PENDAHULUAN
2.3 Metodologi
Tahap awal dari pengolahan data dan analisa untuk well logging pada sumur SP-16 –
SP-19 adalah dengan melakukan analisa petrofisik. Analisa ini sangat penting untuk
mengetahui kualitas reservoir, jenis fluida, porositas dan permeabilitas dari suatu batuan atau
formasi, karena hal ini hanya dapat diketahui berdasarkan sifat fisik dari batuan tersebut.
Melalui analisa petrofisik dapat diketahui zona reservoir, jenis litologi, identifikasi prospek
hidrokarbon, porositas, volume shale dan saturasi air.
Setelah melakukan analisa petrofisik selanjutnya dilakukan penentuan cadangan
dengan metode volumetrik. Parameter-parameter yang harus diketahui antara lain ketebalan
lapisan, volume bulk total batuan, porositas, saturasi air dan faktor volume formasi minyak atau gas.
Ketebalan lapisan didapatkan dari peta isopach dimana terdapat interval dan luas area lalu dilakukan
pendekatan dengan metode trapezoidal atau pyramidal untuk mencari harga volume bulk. Porositas
dan saturasi air didapat dari penilaian formasi, dimana porositas didapat dari hasil perhitungan
Ø*corr dari density-neutron log serta saturasi air yang didapat dari perhitungan rumus Archie
dengan metode Indonesian Water Saturation.
BAB III
FLOWCHART DAN GEOLOGICAL REVIEW
PEMBORAN
SURVEI GEOLOGI &
GEOFISIKA
MENENTUKAN CROSSPLOT
DENGAN CARA MELIHAT
DEFLEKSI KURVA DENSITY LOG LOGGING
DAN NEUTRON LOG PADA
POROSITY LOG
Perhitungan cadangan
BAB VI
Geological Review
http://digilib.unila.ac.id/10674/16/BAB%20II.pdf
Cekungan Sumatera Selatan termasuk dalam cekungan busur belakang (Back Arc Basin)
yang terbentuk akbat interaksi antara lempeng Indo-Auatralia dan lempeng mikro-sunda.
Cekungan ini dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di barat daya, Paparan Sunda di
sebelah timur laut Tinggian Lampung di tenggara, serta Pegunungan Dua Bleas dan
Pegunungan Tiga Puluh di barat laut.
Gambar 2. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan
https://duniageologi.files.wordpress.com/2015/11/stratigrafi-jawa-barat-utara.jpg
Petroleum System
1. Batuan Induk
Hirdokarbon pada cekungan Sumatera Selatan diperoleh dari batuan induk lacustrine dari
Formasi Lahat, batuan induk terrestrial coal dan coaly shale pada Formasi Talang Akar.
Selain batuana induk utama tersebut batu gamping pada Formasi Baturaja dan shale dari
Formasi Gumai memungkinkanmenghasilkan hidrokarbon pada area lokalnya.
2. Reservoar Rock
Pada cekungan Sumatera Selatan ada beberapa formasi yang dapat menjadi reservoar yang
efektif untuk menyimpan hidrokarbon, antara lain adalah pada basement, Formasi Lahat,
Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai. Basement yang berpotensi
sebagai reservoar adalah batuan basement yang mengalami uplifted dan paleohigh yang
didalamnya mengalami rekahan dan pelapukan. Formasi dengan porositas dan ketebalan yang
paling baik sebagai reservoar adalah formasi Talangakar dengan batupasir dan kemudian
Formasi Baturaja dengan batuan karbonat.
3. Batuan Penutup
Batuan penutup cekungan Sumatera Selatan pada dasarnya berupa lapisan shale yang cukup
tebal yang berada di atas Formasi Talangakar dan Gumai. Sedangkan batuan penutup pada
formasi Baturaja adalah lapisan shale dari Formasi Gumai. Pada reservoar batupasir dari
Formasi Air Benakat dan Muara Enim, shale intraformasi juga berfungsi sebagai batuan
penutup.
4. Trap
Jebakan hidrokarbon utama berupa antiklin dari arah barat laut ke tenggara. Antiklin
terbentuk akibat kompresi sejak awal miosen. Jebakan berupa jebakan struktur yang lainnya
juga ada. Struktur lain ini berupa sesar naik dan sesar normal. Sesar ini terbentuk bersamaan
dengan pengangkatan akhir pegunungan barisan, yaitu pliosen hingga pleistosen.
5. Migrasi
Migrasi hidrokarbon terjadi secara vertikal dan horizontal. Migrasi horizontal terjadi dari
source rock yang ada pada Formasi Lahat dan Formasi Talangakar sendiri. Migrasi vertikal
terjadi akibat rekah dan daerah sesar. Migrasi vertikal terutama terbukti pada Formasi Muara
Enim dan Airbekanat.