TINJAUAN PUSTAKA
(Khalidatunnur, 2016).
penyakit menular. Hal ini dapat dicapai melalui kekebalan aktif yang
individu.
kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang
9
10
1. Imunisasi Aktif
2. Imunisasi Pasif
(Proverawati, 2016).
yang terjadi pada neonatus (bayi <1 bulan) yang disebabkan oleh
11
1. Pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman
tetanus.
ibu dan janin yang dikandungnya sehingga pada saat melahirkan ibu
imunisasi TT.
RI,2015)
a. Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan
Tabel 2.1
Jadwal pemberian imunisasi tetanus toxsoid (TT)
Antigen Interval Lama %
perlindungan Perlindungan
TT 1 kunjungan antenatal - -
pertama,
TT 2 4 minggu setelah TT 3 tahun, 80
1,
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun, 95
TT 4 1 tahun setela TT 3 10 tahun, 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun, 99
Keterangan : * artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan,maka bayi
yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus neonatorum (Saifuddin,2016)
Sedangkan, program imunisasi TT pada ibu hamil di Indonesia,
berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan
b. TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita
3. Rumah bersalin
4. Polindes
5. Posyandu
hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya yang
salah satu pelayanan asuhan ibu hamil untuk menyelamatkan ibu. ANC
dengan resiko serta follow up atau evaluasi pada ibu hamil selama
2010).
untuk :
1. Pengukuran tinggi badan cukup satu kali yaitu bila tinggi badan
1kg/bulan
16
120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
kehamilan.
jantung janin yaitu apa bila trimester III bagian bawah janin bukan
letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari
hamil sudah lengkap status imunisasi tetanus nya (T5). Jika belum
lengkap, maka ibu hami harus diberikan imunisasi tetanus difteri (Td)
7. Pemberian Tablet Tambah Darah yaitu ibu hamil sejak awal kehamilan
minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet
tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.
8. Tes Laboratorium
bila diperlukan
(Anemia).
didaerah endemis.
18
baru lahir, ASI ekslusif, keluarga berencana dan imunisasi pada bayi.
hamil.
10. Tata Laksana atau mendapatkan pengobatan yaitu jika ibu mempunyai
2.4.1 Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
(Notoadmodjo,2018).
pernah dialami secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
stimulasi/objek tersebut
2. Tingkat pengetahuan
a. Tahu (know)
b. Memahami (Comprehension)
pelajari.
c. Aplikasi (Application)
d. Analisis
lain.Analisis (Analyis)
e. Sintesis (Synthesis)
f. Evaluasi (Evaluation)
sudah ada.
3. Pengukuran Pengetahuan
penerimaan.
lower = 2,479 dan nilai upper = 80,682 artinya ibu hamil yang
(p value) = 0,07. Sehingga 0,07 lebih besar dari 0,05 (0,07 > 0,05)
2019.
terhadap objek tertentu. Individu yang dalam hal ini adalah ibu hamil
yang paling tinggi. Sebaliknya, bila ibu memiliki sikap yang tidak
toksoid, hal ini terjadi karena beberapa faktor eksternal seperti faktor
memiliki pengetahuan yang cukup namun karena sikap ibu positif maka
ini diambil dari nama penciptanya yaitu Rensis Likert, seorang ahli
skala Likert ini terdiri dari 5 pilihan skala yang mempunyai gradasi
2) Setuju (S)
jawaban dari Responden tersebut dapat diberi bobot nilai atau skor
Tidak Setuju, diberi nilai 2 STS = Sangat Tidak Setuju, diberi nilai
2). Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ,
mendapatkan imunisasi TT satu kali, ibu akan tahu dan mau untuk
saat kehamilannya.
Indriyani (2020) didapatkan hasil uji statistik chi square diperoleh nilai
p-value 0.009 lebih kecil dibandingkan nilai signifikasi 0.05 (0.000 <
bahwa ibu dengan sikap baik berpeluang 6.4 kali melakukan imunisasi
TT.
Ampat” didapatkan hasil uji chi square dengan nilai p-value= 0,001, hal
patuh.
28
value= 0,008 (< 0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya ada
dukungan informatif.
besar dari 0,05 (0,111 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0
2017).
jauh rumah ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan. Konsep jarak tempat
Pengaruh jarak tempat tinggal dengan tempat kegiatan tak terlepas dari
adanya besarnya biaya yang digunakan dan waktu yang lama. Kaitannya
terjadi, tentu tidak akan memuaskan pasien, maka disebut suatu pelayanan
32
dari segi jarak pemukiman, kelengkapan alat-alat dan obat yang tersedia
(Syafrudin, 2016)
posisi yang dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan,
yang dalam kerjanya saling berkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat,
1996).
perlu pengetahuan dan sifat positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
2016).
Membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang
ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saya
digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut
Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya pada ibu-ibu yang
bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut
(Notoatmodjo, 2016)
status imunisasi TT, petugas kesehatan yang tidak mengingatkan ibu untuk
imunisasi baik secara lisan maupun tulisan kembali dibuku KIA maupun
2016).
35
Hal ini juga didukung dengan teori yang menjelaskan bahwa peran
Kabupaten Bantul pada tahun 2015 sebesar 100% pada tahun 2015
sempat terjadi pada tahun 2010 sampai 2011, kemudian menurun pada
tahun 2012 dan kembali terus meningkat sampai dengan tahun 2015.
tetanus toksoid, hal ini terjadi karena beberapa faktor eksternal seperti
ibu memiliki pengetahuan yang cukup namun karena sikap ibu positif
Faktor Karateristik
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap Ibu
Sosial Ekonomi/Pendapatan
Keluarga
Kelengkapan Imunisasi TT
Pekerjaan
pada Ibu hamil
Faktor Pendorong
Dukungan Suami
Dukungan Petugas
Kesehatan
Peralatan Imunisasi
Kepatuhan Ibu