Anda di halaman 1dari 20

AKTUALISASI BELA NEGARA

BAGI PEMIMPIN DALAM


MENCAPAI TUJUAN SDGS NO. 16

Kelompok NIM Ganjil



B
Kelas:
KELOMPOK NIM GANJIL

1. Anggraeni Dwi Rahmawati 2110112004


11. Kamiliya Muthia Azra Heriana 2110112045
2. Andika Muriansyah 2110112007
12. Iga Puranama Mukti 2110112049
3. Sa’ada Sahen 2110112011
13. Balqis Yessa Nurlanda 2110112051
4. Latifah 2110112015
14. Lidya Margaretta 2110112053
5. Andini Widyawati 2110112029
15. Fitri Syofiah 2110112057
6. Aneesha Diaz Ramadhini 2110112033
16. Lovenka Diva Nafael 2110112067
7. Dwi Saputra 2110112034
17. Sheika Riela Wahmi 2110112069
8. Hafsah Aqilla 2110112037
18. Siti Aliyah Salsabila 2110112075
9. Nurhanan Rachmi Putri 2110112041
19. Annisa Noor Amelia 2110112109
10. Elvita Sabat Uly Vera Galingging 2110112043
ABSTRAK
Bela negara merupakan hal yang sangat penting bagi suatu negara. Oleh sebab itu pemimpin memiliki tugas
penting yakni menumbuhkan kesadaran bela negara bagi setiap anggotanya. Pemerintah juga memiliki peran
yang penting dalam mencapai tujuan SDGs no. 16, pencapaiannya yang harus meliputi mempromosikan
masyarakat yang damai dan inklusif demi pembangunan berkelanjutan. Tetapi, implementasinya bukanlah
hal yang mudah, karena masih banyak masalah yang muncul di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji perwujudan bela negara seorang pemimpin dalam mencapai tujuan SDGs no. 16. Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif bersifat studi kepustakaan dengan sumber data yang berasal
dari jurnal, artikel, dan buku-buku ilmiah yang relevan dengan penelitian. 'Hasil penelitian ini menemukan
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi SDGs, yaitu sinergi antara pemerintah pusat maupun daerah
dengan lembaga terkait, peran lembaga dalam menentukan tujuan konkret untuk mewujudkan SDGs No. 16,
peran dan keikutsertaan lembaga di luar pemerintahan, dan penerapan prinsip good governance. Di
Indonesia terdapat beberapa pencapaian SDGs No.16 yang telah tercapai. Selain itu juga terdapat beberapa
hambatan, seperti Beyond Post- Modern Era, Intoleransi, Korupsi, Radikalisme, Terorisme, Kemiskinan dan
Ketidakmerataan. Dengan demikian, terdapat dua hal yang diperlukan untuk mewujudkan pemimpin dalam
mengaktualisasi bela negara, yaitu perdamaian dan mencapai keadilan dan kelembagaan yang tangguh.
LATAR BELAKANG
Bela negara merupakan sikap berani berkorban untuk tanah air demi keutuhan NKRI, yaitu tekad, sikap, dan
tindakan warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya pada persatuan bangsa, keutuhan wilayah, dan yurisdiksi
nasional. Bagi warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan
kesadaran berbangsa dan bernegara dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara. Pemimpin memiliki tugas dalam menumbuhkan
kesadaran bela negara bagi anggotanya.

Selain itu, Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mencapai tujuan SDGs no 16. Pencapaian yang harus
dilakukan meliputi mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif demi pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan bagi semua dan membangun lembaga yang efektif, akuntabel dan inklusif di seluruh
tingkatan. Dalam kajian ini, salah satu program yang hendak disasar adalah membangun masyarakat yang damai
dan inklusif yang ditanamkan pada anak sejak dini. Hal tersebut dikarenakan Indonesia menjadi salah satu negara
yang ikut mendukung dan menyepakati program pembangunan SDGs.
LATAR BELAKANG
Dalam implementasinya, Indonesia sendiri telah menjamin warga negaranya untuk mendapatkan hak-hak
secara merata yang tertuang dalam konstitusi. Dilihat dari segi hukum, komitmen Indonesia dalam
mendukung program SDGs nomor 16 juga sudah tertuang pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut yang menjadikan aksi nyata bagi bangsa Indonesia dalam
menjalankan program membangun masyarakat yang damai dan inklusif.

Akan tetapi, mewujudkan program membangun masyarakat yang damai dan inklusif tentunya bukan hal
yang mudah. Indonesia masih mengalami beberapa permasalahan yang menghambat tercapainya program
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan bantuan dari segenap unsur masyarakat Indonesia
untuk bersama-sama memiliki keinginan dalam pencapaian tujuan SDGs nomor 16. Lahirnya karakter
kepemimpinan dan bela negara dalam setiap generasi muda bangsa Indonesia juga merupakan hal yang
penting. Sebab, generasi tersebut dapat dipersiapkan menjadi pemimpin yang mampu membangun
masyarakat yang damai dan inklusif sejak dini.
LATAR BELAKANG
Dalam implementasinya, Indonesia sendiri telah menjamin warga negaranya untuk mendapatkan hak-hak
secara merata yang tertuang dalam konstitusi. Dilihat dari segi hukum, komitmen Indonesia dalam
mendukung program SDGs nomor 16 juga sudah tertuang pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut yang menjadikan aksi nyata bagi bangsa Indonesia dalam
menjalankan program membangun masyarakat yang damai dan inklusif.

Akan tetapi, mewujudkan program membangun masyarakat yang damai dan inklusif tentunya bukan hal
yang mudah. Indonesia masih mengalami beberapa permasalahan yang menghambat tercapainya program
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan bantuan dari segenap unsur masyarakat Indonesia
untuk bersama-sama memiliki keinginan dalam pencapaian tujuan SDGs nomor 16. Lahirnya karakter
kepemimpinan dan bela negara dalam setiap generasi muda bangsa Indonesia juga merupakan hal yang
penting. Sebab, generasi tersebut dapat dipersiapkan menjadi pemimpin yang mampu membangun
masyarakat yang damai dan inklusif sejak dini.
5

RUMUSAN MASALAH
Sorang pemimpin perlu untuk memiliki keberanian, jiwa kreatif,
dan inovatif untuk menghadapi hambatan dan tantangan yang
ada di masa perubahan zaman ini dengan menerapkan
aktualisasi bela negara untuk mencapai keadilan dan
kelembagaan yang tangguh di Indonesia. Sehingga, untuk
mencapai tujuan kompleks dari SDGs, diharapkan seorang
pemimpin memiliki kemampuan untuk mengolah kemajuan
teknologi dan sumber daya manusia dengan baik dan tepat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif bersifat studi pustaka
dengan menggunakan sumber data yang berasal dari jurnal-jurnal ilmiah, artikel-
artikel ilmiah dan buku-buku ilmiah yang relevan dengan penelitian yang
diangkat.

Penelusuran sumber dilakukan dengan mencarinya melalui google scholar


dengan memasukan kata kunci sesuai topik yang ingin dibahas. Lalu dilakukan
analisis data dengan menggunakan pendekatan analisis deskripsi kualitatif.
Dimana analisis ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil data yang
diperoleh dengan menggunakan kata-kata tertulis dan bukan angka. Lalu data
tersebut diolah, sehingga dapat diambil kesimpulan untuk menjawab rumusan
masalah yang sudah ditetapkan.
METODE PENELITIAN
Siti Nurhasanah Siti Khairina Rahayu H. Lukman Hakim
Aktualisasi Bela Negara
Penguatan Kesadaran Bela
Peran Pendidikan Pancasila Dan

di Tengah Pandemi
Negara Pada Remaja Milenial
Kewarganegaraan Dalam

yang Ada di Indonesia Menuju Indonesia Emas Membentuk Calon Pemimpin Di

Bela negara adalah hak dan Kurangnya kesadaran bela negara yang Era Global
kewajiban bagi setiap warga dimiliki remaja milenial saat ini dapat diperlukan peran serta dunia
negara, tidak hanya TNI dan membahayakan kedaulatan bangsa. Guna pendidikan dalam upaya
Polri saja yang harus mewujudkan Indonesia Emas, generasi ini menyiapkan para pemimpin
membela tanah air, tetapi haruslah dibekali, didukung, dibina dan tersebut yakni melalui materi
setiap warga negara ditumbuhkan akan kesadaran bela negara pembelajaran Pendidikan
memiliki hak dan kewajiban demi mempertahankan dan menjaga Pancasila dan Kewarganegaraan.
atas bela negara sebagai keutuhan serta kedaulatan negara Indonesia. Pemimpin di era global haruslah
komponen pendukung para Dalam membangun kesadaran bela negara memiliki sikap dan karakter warga
TNI dan Polri. Ditengah pada remaja milenial dapat dilakukan melalui negara yang berjiwa
pendidikan bela negara yang dimuat dan Nasionalisme, dengan
pandemi seperti terjadi di
dijadikan kurikulum dalam pendidikan mengamalkan nilai-nilai yang
Indonesia saat ini pun setiap
kewarganegaraan dan pendidikan moral terkandung dalam dasar negara
warga negara tetap memiliki
pancasila yang ditanamkan sejak dini pada Pancasila pada kehidupan sehari-
hak dan kewajibannya untuk
pendidikan sekolah hingga perguruan tinggi. hari.
membela negara.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI SDGS

Sinergi antara Peran lembaga Peran dan Penerapan


pemerintahan untuk keikutsertaan prinsip Good
pusat maupun menentukan lembaga di luar Governance
daerah dengan tujuan konkritnya pemerintahan
lembaga terkait dalam atau NGO (Non
mewujudkan
Governemental
SDGs 16
Organisation)
AKTUALISASI BELA NEGARA BAGI PEMIMPIN DALAM
MEWUJUDKAN PERDAMAIAN

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sebuah program dimana


terdapat 17 tujuan dan 169 target. Pada SDGs ke 16 salah satu yang menjadi tujuan
adalah perdamaian. Perdamaian merupakan hal penting namun saat ini dunia
belum sepenuhnya hidup damai tanpa adanya konflik dan kekerasan. Kekerasan
sendiri dapat dibagi menjadi 3, yaitu kekerasan fisik, psikis dan simbolik.
Sedangkan, konflik dapat dibagi menjadi antar individu dan kelompok. Selain itu,
pemerintah juga perlu mengakhiri pelecehan, eksploitasi, perdagangan, serta
segala bentuk kekerasan dan penyiksaan pada anak-anak. Hal tersebut
merupakan tindakan yang melanggar HAM, menimbulkan banyak kerugian, serta
dapat menimbulkan rasa tidak aman bahkan menyebabkan trauma. Masalah-
masalah tersebut dapat terjadi di lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, seorang
pemimpin perlu mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya konflik dan
kekerasan sehingga dapat terwujud perdamaian.
AKTUALISASI BELA NEGARA BAGI PEMIMPIN DALAM
MEWUJUDKAN PERDAMAIAN
Untuk dapat mewujudkan perdamaian ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti meningkatkan
kesadaran masyarakat pada kewargaan, keberagaman dan kesetaraan. Dalam meningkatkan kesadaran
tersebut pemimpin dapat menekankan pada bela negara. Bela negara tentu tidak lepas dari misi
perdamaian. Bela negara merupakan wujud cinta tanah air yang bertujuan untuk memupuk semangat
nasionalisme dan patriotisme elemen masyarakat bangsa Indonesia yang berlandaskan pada ideologi
Pancasila. Pemimpin dapat melakukan upaya dengan beragam media dan metode, mulai dari live-in di
suatu komunitas, kampanye, penerbitan buku, dialog elit dan sebagainya.

Dengan menumbuhkan semangat bela negara dapat mewujudkan rasa saling menghormati dan
menghargai perbedaan, menghilangkan sikap negatif seperti egois dan apatis, melatih jiwa leadership,
membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas dan sebagainya. Apabila seluruh masyarakat dapat
menanamkan bela negara dalam kehidupan maka akan terwujud perdamaian. Selain itu, pemimpin dan
pemerintah dapat terlibat aktif dalam menangani konflik dan kekerasan, dengan melakukan advokasi legal,
yaitu pemberian bantuan hukum (litigasi) terhadap individu atau kelompok yang mengalami ketidakadilan
serta menghukum pelaku seberat-beratnya. Sehingga memberikan rasa aman kepada seluruh
masyarakat dan pelaku takut akan akibat yang terjadi apabila melakukan tindak kekerasan atau hal yang
melanggar hukum.
AKTUALISASI BELA NEGARA BAGI PEMIMPIN DALAM MENCAPAI
KEADILAN DAN KELEMBAGAAN YANG TANGGUH
Melakukan upaya bela negara tidak semata-mata hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang
warga negara, tetapi lebih dari sekedar itu. Bukan sekadar hiasan atau simbol negara. Namun, selayaknya
menjadi semacam pemandu arah agar kebangsaan dan kenegaraan tetap kokoh. Tindakan yang
dilakukan bisa memberikan dampak bagi kehidupan seperti halnya membawa keadilan dan menciptakan
kelembagaan yang tangguh. Tindakan bela negara bisa membawa hal positif, sebab dapat menghadirkan
suasana yang harmonis antar berbagai komponen bangsa. Inilah jalinan persatuan dan kesatuan yang
hakiki. Seorang pemimpin sudah selayaknya paham perihal keadilan dan penguatan kelembagaan,
keadilan antar anggota harus merata serta terjamin dan diberlakukan dengan jujur yang nantinya akan
berdampak untuk menciptakan kelembagaan yang kuat, tangguh.

Bagi seorang presiden, yang merupakan pemimpin suatu negara, menciptakan keadilan sosial berarti
pemerataan kesejahteraan secara proporsional bagi seluruh rakyat, siapapun dan dimanapun mereka
berada dengan tetap memberikan penghargaan kepada yang berprestasi, kesempatan yang terbuka bagi
yang mau bekerja, pemihakan kepada yang lemah, dan perlindungan bagi yang tidak berdaya. Walaupun
ketimpangan masih terlihat nyata, namun pemimpin terus berupaya untuk menciptakan keadilan bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Jika keadilan tidak dapat tercipta maka hal ini akan melahirkan tindakan
kekerasan yang dapat memecah belah kehidupan dalam suatu negara.
Pencapaian SDGs 16 di Indonesia

MY PROJECT
1. Pemerintah Indonesia menyediakan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan dengan
mengoptimalkan
Lorem ipsum dolor sit mekanisme
amet, consectetur pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi bagi anak, dan
adipiscing elit, sed do eiusmod tempor
perempuan
incididunt yang
ut labore mengalami
et dolore magna aliqua.kekerasan
Ut
enim ad minim veniam,
2. Penerapan pendidikan anti korupsi ini untuk mencapai sasaran kelima SDGs 16 yaitu
mengurangi korupsi dan penyuapan dalam segala bentuknya.
3. Pemerintah Indonesia akan mengoptimalkan kapasitas lembaga negara menjadi lebih
efektif, akuntabel dan transparan untuk semua lapisan masyarakat
4. Pemerintah Indonesia telah mencapai peningkatan jangkauan dan pengembangan
registrasi vital yang terintegrasi dalam rangka memenuhi target kesembilan tentang
memberikan identitas yang sah bagi semua, termasuk pencatatan kelahiran
HAMBATAN SEORANG PEMIMPIN DALAM MENCAPAI
TUJUAN SDGS NO. 16

Dalam mencapai tujuan SDGs No. 16 tidak dapat dipungkiri masih banyak terdapat
persoalan yang kompleks di Indonesia yang menjadi hambatan, yaitu sebgaai
berikut:
Beyond Post- Modern Era Intoleransi
Teknologi yang semakin maju dan canggih Intoleransi merupakan tindakan yang tidak toleran
memang memudahkan namun juga atau tidak memiliki tenggang rasa. Intoleransi
memunculkan persoalan. Kurangnya biasanya sering dihubungkan dengan kepercayaan
pemanfaatan teknologi dengan baik juga atau praktik agama lain. Fakta menyebutkan
membuat tantangan semakin banyak bahwa tindak intoleransi beragama di Indonesia
terlebih penguasa media yang semakin meningkat. Intoleransi ini adalah hasil dari
canggih membuat segalanya dapat dengan kelalaian bangsa untuk menjaga nilai, menjaga
mudah memanas dan terjadi konflik. panji, menjaga semangat Pancasila yang
merupakan kesepakatan bersama
HAMBATAN SEORANG PEMIMPIN DALAM MENCAPAI
TUJUAN SDGS NO. 16

Korupsi Radikalisme
Korupsi merupakan musuh bersama bahkan Radikalisme merupakan paham yang
disebut sebagai kejahatan yang luar biasa menghendaki terjadinya perubahan signifikan
(extraordinary crimes). Upaya yang dalam bidang agama, politik dan juga sosial.
dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah, Pendekatan yang dipakai dengan cara
memperberat hukuman, memperkuat KPK, ekstrim/kekerasan yang berpotensi terjadinya
dan lainnya tidak menjadi efek jera bagi konflik. Hal ini terjadi karena didasarkan pada
para pelakunya. Praktik nepotisme, keyakinan tentang nilai, ide, dan pandangan yang
lemahnya penegakkan hukum, wibawa dimiliki oleh seseorang yang dinilai sebagai yang
hukum yang merosot, rendahnya komitmen paling benar dan menganggap yang lain salah
moral, rendahnya peran hati nurani menjadi dan tidak menerima pemikiran orang lain, selain
pemicu utama terjadinya praktik-praktik pikiran dan kelompoknya sendiri.
korupsi ini.
HAMBATAN SEORANG PEMIMPIN DALAM MENCAPAI
TUJUAN SDGS NO. 16

Terorisme Kemiskinan dan ketidakmerataan

Terorisme dikenal sebagai bentuk Menurut data Persentase penduduk miskin pada
kekerasan atas nama agama serta September 2021 sebesar 9,71 persen. Kemiskinan
ancaman atau penggunaan kekerasan terjadi bukan hanya karena kekurangan sumber
untuk tujuan politik yang dilakukan oleh daya alam, tetapi juga karena faktor sumber daya
individu atau kelompok untuk menentang manusia yang sangat terbatas dalam
pemerintah yang sah, dengan menakut- pengetahuan dan keterampilan mengelola
nakuti masyarakat. Persoalan terorisme sumber daya alam. Hal tersebut juga menyangkut
ini tidak mudah dipahami. pendidikan atau latar belakang masyarakat
tersebut.

Hambatan-hambatan diatas merupakan sesuatu yang sangat kompleks


dimana harus ada kolaborasi dan kerjasama antara pemimpin dan juga
masyarakat untuk menanganinya secara lebih optimal.
PENUTUP
Mewujudkan aktualisasi bela negara bagi pemimpin tentu merupakan suatu hal yang penting
demi tercapainya tujuan dalam SDGs No. 16, yaitu masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun
institusi-institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua level. Dalam rangka mewujudkan
perdamaian sebagai salah satu tujuan dari pada SDGs ke - 16, diperlukan adanya penanaman bela
negara untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dengan menanamkan bela negara diharapkan akan
tumbuh semangat bela negara untuk dapat mewujudkan rasa saling menghormati, dan menghargai
terhadap perbedaan, menghilangkan egoisme dan apatisme, melatih leadership, membentuk jiwa
kebersamaan, dan solidaritas. Melakukan upaya bela negara tidak semata-mata hanya untuk
memenuhi kewajiban sebagai seorang warga negara, tetapi lebih dari sekedar itu. Bukan sekadar
hiasan atau simbol negara. Namun, selayaknya menjadi semacam pemandu arah agar kebangsaan
dan kenegaraan tetap kokoh. Tindakan yang dilakukan bisa memberikan dampak bagi kehidupan
seperti halnya membawa keadilan dan menciptakan kelembagaan yang tangguh.
PENUTUP
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi SDGs, yaitu adanya sinergi antara pemerintah
pusat ataupun daerah dengan lembaga terkait, peran lembaga dalam menentukan tujuan konkret
untuk mewujudkan SDGs No. 16, peran dan keikutsertaan lembaga di luar pemerintahan, dan
penerapan prinsip good governance. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa pencapaian SDGs
No.16 yang telah tercapai. Pencapaian tersebut dapat menjadi refleksi bagi seorang pemimpin
dalam memahami bahwa upaya mewujudkan aktualisasi bela negara oleh pemimpin dalam
mewujudkan SDGs No. 16 merupakan hal yang dapat dilakukan.
Terakhir, dalam penerapannya, pemimpin juga harus mempersiapkan diri menghadapi
hambatan yang ada dalam mencapai tujuan SDGs No.16 yang mana telah dijelaskan bahwa
hambatan yang ada sangatlah kompleks, sehingga perlu adanya kolaborasi dan kerja sama dengan
masyarakat dengan harapan penanganan dapat dilakukan dengan lebih optimal. Berbagai hambatan
tersebut antara lain yaitu, (1) Beyond Post- Modern Era; (2) Intoleransi; (3) Korupsi; (4) Radikalisme;
(5) Terorisme; (6) Kemiskinan dan Ketidakmerataan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai