Anda di halaman 1dari 3

Resume Zoom meeting

Tema Pola Acuan Kerja Akreditasi Lembaga,


Waktu 7 Desember 202209.15 – 21.30 Rabu,

Indonesia telah memiliki pendidikan menengah vokasi 14.291 SMK dan 4 MAK, dan sebanyak
2.139 fasilitas pendidikan tinggi vokasi ( 341 politeknik, 705 akademi, 38 Akademi Komunitas,
94 institut, 563 sekolah tinggi, dan 395 universitas dengan jurusan vokasi ). Dari data tahun
2021, terdapat sebanyak 5.249.149 siswa SMK, dan 1.275.989 mahasiswa perguruan tinggi
vokasi (PTV).

Sampai dengan tahun 2022, terdapat 321 lembaga pelatihan milik pemerintah, 21 Balai Besar
Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP), dan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas
(BPVP), 38 lembaga pelatihan lainnya dan selebihnya sekitar :
a. 261 lembaga pelatihan yang dikoordinasikan Pemerintah Daerah.
b. 4.359 Lembaga Pelatihan Kerja swasta, terdiri atas:
c. 2.917 Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas
d. 1.299 Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS)
e. 146 Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN).
f. 1.799 lembaga pelatihan kerja perusahaan/industri (TC Industri)
g. 17.533 Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dengan 80 % diantaranya menyelenggarakan
pelatihan kompetensi Jumlah LKP tersebut, masih perlu ditelusuri kemungkinan duplikasi
penghitungan jumlah LKP dan LPK.

Mengapa perlu Akreditasi Lembaga :


 Untuk Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi,
maka perlu upaya untuk meningkatkan skema akreditasi lembaga penyelenggara
Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
 Terlaksananya Penjaminan Mutu Pelatihan Vokasi melalui sertifikasi kompetensi
lulusan dan akreditasi lembaga penyelenggara.

Kenyataan di lapangan, pelaku PVPV merasa kesulitan untuk meningkatkan kualitas layanan
karena terbentur berbagai peraturan yang akan berdampak negatif, baik terhadap akreditasi
institusi maupun terhadap insentif tenaga pendidik/kependidikan.

Manfaat Akreditasi :

1) Memberikan jaminan kepada publik bahwa lembaga PVPV tersebut menyediakan


layanan berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan;
2) Menjadi parameter bahwa peserta didik/latih mendapatkan pelayanan yang baik dan
sesuai dengan persyaratan standar mutu;
3) Memberikan informasi terkait kinerja lembaga PVPV;
4) Menjadi instrumen pembinaan, pengembangan dan peningkatan kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan produktivitas; dan
5) Sebagai alat ukur daya saing suatu lembaga PVPV.
CATATAN:

ANGKU DASRIL RANGKUTI


 Acara malam ini harusnya ditingkat pengurus HIPKI saja karena materinya belum
matang. Setelah matang dibahas di tingkat pengurus baru untuk anggota seumumnya.
Oleh karena itu,Sifat acara malam ini hanya silaturahmi saja.

HAZWAN ISKANDAR JAYA


 Di lingkungan Lembaga Pelatihan ada istilah BMW (Bekerja, Melanjutkan Pendidikan,
Wirausaha). Harusnya istilah yang digunakan cukup BW karena M (melanjutkan
pendidikan bukan masalah vokasi
 Banyak bidang pekerjaan yang akan hilang , muncul dan berubah

 LKP jangan berfokus pada program bantuan pemerintah, mis. PKK, PKW. Lebih baik
berfokus pada peningkatan mutu untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kompetensi
tenaga kerja. Selain itu untuk meningkatkan kemandirian lembaga pelatihan. Adapun
masalah mendapatkan bantuan itu masalah sekunder yang pokok adalah masalah
kemandirian.

 Standar akreditasi belum ada (sedang diolah)


WILHEM MATATULA
 Dinas pendidikan tidak lagi menjadi pelaksana Akreditasi dan sertifikasi LKP meskipun
dalam PERPRES No 68 tahun 2022 pasal 16 ayat (2) menyebutkan
“(2) Akreditasi lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a ditetapkan oleh
badan/lembaga akreditasi nasional masing-masing kementerian/lembaga yang mengacu
pada kekhususan kompetensi luaran lembaga Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. “
 HIPKI akan melakukan pertemuan dengan pihak kementrian Pendidikan dan Kementrian
Tenaga Kerja untuk membahas masalah ini karena di lapangan terjadi simpang siur
tentang masalah akreditasi dan sertifikasi.

TOTOK SEDIYANTORO
 Sudah fix bahwa Lembaga penjaminan mutu pelaksana akreditas adalah LSP (dibawah
kemenaker) hanya saja saat ini masih dikoordinasikan antara kemendik dengan
Kemenaker)

ASEP SYARIPUDIN
 Acara seperti ini akan rutin dilaksanakan setiap minggu
 Anggota HIPKI diharapkan partisipasi aktif setiap minggu sehingga anggota mendapat
pengetahuan yang utuh tentang masalah Lembaga Pelatihan dan Keterampilan
 Daftar hadir akan dijadikan acuan tingkat keaktifan anggota HIPKI.
 Anggota yang aktif akan menjadi partner alam pelaksanaan program program HIPKI.

Anda mungkin juga menyukai