NPM : C1C020008
Kelas : 5C Akuntansi Keperilakuan
TEORI
Bab 1
Bab 2
Bab 3
• Teori Peran
Susunan atau tanggapan perilaku yang diharapkan dan dikehendaki disebut peranan
sosial. Peran dapat digambarkan secara sederhana sebagai bagian dari orang- orang yang
saling berinteraksi. Peranan sosial menggambarkan hak Tugas, kewajiban, dan perilaku
yang sesuai dengan orang yang memegang posisi tersebut dalam konteks sosial tertentu.
• Struktur Sosial
Studi keperilakuan manusia yang sistematis bergantung pada dua fakta titik
pertama, orang-orang bertindak secara teratur dan dengan pola berulang. Kedua, orang-
orang tidak mengisolasikan bentuk, tetapi mereka saling berhubungan. Jika orang-orang
tidak bertindak dengan pola teladan atau pola yang sesuai dengan tuntutan lingkungan maka
tidak akan ada dasar bagi ilmu keperilakuan. Untungnya, orang-orang memang terlibat
dalam perilaku yang berulang.
• Budaya
Budaya merupakan suatu sudut pandang yang pada saat bersamaan dijadikan jalan
hidup oleh suatu masyarakat tidak ada masyarakat tanpa budaya dan budaya tidak eksis
di luar masyarakat titik jika demikian maka budaya atau jalan hidup meliputi sistem
kepercayaan umum yang sesuai dengan gaya perilaku atau pemikiran dan pengetahuan
teknis yang diharapkan serta menentukan cara melakukan sesuatu. Budayamempengaruhi
pola teladan perilaku manusia yang teratur karena budaya menggambarkan perilaku yang
sesuai untuk situasi tertentu.
• Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya serta berniat mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Komitmen organisasi juga merupakan nilai
personal yang terkadang mengacu pada sikap loyal pada perusahaan atau komitmen pada
perusahaan titik komitmen organisasi sering diartikan secara individu dan berhubungan
dengan keterlibatan orang tersebut pada organisasi yang bersangkutan titik komitmen
karyawan pada organisasi merupakan salah satu sikap yang mencerminkan perasaan suka
atau tidak suka seorang karyawan terhadap organisasi tempat ia bekerja.
• Konflik Peran
Konflik peran timbul karena dua perintah berbeda yang diterima secara bersamaan
dalam pelaksanaan atau salah satu perintah akan mengakibatkan diabaikannya perintah
yang lain. Dalam melaksanakan tugasnya Terutama ketika menghadapi suatu masalah
tertentu, seorang profesional sering menerima dua perintah sekaligusPerintah pertama
berasal dari kode etik profesi, sedangkan perintah Kedua berasal dari sistem pengendalian
yang berlaku di perusahaan. Apabila seorang profesional bertindak sesuai dengan kode etik
maka ia akan merasa tidak berperan sebagai karyawan perusahaan yang Baik. Sebaliknya
apabila ia bertindak sesuai dengan prosedur yang ditentukan oleh perusahaan maka akan
merasa telah bertindak secara tidak profesionalKondisi seperti ini
yang disebut dengan konflik peran yaitu suatu konflik yang timbul karena mekanisme
pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan normaAturan, etika, dan
kemandirian profesional.
• Konflik Kepentingan
Dalam praktik bisnis demi kepentingan orang banyak atau organisasi, manajemen
harus memutuskan hubungan kerja dengan seseorang atau beberapa orang karyawan,
walaupun karyawan tersebut mungkin telah puluhan tahun ikut serta dalam
mengembangkan dan membesarkan perusahaan titik oleh karena menganut pandangan
bahwa urusan pribadi harus dipisahkan dari bisnis serta kepentingan perusahaan harus lebih
didahulukan daripada kepentingan pribadi, banyak eksekutif yang sukses dalam memimpin
dan mengatur perusahaan, tetapi gagal dalam memimpin dan mengatur Keluarga. Banyak
bukti yang menunjukkan bahwa konflik kepentingan antara pekerjadan keluarganya
sangat merugikan karyawan dan perusahaan. Konflik kerja dan keluarga cenderung
berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan. Hasil dari riset bidang itu rekomendasikan
perlunya Manajemen perusahaan untuk mengambil kebijakan yang menginterpretasikan
kepentingan pekerjaan dengan kepentingan pribadi.
Bab 5
bab 6
Bab 7
• Buckley mengatakan bahwa “riset merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan.”
Sebagaimana yang dikatakan oleh Dewey, riset biasanya bermula dari suatu masalah.
Bab 8
• Munawir (2004) “laporan keuangan harus bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai
progress report laporan keuangan yang terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu
kombinasi beberapa hal berikut, fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dalam akuntansi, dan
pendapat pribadi.”
• Menurut Brigham dan Houston (2012) Karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin
dicapai, maka analisis keuangannya juga beragam.
• Brigham dan Houston (2012) Dua rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio
dan quick ratio.
Bab 9
teori manajemen desentralisasi vancil (1979) mengembangkan desain alat yang membantu
manajemen untuk mengkomunikasikan tingkat otonomi yang diinginkan. Alat ini membantu
manajemen dalam merancang struktur dan proses untuk mencapai tingkat otonomi yang sesuai.
dalam konteks ini penting untuk mendiskusikan variabel yang mempengaruhi otonomi dalam
sebuah organisasi. variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 1. gaya manajemen dan proses
2. Struktur tanggung jawab 3. pengukuran sistem reward.
menurut vancil (1979), ada hubungan yang adil ketika perusahaan melakukan diversifikasi.Dalam
perusahaan yang menjalankan bisnis tunggal, otonomi Manager tampaknya dibatasi,sedangkan
pada perusahaan yang tumbuh dengan mengakuisisi atau memperkenalkan bisnis, tingkat otonomi
tinggi.
akuntansi pertanggungjawaban menurut Hansen dan mowen (2006) adalah sistem yang mengukur
berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang
dibutuhkan oleh manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban.
menurut Anthony dan govindarayan, permasalahan pada pusat laba diantaranya sebagai berikut; 1.
Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk lebih
mendapatkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi
sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian 2. Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan
memiliki informasi yang lebih baik daripada manajer pusat laba pada umumnya maka kualitas
keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang 3. persediaan dapat meningkat karena
adanya argumen mengenai harga transfer yang sesuai pengalokasian biaya umum yang tepat dan
kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama oleh dua atau lebih unit
bisnis 4. unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan saling berkompetisi
satu sama lain 5. divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya tambahan
manajemen, pegawai, dan pembukuan yang dibutuhkan serta mungkin mengakibatkan duplikasi
tugas di setiap pusat laba
6. manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi fungsional karena tidak
adanya kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum
7. Oleh karena ingin melaporkan laba yang tinggi, manajer pusat laba bisa lalai melaksanakan
penelitian dan pengembangan, program pelatihan, ataupun perawatan 8. tidak ada sistem yang
sangat memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan
mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.
bab 10
menurut kariuki (2010) penganggaran adalah proses perencanaan operasi keuangan suatu usaha.
Penganggaran sebagai alat manajemen membantu mengatur dan merumuskan perencanaan
kegiatan manajemen. Penganggaran sebagai alat keuangan bermanfaat bagi evaluasi dan
pengendalian organisasi untuk merencanakan kegiatan di masa depan.
sedangkan menurut nafarin (2007) anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun
berdasarkan program yang telah dipisahkan dan anggaran merupakan rencana tertulis mengenai
kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif atau angka dan umumnya dinyatakan
dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.
teori X dari McGregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikan secara
ketat, dimana kebutuhan akan efisiensi dan pengendalian mengharuskan pendekatan manajerial
tersebut untuk berurusan dengan bawahannya. Teori X mengimplikasikan bahwa anggaran akan
disusun oleh manajemen puncak dan dikenakan pada manajemen tingkat bawah.
sebaliknya, teori y dari McGregor dan gaya kepemimpinan demokratis Likert mendorong tingkat
keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengambilan keputusan.
Hopwood (1974) membedakan antara gaya kepemimpinan yang dibatasi oleh anggaran dengan
yang sadar akan laba. Pemimpin yang dibatasi oleh anggaran akan mengevaluasi bawahannya
berdasarkan seberapa baik tujuan jangka pendek dicapai. Sebaliknya, pemimpin yang sadarakan
laba lebih memperhatikan kesuksesan jangka panjang dan tidak terlalu menekankan pada
kepatuhan yang kaku pada anggaran sekarang. Hopwood mengemukakan bahwa gaya
kepemimpinan yang dibatasi oleh anggaran dihubungkan dengan layanan yang buruk kepada
pelanggan, ketegangan, dan rasa tidak percaya di antara karyawan, serta kurangnya inovasi.
Bab 11
Bab 12
Proses pengambilan keputusan adalah salah satu mekanisme pemikiran manusia yang paling
kompleks karena berbagai faktor dan tindakan campur tangan di dalamnya, dengan hasil yang
berbeda. Orasanu dan Connolly (1993) mendefinisikannya sebagai serangkaian operasi kognitif
yang dilakukan secara sadar yang mencakup unsur-unsur lingkungan pada waktu dan tempat
tertentu. Narayan dan Corcoran-Perry (1997) mempertimbangkan pengambilan keputusan sebagai
interaksi antara masalah yang perlu dipecahkan dan seseorang yang ingin menyelesaikannya dalam
lingkungan tertentu. Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk mencapai sebuah keputusan:
kita harus menyadari bahwa perlu membuat keputusan, menentukan tujuan yang akan dicapai,
menghasilkan alternatif yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diajukan, mengevaluasi
apakah alternatif ini memenuhi harapan seseorang, dan terakhir, menentukan alternatif terbaik
yang dapat menyiratkan hasil global yang efisien (Halpern, 1997).
Bab 13
Kegagalan dalam organisasi banyak disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi yang
dilakukan para pelaku dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang tidak efektif adalah akar utama
permasalahan dalam organisasi. Komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan menjadi
faktor penting bagi pencapatan tujuan suatu organisasi.Melihat pentingnya komunikasi dalam
organisast, tentunya tidak luput dari bagaimana komunikasi itu dipelihara dalam suatu
strategi Pada kenyataannya strategi komunikasi diperlukan untuk kelancaran arus komunikasi
dalam organisasi. Pace dan Faules (2005, 170) mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam
komuntkasi organisast adalah pagaimana menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi
dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.
Menurut Effendy (2006) strategi komunikasi adalah metode atau langkah-langkah yang
diambil untuk keberhasilan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik secara langsung (lisan) maupun
tidak langsung melalui media Jadi. dapat dikatakan strategi komunikasi adalah metode atau
langkah-langkah yang diambil untuk keberhasilan proses penyampaian pesan olch seseorang
kepada orang Jain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik secara
langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media untuk mencapai suatu tujuan.
Dari konteks akuntansi, intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang
memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Oleh karena pengumpulan dan pelapuran informasi
menggunakan sumber daya, biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara sukarelakecuali
pelapor yakin bahwa hal ini akan memengaruhi penerima untuk berperilaku sebagaimana yang
diinginkan oleh pelapor. Menentukan strategt komunikasi perlu adanya rasa saling percaya yang
diciptakan antara komumikator dan komunikan. Kalau tidak ada unsur saling memercayai,
komunikasi tidak akan berhasil. Tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat komunikast
(Ulbert, 2007). Sebelum melancarkan proses komunikasi, hal yang harus dilakukan adalah
mempelajari slapa yang akan menjadi sasaran komunikasi atasan. Adapun hal-hal yang perlu
diketahui dari komunikan adalah kerangka referensi dan situas) serta kondist mereka.
Bab 14
Bab 15
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Matthew (1993) mendefinisikan akuntansi social sebagai “pengungkapan sukarela dari informasi
kualitatif maupun kuantitatif yang dibuat perusahaan untuk menginformasikan atau memengaruhi
pembaca. Pengungkapan kuantitatif bisa bersifat finansial maupun non finansial”
Gray 2002 “Persiapan dan publikasi akun tentang interaksi, kegiatan dan aktivitas social,
lingkungan, karyawan, komunitas, pelanggan, dan pihak lain dari organisasi, dan jika mungkin,
konsekuensi dari interaksi dan aktivitas tersebut”
Belkaoui (2006:349) mengartikan akuntansi social dan lingkungan sebagai porses untuk memilih
variable, menguku, dan menghasilkan pengukuran dari kinerja social dalam tingkatan organisasi,
yang secara sistematis mengembangkan informasi yang berguna untuk evaluasi kinerja social
organisasi tersebut, dan mengkomunikasikan bahwa informasi untuk kelompok social itu adalah
suatu hal yang penting, untuk internal maupun eksternal organisasi.
Zarkasyi (2007:10) mendefinisikan akuntansi social dan lingkungan adalah suatu usaha untuk
mengganti kerugian dengan pertimbangan bahwa organisasi memengaruhi, melalui tindakannya,
pada lingkungan eksternal (secara positif dan negative) sehingga harus memperhitungkan dampak
sebagai bagian dari keseluruhan akuntansi tindakannya.
Jackman (1982) mendefinisikan aspek akuntansi social sebagai efisiensi dan pertumbuhan
ekonomi, Pendidikan, tenaga kerja dan pelatihan, hak masyarakat, kesempatan yang sama bagi
masyarakat, pembaruan dan perkembangan, polusi, konservasi, budaya, pemeliharaan Kesehatan.
UEC (1983) mendefinisikan aspek akuntansi social sebagai level tenaga kerja, kondisi pekerjaan,
Kesehatan dan keselamatan kerja, Pendidikan dan penelitian, hubungan industry, gaji dan
kenikmatan lain dari tenaga kerja, distribusi dari nilai tambah, dampak terhadap lingkungan.
Gray, Owen, dan Maunders (1987) mendefinisikan aspek akuntansi social sebagai jumlah tenaga
kerja, gaji dan kenikmatan, kondisi Kesehatan dan keselamatan, Pendidikan dan pelatihan, relasi
industry.
Bowen (1953) meletakkan dasar konsep perkembangan akuntansi social dengan mengatakan
“…ini mengacu pada kewajiban pengusaha untuk merapikan kebijakan tersebut, atau mengikuti
garis Tindakan yang diinginkan berdasarkan tujuan dan nilai masyarakat kita..”
Davis (1960) secara tajam berpandangan bahwa tanggung jawab social harus dimiliki oleh
organisasi “…Keputusan dan Tindakan bisnis diambil untuk alasan yang setidaknyasebagian
melampaui kepentingan ekonomi atau teknis langsung perusahaan…”
“…Pertama, lingkaran dalam mencakup fungsi ekonomi dasar, pertumbuhan, produk, pekerjaan.
Kedua, lingkaran perantara menunjukkan bahwa fungsi ekonomi harus dilakukan dengan
kesadaran yang sensitive untuk mengubah nilai dan prioritas social. Ketiga, lingkaran luat
digariskan baru muncul dan tanggung jawab masih amorf (amophorus) di mana bisnis
diasumsikan untuk lebih terlibat secara aktif dalam memperbaiki lingkungan social…” (Caroll,
1991)
Wood (1991) mendefinisikan CSP sebagai “… prinsip sebuah organisasi bisnis adalah tanggung
jawab social, proses responsifsosial dan kebijakan, program dan hasil yang dapat diamati karena
berkaitan dengan hubungan masyarakat perusahaan…”
Darvis (1960) menyatakan bahwa “…Tanggung jawab social pengusaha perlu sepadan dengan
kekuatan social mereka. …maka penghindaran tanggung jawab social mengarah pada erosi
bertahap kekuatan social…”
Menurut Brodshaw dan Vogel (1981) menyatakan bahwa ada tiga dimensi dari garis besar ruang
lingkup akuntansi social dan lingkungan, yaitu sebagai berikut:
1. Corporate philantrophy adalah usaha amal yang dilakukan oleh suatu organisasi, di mana
usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal organisasi.
2. Corporate responsibility adalah usaha wujud tanggung jawab social organisasi Ketika
sedang mengejar profitabilitas sebagai tujua organisasi.
3. Corporate policy adalah berkaitan erat dengan bagaimana hubungan organisasi dengan
pemerintah yang meliputi posisi organisasi dengan adanya berbagai kebijakan pemerintah
yang memengaruhi organisasi atau masyarakat secara keseluruhan.
Robert Bayer (1972), yang menjadi partner pengelola dari Touche Ross di New York menulis:
“Pembatasan pada penggunaan udara dan air yang “Bebas” juga merupakan masalah akuntansi
social. Masyarakat kini menguji biaya-biaya yang selalu ada. Biaua dalam hal kehidupan dan
kematian, bangunan dan benda seni yang hancur, pantai yang tercemar, daun-daunan yang rusak,
dan berbagai dampak bahaya lainnya dari polusi. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa biaya ini
diartikan sejauh mungkin-dari komunitas secar ias kepada pihak pihak yang menimbulkannya dan
memperoleh keuntungan darinya”
Buchholz (1982) mendefinisikan audit social sebagai usaha untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengevaluasi, melaporkan, dan mengevaluasi dampak perusahaan pada masyarakat yang tidak
ditermukan dalam akuntansi tradisional.
Murphy and Burton (1980) mendefinisikan audit social sebagai suatu Teknik pendokimentasian
aktivitas perusahaan yang memperhatikan beberapa isu seperti mempekerjakan perempuan atau
minoritas, donasi perusahaan, dan lain sebagainya.
Cotton dkk. (1998) mendefinisikan audit social sebagai proses dimana perusahaan menetapkan dan
melaporkan kinerka sosialnya.
Vinten (1990) mendefinisikan audit social sebagai tinjauan (review) untuk memastikan bahwa
perusahaan memberikan perhatian yang lias untuk tanggung jawab sosialnya.
Tumbull (1995) mendefinisikan audit social sebagai proses di mana perusahaan mengukur dan
melaporkan kinerjanya dengan tujuan untuk menunjukkan tujuan social, komunitas, dan
lingkungan.
Zhang Frasher, dan Hill mendefinisikan audit social sebagai proses untuk membuktikan bahwa
data akuntansi telah disajikan dengan benar berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum.
Laporan akuntansi yang dimaksud disini adalah tentang akuntansi tanggung jawab social.
Bab 23
Frederiksen dan Westpalen mengatakan bahwa akuntansi sumber daya manusia adalah mengenai
pengukuran nilai sumber daya manusia di dalam perusahaan, termasuk bagian laporan yang
menggambarkan masalah seperti biaya dan keuntungan dari oelantikan, kepindahan karyawan,
ketidakhadiran, nilai pengetahuan karyawan, dan lain-lain.
American Accounting Association (1970) mendefinisikan akuntansi sumber daya manusia sebagai
“proses identifikasi dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta pengomunikasian
informasi ini ke pihak berkepentingan. “Terdapat dua alasan untuk memasukkan sumber daya
manusia dalam akuntansi. Pertama, manusia merupakan sumber daya yang berharga bagi
perusahaan selama mereka memberikan jasa yang dapat diukur. Kedua, nilai dari seseorang sebagai
sumber daya bergantung pada bagaimana ia dipekerjakan. Jadi, gaya manajemen juga akan
memengaruhi nilai sumber daya manusia.
AECA (1994) menyatakan bahwa salah satu Teknik yang menunjukkan kapasitas yang elbih besar
untuk merangsang efisiensi didasarkan pada ide bahwa seorang karyawan dibujuk untuk berusaha
memahami pekerjaannya dengan lebih baik, sehingga ia lebih produktif dan lebih cepat bekerja.
Tentunya, hasil yang diharapkan dari upaya ini adalah meningkatnya efisiensi dan efektivitas.
Rensis Likert, dalam bukunya “New Patterns of Management,” bersama dengan pelopor lainnya
menunjukkan bahwa kegagalan akuntansi untuk mengakui sumber daya manusia dengan tepat
mengakibatkan kesimpulan yang diambil berkaitan dengan laba jangka Panjang perusahaan,
efektivitas manajemen, dan motivasi karyawan menjadi salah.
APB (1970) dalam Statement No. 4 mendefinisikan asset sebagai berikut: Sumber ekonomi
perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, termasuk
beban tangguhan tertentu yang tidak berbentuk sumber ekonomi.
FASB (1980) mendefinisikan asset sebagai berikut: “Aset adalah manfaat ekonomi yang mungkin
terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai
akibat dari transaksi atau peristiwa masa lalu”