proses sampainya suatu produk dari produsen ke konsumen
7. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran yang terdiri dari:
a. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan akibat adanya
penyimpanan kopi robusta di gudang menggunakan karung (Rp/Kg).
b. Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut
biji kopi robusta dari tempat pembelian ke tempat penjualan (Rp/Kg).
c. Biaya kemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengemas biji
kopi robusta menggunakan karung (Rp/Kg).
d. Biaya bongkar muat merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membongkar muat biji kopi robusta serta mengantarkan ke tempat
penyimpanan (Rp/Kg).
e. Biaya penyusutan merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
penyusutan biji kopi robusta yang ditimbulkan dari proses pemasaran
(Rp/Kg).
49

8. Harga beli merupakan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen kopi
robusta (Rp/Kg).
9. Harga jual merupakan sejumlah uang atau harga yang diterima oleh petani
kopi robusta (Rp/Kg).
10. Volume pembelian merupakan volume kopi robusta yang dibeli oleh lembaga
pemasaran (Rp/Kg).
11. Volume penjualan merupakan volume kopi robusta yang dijual oleh lembaga
pemasaran (Rp/Kg).
12. Keuntungan pemasaran adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya
yang diterima oleh lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran kopi
robusta yang dilakukan (Rp/Kg).
13. Share biaya adalah sejumlah biaya dari tiap lembaga pemasaran dengan
satuan persen (%).
14. Share keuntungan adalah sejumlah keuntungan dari tiap lembaga pemasaran
dengan satuan persen (%).
15. Margin pemasaran yaitu besarnya selisih harga beli kopi robusta di tingkat
konsumen dengan harga jual di tingkat produsen.
16. Farmer’s share adalah persentase perbandingan harga ditingkat petani
dengan harga ditingkat konsumen akhir.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
a. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Silo
Kecamatan Silo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Jember. Luas wilayah Kecamatan Silo yaitu sebesar 309,98 km 2. Kecamatan Silo
berada di batasan-batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Ledokombo
Sebelah Selatan : Kecamatan Tempurejo
Sebelah Barat : Kecamatan Tempurejo, Kecamatan Mumbulsari, dan
Kecamatan Mayang
Sebelah Timur : Kecamatan Kalibaru, Kecamatan Banyuwangi
Secara geografis Kecamatan Silo terletak pada ketinggian 100-1200 meter
diatas permukaan laut. Rata-rata ketinggian tempat di Kecamatan Silo yaitu 667
meter. Desa yang memiliki ketinggian tempat paling tinggi yaitu berada di Desa
Mulyorejo dengan ketinggian tempat sebesar 750 meter, sedangkan ketinggian
tempat paling rendah yaitu sebesar 600 meter yang berada di Desa Sempolan dan
Desa Sumberjati. Kecamatan Silo terbagi menjadi 9 desa diantaranya yaitu Desa
Mulyorejo, Desa Pace, Desa Harjomulyo, Desa Karangharjo, Desa Silo, Desa
Sempolan, Desa Sumberjati, Desa Garahan, dan Desa Sidomulyo.
Desa Sidomulyo merupakan produsen kopi tertinggi di Kabupaten Jember,
hal tersebut didukung oleh banyaknya petani yang hampir mencapai sebesar 85%
masyarakatnya sebagai petani kopi. Lokasi perkebunan kopi di Desa Sidomulyo
berada di pegunungan Argopuro, hal tersebut yang menjadikan Desa Sidomulyo
sebagai kawasan desa wisata kopi karena memiliki pemandangan alam yang indah
dan menarik (Suciati dan Izza, 2021). Selain itu Desa Pace juga merupakan salah
satu desa di Kecamatan Silo yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan
kopi rakyat. Faktor yang mendukung pengembangan kopi di Desa Pace yaitu dari
segi lahan yang luas sehingga petani mempunyai keleluasaan dalam
membudidayakan dan mengembangkan tanaman kopi (Rahmadianto dkk., 2019).
50
51

b. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Panti


Kecamatan Panti merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Jember. Luas wilayah Kecamatan Panti yaitu sebesar 40,01 km 2. Kecamatan Panti
berada di batasan-batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Pakem, dan Kecamatan Bondowoso
Sebelah Selatan : Kecamatan Rambipuji
Sebelah Barat : Kecamatan Bangsalsari
Sebelah Timur : Kecamatan Jelbuk, dan Kecamatan Sukorambi
Secara geografis Kecamatan Panti terletak pada ketinggian tempat yang
berkisar 25-2005 meter diatas permukaan laut. Panti merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Jember yang terdiri dari beberapa desa, yaitu terdapat 7
desa diantaranya yaitu Desa Kemuningsari Lor, Desa Glagahwero, Desa Serut,
Desa Panti, Desa Pakis, Desa Suci, dan Desa Kemiri.

4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Petani Reponden


Responden petani dalam penelitian ini yaitu sebanyak 30 petani yang
masing-masing memiliki karakteristik yang dilihat dari usia, luasan lahan, dan
jumlah tanaman. Berikut merupakan jabaran karakteristik responden petani kopi
robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
di Kecamatan Silo dan Panti Kabupaten Jember.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Petani Kopi Robusta Kluster Timur (Lereng Raung)
di Kecamatan Silo dan Kluster Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
Kabupaten Jember.
Karakteristik Responden Petani
No.
Usia Luasan lahan Jumlah tanaman
1 <30 tahun sebanyak 5 <1Ha sebanyak 13 petani <1000 pohon sebanyak 5
petani petani
2 <40 tahun sebanyak 10 1Ha sebanyak 8 petani <3000 pohon sebanyak
petani 14 petani
3 <50 tahun sebanyak 7 >1Ha sebanyak 8 petani >3000 pohon sebanyak
petani 10 petani
4 <60 tahun sebanyak 7
petani
5 >60 tahun sebanyak 1
petani
Sumber: Data Primer, 2023
52

1. Umur Petani
Umur merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan kerja dalam
melakukan usahatani. Petani yang berumur muda mempunyai kemampuan untuk
dapat bekerja lebih produktif serta dapat menerapkan adanya inovasi baru. Petani
yang menjadi responden pada penelitian ini yaitu dari umur 21-67 tahun. Petani
berumur dibawah 30 tahun berjumlah 5, petani berumur di bawah 40 tahun
berjumlah 10, petani berumur dibawah 50 tahun berjumlah 7, dan petani berumur
dibawah 60 tahun berjumlah 7, serta petani berumur diatas 60 tahun berjumlah 1.
2. Luas lahan
Luas lahan merupakan areal atau tempat diatas sebidang tanah yang
digunakan untuk melakukan usahatani, yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Luas lahan yang dimiliki oleh petani kopi robusta di Kecamatan Silo dan Panti
beragam. Luas lahan yang ada dimulai dari 0,02-5 ha. Petani yang memiliki luas
lahan dibawah 1 ha berjumlah 14, petani dengan luas lahan 1 ha berjumlah 8, dan
petani dengan luas lahan diatas 1 ha berjumlah 8. Kepemilikan lahan petani rata-
rata merupakan milik pribadi, namun ada sebagian petani yang menyewa.
3. Jumlah tanaman
Petani kopi robusta di Kecamatan Silo dan Panti memiliki jumlah pohon
antara 50-7500 pohon kopi robusta. Rata-rata petani memiliki jumlah pohon.
Petani dengan jumlah pohon dibawah 1000 pohon sebanyak 6 orang, petani
dengan jumlah pohon dibawah 3000 pohon sebanyak 14 orang dan petani dengan
jumlah pohon diatas 3000 pohon sebanyak 10 orang. Jumlah tanaman atau pohon
kopi robusta yang dimiliki petani dengan luas lahan yang sama tidak selalu sama
satu sama lain, hal tersebut pengaruh dari jarak tanam yang digunakan petani
berbeda-beda.

4.1.3 Gambaran Umum Saluran Pemasaran Kopi Robusta di Kecamatan Silo dan
Panti Kabupaten Jember
Saluran pemasaran komoditas kopi robusta melibatkan beberapa lembaga
pemasaran untuk dapat menyalurkan produk dari produsen hingga ke konsumen
akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta
53

diantaranya yaitu pedagang tengkulak, pedagang pengepul, dan koperasi ketakasi.


Lembaga pemasaran pada pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo dan Panti
merupakan penentu harga atau berperan sebagai price maker. Petani tidak bisa
menentukan harga jual kopi robusta secara langsung, sehinga petani hanya
menerima harga yang sudah ditetapkan oleh pihak lembaga pemasaran.
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang berperan
dalam pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo dan Panti Kabupaten Jember
yaitu terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi distribusi fisik dan fungsi penyediaan
sarana. Fungsi pertukaran yaitu terdiri dari perlakuan penjualan dan pembelian
kopi robusta. Fungsi distribusi fisik yaitu meliputi perlakuan pengemasan biji kopi
robusta kedalam karung sebelum dilakukan pengangkutan untuk dipasarkan,
kemudian selanjutnya dilakukan kegiatan pengangkutan biji kopi robusta dari
petani ke lembaga pemasaran atau sebaliknya. Fungsi penyediaan sarana yaitu
meliputi pembiayaan, dan informasi harga. Petani yang mengalami kekurangan
modal melakukan pinjaman modal kepada lembaga pemasaran terlebih dahulu
untuk kebutuhan dalam budidayanya, baik dalam bentuk uang maupun barang
seperti pupuk, dimana nantinya hasil produksi kopi robusta yang didapatkan harus
dipasarkan kepada lembaga pemasaran tersebut. Petani akan membayar hutangnya
dari hasil jual kopi robusta yang didapatkan tersebut. Fungsi penyediaan sarana
selain itu yaitu informasi harga, petani mengetahui harga kopi robusta yang
berlaku saat ini yaitu langsung dari lembaga pemasaran.
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran kopi
robusta di Kecamatan Silo dan Panti menjalankan perannya dengan menerapkan
fungsi-fungsi pemasaran yang disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki.
Tengkulak, pengepul dan koperasi ketakasi dalam melakukan proses pemasaran
kopi robusta yaitu langsung berhadapan langsung dengan petani, artinya lembaga
pemasaran tersebut langsung membeli kepada petani tanpa adanya perantara.
Proses pemasaran kopi robusta yang terjadi antara petani dengan pihak lembaga
pemasaran tersebut berlangsung dengan cara petani yang mendatangi pihak
lembaga pemasaran, dengan jumlah yang sudah ditentukan oleh petani seberapa
banyak hasil produksinya yang akan dijual.
54

4.2 Saluran Pemasaran, Fungsi Pemasaran serta Peran Lembaga yang


Terlibat dalam Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster
Kelerengan di Kabupaten Jember
Kegiatan pemasaran kopi robusta merupakan akhir dari penghasilan yang
dapat diperoleh oleh petani. Petani memperoleh keuntungan dari hasil jual
produksinya. Saluran pemasaran menunjukkan bahwa adanya keikutsertaan
lembaga-lembaga yang berperan untuk menyalurkan produk dari produsen hingga
ke tangan konsumen. Lembaga pemasaran dalam menyalurkan produk akan
melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran yang ada sesuai dengan kemampuannya.
Saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten
Jember yaitu sebagai berikut:

Tengkulak
Koperasi Ketakasi

Petani

Eksportir (PT.Olam
Pengepul
Indonesia)

Gambar 4.1 Saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster kelerengan di Kabupaten
Jember
Keterangan:
- Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember: Petani – Pengepul – Eksportir (PT. Olam
Indonesia)
- Saluran pemasaran 2 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember: Petani – Pengepul – Eksportir (PT. Olam
Indonesia )
- Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster barat (Lereng Argopuro)
di Kecamatan Panti Kabupaten Jember: Petani – Tengkulak – Eksportir (PT.
Olam Indonesia)
55

4.2.1 Saluran Pemasaran Kopi Robusta berdasarkan Kluster Timur (Lereng


Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster Barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Saluran pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo terdiri dari dua saluran pemasaran. Saluran pemasaran satu yaitu
dari petani – pengepul – Eksportir (PT. Olam Indonesia), sedangkan saluran
pemasaran dua yaitu dari petani – koperasi ketakasi – eksportir (PT. Olam
Indonesia). Saluran pemasaran yang dilakukan oleh petani kopi robusta kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu dari petani – tengkulak -
Eksportir (PT. Olam Indonesia). Setiap saluran pemasaran memiliki alur
pemasaran yang berbeda-beda, yaitu disesuaikan dengan lembaga pemasaran yang
terlibat. Berikut merupakan uraian mengenai saluran pemasaran kopi robusta
kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
1. Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Petani Pengepul Eksportir (PT. Olam Indonesia)

Gambar 4.2 Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember

Saluran pemasaran satu kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng


Raung) di Kecamatan Silo menggambarkan bahwa saluran pemasaran kopi
robusta di Kecamatan Silo melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu pengepul dan
eksportir. Eksportir dianggap sebagai konsumen terakhir dalam saluran pemasaran
ini, karena keterbatasan penelitian ini yaitu hanya dilakukan sampai pada lembaga
pemasaran di Kabupaten Jember saja. Kopi robusta yang dijual petani kepada
pengepul yaitu dalam bentuk cherry/gelondong dan ada yang dalam bentuk
kering. Umumnya, petani dalam melakukan penjualan kopi sudah memiliki
pembeli atau pengepul yang tetap sehingga petani menjual kepada pengepul yang
sama seperti sebelumnya yaitu dengan cara langsung membawa kopi ke rumah
pengepul, dengan sistem pembayaran secara tunai. Harga kopi robusta pada tahun
56

ini tergolong dengan harga yang tinggi, untuk kopi robusta dalam bentuk
cherry/gelondong yaitu sebesar 25.000/kg sedangkan untuk kopi robusta dalam
bentuk kering sebesar 30.000/kg.
Selanjutnya, pengepul akan memasarkan kopi robusta kembali kepada
eksportir di Surabaya (PT. Olam Indonesia). Bentuk kopi robusta yang dikirim
dalam bentuk asalan, tanpa dilakukan perlakuan penyortiran. Sistem
pengangkutan kopi robusta dari pengepul sampai ke eksportir yaitu menggunakan
jasa ekspedisi dan untuk biaya transportasi yang dikeluarkan ditanggung oleh
pengepul sendiri. Ketentuan jumlah minimal sekali kirim yang ditetapkan oleh
pihak eksportir yaitu sebesar 8-9 ton. Harga yang diterima pengepul dari pihak
eksportir yaitu selisih 1.000 rupiah/Kg lebih tinggi dari harga beli kepada petani.
2. Saluran pemasaran 2 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Petani Koperasi Ketakasi PT. Olam Indonesia

Gambar 4.3 Saluran pemasaran 2 kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember

Saluran pemasaran kedua menggambarkan bahwa saluran pemasaran kopi


robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu Koperasi Ketakasi dan eksportir.
Eksportir dalam saluran pemasaran ini sama seperti saluran yang pertama yaitu
dianggap sebagai pembeli terakhir, karena penelitian ini mempunyai batasan
penelitian yaitu hanya sampai lembaga pemasaran di Kabupaten Jember. Koperasi
Ketakasi merupakan lembaga pemasaran yang digunakan oleh petani untuk
menjual hasil produksi kopi robusta. Koperasi Ketakasi tidak hanya menerima
dari petani yang ada di kecamatan silo, akan tetapi dari berbagai daerah. Petani di
Kecamatan Silo menjual hasil produksi kopi robusta kepada Koperasi Ketakasi
dalam bentuk kering. Pemasaran kopi robusta yang dilakukan oleh petani yaitu
dengan cara langsung membawa hasil produksinya ke koperasi setelah dilakukan
proses olah kering. Harga jual yang diterima petani dari koperasi sebesar Rp.
22.000/Kg, dengan sistem pembayaran yang berlangsung secara tunai. Harga jual
kopi robusta yang didapatkan tersebut sangat rendah atau di bawah harga pasar,
57

hal tersebut dikarenakan kopi robusta yang dipasarkan petani ke koperasi tersebut
kopi dengan kualitas yang kurang baik, sedangkan kopi dengan kualitas yang baik
sudah dipasarkan kepada lembaga pemasaran pengepul. Hubungan kerjasama
yang berlangsung antara petani dengan pihak koperasi yaitu hanya untuk jual beli,
bagi para anggota koperasi juga tidak sampai ada kontrak. Adapun syarat atau
standart yang ditentukan oleh pihak koperasi dalam membeli kopi robusta para
petani yaitu dari segi kadar air dan kualitas biji. Ketertarikan pihak koperasi
membeli kopi robusta para petani di Kecamatan Silo yaitu dari segi kualitas kopi
yang dimilikinya yaitu berbentuk biji besar, serta untuk memenuhi kuota ekspor.
Saluran pemasaran selanjutnya yaitu dari Koperasi Ketakasi ke eksportir
(PT. Olam Indonesia). Pihak koperasi dalam memasarkan kopi robusta tidak
melakukan penyortiran, yaitu langsung menjual kopi yang diterima dari petani
secara asalan. Pemasaran kopi robusta dari Koperasi Ketakasi ke PT. Olam
Indonesia dilakukan pada saat panen raya yaitu pada bulan Juli sampai dengan
Oktober. Sistem penjualan yang dilakukan menggunakan sistem kontrak secara
lisan saja seperti melalui Whatssap, tidak sampai tertulis. Jumlah kopi robusta
yang dipasarkan ke PT. Olam Indonesia dalam jangka waktu 1 minggu yaitu
sebesar 100-200 ton, dengan pengangkutan menggunakan ekspedisi. Biaya
transportasi yang dikeluarakan ditanggung oleh pihak koperasi. Harga jual yang
diterima Koperasi Ketakasi dari PT. Olam Indonesia yaitu sebesar Rp. 22.500/Kg.

3. Saluran pemasaran 1 kopi robusta berdasarkan kluster barat (Lereng Argopuro)


di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Petani Tengkulak Eksportir (PT. Olam


Indonesia)

Gambar 4.4 Saluran pemasaran 1 kopi robusta kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Saluran pemasaran di atas menggambarkan bahwa saluran pemasaran kopi


robusta kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti melibatkan dua
lembaga pemasaran yaitu tengkulak dan eksportir. Petani menjual kopi robusta
dalam bentuk biji kering dan sebagian dalam bentuk gelondong, dimana petani
58

yang mendatangi tengkulak di rumahnya. Harga jual kopi robusta pada tahun ini
di Kecamatan Panti tergolong tinggi yaitu berkisar 24.000-28.000/kg. Petani atau
produsen bebas menjual ke tengkulak yang mana saja, akan tetapi pada umumnya
petani di Kecamatan Panti sudah memiliki pembeli atau tengkulak tetap sehingga
para petani kopi robusta menjual kepada tengkulak yang sama seperti sebelumnya.
Petani yang terkendala modal untuk budidaya kopi robusta biasanya melakukan
pinjaman modal terlebih dahulu kepada tengkulak dalam bentuk uang ataupun
barang seperti pupuk, nantinya petani tersebut akan membayar hutangnya dari
hasil penjualan kopi robusta kepada tengkulak tersebut.
Selanjutnya, tengkulak akan mengirim kopi robusta kepada eksportir ( PT.
Olam Indonesia) di Surabaya. Sistem pengiriman tengkulak ke pihak eksportir
biasanya menggunakan transportasi berupa truk, dengan biaya transportasi
ditanggung oleh pihak tengkulak. Jumlah minimal kopi robusta yang dapat
dikirim kepada eksportir yaitu sebesar 9 ton, terkait dengan harga biasanya pihak
eksportir akan memberikan informasi terlebih dahulu kepada tengkulak. Harga
jual yang diterima tengkulak dari eksportir yaitu sebesar 28.750/kg.

4.2.2 Fungsi Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan di


Kabupaten Jember
Saluran pemasaran dari produsen sampai ke tangan konsumen akhir
semakin panjang apabila melibatkan banyak lembaga pemasaran. Lembaga
pemasaran akan melakukan kegiatan atau aktivitas berupa fungsi-fungsi dari
pemasaran. Fungsi pemasaran yaitu terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi distribusi
fisik dan fungsi penyediaan sarana. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti melakukan beberapa
fungsi-fungsi pemasaran tersebut. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dijelaskan
secara rinci di tiap tingkat lembaga pemasaran sebagai berikut:
59

Tabel 4.2 Fungsi-fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga Pemasaran Kopi
Robusta Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster Barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti.
Lembaga Pemasaran
Fungsi Pemasaran
Petani Kopi Koperasi
Tengkulak Pengepul
Robusta Ketakasi
1. Fungsi Pertukaran
- Penjualan √ √ √ √
- Pembelian √ √ √
2. Fungsi Distribus Fisik
- Pengemasan √ √ √ √
- Pengangkutan √ √ √
- Pengolahan √ √ √
3. Fungsi Penyediaan Sarana
- Pembiayaan √ √ √ √
- Informasi harga √ √ √
Sumber: Data Primer, 2023

a. Petani
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani kopi robusta berdasarkan
kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu meliputi fungsi pertukaran, distribusi fisik
dan penyediaan sarana. Fungsi pertukaran, yaitu penjualan kopi robusta yang
umumnya dilakukan dirumah petani dan ada juga petani yang mendatangi rumah
tengkulak, pengepul maupun koperasi. Petani menjual kopi robusta dalam bentuk
gelondong dan olah kering. Adapun fungsi fisik yang dilakukan oleh petani yaitu
pengolahan kopi robusta hingga dalam bentuk kering, yang kemudian dikemas
secara sederhana menggunakan karung dan terakhir yaitu pengangkutan dari
rumah petani ke rumah pengepul, tengkulak maupun koperasi. Fungsi penyediaan
sarana yaitu pembiayaan yang dikeluarkan petani meliputi biaya modal untuk
kegiatan produksi seperti pupuk, alat-alat pertanian serta biaya untuk pengolahan
kopi dalam bentuk gelondong menjadi kopi kering.
b. Tengkulak
Tengkulak yaitu lembaga pemasaran yang langsung berhubungan dengan
petani. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh tengkulak meliputi fungsi
pertukaran, distribusi fisik dan penyediaan sarana. Fungsi pertukaran yang
dilakukan oleh tengkulak yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Tengkulak
membeli kopi robusta kepada petani dalam bentuk gelondong dan olah kering
60

dengan sistem pembayaran secara tunai. Informasi harga yang diperoleh


tengkulak berasal dari pihak eksportir. Fungsi fisik yang dilakukan oleh tengkulak
yaitu pengolahan, pengemasan dan pengangkutan. Fungsi pengolahan yaitu
dilakukan apabila ada petani yang menjual kopi dalam bentuk gelondong diolah
mejadi kopi kering. Fungsi pengemasan yang dilakukan mengeluarkan biaya
untuk membeli karung yang digunakan untuk mengemas kopi robusta dari
berbagai petani. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk pengiriman kopi robusta
ke pihak eksportir. Biaya pengiriman tersebut ditanggung sendiri oleh tengkulak.
Adapun fungsi penyediaan sarana yang dilakukan oleh tengkulak berupa
pengumpulan, pembiayaan dan informasi harga. Fungsi pengumpulan yaitu
mengumpulkan kopi robusta dari berbagai petani sebelum dijual ke pihak
eksportir. Fungsi pembiayaan yaitu suatu bantuan yang diberikan kepada petani
dalam bentuk uang maupun sarana produksi, biaya pengemasan serta biaya
pengangkutan. Fungsi informasi harga yaitu memberikan informasi harga kepada
petani, tengkulak mendapatkan informasi harga kopi robusta ter update langsung
dari pihak eksportir.
c. Pengepul
Pengepul merupakan suatu lembaga pemasaran yang memiliki peranan
penting dalam menyalurkan kopi robusta. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
pengepul meliputi fungsi pertukaran, fisik dan penyediaan sarana. Fungsi
pertukaran yang dilakukan yaitu pembelian dan penjualan kopi robusta. Pengepul
mendapatkan langsung kopi robusta dari petani, dimana harga ditentukan oleh
pengepul dan harga jual disesuaikan dengan kualitas kopinya. Kopi robusta yang
sudah terkumpul kemudian dijual kembali ke pihak eksportir. Fungsi fisik yang
dilakukan oleh pengepul yaitu pengolahan, pengangkutan dan pengemasan.
Fungsi pengolahan yang dilakukan oleh pengepul yaitu mengolah kopi yang
masih dalam bentuk gelondong sampai menjadi kopi kering. Fungsi pengangkutan
yaitu proses pengiriman kopi robusta yang dilakukan dari pengepul ke pihak
eksportir. Biaya transportasi tersebut ditanggung sendiri oleh pengepul. Fungsi
pengemasan yaitu mengumpulkan kopi robusta kedalam karung. Fungsi
pembiayaan yang dilakukan pengepul yaitu memenuhi kebutuhan petani dalam
61

proses budidaya kopi robusta dengan memberikan bantuan modal maupun sarana
produksi yang dibutuhkan. Fungsi informasi harga yaitu pengepul menyampaikan
informasi harga kopi robusta yang sedang berlaku saat ini, dimana pengepul
mendapatkan informasi harga langsung dari pihak eksportir.
d. Koperasi Ketakasi
Koperasi Ketakasi merupakan suatu lembaga pemasaran yang membantu
petani kopi robusta dalam memasarkan hasil produksinya. Fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh pihak koperasi diantaranya yaitu: fungsi pertukaran, distribusi
fisik dan penyediaan sarana. Fungsi pertukaran yang dilakukan yaitu jual beli kopi
robusta. Koperasi membeli kopi robusta kepada petani kemudian menjual kembali
kepada pihak eksportir disurabaya yaitu PT. Olam Indonesia. Koperasi membeli
kopi robusta kepada petani dengan harga Rp. 22. 000/Kg dan menjual kembali ke
PT. Olam Indonesia dengan harga Rp. 22.500/Kg. Selanjutnya fungsi fisik, fungsi
fisik yang dilakukan meliputi pengemasan dan pengangkutan. Kopi robusta yang
sudah terkumpul dari beberapa petani dan sudah memenuhi kuota untuk dikirim
ke PT. Olam Indonesia kemudian dilakukan pengemasan menggunakan karung
atau sak, dengan biaya pengemasan mencapai Rp. 30,00/Kg. Fungsi
pengangkutan, setelah proses pengemasan dilakukan selanjutnya akan dilakukan
pengiriman kepada pihak ekspotir dengan jumlah kuota yang sudah sesuai dengan
kontrak yang berlangsung. Fungsi penyedia sarana yang dilakukan oleh Koperasi
Ketakasi yaitu fungsi pembiayaan dan informasi harga. Fungsi pembiayaan yaitu
memberikan bantuan kepada anggota koperasi yang membutuhkan atau
kekurangan biaya untuk keberlangsungan produksinya. Fungsi informasi harga,
koperasi yang mengetahui terkait dengan perkembangan harga jual kopi robusta
dari pihak eksportir kemudian akan menyampaikan kembali kepada para petani.

4.2.3 Peran Lembaga yang Terlibat dalam Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember
Lembaga pemasaran merupakan suatu badan usaha atau individu yang
melakukan kegiatan pemasaran dengan cara menyalurkan jasa atau produk hasil
pertanian dari produsen sampai ke konsumen akhir melalui kerjasama dengan
62

badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam
kegiatan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti terdiri dari tengkulak,
pengepul, dan Koperasi Ketakasi. Lembaga pemasaran tersebut memiliki
beberapa peranan penting dalam mendukung kegiatan pemasaran kopi robusta.
Tengkulak dan pengepul dalam kegiatan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki beberapa peranan diantaranya
yaitu sebagai pemasar, sumber informasi harga, penyediaan sarana produksi, dan
memberi pinjaman modal. Peran lembaga pemasaran dari tengkulak dan pengepul
tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Pemasar
Tengkulak dan pengepul sebagai pemasar, yaitu lembaga yang berperan
dalam memasarkan hasil produksi kopi robusta para petani di Kecamatan Silo dan
Panti hingga sampai kepada konsumen.
b. Sumber informasi harga
Tengkulak dan pengepul sebagai sumber informasi harga, yaitu berperan
dalam memberikan informasi terkait dengan harga kopi robusta yang berlaku
dipasaran kepada petani. Umumnya tengkulak dan pengepul mendapatkan
informasi harga kopi robusta langsung dari pihak eksportir.
c. Penyediaan sarana produksi
Tengkulak dan pengepul sebagai lembaga yang menyediakan sarana
produksi kepada petani kopi robusta. Petani kopi biasanya memiliki keterbatasan
modal sehingga tidak mampu untuk membeli pupuk, maka dari itu tengkulak dan
pengepul memberi pinjaman pupuk sehingga petani tetap dapat membudidayakan
tanaman kopi. Perjanjian antara tengkulak atau pengepul dengan petani yaitu,
petani harus menjual hasil produksi kopinya kepada tengkulak atau pengepul
tersebut, dan petani membayar hutangnya dari hasil harga jual kopi yang
didapatkan tersebut, apabila pendapatan dari hasil jual produksinya tidak
mencukupi untuk melunasi hutangnya maka petani akan membayar dari hasil jual
produksi kopi pada musim selanjutnya.
63

d. Memberi pinjaman modal


Modal menjadi salah satu kendala yang sering dihadapi oleh petani kopi
robusta dalam melaksanakan usahataninya. Ketika petani mengalami keterbatasan
modal maka akan memimjam uang kepada tengkulak dan pengepul, dengan
persyaratan hasil produksinya harus dijual kepada lembaga pemasaran tersebut.
Koperasi Ketakasi merupakan salah satu koperasi yang bergerak dibidang
pertanian khususunya pada komoditas kopi. Keberadaan Koperasi Ketakasi
memiliki dampak positif bagi petani kopi, karena adanya peran yang sangat
menguntungkan khususnya dalam kegiatan pemasaran. Adapun peranan dari
Koperasi Ketakasi dalam mendukung pemasaran kopi robusta sebagai berikut:
a. Membantu dalam penyediaan sarana produksi
Koperasi ketakasi sangat membantu petani kopi robusta untuk terus dapat
berproduksi dan mengembangkan usaha taninya. Koperasi ketakasi berperan
sebagai sarana yang mendukung selama proses budidaya kopi yang dilakukan
petani seperti pupuk, dan alat-alat yang dibutuhkan selama kegiatan budidaya.
b. Peminjaman modal
Koperasi ketakasi selain memberi bantuan berupa sarana produksi, juga
memberikan pinjaman uang kepada petani kopi robusta yang membutuhkan
bantuan modal untuk keberlangsungan budidayanya.
c. Membantu proses pemasaran produk
Koperasi ketakasi selain berperan dalam mendukung proses budidaya kopi
robusta yang dilakukan petani, juga membantu petani dalam menyalurkan hasil
produksi sampai kepada konsumen, yaitu sebagai lembaga yang membeli kopi
dari petani.
d. Memfasilitasi petani untuk belajar lebih mendalam tentang pertanian kopi
Koperasi ketakasi merupakan suatu wadah bagi masyarakat di Kecamatan
Silo. Koperasi tersebut memfasilitasi petani dengan memberikan pengetahuan
mendalam terkait dengan bagaimana cara penanaman kopi yang baik dan sesuai
dengan standart nasional, yaitu melalui pengadaan pelatihan. Pelatihan yang
diberikan tersebut langsung dipimpin oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.
64

4.3 Margin Pemasaran dan Farmer’s Share Kopi Robusta Berdasarkan


Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember
Margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayarkan oleh
konsumen dengan harga yang didapatkan oleh petani kopi robusta. Margin
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo dan kluster barat (lereng Argopuro) di Kecamatan Panti dihitung hanya
sampai lembaga pemasaran di Kabupaten Jember, karena penelitian ini hanya
terbatas pada lembaga pemasaran di Kabupaten Jember.
4.3.1 Margin Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster Barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Saluran pemasaran kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yang
terbentuk melibatkan lembaga-lembaga pemasaran, lembaga pemasaran tersebut
sebagai perantara dalam pendistribusian kopi robusta dari petani sampai ke
konsumen. Peran lembaga yang terlibat menimbulkan biaya pemasaran yang
dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh oleh setiap lembaga pemasaran.
Biaya pemasaran, keuntungan dan share harga yang diperoleh masing-masing
lembaga pemasaran dapat diketahui melalui analisis margin pemasaran.
Tabel 4.3 Margin Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Timur (Lereng Raung)
di Kecamatan Silo pada saluran pemasaran 1, Petani – Pengepul – Eksportir
(PT. Olam Indonesia).
Share (%) Dm (%)
No. Uraian Harga
Ski Sbi Ski Sbi
1. Petani 96,77%
Harga Jual 30.000
2. Pengepul
Harga beli 30.000
Biaya transportasi 210 0,67% 21%
Biaya pengemasan 45 0,14% 4,5%
Biaya tenaga kerja 70 0,22% 7%
Harga jual 31.000
Keuntungan 675 2,2% 67,5%
3. Eksportir
Harga beli 31.000
Margin Pemasaran 1.000 98,97% 1,03% 67,5% 32,5%
Total 100% 100%
Sumber : Data Primer (diolah oleh peneliti),2023
65

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil analisis margin


pemasaran kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo pada
saluran satu diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp.1000/Kg. Margin
keuntungan yang diperoleh pengepul sebesar Rp.675/Kg atau 67,5%. Biaya
pemasaran yang dikeluarkan pengepul meliputi biaya transportasi sebesar
Rp.210/Kg, biaya pengemasan sebesar Rp.45/Kg, dan biaya tenaga kerja sebesar
Rp.70/Kg. Secara keseluruhan, nilai margin keuntungan yang didapatkan oleh
pengepul yaitu sebesar 67,5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai margin
keuntungan lebih besar dibandingkan dengan nilai keseluruhan biaya pemasaran
yaitu sebesar 32,5% (Ski>Sbi), sehingga dapat disimpulkan bahwa saluran
pemasaran satu kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo menguntungkan.
Tabel 4.4 Margin Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Timur (Lereng Raung)
di Kecamatan Silo pada Saluran Pemasaran 2, Petani – Koperasi ketakasi –
Eksportir (PT. Olam Indonesia).
Share (%) Dm%
No. Uraian Harga
Ski Sbi Ski Sbi
1. Petani 97,78%
Harga Jual 22.000
2. Koperasi ketakasi
Harga beli 22.000
Biaya transportasi 200 0,89% 40%
Biaya pengemasan 30 0,13% 6%
Biaya tenaga kerja 50 0,22% 10%
Harga jual 22.500
Keuntungan 220 0,98% 44%
3. Eksportir
Harga beli 22.500
Margin Pemasaran 500 98,76% 1,24% 44% 56%
Total 100% 100%
Sumber : Data Primer (diolah oleh peneliti),2023
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil analisis margin
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo pada saluran kedua diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp.500/Kg.
Margin keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran koperasi ketakasi
sebesar Rp.220/Kg atau 44%. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran koperasi ketakasi yaitu terdiri dari biaya transportasi sebesar
Rp.200/Kg, biaya pengemasan sebesar Rp.30/Kg, dan biaya tenaga kerja sebesar
66

Rp.50/Kg. Secara keseluruhan, nilai margin keuntungan yang didapatkan oleh


lembaga pemasaran koperasi ketakasi yaitu sebesar 44%, dan nilai keseluruhan
biaya pemasaran yaitu sebesar 56%, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
margin keuntungan lebih rendah dibandingkan dengan nilai keseluruhan biaya
pemasaran (Ski<Sbi) yang artinya saluran pemasaran kedua kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo tidak
menguntungkan.
Tabel 4.5 Margin Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti pada saluran pemasaran 1, Petani –
Tengkulak– Eksportir (PT. Olam Indonesia).
Share (%) Dm (%)
No. Uraian Harga
Ski Sbi Ski Sbi
1. Petani 97,39%
Harga Jual 28.000
2. Tengkulak
Harga beli 28.000
Biaya 200 0,7% 26,67%
transportasi
Biaya 40 0,14% 5,33%
pengemasan
Biaya tenaga 60 0,21% 8%
kerja
Harga jual 28.750
Keuntungan 450 1,56% 60%
3. Eksportir
Harga beli 28.750
Margin Pemasaran 750 98,95% 1,05% 60% 40%
Total 100,00 100%
Sumber : Data Primer (diolah oleh peneliti),2023
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil analisis margin pemasaran
kopi robusta berdasarkan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
diperoleh nilai margin pemasaran sebesar Rp.750/Kg. Margin keuntungan yang
diperoleh tengkulak sebesar Rp.450/Kg atau 60%. Biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh tengkulak meliputi biaya transportasi sebesar Rp.200/Kg, biaya
pengemasan sebesar Rp.40/Kg, dan biaya tenaga kerja sebesar Rp.60/Kg. Secara
keseluruhan, nilai margin keuntungan yang didapatkan oleh tengkulak yaitu
sebesar 60%, sedangkan nilai keseluruhan biaya pemasaran sebesar 40%,
sehingga dapat disimpulkan saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti menguntungkan (Ski>Sbi).
67

4.3.2 Nilai Farmer’s Share pada Setiap Saluran Pemasaran Kopi Robusta
Berdasarkan Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster
Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Petani menjadi produsen utama dalam pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti. Petani menjual hasil produksinya kepada
lembaga pemasaran yang berada di sekitarnya. Harga yang diterima petani
ditentukan oleh pihak lembaga pemasaran. Harga yang terbentuk pada saluran
pemasaran tidak terlalu jauh antara harga yang diterima petani dengan harga yang
diterima oleh konsumen akhir. Berikut merupakan data Farmer’s Share atau
persentase harga jual yang diterima petani pada setiap saluran pemasaran.
Tabel 4.6 Nilai Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan
Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan Kluster Barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember
Harga
Harga
ditingkat Farmer’s
No. Saluran Pemasaran ditingkat
konsumen Share %
petani (Rp)
(Rp)
1 Saluran 1 (Kecamatan Silo) 30.000 31.000 96,77
2 Saluran 2 (Kecamatan Silo) 22.000 22.500 97,78
3 Saluran 1 (Kecamatan Panti) 28.000 28.750 97,39
Sumber : Data Primer (diolah oleh peneliti),2023
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai farmer’s share saluran
pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo pada
saluran pemasaran 1 sebesar 96,77%, saluran pemasaran 2 sebesar 97,78%.
Saluran pemasaran 1 kopi robusta kluster barat (Lereng Argpuro) di Kecamatan
Panti memiliki nilai farmer’s share sebesar 97,39%. Hasil tersebut menunjukkan
besaran yang diperoleh petani kopi robusta ketika konsumen membayar sebesar 1
satuan. Saluran pemasaran 1 kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
memiliki nilai farmer’s share terendah yaitu sebesar 96,77%, artinya pada saluran
pemasaran ini petani kopi robusta mendapatkan bagian harga sebesar 96,77% dari
pembayaran yang dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan kopi robusta dari
pengepul. Saluran pemasaran 2 memiliki nilai farmer’s share sebesar 97,78%
yang artinya petani mendapatkan bagian harga sebesar 97,78% dari pembayaran
yang dilakukan oleh konsumen untuk mendapatkan kopi robusta dari koperasi
68

ketakasi. Nilai farmer’s share saluran pemasaran kedua ini meruFpakan nilai
farmer’s share yang tertinggi dibandingkan nilai farmer’s share yang lainnya.
Nilai farmer’s share tertinggi kedua yaitu pada saluran pemasaran 1 kopi robusta
kluster barat (Lereng Argpuro) di Kecamatan Panti dengan nilai sebesar 97,39%.
Artinya petani mendapatkan bagian harga sebesar 97,39% dari pembayaran kopi
robusta yang dilakukan oleh konsumen kepada tengkulak. Saluran pemasaran kopi
robusta yang paling efisien dari ketiga saluran pemasaran tersebut yaitu pada
saluran pemasaran 2 kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
dengan nilai farmer’s share sebesar 97,78% karena memiliki nilai tertinggi
dibandingkan dengan yang lainnya.

4.4 Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan


Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember
Masalah atau kendala yang dihadapi petani kopi robusta kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti menunjukkan kondisi yang sama, yaitu petani dalam
memasarkan hasil produksi kopi robusta terbatas hanya pada lembaga pemasaran
yang ada di lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kopi
robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti menjelaskan bahwa kegiatan rutin yang ada
didalam kelompok tani secara umum membahas tentang budidaya tanaman kopi,
tidak ada informasi lebih lanjut tentang pemasaran kopi robusta, sehingga
informasi pasar petani kopi robusta terbatas dan kurang memadai. Akibatnya,
posisi tawar petani rendah sehingga harga jual yang didapatkan petani rendah.
Strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta diidentifikasi
menggunakan analisis SWOT - AHP. Analisis SWOT digunakan untuk menyusun
faktor-faktor strategi dalam meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Hasil analisis tersebut
nantinya dapat digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dan sesuai dengan
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan
69

ancaman) yang ada. AHP (Analytical Hierarchy Process) merupakan analisis


yang digunakan untuk pengambilan keputusan yang dilakukan dengan
memberikan peringkat pada alternatif strategi yang ada, kemudian dipilih mana
strategi yang terbaik untuk meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember.
4.4.1 Lingkungan Internal Kopi Robusta Berdasarkan kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti
Lingkungan Internal Kopi Robusta Berdasarkan kluster timur (Lereng Raung)
di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti terdiri
dari faktor kekuatan dan kelemahan diantaranya yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.7 Lingkungan Internal Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo
No Faktor-faktor Internal kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
Kekuatan Kelemahan
1 Produksi kopi robusta melimpah Informasi pasar terbatas
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa Jaringan pemasaran kopi robusta
yang khas terbatas pada lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar
3 Pangsa pasar yang jelas Lemahnya kelembagaan pemasaran
4 Bahan baku yang digunakan berkualitas
Sumber: Data Primer, 2023
Tabel 4.8 Lingkungan Internal Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti
No Faktor-faktor Internal kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
Kekuatan Kelemahan
1 Produksi kopi robusta melimpah Informasi pasar terbatas
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa Wawasan terkait pasar masih rendah
yang khas
3 Pangsa pasar yang jelas Jaringan pemasaran kopi robusta
terbatas pada lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar
4 Memiliki sertifikat produk Lemahnya kelembagaan pemasaran
Sumber: Data Primer, 2023
a. Produksi kopi robusta melimpah
Kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember memiliki
produksi yang tinggi. Kecamatan Silo memiliki luas areal tanam sebesar 2.113
70

Ha dengan produksi tertinggi di Kabupaten Jember yaitu sebesar 78,86 ton.


Kecamatan Panti memiliki luas areal tanam sebesar 149,7 Ha dengan produksi
sebesar 12,20 ton.
b. Kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang khas
Setiap daerah memiliki karakteristik cita rasa kopi yang khas. Kopi
robusta Jember memiliki cita rasa yang khas, karena kopi tersebut ditanam di
daerah pegunungan seperti Gunung Raung dan Argopuro. Kopi robusta yang
dihasilkan di kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki cita rasa yang pahit, sedikit asam
dengan kandungan kafein tinggi.
c. Pangsa pasar yang jelas
Petani dalam melakukan penjualan kopi robusta umumnya sudah memiliki
pembeli atau pelanggan yang tetap, yaitu kepada lembaga pemasaran seperti
tengkulak, pengepul dan koperasi yang ada dilingkungan sekitar. Proses
pemasaran yang dilakukan yaitu petani langsung membawa biji kopi robusta
kerumah lembaga pemasaran tersebut dengan sistem pembayaran secara tunai.
d. Bahan baku berkualitas
Bahan baku atau benih kopi robusta yang digunakan oleh petani di
Kecamatan Silo berkualitas baik, karena petani kopi robusta yang tergabung
dalam kelompok tani sudah mendapatkan informasi terkait budidaya kopi robusta.
Informasi yang didapatkan dari kegiatan pelatihan di kelompok tani tersebut
berpengaruh positif terhadap mutu dan kualitas kopi robusta yang didapatkan.
e. Memiliki sertifikat produk
Kopi robusta yang berada berdasarkan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti telah memiliki sertifikat produk seperti indikasi geografis, dan
SNI. Kopi robusta yang sudah bersertifikat tersebut akan lebih dipercaya dan
diterima oleh konsumen, serta mempunyai nilai daya saing lebih.
f. Informasi pasar terbatas
Petani kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti secara umum sudah dapat
menguasai lahan, akan tetapi tidak ada perkembangan yang cukup bagus. Hal
71

tersebut karena terbatasnya informasi mengenai pemasaran kopi robusta, petani


kurang memahami bagaimana seharusnya yang perlu dilakukan dalam pemasaran
kopi robusta sehingga posisi tawar petani terhadap harga jual kopi robusta masih
rendah.
g. Wawasan terkait pasar masih rendah
Wawasan petani dalam kegiatan pemasaran masih rendah, bahkan tidak
memiliki kapasitas untuk mempertahankan harga jualnya. Petani hanya tergantung
pembelian pada lembaga pemasaran seperti tengkulak dan pengepul, hal tersebut
disebabkan oleh ketidakmampuan petani dalam mengakses pasar sehingga
seringkali dirugikan karena harga jual kopi robusta yang didapatkan masih
terbilang rendah.
h. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar
Petani kopi robusta yang berada di kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti dalam
memasarkan hasil produksinya hanya terbatas pada lembaga pemasaran yang
berada dilingkungan sekitar, seperti tengkulak dan pengepul. Proses pemasaran
yang dilakukan yaitu tengkulak dan pengepul mendatangi secara langsung
kerumah petani atau sebaliknya.
i. Lemahnya kelembagaan pemasaran
Petani yang berada di kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti kopi robusta yang tergabung
dalam gapoktan masih memiliki keterbatasan dalam memasarkan hasil
produksinya. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya kelembagaan pemasaran,
tidak ada pelatihan yang mengedukasi terkait dengan pemasaran kopi robusta.

4.4.2 Lingkungan Eksternal Kopi Robusta kluster timur (Lereng Raung) di


Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
Lingkungan Eksternal Kopi Robusta berdasarkan kluster timur (Lereng
Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti memiliki faktor peluang dan ancaman sebagai berikut:
72

Tabel 4.9Lingkungan Eksternal Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Timur (Lereng


Raung) di Kecamatan Silo
No Faktor-faktor Eksternal kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
Peluang Ancaman
1 Perkembangan teknologi pemasaran Persaingan pasar kopi robusta yang
digital tinggi
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang Harga kopi robusta fluktuatif
pesat
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara Promosi pemasaran kopi robusta
nasional maupun internasional secara langsung maupun melalui
media sosial masih rendah
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat
Sumber: Data Primer, 2023
Tabel 4.10 Lingkungan Eksternal Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
No Faktor-faktor Eksternal kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti
Peluang Ancaman
1 Perkembangan teknologi pemasaran Persaingan pasar kopi robusta yang
digital tinggi
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang Harga kopi robusta fluktuatif
pesat
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara Penentu harga jual kopi robusta oleh
nasional maupun internasional tengkulak/pabrik
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat Branding kopi robusta Jember oleh
pemerintah belum kontinu
Sumber: Data Primer, 2023
a. Perkembangan teknologi pemasaran digital
Perkembangan teknologi berpengaruh terhadap pelaku bisnis, salah
satunya yaitu petani kopi robusta. Teknologi yang semakin canggih saat ini dapat
dimanfaatkan petani dalam memasarkan kopi robusta ke pasar yang lebih luas.
Pemasaran digital memiliki peluang yang lebih besar karena dapat memasarkan
kopi robusta tidak hanya dalam ruang lingkup lokal, tetapi juga ditingkat nasional
hingga internasional dengan memanfaatkan media sosial untuk melakukan
promosi. Beberapa platform di e-commerce yang dapat dimanfaatkan petani kopi
robusta diantaranya yaitu Shopee, Lazada, TokoPedia dan lain sebagainya.
b. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat
Tren konsumsi kopi saat ini sangat meningkat, hal ini menjadi peluang
bagi petani kopi robusta untuk dapat memanfaatkannya. Petani dapat
mempromosikan hasil produksinya kepada pemilik usaha kedai kopi di Kabupaten
73

Jember yang sedang tren saat ini. Petani dapat memasarkan hasil produksinya
dengan cara meningkatkan kualitas kopi sebaik mungkin agar kopi robusta yang
akan dipasarkan berkualitas baik sehingga pemilik usaha kedai kopi berminat dan
tertarik untuk membelinya.
c. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional maupun internasional
Peluang pasar kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan
Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki pangasa
pasar yang tinggi. Pasar kopi robusta dalam lingkup nasional, yaitu banyaknya
kedai kopi atau kafe, restoran, rumah makan dan hotel merupakan pasar potensial
yang dapat dimanfaatkan petani dalam memasarkan hasil produksinya ke pasar
yang lebih luas. Lingkup internasonal, kebutuhan kopi dunia saat ini sangat besar,
hal ini menjadi peluang petani untuk mencoba melakukan ekspor karena pasar
ekspor sangat potensial dan masih terbuka lebar, dengan syarat kopi robusta yang
dimilikinya berkualitas baik agar mampu bersaing dengan penghasil kopi robusta
lainnya.
d. Permintaan kopi robusta yang meningkat
Permintaan masyarakat terhadap kopi robusta di kluster timur (Lereng
Raung) Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
tergolong tinggi dan meningkat. Hal yang menyebabkan tingginya permintaan
kopi robusta yaitu saat ini kopi menjadi tren kekinian yang banyak digemari
khususnya generasi muda, sehingga meningkatnya trend kopi tersebut menjadi
peluang bagi petani kopi untuk meningkatkan produksinya.
e. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi
Daya saing pasar kopi robusta saat ini semakin ketat, produsen dan
pengekspor kopi robusta yang semakin meningkat menjadikan persaingan pasar
juga semakin meningkat. Petani diharapkan data menghasilkan kopi robusta
dengan kualitas dan mutu yang baik dan sesuai standard agar dapat bersaing
dengan penghasil kopi robusta lainnya.
f. Harga kopi robusta fluktuatif
Kopi robusta merupakan komoditas ekspor, hal tersebut menjadikan harga
kopi robusta sangat dipengaruhi oleh harga di tingkat internasional yang bersifat
74

fluktuatif. Harga kopi robusta yang fluktuatif, maka diharapkan petani dapat
mencari informasi terkait dengan perkembangan harga kopi dipasaran khususnya
saat ingin memasarkan hasil produksinya, agar petani memiliki kemampuan
tawar-menawar saat berhadapan dengan lembaga pemasaran.
g. Promosi pemasaran kopi robusta secara langsung maupun melalui media sosial
masih rendah
Promosi secara langsung maupun melalui media sosial yang dilakukan
oleh petani kopi robusta dalam memasarkan hasil produksinya masing sangat
rendah. Petani kurang memanfaatkan media sosial yang berpeluang besar dalam
meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta, melalui media sosial kopi robusta
yang dimiliki petani akan sangat mudah dikenal oleh konsumen secara luas,
namun petani memilih langsung memasarkan kepada lembaga pemasaran yang
biasanya membeli produksinya seperti tengkulak atau pengepul.
h. Penentu harga oleh tengkulak/pabrik
Petani kopi robusta dalam kegiatan pemasaran hanya sebagai penerima
harga (price taker), hal tersebut disebabkan oleh informasi pasar yang dimiliki
petani masih terbatas sehingga menyebabkan posisi tawar petani terhadap harga
jual kopi robusta masih rendah, dan belum mencapai keuntungan yang maksimal.
i. Branding kopi robusta Jember dari pemerintah belum kontinu
Petani kopi robusta di kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
dalam memasarkan kopi robusta masih banyak dalam keadaan setengah jadi atau
dalam bentuk ose. Alasan petani tersebut disebabkan oleh keterbatasan petani
yang masih belum memiliki brand penjualan kopi. Petani langsung menjual kopi
robusta kepada tengkulak atau pengepul dengan harga yang rendah, sedangkan
apabila pemerintah mampu membranding produk kopi robusta maka akan
mendapatan nilai ekonomi yang lebih tinggi.

4.4.3 Hasil Perhitungan nilai IFE dan EFE


Faktor-faktor internal yaitu berasal dari dalam lingkungan usaha itu sendiri.
Adapun hasil perhitungan dari faktor-faktor internal terkait dengan jaringan
75

pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan


Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Faktor-Faktor Internal (IFE) Kopi Robusta kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo
No. Faktor-Faktor Internal Bobot Rating Nilai
Kekuatan
1. Produksi kopi robusta melimpah 0,16 4 0,63
2. Kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang 0,16 4 0,63
khas
3. Pangsa pasar yang jelas 0,14 3,5 0,48
4. Bahan baku yang digunakan petani terjamin 0,12 3 0,36
kualitasnya
Sub Total 0,57 14,5 2,10
Kelemahan
1. Informasi pasar terbatas 0,19 3 0,56
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,12 2 0,23
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,13 2 0,25
Sub Total 0,43 7 1,04
Total 1 21,5 3,14
Sumber: Data Primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa produksi kopi robusta


melimpah dan kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang khas memiliki nilai
kekuatan tertinggi dibandingkan dengan faktor yang lainnya yaitu sebesar 0,63.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan narasumber bahwa berdasarkan kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo memiliki potensi sumber daya alam
yang melimpah yaitu terbukti dari luas lahan tanaman perkebunan yang
dimilikinya. Kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo memiliki luas lahan
tanaman perkebunan sebesar 2.133 Ha (Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Kabupaten Jember, 2022). Setiap daerah memiliki karakteristik cita
rasa kopi yang khas, kekuatan dari segi cita rasa kopi robusta yang dihasilkan di
Kecamatan Silo yaitu pahit, sedikit asam dengan kandungan kafein tinggi. Hal
tersebut menjadi kekuatan bagi petani untuk terus mengembangkan kopi robusta,
khususnya dalam segi pemasaran yaitu dengan meningkatkan jaringan pemasaran
kopi robusta. Hasil perhitungan IFE tersebut menunjukkan nilai kelemahan
terendah pada jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada Lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar yaitu sebesar 0,23. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
narasumber, bahwa rata-rata petani kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di
76

Kecamatan Silo menjual hasil produksinya hanya terbatas pada lembaga


pemasaran tengkulak.
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Faktor-Faktor Internal (IFE) Kopi Robusta kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
No. Faktor-Faktor Internal Bobot Rating Nilai
Kekuatan
1. Produksi kopi robusta melimpah 0,16 4 0,63
2. Kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang 0,16 4 0,63
khas
3. Pangsa pasar yang jelas 0,10 3 0,24
4. Memiliki 0,09 3 0,22

Sub Total 0,50 13 1,72


Kelemahan
1. Informasi pasar terbatas 0,12 2,5 0,31
2. Wawasan terkait pasar masih rendah 0,12 2,5 0,31
3. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,15 3 0,45
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
4. Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,10 2 0,20
Sub Total 0,50 10 1,28
Total 1 23 3,00
Sumber: Data Primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kopi robusta


melimpah dan dan kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang khas memiliki
nilai kekuatan tertinggi yaitu sebesar 0,63. Berdasarkan pernyataan narasumber
bahwa kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti memiliki potensi
sumber daya alam yang melimpah yaitu terbukti dari luas lahan tanaman
perkebunan yang dimilikinya yaitu dengan luas lahan luas lahan sebesar 149,7 Ha
(Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember, 2022).
Cita rasa kopi robusta yang dihasilkan memiliki ke khasan yaitu sedikit asam,
pahit dan kafein tinggi. Hasil perhitungan IFE menunjukkan nilai kelemahan
terendah yaitu pada lemahnya kelembagaan pemasaran yaitu sebesar 0,20. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan narasumber, bahwa kelembagaan yang
dijalankan di kelompok tani di Kecamatan Panti hanya fokus pada budidayanya
saja, tidak ada pelatihan atau penyuluhan terkait dengan pemasaran kopi robusta.
Faktor-faktor selanjutnya yaitu faktor eksternal yang berasal dari luar
lingkungan suatu usaha. Hasil perhitungan dari faktor-faktor eksternal terkait
dengan jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng
77

Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan


Panti ditunjukkan pada bagian tabel sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Faktor-Faktor Eksternal (EFE) Kopi Robusta kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo
No. Faktor-Faktor Ekternal Bobot Rating Nilai
Peluang
1. Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,16 4 0,64
2. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,12 3 0,35
3. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional 0,14 3,5 0,48
maupun internasional
4. Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,16 4 0,64
Sub Total 0,57 14,5 2,10
Ancaman
1. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi 0,07 1 0,07
2. Harga kopi robusta fluktuatif 0,21 3 0,62
3. Promosi pemasaran kopi robusta secara langsung 0,15 2 0,29
maupun melalui media sosial masih rendah
Sub Total 0,43 6 0,99
Total 1 20,5 3,09
Sumber: Data Primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi


pemasaran digital dan permintaan kopi robusta yang meningkat memiliki nilai
peluang tertinggi yaitu sebesar 0,64. Teknologi pemasaran digital dapat
dimanfaatkan petani dalam kegiatan pemasaran kopi robusta. Perkembangan
teknologi pemasaran digital dapat memudahkan petani dalam meningkatkan
jaringan pemasaran kopi robusta ke jangkauan pasar yang lebih luas melalui e-
commerce. Electronic commerce (E-commerce) merupakan suatu kegiatan jual
beli yang dilakukan dengan memanfaatkan sarana media elektronik (internet).
Salah satu contoh dari bisnis dengan model e-commerce yaitu marketplace.
Marketplace merupakan platform yang berperan sebagai perantara yang
menghubungkan antara pembeli dan penjual. Platform sosial media yang dapat
dimanfaatkan petani diantaranya yaitu Shopee, Lazada, Instagram, Facebook,
tiktok, dan lain sebagainya. Permintaan kopi robusta yang meningkat juga
menjadi peluang bagi petani dalam meningkatkan jaringan pemasaran. Petani
diharapkan dapat memasarkan produksinya dalam jangkauan pasar yang lebih luas
agar tidak terbatas hanya pada lembaga pemasaran dilingkungan sekitar, dimana
harus diseimbangkan dengan kualitas kopi yang baik agar mampu menarik minat
78

konsumen. Selain itu, hasil perhitungan IFE tersebut juga menunjukkan nilai
ancaman terendah pada persaingan pasar kopi robusta yang tinggi yaitu sebesar
0,07. Penghasil kopi robusta yang banyak menjadi ancaman petani dalam
pemasaran kopi robusta, petani diharapkan mampu menghasilkan kopi robusta
dengan kualitas yang baik agar mampu bersaing di pasaran.
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Faktor-Faktor Eksternal (EFE) Kopi Robusta kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti
No. Faktor-Faktor Ekternal Bobot Rating Nilai
Peluang
1. Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,13 4 0,54
2. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,12 3,5 0,41
3. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional 0,12 3,5 0,41
maupun internasional
4. Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,13 4 0,54
Sub Total 0,50 15 1,88
Ancaman
1. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi 0,06 1 0,06
2. Harga kopi robusta fluktuatif 0,16 3 0,48
3. Penentu harga jual kopi robusta oleh 0,12 2,5 0,30
tengkulak/pabrik
4. Branding kopi robusta jember oleh pemerintah 0,16 3 0,48
belum pemerintah belum kontinu
Sub Total 0,50 9,5 1,32
Total 1 24,5 3,2
Sumber: Data Primer diolah, 2023

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi


pemasaran digital dan permintaan kopi robusta yang meningkat memiliki nilai
peluang tertinggi yaitu sebesar 0,64. Teknologi pemasaran digital dapat
dimanfaatkan petani dalam kegiatan pemasaran kopi robusta. Platform social
media yang dapat dimanfaatkan petani diantaranya yaitu Instagram, Facebook,
tiktok dan lain sebagainya. Permintaan kopi robusta yang meningkat dapat
menjadi peluang bagi petani dalam meningkatkan jaringan pemasaran yang lebih
luas, petani diharapkan mampu memaksimalkan promosi kepada lembaga
pemasaran yang lebih luas jangkauannya, tidak hanya kepada tengkulak atau
pengepul seperti biasanya agar kesejahteraan petani meningkat. Hasil perhitungan
IFE tersebut juga menunjukkan nilai ancaman terendah pada persaingan pasar
kopi robusta yang tinggi yaitu sebesar 0,06. Penghasil kopi robusta yang banyak
menjadi ancaman petani dalam pemasaran kopi robusta, petani diharapkan mampu
79

menghasilkan kopi robusta dengan kualitas yang baik, kemudian melakukan


inovasi produk agar mampu bersaing dengan penghasil kopi robusta lainnya.

4.4.4 Analisis Matriks Posisi Kompetitif Relatif


Hasil perhitungan nilai faktor-faktor internal dan eksternal pada jaringan
pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo dan Panti diatas dapat di analisis
selanjutnya kedalam matrik posisi kompetitif relatif pada gambar berikut ini.

EFE
4
High 3,2 WHITE AREA GREY
3,09 AREA
2

GREY BLACK
Low AREA AREA

IFE

0 4 3,14 3 2 Low 0
Gambar 4.5 Analisis Matriks Posisi Kompetitif Relatif
Keterangan :
: Kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
: Kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Berdasarkan gambar 4.5 hasil analisis faktor-faktor internal diperoleh nilai
IFE kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar 3,14 dan hasil
analisis faktor-faktor eksternal diperoleh nilai EFE sebesar 3,09. Sedangkan IFE
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu sebesar 3 dan hasil
analisis faktor-faktor eksternal diperoleh nilai EFE sebesar 3,2. Berdasarkan nilai
tersebut strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di kluster timur
(Lereng Raung) Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti berada dalam posisi White Area yang berarti jaringan pemasaran
kopi robusta tersebut memiliki peluang yang prospektif untuk mengembangkan
kopi robusta ke pasar yang lebih luas. Kekuatan yang dimiliki untuk
meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung)
80

Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yait
produksi kopi robusta yang tinggi, kopi robusta Jember memiliki cita rasa yang
khas, pangsa pasar jelas, bahan baku yang digunakan petani berkualitas, dan
memiliki sertifikat produk. Peluang yang dimiliki yaitu perkembangan teknologi
pemasaran digtal, perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat, pasar yang terbuka
lebar secara nasional maupun internasional, dan permintaan kopi robusta yang
meningkat.

4.4.5 Analisis Diagram SWOT


Analisis ini menunjukkan kinerja suatu usaha yang ditentukan dari berbagai
faktor internal dan faktor eksternal dalam usaha tersebut. Posisi kuadran usaha
dilihat dari perpotongan keempat garis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Hasil penentuan posisi kuadran didapatkan koordinat sebagai berikut:
Kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo:
Skor Kekuatan – Skor Kelemahan : Skor Peluang – Skor Ancaman
2 2
( 2,10 – 1,04 ) : ( 2,10 – 0,99)
2 2
0,53 : 0,56
Kluster barat (Lereng Argopuro)) di Kecamatan Panti
Skor Kekuatan – Skor Kelemahan : Skor Peluang – Skor Ancaman
2 2
( 1,72 – 1,28 ) : ( 1,88 – 1,32)
2 2
0,22 : 0,28

Berbagai Peluang

Mendukung strategi turn-around 0,56 Mendukung strategi agresif


0,28

Kelemahan Kekuatan
Internal 0,22 0,53 Internal

Mendukung strategi disfentif Mendukung strategi diversifikasi

Berbagai Ancaman

Gambar 4.6 Hasil Analisis Diagram SWOT


81

Keterangan :
: Kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
: Kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa posisi jaringan
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti berada pada kuadran
I, yang artinya berada pada suatu kondisi yang sangat menguntungkan, hal
tersebut karena memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Adapun strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu
mendukung strategi agresif. Strategi agresif merupakan strategi yang sangat sesuai
untuk dipilih karena strategi agresif merupakan strategi yang dilakukan dengan
memaksimalkan peluang dan kekuatan yang ada.

4.4.6 Analisis Matriks Internal-Eksternal


Penentuan strategi pengembangan usaha dapat dilihat dari faktor yang
mempengaruhinya, posisi dan keadaan sebuah usaha melalui matriks IE (Internal-
Eksternal). Hasil analisis dari matriks internal eksternal pada penelitian ini akan
diketahui gambaran dari posisi jaringan pemasaran kopi robusta di kluster timur
(Lereng Raung) Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di
Kecamatan Panti sehingga dapat mempermudah dalam menentukan strategi
alternatif. Berikut merupakan analisis matriks internal eksternal berdasarkan nilai
IFE dan EFE.

SKOR IFE Tinggi Rata-rata Lemah

S 4,0 3,14 3,0 2,0 1,0


K I II III
O Tinggi Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
3,2
R
3,09 IV V VI
3,0 Stabilitas Pertumbuhan Penciutan
E Sedang 0,28 Stabilitas
VII VIII IX
Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi
82

F 2,0
E
Rendah
1,0
Gambar 4.7 Analisis Matriks Internal-Eksternal
Keterangan :
: Kluster timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
: Kluster barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Berdasarkan nilai IFE dan EFE pada gambar diatas menunjukkan bahwa
posisi bersaing jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo berada dalam sel I dengan koordinat (3,14:3,09), posisi ini
menunjukkan bahwa posisi internal jaringan pemasaran kopi robusta lebih tinggi
dari pada posisi eksternalnya. Kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti berada dalam sel I dengan koordinat (3,0:3,2), posisi ini menunjukkan
bahwa posisi internal jaringan pemasaran kopi robusta lebih rendah dari pada
posisi eksternalnya. Strategi yang sesuai untuk peningkatan jaringan pemasaran
kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu strategi pertumbuhan.

4.4.3 Strategi Alternatif Melalui Matriks Swot


Cara penentuan strategi alternatif yang sesuai untuk peningkatan jaringan
pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti melalui matriks
SWOT. Penyusunan matriks SWOT terbagi menjadi 4 strategi utama yaitu SO,
WO, ST dan WT. Alternatif strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti pada gambar berikut:
83

IFE STRENGHT (S) WEAKNESS (W)


1. Produksi kopi robusta 1. Informasi pasar terbatas
melimpah 2. Wawasan terkait pasar
2. Kopi robusta Jember masih rendah
memiliki citra rasa yang 3. Jaringan pemasaran
khas kopi robusta terbatas
3. Pangsa pasar yang jelas pada lembaga
4. Bahan baku yang pemasaran
digunakan petani dilingkungan sekitar
EFE terjamin kualitasnya 4. Lemahnya kelembagaan
5. Memiliki sertifikat pemasaran
produk
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Perkembangan 1. Meningkatkan produksi 1. Meningkatkan akses
teknologi pemasaran dan mempertahankan informasi pasar bagi
digital kualitas serta ke khasan petani
2. Perkembangan bisnis kopi robusta 2. Memperluas jaringan
kedai kopi yang pesat 2. Memanfaatkan pemasaran kopi robusta
3. Pasar yang terbuka perkembangan teknologi kepada pemilik usaha
lebar baik secara pemasaran digital dalam kedai kopi di Kabupaten
nasional maupun memasarkan kopi Jember
internasional robusta kepasar yang 3. Memperkuat
4. Permintaan kopi lebih luas kelembagaan pemasaran
robusta yang ditingkat petani
meningkat
TREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Persaingan pasar kopi 1. Melakukan inovasi 1. Meningkatkan wawasan
robusta yang tinggi produk agar dapat dan informasi pasar
2. Harga kopi robusta bersaing dengan bagi petani terkait
fluktuatif penghasil kopi robusta pemasaran kopi robusta
3. Penentu harga oleh lainnya 2. Petani diharapkan
tengkulak/pabrik 2. Pemerintah diharapkan mampu menentukan
4. Promosi pemasaran dapat membranding kopi harga jual kopi robusta
kopi robusta secara robusta Jember secara sesuai dengan kualitas
langsung maupun berkelanjutan yang diberikan
melalui media sosial 3. Memperluas jaringan
masih rendah pemasaran kopi robusta
5. Branding kopi robusta melalui promosi secara
Jember dari langsung maupun
pemerintah belum melalui media sosial
kontinu
Gambar 4.8 Strategi Alternatif Melalui Matriks Swot

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT diatas pada jaringan pemasaran


kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan
84

kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti diperoleh strategi alternatif


sebagai berikut:
1. Strategi S-O
Strategi S-O dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsur kekuatan untuk
memaksimalkan peluang yang ada. Berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh
petani kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dan kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti untuk memanfaatkan peluang dapat
dilakukan melalui beberapa strtategi diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas serta ke khasan kopi
robusta
Strategi ini didasarkan pada adanya peluang yang ada yaitu permintaan kopi
robusta yang meningkat. Petani diharapkan mampu meningkatkan jumlah
produksi, akan tetapi harus bisa mempertahankan kualitas dan ke khasan kopi
robusta yang dihasilkan, agar permintaan dapat terpenuhi dan mencapai kepuasan
konsumen.
b. Memanfaatkan perkembangan teknologi pemasaran digital dalam memasarkan
kopi robusta kepasar yang lebih luas
Strategi memperluas jangkauan pemasaran dapat dilakukan dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi melalui pemasaran digital. Petani dapat
menarik konsumen secara cepat melalui promosi menggunakan media digital atau
internet. Promosi melalui pemasaran digital dapat memaksimalkan jangkauan
pasar yang lebih luas, sehingga peluang lakunya kopi robusta yang kita pasarkan
sangat besar. Beberapa platform digital yang dapat digunakan diantaranya yaitu
Shopee, Facebook, Instagram dan lain sebagainya.
2. Strategi W-O
Strategi ini dilakukan berdasarkan adanya unsur kelemahan yang perlu
untuk diminimalisir agar dapat meningkatkan peluang yang ada. Adanya beberapa
kelemahan yang dimiliki oleh petani kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung)
di Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti untuk
meningkatkan adanya peluang maka diperlukan beberapa strategi sebagai berikut:
a. Meningkatkan akses informasi pasar bagi para petani
85

Strategi ini didasarkan pada adanya peluang produksi kopi robusta


melimpah, kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang khas, pangsa pasar yang
jelas, dan memiliki sertifikat produk, akan tetapi melihat permasalahan yang ada
di lapang diketahui informasi pasar masih terbatas. Hal tersebut dapat
menyebabkan posisi tawar petani dalam menentukan harga jual kopi robusta
rendah sehingga perlu dilakukan peningkatan akses informasi pasar bagi para
petani. Perkembangan teknologi yang sangat canggih saat ini petani dapat
memanfaatkan jaringan internet untuk mengakses informasi dari luar.
b. Memperluas jaringan pemasaran kopi robusta kepada pemilik usaha kedai kopi
di Kabupaten Jember
Perkembangan kedai kopi atau cafe di Kabupaten Jember sangat pesat, hal
tersebut dapat dijadikan suatu strategi oleh petani untuk memperluas jangkauan
pemasaran kopi robusta. Petani dapat memasarkan kopi robusta kepada pemiliki
kedai kopi atau cafe, kopi robusta yang dipasarkan dengan kualitas yang bagus
agar pemilik kedai kopi atau cafe dapat tertarik dan minat membeli kopi robusta
milik petani sehingga pemasaran kopi robusta tidak terbatas pada lembaga
pemasaran seperti tengkulak dan pengepul saja.
c. Memperkuat kelembagaan pemasaran ditingkat petani
Petani kopi robusta di kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti dalam memasarkan hasil
produksinya terbatas pada lembaga pemasaran seperti tengkulak, pengepul dan
koperasi. Penguatan kelembagaan pemasaran di tingkat petani dapat dilakukan
melalui kegiatan atau penyuluhan yang didampingi langsung oleh penyuluh
pertanian atau instansi seperti puslitkoka dengan topik yang di khususkan pada
kegiatan pemasaran. Topik dikhususkan pada kegiatan pemasaran karena
berdasarkan hasil wawancara kepada petani, menjelaskan bahwa kegiatan
penyuluhan atau pelatihan yang berlangsung sebelumnya hanya mengenai proses
budidayanya saja, tidak ada informasi mengenai pemasaran kopi robusta.
3. Strategi S-T
Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi
ancaman yang ada. kekuatan yang ada pada petani kopi robusta dapat
86

dimanfaatkan untuk mengatasi ancaman sehingga dirumuskan strategi sebagai


berikut:
a. Melakukan inovasi produk agar dapat bersaing dengan penghasil kopi robusta
lainnya
Persaingan pasar merupakan sebuah ancaman bagi petani, banyaknya
penghasil sesama kopi robusta di derah lain menjadi hal yang harus diwaspadai.
Persaingan kopi robusta dapat berupa mutu dan kualitas yang dimiliki, sehingga
petani diharapkan dapat menghasilkan kopi robusta dengan kualitas dan mutu
yang baik. Selain menjaga kualitas dan mutu kopi robusta, strategi yang perlu
dilakukan untuk mengatasi persaingan pasar yaitu dengan cara melakukan inovasi
produk. Petani diharapkan mampu melakukan inovasi produk kopi, seperti
melakukan pengolahan hingga dalam bentuk bubuk kopi, dengan kemasasan
semenarik mungkin sehingga produk yang dihasilkan berbeda dengan penghasil
kopi robusta yang lain dan konsumen tertarik untuk membelinya.
b. Pemerintah diharapkan dapat membranding kopi robusta Jember secara
berkelanjutan
Produksi kopi robusta yang melimpah di kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti tidak
menjadikan perekonomian petani berkembang pesat. Petani mengeluh bahwa
harga jual kopi robusta yang dihasilkan masih rendah, hal tersebut karena rata-rata
petani menjual kopi robusta dalam bentuk kering. Petani tidak memiliki branding
penjualan produk kopi yang telah diproses. Pemerintah diharapkan dapat
membranding kopi robusta Jember secara berkelanjutan untuk meningkatkan
perekonomian petani.
4. Strategi W-T
Strategi ini merupakan strategi yang dapat dilakukan dengan meminimalkan
kelemahan untuk mengatasi ancaman yang ada. Adanya beberapa kelemahan yang
perlu diminimalisir tersebut dapat dilakukan melalui strategi sebagai berikut:
a. Meningkatkan wawasan dan informasi pasar bagi petani terkait pemasaran kopi
robusta
87

Strategi untuk meminimalisir kelemahan dan mengatasi ancaman yang ada


maka diperlukan strategi meningkatkan wawasan dan informasi pasar bagi petani
untuk meningkatkan jaringan pemasaran. Wawasan dan informasi terkait pasar
yang terbatas menyebabkan petani mengalami kesulitan dalam kegiatan
pemasaran, sehingga petani hanya mengandalkan lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar yang menerima kopi robusta yang dijual petani dengan harga
yang ditentukan oleh pihak lembaga pemasaran tersebut dan harganya mash
tergolong rendah.
b. Petani diharapkan mampu menentukan harga jual kopi robusta sesuai dengan
kualitas yang diberikan
Melihat ancaman yang ada yaitu harga kopi robusta yang fluktuatif, maka
petani diperlukan melakukan strategi dalam menentukan harga jual kopi robusta.
Petani diharapkan mampu menentukan harga jual yang disesuaikan dengan
kualitas yang dimiliki. Penentuan harga jual kopi robusta yang disesuiakan
dengan kualitasnya, akan lebih dapat diterima oleh konsumen. Hal tersebut
merupakan strategi agar konsumen tetap tertarik dan minat untuk membeli kopi
robusta yang dipasarkan petani.
Penentuan strategi prioritas dalam penelitian ini menggunakan metode
AHP yang tersusun atas 4 tingkatan meliputi, level 1 yaitu goal atau tujuan, level
2 yaitu komponen faktor SWOT, level 3 yaitu faktor SWOT, dan level 4 yaitu
alternatif strategi yang digunakan. Langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan
pemilihan strategi untuk mendapatkan prioritas strategi yang paling tepat dan
sesuai dengan menggunakan proses hierarki analitik. Adapun proses pengambilan
keputusan dapat dilihat pada gambar struktur hierarki di bawah ini.
88

Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember

Strengths (0,482) Weaknesses (0,169) Opportunities (0,265) Threats (0,084)

1. Produksi kopi robusta yang 1. Informasi pasar terbatas 1. Perkembangan teknologi 1. Persaingan pasar kopi robusta
melimpah (SO1(0,226)) (WO1(0,578)) pemasaran digital (T1(0,456))
2. Kopi robusta Jember memiliki 2. Jaringan pemasaran kopi (O1(0,276)) 2. Harga kopi robusta fluktuatif
cita rasa yang khas (SO2(0,405)) robusta terbatas pada 2. Perkembangan bisnis kedai (T2(0,356))
3. Pangsa pasar jelas (SO3(0,088)) Lembaga pemasaran kopi yang pesat (O2(0,078)) 3. Promosi pemasaran secara
4. Bahan baku yang digunakan dilingkungan sekitar 3. Pasar yang terbuka lebar langsung maupun melalui
terjamin kualitasnya (WO2(0,232)) secara nasional maupun media sosial masih rendah
(SO4(0,281)) 3. Lemahnya kelembagaan internasional (O3(0,506)) (T3(0,188))
pemasaran (WO3(0,190)) 4. Permintaan kopi robusta
meningkat (O4(0,140))

SO1 SO2 SO3 SO4 WO1 WO2 ST1 ST2 ST3 ST4 WT1 WT2 WT3 WT4
WO3

Gambar 4.9 Struktur Hierarki AHP-SWOT Kopi Robusta Kluster Timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
Sumber: Data primer diolah, (2023)
89

Hasil dari perhitungan Analitycal Hierarcy Process (AHP) menggunakan


software Expert Choice 11 untuk penilaian bobot prioritas faktor SWOT
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung)
Kecamatan Silo dapat dilihat pada tabel 4.14, penilaian dilakukan untuk menilai
faktor paling penting antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Faktor paling penting dari komponen faktor lingkungan internal dan eksternal
yaitu faktor kekuatan dengan bobot (0,482), faktor kedua yang dianggap penting
yaitu faktor peluang (0,265), kemudian diikuti oleh faktor kelemahan (0,169) dan
terakhir yaitu faktor ancaman (0,084).
Faktor kekuatan dapat berpengaruh positif karena dapat memberikan
kondisi yang menguntungkan, petani kopi robusta dapat mempertahankan serta
mengoptimalkan kekuatan yang ada. Pada faktor kekuatan, kopi robusta jember
memiliki cita rasa yang khas dengan nilai tertinggi (0,405) menurut para expert
menjadi penilaian yang penting untuk dipertahankan dan dikembangkan. Ketika
produksi kopi robusta memiliki cita rasa yang khas maka akan semakin
berpeluang untuk dipasarkan karena dianggap dapat bersaing dipasaran, sehingga
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta akan tercapai.
Pada faktor kelemahan penilaian yang dianggap paling penting oleh expert
untuk diminimalkan yaitu informasi pasar terbatas (0,578). Informasi pasar
merupakan salah satu komponen utama atau strategi pemasaran petani dalam
memasarkan hasil produksinya. Informasi pasar yang terbatas menyebabkan
petani memiliki posisi tawar yang rendah sehingga harga yang diterima petani
kurang maksimal.
Faktor peluang dapat menjadikan suatu kondisi yang menguntungkan
kepada petani kopi robusta apabila dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Menurut expert faktor terpenting yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
jaringan pemasaran yaitu pasar yang terbuka lebar secara nasional maupun
internasional (0,506). Pasar kopi robusta dalam lingkup nasional, petani dapat
memperluas jaringan pemasaran kopi robusta kepada pemilik kedai kopi atau
kafe, restoran, rumah makan dan hotel merupakan pasar potensial yang dapat
dimanfaatkan petani dalam memasarkan hasil produksinya ke pasar yang lebih
89
90

luas. Lingkup internasonal, saat ini kebutuhan kopi dunia saat ini sangat besar, hal
merupakan peluang bagi petani untuk mencoba melakukan ekspor karena pasar
ekspor sangat potensial dan masih terbuka lebar, dengan syarat kopi robusta yang
dimilikinya berkualitas baik agar mampu bersaing dengan penghasil kopi robusta
lainnya.
Pada faktor ancaman, menurut expert penilaian yang dianggap penting
untuk diminimalkan yaitu persaingan pasar kopi robusta (0,456). Banyaknya
penghasil kopi robusta menjadi salah satu ancaman bagi petani kopi robusta di
kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo. Penghasil kopi robusta akan
memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dimilikinya, oleh karena itu
petani diharapkan mampu memberikan kopi dengan keunggulan dan kualitas yang
baik agar mampu menarik minat konsumen.
Tabel 4.15 Penilaian AHP Faktor SWOT Kluster Timur (Lereng Raung) di Kecamatan
Silo
Faktor Internal Inconsistensy Global
Kekuatan 0,482
1 Produksi kopi robusta melimpah 0,226
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa 0,405
yang khas 0,03
3 Pangsa pasar yang jelas 0,088
4 Bahan baku yang digunakan berkualitas 0,281
Kelemahan 0,169
1 Informasi pasar terbatas 0,578
2 Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas 0,232
pada lembaga pemasaran dilingkungan 0,00054
sekitar
3 Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,190
Faktor Eksternal Inconsistency Global
Peluang 0,265
1 Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,276
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,078
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara 0,03 0,506
nasional maupun internasional
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,140
Ancaman 0,084
1 Persaingan pasar kopi robusta 0,456
2 Harga kopi robusta fluktuatif 0,356
0,04
3 Promosi pemasaran secara langsung 0,188
maupun melalui media social masih rendah
Sumber: Data primer diolah, (2023)
91

Strategi prioritas dalam meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta


kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dianalisis menggunakan Expert
Choice 11 dan hasilnya ditampilkan pada tabel 4.16. Prioritas strategi utama yang
terpilih yaitu meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas serta
kekhasan kopi robusta dengan nilai (0,167). Penilaian dalam penentuan prioritas
strategi untuk meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.16 Penilaian dalam penentuan prioritas strategi strategi kluster timur (Lereng
raung) di Kecamatan Silo
No Hasil pembobotan strategi Inconsistency Bobot Prioritas
1 Meningkatkan produksi dan 0,167 1
mempertahankan kualitas serta
kekhasan kopi robusta (SO1)
2 Memanfaatkan perkembangan 0,142 3
teknologi pemasaran digital (SO2)
3 Meningkatkan informasi pasar bagi 0,140 5
para petani (WO1)
4 Memperluas jaringan pemasaran kopi 0,101 7
robusta kepada pemilik usaha kedai
kopi di Kabupaten Jember (WO2)
5 Melakukan inovasi produk (ST1) 0,04 0,141 4
6 Petani diharapkan menetapkan harga 0,062 8
jual kopi robusta sesuai dengan
kualitas yang diberikan (WT1)
7 Memperkuat kelembagaan pemasaran 0,104 6
bagi petani (WO3)
8 Memperluas jaringan pemasaran kopi 0,143 2
robusta melalui promosi secara
maksimal baik secara langsung
maupun melalui media sosial (WT3)
Sumber: Data primer diolah, (2023)

Berdasarkan tabel 4.16 disimpulkan bahwa, prioritas utama strategi


peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dengan meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas
serta kekhasan kopi robusta yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas serta kekhasan kopi
robusta
Prioritas strategi utama dalam meningkatkan jaringan pemasaran kopi
robusta di kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo berdasarkan hasil
92

perhitungan bobot AHP yaitu meningkatkan produksi dan mempertahankan


kualitas serta kekhasan kopi robusta dengan bobot 0,167. Petani diharapkan
mampu meningkatkan produksi serta mempertankan kualitas dan kekhasan kopi
robusta agar kebutuhan konsumen tetap dapat terpenuhi dan konsumen puas
dengan kualitas dan kekhasan kopi robusta yang diberikan, hal tersebut dapat
dijadikan strategi petani untuk meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta
kepasar yang lebih luas. Petani akan semakin percaya diri dalam memasarkan
hasil produksinya yang memiliki kualitas dan kekhasan tersendiri, sehingga petani
tidak hanya memasarkan kopi robusta kepada lembaga pemasaran yang ada
dilingkungan sekitar, dengan harga yang ditentukan oleh mereka.
93

Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Kluster Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Strengths (0,133) Weaknesses (0,68) Opportunities (0,566) Threats (0,233)

1. Produksi kopi robusta yang 1. Informasi pasar terbatas 1. Perkembangan teknologi 1. Persaingan pasar kopi robusta
melimpah (SO1(0,226)) (WO1(0,270)) pemasaran digital (T1(0,306))
2. Kopi robusta Jember memiliki 2. Wawasan terkait pasar masih (O1(0,175)) 2. Harga kopi robusta fluktuatif
cita rasa yang khas (SO2(0,548)) rendah (WO2(0,537)) 2. Perkembangan bisnis kedai (T2(0,176))
3. Pangsa pasar jelas (SO3(0,094)) 3. Jaringan pemasaran kopi kopi yang pesat (O2(0,089)) 3. Penentu harga jual kopi
4. Memiliki sertifikat produk robusta terbatas pada 3. Pasar yang terbuka lebar robusta oleh
(SO4(0,92)) Lembaga pemasaran secara nasional maupun tengkulak/pabrik(T3(0,366))
dilingkungan sekitar internasional (O3(0,581) 4. Branding kopi robusta
(WO3(0,100)) 4. Permintaan kopi robusta Jember oleh pemerintah
4. Lemahnya kelembagaan meningkat (O4(0,155)) belum kontinu (T4(0,152))
pemasaran (WO4(0,93))

SO1 SO2 SO3 SO4 WO1 WO2 WO3 WO4 ST1 ST2 ST3 ST4 WT1 WT2 WT3 WT4

Gambar 4.9 Struktur Hierarki AHP-SWOT Kopi Robusta Kluster Barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
Sumber: Data primer diolah, (2023)
94

Hasil dari perhitungan Analitycal Hierarcy Process (AHP) menggunakan


software Expert Choice 11 untuk penilaian bobot prioritas faktor SWOT
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta kluster barat (Lereng Argopuro)
Kecamatan Panti dapat dilihat pada tabel 4.17, penilaian dilakukan untuk menilai
faktor paling penting antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Faktor paling penting yaitu dari komponen faktor lingkungan eksternal yaitu
faktor peluang dengan bobot (0,566), faktor kedua yang dianggap penting yaitu
faktor ancaman (0,233), kemudian diikuti oleh faktor kekuatan (0,133) dan
terakhir yaitu faktor kelemahan (0,068).
Faktor peluang dapat menjadikan suatu kondisi yang menguntungkan
kepada petani kopi robusta apabila dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Menurut expert faktor terpenting yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
jaringan pemasaran yaitu pasar yang terbuka lebar secara nasional maupun
internasional (0,581). Pasar kopi robusta dalam lingkup nasional, petani dapat
memperluas jaringan pemasaran kopi robusta kepada pemilik kedai kopi atau
kafe, restoran, rumah makan dan hotel merupakan pasar potensial yang dapat
dimanfaatkan petani dalam memasarkan hasil produksinya ke pasar yang lebih
luas. Lingkup internasonal, kebutuhan kopi dunia saat ini sangat besar. Peluang
bagi petani untuk melakukan ekspor sangat besar karena pasar ekspor sangat
potensial dan masih terbuka lebar, dengan syarat kopi robusta memiliki kualitas
baik agar mampu bersaing dengan penghasil kopi robusta yang lain.
Pada faktor ancaman, menurut expert penilaian yang dianggap penting
untuk diminimalkan yaitu penentu harga jual oleh tengkulak/pabrik (0,396).
Petani kopi robusta di kluster barat (Lereng Raung) di Kecamatan Panti dalam
kegiatan pemasaran hanya sebagai penerima harga (price taker), hal tersebut
disebabkan oleh informasi pasar yang dimiliki petani masih terbatas sehingga
menyebabkan posisi tawar petani terhadap harga jual kopi robusta masih rendah,
dan belum mencapai keuntungan yang maksimal.
Faktor kekuatan dapat berpengaruh positif karena dapat memberikan
kondisi yang menguntungkan, petani kopi robusta dapat mempertahankan serta
mengoptimalkan kekuatan yang ada. Pada faktor kekuatan, kopi robusta jember
95

memiliki cita rasa yang khas dengan nilai tertinggi (0,548), menurut para expert
menjadi penilaian yang penting untuk dipertahankan dan dikembangkan. Ketika
produksi kopi robusta memiliki cita rasa yang khas maka akan semakin
berpeluang untuk dipasarkan karena dianggap dapat bersaing dipasaran, sehingga
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta akan tercapai.
Pada faktor kelemahan penilaian yang dianggap paling penting oleh expert
untuk diminimalkan yaitu wawasan terkait pasar masih rendah (0,537). Wawasan
Informasi pasar merupakan salah satu komponen utama atau strategi pemasaran
petani dalam memasarkan hasil produksinya. Informasi pasar yang terbatas
menyebabkan petani memiliki posisi tawar yang rendah sehingga harga yang
diterima petani kurang maksimal.
Tabel 4.17 Penilaian AHP Faktor SWOT Kluster Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan
Panti
Faktor Internal Inconsistensy Global
Kekuatan 0,133
1 Produksi kopi robusta melimpah 0,266
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa 0,548
yang khas 0,03
3 Pangsa pasar yang jelas 0,094
4 Memiliki sertifikat produk 0,092
Kelemahan 0,068
1 Informasi pasar terbatas 0,270
2. Wawasan terkait pasar masih rendah 0,537
2 Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas 0,100
0,00054
pada lembaga pemasaran dilingkungan
sekitar
3 Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,093
Faktor Eksternal Inconsistency Global
Peluang 0,566
1 Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,175
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,089
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara 0,03 0,581
nasional maupun internasional
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,155
Ancaman 0,233
1 Persaingan pasar kopi robusta 0,306
2 Harga kopi robusta fluktuatif 0,176
0,04
3 Penentu harga jual kopi robusta oleh 0,366
tengkulak/pabrik
4 Branding kopi robusta Jember oleh 0,152
pemerintah belum kontinu
Sumber: Data primer diolah, (2023)
96

Strategi prioritas dalam meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta


kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti dianalisis menggunakan
Expert Choice 11 dan hasilnya ditampilkan pada tabel 4.18. Penilaian dalam
penentuan prioritas strategi untuk meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta
berdasarkan kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti sebagai berikut.
Tabel 4.18 Penilaian dalam Penentuan Prioritas Strategi Kluster Barat (Lereng Argopuro)
di Kecamatan Panti
No Hasil pembobotan strategi Inconsistency Bobot Prioritas
1 Meningkatkan jumlah produksi dan 0,114 4
mempertahankan kualitas dan
kekhasan kopi robusta (SO1)
2 Memanfaatkan perkembangan 0,111 5
teknologi pemasaran digital (SO2)
3 Meningkatkan akses informasi pasar 0,109 6
bagi para petani (WO1)
4 Memperluas jaringan pemasaran kopi 0,123 3
robusta kepada pemilik usaha kedai
kopi di Kabupaten Jember (WO2)
5 Melakukan inovasi produk (ST1) 0,06 0,133 2
6 Petani diharapkan menetapkan harga 0,075 9
jual kopi robusta sesuai dengan
kualitas yang diberikan (WT2)
7 Memperkuat kelembagaan pemasaran 0,080 8
bagi petani (WO3)
8 Meningkatkan wawasan dan informasi 0,157 1
pasar bagi petani (WT1)
9 Pemerintah diharapkan dapat 0,098 7
membranding kopi robusta Jember
secara kontinu (ST2)
Sumber: Data primer diolah, (2023)

Berdasarkan tabel 4.18 dapat disimpulkan bahwa, prioritas utama strategi


peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember dapat dilakukan meningkatkan
wawasan dan informasi pasar bagi petani yang dijelaskan secara rinci sebagai
berikut:
1. Meningkatkan wawasan dan informasi pasar bagi petani
Prioritas strategi dalam meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta di
kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu dengan meningkatkan
wawasan dan informasi pasar bagi petani dengan bobot (0,157). Wawasan petani
masih sangat rendah dan informasi terkait pasar masih terbatas. Pelatihan yang
97

ada di kelompok tani hanya fokus di budidayanya saja, tidak ada informasi atau
pelatihan terkait dengan pemasaran kopi robusta sehingga petani hanya terbatas
kepada lembaga pemasaran dilingkungan sekitar dalam memasarkan kopi robusta.
Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan strategi peningkatan jaringan
pemasaran kopi robusta yaitu dengan meningkatkan wawasan dan informasi pasar
bagi petani.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian “Strategi Peningkatan Jaringan
Pemasaran Kopi Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan di Kabupaten Jember”
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo terdiri dari dua saluran pemasaran yaitu: saluran pemasaran 1:
petani – pengepul – eksportir, saluran pemasaran 2: petani – koperasi ketakasi
– eksportir. Adapun saluran pemasaran kopi robusta berdasarkan kluster barat
(Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu petani – tengkulak – eksportir.
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam
memasarkan kopi robusta yaitu: 1) fungsi pertukaran, 2) fungsi distribusi fisik,
3) fungsi penyediaan sarana. Peran lembaga yang terlibat dalam pemasaran
kopi robusta yaitu sebagai pemasar, sumber informasi harga, penyediaan
sarana produksi dan memberi pinjaman modal serta memfasilitasi petani untuk
belajar lebih mendalam tentang pertanian kopi.
2. Margin pemasaran pada saluran pemasaran 1 kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo dapat disimpulkan menguntungkan. Margin pemasaran pada
saluran pemasaran 2 kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
disimpulkan tidak menguntungkan. Margin pemasaran pada saluran pemasaran
1 kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti dapat disimpulkan
menguntungkan. Nilai farmer’s share tertinggi yaitu pada saluran pemasaran 2
kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar 97,78%, sedangkan
nilai farmer’s share terendah yaitu pada saluran pemasaran 1 kluster timur
(Lereng Raung) di Kecamatan Silo sebesar 96,77% dan untuk nilai farmer’s
share kluster barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti sebesar 97,39%.
3. Prioritas strategi yang didapatkan dari hasil analisis A’WOT untuk
meningkatkan jaringan pemasaran kopi robusta kluster timur (Lereng Raung)
di Kecamatan Silo yaitu dengan meningkatkan produksi dan mempertahankan
98
99

kualitas serta kekhasan kopi robusta, sedangkan kluster barat (Lereng


Argopuro) di Kecamatan Panti yaitu dengan meningkatkan wawasan dan
informasi pasar bagi petani.

5.2 Saran
1. Petani kopi robusta kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo
diharapkan dapat mempertahankan proses budidaya tanaman kopi yang
baik, serta proses pasca panen yang sesuai agar dapat menghasilkan
produksi yang memiliki kualitas dan mutu yang baik, sehingga harga jual
yang diterima dapat maksimal. Petani kopi robusta kluster barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti sebaiknya lebih aktif dalam mencari
informasi pasar agar memiliki wawasan pasar yang lebih luas sehingga
dapat melakukan pemasaran kopi robusta yang sesuai dengan minat
konsumen dan dapat memperluas jaringan pemasaran kopi robusta ke
jangkauan pasar yang lebih luas.
2. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta kluster
timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo sudah ada lembaga pemasaran
koperasi yang menampung hasil produksi petani, sedangkan di kluster
barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti masih belum ada lembaga
pemasaran koperasi yang dapat menampung hasil produksi kopi robusta
petani. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kopi
robusta di Kecamatan Panti sebaiknya dapat memperluas informasi
mengenai saluran pemasaran yang lainnya, agar wawasan petani dalam
menjual kopi robusta tidak hanya terbatas pada lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar.
3. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di kluster timur (Lereng Raung) di
Kecamatan Silo diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada petani
dengan memberikan pandangan bahwa peluang pangsa pasar yang sangat
terbuka lebar. Kopi robusta di Kecamatan Silo memiliki beberapa
sertifikat yang dapat mendukung pemasaran ke jangkauan yang lebih luas,
akan tetapi pola pikir petani hanya fokus pada budidayanya saja. Penyuluh
100

Pertanian Lapangan (PPL) di kluster barat (Lereng Argopuro) di


Kecamatan Panti diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan terkait
dengan proses pasca panen kopi robusta karena informasi pasar dan
wawasan petani masih rendah.
DAFTAR PUSTAKA

101
LAMPIRAN

Lampiran 1. Produksi Kopi di Provinsi Indonesia Tahun 2017-2022


No. Provinsi 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Aceh 68,5 64,8 71,2 73,4 74,2 75,3
2 Sumatera Utara 66,0 67,9 72,3 75 76,8 87
3 Sumatera Barat 21,8 18,2 17,8 12,3 12,8 14
4 Riau 2,9 3,0 3,0 2,4 2,4 2,4
5 Jambi 14,0 14,6 16,6 18,7 20,2 19,5
6 Sumatera Selatan 120,9 184,2 196 191,2 201,4 212,4
7 Bengkulu 59,6 55,4 58,5 62,7 62,4 60,1
8 Lampung 116,3 106,7 110,3 118,1 118,0 124,5
9 Kepulauan Bangka Belitung 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1
10 Kepulauan Riau - - - 0,0 0,0 0,0
11 Dki Jakarta - - - - - -
12 Jawa Barat 16,8 19,6 20,1 22,4 23,1 23,7
13 Jawa Tengah 18,7 16,5 24,1 24,9 27,5 26,9
14 DI Yogyakarta 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
15 Jawa Timur 65,0 71,6 66,7 48,5 46,6 45,8
16 Banten 1,9 1,7 2,6 2,2 2,0 2,0
17 Bali 17,3 15,4 15,3 15,3 15,6 15,6
18 Nusa Tenggara Barat 4,8 5,0 6,6 5,9 7,5 6,5
19 Nusa Tenggara Timur 22,1 22,2 23,8 24,2 25,9 26,6
20 Kalimantan Barat 3,9 3,6 3,6 3,7 3,2 3,2
21 Kalimantan Tengah 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,2
22 Kalimantan Selatan 2,0 1,6 1,4 1,3 1,1 1
23 Kalimantan Timur 0,4 0,3 0,3 0,2 0,3 0,2
24 Kalimantan Utara 0,3 0,3 0,2 0,2 0,1 0,2
25 Sulawesi Utara 2,9 4,0 3,7 3,7 3,7 3,7
26 Sulawesi Tengah 3,1 2,9 2,9 2,6 3,0 3,1
27 Sulawesi Selatan 29,8 32,8 33,4 33,7 35,3 29,4
28 Sulawesi Tenggara 2,8 2,7 2,7 2,8 2,8 2,8
29 Gorontalo 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1
30 Sulawesi Barat 3,1 3,4 3,7 4,3 4,7 4,3
31 Maluku 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
32 Maluku Utara 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0
33 Papua Barat 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1
34 Papua 2,0 2,5 2,8 2,8 2,7 3,2
Jumlah 668,7 722,5 761,1 753,9 774,6 794,8

108
109

Lampiran 2. Produksi Kopi di Jawa Timur Tahun 2017-2022


No. Kabupaten 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pacitan 770 753 758 726 742 741
2 Ponorgo 261 412 410 629 643 634
3 Trenggalek 328 300 324 316 305 305
4 Tulungagung 259 205 218 233 229 234
5 Blitar 3.736 3.885 3.914 3.954 3.857 3.718
6 Kediri 2.481 2.621 2.722 2.751 2.699 2.684
7 Malang 11.829 12.260 12.412 15.574 13.127 13.047
8 Lumajang 2.736 2.484 2.495 2.502 2.496 2.517
9 Jember 11.863 11.022 11.520 11.482 11.758 11.795
10 Banyuwangi 13.839 12.700 12.925 12.690 12.849 12.504
11 Bondowoso 8.670 10.807 10.970 10.285 10.245 10.420
12 Situbondo 2.285 1.724 1.765 1.675 1.753 1.738
13 Probolinggo 1.563 1.760 1.756 2.340 2.476 2.400
14 Pasuruan - 3.510 3.515 - 3.755 3.714
15 Sidoarjo - - - - - -
16 Mojokerto 62 80 82 148 168 162
17 Jombang 761 655 692 669 754 671
18 Nganjuk 96 118 128 135 119 112
19 Madiun 525 843 924 880 883 876
20 Magetan 327 246 262 274 261 260
21 Ngawi 316 202 245 352 362 325
22 Bojonegoro - - - - - -
23 Tuban - - - - - -
24 Lamongan - - - - - -
25 Gresik - - - - - -
26 Bangkalan - - - - - -
27 Sampang - - - - - -
28 Pamekasan 2.665 - - 3.584 - -
29 Sumenep 8 8 7 1 1 1
Jumlah 65.380 66.595 68.044 71.200 69.482 68.858
110

Lampiran 3. Produksi Kopi di Kabupaten Jember Tahun 2017-2022.


No Kecamatan 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Kencong - - - - - -
2 Gumukmas - - - - - -
3 Puger - - - - - -
4 Wuluhan - - - - - -
5 Ambulu - - - - - -
6 Tempurejo 113,44 32,56 51 1,20 84,00 10,30
7 Silo 2.154,00 7.939,47 788.58 78,86 1.483,60 1.636,80
8 Mayang 166,16 47,68 25.86 1,76 103,50 80,30
9 Mumbulsari 80,00 22,96 50 5,00 110,00 -
10 Jenggawah - - - - - -
11 Ajung - - - - - -
12 Rambipuji - - - - - -
13 Balung - - - - - -
14 Umbulsari - - - - - -
15 Semboro - - - - 27,60 13,00
16 Jombang - - - - - -
17 Sumberbaru 7.313,50 662,3 1064.85 52,08 4.717,90 749,00
18 Tanggul 7.609,05 2.180,07 409.02 - 707,90 246,40
19 Bangsalsari 10.485,00 371,52 997 46,35 1.460,72 507,20
20 Panti 4.800,60 1.609,29 197.74 12,20 1.460,72 112,16
21 Sukorambi - - 179 2,76 2.000,00 124,16
22 Arjasa 2.520,00 36,72 162.3 12,98 824,88 68,00
23 Pakusari - - 1.8 0,08 2,60 1,12
24 Kalisat 268,00 24,08 - - - -
25 Ledokombo 3.854,07 54,9 18.5 2,22 1.348,20 265,10
Sumberjamb
26 3.122,10 42,66 108.5 11,38 108,60 157,59
e
27 Sukowono - - - - 5,25 8,10
28 Jelbuk 664,96 99,04 0.6 6,48 489,95 135,90
29 Kaliwates 44,00 - - 0,02 - -
30 Sumbersari 44,00 - - - - -
31 Patrang 392,80 112,8 875.85 3,54 55,61 78,40
Jumlah 63.631,68 13.236,05 4.930,6 236,90 13.530,31 4.193,53
111

Lampiran 4. Identitas Petani Responden Kopi Robusta di Kecamatan Silo


dan Panti
No. Nama Petani Usia (tahun) Alamat Pendidikan
1 Sutrisno 41 Sidomulyo SD
2 Karaira Ba 32 Sidomulyo SMP
3 Arik Santoso 36 Sidomulyo SMP
4 Roni efendi 39 Sidomulyo SMP
5 Raminto 45 Sidomulyo SD
6 Gatot 36 Sidomulyo SMP
7 Eko Santoso 36 Sidomulyo SMP
8 Sunari 42 Sidomulyo SMP
9 Rudianto 39 Sidomulyo SD
10 Busrianto 39 Sidomulyo SD
11 Abi Zakaria 25 Sidomulyo SMA
12 Ahmad Fauzi 43 Sidomulyo SMA
13 Ahmad Hudori 34 Sidomulyo SMA
14 Prasetyo Adi 35 Sidomulyo SMP
15 Sutejo 54 Sidomulyo SLTA
16 Davis 28 Sidomulyo SMA
17 Ilham Arif 21 Suci D3
18 Fahri Ali 27 Suci SMA
19 Abdul Aziz 52 Kemiri SMP
20 M. Havid 39 Kemiri SMA
21 Usman 45 Kemiri SD
22 Umar Faruq 54 Kemiri SMA
23 Sutikno 40 Kemiri SD
24 Mulyono 48 Kemiri SMP
25 Hadila 50 Kemiri SD
26 Ahmad Fauzi 56 Pakis S1
27 Musawir 50 Pakis SMK
28 M. Bagus 25 Pakis S1
29 Suharto 52 Badean S1
30 Salimi 67 Pakis SD

Lampiran 5. Data Lembaga Pemasaran Kopi Robusta di Kecamatan Silo


dan Panti
Usia
No. Nama Lembaga Pemasaran
(Tahun)
1 Suwarno 58 Pengepul di Kecamatan Silo
2 M. Shaleh 40 Tengkulak di Kecamatan Panti
3 Ahmad Hudori 35 Koperasi Ketakasi Sidomulyo

Lampiran 6. Data Narasumber Expert


No. Nama Jabatan
1 Novi Hardiani Sub. Koordinator Dinas TPHP
2 Wasili Ketua MPIG kopi robusta Java Argopuro Jember
3 Zainal Arifin Sekretaris MPIG kopi robusta di Kecamatan Silo,
Sumberjambe, dan Kalisat Kabupaten Jember
112

Lampiran 7. Biaya Pemasaran Lembaga Pemasaran Kopi Robusta di


Kecamatan Silo dan Panti
Saluran Pemasaran 1 (Pengepul) di Kecamatan Silo
No. Uraian Harga
1 Pengepul
Biaya Pemasaran:
Biaya Transportasi 210
Biaya Pengemasan 45
Biaya Tenaga Kerja 70

Saluran Pemasaran 2 (Koperasi Ketakasi) di Kecamatan Silo


No. Uraian Harga
1 Koperasi Ketakasi
Biaya Pemasaran:
Biaya Transportasi 200
Biaya Pengemasan 30
Biaya Tenaga Kerja 50

Saluran Pemasaran 3 (Tengkulak) di Kecamatan Panti


No. Uraian Harga
1 Tngkulak
Biaya Pemasaran:
Biaya Transportasi 200
Biaya Pengemasan 40
Biaya Tenaga Kerja 60

Lampiran 8. Margin Pemasaran Kopi Robusta Kluster Timur (Lereng


Raung) di Kecamatan Silo pada saluran pemasaran 1, Petani
– Pengepul – Eksportir (PT. Olam Indonesia)
Share (%) Dm (%)
No. Uraian Harga
Ski Sbi Ski Sbi
1. Petani 96,77%
Harga Jual 30.000
2. Pengepul
Harga beli 30.000
Biaya transportasi 210 0,67% 21%
Biaya pengemasan 45 0,14% 4,5%
Biaya tenaga kerja 70 0,22% 7%
Harga jual 31.000
Keuntungan 675 2,2% 67,5%
3. Eksportir
Harga beli 31.000
Margin Pemasaran 1.000 98,97% 1,03% 67,5% 32,5%
Total 100% 100%
Keterangan:
MP = Pr-PF
= 31.000-30.000 = 1.000/Kg
113

Nilai share:
Share harga petani = (30.000/31.000) x 100%
= 96,77%
Share pengepul = (Ki/harga ditingkat konsumen) x 100%
= 675/31.000 x 100%
= 2,2%
Sbi transportasi = (210/31.000) x 100%
= 0,67%
Sbi pengemasan = (45/31.000) x 100%
= 0,14%
Sbi tenaga kerja = (70/31.000) x 100%
= 0,22%
Nilai distribusi margin:
Ski pengepul = (Ki/(pr-pf) x 100%
= (675/1000) x 100%
= 67,5%
Sbi transportasi = (210/1000) x 100%
= 21%
Sbi pengemasan = (45/1000) x 100%
= 4,5%
Sbi tenaga kerja = (70/1000) x 100%
= 7%
114

Lampiran 9. Margin Pemasaran Kopi Robusta Kluster Timur (Lereng


Raung) di Kecamatan Silo pada saluran pemasaran 2,
Petani – Koperasi ketakasi – Eksportir (PT. Olam
Indonesia).
Share (%) Dm%
No. Uraian Harga
Ski Sbi Ski Sbi
1. Petani 97,78%
Harga Jual 22.000
2. Koperasi ketakasi
Harga beli 22.000
Biaya transportasi 200 0,89% 40%
Biaya pengemasan 30 0,13% 6%
Biaya tenaga kerja 50 0,22% 10%
Harga jual 22.500
Keuntungan 220 0,98% 44%
3. Eksportir
Hargabeli 22.500
Margin Pemasaran 500 98,76% 1,24% 44% 56%
Total 100% 100%
Keterangan:
MP = Pr-PF
= 22.500-22.000 = 500/Kg
Nilai share:
Share harga petani = (22.000/22.500) x 100%
= 97,78%
Share koperasi = (Ki/harga ditingkat konsumen) x 100%
= 220/22.500 x 100%
= 0,98%
Sbi transportasi = (200/22.500) x 100%
= 0,89%
Sbi pengemasan = (30/22.500) x 100%
= 0,13%
Sbi tenaga kerja = (50/22.500) x 100%
= 0,22%
Nilai distribusi margin:
Ski pengepul = (Ki/(pr-pf) x 100%
= (220/500) x 100%
= 44%
115

Sbi transportasi = (200/500) x 100%


= 40%
Sbi pengemasan = (30/500) x 100%
= 6%
Sbi tenaga kerja = (50/500) x 100%
= 10%
Lampiran 10. Margin Pemasaran Kopi Robusta Kluster Barat (Lereng
Argopuro) di Kecamatan Panti pada saluran pemasaran 1,
Petani – Tengkulak– Eksportir (PT. Kapal Api dan PT. Olam
Indonesia)
Share (%) Dm (%)
No. Uraian Harga
Ski Sbi Ski Sbi
1. Petani 97,39%
Harga Jual 28.000
2. Tengkulak
Harga beli 28.000
Biaya 200 0,7% 26,67%
transportasi
Biaya 40 0,14% 5,33%
pengemasan
Biaya tenaga 60 0,21% 8%
kerja
Harga jual 28.750
Keuntungan 450 1,56% 60%
3. Eksportir
Harga beli 28.750
Margin Pemasaran 750 98,95% 1,05% 60% 40%
Total 100,00 100%
Keterangan:
MP = Pr-PF
= 28.750-28.000 = 750/Kg
Nilai share:
Share harga petani = (28.000/28.750) x 100%
= 97,39 %
Share Tengkulak = (Ki/harga ditingkat konsumen) x 100%
= 450/28.750 x 100%
= 1,56%
Sbi transportasi = (200/28.750) x 100%
= 0,7%
116

Sbi pengemasan = (40/28.750) x 100%


= 0,14%
Sbi tenaga kerja = (60/28.750) x 100%
= 0,21%
Nilai distribusi margin:
Ski pengepul = (Ki/(pr-pf) x 100%
= (450/750) x 100%
= 60%
Sbi transportasi = (200/750) x 100%
= 26,67%
Sbi pengemasan = (40/750) x 100%
= 5,33%
Sbi tenaga kerja = (60/750) x 100%
= 8%
Lampiran 11. Nilai Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Kopi Robusta
Berdasarkan Kluster Timur (Lereng Raung) Kecamatan Silo
dan Kluster Barat (Lereng Argopuro) Kecamatan Panti
No. Saluran Harga ditingkat Harga ditingkat Farmer’s Share %
Pemasaran petani (Rp) konsumen (Rp)
1 Saluran 1 30.000 31.000 96,77
2 Saluran 2 22.000 22.500 97,78
3 Saluran 3 28.000 28.750 97,39
117

Lampiran 12. Perhitungan faktor internal jaringan pemasaran kopi robusta


di Kecamatan Silo
Kekuatan
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Produksi kopi robusta melimpah 4 4
2. Kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang
4 4
khas
3. Pangsa pasar yang jelas 4 3
4. Bahan baku yang digunakan petani terjamin
3 3
kualitasnya
Total 15 14
Nilai Rating 0,57
Kekuatan
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Produksi kopi robusta melimpah 0,15 0,16 0,16
2. Kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang 0,15 0,16 0,16
khas
3. Pangsa pasar yang jelas 0,15 0,12 0,14
4. Bahan baku yang digunakan petani terjamin 0,11 0,12 0,12
kualitasnya
Total 0,57 0,57 0,57
Nilai Rating 0,57

Kelemahan
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Informasi pasar terbatas 3 3
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada
3 1
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 2 2
Total 8 6
Nilai Rating 0,43
Kelemahan
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Informasi pasar terbatas 0,16 0,21 0,19
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,16 0,07 0,12
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,11 0,14 0,13
Total 0,43 0,43 0,43
Nilai Rating 0,43
118

Lampiran 13. Perhitungan faktor internal jaringan pemasaran kopi robusta


di Kecamatan Panti
Kekuatan
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Produksi kopi robusta melimpah 4 4
2. Kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang
4 4
khas
3. Pangsa pasar yang jelas 2 3
4. Memiliki sertifkat produk 1 4
Total 11 15
Nilai Rating 0,50
Kekuatan
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Produksi kopi robusta melimpah 0,18 0,13 0,16
2. Kopi robusta Jember memiliki citra rasa yang 0,18 0,13 0,16
khas
3. Pangsa pasar yang jelas 0,09 0,10 0,10
4. Memiliki sertifkat produk 0,05 0,13 0,09
Total 0,50 0,50 0,50
Nilai Rating 0,50

Kelemahan
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Informasi pasar terbatas 3 2
2. Wawasan terkait pasar masih rendah 3 2
3. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada
3 3
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
4. Lemahnya Kelembagaan pemasaran 2 2
Total 11 9
Nilai Rating 0,50
Kelemahan
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Informasi pasar terbatas 0,14 0,11 0,12
2. Wawasan terkait pasar masih rendah 0,14 0,11 0,12
3. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,14 0,17 0,15
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
4. Lemahnya Kelembagaan pemasaran 0,09 0,11 0,10
Total 0,50 0,50 0,50
Nilai Rating 0,50
119

Lampiran 14. Perhitungan faktor eksternal jaringan pemasaran kopi


robusta di Kecamatan Silo
Peluang
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Perkembangan teknologi pemasaran digital 4 4
2. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 2 4
3. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional
3 4
maupun internasional
4. Permintaan kopi robusta yang meningkat 4 4
Total 13 16
Nilai Rating 0,57
Peluang
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,18 0,14 0,16
2. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,09 0,14 0,12
3. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional 0,13 0,14 0,14
maupun internasional
4. Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,18 0,14 0,16
Total 0,57 0,57 0,57
Nilai Rating 0,57

Ancaman
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Informasi pasar terbatas 1 1
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada
4 1
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 2 2
Total 7 6
Nilai Rating 0,43
Ancaman
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Informasi pasar terbatas 0,06 0,09 0,07
2. Jaringan pemasaran kopi robusta terbatas pada 0,24 0,17 0,21
lembaga pemasaran dilingkungan sekitar
3. Lemahnya kelembagaan pemasaran 0,12 0,17 0,15
Total 0,43 0,43 0,43
Nilai Rating 0,43
120

Lampiran 15. Perhitungan faktor eksternal jaringan pemasaran kopi


robusta di Kecamatan Panti
Peluang
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Perkembangan teknologi pemasaran digital 4 4
2. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 3 4
3. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional
3 4
maupun internasional
4. Permintaan kopi robusta yang meningkat 4 4
Total 14 16
Nilai Rating 0,50
Peluang
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Perkembangan teknologi pemasaran digital 0,14 0,13 0,13
2. Perkembangan bisnis kedai kopi yang pesat 0,11 0,13 0,12
3. Pasar yang terbuka lebar baik secara nasional 0,11 0,13 0,12
maupun internasional
4. Permintaan kopi robusta yang meningkat 0,14 0,13 0,13
Total 0,50 0,50 0,50
Nilai Rating 0,50

Ancaman
Rating Rating
No. Isu
1 2
1. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi 1 1
2. Harga kopi robusta fluktuatif 4 2
3. Penentu harga jual kopi robusta oleh
4 1
tengkulak/pabrik
4. Branding kopi robusta Jember oleh pemerintah
4 2
belum kontinu
Total 13 6
Nilai Rating 0,50
Ancaman
Rata-
Bobot
No. Isu rata
1 2
1. Persaingan pasar kopi robusta yang tinggi 0,04 0,08 0,06
2. Harga kopi robusta fluktuatif 0,15 0,17 0,16
3. Penentu harga jual kopi robusta oleh 0,15 0,08 0,12
tengkulak/pabrik
4. Branding kopi robusta Jember oleh pemerintah 0,15 0,17 0,16
belum kontinu
Total 0,50 0,50 0,50
Nilai Rating 0,50
121

Lampiran 16. Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Semua Kriteria


(Komponen SWOT)

Gambar 1. Prioritas Untuk Semua Kriteria (Silo)


Sumber: Expert Choiche (2023)

Gambar 2. Prioritas Untuk Semua Kriteria (Panti)


Sumber: Expert Choiche (2023)

Lampiran 17. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Pada


Faktor Kekuatan (Strength)

Gambar 3. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Kekuatan (Silo)


Sumber: Expert Choiche (2023)

Gambar 4. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Kekuatan (Panti)


Sumber: Expert Choiche (2023)

Lampiran 18. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Pada


Faktor Kelemahan (Weakness) Berdasarkan Komponen
Kelemahan

Gambar 5. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Kelemahan (Silo)


Sumber: Expert Choiche (2023)
122

Gambar 6. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Kelemahan (Panti)


Sumber: Expert Choiche (2023)

Lampiran 19. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Pada


Faktor Peluang (Opportunity) Berdasarkan Komponen
Peluang

Gambar 7. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Peluang (Silo)


Sumber: Expert Choiche (2023)

Gambar 8. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Peluang (Panti)


Sumber: Expert Choiche (2023)

Lampiran 20. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Kriteria Pada


Faktor Ancaman (Treats) Berdasarkan Komponen Ancaman

Gambar 9. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Ancaman


Sumber: Expert Choiche (2023

Gambar 10. Prioritas Untuk Semua Kriteria Pada Faktor Ancaman (Panti)
Sumber: Expert Choiche (2023
123

Lampiran 21. Penilaian dalam Penentuan Urutan Proritas Strategi

Gambar 11. Urutan Prioritas Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta di
Kecamatan Silo
Sumber: Expert Choiche (2023)

Gambar 12. Urutan Prioritas Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta di
Kecamatan Panti
Sumber: Expert Choiche (2023)

Lampiran 22. Dokumentasi Gambar Penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan Gambar 2. Wawancara dengan Responden


Responden di Kecamatan Silo di Kecamatan Panti

Gambar 3. Wawancara dengan Pengepul di Kecamatan Silo


124

Gambar 4. Wawancara dengan Kepala Unit Industri Koperasi Ketakasi

Gambar 5. Wawancara dengan Narasumber (Expert) di Kecamatan Silo

Gambar 6. Wawancara dengan Narasumber (Expert) di Kecamatan Panti


125

Lampiran 23. Kuisioner Penelitian

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUISIONER PEMASARAN
(Kelompok Narasumber/Petani)

Judul Penelitian : Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi


Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan
Di Kabupaten Jember

Tujuan : Mengetahui saluran pemasaran, fungsi pemasaran serta peran lembaga


yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember.

I. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................

II. PROFIL RESPONDEN


Nama :
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
No. Telp/HP :
Keikutsertaan pelatihan :
a. Berapa kali dalam 1 tahun :
b. Kapan terakhir :
c. Sering/jarang/tidak pernah :
Status kepemilikan lahan : a. Milik pribadi b. Sewa
Luas lahan :
Nama kelompok tani :
Status dalam kelompok tani : a. Ketua b. Anggota

Responden

( )
126

III. Gambaran Umum Usahatani


1. Sejak tahun berapa anda mengusahakan tanaman kopi robusta ?
2. Mengapa anda berusahatani kopi robusta ?
3. Dari mana anda memperoleh modal untuk usahatani ?
4. Berapa modal awal yang anda gunakan ketika pertama kali
membudidayakan kopi robusta ?
5. Apakah terdapat kendala modal yang dimiliki untuk menjalankan
usahatani kopi robusta ?
6. Bagaimana anda mengatasi kendala modal tersebut ?
7. Bagaimana anda memperoleh bibit kopi robusta ?
8. Adakah kendala yang dihadapi dalam budidaya kopi robusta ?
9. Bagaimana cara anda mengatasi kendala tersebut ?
10. Bagaimana cara anda dalam memanen kopi robusta ?
a. Bertahap
b. Secara langsung
c. Lain-lain
11. Bagaimana cara anda memetik kopi robusta ?
a. Petik merah
b. Petik rajutan
c. Lainnya
12. Berapa lama proses budidaya kopi robusta ?
13. Setelah proses pemanenan kopi, langkah selanjutnya apa yang anda
lakukan?
a. Dijual langsung
b. Diolah sendiri
14. Setelah panen, jika diolah sendiri pengolahan apa yang anda lakukan ?
a. Pengolahan basah
b. Pengolahan kering
15. Mengapa anda memilih pengolahan tersebut ?
16. Apakah ada kemitraan yang dilakukan terkait kopi robusta ? jika iya
dengan siapa dan jenis kerjasama apa yang dilakukan ?
127

No. Nama Tempat/Lokasi Jenis Kerjasama


Lembaga/Perusahaan

17. Apakah ada penyuluhan mengenai budidaya kopi robusta ?


a. Ya, berapa kali penyuluhan tersebut dilakukan ?
b. Tidak
18. Setiap berapa bulan sekali pertemuan kelompok tani diadakan ?
19. Dalam pertemuan kelompok tani tersebut, apa yang biasanya dibahas atau
dilakukan ?
20. Apa manfaat yang anda peroleh dari pelatihan tersebut ?

IV. Pemasaran Kopi Robusta


1. Apakah semua hasil panen kopi robusta dijual ?
2. Apakah anda juga membeli kopi robusta dari petani lain ?
3. Apakah kualitas produksi yang dihasilkan selalu baik?
a. Ya, karena…..
b. Tidak, karena…..
4. Bagaimana ciri kualitas kopi robusta yang baik sesuai keinginan pembeli ?
5. Apakah anda mempunyai langganan tetap dalam menjual kopi robusta ?
6. Sebelum dijual apakah dilakukan penyortiran ?
a. Ya, alasan…
b. Tidak, alasan….
7. Apakah lembaga pemasaran (tengkulak, pedagang pengumpul,)
mempunyai standart tertentu dalam membeli kopi robusta dari anda ?
a. Ya
b. Tidak
Keterangan:…………………..
8. Siapakah yang menentukan harga jual kopi robusta ?
9. Bagaimana cara menentukan harga jual kopi robusta ?
10. Bagaimana bapak memasarkan kopi robusta tersebut ?
a. Via telfon b. Pesan c. lainnya
128

11. Apa sistem pembayaran yang digunakan ?


a. Tunai b. Lainnya
12. Apakah ada perbedaan harga untuk setiap kualitas kopi robusta ?
a. Ya b. Tidak
13. Lembaga apa saja yang bapak gunakan dalam memasarkan kopi robusta ?
Tabel tujuan penjualan, jumlah penjualan, dan harga jual
No. Tujuan
Jumlah Penjualan (Kg) Harga Jual (Rp/Kg)
Penjualan
1. Pedagang
pengumpul
2. Pedagang
besar
3. Pedagang
pengecer
4. Konsumen

14. Bagaimaan sistem pengangkutan hasil kopi sampai ke pedagang ?


15. Bagaimana penanggungan biaya transportasi ?
a. Ditanggung sendiri b. Ditanggung oleh pembeli c. Lainnya
16. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penjualan ?
17. Bagaimana penanggungan biaya pengangkutan hasil kopi untuk
penjualan?
18. Bagaimana kelancaran transportasi pada setiap kali musim panen? Apa
saja hambatannya?
19. Apakah hasil panen anda disimpan dulu sebelum dijual?
a. Ya
b. Tidak
Alasan …..
20. Siapakah yang menanggung biaya selama kegiatan penyimpanan ?
21. Apakah saudara melakukan kegiatan penyortiran sebelum menjual ?
a. Ya, alasan…
b. Tidak, alasan….
Jika ya, berapa biaya yang dikeluarkan ?
Jika tidak, standart apa yang digunakan ?
129

22. Apakah keuntungan yang diperoleh dengan melakukan penyortiran ?


23. Siapa yang bertanggung jawab menanggung resiko selama kegiatan
pemasaran ?
24. Resiko apa saja yang sering di alami ?
25. Lembaga apa yang membantu dalam usaha penaggungan resiko
pemasaran?
26. Dari mana saudara memperoleh informasi pasar mengenai kopi robusta ?
27. Informasi apa saja yang diperoleh ?
28. Dari mana memperoleh informasi harga kopi robusta setiap kali ada
perubahan ?
29. Berikut ini mengenai biaya pemasaran yang dilakukan:
No. Jenis biaya Jumah Biaya satuan Total biaya
(Rp) (Rp)
1. Biaya Tenaga Kerja
2. Biaya
Pengangkutan
3. Biaya Pengemasan
4. Biaya Penyimpanan
5. Biaya Penyusutan
6. Biaya Bongkar
Muat
7. Biaya Sortir
8. Biaya lain-lain

30. Apa kendala yang sering dihadapi dalam pemasaran kopi robusta ?
31. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut ?
130

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUISIONER PEMASARAN
(Kelompok Narasumber/lembaga pemasaran)

Judul Penelitian : Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi


Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan
Di Kabupaten Jember

Tujuan :
1. Mengetahui saluran pemasaran, fungsi pemasaran serta peran
lembagayang terlibat dalam pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember.
2. Mengetahui margin pemasaran dan farmer’s share kopi robusta di
Kabupaten Jember.

V. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................

VI. IDENTITAS RESPONDEN


No. Responden : ..................................................................................
Nama : ..................................................................................
Umur : ................. Tahun
Pendidikan Terakhir : ..................................................................................
Alamat : ..................................................................................
No. Telp/HP : ..................................................................................
Instansi : ..................................................................................
Jabatan : ..................................................................................

Responden

( )
131

A. Gambaran lembaga pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo

1. Sejak tahun berapa anda membeli kopi robusta kepada petani ?


2. Apakah anda juga membeli kopi robusta di daerah lain ?
3. Apakah pembelian dilakukan saat musim panen saja ?
4. Berapa jumlah petani tetap yang menjual hasil produksinya kepada anda ?
5. Adakah syarat atau standard tertentu ketika anda membeli kopi robusta
dari petani ?
6. Bagaimana ciri kualitas kopi robusta yang baik sesuai keinginan anda?
7. Apa yang menjadi ketertarikan anda untuk membeli kopi robusta yang
dijual oleh kelompok tani ?
8. Seberapa sering anda membeli kopi robusta yang dijual oleh kelompok
tani?
9. Apa sistem pembayaran yang anda gunakan (tunai/lainnya) ?
10. Jenis olahan kopi yang seperti apa yang anda beli dari kelompok tani ?
a. Olah kering b. Olah basah c. Kopi bubuk
11. Berapa harga beli kopi robusta yang anda keluarkan kepada petani ?
12. Hubungan kerjasama apa yang digunakan dalam kegiatan pembelian kopi
robusta ?
13. Apakah anda memberikan bantuan kredit kepada petani ?
14. Jika ya, dalam bentuk (uang/barang) dengan jangka waktu ….. tahun
15. Dari mana anda mendapatkan informasi mengenai kopi robusta tersebut ?
16. Apakah anda berperan sebagai pemberi informasi harga kepada petani ?
17. Kemana kemudian anda menjual kopi robusta tersebut ?
18. Apakah anda melakukan kegiatan penyimpanan ?
Jika ya :
a. berapa jumlah kopi robusta yang disimpen ?
b. dimana lokasi penyimpanan ?
c. berapa lama waktu penyimpanan ?
d. bagaimana cara penyimpanannya ?
19. Bagaimana sistem penjualan yang anda lakukan ?
a. Sistem borongan
132

b. Sistem eceran
c. Sistem tebasan
d. Lain-lain
20. Bagaimana sistem pengangkutan kopi robusta sampai ke pembeli ?
21. Bagaimana penanggungan biaya transportasinya ( ditanggung
sendiri/ditanggung pembeli) ?
22. Bagaimana kelancaran transportasi pada saat musim panen ? adakah
hambatan ?
23. Adakah perlakuan penyortiran sebelum anda menjual kembali kopi
robusta?
24. Apakah ada pelanggan tetap yang membeli kopi robusta kepada anda ?
25. Berapa harga jual yang anda tetapkan?
26. Siapa yang menentukan harga jual kopi robusta?
27. Bagaimana cara menentukan harga jual kopi robusta ?
28. Menurut anda bagaimana permintaan konsumen terhadap kopi robusta ?
29. Apa saja kendala dalam memasarkan kopi robusta ?
30. Bagaimana cara menghadapi kendala tersebut ?
31. Berikut ini mengenai biaya pemasaran yang dilakukan:
No. Jenis biaya Jumah Biaya satuan Total biaya
(Rp) (Rp)
1. Biaya Tenaga Kerja
2. Biaya
Pengangkutan
3. Biaya Pengemasan
4. Biaya Penyimpanan
5. Biaya Penyusutan
6. Biaya Bongkar
Muat
7. Biaya Sortir
8. Biaya lain-lain
133

32. Berikut ini merupakan fungsi pemasaran yang dilakukan :


No. Fungsi Pemasaran Perlakuan
1. Fungsi Pertukaran

2. Fungsi Distribusi
Fisik

3. Fungsi Perantara

Keterangan:
F. Pertukaran : Penjualan, pembelian
F. Fisik : Pengangkutan, penyimpanan
F. Perantara : Informasi harga, penanggungan resiko, pengumpulan,
standarisasi dan grading, pembiayaan
134

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUISIONER A’WOT
(Kelompok Narasumber/expert Silo)

Judul Penelitian : Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi


Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan
Di Kabupaten Jember

Tujuan: Mengetahui Prioritas Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi


Robusta di Kabupaten Jember

VII. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................

VIII. IDENTITAS RESPONDEN


No. Responden : ..................................................................................
Nama : ..................................................................................
Umur : ................. Tahun
Pendidikan Terakhir : ..................................................................................
Alamat : ..................................................................................
No. Telp/HP : ..................................................................................
Instansi : ..................................................................................
Jabatan : ..................................................................................

Responden

( )
135

Petunjuk Pengisian Kuisioner SWOT


1. Responden diminta untuk mengisi subfaktor dari masing-masing faktor internal
yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, atau faktor eksternal yang terdiri dari
peluang dan ancaman.
2. Diantara faktor-faktor yang dinilai, responden cukup menilai faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memberi bobot masing-masing faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0
(semua penting) pada setiap faktor. Semua bobot jumlahnya tidak boleh
melebihi skor total 1,0.
b. Memberikan rating pada setiap faktor dimulai dari skala 4 sampai dengan 1
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap usaha petani kopi robusta.
Penilaian rating untuk faktor bernilai positif yaitu (kekuatan dan peluang)
yang semakin besar ditunjukkan dengan angka 4 (sangat penting),
sedangkan penilaian rating untuk faktor yang bernilai negatif (kelemahan
dan ancaman) yang semakin besar ditunjukkan dengan angka 1.

Kuisioner SWOT
1. Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
Pertanyaan: Bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap kondisi faktor (rating) dan
prioritas kepentingan (bobot) dari masing-masing faktor internal berikut
terhadap peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
No Faktor kekuatan Bobot Rating Skor
1 Produksi kopi robusta yang melimpah
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa
yang khas
3 Petani telah memiliki pelanggan tetap
4 Bahan baku yang digunakan petani
terjamin kualitasnya
Sub Total
136

Keterangan untuk penilaian rating kekuatan Keterangan penilaian bobot: 0.0


1= Tidak Kuat (tidak penting) sampai 1.0 (semua
2= Cukup Kuat penting) pada setiap faktor. Semua
3= Kuat bobot jumlahnya tidak boleh
4= Sangat Kuat melebihi skor total 1,0.

No Faktor Kelemahan Bobot Rating Skor


1 Informasi pasar yang didapatkan petani
terbatas
2 Jaringan pemasaran kopi robusta yang
terbatas pada lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar
3 Lemahnya kelembagaan pemasaran petani
4 Informasi pasar yang didapatkan petani
terbatas
Sub Total
Keterangan untuk penilaian rating Keterangan penilaian bobot: 0.0
kelemahan (tidak penting) sampai 1.0 (semua
1= Sangat lemah penting) pada setiap faktor. Semua
2= Lemah bobot jumlahnya tidak boleh
3= Cukup lemah melebihi skor total 1,0.
4= Tidak lemah

2. Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)


Pertanyaan: Bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap kondisi faktor (rating) dan
prioritas kepentingan (bobot) dari masing-masing faktor eksternal berikut
terhadap peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
No Faktor Peluang Bobot Rating Skor
1 Perkembangan teknologi pemasaran digital
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang
pesat
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara
nasional maupun internasional
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat
Sub Total
Keterangan untuk penilaian rating kekuatan Keterangan penilaian bobot: 0.0
1= Tidak berpeluang (tidak penting) sampai 1.0 (semua
2= Cukup berpeluang penting) pada setiap faktor. Semua
3= Berpeluang bobot jumlahnya tidak boleh
4= Sangat berpeluang melebihi skor total 1,0.
No Faktor Ancaman Bobot Rating Skor
1 Banyaknya penghasil kopi robusta
2 Harga kopi robusta fluktuatif
3 Promosi pemasaran kopi robusta yang
dilakukan petani secara langsung maupun
137

melalui media sosial masih rendah


Sub Total
Keterangan untuk penilaian rating ancaman Keterangan penilaian bobot: 0.0
1= Sangat mengancam (tidak penting) sampai 1.0 (semua
2= mengancam penting) pada setiap faktor. Semua
3= Cukup mengancam bobot jumlahnya tidak boleh
4= Tidak mengancam melebihi skor total 1,0.
138

Kuisioner AHP
Petunjuk Pengisian Tabel AHP
1. Responden hanya mengisi nilai sesuai intensitas kepentingan, antara satu faktor
terhadap faktor pembanding yang lain dengan memberi nilai antara 1-9.
Urutan intensitas dengan keterangan Tabel sebagai berikut.
Skala Definisi Keterangan
1 Sama pentingnya A dan B sama pentingnya
3 Sedikit lebih penting A sedikit lebih penting dari B
5 Agak lebih penting A agak lebih penting dari B
7 Jauh lebih penting A jauh lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Nilai antara angka di atas Jika ragu-ragu menentukan
skala, misalkan 6 untuk skala
antara 5 dan 7
Resiprokal Jika A dibanding B adalah Asumsi yang masuk akal
misalkan skala 9, maka B
dibanding A adalah 1/9

Pertanyaan
1. Berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Silo. Urutan faktor-faktor apa yang lebih penting diperhatikan.
1) Kekuatan 2) Kelemahan
3) Peluang 4) Ancaman
Urutannya adalah : ....................................................................................................
Apabila Bapak/Ibu diminta untuk memberi bobot berapa kali lebih
pentingkah satu aspek dibandingkan dengan aspek yang lain untuk strategi
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten Kecamatan Silo ?
Komponen Komponen Komponen
Aspek Komponen strenghts
weaknesses opportunities threats
Komponen
1
strenghts
Komponen
1
weaknesses
Komponen
1
opportunities
Komponen
1
threats
139

2. Faktor internal berikut diidentifikasi untuk memanfaatkan kekuatan dalam


perumusan peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo.
Berikan urutan faktor mana yang terpenting dalam aspek kekuatan!
1) Produksi kopi robusta yang melimpah 2) Kopi robusta memiliki cita rasa
yang khas
3) Pangsa pasar jelas 4) Bahan baku yang digunakan
terjamin kualitasnya
Urutannya........................................................................................................
Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk memaksimalkan kekuatan dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
Produksi kopi Kopi Pangsa pasar Mutu dan
robusta yang robusta jelas kualitas produk
Faktor melimpah memiliki
cita rasa
yang khas
Produksi
kopi robusta
yang
melimpah
Kopi robusta
memiliki cita
rasa yang
khas
Pangsa pasar
jelas
Mutu dan
kualitas
produk

3. Faktor internal berikut diidentifikasi untuk meminimalkan kelemahan dalam


perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten
Jember. Berikan urutan faktor mana yang terpenting untuk meminimalkan
kelemahan dalam peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Silo ?
1) Informasi pasar yang terbatas 2) Jaringan pemasaran kopi robusta
3) Lemahnya kelembagaan pemasaran terbatas pada Lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar
140

Urutannya........................................................................................................
Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk memaksimalkan kekuatan dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
Informasi Jaringan pemasaran yang kopi Lemahnya
pasar robusta terbatas pada Lembaga kelembagaan
Faktor
terbatas pemasaran dilingkungan pemasaran
sekitar petani
Informasi pasar
terbatas
Jaringan pemasaran
yang kopi robusta
terbatas pada
Lembaga
pemasaran
dilingkungan
sekitar
Lemahnya
kelembagaan
pemasaran petani

4. Faktor Eksternal berikut diidentifikasi yang dapat memanfaatkan peluang


dalam perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di
Kabupaten Jember. Berikan urutan faktor mana yang terpenting untuk
memanfaatkan peluang dalam peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di
Kecamatan Silo ?
1) Perkembangan teknologi pemasaran digital 2) Perkembangan bisnis kedai kopi
yang pesat
3) Pasar yang terbuka lebar secara nasional 4) Permintaan kopi robusta
maupun internasional meningkat
Urutannya adalah : ....................................................................................................
141

Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting


antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk memaksimalkan peluang dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
Perkembangan Perkembangan Pasar yang Permintaan
teknologi bisnis kedai terbuka lebar kopi robusta
Faktor pemasaran kopi yang secara nasional meningkat
digital pesat maupun
internasional
Perkembangan
teknologi
pemasaran
digital
Perkembangan
bisnis kedai
kopi yang pesat
Pasar yang
terbuka lebar
secara nasional
maupun
internasional
Permintaan
kopi robusta
meningkat

5. Faktor Eksternal berikut diidentifikasi untuk meminimalkan ancaman dalam


perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten
Jember. Berikan urutan faktor mana yang terpenting untuk meminimalkan
ancaman dalam peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Silo?
1) Persaingan pasar 3) Promosi pemasaran kopi
2) Harga kopi robusta fluktuatif robusta yang dilakukan petani
secara langsung maupun
melalui media sosial masih
rendah
Urutannya...................................................................................................................
142

Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting


antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk meminimalkan ancaman dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
Persaingan Harga Promosi pemasaran
pasar kopi kopi robusta yang
robusta dilakukan petani secara
Faktor
fluktuatif langsung maupun
melalui media sosial
masih rendah
Persaingan pasar
Harga kopi robusta
fluktuatif
Promosi pemasaran kopi
robusta yang dilakukan
petani secara langsung
maupun melalui media
sosial masih rendah

6. Berdasarkan perlunya berbagai strategi dalam perumusan strategi peningkatan


jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo . Urutan strategi apa yang
lebih penting untuk diperhatikan?
a. Meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas dan ke khasan kopi
robusta untuk memperoleh kepuasan konsumen (SO1)
b. Memanfaatkan perkembangan teknologi pemasaran digital dalam
memasarkan kopi robusta kepasar yang lebih luas (SO2)
c. meningkatkan informasi pasar bagi petani (WO1)
d. Memperluas jaringan pemasaran kopi robusta kepada pemilik usaha kedai
kopi di Kabupaten Jember (WO2)
e. Melakukan inovasi produk agar dapat bersaing dengan penghasil kopi
robusta lainnya (ST1)
f. Petani diharapkan menetapkan harga jual kopi robusta sesuai dengan
kualitas yang diberikan (ST2)
g. Memperkuat kelembagaan pemasaran bagi petani untuk meningkatkan
informasi terkait dengan pemasaran kopi robusta (WT1)
h. Memperluas jaringan pemasaran kopi robusta melalui promosi secara
maksimal baik secara langsung maupun melalui media sosial (WT2)
143

Uutannya adalah: .......................................................................................................


Berdasarkan strategi tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu strategi dengan strategi yang lain untuk meningkatan jaringan
pemasaran kopi robusta di Kecamatan Silo ?
1. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen
kekuatan
S SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2

2. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen


kelemahan
W SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2

3. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen peluang


O SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2
144

4. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen


ancaman
S SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2

Goal Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Kluster


Timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Kabupaten Jember

Kriteria Strengths Weaknesses Opportunities Threats

S1 W1 O1 T1

S2 W2 O2 T2
Faktor
S3 W3 O3 T3

S4 O4

Strategi Strategi SO Strategi ST Strategi WO Strategi WT

Gambar Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta


Kluster timur (Lereng Raung) di Kecamatan Silo Kabupaten Jember
145

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

KUISIONER A’WOT
(Kelompok Narasumber/expert Panti)

Judul Penelitian : Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi


Robusta Berdasarkan Kluster Kelerengan
Di Kabupaten Jember

Tujuan: Mengetahui Prioritas Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi


Robusta di Kabupaten Jember

IX. PEWAWANCARA
Nama : Rizka Maulidia
NIM : 181510601081
Hari/Tanggal : ..................................................................................

X. IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : ..................................................................................
Nama : ..................................................................................
Umur : ................. Tahun
Pendidikan Terakhir : ..................................................................................
Alamat : ..................................................................................
No. Telp/HP : ..................................................................................
Instansi : ..................................................................................
Jabatan : ..................................................................................

Responden

( )
146

Petunjuk Pengisian Kuisioner SWOT


3. Responden diminta untuk mengisi subfaktor dari masing-masing faktor internal
yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, atau faktor eksternal yang terdiri dari
peluang dan ancaman.
4. Diantara faktor-faktor yang dinilai, responden cukup menilai faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memberi bobot masing-masing faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0
(semua penting) pada setiap faktor. Semua bobot jumlahnya tidak boleh
melebihi skor total 1,0.
c. Memberikan rating pada setiap faktor dimulai dari skala 4 sampai dengan 1
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap usaha petani kopi robusta.
Penilaian rating untuk faktor bernilai positif yaitu (kekuatan dan peluang)
yang semakin besar ditunjukkan dengan angka 4 (sangat penting),
sedangkan penilaian rating untuk faktor yang bernilai negatif (kelemahan
dan ancaman) yang semakin besar ditunjukkan dengan angka 1.

Kuisioner SWOT
1. Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
Pertanyaan: Bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap kondisi faktor (rating) dan
prioritas kepentingan (bobot) dari masing-masing faktor internal berikut
terhadap peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti ?
No Faktor kekuatan Bobot Rating Skor
1 Produksi kopi robusta yang melimpah
2 Kopi robusta Jember memiliki citra rasa
yang khas
3 Petani telah memiliki pelanggan tetap
4 Memiliki sertifikat produk
Sub Total
Keterangan untuk penilaian rating kekuatan Keterangan penilaian bobot: 0.0
1= Tidak Kuat (tidak penting) sampai 1.0 (semua
2= Cukup Kuat penting) pada setiap faktor. Semua
3= Kuat bobot jumlahnya tidak boleh
4= Sangat Kuat melebihi skor total 1,0.
147

No Faktor Kelemahan Bobot Rating Skor


1 Informasi pasar yang didapatkan petani
terbatas
2 Wawasan terkait pasar masih rendah
3 Jaringan pemasaran kopi robusta yang
terbatas pada lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar
4 Lemahnya kelembagaan pemasaran petani
Sub Total
Keterangan untuk penilaian rating Keterangan penilaian bobot: 0.0
kelemahan (tidak penting) sampai 1.0 (semua
1= Sangat lemah penting) pada setiap faktor. Semua
2= Lemah bobot jumlahnya tidak boleh
3= Cukup lemah melebihi skor total 1,0.
4= Tidak lemah

2. Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)


Pertanyaan: Bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap kondisi faktor (rating) dan
prioritas kepentingan (bobot) dari masing-masing faktor eksternal berikut
terhadap peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember?
No Faktor Peluang Bobot Rating Skor
1 Perkembangan teknologi pemasaran digital
2 Perkembangan bisnis kedai kopi yang
pesat
3 Pasar yang terbuka lebar baik secara
nasional maupun internasional
4 Permintaan kopi robusta yang meningkat
Sub Total
Keterangan untuk penilaian rating kekuatan Keterangan penilaian bobot: 0.0
1= Tidak berpeluang (tidak penting) sampai 1.0 (semua
2= Cukup berpeluang penting) pada setiap faktor. Semua
3= Berpeluang bobot jumlahnya tidak boleh
4= Sangat berpeluang melebihi skor total 1,0.
No Faktor Ancaman Bobot Rating Skor
1 Banyaknya penghasil kopi robusta
2 Harga kopi robusta fluktuatif
3 Harga kopi robusta ditentukan oleh
tengkulak/pabrik
4 Branding kopi robusta oleh pemerintah
belum kontinu
Sub Total
148

Keterangan untuk penilaian rating ancaman Keterangan penilaian bobot: 0.0


1= Sangat mengancam (tidak penting) sampai 1.0 (semua
2= mengancam penting) pada setiap faktor. Semua
3= Cukup mengancam bobot jumlahnya tidak boleh
4= Tidak mengancam melebihi skor total 1,0.
149

Kuisioner AHP
Petunjuk Pengisian Tabel AHP
1. Responden hanya mengisi nilai sesuai intensitas kepentingan, antara satu faktor
terhadap faktor pembanding yang lain dengan memberi nilai antara 1-9.
Urutan intensitas dengan keterangan Tabel sebagai berikut.
Skala Definisi Keterangan
1 Sama pentingnya A dan B sama pentingnya
3 Sedikit lebih penting A sedikit lebih penting dari B
5 Agak lebih penting A agak lebih penting dari B
7 Jauh lebih penting A jauh lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting A mutlak lebih penting dari B
2, 4, 6, 8 Nilai antara angka di atas Jika ragu-ragu menentukan
skala, misalkan 6 untuk skala
antara 5 dan 7
Resiprokal Jika A dibanding B adalah Asumsi yang masuk akal
misalkan skala 9, maka B
dibanding A adalah 1/9

Pertanyaan
1. Berdasarkan kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Panti. Urutan faktor-faktor apa yang lebih penting diperhatikan.
1) Kekuatan 2) Kelemahan
3) Peluang 4) Ancaman
Urutannya adalah : ....................................................................................................
Apabila Bapak/Ibu diminta untuk memberi bobot berapa kali lebih
pentingkah satu aspek dibandingkan dengan aspek yang lain untuk strategi
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti?
Komponen Komponen Komponen
Aspek Komponen strenghts
weaknesses opportunities threats
Komponen
1
strenghts
Komponen
1
weaknesses
Komponen
1
opportunities
Komponen
1
threats
150

2. Faktor internal berikut diidentifikasi untuk memanfaatkan kekuatan dalam


perumusan peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti.
Berikan urutan faktor mana yang terpenting dalam aspek kekuatan!
1) Produksi kopi robusta yang melimpah 2) Kopi robusta memiliki cita
rasa yang khas
3) Pangsa pasar jelas 4) Memiliki sertifikat
produk
Urutannya........................................................................................................
Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk memaksimalkan kekuatan dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti?
Produksi kopi Kopi Pangsa pasar Memiliki
robusta yang robusta jelas sertifikat produk
Faktor melimpah memiliki
cita rasa
yang khas
Produksi
kopi robusta
yang
melimpah
Kopi robusta
memiliki cita
rasa yang
khas
Pangsa pasar
jelas
Memiliki
sertifikat
produk

3. Faktor internal berikut diidentifikasi untuk meminimalkan kelemahan dalam


perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten
Jember. Berikan urutan faktor mana yang terpenting untuk meminimalkan
kelemahan dalam peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Panti?
1) Informasi pasar yang terbatas
2) Wawasan terkait pasar masih rendah
dilingkungan sekitar Lemahnya
151

3) Jaringan pemasaran kopi robusta


terbatas pada Lembaga pemasaran
dilingkungan sekitar
4) Lemahnya kelembagaan pemasaran
petani
Urutannya........................................................................................................
Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk memaksimalkan kekuatan dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti?
Informasi Wawasan Jaringan pemasaran Lemahnya
pasar terkait pasar yang kopi robusta kelembagaan
Faktor terbatas masih rendah terbatas pada pemasaran
Lembaga pemasaran petani
dilingkungan sekitar
Informasi pasar
terbatas
Wawasan
terkait pasar
masih rendah
Jaringan
pemasaran yang
kopi robusta
terbatas pada
Lembaga
pemasaran
dilingkungan
sekitar
Lemahnya
kelembagaan
pemasaran
petani

4. Faktor Eksternal berikut diidentifikasi yang dapat memanfaatkan peluang


dalam perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di
Kabupaten Jember. Berikan urutan faktor mana yang terpenting untuk
memanfaatkan peluang dalam peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di
Kecamatan Panti?
1) Perkembangan teknologi pemasaran 2) Perkembangan bisnis kedai
digital kopi yang pesat
152

3) Pasar yang terbuka lebar secara nasional 4) Permintaan kopi robusta


maupun internasional meningkat
Urutannya adalah : ....................................................................................................
Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk memaksimalkan peluang dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti?
Perkembangan Perkembangan Pasar yang Permintaan
teknologi bisnis kedai terbuka lebar kopi robusta
Faktor pemasaran kopi yang secara nasional meningkat
digital pesat maupun
internasional
Perkembangan
teknologi
pemasaran
digital
Perkembangan
bisnis kedai
kopi yang pesat
Pasar yang
terbuka lebar
secara nasional
maupun
internasional
Permintaan
kopi robusta
meningkat

5. Faktor Eksternal berikut diidentifikasi untuk meminimalkan ancaman dalam


perumusan strategi peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kabupaten
Jember. Berikan urutan faktor mana yang terpenting untuk meminimalkan
ancaman dalam peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan
Pant?
1) Persaingan pasar 3) Harga kopi robusta
2) Harga kopi robusta fluktuatif ditentukan oleh
tengkulak/pabrik
4) Branding kopi robusta oleh
pemerintah belum kontinu
Urutannya...................................................................................................................
153

Berdasarkan faktor tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting


antara satu faktor dengan faktor yang lain untuk meminimalkan ancaman dalam
peningkatan jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti?
Persaingan Harga Harga kopi Branding
pasar kopi robusta kopi robusta
robusta ditentukan oleh oleh
Faktor
fluktuatif tengkulak/pabrik pemerintah
belum
kontinu
Persaingan pasar
Harga kopi
robusta fluktuatif
Harga kopi
robusta
ditentukan oleh
tengkulak/pabrik
Promosi
pemasaran kopi
robusta yang
dilakukan petani
secara langsung
maupun melalui
media sosial
masih rendah

6. Berdasarkan perlunya berbagai strategi dalam perumusan strategi peningkatan


jaringan pemasaran kopi robusta di Kecamatan Panti. Urutan strategi apa yang
lebih penting untuk diperhatikan?
a. Meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas dan ke khasan kopi
robusta untuk memperoleh kepuasan konsumen (SO1)
b. Memanfaatkan perkembangan teknologi pemasaran digital dalam
memasarkan kopi robusta kepasar yang lebih luas (SO2)
c. Meningkatkan informasi pasar bagi petani (WO1)
d. Memperluas jaringan pemasaran kopi robusta kepada pemilik usaha kedai
kopi di Kabupaten Jember (WO2)
e. Memperkuat kelembagaan pemasaran
154

f. Melakukan inovasi produk agar dapat bersaing dengan penghasil kopi


robusta lainnya (ST1)
g. Petani diharapkan menetapkan harga jual kopi robusta sesuai dengan
kualitas yang diberikan (ST2)
h. Memperkuat kelembagaan pemasaran bagi petani untuk meningkatkan
informasi terkait dengan pemasaran kopi robusta (WT1)
i. Memperluas jaringan pemasaran kopi robusta melalui promosi secara
maksimal baik secara langsung maupun melalui media sosial (WT2)
Uutannya adalah: .......................................................................................................
Berdasarkan strategi tersebut, menurut Bapak/Ibu berapa kali lebih penting
antara satu strategi dengan strategi yang lain untuk meningkatan jaringan
pemasaran kopi robusta di Kabupaten Jember?
1. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen
kekuatan
S SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2

2. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen


kelemahan
W SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2
155

3. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen peluang


O SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2

4. Matriks perbandingan berpasangan untuk elemen strategi terhadap komponen


ancaman
S SO1 SO2 WO1 WO2 WO3 ST1 ST2 ST3 WT1 WT2
SO1
SO2
WO1
WO2
WO3
ST1
ST2
ST3
WT1
WT2
156

Goal Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta Kluster


Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Kriteria Strengths Weaknesses Opportunities Threats

S1 W1 O1 T1

S2 W2 O2 T2
Faktor
S3 W3 O3 T3

S4 W4 O4 T4

Strategi Strategi SO Strategi ST Strategi WO Strategi WT

Gambar Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Jaringan Pemasaran Kopi Robusta


Kluster Barat (Lereng Argopuro) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Anda mungkin juga menyukai