Anda di halaman 1dari 94

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang

dengan sangat pesat, sehingga melahirkan tantangan dalam berbagai aspek

kehidupan manusia, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Pendidikan

merupakan suatu aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia,

karena melalui pendidikan manusia dapat memberdayakan potensi diri, alam

serta lingkungan untuk kepentingan hidupnya. Selain itu melalui pendidikan

manusia dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Hal ini

sesuai dengan firman Allah SWT surat Mujadalah ayat 11 yaitu:

              

              

  

Artinya :
Hai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah
kelapangan di dalam majelis- majelis", maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Teliti apa yang kamu kerjakan. (QS 58.11)1

Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu hal

yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Allah SWT memberikan

1
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2015), hlm. 543.

1
2

keutamaan kepada orang yang berilmu sebagaimana Dia memberikan

keutamaan kepada orang yang beriman. Salah satu diantara ilmu pengetahuan

tersebut adalah matematika.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika merupakan ilmu

tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

mengenai bilangan. 2 Sedangkan menurut James dan James dalam kamus

matematikanya dikutip oleh Erman Suherman, dkk. dalam buku Strategi

Pembelajaran Matematika Kontemporer, mengatakan bahwa matematika

adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-

konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang

banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan

geometri.3

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

diajarkan kepada siswa mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab X

pasal 37 ayat 1, sebagaimana dikutip oleh Hasbullah dalam Dasar- Dasar Ilmu

Pendidikan, dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah

harus memuat beberapa mata pelajaran salah satu diantaranya adalah


4
matematika. Erman Suherman dkk, dalam bukunya menyatakan bahwa

matematika sekolah memegang peran penting diantaranya:

2
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), cet.ke-3, hal. 723
3
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
JICA, 2001), hlm. 18.
4
Hasbullah, Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm.
319-320
3

1. Para pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis


dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Misalnya dapat
berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan,
mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan
kalkulator dan komputer.
2. Mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut dan membantu
memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi,
geometri, ekonomi, dan sebagainya.
3. Agar siswa dapat berfikir logis, kritis, dan praktis serta bersikap positif
dan berjiwa kreatif.
4. Sebagai warga negara yang layak, yang sejajar dengan warga negara lain
tentunya harus memiliki pengetahuan umum minimum. Pegetahuan
umum minimum itu diantaranya adalah matematika.5

Mengingat pentingnya peran matematika, berbagai usaha telah dilakukan

untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, mulai dari

pengembangan kurikulum pendidikan, seminar, pemberian kesempatan

kepada guru untuk mengikuti pendidikan lanjut, serta mengadakan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk semua bidang studi

termasuk bidang studi matematika. Namun hal tersebut belum memperlihakan

hasil yang memuaskan. Stigma bahwa matematika merupakan mata pelajaran

yang menakutkan, sulit dan membosankan masih menjadi kendala tersendiri

dalam proses pembelajaran matematika, selain itu kurangnya motivasi dan

minat siswa terhadap pelajaran matematika juga ikut andil sebagai penyebab

belum tercapainya prestasi belajar matematika yang memuaskan. Untuk

mengatasi hal tersebut pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan

Dasar dan Menengah mengembangkan sebuah program kompetisi yang

membangkitkan minat dan kegemaran siswa terhadap mata pelajaran

matematika, yaitu melalui program Olimpiade Sains Nasional (OSN)

5
Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran …., hlm. 58-59.
4

Olimpiade Sains Nasinal (OSN) adalah sebuah program kompetisi dalam

bidang sains bagi para siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA yang

dirancang oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan mutu

pendidikan khususnya bidang Matematika, IPA, dan IPS yang berasaskan

pendidikan karakter. Program Olimpiade Sains Nasional (OSN) pertama kali

dilaksanakan pada tahun 2002 di Yogyakarta, dan masih berlangsung hingga

saat ini. Sasaran dari pelaksanaan program Olimpiade Sains Nasional (OSN)

adalah siswa sekolah pada jenjang SD, SMP dan SMA baik negeri maupun

swasta yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Untuk memberikan kesempatan yang sama kepada siswa madrasah dalam

belajar, beraktivitas dan berprestasi, Kementerian Agama RI melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam pada tahun 2012 merancang sebuah

program kompetisi sains yang diperuntukkan secara khusus bagi siswa

madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah) yaitu program Kompetisi

Sains Marasah (KSM). Adapun tujuan program Kompetisi Sains Madrasah

(KSM) secara umum adalah meningkatkan mutu pendidikan Sains di

madrasah/sekolah secara komprehensif melalui penumbuhkembangan budaya

belajar, kreativitas, dan motivasi meraih prestasi terbaik dalam ridha Allah

SWT dengan kompetisi yang sehat dan menjunjung tinggi sportivitas dan

nilai- nilai Islam dalam mempelajari dan memahami sains. Sedangkan tujuan

program Kompetisi Sains Madrasah (KSM) secara khusus adalah:


5

a. Menyediakan wahana bagi siswa madrasah/ sekolah untuk

mengembangkan bakat dan minat di bidang Sains sehingga dapat

menumbuhkan dan mencintai Sains bagi siswa madrasah/ sekolah.

b. Memotivasi siswa madrasah/sekolah agar selalu meningkatkan

kemampuan intelektual, emosioal dan spiritual berdasarkan nilai-

nilai agama.

c. Menumbuhkembangkan budaya kompetitif yang sehat dikalangan

siswa madrasah.

d. Memberikan kesempatan yang sama kepada siswa madrasah dalam

belajar, beraktivitas dan berprestasi. 6

Sebagaimana pada Olimpiade Sains Nasional (OSN), terdapat berbagai

bidang yang dilombakan dalam Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

diantaranya adalah matematika, IPA dan IPS.

Pelaksanaan program Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Kompetisi

Sains Madrasah (KSM) berlangsung secara terpisah, dalam artian Olimpiade

Sains Nasional (OSN) diikut oleh siswa sekolah umum yang berada di bawah

naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan Kompetisi

Sains Madrasah (KSM) diikuti oleh siswa madrasah yang berada dibawah

naungan Kementerian Agama. Namun pada tahun 2016 berdasarkan

kesepakatan antara Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dapat diikuti oleh siswa

6
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
6

sekolah umum dan sebaliknya, Olimpiade Sains Nasional juga dapat diikuti

oleh siswa madrasah.7

Selain hal tersebut pada tahun 2016, terdapat perubahan mengenai materi

yang dilombakan dalam Kompetisi Sains Madrasah yang menjadi pembeda

antara program Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Kompetisi Sains

Madrasah (KSM) yaitu penambahan materi agama Islam pada setiap materi

yang dilombakan, sehingga setiap siswa tidak hanya menjawab soal sains

tetapi juga soal agama Islam. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya

memahami ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga mampu menguasai

ilmu agama Islam. 8 Adanya integrasi antara ilmu pengetahuan dan ilmu

agama ini diharapkan mampu melahirkan generasi- generasi handal yang

memiliki keseimbangan antara ilmu dan iman guna menjawab berbagai

tantangan di era globalisasi ini.

Hingga saat ini, Kompetisi Sains Madrasah (KSM) telah berlangsung

sebanyak 7 kali, dan diadakan diberbagai kota yang berbeda di setiap

tahunnya. Untuk tahun 2018, Kota Bukittinggi meraih kehormatan untuk

menjadi tuan rumah pelaksanaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat

Provinsi Sumatra Barat yang diadakan pada 25 Juli 2018. 9 Bukittinggi

merupakan suatu kota di Provinsi Sumatera Barat yang terkenal sebagai kota

wisata yang memiliki banyak tempat berpanorama indah. Selain sebagai kota

7
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2016”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 20.00 WIB.
8
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2016”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 20.00 WIB.
9
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2016”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 20.00 WIB
7

wisata, Bukittinggi juga dikenal sebagai kota pendidikan, dimana bidang

pendidikan ditetapkan sebagai potensi unggulan. Peningkatan pelayanan

pendidikan dijadikan sebagai salah satu agenda pembangunan tidak hanya

pada pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga pada pengembangan

pendidikan tinggi yang berbasis aqidah.10

Bukittinggi sebagai kota pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai karena terdapat 34 Taman Kanak- kanak, 59

Sekolah Dasar, 10 SLTP, 15 SMU, 13 SMK dan 18 Perguruan Tinggi.

Jangkauan pelayanan pendidikan tidak hanya untuk putra daerah Kota

Bukitinggi, akan tetapi meliputi wilayah Sumatra Barat bagian Utara,

sebagian Riau, Sumatra Utara dan Jambi. Demikian juga tenaga guru/ dosen

yang telah memadai sehingga prestasi akademik pelajar kota Bukittinggi

sangat membanggakan.11

Namun berdasarkan hasil dari Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat

provinsi, Bukittinggi tidak mampu mengirimkan kontingennya dari tingkat

Madrasah Tsanawiyah untuk mewakili Sumatera Barat di ajang Kompetisi

Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional. Sebagai kota pendidikan dengan

segala sarana dan prasarananya, Bukittinggi seharusnya mampu menjadi

perwakilan Sumatera Barat dalam gelaran Kompetisi Sains yang bergengsi

ini.

MTsN 1 Bukittinggi sebagai salah satu Madrasah Tsanawiyah terbaik

yang mewakili Bukittinggi dalam ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

10
Pemerintahan Kota Bukittinggi, “Potensi Kota Bukittinggi”,diakses dari
http://www.bukittinggikota.go.id/profil/potensi pada Kamis, 17 Mei 2018 pukul 17.10 WIB.
11
Pemerintahan Kota Bukittinggi, “Potensi Kota Bukittinggi”,diakses dari
http://www.bukittinggikota.go.id/profil/potensi pada Kamis, 17 Mei 2018 pukul 17.10 WIB.
8

tingkat provinsi, belum mampu mengantarkan siswanya untuk berlaga dalam

ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional. Sebelumnya pada

Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tahun 2018 tingkat kabupaten/ kota yang

diadakan pada 21 Mei 2018, MTsN 1 Bukittinggi berhasil mengisi 7 dari 9

kursi perwakilan kota untuk mengikuti Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

tingkat provinsi. Untuk bidang matematika, MTsN 1 Bukittinggi berhasil

mengisi 100% atau seluruh kursi perwakilan kota untuk mengikuti Kompetisi

Sains Madrasah (KSM) tingkat provinsi.12

MTsN 1 Bukittinggi telah melakukan berbagai upaya untuk

memfasilitasi siswanya agar dapat memperoleh prestasi gemilang di berbagai

ajang Kompetisi Sains bidang matematika seperti OSN (Olimpiade Sains

Nasional) dan KSM (Kompetisi Sains Nasional). Salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan mengadakan pembinaan. Pembinaan adalah usaha

atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan, pemantapan, peningkatan,

arahan terhadap pola pikir, sikap mental, perilaku serta minat, bakat dan

keterampilan para siswa, melalui program ekstrakurikuler dalam mendukung

keberhasilan program kurikuler.13

Dalam pelaksanaannya, pembinaan di MTsN 1 Bukittinggi dilakukan

melalui kegiatan ekstrakurikuler yaitu ekstrakurikuler olimpiade matematika.

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan

12
Kementerian Agama KotaBukittinggi , “ 34 Orang Siswa Madrasah Kota Bukittinggi
Berhak Maju Pada KSM Tingkat Propinsi Sumatera Barat”,diakses dari
https://sumbar.kemenag.go.id/post/5af909td01125/34-orang-siswa-madrasah-kota-bukittinggi-
berhak-maju-pada-ksm-tingkat-propinsi-sumatera-barat.html pada Senin, 09 Juli 2018 pukul
15.10 WIB.
13
Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoretik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 241.
9

pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai

dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang

secara khusus diselenggarakan oleh pihak pendidik atau tenaga kependidikan

yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah atau madrasah.14

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di MTsN 1

Bukittinggi pada Rabu, 11 April 2018, kepada Ibu Betsi Febriyona, selaku

salah seorang guru mata pelajaran matematika sekaligus pembina kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika, beliau menyatakan bahwa

Ekstrakurikuler olimpiade matematika adalah suatu wadah atau program yang

dikembangkan oleh MTsN 1 Bukittinggi sejak tahun 2007 untuk

mengembangkan bakat dan minat siswa pada bidang studi matematika. Adapun

Tujuan utama pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi adalah untuk menyaring siswa- siswa yang memiliki bakat

dan kemampuan tinggi dalam bidang studi pendidikan matematika untuk

kemudian dibina guna mempersiapkan calon- calon peserta olimpiade

matematika yang akan membawa dan mengharumkan nama sekolah dalam

ajang Kompetisi Sains seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN), Kompetisi

Sains Nasional (KSM), dan kompetisi matematika lainnya. Selain itu

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika dilakukan untuk

meningkatkan motivasi dan prestasi siswa pada mata pelajaran matematika.15

14
Rohinah M. Noor, The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hlm. 75
15
Hasil wawancara dengan Ibu Betsi Febriyona, salah seorang guru mata pelajaran
matematika sekaligus pembina kegiatan ekstrakurikuler pembinaan olimpiade matematika MTsN 1
Bukitinggi (dilaksanakan pada Rabu, 11 April 2018).
10

Kegiatan pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi dilaksanakan secara berkesinambungan dan

terus menerus. Dimana kegiatan ini dilakasanakan setiap satu minggu sekali

yaitu pada hari selasa dengan durasi 90 menit, yang mulai pukul 14.45 sampai

pukul 16.15 WIB.16 Kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi diampu oleh 2 orang guru pembina yang merupakan guru mata

pelajaran matematika di MTsN 1 Bukittinggi.

Meskipun telah dilakukan secara berkesinambungan dan terus- menerus,

kegiatan pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi belum memperlihatkan hasil yang optimal. Hal ini dapat

dilihat dari belum mampunya MTsN 1 Bukittiggi meloloskan siswanya ke

ajang OSN maupun KSM tingkat provinsi selama beberapa tahun terakhir.17

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Kompetisi Sains

Madrasah (KSM) bidang Matematika di MTsN 1 Bukittinggi ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

16
Hasil wawancara dengan Ibu Asmah Dewita, salah seorang guru mata pelajaran
matematika sekaligus pembina kegiatan ekstrakurikuler pembinaan olimpiade matematika MTsN 1
Bukitinggi (dilaksanakan pada Kamis, 05 April 2018).
17
Hasil wawancara dengan Ibu Betsi Febriyona, salah seorang guru mata pelajaran
matematika sekaligus pembina kegiatan ekstrakurikuler pembinaan olimpiade matematika MTsN 1
Bukitinggi (dilaksanakan pada Rabu, 11 April 2018).
11

1. Matematika dianggap senagai mata pelajaran yang menakutkan, sulit dan

membosankan.

2. kurangnya motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran matematika

3. Bukittinggi belum mampu untuk mewakili Sumatra Barat ke Kompetisi

Sains Madrasah (KSM) tingkat Nasional.

4. MTsN 1 Bukittinggi sebagai salah satu Madrasah Tsanawiyah terbaik di

Bukittinggi belum mampu mengantarkan siswanya untuk berlaga dalam

ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional.

5. Pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika yang

diadakan MTsN 1 Bukittinggi belum memberikan hasil yang optimal.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan permasalahan dari identifikasi masalah di

atas dan agar permasalahan lebih fokus, maka masalah pada penelitian ini

dibatasi pada pelaksanaan pembinaan Kompetisi Sains Madrasah bidang

matematika melalui kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN

1 Bukittinggi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka dapat disusun pertanyaan-

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

di MTsN 1 Bukittinggi?

2. Apa kendala- kendala yang dihadapi guru pembina kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi?


12

3. Apa kendala- kendala yang dihadapi siswa kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disusun tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi.

2. Untuk mendeskripsikan kendala- kendala yang dihadapi guru pembina

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi.

3. Untuk mendeskripsikan kendala- kendala yang dihadapi siswa peserta

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi.

F. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti

akan menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam tulisan ini, antara lain:

1. Pembinaan

Pembinaan adalah usaha atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan,

pemantapan, peningkatan, arahan terhadap pola pikir, sikap mental,

perilaku serta minat, bakat dan keterampilan para siswa, melalui program

ekstrakurikuler dalam mendukung keberhasilan program kurikuler.

2. Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan

pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai

dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang

secara khusus diselenggarakan oleh pihak pendidik atau tenaga


13

kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah atau

madrasah.

3. Olimpiade Matematika

olimpiade matematika adalah suatu kompetisi matematika yang menguji

kemampuan matematika siswa SD, SMP, dan SMA, dan sederajat, baik di

tingkat daerah, provinsi, nasional, atau internasional.

4. Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

Kompetisi Sains Madrasah (KSM) merupakan suatu program kompetisi

Sains tahunan yang diadakan oleh Kementerian Agama RI melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

5. Kendala

Kendala adalah keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah

pencapaian sasaran/ tujuan.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Untuk memberikan pengetahuan dan motivasi pada siswa dalam

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

2. Guru pembina

Sebagai pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika.

3. Kepala Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terutama yang

berkenaan dengan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika


14

4. Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan

matematika IAIN Bukittinggi dan sebagai tambahan wawasan serta

pengalaman dalam penulisan karya ilmiah.

4. Peneliti Lainnya

Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian terkait di masa yang

akan datang.

H. Sistemetika Penulisan

Pokok bahasan pada proposal penelitian ini terdiri dari lima bab. Masing

masing bab mempunyai sub-sub bab tertentu.

Bab I adalah bab pendahuluan yang meliputi pokok pikiran yang

melandasi skripsi ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, defenisi operasional dan sistematika penulisan.

Bab II adalah bab kajian teori yang mendukung permasalahan yang

diangkat. Pada bab ini dijabarkan mengenai Pembinaan, Ekstrakurikuler,

Olimpiade Matematika dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

Bab III adalah bab metodologi penelitian. Bab ini berisi tentang jenis

penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, instrument penelitian, teknik

pengumpulan data , teknik analisis data, teknik penguji keabsahan data.

Bab IV adalah bab hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini

diuraikan deskripsi data, analisis data, dan pembahasan.


15

Bab V adalah bab penutup. Bab ini berisi kesimpulann penelitian dan saran

penulis.
16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapatkan awalan “pe” dan

akhiran “an”, sehingga menjadi kata pembinaan. Menurut Kamus Bahasa

Indonesia Kontemporer, pembinaan adalah upaya untuk mendapatkan hasil

yang lebih baik.18 Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan

yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, teratur dan bertangung jawab

dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan pengembangan kemampuan serta

sumber- sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.

Pembinaan juga dapat diartikan sebagai: “bantuan dari seseorang atau

kelompok yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui

materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga

tercapai apa yang diharapkan.19

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah

aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana, terarah, teratur,

dan bertangung jawab dari seseorang atau kelompok yang ditujukan kepada

orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dalam rangka

penumbuhan, peningkatan dan pengembangan kemampuan serta sumber-

sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.

18
Peter salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,(Jakarta:
Modern English Press, 2002), hlm.205
19
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.144.
17

Sedangkan “pembinaan” terhadap siswa mempunyai arti khusus, yaitu

usaha atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan, pemantapan, peningkatan,

arahan terhadap pola pikir, sikap mental, perilaku serta minat, bakat dan

keterampilan para siswa, melalui program ekstrakurikuler dalam mendukung

keberhasilan program kurikuler.20

Wahdjosumidjo dalam bukunya Kepemipinan Kepala Sekolah: Tinjauan

Teoretik dan Permasalahannya, menyatakan bahwa pembinaan dilakukan

melalui empat jalur, salah satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler. 21 Hal

ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan pasal 3 ayat 1, dinyatakan

bahwa pembinaan kesiswaan dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler

dan kokurikuler.22

B. Ekstrakurikuler

1. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ekstrakurikuler adalah

kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum,

seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. Menurut Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006,

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata


pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan

20
Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoretik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 241.
21
Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoretik dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 242-244.
22
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 39 tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan,(Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi Departemen Pendidikan Nasional), hlm. 4
18

peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pihak
pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah atau madrasah.23

Menurut B. Suryosubroto kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang

yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di

sekolah atau di luar sekolah dengan maksud mengembangkan salah satu

bidang pelajaran yang diminati oleh siswa, misalnya: olah raga, kesenian,

berbagai macam keterampilan dan kepramukaan. 24 Sedangkan defenisi

kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah

Kejuruan dikutip oleh B. Suryosubroto dalam buku Proses Belajar

Mengajar di Sekolah adalah:

Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan


di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.25

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan

pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai

dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang

secara khusus diselenggarakan oleh pihak pendidik atau tenaga

kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah atau

madrasah.

23
Rohinah M. Noor, The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), hlm. 75
24
B. Suryosubrota, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
hlm. 270- 271
25
B. Suryosubrota, Proses Belajar …, hlm. 271
19

2. Tujuan Ekstrakurikuler

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No. 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Satuan

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, pasal 2 dinyatakan bahwa:

Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk


mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.26
Selain itu B. Suryosubroto dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di

Sekolah, menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tujuan

sebagai berikut:

a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan

siswa beraspek kognitif, afektif, dan spikomotor.

b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan

pribadi menuju pembinaan manusia secara seutuhnya yang positif.

c. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan

suatu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.27

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan

ekstrakurikler adalah:

a. Kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam aspek kognitif, afektif dan spikomotor.

26
Sisi Edukasi,” Permendikbud Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah ”, diakses
dari http://www.berkasedukasi.com/2017/05/permendikbud-tentang-kegiatan.html?m+1, pada
Kamis,26 April 2018 pukul 15.30 WIB
27
B. Suyosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1997), hlm. 272
20

b. Mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,

kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam

rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

c. Dapat mengetahui, mengenal, serta membedakan antara hubungan

suatu pelajaran dengan pelajaran lainnya.

3. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No.62 tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler pada

pendidikan dasar dan pendidikan menengah pasal 3 dinyatakan bahwa

kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas:

a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib.

Merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan

satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik.

Adapun bentuk kegiatan ini berupa pendidikan kepramukaan.

b. Kegiatan ekstrakurikuler Pilihan.

Merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan dan

diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai dengan bakat dan

minat peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan dapat

berbentuk latihan olah- bakat dan latihan olah- minat.28

Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia dalam Panduan

Pengembangan Diri: Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

menyatakan bahwa jenis- jenis kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai

berikut:
28
Sisi Edukasi,” Permendikbud Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Sekolah ”, diakses
dari http://www.berkasedukasi.com/2017/05/permendikbud-tentang-kegiatan.html?m+1, pada
Kamis,26 April 2018 pukul 15.30 WIB
21

a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka (PASKIBRAKA).

b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan

penguasaan keilmuan, kemampuan akademik, dan penelitian.

c. Latihan/ lomba keberbakat/ prestasi, meliputi pengembangan bakat

olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, dan

keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain

karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni

budaya.29

4. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin, spontan, dan

keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor, dan

tenaga kependidikan di sekolah/ madrasah.

b. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai

dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan

pelaksana sebagaimana telah direncanakan.30

Format pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler/ rambu- rambu

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler menurut Asosiasi Bimbingan Dan

Konseling Indonesia terdiri dari kegiatan: rekrutmen peserta, penyiapan

29
Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia, Panduan Pengembangan Diri: Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah , (Jakarta: ABKN, 2006), hlm. 14
30
Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia, Panduan …, hlm. 15
22

perlengkapan dan peralatan, penyiapan pelaksana kegiatan, kegiatan awal,

kegiatan inti, kegiatan akhir dan evaluasi.31

a. Rekrutmen peserta

Rekrutmen atau perekrutan menurut Kamus Bahasa Indonesia

Kontemporer adalah proses, cara, atau perbuatan untuk

memasukkan atau mendaftarkan calon anggota baru.32 Rekrutmen

peserta didik pada hakikatnya adalah proses pencarian, menentukan

peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta kegiatan. 33

Kegiatan rekrutmen dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, potensi,

bakat, dan minat peserta didik yang menjadi ciri khas dari jenis

kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud.34

b. Penyiapan perlengkapan dan peralatan

Kegiatan penyiapan perlengkapan dan peralatan dilakukan sesuai

dengan tahap- tahap kegiatan.

c. Penyiapan pelaksana kegiatan.

Pelaksana kegiatan ekstrakurikuler adalah pendidik atau tenaga

kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada

substansi kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud.35

d. Kegiatan awal

31
Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia, Panduan …, hlm. 49
32
Peter salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,(Jakarta:
Modern English Press, 2002), hlm.1254
33
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT INDEKS, 2014), hlm. 32
34
Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia, Panduan …, hlm. 49
23

Kegiatan awal dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah

bentuk kegiatan yang bertujuan menyiapkan peserta untuk dapat

melaksanakan kegiatan inti.

e. Kegiatan inti: sesuai dengan substansi untuk mencapai tujuan

kegiatan.

f. Kegiatan akhir.

g. Evaluasi.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer evaluasi

adalah kegiatan dengan sungguh- sungguh mengamati,

mengkoreksi, menimbang baik buruknya suatu masalah yang

dilakukan oleh suatu tim secara formal dengan dasar- dasar tertentu

kemudian memberi penghargaan seberapa bobotnya, kualitasnya,

atau kemampuannya. 36 Sedangkan menurut Jumanta Hamdayama

evaluasi adalah suatu proses penentuan nilai seseorang dengan

menggunakan patokan- patokan tertentu untuk mencapai tujuan.37

Kegiatan evaluasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler

dilaksanakan secara berkala pada waktu tertentu. Evaluasi

dilakukan terhadap hasil dan proses penyelenggaraan tahap- tahap

pelaksanaan kegiatan. Dalam evaluasi dihasilkan kualitas

pencapaian peserta didik berkenaan dengan kegiatan yang

dimaksud.38

36
Peter salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,(Jakarta:
Modern English Press, 2002), hlm. 411
37
Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,2016),
hlm.193-194
38
Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia, Panduan …, hlm. 49
24

C. Olimpiade Matematika

Istilah olimpiade matematika terdiri dari dua kata yaitu olimpiade dan

matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Olimpiade adalah pesta

olahraga antarnegara yang diadakan empat tahun sekali dan hanya diikuti oleh

atlet amatir.39 Sedangkan matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan

antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan di penyelesaian

masalah mengenai bilangan. 40 Olimpiade matematika adalah suatu kompetisi

matematika yang menguji kemampuan matematika siswa SD, SMP, dan SMA,

dan sederajat, baik di tingkat daerah, provinsi, nasional, atau internasional.

Olimpiade atau secara umum disebut kompetisi matematika adalah kegiatan

yang berorientasi pada pemecahan masalah.41

Olimpiade matematika merupakan bagian integrasi dari Olimpiade Sains

Nasional sehingga tujuan pelaksanaan olimpiade matematika juga tercakup

dalam tujuan pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional yaitu meningkatkan mutu

pendidikan khususnya bidang Matematika yang berdasarkan pada pendidikan

karakter. Sedangkan tujuan khusus pelaksanaan olimpiade matematika adalah

sebagai berikut:

1. Memotivasi sekolah agar berperan aktif memfasilitasi siswa guna

meningkatkan prestasi belajar matematika.

2. Meningkatkan minat dan kegemaran siswa terhadap bidang

matematika.

39
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), cet.ke-3, hal.797
40
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar......., h. 723
41
Ahmad Muchlis, Dkk, Maju Dengan Olimpiade Matematika, (Jakarta: Karya Duta
Wahana, 2006), hlm. v
25

3. Menumbuhkembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis,

sistematis, kreatif, inovatif, dan produktif sebagai bekal dalam

kehidupan.

4. Menanamkan kesadaran dan keberanian siswa untuk mencoba,

belajar menerapka secara langsung, dan dapat berprestasi secara

optimal.

5. Menanamkan sifat kompetitif dan bekerjasama yang sehat sejak

dini.

6. Memetakan kemampuan siswa dalam bidang matematika sesuai

standar mutu pendidikan secara nasional.

7. Mengidentifikasi siswa berprestasi disetiap sekolah, kabupaten/

kota, provinsi dan nasional dalam bidang matematika.

8. Menyeleksi siswa terbaik tingkat nasional untuk diikutsertakan pada

perlombaan pada tingkat internasional.

9. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi pada

bidang matematika.42

Terdapat berbagai bentuk olimpiade dan kompetisi matematika yang

diadakan di Indonesia, mulai dari kompetisi matematika yang diadakan oleh

pihak universitas atau pergurun tinggi, hingga olimpiade dan kompetisi yang

dilakukan oleh negara/pemerintah.43 Salah satu bentuk kompetisi matematika

yang diadakan oleh negara/ pemerintah adalah Kompetisi Sains Madrasah

(KSM).

42
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, “Petunjuk Pelaksanaan
Olimpiade Sains Nasional (OSN) Sekolah Menengah Pertama Tahun 2018”, diakses dari
http://ditpsmp.kemdikbud.go.id, pada Minggu, 08 April 2018 pukul 11.10 WIB
43
Abdul Aziz dan Wiji Lestari, Kupas Tuntas: Olimpiade Matematika SMP,
(Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2010), hlm. iii
26

D. Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

Kompetisi Sains Madrasah (KSM) merupakan suatu program kompetisi

Sains tahunan yang diadakan oleh Kementerian Agama RI melalui Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam. Kompetisi Sains Madrasah (KSM) diadakan

pertama kali pada tahun 2012 yang diperuntukkan secara khusus bagi siswa

madrasah (Ibtidaiyah, tsanawiyah, dan Aliyah), namun semenjak tahun 2016

Kompetisi Sains Madrasah (KSM) juga dapat diikuti oleh siswa yang berasal

dari sekolah umum seperti SD, SMP dan SMA yang berada di bawah naungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Secara umum Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bertujuan untuk

meningkatkan mutu pendidikan Sains di madrasah/sekolah secara

komprehensif melalui penumbuhkembangan budaya belajar,

kreativitas, dan motivasi meraih prestasi terbaik dalam ridha Allah

SWT dengan kompetisi yang sehat dan menjunjung tinggi sportivitas

dan nilai- nilai Islam dalam mempelajari dan memahami sains.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus Kompetisi Sains Madrasah (KSM) adalah sebagai

berikut:

e. Menyediakan wahana bagi siswa madrasah/ sekolah untuk

mengembangkan bakat dan minat dibidang Sains sehingga

dapat menumbuhkan dan mencintai Sains bagi siswa madrasah/

sekolah.
27

f. Memotivasi siswa madrasah/sekolah agar selalu meningkatkan

kemampuan intelektual, emosioal dan spiritual berdasarkan

nilai-nilai agama.

g. Menumbuhkembangkan budaya kompetitif yang sehat

dikalangan siswa madrasah.

h. Memberi kesempatan yang sama bagi siswa madrasahdalam

belajar, berkreativitas dan berprestasi.44

2. Dasar Hukum Pelaksanaan

Dasar pelaksanaan KSM VI Tahun 2018 adalah:

a. Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

b. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

c. Undang- Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Siste Perencanaan

Pembangunan Nasional;

d. Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2017;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2013 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

g. Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan

Organisasi Kementerian Negara;

44
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
28

h. Peraturan Presiden Nomor 24tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas

dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas

dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

i. Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2006 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara di Lingkungan Kementerian Agama;

j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2008

tentang Pembinaan Kesiswaan;

l. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 tahun 2010 tentang Organsasi

dan Tata Kerja Kementerian Agama;

m. Peraturan Menteri Agama No.13 Tahun 2012 tentang Organisasi

ddan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama;

n. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah;

o. Keputusan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana

Strategis Kementerian Agama tahun 2010-2014.45

3. Hasil yang Diharapkan

Dengan dilaksanakannya kegiatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

diharapkan dapat mencapai hasil berupa:

a. Berkembangnya bakat dan minat di bidang sains sehingga dapat

berkreasi dan mencintai sains;


45
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
29

b. Siswa madrasah memiliki motivasi untuk selalu meningkatkan

kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual berdasarkan nilai-

nilai agama sehingga menjadi yang terbaik di bidangnya;

c. Berkembangnya budaya kompetitif yang sehat di kalangan siswa

madrasah;

d. Terjaringnya bibit unggul dan berprestasi sebagai calon peserta ajang

kompetisi tingkat Internasional;

e. Menghasilkan siswa- siswi terbaik di setiap bidang dan menjadi

SDM yang mencintai bidang keilmuannya.46

4. Bidang yang dilombakan

MI MTs MA
Matematika Matematika terintegrasi Matematika
Terintegrasi Terintegrasi
Sains IPA Terintegrasi IPA Terpadu Teritegrasi Biologi Terintegrasi
IPS Terpadu Terintegrasi Fisika Terintegrasi
Kimia Terintegrasi
Ekonomi
Terintegrasi
Geografi Terintegrasi

5. Tahapan Pelaksanaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

Kegiatan Kompetisi Sains Madrasah dilaksanakan secara bertahap

mulai dari tingkat sekolah, tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional

dengan mekanisme sebagai berikut:

a. KSM Satuan Pendidikan

46
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
30

KSM Satuan Pendidikan merupakan tahapan awal seleksi KSM di

tingkat satuan pendidikan madrasah/ sekolah. Tahapan KSM ini

dimaksudkan untuk menentukan siswa terbaik mewakili masing-

masing satuan pendidikan madrasah/ sekolah yang dikirim untuk

mengikuti KSM Kabupaten/ Kota.

Adapun ketentuan dan mekanisme seleksi KSM Satuan

Pendidikan adalah:

1) Peserta KSM Satuan Pendidikan adalah siswa terbaik di setiap

madrasah/sekolah yang dijaring melalui salah satu dari dua

cara:

i. Penunjukan langsung oleh guru berdasarkan hasil

prestasi akademik selama proses pembelajaran di

madrasah/sekolah;

ii. Pelaksanaan seleksi khusus untuk memberikan

kesempatan kepada semua siswa yang memenuhi

persyaratan mengikuti KSM Kabupaten/Kota;

2) Dalam madrasah/sekolah menyelenggarakan seleksi khusus

KSM Satuan Pendidikan, penyiapan soal seleksi dan penilaian

menjadi tanggung jawab madrasah/ sekolah yang

bersangkutan;

3) Hasil seleksi KSM Satuan Pendidikan diumumkan di Papan

Pengumuman Madrasah/Sekolah atau di Website Madrasah;


31

4) Siswa terbaik perbidang studi akan mewakili madrasahnya

untuk mengikuti tahapan seleksi selanjutnya di tingkat

Kabupaten/Kota;

5) Kepala Madrasah/ Sekolah dapat mengirimkan 1-3 siswa

terbaiknya per bidang studi berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan oleh Komite KSM Kabupaten/Kota dengan

mempertimbangkan ketersediaan anggaran;

6) Pembiayaan kegiatan KSM Satuan Pendidikan dapat

dibebankan pada anggaran BOS dari Madrasah yang

bersangkutan atau sumber lain yang sah.

b. KSM Kabupaten/Kota

KSM Kabupaten/Kota merupakan tahapan seleksi KSM di

tingkat Kabupaten/Kota. Tahapan ini dimaksudkan untuk menjaring

siswa terbaik per bidang studi yang mewakili setiap Kabupaten/Kota

untuk mengikuti tahapan KSM Provinsi.

Adapun ketentuan dalam tahap kegiatan seleksi KSM

Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

1) Peserta KSM Kabupaten/Kota diikuti oleh siswa terbaik per

bidang studi yang dilombakan yang merupakan hasil tahapan

seleksi KSM Satuan Pendidikan di wilayah kabupaten/kota

setempat;

2) Setiap Madrasah/ Sekolah dapat mengirimkan 1-3 siswa

terbaik perbidang studi yang dilombakan dengan jumlah

maksimal ditentukan oleh Komite KSM Kabupaten/Kota


32

dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran KSM

Kabupaten/Kota.

3) Pendaftaran peserta KSM Kabupaten/Kota menggunakan

aplikasi pendaftaran yang disiapkan oleh Komite KSM

Nasional;

4) Seleksi KSM Kabupaten/Kota dilakukan secara serentak

secara nasional dengan menggunakan sistem Tes Berbasis

Kertas Pensil atau Paper- Based Test (PBT);

5) Master Soal seleksi KSM Kabupaten/Kota disiapkan oleh

Komite KSM Nasional dan didistribusikan ke Komite KSM

Kabupaten/Kota pada H-1 pelaksanaan KSM

Kabupaten/Kota;

6) Komite KSM Kabupaten/Kota menggandakan master soal

tersebut dengan biaya dibebankan pada masing- masing

kabupaten/kota;

7) Penilaian hasil KSM Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim

Juri yang ditetapkan oleh Komite KSM Kabupaten/Kota

dengan mengacu pada pedoman penilaian yang ditetapkan

oleh Komite Ahli KSM Nasional;

8) Hasil KSM Kabupaten/Kota dipublikasikan di portal resmi

KSM dan portal resmi Kankemenag Kabupaten/Kota;

9) Siswa terbaik per bidang studi yang dilombakan yang

ditetapkan sebagai hasil KSM Kabupaten/Kota secara


33

otomatis akan diberikan kesempatan mengikuti tahapan

seleksi KSM provinsi;

10) Pembiayaan KSM Kabupaten/Kota dapat bersumber dari

DIPA Kankemenag Kabupaten/Kota, anggaran BOS dari

masing- masing madrasah yang mengirimkan siswanya, atau

sumber lain yang sah.

c. KSM Provinsi

KSM Provinsi merupakan tahapan seleksi KSM di tingkat

Provinsi. Tahapan ini dimaksudkan untuk menjaring siswa terbaik

per bidang studi KSM yang akan mewakili setiap Provinsi untuk

mengikuti KSM Nasional.

Adapun ketentuan dalam tahap kegiatan seleksi KSM Provinsi

adalah sebagai berikut:

1) Peserta KSM Provinsi diikuti siswa terbaik perbidang studi

yang dilombakan sebagai hasil seleksi KSM Kabupaten/Kota

dalam satu provinsi;

2) Setiap Kabupaten/Kota dapat mengirinkan pemenang 1

sampai 3 hasil seleksi tingkat Kabupaten/Kota per bidang

studi yang dilombakan dengan jumlah maksimal ditentukan

oleh Komite KSM Provinsi dengan mempertimbangkan

ketersediaan anggaran penyelenggaraan KSM Provinsi;

3) Seleksi KSM Provinsi dilakukan secara serentak secara

nasional dengan menggunakan sistem Tes Berbasis


34

Komputer atau Computer-Based Test (CBT) yang disiapkan

dan di bawah kendali Komite KSM Nasional;

4) Penilaian hasil KSM Provinsi dilaksanakan oleh tim Juri

yang ditetapkan oleh Komite KSM Nasional dengan berbasis

elektronik, sehingga setiap peserta KSM Provinsi akan dapat

langsung melihat skor/nilai yang diperoleh pada saat siswa

tersebut selesai mengerjakan tes;

5) Hasil KSM Provinsi dipublikasikan di Portal Resmi KSM,

Portal Resmi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,

dan Portal Resmi Kementerian Agama Republik Indonesia;

6) Hasil KSM Provinsi ditetapkan berdasarkan:

i. Petikan siswa terbaik 26 Besar Nasional per bidang

studi;

ii. Siswa terbaik per bidang studi yang dilombakan

berjumlah satu orang;

7) Siswa terbaik hasil KSM Provinsi sebagaimana yang

dimaksudkan dalam poin 6) secara otomatis akan diberikan

kesempatan mengikuti tahapan seleksi KSM Nasional;

8) Pembiayaan KSM Provinsi dapat bersumber dari DIPA

Kanwil Kementerian Agama Provinsi, anggaran BOS dari

masing- masing madrasah yang mengirimkan siswanya, atau

sumber lain yang sah.


35

d. KSM Nasional

KSM Nasional merupakan puncak tahapan seleksi KSM di

tingkat nasional yang dimulai dari KSM Satuan Pendidikan, KSM

Kabupaten/Kota, dan KSM Provinsi. Tahapan ini bermaksud untuk

menjaring siswa terbaik per bidang studi KSM yang akan

mendapatkan Medali Emas, Medali Perak, atau Medali Perunggu

dan penghargaan lainnya.

Adapun ketentuan dalam tahap kegiatan seleksi KSM

Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

1) Peserta KSM Nasional diikuti oleh siswa terbaik per bidang

studi di tingkat provinsi dan siswa terbaik 26 besar nasional

berdasarkan hasil seleksi KSM Provinsi;

2) Setiap Provinsi mengirimkan satu siswa terbaik per bidang

studi yang akan dilombakan dan siswa terbaik 26 besar

nasional (jika ada yang lolos);

3) Seleksi KSM Nasional dilakukan secara serentak secara

nasional dengan menggunakan sistem Tes Berbasis

Komputer atau Computer-Based Test (CBT) yang disiapkan

dan di bawah kendali komite KSM Nasional;

4) Penilaian hasil KSM Nasional (soal teori) dilaksanakan oleh

Tim Juri yang ditetapkan oleh Komite KSM Nasional dengan

berbasis elektronik, sehingga setiap peserta KSM Provinsi

akan dapat langsung melihat skor/nilai yang diperoleh pada

saat siswa tersebut selesi mengerjakan tes. Sedangkan untuk


36

materi seleksi eksperimen akan menggunkan sistem penilaian

secara manual oleh tim juri;

5) Hasil KSM Nasional dipublikasikan di portal Resmi KSM

dan Portal Remi Kementerian Agama Republik Indonesia;

6) Siswa terbaik hasil KSM Nasoinal akan diberikan Medali

Emas, Perak, atau perunggu dan penghargaan lain yang akan

ditetapkan;

7) Pembiayaan KSM Nasional dapat bersumber dari DIPA

Ditjen Pendidikan Islam, anggaran BOS dari masing- masing

madrasah yang mengirimkan siswanya, atau sumber lain

yang sah.47

6. Bentuk Tes

Dalam pelaksanaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) terdapat 2 jenis

tes yaitu tes teori dan tes eksperimen/ eksplorasi.

47
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
37

a. Tes Teori

Tes Teori disesuaikan dengan silabus KSM yang mengacu pada

standar silabus MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA. Untuk konsep

integrasi ke-Islaman terdiri dari mapel Aqidah Akhlak, Qur’an

Hadits, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. Tes teori pada KSM

2018 bertujuan untuk menguji tiga aspek, yakni:

1) Proses sains dan kemampuan berfikir;

2) Konsep dan pengetahuan sains yang terintegrasi dengan

ilmu keislaman; dan

3) Kemampuan dalam aplikasi sains dan teknologi.

b. Tes Eksperimen/Eksplorasi

Tes Eksperimen/ Eksplorasi bertujuan untuk menguji

kemampuan siswa dalam mendesain, menganalisis,

memecahkan masalah, dan mengenali hubungan sebab akibat

antara gejala/ sebab akibat yang sifatnya lebih mengarah ke

aspek praktikal.

Bentuk tes yang dilakukan pada setiap tahapan Kompetisi Sains

Madrasah (KSM) dapat dilihat pada tabel berikut:48

Tabel 2.1 Bentuk Tes Kompetisi Sains Madrasah (KSM)

Tahap Bentuk Tes Penyelenggara Tempat


KSM Satuan Tes Teori Tertulis atau bentuk Komite KSM Madrasah/
Pendidikan tes lain yang ditetapkan oleh Satuan Sekolah
masing- masing madrasah/ Pendidikan
sekolah.

48
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
38

KSM Tes Teori Tertulis berbasis Komite KSM Ditetapkan oleh


Kabupaten/ PBT Kabupaten/ komite KSM
Kota  Master soal dan Kunci Kota Kabupaten/ Kota
Jawaban dibuat oleh
Komite Ahli KSM
Nasional
 Soal digandakan oleh
komite KSM kabko
 Penilaian oleh Komite
KSM Kabupaten/Kota

KSM Tes Teori Tertulis berbasis Komite KSM Ditetapkan oleh


Provinsi CBT Provinsi Komite KSM
 Soal disiapkan oleh Provinsi
Komite Ahli KSM
Nasional
 Sarana CBT disiapkan
oleh Komite KSM
Provinsi
 Penilaian terpusat oleh
Komite KSM Nasional
KSM 1. Tes Teori Tertulis Komite KSM Bengkulu
Nasional berbasis CBT Nasional
 Soal disiapkan oleh
Komite Ahli KSM
Nasional
 Sarana CBT
disiapkan oleh
Komite Pelaksana
KSM Nasional

2. Tes
Eksperimen/Eksplorasi
berbasis PBT
 Soal disiapkan oleh
Komite Ahli KSM
Nasional
 Sarana PBT
disiapkan oleh
Komite Pelaksana
KSM Nasional

3. Penilaian terpusat oleh


Komite KSM Nasional
39

7. Persyaratan Peserta

Kegiatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dilaksanakan secara

terbuka untuk siswa madrasah/ sekolah negeri dan swasta,

berkewarganegaraan Indonesia, dan memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Terdaftar secara resmi di madrasah/ sekolah yang dibuktikan

dengan kartu pelajar dan surat keterangan kepala madrasah/

sekolah serta raport terakhir.

2) Terdaftar sebagai siswa SMP/MTs atau yang sederajat, kelas VII

atau kelas VIII pada saat mengikuti seleksi KSM tingkat

kabupaten/kota dan provinsi.

3) Berminat dan memenuhi syarat minimal pengetahuan yang

dinyatakan dalam bentuk nilai bidang sains yang dipilih.

4) Mendapat persetujuan dari orang tua/wali, dan apabila peserta

memiliki kebutuhan khusus berkaitan dengan kesehatan harus

mendapatkan persetujuan dari pihk berwenang.

5) Setiap siswa hanya dapat mengikuti salah satu bidang sains yang

dilombakan dan diusulkan oleh Kepala Madrasah/Sekolah

berdasarkan hasil seleksi KSM Satuan Pendidikan.

6) Belum pernah meraih medali emas pada KSM/OSN di jenjang

dang bidang sains yang sama.

7) Memiliki nilai yang baik untuk semua mata pelajaran dan sikap

yang baik.
40

8) Tidak terlibat dan/ atau memakai narkoba dibuktikan dengan

surat keterangan dari pejabat yang berwenang (Kepala

Madrasah/Sekolah).49

8. Materi Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang Matematika tingkat

MTs

Materi kompetisi Sains Madrasah (KSM) tahun 2018 bidang

matematika terintegrasi tingkat madrasah tsanawiyah terdiri dari konten

(sains) dan konteks (agama). Konten sains terdiri dari materi bilangan,

aljabar, geometri, kombinatorika, dan kapita selekta. Sedangkan konteks

(agama) terdiri dari materi: Fiqh, akidah Akhlak, Qur’an Hadist, sejarah dan

Kebudayaan Islam. Penjabaran materi kompetisi sains madrasah pada

bidang matematika terintegrasi tingkat madrasah tsanawiyah (MTs) dapat

dilihat dari tabel berikut:50

Tabel 2.2 Materi KSM tahun 2018 bidang Matematika tingkat MTs

Konten (Sains) Konteks (Agama)


a. Bilangan Sejarah dan Kebudayaan Islam
b. Aljabar a. Kehidupan Nabi Muhammad
c. Geometri b. Khulafaur Rasyidin
d. Kombinatorika c. Dinasti Bani Umayyah
e. Kapita selekta (pemecahan
masalah kontekstual yang Fiqh
berkaitan dengan bilangan, d. Konsep Bersuci
aljabar, geometri, kombinatorika) e. Shalat termasuk Shalat
berjamaah

Akidah Akhlak
f. Akidah
g. Sifat- sifat Allah
h. Keteladanan Para Nabi

49
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
50
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, “ Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains
Madrasah (KSM) Tahun 2018”, diakses dari http://ksm.kemenag..go.id pada Minggu, 08 April
2018 pukul 11.10 WIB.
41

i. Islam, Iman dan Ihsan


j. Kisah Orang Sholeh dalam Al-
Qur’an

Qur’an dan Hadist


k. Qur’an dan Hadist
l. Iman
m. Toleransi
n. Istiqomah dalam Beribadah
o. Tahsin dan Tajwid

9. Contoh Soal Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang matematika

tingkat MTs

a. Contoh Soal Seleksi Tingkat Kabupaten/ Kota

1. Hasil dari 1 − 2 − 3 + 4 + 5 − 6 − 7 + 8 + 9 − 10 − 11 + ⋯ + 2017 −

2018 adalah …

A. −1009

B. −1

C. 1

D. 1009

2. Jika hari ini tanggal 1 Agustus 2018 adalah hari Rabu, maka jumlah raka’at

shalat wajib pada bulan ini adalah … rakaat

A. 527

B. 517

C. 510

D. 502
42

3. Dalam al-Qur’an surat al-Anfal ayat 66 disebutkan:

‫ ﯾَﻐۡ ﻠِﺒُﻮ ْا ِﻣﺎْﺋَﺘَﯿۡ ﻦِۚ وَ إِن‬ٞ‫ ﺻَﺎﺑِﺮَ ة‬ٞ‫ﻋَﻨﻜُﻢۡ َو َﻋﻠِ َﻢ أَنﱠ ﻓِﯿﻜُﻢۡ ﺿَ ﻌۡ ﻔٗ ۚﺎ ﻓَﺈ ِن ﯾَﻜُﻦ ﻣﱢﻨﻜُﻢ ﱢﻣﺎْﺋَﺔ‬ َ‫ٱﻟۡ ـَٰٔﻦَ ﺧَ ﻔﱠﻒ‬

٦٦ َ‫ﺼﺒِﺮِﯾﻦ‬ ٰ‫َﻣ َﻊ ٱﻟ ﱠ‬ َ‫و‬ ِ‫ﻒ ﯾَﻐۡ ﻠِﺒُﻮٓ ْا أَﻟۡ ﻔَﯿۡ ﻦِ ﺑِﺈ ِذۡ ن‬
ٞ ۡ‫ﯾَﻜُﻦ ﻣﱢﻨﻜُﻢۡ أَﻟ‬

Konsep matematika yang terdapat pada ayat tersebut adalah …

A. Perbandingan banyak nilai

B. Perbandingan senilai

C. Perbandingan berbalik nilai

D. Perbandingan tak bernilai

4. Suatu perumahan yang terdiri atas 13 KK sepakat untuk mengumpulkan zakat

penghasilan dan membagikannya kepada yang berhak. Mereka sepakat untuk

menyalurkan 2,5% dari total penghasilan yang telah mencapai nisabnya.

Diketahui rata- rata zakat setiap KK adalah Rp 1,8 juta. Mulai tahun ini Pak

Salim harus pindah dinas sehingga beliau memilih untuk menunaikan zakat di

daerah beliau bertugas. Jika rata- rata zakat yang disalurkan setiap tahunnya

tetap, berapa jumlah penghasilan Pak Salim dalam setahun jika rata-rata zakat

yang ditunaikan warga perumahan tersebut menjadi Rp. 1,7 juta …

A. Rp 3 juta

B. Rp 7,5 juta

C. Rp 120 juta

D. Rp 125 juta

5. Pada pemeriksaan terhadap 60 siswa madrasah, 32 siswa hafal sifat- sifat

wajib Allah, 25 siswa hafal Asmaul Husna, dan 12 siswa tidak hafal

keduanya. Jika dipilih satu siswa secara acak maka peluang terpilih siswa

yang hafal sifat wajib saja atau Asmaul Husna saja adalah …
43

A. 9/60

B. 31/60

C. 32/60

D. 39/60

6. Ahmad mempunyai panjang lutut sampai telapak kaki 52 cm dan panjang

lutut sampai pangkal paha 54 cm. jika pada saat melakukan sujud dalam shalat

dibutuhkan tempat sujud sepanjang 92 cm maka tinggi Ahmad adalah …

A. 163 cm

B. 167 cm

C. 173 cm

D. 176 cm

7. Misalkan − − = 0 adalah suatu persamaan kuadrat dengan =

masa kekhalifahan Abu Bakar ash- Shiddiq (tahun) dan = masa

kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (tahun), dan = masa kekhalifahan Usman

Ibn Affan (tahun). Persamaan kuadrat yang akar- akarnya merupakan

kebalikan dari akar- akar persamaan kuadrat di atas adalah …

A. − − =0

B. + − =0

C. − + =0

D. + + =0

8. Takmir masjid menyiapkan empat pompa air untuk mengisi tendon masjid

Agung. Untuk mengisi sampai penuh, pompa pertama membutuhkan waktu 2

jam, pompa kedua membutuhkan waktu 3 jam, popa ketiga membutuhkan


44

waktu 4 jam, dan pompa keempat membuthkan waktu 6 jam. Waktu tercepat

yang dibutuhkan untuk mengisi tendon tersebut sampai penuh adalah… menit.

A. 12

B. 24

C. 36

D. 48

9. Dalam jamaah shalat tarawih di suatu surau, imam biasanya membaca 13 surat

pendek terakhir dalam al-Quran mulai surat at-Takaatsur sampai an-Naas.

Pada suatu malam, imam hanya mengganti surat at-Takaatsur dengan

membaca surat lain sehingga rata- rata jumlah ayat yang dibaca menjadi 5

ayat. Surat pengganti tersebut adalah …

A. al- Qadr

B. al- Zalzalah

C. al- Qariah

D. at- Tiin

10. If : = 1: 2, then the value of is …

11. Apabila panjang sisi persegi di bawah ini adalah 10 cm, luas daerah yang

diarsir adalah … .
45

12. Misalkan ̅ menyatakan komplemen dari himpunan . Diketahui

masing- masing adalah himpunan dari 10 bilangan asli pertama dan 10

bilangan genap positif pertama. Jika himpunan semesta adalah himpunan 20

bilangan bulat positif pertama, maka banyaknya elemen dari ( ∩ ) adalah

13. Diagram berikut memperlihatkan banyaknya juz Al-Qur’an yang berhasil

dihafal oleh para santri.

Sebagai contoh, 5 juz telah dihafal oleh10% dari banyak santri. Jika terdapat

40 orang santri, median dari data di atas adalah … juz.

14. Misalkan adalah lingkaran berjari- jari 10 cm denggan pusat (0,0) dan

suatu titik pada sumbu di dalam lingkaran . Garis vertical yang melalui ,

memotong lingkaran di titik . Jika garis horizontal yang melalui

memotong sumbu di titik , maka panjang adalah … cm.

15. Suatu silinder tanpa tutup dan alas memiliki jari- jari 7 cm dan tinggi 14 cm.

misalkan = = 14 dan garis sejajar dengan . Selimut tabung

dipotong pada garis kemudian dibentangkan sehingga membentuk persegi


46

panjang. Panjang pada persegi panjang tersebut adalah … . (Gunakan

= )

b. Contoh Soal Seleksi Tingkat Provinsi

1. Diketahui segiempat dengan ∠ = 90°, dan semua sisinya sama

panjang. Apakah jenis segiempat ini?

A. Jajar Genjang

B. Persegi Panjang

C. Belah Ketupat

D. Persegi

E. Pilihan jawaban A, B, C, D semua benar

2. Berapa banyak cara menempatkan lima buku berbeda ke dalam dua tas berbeda

sehingga setiap tas berisi setidaknya sebuah buku?

A. 10 B. 20 C. 30 D. 40 E. 50

3. Diketahui layang- layang dengan panjang sisi yang berbeda adalah 2 dan √7.

Diketahui pula = = 2 dan ∠ = 90°. Berapakah luas layang- layang ini?

A. √10

B. 1 + √10

C. 2 + √10
47

D. 3 + √10

E. 4 + √10

4. Diketahui sistem persamaan berikut ini

3 + 2 = 2016

2 + 3 = 2024

Berapakah nilai dari + ?

A. 2020

B. 1010

C. 808

D. 505

E. 101

5. Diketahui persegi panjang . Ada dua lingkaran yang sama besar di dalamnya.

Lingkaran pertama dengan titik pusat menyinggung sisi , , .

Lingkaran kedua dengan titik pusat menyinggung sisi , . Kedua

lingkaran ini berpotongan di titik . Diketahui panjang ruas garis =

20, = , = , dan = 10. Berapakah nilai ?

A. 7,5

B. 10

C. 12,5

D. 15

E. 17,5

6. Dari barisan bilangan 999 bilangan asli yang pertama, buang semua bilangan yang

sedikitnya satu diantara angka- angka penyusunnya adalah prima. Banyak bilangan

yang tersisa dari barisan ini adalah...

A. 6 × 5 × 4

B. 6
48

C. 10 − 4 × 10

D. 6 − 1

7. Diketahui = 111 … 1 dan = 1 000 … 0 5,

adalah bilangan 2015 angka dan adalah bilangan 2016 angka terdiri dari sebuah

angka 1, dua ribu empat belas angka 0, dan sebuah angka 5. Jika = × + 1,

maka adalah...

A. Bilangan prima

B. Bilangan komposit

C. Bilangan kuadrat

D. Pilihan B dan C benar

E. Tidak dapat disimpulkan apapun

8. Diketahui sebuah trapesium dengan ∥ . Kedua diagonal berpotongan di

titik . Diketahui pula = . Jika notasi [ ] menyatakan luas segitiga ,

berapakah

[ ]+[ ]
[ ]+[ ]

dinyatakan dalam dan .

9. Total soal berbeda yang dapat diselesaikan oleh Zainal, Yaya, dan Xeno adalah 100

soal. Mereka mengerjakan soal ini sendiri- sendiri. Setiap orang dapat menyelesaikan

50 soal. Sebuah soal dikatakan sulit jika hanya ada orang yang menyelesaikannya.

Sebuah soal dikatakan mudah jika ketiga orang tersebut mampu menyelesaikannya.

Selisih soal sulit dan soal mudah adalah...

10. Diketahui , , masing- masing adalah bilangan bulat positif. Misalkan = +

+ . Carilah nilai terkecil sehingga ketaksamaan ini berlaku,


49

20 1 1 1
< + + <1
21
50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang

bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Lexy J. Moloeng dikutip oleh Danu Eko

Agustinova, mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik,

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.51

Penelitian ini mendeskripsikan tentang Pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi, serta kendala-

kendala yang dihadapi guru pembina dan siswa peserta kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di MTsN 1 Bukittinggi. Adapun alasan

peneliti memilih lokasi ini adalah karena MTsN 1 Bukittinggi merupakan salah

satu madrasah tsanawiyah terbaik di Sumatra Barat yang mengembangkan

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika.

51
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,
(Yogyakarta: Calpulis, 2015), hlm. 9.
51

C. Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif tidak terdapat populasi dan sampel sebagaimana

terdapat pada penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif yang dikenal

adalah subjek, informan atau responden (responden biasa digunakan dalam

penelitian kuantitatif). Informan atau responden dalam penelitian kualitatif

tidak berfungsi untuk mewakili populasi, tetapi mewakili informasi. 52 Menurut

Goetz dan LaConte dikutip oleh Rulam Ahmadi, Informan adalah individu

yang memiliki pengetahuan khusus, status, atau keterampilan komunikasi,

yang berkemauan untuk membagi pengetahuan dan memiliki akses pada

perspektif serta observasi yang meniadakan peneliti.53 Menurut Morse dikutip

Rulam Ahmadi, informan yang baik adalah informan yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang peneliti perlukan, memiliki kemampuan

untuk merefleksikan, pandai mengeluarkan pikiran, memiliki waktu untuk

diwawancarai, dan berkemauan untuk berpartisipasi dalam studi.54

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

Purposive Sampling yaitu penentuan sampel (informan) dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu. Pertimbangan- pertimbangan yang peneliti digunakan

adalah keterkaitan dan keterlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi. Informan dalam penelitian ini

terbagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Informan kunci

52
Ruslam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), hlm. 83.
53
Ruslam Ahmadi, Metodologi ….., h.93.
54
Ruslam Ahmadi, Metodologi ….., h.93.
52

Informan kunci adalah orang yang dijadikan kunci dalam penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah guru Pembina/

pembimbing kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi

2. Informan Pendukung

Informan pendukung adalah informan tambahan. Informan pendukung ini

ada setelah adanya informan kunci. Dalam penelitian ini yang menjadi

informan pendukung adalah beberapa orang peserta kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTs N 1 Bukittnggi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam artian cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

mudah diolah. 55 Dalam penelitian kualitatif, instrument penelitian adalah

manusia, yaitu peneliti itu sendiri atau orang lain yang terlatih. 56 Dalam

penelitian ini instrument penelitian utama adalah peneliti sendiri, selain itu

peneliti menggunakan wawancara sebagai instrument pendukung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam
55
Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:Rineka
Cipta,2002),hlm.136
56
Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian…., hlm. 103.
53

Menurut Sugiyono dikutip oleh Danu Eko Agustinova dalam bukunya

menyatakan wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.57 Sedangkan wawancara mendalam

secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama.58

Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah wawancara

tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

dimana peneliti dalam menyampaikan pertanyaan pada responden

tidak menggunakan pedoman. 59 dilakukan kepada guru Pembina/

pembimbing dan peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik

secara langsung maupun tidak langsung dengan melibatkan semua

indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau, perasa) untuk

57
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 33.
58
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif , (Jakarta: Prenada Media Group, 2007),
hlm. 111.
59
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hlm.
80.
54

60
memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.

Pengamatan ini dilakukan langsung di lapangan terhadap gejala- gejala

objek yang diteliti. Peneliti melakukan observasi atau pengamatan

pada proses pelaksanaan dan kendala- kendala yang dihadapi guru

Pembina/ pembimbing dan siswa peserta kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi.

3. Dokumentasi

Menurut Sukardi dikutip oleh Danu Eko Agustinova, Dokumentasi

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh

informasi dari bermacam- macam sumber tertulis atau dokumen yang

ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal

atau melakukan kegiatan sehari- harinya.61 Dokumen dalam arti luas

termasuk monumen, artefak, foto, tape, microfilm, disc, cd, hardisk,

flashdisk dan sebagainya. Secara detail bahan dokumenter terbagi

dalam beberapa macam yaitu: otobiografi, surat- surat pribadi, buku-

buku atau catatan harian, kliping, dokumen pemerintah maupun

swasta, cerita roman, dan cerita rakyat, data tersimpan di websitedan

lain- lain.62

Data yang peneliti dokumentasikan dalam penelitian ini adalah berupa

Program Pelaksanaan Kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika,

Silabus, materi ajar, soal- soal latihan, contoh soal- soal KSM,

petunjuk teknis pelaksanaan KSM tahun 2016 dan 2018 serta foto- foto

60
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 36-37.
61
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 39.
62
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 39-40.
55

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN

1 Bukittinggi.

F. Teknik Analisis Data.

Menurut Miles dan Hubermen sebagaimana yang dikutip oleh Danu Eka

Agustinova dalam bukunya, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data

ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas

dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data

display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion

drawing/verification).63

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pengurangan data, namun

dalam arti yang luas adalah proses penyempurnaan data, baik

pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan,

maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.

Mereduksi data juga berarti proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar”

yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. 64 Dalam

penelitian ini data yang diperoleh di lokasi penelitian diedit,

dirangkum, disederhanakan dan dipilah- pilah berdasarkan hal- hal

pokok yang sesuai dengan batasan masalah yaitu Pelaksanaan

63
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 63.
64
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 64.
56

Pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang matematika

melalui kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah proses pengumpulan informasi yang disusun

berdasarkan kategori atau pengelompokan- pengelompokan yang

diperlukan. Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan

dalam bentuk: uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sebagainya. 65 Penyajian data diarahkan agar hasil

reduksi terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga

mudah dipahami.66

3. Penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan/ verifikasi merupakan proses perumusan makna

dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-

padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali

melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu,

khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap

judul, tujuan, dan perumusan masalah yang ada.67

G. Teknik Penguji Keabsahan Data

Teknik penguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif deskriptif ada

tiga yaitu perpanjangan penelitian, ketekunan penelitian dan triangulasi data.

Teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data.
65
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 65.
66
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 66.
67
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 68.
57

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu.68 Teknik triangulasi yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah triangulasi sumber.

Menurut Patton dikutip oleh Danu Eko Agustinova, Triangulasi sumber

adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. 69 Dalam teknik keabsahan data ini peneliti membandingkan dan

mengecek data dengan cara:

1. Membandingkan data hasil observasi/ pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil dokumentasi.

68
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 45.
69
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode …, hlm. 47.
58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Peneliti telah melakukan penelitian dan pengambilan data tentang

pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang matematika melalui

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi.

Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika di MTsN 1

Bukittinggi.

Pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang matematika di

MTsN 1 Bukittinggi dilakukan melalui kegiatan eksrakurikuler olimpiade

matematika. Ekstrakurikuler olimpiade matematika adalah suatu wadah atau

program yang dikembangkan oleh MTsN 1 Bukittinggi sejak tahun 2007

untuk mengembangkan bakat dan minat siswa pada mata pelajaran

matematika.

a. Tujuan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru

matematika selaku pembina/ pembimbing I kegiatan ekstrakurikuler

pembinaan olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan

bahwa: “tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika adalah untuk menyediakan wadah bagi anak- anak yang

berbakat dibidang matematika, sekaligus jika ada kompetisi- kompetisi


59

matematika seperti OSN dan KSM kita sudah memiliki kesiapan untuk

anak- anak dapat mengikutinya”.70

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan guru Ibu Betsi

Febriyona selaku pembina/pembimbing II kegiatan pembinaan kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika MTsN 1 Bukittinggi yang

menyatakan bahwa:

“tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika


adalah:
1. Membina siswa dalam rangka mempersiapkan calon- calon
peserta kompetisi matematika yang akan mewakili sekolah
dalam berbagai ajang kompetisi atau olimpiade.
2. Menampung siswa yang memiliki bakat dan minat
terhadap pelajaran matematika.
3. Memberikan pembinaan lanjutan kepada siswa yang
sebelumnya telah mengikuti pembinaan olimpiade
matematika di SD ”.71

Hal ini sesuai dengan data yang peneliti dapatkan berdasarkan hasil

dokumentasi yaitu pada Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade

Matematika, yang menyatakan bahwa tujuan dari pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah:

1. Menyalurkan bakat dan minat siswa untuk dapat berkreasi dan


berinovasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Meningkatkan kemampuan pengetahuan peserta didik dibidang
matematika.
3. Memotivasi peserta didik yang menyenangi matematika dan
sains untuk mengembangkan bakat dan kemampuan
4. Menciptakan iklim kompetitif secara sehat dikalangan peserta
didik
5. Secara umum meningkatkan kecerdasan bangsa dalam
mempersiapkan generasi penerus bangsa.72
70
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
71
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
72
Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika MTsN 1 Bukittinggi TP.
2017/ 2018
60

Berdasarkan data hasil wawancara dan data hasil dokumentasi di

atas disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah:

1) Sebagai wadah bagi siswa yang memiliki bakat dan minat

terhadap pelajaran matematika.

2) Memberikan pembinaan kepada siswa dalam rangka

mempersiapkan calon peserta kompetisi matematika yang akan

mewakili sekolah dalam berbagai jang kompetisi atau olimpiade

contohnya yaitu OSN dan KSM.

3) Meningkatkan motivasi siswa yang menyenangi matematika

untuk dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya.

4) Menciptakan iklim kompetitif secara sehat dikalangan siswa.

b. Sasaran Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika

Sasaran kegiatan ekstrakurikuler adalah peserta didik yang akan

dikenai kegiatan. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan

guru matematika selaku pembina/ pembimbing II kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

mengatakan bahwa: “sasaran kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika adalah siswa kelas VII dan VIII yang memiliki bakat dan

minat terhadap mata pelajaran matematika.”73

Hal ini sesuai dengan data yang peneliti dapatkan berdasarkan hasil

dokumentasi yaitu pada Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade

Matematika, yang menyatakan bahwa sasaran dari pelaksanaan kegiatan

73 73
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade
Matematika MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
61

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah

peserta didik kelas VII dan VIII MTsN 1 Bukittinggi yang menyenangi

mata pelajaran matematika.74

Berdasarkan data hasil wawancara dan data hasil dokumentasi di

atas disimpulkan bahwa sasaran dari kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah siswa kelas VII dan VIII

MTsN 1 Bukittinggi yang memiliki bakat dan minat terhadap mata

pelajaran matematika.

c. Pelaksana Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika

Pelaksana kegiatan ekstrakurikuler adalah pendidik dan atau tenaga

kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada substansi

kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud. Berdasarkan wawancara yang

peneliti lakukan dengan guru matematika selaku pembina/ pembimbing

II kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

mengatakan bahwa: “pelaksana kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika adalah Tim pembina yang terdiri Ibu dan Ibu Asmah .”75

Hal ini sesuai dengan data yang peneliti dapatkan berdasarkan hasil

dokumentasi yaitu pada Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade

Matematika, yang menyatakan bahwa pelaksana kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah guru mata pelajaran

74
Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika MTsN 1 Bukittinggi TP.
2017/ 2018
75 75
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade
Matematika MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
62

matematika MTsN 1 Bukittinggi yaitu: Ibu Asmah Dewita selaku

Pembina I dan Ibu Betsi Febryona selaku pembina II.76

Berdasarkan data hasil wawancara dan data hasil dokumentasi di

atas disimpulkan bahwa pelaksana kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah guru mata pelajaran

matematika MTsN 1 Bukittinggi yang terdiri dari 2 orang yaitu: Ibu

Asmah Dewita selaku Pembina I dan Ibu Betsi Febryona selaku

pembina II.

d. Jadwal/ waktu dan tempat Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Olimpiade Matematika.

Waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ditetapkan sesuai

dengan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika

selaku pembina/ pembimbing I kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa: “pembinaan

dilakukan setiap hari selasa sepulang sekolah mulai pukul 14.45 sampai

pukul 16.15, tetapi terkadang harinya diganti jika ada halangan di hari

selasa.”77 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan guru

Ibu Betsi Febriyona selaku pembina/pembimbing II kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi yang

menyatakan bahwa:

76
Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika MTsN 1 Bukittinggi TP.
2017/ 2018
77
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
63

“jadwalnya setiap hari selasa setelah pulang sekolah, tapi terkadang


jadwalnya dirubah kalau ada hambatan atau halangan”.78

Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara dengan peserta

pembinaan melalui ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi, yang mengatakan bahwa: “pembinaan diadakan di sekolah

pada setiap hari selasa setelah pulang sekolah, tapi terkadang harinya

diganti ke hari kamis kalau hari selasanya ada halangan.”79 Hal ini sesuai

dengan hasil observasi peneliti terhadap pelaksanaan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi, dimana pelaksanaan

pembinaan dilakukan pada hari selasa mulai pukul 14.45 sampai pukul

16.15 WIB. Hal ini juga sesuai dengan data yang peneliti dapatkan

berdasarkan hasil dokumentasi yaitu pada Program Kegiatan

Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika, yang menyatakan bahwa

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi dilaksanakan pada:

Hari : Selasa (1x seminggu) atau sesuai kesepakatan

jika tidak bisa terlaksana pada hari selasa

karena ada sesuatu dan lain hal

Jam : 14.45 s/d 16.15 WIB

Tempat : MTsN 1 Bukittinggi. 80

78
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
79
Claudya Permata Riany, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)
bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-2018
80
Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika MTsN 1 Bukittinggi TP.
2017/ 2018
64

Berdasarkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi di

atas disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

di MTsN 1 Bukittinggi dilaksanakan setiap minggu pada hari selasa

atau sesuai kesepakatan apabila tidak bisa terlaksana pada hari selasa

karena satu dan lain hal, mulai pukul 14.45 sampai 16.15 WIB yang

diadakan di sekolah.

e. Tahap- Tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade

Matematika.

Tahap- tahap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler mengacu pada

format/ rambu- rambu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana

yang dinyatakan oleh Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia yang

terdiri dari kegiatan: rekrutmen peserta, penyiapan perlengkapan dan

peralatan, penyiapan pelaksana kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti,

kegiatan akhir dan evaluasi.

Hasil wawancara peneliti dengan pembina/ pembimbing I kegiatan

pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“pembinaan melalui kegiatan ektrakurikuler dilakukan dalam

beberapa tahap yaitu tahap rekrutmen peserta, tahap persiapan, dan

tahap pelatihan”.81

81
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
65

Kemudian wawancara peneliti dengan pembina/ pembimbing II

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

mengatakan bahwa:

“Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler secara garis besar dilakukan


dalam 3 tahapan, yaitu tahap seleksi, persiapan dan pelatihan”.82
1) Rekrutmen peserta

Rekrutmen peserta pembinaan pada hakikatnya adalah proses

pencarian atau cara menentukan peserta didik yang nantinya akan

menjadi peserta kegiatan pembinaan. Hasil wawancara peneliti dengan

pembina/ pembimbing I kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“Tahap pertama dalam pelaksanaan pembinaan adalah melakukan


rekrutmen melalui kegiatan seleksi, Dalam tahapan ini guru
pembina/pembimbing melakukan sosialisasi kepada siswa kelas
VII bahwa akan diadakan seleksi peserta kegiatan ekstrakurikuler
olimpiade matematika, setelah itu diadakan seleksi terhadap siswa
berupa tes tertulis untuk kemudian dipilih 30 siswa terbaik”.83
kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“Tahap pertama yang kami lakukan dalam pelaksanaan


pembinaan adalah melakukan rekrutmen melalui kegiatan seleksi
yang diadakan diawal tahun ajaran baru. pertama- tama guru
pembina/pembimbing melakukan sosialisasi ke kelas- kelas untuk
memberi tahu kepada siswa kelas VII bahwa akan diadakan
seleksi peserta kegiatan ekstrakurikuler pembinaan olimpiade
matematika, setelah itu diadakan seleksi”.84

82
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
83
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
84
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
66

Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara dengan peserta

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi, yang mengatakan bahwa:

“untuk menjadi peserta pembinaan dilakukan seleksi di awal kelas


VII, guru mengumumkan akan diadakan seleksi, lalu diadakan
seleksi di sekolah berbentuk tes tertulis berupa soal essay”. 85
Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti terhadap

pelaksanaan kegiatan rekrutmen peserta pembinaan. Kegiatan

rekrutmen dilakukan diawal tahun ajaran, dimana guru pembina/

pembimbing melakukan sosialisasi secara langsung ke kelas- kelas

untuk memberitahu siswa kelas VII bahwa akan diadakan seleksi

penerimaan peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika,

selanjutnya diadakan seleksi berupa tes tertulis dengan soal-soal

berbentuk essay yang dirancang khusus oleh tim pembina. Setelah

selesai, kemudian tim pembina memilih 30 orang siswa dengan hasil

seleksi terbaik untuk dipersiapkan guna mengikuti kegiatan

pembinaan.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti di atas

disimpulkan bahwa rekrutmen peserta pembinaan dilaksanakan

melalui kegiatan seleksi yang diadakan diawal tahun ajaran. Seleksi

berupa tes tertulis berbentuk yang dirancang khusus oleh tim pembina.

kemudian dipilih 30 orang siswa dengan hasil seleksi terbaik untuk

dipersiapkan guna mengikuti kegiatan pembinaan.


85
Muhammad Luthfi elhakim Idris, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah
(KSM) bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-
2018
67

2) Persiapan pelaksanaan.

a) Persiapan Perlengkapan dan peralatan

Untuk mencapai tujuan pelaksanaan pembinaan perlu

dilakukan persiapan berupa perlengkapan dan peralatan yang akan

dipergunakan dalam pelaksanaan pembinaan. Persiapan peralatan

dan perlengkapan pembinaan dilakukan sesuai dengan tahap- tahap

pelaksanaan kegiatan.

Hasil wawancara peneliti dengan pembina/ pembimbing I

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi mengatakan bahwa:

“persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan pembinaan


adalah kertas, menyiapkan materi- materi, program dan
silabus. Untuk silabus sebenarnya sudah ada dari dinas yaitu
dari Kementerian Agama karena kita di Madrasah berada
dibawah naungan Kementerian Agama jadi silabus
pembinaannya berasal dari Kementerian Agama. Kalau untuk
peralatan karena bentuk kegiatan kita adalah pembinaan
olimpiade maka peralatan yang dipersipakan tidak banyak,
sama seperti pembelajaran biasa, kalau perlu mungkin
ditambah dengan lapop dan infocus”.86
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“persiapan yang dilakukan pertama sekali adalah menyiapkan


administrasi berupa daftar hadir/ absen peserta pembinaan,
selanjutnya menyiapkan ruangan tempat pelaksanaan
pembinaan, kesepakatan jadwal pembinaan. Untuk jadwal
pembinaan, sekolah telah memberikan jadwal tetap yaitu setiap
hari selasa jam 14.45 s/d 16.15, tapi waktu pelaksanaan
tersebut bisa dirubah berdasarkan kesepakatan karena banyak
86
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
68

siswa yang mengikuti kegiatan les di luar sekolah, jadi


jadwalnya menyesuaikan. Selain itu kesiapan perlengkapan
dari ibu yaitu membuat program kegitan, silabus sama
memperbanyak bahan- bahan dan buku- buku olimpiade, kalau
diperlukan Ibu juga menggunakan alat peraga dan infocus,
yang paling penting adalah kumpulan soal- soal olimpiade
tingkat kota, provinsi dan nasional”.87

Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti terhadap

pelaksanaan kegiatan persiapan perlengkapan dan peralatan yang

dilakukan oleh guru pembina. Dalam tahapan ini guru menyiapkan

perlengkapan berupa program dan silabus serta bahan- bahan ajar

seperti soal- soal olimpiade. Adapun bentuk program, silabus dan

bahan ajar berupa soal- soal olimpiade tersebut sebagaimana

terlampir. Selain perlengkapan guru pembina juga menyiapkan

peralatan sebagaiman peralatan pembelajaran biasa, ditambah

dengan penggunaan laptop dan infocus, namun selama peneliti

melakukan observasi guru pembina belum menggunakan alat

peraga.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti di

atas disimpulkan bahwa dalam tahap ini guru menyiapkan

perlengkapan berupa program dan silabus serta bahan- bahan ajar

seperti soal- soal olimpiade, serta peralatan mengajar biasa

ditambah alat peraga, laptop dan infocus.

b) Persiapan Pelaksana Pembinaan

87
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
69

Pelaksana kegiatan ekstrakurikuler adalah pendidik atau tenaga

kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada

substansi kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud. Hasil

wawancara peneliti dengan pembina/ pembimbing I kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

mengatakan bahwa:

“pelaksana dalam kegiatan ekstrakurikuler ini adalah tim


pembina olimpiade matematika MTsN 1 Bukittinggi yaitu ibu
dan Ibu Betsi, akan tetapi dalam persiapan menuju ajang
olimpiade atau KSM tingkat provinsi kadang- kadang juga
dihadirkan pembina luar contohnya dari bimbingan belajar,
dari Instansi contohnya dari UNP atau sekolah yang lebih
tinggi ”.88
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

”pelaksana dalam kegiatan pembinaan ini untuk pembinaan


rutin adalah tim pembina olimpiade matematika MTsN 1
Bukittinnggi yaitu ibu dan Ibu Asmah, ibu membina kelas VII
sedangkan Ibu Asmah membina kelas VIII. Tapi untuk
pembinaan yang lebih intensif dalam persiapan menuju ajang
olimpiade atau KSM matematika tingkat provinsi kadang
dihadirkan pembina dari luar contohnya dari pembina kota.89
Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti terhadap

persiapan pelaksana pembinaan, dimana pelaksana kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

adalah tim pembina olimpiade matematika MTsN 1 Bukittinggi

88
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
89
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
70

yang terdiri dari 2 orang yaitu Ibu Asmah Dewita selaku pembina I

dan Ibu Betsi Febriyona selaku pembina II.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti di

atas disimpulkan bahwa pelaksana utama kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah tim pembina

olimpiade matematika yang terdiri dari 2 orang yaitu Ibu Asmah

Dewita selaku pembina I dan Ibu Betsi Febriyona selaku pembina

II.

3) Pelatihan

Pelaksanaan pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi dilakukan dalam bentuk

pelatihan. Kegiatan pelatihan yang dilakukan secara rutin tidak jauh

berbeda dengan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu terdiri dari

kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan awal

Kegiatan awal adalah bentuk kegiatan yang bertujuan

menyiapkan peserta untuk dapat melaksanakan kegiatan inti.

Hasil wawancara peneliti dengan pembina/ pembimbing I

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi mengatakan bahwa:

“kegiatan yang ibu lakukan di awal pertemuan adalah


memimpin siswa/peserta pembinaan untuk doa, kemudian
mengecek kehadiran peserta. Setelah itu, dilanjutkan
dengan penyampaian tujuan pembelajaran diikuti dengan
memberi motivasi kemudian mengulang kembali sedikit
71

materi pertemuan lalu atau materi yang berkaitan dengan


materi yang akan dibahas”.90
kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

mengatakan bahwa:

“kegiatan awal yang ibu lakukan dalam pelaksanaan


pembinaan adalah megecek kehadiran siswa, lalu
dilanjutkan dengan penyampaian materi apa yang akan
dibahas serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, lalu
ibu membagikan copian materi yang sebelumnya telah
dipersiapkan untuk dipelajari oleh siswa”.91
Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara dengan

peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi, yang mengatakan bahwa:

“diawal kegiatan pembinaan guru memimpin doa dan


mengisi absen lalu mulai menerangkan mengenai materi
yang akan dibahas”.92
“pada awal pertemuan guru mengabsen terus melanjutkan
atau mengulang kembali materi pada pertemuan
sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian
materi baru dan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini”.93
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan

dimana dalam kegiatan awal guru melakukan kegiatan apersepsi

terhadap peserta pembinaan. Kegiatan tersebut adalah mengecek

90
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
91
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
92
Muhammad Luthfi elhakim Idris, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah
(KSM) bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-
2018
93
Claudya Permata Riany, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)
bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-2018
72

kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi

motivasi dan mengulas kembali materi pertemuan sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti di

atas disimpulkan bahwa kegiatan awal yang dilakukan oleh guru

pembina dalam pelaksanaan pembinaan adalah guru melakukan

apersepsi terhadap peserta pembinaan agar peserta siap untuk

melaksanakan kegiatan inti. Kegiatan apersepsi tersebut

diantaranya mengecek kehadiran peserta, menyampaikan tujuan

pembelajaran, memberikan motivasi, dan mengulas kembali

materi pertemuan sebelumnya atau materi yang diperlukan

untuk menunjang pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti adalah kegiatan utama yang dilakukan untuk

mencapai tujuan. Hasil wawancara peneliti dengan pembina/

pembimbing I kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“bentuk kegiatan inti dalam pelatihan adalah pemberian


materi sesuai dengan materi yang tertera pada silabus dan
dilanjutkan dengan diskusi lalu dilanjutkan dengan
pembahasan soal- soal olimpiade yang berkaian dengan
materi yang dibahas. Soal- soal tersebut mulai dari soal
olimpiade tingkat kabupaten/ kota, tingkat provinsi, dan
lebih lanjut soal olimpiade tingkat nasional”.94

94
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
73

kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

mengatakan bahwa:

“kegiatan inti dalam pembinaan sebenarnya tidak jauh


berbeda dengan kegiatan pembelajaran biasa, Ibu
menyampaikan materi yang sesuai dengan materi yang
tertera dalam silabus dengan metode ceramah, akan tetapi
materi yang disampaikan hanya poin- poin pentingnya saja
tidak secara luas seperti pada pembelajaran kurikuler.
Biasanya Ibu sudah siapkan kopian materi untuk dipelajari
oleh siswa peserta pembinaan, jika ada yang tidak atau
kurang dimengerti maka akan dijelaskan, Setelah
penyampaian materi dilanjutkan dengan diskusi dan
pembahasan soal- soal”.95
Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara dengan

peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN

1 Bukittinggi, yang mengatakan bahwa:

“pelatihan dilakukan seperti pembelajaran biasa, guru


menyampaikan materi, bedanya dalam pelatihan lebih
banyak diberikan latihan berupa soal- soal olimpiade”.96
“kegiatan inti dalam pembinaan/pelatihan, guru
memberikan materi/ teori seperti pembelajaran dikelas
biasa, bedanya materinya lebih mendalam, selanjutnya
diberikan contoh soal dan latihan soal- soal olimpiade”.97

Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti dimana dalam

kegiatan inti pembina menerangkan materi kepada peserta,

setelah penyampaian materi diadakan diskusi untuk membahas

95
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
96
Muhammad Luthfi elhakim Idris, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah
(KSM) bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-
2018
97
Claudya Permata Riany, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)
bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-2018
74

contoh soal, selanjutnya pembina memberikan soal- soal latihan

berupa soal-soal olimpiade terkait materi yang diajarkan untuk

dikerjakan oleh siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti di

atas disimpulkan bahwa kegiatan inti yang dilakukan oleh guru

pembina dalam pelaksanaan pelatihan tidak jauh berbeda dengan

kegiatan pembelajaran biasa, hanya saja dalam kegiatan

pembinaan guru pembina lebih memfokuskanbpada

penyampaian materi dan pembahasan soal- soal olimpiade.

c) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan pembina

untuk menutup kegiatan inti. Hasil wawancara peneliti dengan

pembina/ pembimbing I kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“bentuk kegiatan akhir atau kegiatan penutup yang Ibu


lakukan adalah penarikan kesimpulan dari materi bersama
siswa. jika masih ada waktu akan diadakan evaluasi
terhadap pemahaman siswa berupa pemberian soal- soal
tapi evaluasi ini dilakukan setelah 3 atau 4 kali
pertemuan”.98
kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“bentuk kegiatan akhir dari pembinaan yang Ibu lakukan


adalah mengambil kesimpulan bersama dengan siswa, jika
masih ada waktu maka diadakan evaluasi berupa tes di
98
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
75

akhir pertemuan, selain itu ibu juga memberikan tugas


berupa soal- soal untuk dikerjakan di rumah minimal 2
soal”.99

Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara dengan

peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika yang

mengatakan bahwa:

“diakhir pertemuan kami menarik kesimpulan bersama


guru, kalau masih ada waktu diadakan tes berbentuk soal
Essay, ada juga diberikan soal sebagai tugas untuk
dikerjakan di rumah”.100
“kegiatan yang dilakukan diakhir pertemuan adalah
mengambil kesimpulan bersama dengan guru pembina,
selanjutnya guru pembina memberikan tugas berup soal-
soal untuk dikerjakan di rumah.”.101

Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti dimana dalam

kegiatan akhir guru bersama dengan siswa peserta pembinaan

menarik kesimpulan bersama- sama. Namun kegiatan evaluasi

tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia cukup waktu,

sehingga pembina hanya memberikan soal- soal untuk

dikerjakan siswa di rumah.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti di

atas disimpulkan bahwa kegiatan penutup yang dilakukan oleh

pembina dalam pelaksanaan pelatihan adalah melakukan

99
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade Matematika
MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
100
Muhammad Luthfi elhakim Idris, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah
(KSM) bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-
2018
101
Claudya Permata Riany, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)
bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-2018
76

penarikan kesimpulan secara bersama- sama dengan siswa,

dilanjutkan dengan mengadakan evaluasi jika masih tersisa

cukup waktu, lalu diakhiri dengan pemberian tugas berupa soal-

soal untuk dikerjakan oleh siswa di rumah.

Selain pelatihan yang dilakukan secara rutin, pembinaan

juga dilakukan melalui pelatihan yang lebih intensif. Pelatihan

intensif dilakukan menjelang agenda pelaksanaan olimpiade

matematika yaitu menjelang agenda OSN atau KSM. Hasil

wawancara peneliti dengan pembina/ pembimbing I kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

mengatakan bahwa:

“jika ada even- even besar seperti OSN dan KSM siswa
diseleksi untuk menentukan perwakilan sekolah untuk
kemudian diberikan pembinaan/pelatihan yang lebih intensif.
Bentuk pelatihan intensif sama seperti pelatihan rutin yaitu
pemberian materi dan pembahasan soal, hanya saja dalam
pembinaan intensif lebih difokuskan pada pemberian dan
membahas soal. Pada pembinaan/pelatihan intensif
kegiatannya lebih dipadatkan, yang biasanya pelatihan
dilakukan setiap hari selasa satu kali seminggu dengan durasi
90 menit, tapi dalam pembinaan/pelatihan intensif siswa
dibina selama satu minggu penuh dari pagi sampai siang dari
jam 07.30 sampai dengan jam 12 siang ”.102
kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“jika sudah mendekati agenda OSN atau KSM kira- kira


satu bulan sebelum KSM diadakan, dilakukan seleksi
untuk memilih siswa yang akan menjadi perwakilan
sekolah. Setelah terpilih siswa tersebut dibina melalui

102
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade
Matematika MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
77

pembinaan/pelatihan yang lebih intensif. Semakin


mendekati jadwal agenda kegiatan pelatihan semakin
diintensifkan, siswa dipanggil keluar dari kelas untuk
dibina. Bentuk pembinaan intensif sama seperti
pembinaan/pelatihan rutin hanya lebih berfokus pada
pembahasan soal, namun jika masih diperlukan pembina
masih menyampaikan materi. Satu minggu sebelum
agenda KSM siswa tidak lagi mengikuti pembelajaran di
kelas, karena selama seminggu siswa perwakilan sekolah
dibina seharian”.103
Selanjutnya, peneliti juga melakukan wawancara dengan

peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi, yang mengatakan bahwa:

“medekati jadwal OSN dan KSM kegiatan pembinan


dilakukan dengan lebih intensif, guru lebih menekankan
materi dan banyak membahas soal. Pembinaan intensif
dilaksanakan seminggu sebelum perlombaaan, kami tidak
belajar lagi di kelas, hanya fokus pad pelatihan/ pembinaan
untuk perlombaan”.104
“pembinaan menjelang OSN atau KSM berjalan seperti
pembinaan rutin tapi lebih intensif. Sebelum mendapatkan
pembinaan intensif kami di seleksi ulang untuk menentukan
perwakilan sekolah, lalu yang lulus seleksi dibina secara
intensif yaitu di keluarkan dari kelas untuk mengikuti
pembinaan biasanya di adakan di perpustakaan”.105

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan

terhadap guru pembina dan peserta pembinaan di atas dapat

disimpulkan bahwa kegiatan pembinaan intensif dalam

pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi dilakukan seminggu menjelang

103
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade
Matematika MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
104
Muhammad Luthfi elhakim Idris, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah
(KSM) bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-
2018
105
Claudya Permata Riany, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)
bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-2018
78

diadakannya even- even besar seperti OSN dan KSM. Bentuk

kegiatan pelatihan/pembinaan intensif sama seperti pembinaan

rutin tapi lebih berfokus pada pembahasan soal.

2. Kendala yang dihadapi guru pembina kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

Kendala adalah keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah

pencapaian sasaran/ tujuan. Hasil wawancara peneliti dengan pembina/

pembimbing I kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi mengatakan bahwa:

“kendala yang ibu hadapi dalam melaksanakn kegiatan pembinaan:


1) Kendala waktu.
a) Ibu terkendala dengan waktu karena kesibukan mengajar
pagi ditambah membina di sore hari, sehingga tidak sempat
untuk membuat perangkat pembelajaran contohnya RPP.
b) waktu pelaksanaan yang sempit yaitu dilakukan setelah jam
pelajaran sekolah yang sudah sore yaitu jam 15.00 membuat
siswa peserta pembinaan sudah mulai jenuh dan mulai
kehilangan fokusnya untuk belajar.
c) sangat sulit untuk melakukan kegiatan evaluasi diakhir
pertemuan karena tidak cukupnya waktu.
2) Tidak tersedianya ruangan khusus untuk melaksanakan
kegiatan pembinaan.
3) Dalam melaksanakan pembinaan intensif jika diundang
pembina dari luar sulit untuk menemukan jadwal yang sesuai
antar pembina luar, guru pembina dari sekolah dan peserta
pembinaan.
4) Biaya untuk mendatangkan pembina luar”.106

kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pembina/

pembimbing II kegiatan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

106
Asmah Dewita, M.Pd, Pembina/ pembimbing I eksrakurikuler Olimpiade
Matematika MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 18-Agustus-2018
79

“banyak kendala yang Ibu alami dalam pelaksanaan pembinaan,


kendala dari Ibu pertama adalah kurangnya pembinaan untuk guru,
kami sebagai pembina Olimpiade hampir tidak pernah diberikan
pelatihan atau pembinaan, selanjutnya adalah tidak tersedia nya buku-
buku sumber sehingga materi- materi yang akan diajarkan harus dicari
sendiri oleh guru pembina sementara Ibu juga harus mempersiapkan
pembelajaran pagi, kendala dari sisi siswa terkadang terbentur jadwal
pembinaan dengan kegiatan ekstrakurikuler lain atau jadwal les, selain
itu waktu pelaksanaan yang sudah sore mengakibatkan semangat siswa
menurun”.107

Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti dimana dalam

pelaksanaan kegiatan pembinaan guru pembina mengalami kendala

terutama dalam hal waktu, dimana guru tidak sempat membuat RPP

pembinaan karena kesibukan mengajar pagi dan membina di sore hari.

Selain itu waktu pembinaan yang terlalu rapat dengan waktu berakhirnya

kegiatan pembelajaran di sekolah membuat waktu pelaksanaan sering

terundur untuk memberikan jeda siswa untuk beristirahat. Pelaksanaan

pembinaan yang dilakukan di sore hari juga membuat tingkat semangat

siswa berkurang.

Selain masalah waktu, tidak tersedia juga ruangan khusus untuk

melaksanakan pembinaan sehinga pembinaan dilakukan di ruangan kelas.

Selanjutnya tidak tersedianya sumber belajar, guru pembina mencari dan

menyiapkan sendiri materi pembinaan.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti di atas

disimpulkan bahwa kendala- kendala yang dihadapi guru pembina adalah

kendala waktu, tidak tersedianya ruangan khusus, kurangnya pembinaan

107
Betsi Febryona. S.Pd, Pembina/ pembimbing II eksrakurikuler Olimpiade
Matematika MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 19-Agustus-2018
80

untuk guru, biaya untuk mendatangkan pembina luar, sulitnya menemukan

jadwal yang cocok antara pembina luar, pembia dari sekolah dan siswa,

mulai turunnya semangat belajar siswa karena waktu pelaksanaan yang

sudah sore.

3. Kendala yang dihadapi guru pembina kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

Hasil wawancara peneliti dengan Claudya Permata Riany, selaku

peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi mengatakan bahwa:

“tidak terdapat kendala utama, hanya terkadang terjadi bentrok jadwal


dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler lain nya”.108
kemudian peneliti melakukan wawancara dengan Muhammad Luthfi

elhakim Idris, selaku peserta kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

di MTsN 1 Bukittinggi mengatakan bahwa:

“terdapat kendala yang saya dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan


adalah terkadang terbenturnya jadwal pembinaan dengan pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler lainnya”.109
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di atas disimpulkan bahwa

kendala yang dihadapi oleh siswa adalah terbenturnya jadwal pembinaan

dengan jadwal pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dideskripsikan pembahasan

mengenai Pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang matematika

108
Claudya Permata Riany, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM)
bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-2018
109
Muhammad Luthfi elhakim Idris, Peserta pembinaan Kompetisi Sains Madrasah
(KSM) bidang matematika di MTsN 1 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Bukittinggi, 20-Agustus-
2018
81

melalui kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika di MTsN 1

Bukittinggi.

Pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang matematika di

MTsN 1 Bukittinggi dilakukan melalui kegiatan eksrakurikuler olimpiade

matematika. Ekstrakurikuler olimpiade matematika adalah suatu wadah atau

program yang dikembangkan oleh MTsN 1 Bukittinggi sejak tahun 2007

untuk mengembangkan bakat dan minat siswa pada mata pelajaran

matematika.

a. Tujuan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika

Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi adalah:

1) Sebagai wadah bagi siswa yang memiliki bakat dan minat

terhadap pelajaran matematika.

2) Memberikan pembinaan kepada siswa dalam rangka

mempersiapkan calon peserta kompetisi matematika yang akan

mewakili sekolah dalam berbagai jang kompetisi atau olimpiade

contohnya yaitu OSN dan KSM.

3) Meningkatkan motivasi siswa yang menyenangi matematika

untuk dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya.

4) Menciptakan iklim kompetitif secara sehat dikalangan siswa.

b. Sasaran Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika


82

Sasaran dari kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi adalah siswa kelas VII dan VIII MTsN 1

Bukittinggi yang memiliki bakat dan minat terhadap mata pelajaran

matematika.

c. Pelaksana Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika

Pelaksana kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN

1 Bukittinggi adalah guru mata pelajaran matematika MTsN 1

Bukittinggi yang terdiri dari 2 orang yaitu: Ibu Asmah Dewita selaku

Pembina I dan Ibu Betsi Febryona selaku pembina II.

d. Jadwal/ waktu dan tempat Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Olimpiade Matematika.

Kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi dilaksanakan pada:

Hari : Selasa (1x seminggu) atau sesuai kesepakatan


jika tidak bisa terlaksana pada hari selasa
karena ada sesuatu dan lain hal
Jam : 14.45 s/d 16.15 WIB
Tempat : MTsN 1 Bukittinggi. 110

e. Tahap- Tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade

Matematika.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

dilakukan melaui 3 tahapan, yaitu tahap rekrutmen peserta, tahap

persiapan dan pelatihan.

110
Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika MTsN 1 Bukittinggi TP.
2017/ 2018
83

1) Rekrutmen peserta.

Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

adalah mengadakan kegiatan rekrutmen peserta. Kegiatan

rekrutmen dilakukan melalui seleksi yang diperuntukkan bagi

siswa kelas VII yang berminat untuk mengikui pembinaan.

Kegiatan seleksi diadakan pada awal tahun ajaran baru dimana

sebelum diadakan seleksi guru pembina mengadakan sosialisasi ke

kelas- kelas untuk memberitahukan bahwa akan diadakan seleksi

untuk menjadi peserta pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika. Selanjutnya seleksi diadakan di sekolah

dalam bentuk tes tertulis yang soal- soalnya merupakan soal essay

yang dirancang khusus oleh tim pembina olimpiade matematika

MTsN 1 Bukittinggi. Setelah seleksi selesai diadakan maka dipilih

30 peserta terbaik berdasarkan hasil seleksi untuk kemudian

dijadikan sebagai peserta pembinaan.

2) Persiapan pelaksanaan

Terdapat 2 hal yang dipersipkan sebelum pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi.

a) Persiapan perlengkapan dan peralatan.

Dalam mempersiapkan pelaksanaan pembinaan, guru

pembina perlu mempersiapkan berbagai pelengkapan dan

peralatan yang nantinya akan digunakan dalam pelaksanaan


84

pembinaan, hal pertama yang dipersiapkan adalah menyiapkan

administrasi berupa daftar hadir/ absen peserta, menyiapkan

ruangan tempat pelaksanaan pembinaan, membuat kesepakatan

jadwal pembinaan. Untuk jadwal pembinaan, sekolah telah

memberikan jadwal tetap yaitu setiap hari selasa jam 14.45 s/d

16.15, tapi waktu pelaksanaan tersebut bisa dirubah berdasarkan

kesepakatan karena banyak siswa yang mengikuti kegiatan les di

luar sekolah, jadi jadwalnya menyesuaikan.

Selain itu perlengkapan yang dipersiapkan oleh guru

pembina adalah program dan silabus. Program dirancang oleh

tim pembina yang terdiri dari pembina I dan Pembina II

Kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika MTsN 1

Bukittinggi, sedangkan silabus sudah ada dari dinas yaitu dari

Kementerian Agama, guru pembina hanya melakukan sedikit

pengembangan sesuai dengan kebutuhan. Selain program dan

silabus itu guru pembina juga mempersiapkan bahan- bahan ajar

yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembinaan seperti

soal- soal olimpiade.

Selain perlengkapan, guru pembina pun juga menyiapkan

peralatan berupa peralatan mengajar biasa, tapi jika diperlukan

maka guru pembina akan menyiapkan alat peraga, laptop dan

infocus.

b) Persiapan pelaksana pembinaan


85

Pelaksana kegiatan ekstrakurikuler adalah pendidik atau

tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan dan

kewenangan pada substansi kegiatan ekstrakurikuler yang

dimaksud. Pelaksana utama kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah tim pembina yang

terdiri dari Ibu Asmah Dewita sebagai pembina I dan Ibu Betsi

Febriyona sebagai pembina II, namun apabila diperlukan maka

pihak sekolah akan mendatangkan pembina luar. Contohnya

dalam persiapan menuju ajang olimpiade atau KSM tingkat

provinsi pihak sekolah menghadirkan pembina luar dari

bimbingan belajar, dari Instansi contohnya dari UNP atau dari

sekolah yang lebih tinggi.

3) Pelatihan

Pelaksanaan pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi dilakukan dalam

bentuk pelatihan. Kegiatan pelatihan yang dilakukan secara rutin

tidak jauh berbeda dengan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu

terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan awal

Kegiatan awal adalah bentuk kegiatan yang bertujuan

menyiapkan peserta untuk dapat melaksanakan kegiatan inti.

kegiatan awal yang dilakukan oleh pembina kegiatan

ekstrakurikuler pembinaan olimpiade matematika MTsN 1

adalah melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi tersebut


86

diantaranya mengecek kehadiran peserta, menyampaikan tujuan

pembelajaran, memberikan motivasi, dan mengulas kembali

materi pertemuan sebelumnya atau materi yang diperlukan

untuk menunjang pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b) Kegiatan inti

Kegiatan inti adalah kegiatan utama yang dilakukan untuk

mencapai tujuan. kegiatan inti yang dilakukan oleh pembina

dalam pelaksanaan pelatihan tidak jauh berbeda dengan kegiatan

pembelajaran biasa, hanya saja dalam kegiatan

pelatihan/pembinaan guru pembina lebih memfokuskan pada

penyampaian materi dan pembahasan soal- soal olimpiade

c) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan pembina

untuk menutup kegiatan inti. kegiatan penutup yang dilakukan

oleh pembina kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi adalah melakukan penarikan kesimpulan

secara bersama- sama dengan siswa, dilanjutkan dengan

mengadakan evaluasi jika masih tersisa cukup waktu, lalu

diakhiri dengan pemberian tugas berupa soal- soal untuk

dikerjakan oleh siswa di rumah.

Selain pelatihan yang dilakukan secara rutin, pembinaan

juga dilakukan melalui pelatihan yang lebih intensif.

Pembinaan intensif adalah kegiatan pembinaan/pelatihan yang

dilakukan menjelang dilaksanakannya even- even besar seperti


87

OSN dan KSM. Sebelum diadakannya pembinaan intensif,

terlebih dahulu diadakan seleksi terhadap peserta kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika untuk kemudian dipilih

siapa yang akan menjadi perwakilan sekolah. Perwakilan inilah

yang akan mendapatkan pembinaan/pelatihan intensif.

Pembinaan sudah mulai diintensifkan semenjak satu bulan

sebelum agenda OSN atau KSM, pembinaan intensif

dilaksanakan seperti pembinaan ritun, namun lebih

mengutamakan pembahasan soal- soal dari pada pemberian

materi. Semakin dekat agenda pelaksanaan perlombaan maka

semakin intensif pembinaan dilakukan, siswa mulai dipanggil

keluar dari kelas untuk mengikuti pembinaan/pelatihan yang

dilakukan di perpustakaan. Puncak pelaksanaan pelatihan/

pembinaan intensif adalah satu minggu menjelang perlombaan,

dimana siswa perwakilan sekolah tidak lagi mengikuti kegiatan

PBM melainkan hanya mengikuti pembinaan intensif yang

dilakukan dari pagi sampai siang, dimulai pada jam 07.30

dampai dengan jam 12.00 siang.

Pembinaan intensif untuk perlombaan tingkat

kabupaten/kota dilakukan oleh guru pembina kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika MTsN 1 Bukittinggi,

namun jika pembinaan dilakukan untuk perlombaan tingkat

provinsi atau nasional, maka pihak sekolah mendatangkan

pembina luar yang berasal dari bimbingan belajar, institut atau


88

sekolah yang lebih tinggi. Untuk pembinaan intensif dalam

menghadapi KSM tingkat provinsi MTsN 1 Bukittinggi

mengundang pembina luar yaitu dari pembina kota.

2. Kendala yang dihadapi oleh guru pembina kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

Kendala adalah keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah

pencapaian sasaran/ tujuan. Kendala yang dihadapi oleh guru pembina

dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN

1 Bukittinggi adalah sebagai berikut:

1) Kendala waktu

kendala utama yang dihadapi guru pembina adalah dalam hal

waktu, dimana guru/pembina tidak sempat membuat RPP pembinaan

karena kesibukan mengajar pagi dan membinaan di sore hari. Selain

itu waktu pembinaan yang terlalu rapat dengan waktu berakhirnya

kegiatan pembelajaran di sekolah membuat waktu pelaksanaan

sering terundur untuk memberikan jeda siswa untuk beristirahat.

Kurangnya waktu mengkibtkan tidak terlaksananya kegiatan

evaluasi guna mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa

terkait materi yang telah diajarkan. Selain itu pelaksanaan

pembinaan yang dilakukan di sore hari juga membuat tingkat

semangat siswa berkurang atau menurun.

2) Tidak tersedianya ruangan khusus untuk pembinaan olimpiae

matematika

3) Kurangnya pembinaan untuk guru pembina,


89

4) Tidak tersedianya sumber belajar yang memadai sehingga guru

pembina harus mencari sendiri bahan ajar dan materi yang akan

diajarkan,

5) Minimnya biaya untuk mendatangkan pembina luar,

6) sulitnya menemukan jadwal yang cocok antara pembina luar, pembia

dari sekolah dan siswa.

3. Kendala yang dihadapi oleh siswa peserta kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

Kendala yang dihadapi siswa dalam pelaksanaan pembinaan melaui

kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

adalah terjadinya benturan waktu pelaksanaan pembinaan melalui kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika dengan kegiatan ekstrakurikuler

lainnya yang diikuti.


90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

1. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh tentang

pembinaan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang matematika di

MTsN 1 Bukittinggi, pelaksanaan pembinaan dilakukan melalui kegiatan

ekstrakurikuler yaitu kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika.

4. Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

di MTsN 1 Bukittinggi adalah:

5) Sebagai wadah bagi siswa yang memiliki bakat dan minat

terhadap pelajaran matematika.

6) Memberikan pembinaan kepada siswa dalam rangka

mempersiapkan calon peserta kompetisi matematika yang

akan mewakili sekolah dalam berbagai jang kompetisi atau

olimpiade contohnya yaitu OSN dan KSM.

7) Meningkatkan motivasi siswa yang menyenangi

matematika untuk dapat mengembangkan bakat dan

kemampuannya.
91

8) Menciptakan iklim kompetitif secara sehat dikalangan

siswa.

5. Sasaran Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika

Sasaran dari kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi adalah siswa kelas VII dan VIII MTsN 1

Bukittinggi yang memiliki bakat dan minat terhadap mata pelajaran

matematika.

6. Pelaksana Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade Matematika

Pelaksana kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di

MTsN 1 Bukittinggi adalah guru mata pelajaran matematika MTsN

1 Bukittinggi yang terdiri dari 2 orang yaitu: Ibu Asmah Dewita

selaku Pembina I dan Ibu Betsi Febryona selaku pembina II.

7. Jadwal/ waktu dan tempat Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Olimpiade Matematika.

Kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1

Bukittinggi dilaksanakan pada:

Hari : Selasa (1x seminggu) atau sesuai kesepakatan

jika tidak bisa terlaksana pada hari selasa

karena ada sesuatu dan lain hal

Jam : 14.45 s/d 16.15

Tempat : MTsN 1 Bukittinggi.

.
92

8. Tahap- Tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Olimpiade

Matematika.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade matematika

dilakukan melaui 3 tahapan, yaitu tahap rekrutmen pesert, tahap

persiapan dan pelatihan.

1) Rekrutmen peserta

Kegiatan rekrutmen peserta kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi dilakukan

dengan cara melaksanakan seleksi pada setiap awal tahun

ajaran.

2) Persiapan pelaksanaan

Persiapan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi dilakukan

dalam dua tahapan yaitu persiapan peralatan dan

perlengkapan dan persiapan pelaksana pembinaan.

3) Pelatihan.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler olimpiade

matematika di MTsN 1 Bukittinggi dilakukan dalam

bentuk pelatihan yaitu pelatihan rutin dan pelatihan/

pembinaan intensif. Pelatihan rutin adalah pembinaan yang

dilakuakan secara rutin 1x seminggu pada hari selasa.

Sedangkan pelatihan intensif adalah kegiatan pembinaan

yang dilakukan menjelang diadakannya even- even besar

seperti OSN dan KSM.


93

2. Kendala- kendala yang dialami oleh guru pembina kegiatan

ekstrakurikuler olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi

Kendala yang dihadapi oleh guru pembina kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika di MTsN 1 Bukittinggi adalah:

a. Kendala waktu

b. Tidak tersedianya ruangan khusus untuk pembinaan olimpiade

matematika

c. Kurangnya pembinaan untuk guru pembina,

d. Tidak tersedianya sumber belajar yang memadai

e. Minimnya biaya untuk mendatangkan pembina luar,

f. sulitnya menemukan jadwal yang cocok antara pembina luar,

pembina dari sekolah dan siswa

3. Kendala yang dihadapi oleh siswa

Kendala yang dihadapi siswa dalam pelaksanaan pembinaan adalah

terjadinya benturan waktu pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

olimpiade matematika dengan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

D. Saran

1. Untuk Guru Pembina

Guru sebaiknya sebisa mungkin menyusun perangkat seperti RPP

kegiatan pembinaan sehingga pelaksanaan pembinaan lebih terarah dan

memiliki pedoman pelaksanaan.

2. Untuk Pihak sekolah

Sekolah hendaknya mengatur dan menambah alokasi waktu

pelaksanaan kegiatan pembinaan agar segala kendala yang berhubungan


94

dengan masalah waktu dapat teratasi. selain itu juga agar disediakan

suatu ruangan khusus yang dipergunakan sebagai tempat pelaksanaan

pembinaan olimpiade matematika, memberikan fasilitas pembinaan

kepada guru pembina, serta menyediakan anggaran untuk mengundang

pembina luar jika diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai