PERTEMUAN 4
PENDIDIKAN PANCASILA
Tugas Belajar Lanjut: Proyek Belajar tentang Pentingnya Kajian Pancasila Melalui
Pendekatan Sejarah.
Untuk memahami dinamika proses perumusan dan pengesahan Pancasila sebagai dasar
negara, Anda dapat mencari informasi dari berbagai sumber tentang:
1. Latar belakang sikap beberapa pihak dalam masyarakat yang menolak
Pancasila sebagai dasar negara.
2. Alasan banyak pihak yang tetap ingin mempertahan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia.
Setelah memahami dinamika proses perumusan dan pengesahan Pancasila, saya telah
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber mengenai:
1. Latar belakang sikap beberapa pihak dalam masyarakat yang menolak
Pancasila sebagai dasar negara.
Latar belakang sikap beberapa pihak dalam masyarakat yang menolak Pancasila
sebagai dasar negara disebabkan adanya pemahaman beberapa golongan , bahwa
sistem hukum yang termuat dalam badan Pancasila bisa dibilang masih perlu
disempurnakan, sebagai contoh yang terjadi pada sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”. Hal ini dibuktikan dengan kesenjangan yang terjadi
dimana-mana dan hampir di segala bidang. Bukan hanya di bidang sosial, tapi juga
sampai di bidang Pendidikan bahkan di bidang ekonomi. Kualitas Pendidikan di
Indonesia memang merupakan persoalan dari dulu, dan kesenjangan Pendidikan
itupun sangat kontras. Terlihat kualitas Pendidikan di pedesaan sangat jauh di bawah
jika dibandingkan dengan kualitas Pendidikan di perkotaan.
Latar belakang lainnya adalah adanya pemahaman yang sempit tentang nilai-nilai
Pancasila yang selalu dipertentangkan dengan keyakinan sehingga beranggapan
mengubah bangsa Indonesia menjadi negara khilafah akan membawa kebaikan yang
lebih karena menerapkan aturan keagaman secara keseluruhan , tidak hanya setengah-
setengah seperti yang termuat dalam Pancasila.
Apabila dianalisis secara cermat, bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam kelima
sila dari Pancasila sudah akurat dan up to date untuk diterpakan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, yang dimana ke-Bhineka-an Indonesia dapat dipersatukan
melalui Pancasila yang sudah merupakan harga mati di dalam berbangsa dan
bernegara.
Oleh karena itu, setiap anak bangsa harus memahami Pancasila secara utuh dan
rasional dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sempurna.
Pancasila sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari
bagi bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku
bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agam yang berbeda, ideologi pancasilla
mempersatukan kita semua dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kita semua sebagai anak bangsa dan rakyat yang hidup di bumi Indonesia sepatutnya
dan seharusnya mempunyai kewajiban untuk mempertahankan Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia disebabkan kehidupan dan keberagaman yang ada di Indonesia
haruslah dapat diterima oleh semua pihak serta harus dijalankan tanpa merugikan
pihak-pihak lain.
Pancasila sebagai alat pemesrsatu bangsa dan kehidupan bernegara, sepatutnya tetap
terpelihara dan dipelihara oleh segenap rakyat Indonesia dengan cara menjadikan
Pancasila sebagai ideologi negara, serta tetap konsisten untuk mempromosikan serta
membumikan Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan
pendiri bangsa ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era
globalisasi, negara Indonesia tetap berpegang teguh kepada Pancasila sebagai dasar
negara.
Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi batasan-
batasan diantara negara seakan terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat
masuk dengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikan dampak positif dan
negatif bagi bangsa Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai pilar bangsa
diharapkan memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme dengan tetap bertahan pada
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia meskipun budaya asing masuk di negara
Indonesia.
Pertama, meyakini bahwa perbedaan adalah satu hakikat dan keniscayaan sebagai
rahmat Tuhan. Oleh karena itu perbedaan memang merupakan hakikat yang pasti
terjadi, kita harus menerima kehendak Tuhan bahwa kita semua memang telah
ditakdirkan penuh dengan perbedaan dan kemajemukan.
Ketiga, menghadapi perbedaan tidak cukup hanya dengan mendiamkan, atau bahkan
dengan menafikan keberadaannya, tetapi perlu dimusyawarahkan. Untuk memahami
perbedaan itu, kita memerlukan data dan informasi tentang apa yang berbeda,
bagaimana perbedaannya, dan mengapa hal itu bisa terjadi. Data dan informasi itu
diperlukan untuk mendekatkan alasan mengapa telah terjadi perbedaan, untuk
menyatukan perbedaan menjadi kesamaan. Di sini kita memang perlu
diskusi/musyawarah, bahkan sah-sah saja untuk beradu argumentasi. Asal hal itu
dilakukan dengan penuh kesopanan. Jika pada akhirnya tidak terjadi kesepakatan,
maka yang harus dilakukan adalah menerima dengan tangan terbuka, dan menghargai
perbedaan itu sebagaimana adanya.
Keempat, menyikapi terjadinya perbedaan dengan melalui keteladanan, bukan hanya
untuk diri sendiri, tetapi teladan bagi orang lain, khusus untuk para pemimpin,
keteladanan itu akan menjadi pedoman bagi semua orang. Keteladanan itu harus
dibentuk dari diri sendiri, keluarga, dan kemudian menyebar dalam kehidupan.