Anda di halaman 1dari 4

UPAYA MERAIH KEBAHAGIAAN DALAM RUMAH TANGGA

Khutbah Nikah:

Oleh: Anda Putra, SH*

‫هللا فَ َال ُم ِض َّل‬ ِ ‫ َون َ ُعو ُذ اِب ِهلل ِم ْن رُش ُ ِور َأنْ ُف ِسنَا َو ِم ْن َو َسيَِّئ‬،‫َّن الْ َح ْمدَ ِِهلل حَن ْ َمدُ ُه ن َ ْس َت ِعي ُن ُه َون َ ْس َت ْغ ِف ُر ُه‬
ُ ‫ات َأمْع َ ا ِلنَا َم ْن هَي ْ ِد ِه‬
‫ِإ‬
.ُ ‫ َوَأ ْشهَدُ َأ َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُسوهُل‬،ُ ‫ َو ْحدَ ُه َالرَش ِ يْ َك هَل‬،‫هللا‬ ُ َّ‫ َوَأ ْشهَدُ َأ ْن َال َهل ال‬،ُ ‫ َو َم ْن يُضْ ِل ْل فَ َال هَا ِد َي هَل‬،ُ ‫هَل‬
‫ِإ ِإ‬
‫اَي َأهُّي َا النَّ ُاس ات َّ ُقوا َربَّمُك ُ اذَّل ِ ي َخلَ َقمُك ِّمن ن َّ ْف ٍس َوا ِحدَ ٍة َو َخلَ َق ِمهْن َا َز ْوهَج َا َوب َ َّث ِمهْن ُ َما ِر َجااًل َك ِث ًريا َو ِن َسا ًء ۚ َوات َّ ُقوا اهَّلل َ اذَّل ِ ي‬
‫ون ِب ِه َواَأْل ْر َحا َم ۚ َّن اهَّلل َ اَك َن عَلَ ْيمُك ْ َر ِقي ًبا‬ َ ُ‫ت َ َس َاءل‬
‫ِإ‬

Sidang Munakahat Rahimakumullah


Kedua pengantin yang kami sayangi...
Kami mengucapkan selamat atas pernikahan kalian hari ini. Mulai hari ini, kalian
sudah resmi menjadi pasangan suami isteri. Izin dan ridha orangtua terikrar
melalui kalimat Ijab (penyerahan) oleh wali yang kemudian disambut dengan
kalimat qabul (penerimaan) oleh pengantin laki-laki sebagai suami atas
putrinya... doa kaum kerabat dan kami semua mengiringi kebahagiaan kalian...
Barakallahulakuma...
Sehubungan dengan hal itu, izinkan dalam khutbah ini saya ingin berbagi
nasehat, berbagi petuah. Semoga bagi kalian akan berarti dalam menempuh
kehidupan berkeluarga yang kalian mulai di hari ini.
Setiap pasangan pengantin pasti berbahagia dan selalu ingin berbahagia
selamanya. Namun kami ingatkan, bahwa setiap kebahagiaan yang terwujud
dalam kehidupan dan perjalanan setiap rumah tangga itu tidak serta merta.
Kebahagiaan tidak hadir dengan sendirinya dan seketika, tidak juga secara sim
salabim menghiasi ruang-ruang bilik keluarga.
Harus ada ikhtiar, harus ada upaya dan usaha. Harus ada proses sungguh
masing-masing pasangan suami istri. Harus ada kesepakatan, harus ada
kesepemahaman dan kesalingan. Di awali dari kesadaran masing-masing sejak
awal pernikahan. Bahkan jauh hari, sejak rencana menikah!
Dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 BAB I Pasal 1
dikatakan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
Ananda kami berdua yang berbahagia...
Sesuai dengan kata kunci dalam pasal tersebut bahwa perkawinan adalah ikatan
lahir batin. Dikatakan ikatan lahir batin, berarti bahwa yang terikat atas dasar
perkawinan seorang laki-laki dan perempuan, memberikan penjelasan bahwa
fisik dan psikologis kedua insan itu harus menyatu dalam ‘satu ikatan’.
Tadinya masing-masing pribadi yang menikah, seorang laki-laki dan seorang
perempuan masih sendiri, masih ganjil, kemudian setelah diijab qabulkan
menjadi genap atau sepasang (jawaz). Nah, pertanyaannya sekarang adalah
apakah lahir dan batin sepasang pria dan wanita itu akan bisa terikat menyatu
seketika begitu ijab qabul terlaksana?
Dalam kesempatan khutbah nikah ini juga, ingin kami ingin mengingatkan.
Pertama, kalau bicara menyatunya seorang laki-laki dan seorang perempuan
(dalam bahasa di pasal 1 UU Perkawinan No.74, disebut pria dan wanita);
bolehlah kita langsung yakin bahwa mereka sudah pasti bisa menyatu.
Dan kita saksikan, ketika wali mengucapkan ijab, dan anda sebagai seorang laki-
laki sebagai pengantin pria mengucapkan lafadz qabul. Maka kalian secara fisik
sudah bisa dibilang sepasang. Sebagai suami dan istri.
Kalian berdua kemudian disandingkan, di pelaminan nampak anda sebagai laki-
laki yang kemudian disebut sebagai suami dan anda sebagai perempuan
disampingnya disebut sebagai istri. Itu secara fisik. Nah, apakah kami bisa
menjamin jika ‘batin’ kalian sudah seketika menyatu? Apakah batin kalian sudah
seketika terikat?
Adakah pikiran masing-masing di antara kalian hatinya sudah terpaut? Apakah di
benak dan batin kalian berdua enggak terbersit dan terpaut ‘sesuatu’ yang lain,
yang ‘nan jauh di mato’?
Kami harus berhusnuzhan, berprasangka baik dengan iringan doa “Barakallahu
laka wabara ‘alaika wajama’a bayna kuma fii khair”. Itu harus! Semoga!
Namun, menyatunya batin kalian, tergantung kepada masing-masing hati dan
jiwa kalian. Sebagai suami sah dan sebagai istri sah atas ijab qabulnya. Disinilah,
perlu ada pengingatan bahwa menyatunya batin kalian sebagai sepasang
pengantin kembali kepada masing-masing kalian.
Hadirin sidang munakahat yang dirahmati Allah dan Kedua Pengantin yang
berbahagia
Sebagai orangtua, kami mungkin hanya bisa memberi nasehat, taushiyah dan
ejer muarah. Jika lahir kalian sudah terikat, maka batin kalian juga harus terikat.
Terikat sebagai pasangan suami istri (pasutri) yang sah berdasarkan ikatan suci
pernikahan.
Kedua, ikatan lahir batin atas dasar perkawinan adalah karena adanya
perbedaan. Yakni perbedaan jenis kelamin. Suami sebagai laki-laki dan istri
sebagai perempuan. Mereka bisa bersatu karena perbedaan itu. Bayangkan, jia
mereka sama jenis kelaminnya, aneh bukan?
Dalam bahasa seloroh atau guyonan dan berakah, suami istri itu ibarat ‘keris dan
sarungnya’ . Kalau keris ketemu keris, beradu dan berantam bukan? Maka keris
biar aman, biar tentram harus ada sarungnya!
Perbedaan itulah yang menyatukan ikatan. Ini filosofis dan sesuai dengan
kodratinya; bahwa pasangan laki-laki adalah perempuan. Ini bukti
kemahabesaran Allah Swt sebagaimana terekam dalam wahyuNya di surah Ar-
Rum ayat 21.
Karena itulah, kemudian kita kenal sepasang, istilah suami istri menjadi istilah
jamak tunggal. Tidak ada sekat dengan kata ‘dan’. Pasangan suami istri! Mereka
sepasang menyatu dari dua jenis kelamin yang berbeda.
Agar berbedaan yang sudah menyatu itu seimbang atau balance sesuai dengan
kodratinya masing-masing, menyatu dalam irama kesalingan, kesepemahaman
dan kesetaraan; mereka harus pandai membangun komunikasi lahir batin
Pemahaman yang sama atas dasar komunikasi yang sehat, adanya kejujuran,
keterbukaan, kesetiaan menjadi satu paket. Selaras, serasi menjadi suami istri
hakiki. Mereka sepasang mereka terikat janji kokoh (mitsaqan ghalizhan),
mereka bergaul secara jeroh (baik) atau mu’asyarah bil ma’ruf. Dan selalu
bermusyawarah dalam segala urusan rumah tangga!
Ketiga, setelah mereka merasa sebagai satu paket maka hal yang harus
diketahui oleh pasangan suami istri, bahkan sejak dalam perencanaan menikah
adalah apa hakikinya tujuan nikah atau perkawinan mereka. Tentu jawabannya
adalah mewujudkan rumah tangga bahagia yang abadi atau kekal.
Ikatan lahir batin atas dasar perkawinan adalah untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Nah, apakah bahagia itu bisa datang begitu saja? ‘Sim
salabim’ hadir dalam kehidupan dan perjalanan rumah tangga setiap pasangan
penmgantin?

Hadirin hadirat yang dirahmati Allah, dan Kedua Pengantin yang kami sayangi.
Untuk meraih bahagia, kalian harus ikhtiar, kalian harus berusaha. Disinilah
pentingnya kalian harus sadar bahwa bahagia bukan takdir yang serta merta
ada. Harus ada proses usaha sungguh pasangan suami isteri
mengupayakannya.
Kalian harus punya konsep, apa dan mengapa serta bagaimana seharusnya
mewujudkan rumah tangga bahagia. Dengan itu kalian akan tahu apa yang harus
dilakukan, potensi untuk meraih bahagia, dan juga tantangannya.
Kesepemahaman, kesetiaan dan kesalingan adalah potensi yang harus
ditumbuhkembangkan dalam rumah tangga. Percekcokan, ketidaksetiaan,
pengkhianatan harus dihindarkan. Mereka harus kembali kepada niat nikah
sebagai ibadah. Saling mencintai karena Allah Swt, karena ridha-Nya.
Sekadar ilustrasi, untuk mencapai bahagia bisa belajar dari filosofis menggali
tanah untuk mendapatkan air, yaitu membuat sumur. Menggali, seberapa dalam
ia berusaha untuk mendapatkan air adalah usaha. Dan air adalah bahagianya!
Dan masih banyak lagi yang bisa menjadi i’tibar untuk mencapai rumah tangga
bahagia. Ringkasnya, untuk semua itu harus ada ilmu, harus ada amal, dan
harus ada keyakinan. Ilmu, amal dan iman insya Allah bisa menjadi senjata awal!
Wallahu a’alam bish shawab.
*Penghulu Muda pada KUA Kec. Kota Takengon (Lut Tawar) & Ketua
Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) Kab. Aceh Tengah

Anda mungkin juga menyukai