Anda di halaman 1dari 20

diprsentasikan dalam mata kuliah

"Historiography of Indonesia Islam"

Magister Sejarah Kebudayaan Islam


Fakultas Adab dan Humaniora
Uin Syarif Hidayatullah

PRESENTED BY SITI KHOTIJAH


NIM: 21220221000021
Pengertian Babad

Taufik Abdullah: menyebut babad sebagai sejarah lokal,

yang mengandung pengertian kisah lampau dari suatu

masyarakat dieilayah geografi bertaraf lokal. sasarannya

adalah asal usul, pertumbuhan, dan perkembangan

kelompok masyarakat setempat. judul babad ada yang

berdasarkan nama tokoh cerita, nama tempat atau

daerah, dan nama peristiwa.

Darusuprapta (1976) babad adalah salah satu jenis karya

sastra sejarah berbahasa Jawa baru yang penamannya

beraneka ragam antara lain berdasarkan nama sendiri,

nama geografi, nama peristiwa atau yang lainnya

2022 | HISTORIOGRAFI ISLAM TRADISINAL


Babad Tanah Jawi
adalah sebuah karya sastra berbentuk

tembang dalam bahasa jawa yang

berisi tentang sejarah pulau jawa.

kitab ini menceritakan raja-raja di pulau

Jawa dari era Hindu-Budha hingga

mataram Islam. selain itu disinggung

tentang nabi Adam dan nabi-nabi lain.

2022 | HISTORIOGRAFI ISLAM TRADISIONAL


BABAD TANAH JAWI DIKELOMPOKAN DALAM 2 INDUK NASKAH

induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh

Carik Tumenggung Tirtowiguno (Carik

01 Braja) atas perintah Pakubuwana III. Induk

ini telah beredar pada tahun 1788

2022 | HISTORIOGRAFI ISLAM TRADISIONAL


Babad Tanah Jawi yang ditulis Carik Braja ditulis kembali oleh

Johannes Jacobus Meinsma dengan versi gancaran (prosa) yang

dikerjakan oleh Ngabehi Kertapraja dan beredar pada tahun 1874.


W. L. Olthof pernah mereproduksi ulang versi Meinsma pada
tahun 1941.
Pada kedua versi tersebut, nama Ngabehi Kertapradja tidak

dicantum.
Menurut Merle Calvin Ricklefs, versi Meinsma bukan sumber

utama yang bisa diterima untuk riset sejarah, dan sebaliknya

mengakui edisi Olthof.


Balai Pustaka juga menerbitkan 31 jilid naskah Babad Tanah

Jawi dalam bentuk aslinya yakni yang ditulis dengan tembang-

tembang macapat pada ambang perang dunia II (1939)


2022 | HISTORIOGRAFI ISLAM TRADISIONAL


02

induk Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh

Carik Adilangu II yang hidup di masa

Pakubuwana I dan Pakubuwana II. Naskah

tertuanya bertanggal tahun 1722

2022 | HISTORIOGRAFI ISLAM TRADISIONAL


Puniko serat Babad Tanah Jawi

wiwit saking Nabi Adam Doemugi

ing taoen 1647


ditulis Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwoni

III

Salah satu karya sastra Jawa yang berisi tentang sejarah yang

mempunyai ciri-ciri: bertuliskan jawa kuno, terdapat mitos,

mengambil Tarikh dari Nabi Adam AS sampai Mataram

Islam, berpusat di kerajan, bersifat magis, sakral dan

dikramatkan.
Bisa dikatakan sebagai alat legitimasi raja yang berkuasa dan

memberi nilai-nilai plus pada raja yang menjadi tokoh utama

dalam karya sastra ini.


Berbentuk tembang ataupun penulisannya unik karena

setiap bunyi dalam tiap bait harus teratur . aturan itu di sebut

guru wilangan atau guru lagu.


Tidak bisa di tulis oleh sembarangan orang
isi Babad Tanah jawi

Dalam Babad Tanah Jawi ini ditulis silsilah genealogis raja

yang dihubungkan dengan tokoh-tokoh dewa dewi dalam

pewayangan, dan ditarik pula garis keturunan dari Nabi

Adam.
Babad Tanah Jawi ini juga berisi tentang dewa-dewa dalam

agama Hindu, kisah Mahabharata, raja-raja yang berkuasa di

Kerajaan Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang hingga

Mataram Islam, dan berakhir pada masa Kertasura yang pada

masa itu dilanda perang saudara karena perebutan tahta dan

akhirnya terpecah menjadi Yogyakarta dan Surakarta.


KANDUNGAN BABAD TANAH

JAWI
Bila mengacu pada terbitan Balai Pustaka,

naskah Babad Tanah Jawi yang terdiri dari

31 (tigapuluh satu) jilid atau 192 bab

dimulai dari "Sejarah dari Nabi Adam

hingga Para Dewa" dan berakhir pada bab

"Meredam Pemberontakan di Kedu,

Dusun Sala menjadi negara bernama

Surakarta Adiningrat".

2022 | HISTORIOGRAFI ISLAM TRADISIONAL

K
Bab-bab Babad Tanah Jawi
1. Sajarah dari Nabi Adam hingga Para Dewa
16. Ki Ageng Pengging, Jaka Tingkir Lahir (Mijil, Sinom,

(Dhandhanggula). Asmaradana).
2. Prabu Watugunung di Gilingwsi (Asmaradana, Sinom,
17. Jaka Tingkir Mengabdi ke Demak (Asmaradana,

Pangkur, Durma, Dhandhanggula). Gambuh, Mijil, Dhandhanggula).


3. Sajarah Raja-Raja Tanah Jawa dari Batara Wisnu, Batara
18. Ki Buyut Banyubiru, Jaka Tingkir Berperang Melawah

Brama, hingga Negara Pajajaran (Dhandhanggula). Buaya (Dhandhanggula, Mgatruh).


4. Kisah Siyungwanara (Dhandhanggula, Pangkur). 19. Pesanggrahan Prawata Digegerkan Amukan Kerbau

5. Raden Sesuruh Meninggalkan Pajajaran ke Majapahit


(Megatruh).
(Pangkur, Mijil, Durma). 20. Ki Ageng Sela Ditolak Menjadi Tamtama (Megatruh).
6. Negara Pajajaran Hancur, Radn Sesuruh Menjadi Raja di
Jaka Tingkir Menjadi Adipati Pajang (Megatruh,

Majapahit secara Turun-Temurun (Durma, Asmaradana). Asmaradana).


7. Kisah Arya Dilah (Asmaradana, Dhandhanggula). 21. Ki Ageng Sela Menangkap Petir (Asmaradana,

8. Kisah Raden Rakmat atau Sunan Ampeldenta


Dhandhanggula).
(Dhandhanggula). 22. Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat Dibunuh Arya

9. Kisah Raden Said atau Sunan Kalijaga (Dhandhanggula). Jipang (Dhandhanggula).


10. Kisah Raden Patah dan Raden Kusen (Dhandhanggula).
23. Adipati Pajang Menghadap Sunan Kudus

11. Kisah Raden Bondan Kejawan (Dhandhanggula).


(Dhandhanggula, Mijil, Pangkur).
12. Kisah Jaka Tarub (Asmaradana, Dhandhanggula, Mijil,

24. Arya Jipang Wafat oleh Pemanahan dan Penjawi

Dhandhanggula, Asmaradana).
(Pangkur, Durma, Asmaradana).
13. Prabu Brawijaya Bermusuhan dengan Sunan Giri

25. Pemanahan Memulai Hidup di Mataram (Asmaradana,

(Asmaradana).
Dhandhanggula).
14. Majapahit Runtuh, Demak Timbul (Asmaradana, Durma).
26. Adipati Pajang Menjabat sebagai Sultan

15. Berdirinya Masjid Demak (Dhandhanggula).


(Dhandhanggula).
Bab-bab Babad Tanah Jawi
27. Arya Jipang Wafat oleh Pemanahan dan Penjawi
37. Negara Pajang Ditaklukkan oleh Panembahan Senopati,
(Pangkur, Durma, Asmaradana). 38. Adipati Demak Dikembalikan ke Demak, Pangeran

28. Pemanahan Memulai Hidup di Mataram (Asmaradana,


Banawa Menjadi Sultan di Pajang (Dhandhanggula,

Dhandhanggula). Asmaradana, Dhandhanggula).


29. Adipati Pajang Menjabat sebagai Sultan
39. Kasaktian Raden Rangga, Putra Panembahan Senopati

(Dhandhanggula).
(Dhandhanggula).
30. Ki Ageng Mataram Wafat, Raden Ngabehi Loring Pasar

40. Sultan Banawa Mangkat, Panmbahan Senopati Meminta

Berganti Nama Senopati Ngalaga (Dhandhanggula,

Ijin pada Sunan Giri untuk Menjadi Raja di Tanah Jawa

Asmaradana, Dhandhanggula).
31. Senopati Ngalaga Membujuk Para Mantri Pajak yang
(Dhandhanggula, Durma, Asmaradana).
Akan Menyerahkan Upeti pada Pajang (Dhandhanggula). 41. Panembahan Senopati Menundukkan para Adipati di

3.2Senopati Ngalaga Kejatuhan Bintang dan Bertemu Nyai


Madiun (Asmaradana).
Rara Kidul (Dhandhanggula). 42. Adipati Pasuruhan Tunduk pada Panembahan Senopati

33. Sunan Kalijaga Datang di Mataram, Memberikan Nasihat


(Asmaradana, Durma, Dhandhanggula).
tentang Makna Tempat Tinggal pada Panmbahan Senopati
43. Senopati Kadiri Tunduk tanpa Perang pada Sultan

(Dhandhanggula). Mataram (Asmaradana, Dhandhanggula).


34. Sultan Pajang Mengutus Duta ke Mataram untuk
44. Mataram Mendapatan Serangan dari Wilayah Timur
Menyatakan Apakah Senopati Akan Membelot dari Pajang
(Dhandhanggula, Durma, Dhandhanggula).
(Dhandhanggula).
45. Adipati Pati Bermusuhan dengan Panembahan Senopati

35. Raden Pabelan dan Tumenggung Mayang Diusir ke

(Dhandhanggula, Durma).
Semarang, Direbut Senopati (Asmaradana, Durma,

46. Panembahan Senopati di Mataram Mangkat,

Dhandhanggula).
Kedudukannya sebagai Sultan Digantikan oleh Adipati

36. Sultan Pajang Mangkat, Kedudukannya sebagai Raja

Digantikan Menantunya, Adipati Demak (Dhandhanggula). Anom Mataram (Durma, Mijil).


Bab-bab Babad Tanah Jawi
47 Adipati Demak Membangkang pada Mataram (Mijil,
58. Adipati Pragola di Pati Membangkang pada Mataram

Asmaradana). (Durma, Kinanthi, Sinom, Pangkur, Durma).


48. Pangeran Jayaraga Diangkat sebagai Adipati Pranaraga,
59. Pangeran Pekik Menikah dengan Ratu Pandhansari,

namun Memusuhi Mataram (Dhandhanggula).


kemudian Diperintahkan untuk Menundukkan

49. Sultan Mataram Mangkat, Kedudukannya sebagai Sultan

Digantikan oleh Pangeran Martapura, Turun Takhta,

Panembahan Giri (Dhandhanggula, Asmaradana, Pangkur,

Digantikan Pangeran Rangsang Bergelar Prabu Pandhita


Durma, Asmaradana).
Hanyakrakusuma (Dhandhanggula). 60. Adipati Mandura Mendapatkan Perintah untuk Merebut

50. Kyai Surantani Diutus untuk Menundukkan Wilayah


Jakarta (Dhandhanggula, Pangkur, Durma).
Timur (Durma, Asmarada). 61. Pangeran Slarong Diperintahkan untuk Menundukkan

51. Raja Mataram Berangkat untuk Menundukkan Wirasaba


Blambangan (Durma).
(Asmaradana, Dhandhanggula).
62. Pertemuan antara Sultan Agung dengan Ratu Kidul

52. Para Adipati di Wilayah Timur Bersekutu untuk

Menyerang Mataram (Dhandhanggula, Asmaradana,

(Mijil, Kinanthi).
Dhandhanggula, Durma). 63. Sultan Agung Mangkat, Kedudukannya sebagai Raja

53. Negara Lasem dan Pasuruhan ditundukkan oleh Pasukan


Digantikan oleh Pangeran Arya Mataram Bergelar Sunan

Mataram (Durma, Asmaradana). Amangkurat I (Kinanthi, Dhandhanggula).


54. Kuda Bernama Domba Menjadi Penyebab Tunduknya
64. Pangeran Alit, Adik Sunan Amangkurat I Membangkang,

Pajang pada Mataram (Asmaradana, Mijil, Asmaradana). Tewas di Medan Perang (Dhandhanggula, Durma).
55. Negara Tuban Ditundukkan oleh Pasukan Mataram

65. Tumenggung Wiraguna Bertanding Melawan Pasukan

(Asmaradana).
Blambangan (Durma, Asmaradana).
56. Madura Diserang oleh Pasukan Mataram

(Dhandhanggula, Durma). 66. Jurutaman Dibunuh dan Darahnya Menjadi Bisa, Raja

57. Surabaya Tunduk pada Mataram


Memperistri Anak Dalang Wayang Gedok yang Telah

(Dhandhanggula). Menikah dengan Ki Dalem (Asmaradana).


Bab-bab Babad Tanah Jawi
67.Sahoyi, Perempuan yang Menyebabkan Malapetaka
79.Trunajaya Tertangkap dan Dibunuh (Asmaradana,

(Dhandhanggula, Mijil, Kinanthi, Dhandhanggula). Dhandhanggula).


68.Trunajaya Pulang ke Sampang, Mempersiapkan
80.Negara Kartasura Timbul. Sunan Amangkurat II

Penyerangan ke Mataram (Dhandhanggula).


Mengundang Adiknya Sinuhun Ngalaga di Mataram

69.Negara Pajarakan Dijarah oleh Prajurit Makassar

(Dhandhanggula, Pangkur, Durma, Asmaradana, Pangkur,

(Dhandhanggula, Pangkur).
Durma, Dhandhanggula). 81.Pasukan Kalagan Berperang dengan Pasukan Kartasura

70.Trunajaya Berganti Nama Panembahan Maduretna ing


(Pangkur, Durma, Dhandhanggula, Durma).
Surabaya, Memusuhi Mataram dengan Mendapatkan
82.Sinuhun Ngalaga Dibawa ke Kartasura oleh Sunan

Bantuan Prajurit Makassar (Dhandhanggula, Pangkur,


Amangkurat II (Durma, Asmaradana, Dhandhanggula).
Durma). 83.Ki Ageng Wanakusuma yang Masih Keturunan Ki Ageng

71.Mataram Diserang Trunajaya (Durma, Pangkur, Durma).


Giring Ingin Mengahancurkan Istana Kartasura

72.Sunan Amangkurat I Meninggalkan Istana, Mataram

Ditaklukkan (Durma).
(Dhandhanggula, Durma, Dhandhanggula).
73. Sunan Amangkurat I Mangkat, Dimakamkan di
84.Untung Surapati Diangkat Anak oleh Kapten Mur

Tegalwangi (Durma, Asmaradana). (Dhandhanggula, Pangkur).


74. Pangeran Puger Naik Takhta, Bergelar Senopati Ngalaga,
85.Untung Surapati Meminta Perlindungan pada Sultan Cirebon

Beristana di Jenar atau Puraganda (Asmaradana). (Pangkur).


75.Pangeran Adipati Anom Naik Takhta di Tegal, Bergelar Sri
86.Untung Surapati Mengabdi pada Kartasura (Pangkur,

Susuhunan Amangkurat II (Dhandhanggula).


Asmaradana).
76.Negara Demak Diserang oleh Orang-Orang Madura

87.Kapten Tak yang Akan Menangkap Untung Surapati Tewas

(Dhandhanggula).
77.Sunan Amangkurat II Pergi ke Jepara (Asmaradana,
di Kartasura (Asmaradana, Durma).
Pangkur). 88.Untung Surapati Menjadi Bupati di Pasuruhan, Bergelar

78.Sunan Amangkurat II Pergi ke Kadiri untuk


Tumenggung Wiranagara (Asmaradana).
Menangkap Trunajaya (Pangkur, Durma). 89.Tumenggung Martapura di Jepara Dikehendaki Nyawanya

oleh Kumpeni (Asmaradana, Dhandhanggula).


Bab-bab Babad Tanah Jawi
90.Panembahan Rama di Kajoran Membangkang
102.Susuhunan Pakubuwana I Menghadiri Pesta Bersama

(Dhandhanggula, Pangkur). Pasukannya (Mijil).


91.Sunan Amangkurat II Memerintahkan Penyerangan ke
103.Tumenggung Jayaningrat Tunduk pada Susuhunan

Pasuruhan (Dhandhanggula). Pakubuwana I (Asmaradana).


92.Sinan Amangkurat II Menikahkan Putranya dengan Putri

104.Susuhunan Pakubuwana I Memberangkatkan Pasukannya

Pangeran Adipati Puger (Dhandhanggula).


untuk Menyerang Kartasura (Asmaradana, Pangkur, Durma).
93.Raden Ayu Lembah Dikembalikan ke Kapugeran

105.Pangeran Arya Mataram Tunduk pada Susuhunan

(Dhandhanggula).
94.Raden Sukra Disiksa oleh Pangeran Adipati Anom

Pakubuwana I, Sunan Amangkurat III Meninggalkan Istana

(Dhandhanggula, Pangkur). (Dhandhanggula).


95.Raden Sukra dan Raden Ayu Lembah yang Ingin Menikah
106.Susuhunan Pakubuwana I Menduduki Istana Kartasura

Tewas Bersama (Pangkur, Asmaradana, Pangkur). (Dhandhanggula).


96.Adipati Wiranagara di Pasuruhan Menundukkan
107.Sunan Kendang (Sunan Amangkurat III) Meminta Bantuan

Pranaraga (Pangkur). pada Pasuruhan (Dhandhanggula, Durma).


97.Sunan Amangkurat II Mangkat, Kedudukannya sebagai
108.Adipati Wiranagara Wafat (Durma).
Raja Digantikan oleh Pangeran Adipati Anom
107.Sunan Emas Tunduk pada Kumpeni, Diperintahkan untuk

(Dhandhanggula). Pergi ke Betawi (Dhandhanggula).


98.Pangeran Adipati Puger Beserta Istri dan Putra Mendapat

108.Kumpeni Menghendaki Tewasnya Adipati Jangrana di

Amarah dari Raja (Dhandhanggula).


Surabaya (Dhandhanggula).
99.Negara Kartasura Mendapatkan Serangan dari Kumpeni

109.Arya Jayapuspita di Surabaya yang Membangkang Membela

(Dhandhanggula, Asmaradana).
100.Pangeran Adipati Puger Melarikan Diri ke Semarang

Kakaknya (Dhandhanggula, Durma, Pangkur).


(Asmaradana). 110.Arya Jayapuspita Meninggalkan Kota Menuju Japan (Pangkur,

101.Pangeran Adipati Puger Menjadi Raja di Semarang,


Dhandhanggula).
Bergelar Susuhunan Pakubuwana I (Asmaradana, Kinanthi,
111.Pangeran Dipanagara Diangkat sebagai Raja oleh Arya

Durma). Jayapuspita Bergelar Panembahan Herucakra, Beristana di

Madiun (Dhandhanggula).
Bab-bab Babad Tanah Jawi
112.Arya Jayapuspita Meninggalkan Kota Menuju Japan

(Pangkur, Dhandhanggula). 125.Panembahan Purbaya Dapat Dibujuk, Dirumahkan di Jakarta

113.Pangeran Dipanagara Diangkat sebagai Raja oleh Arya


(Asmaradana, Kinanthi, Dhandhanggula).
Jayapuspita Bergelar Panembahan Herucakra, Beristana di

126.Raden Brahim, Keturunan Surapati, Membela Saudaranya yang

Madiun (Dhandhanggula).
114.Susuhunan Pakubuwana I Mangkat, Kedudukannya sebagai
Kena Bujuk Rayu Kumpeni (Dhandhanggula).
Raja Digantikan oleh Pangeran Adipati Mangkunagara
127.Kudeta Orang Nusatembini, Sunan Amangkurat Jawi Mangkat,

(Dhandhanggula). Kedudukannya sebagai Raja Digantikan Putranya, Bergelar

115.Pangeran Blitar Naik Takhta di Kartasari Bergelar Sultan


Susuhunan Pakubuwana II (Dhandhanggula).
Ibnu Mustapa, Bermusuhan dengan Kakaknya Sinuhun ing
128.Susuhunan Pakubuwana II Pergi ke Rumah Kakaknya Pangeran

Kartasura (Durma).
Arya Mangkunagara (Sinom, Asmaradana).
116.Kudeta Pangeran Pancawati (Durma).
129.Kelahiran Raden Mas Said, Pangeran Arya Mangkunagara

117.Panembahan Herucakra Bersatu dengan Sultan Ibnu

Mustapa (Durma, Asmaradana). Dikucilkan (Asmaradana, Mijil).


118.Pasukan Kartasura Menyerang Kartasari (Asmaradana,
130.Patih Danureja Diperintahkan Pergi ke Betawi (Pangkur,

Durma). Kinanthi).
119.Ngabehi Tohjaya Diundang Kembali ke Kartasura
131.Kanjeng Ratu Kancana Mengidungkan Serat Maljunah

(Dhandhanggula). (Dhandhanggula, Asmaradana).


120.Pemberontakan di Tambayat, Pangeran Arya Mataram yang

132.Seh Wangsawana Berterus Terang Bakal Lahirnya Raden Mas

Menjadi Sunan Kuning Dibunuh di Jepara (Dhandhanggula).


Sujana dan Raden Mas Saksi (Asmaradana, Sinom).
121.Raden Jimat, Putra Madura, Bersatu dengan Sultan Ibnu

Mustapa di Madiun (Dhandhanggula, Durma). 133.Patih Danureja Dikucilkan (Sinom, Dhandhanggula).


122.Keturunan Untung Surapati Menghadap Panembahan
134.Keluarga Amangkuratan Kembali ke Tanah Jawa

Purbaya di Kadiri (Durma). (Dhandhanggula, Asmaradana, Sinom).


123.Pangeran Blitar, Sultan Ibnu Mustapa Mangkat,
135.Kangjeng Ratu Kancana Wafat (Mijil, Sinom).
Dimakamkan di Imogiri (Asmaradana). 136.Raden Ayu Taman, Orang Cantik di Pati (Sinom, Asmaradana).
124. Ki Martayuda Dibuang ke Jakarta (Asmaradana).
137.Pangeran Purbaya Diturunkan dari Takhta, Dibuang ke Tanah

Seberang (Asmaradana, Dhandhanggula).


Bab-bab Babad Tanah Jawi
138.Ingkang Sinuhun Pergi ke Mataram (Dhandhanggula, Sinom,
151.Adipati Jayaningrat yang Turun Takhta Memberi Nasihat pada Putra

Asmaradana, Pangkur). Menantunya, Raden Supama, Peperangan di Semarang

139.Geger Pecinan di Betawi (Pangkur, Sinom, Pangkur, Durma,


(Dhandhanggula).
Asmaradana, Pangkur). 152.Pasukan Kartasura Berperang Melawan Pasukan Madura

140.Cina Pesisir Timur Bersiaga untuk Berperang, Ingkang

(Dhandhanggula, Durma, Kinanthi).


Sinuhun di Kartasura Berunding mengenai Perang Cina dan

153.Surandriya dan Wangsajaya, Abdi Dalem Gandhek, Ditawan Musuh,

Kumpeni (Dhandhanggula, Sinom, Asmaradana, Dhandhanggula,

Dibawa ke Betawi (Kinanthi).


Sinom).
141.Tumenggung Martapura Menghadapi Pasukan Cina di Puwun
154.Patih Natakusuma Menjadi Panglima Pasukan Kartasura untuk

(Sinom, Pangkur). Menyerang Semarang (Pangkur, Durma).


142.Tumenggung Martapura Mendapatkan Amarah dari Patih
155.Susuhunan Pakubuwana II Berdamai dengan Kumpeni

(Asmaradana, Maskumambang). (Dhandhanggula).


143.Kumendur di Semarang Meminta Bantuan pada Ingkang
156.Patih Natakusuma Merasa Takut untuk Melayani Kehendak Raja

Sinuhun (Maskumambang, Pucung, Asmaradana). (Dhandhanggula, Asmaradana).


144.Pasukan Cina akan Menyerang Semarang (Asmaradana,
157.Kebulatan Tekad Raden Martapura (Asmaradana, Dhandhanggula).
Pucung). 158.Raden Mas Garendi Menjadi Raja di Pati, Bergelar Prabu Kuning

145.Patih Berselisih Pendapat dengan Adipati Cakraningrat di


(Dhandhanggula, Durma).
Madura (Sinom).
159.Pasukan Kartasura Berperang Melawan Pasukan Cina di Demak

146.Tumenggung Martapura Dikabarkan Berbalik Membantu

(Durma, Asmarada).
Cina (Sinom, Durma, Pangkur, Sinom, Pucung).
147.Pangeran Tepasana dan Pangeran Jayakusuma Wafat Diikat

160.Patih Natakusuma Mandapat Amarah Raja, Ditangkap Kumpeni di

dengan Lawe (Pucung, Asmaradana, Kinanthi, Asmaradana,


Semarang (Asmaradana, Kinanthi).
Dhandhanggula). 162.Prajurit Kartasura tidak Kuasa Melawan Pasukan Cina (Kinanthi,

148.Pangeran Wiramanggala yang Lolos dari Negara Kartasura


Pangkur, Durma).
Bersatu dengan Cina (Dhandhanggula, Pangkur). 163.Ingkang Sinuhun di Kartasura Menghadapi Pasukan Cina (Durma).
149.Pasukan Kumpeni di Kartasura Berperang dengan Prajurit
164.Ingkang Sinuhun Meninggalkan Istana Kartasura Menuju Magetan

Jawa (Durma, Asmaradana). (Durma, Kinanthi).


150Pasukan Kumpeni Menyerah pada Ingkang Sinuhun
165. Prabu Kuning menduduki Istana Kartasura (Dhandhanggula).
Bab-bab Babad Tanah Jawi
166.Susuhunan Pakubuwana II Beristana di Pranaraga
179.Prabu Kuning Menggalang Pasukan di Randulawang, Pangeran Buminata

(Dhandhanggula). Melarikan Diri dari Negara Kartasura (Pangkur, Dhandhanggula).


167.Susuhunan Pakubuwana II akan Merebut Negara Kartasura
180.Sinuhun Pakubuwana Bertayub Bersama Para Opsir dan Seluruh

(Dhandhanggula). Rakyatnya, Raja Ternate Datang akan Memberikan Bantuan pada Kartasura

168.Prajurit Pranaraga Ditaklukkan Prajurit Kartasura


(Dhandhanggula).
(Dhandhanggula, Durma). 181.Raden Mas Suryakusuma Bersatu dengan Prabu Kuning, Diberi Nama

169.Raden Martapura Berselisih Pendapat dengan Adipati


Pangeran Prangwadana (Dhandhanggula).
Mangunoneng (Durma, Asmaradana). 182.Raja Ternate Dihadapkan di Medan laga (Dhandhanggula).
170.Susuhunan Pakubuwana II Bertemu dengan Sunan Lawu
183.Pasukan di Randulawang Ditaklukkan (Dhandhanggula, Durma).
(Kinanthi, Pangkur). 184.Raden Pangulu di Tembayat Melakukan Kudeta (Durma).
171.Kumpeni Bertempur Melawan Pasukan Cina di Ungaran
185.Mangunoneng Ditangkap, Prabu Kuning Tunduk pada Kumpeni, Diberi

(Kinanthi, Pangkur). Nama Pangeran Selong (Asmaradana).


172.Susuhunan Pakubuwana II Turun Takhta, Bergelar
186.Komisaris di Semarang Datang ke Kartasura untuk Melakukan

Panembahan Brawijaya, Putranya Pangeran Adipati Diberi Gelar

Perundingan Baru dengan Ingkang Sinuhun (Asmaradana, Dhandhanggula).


Prabu Jaka atau Susuhunan Bauwarna, Berangkat ke Kartasura

187.Pangeran Mangkubumi Merebut Tanah Sukowati (Dhandhanggula,

(Dhandhanggula).
Pangkur).
173.Sunan Garendi Memerintahkan Kenang untuk Menundukkan

188.Mengulang Kisah: Tunduknya Prabu Kuning pada Kumpeni (Pangkur).


Negara Manca (Dhandhanggula).
189.Martapura Bersekutu dengan Pangeran Prangwadana (Pangkur,

174.Pangeran Madura Mengerahkan Pasukan, Menundukkan

Durama).
Kartasura (Durma).
190.Memperundingkan Pindahnya Istana Kartasura ke Dusun Sala

175.Kartasura Dapat Ditundukkan, Prabu Kuning Lolos

(Asmaradana, Dhandhanggula, Durma, Asmaradana).


(Dhandhanggula).
191.Adipati Cakraningrat Memberi Bantuan pada Pangeran Prangwadana

176.Prajurit Madudara Menjarah Istana Kartasura

(Dhandhanggula). (Asmaradana, Pangkur, Durma, Dhandhanggula).


177.Susuhunan Pakubuwana II Beristana di Kartasura
192.Meredam Pemberontakan di Kedu. Dusun Sala Menjadi Negara

(Asmaradana). Surakarta Adiningrat (Dhandhanggula, Pangkur, Durma, Asmaradana,

178.Pringgalaya Diperintahkan Membunuh Musuh Cina yang


Dhandhanggula).
Membangun Barisan di Yogyakarta (Asmaradana, Pangkur).
NASKAH BABAD TANAH

JAWI MENURUT

W.L.OLTHOF TERDIRI

DARI 80 BAB YANG

DIMULAI DARI “ASAL

MUASAL TANAH JAWA"

DAN BERAKHIR PADA

BAB “PANGERAN

PURBAYA MUNDUR

DARI MATARAM".
Naskah Babad tanah Jawi menurut W.L. OLTHOF terdiri dari 80

bab yang di mulai dari "asal muasal tanah jawa dan berakhir pada

bab "Pangeran Purbaya mundur dari Mataram"


Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian jumlah pakar sejarah. Selang lain pakar
sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi bisa
dipercaya, khususnya tuturan tentang peristiwa tahun 1600 mencapai zaman Kartasura
di zaman 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang
kerajaan Pajang. Namun, bagi tuturan selepas era itu, de Graaf tidak berani
menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan
dongeng

Naskah ini dipakai sebagai salah satu referensi dalam melakukan rekonstruksi sejarah
pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli
selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis dan tidak menjadikannya sebagai
rujukan primer.
.

Matur Nuwun

Anda mungkin juga menyukai