Anda di halaman 1dari 41

KEPROTOKOLAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2010


PROTOKOL KEMENDAGRI
PRESENT

Meydy DS Malonda
Ketentuan Umum
Definisi

Keprotokolan adalah serangkaian


kegiatan yang berkaitan dengan aturan
dalam acara kenegaraan atau acara
resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata
Upacara, dan Tata Penghormatan
sebagai bentuk penghormatan kepada
seseorang sesuai dengan jabatan
dan/atau kedudukannya dalam negara,
pemerintahan, atau masyarakat.

3
Ketentuan Umum

adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh panitia


Acara Kenegaraan negara secara terpusat, dihadiri oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden, serta Pejabat Negara dan undangan lain.
adalah acara yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau
lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dan
Acara Resmi dihadiri oleh Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintahan serta
undangan lain.
adalah pengaturan tempat bagi Pejabat Negara, Pejabat

Tata Tempat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi


internasional, serta Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi

adalah aturan untuk melaksanakan


Tata Upacara upacara dalam Acara Kenegaraan atau
Acara Resmi.
Ketentuan Umum

adalah aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi Pejabat


Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan Negara asing dan/atau
Tata Penghormatan organisasi internasional, dan Tokoh Masyarakat Tertentu dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi.

adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana

Pejabat Negara dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 dan Pejabat Negara yang secara tegas ditentukan dalam
Undang-Undang

adalah pejabat yang menduduki jabatan


Pejabat Pemerintahan tertentu dalam pemerintahan, baik di pusat
maupun di daerah

adalah pemimpin negara asing yang

Tamu Negara berkunjung secara kenegaraan, resmi, kerja,


atau pribadi ke negara Indonesia
Ketentuan Umum

adalah tokoh masyarakat yang berdasarkan kedudukan


ToMasyTu sosialnya mendapat pengaturan Keprotokolan.

DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur


penyelenggara pemerintahan daerah

6
Asas
Kebangsaan 1
Pasal 2
keprotokolan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang pluralistik (kebhinnekaan) dengan tetap
menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia. 2 Ketertiban
keprotokolan harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam
Kepastian Hukum 3 masyarakat melalui adanya kepastian
hukum.

Keseimbangan, Keserasian,
4 dan Keselarasan
keprotokolan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan
Timbal balik 5 kepentingan bangsa dan negara.

keprotokolan diberikan setimpal atau balas


jasa terhadap keprotokolan dari negara lain
7
Tujuan
menciptakan hubungan baik dalam tata pergaulan antarbangsa.

Pedoman
Memberikan pedoman penyelenggaraan
suatu acara agar berjalan tertib, rapi, lancar,
dan teratur sesuai dengan ketentuan dan
kebiasaan yang berlaku, baik secara nasional
maupun internasional; dan

Penghormatan
Memberikan penghormatan kepada Pejabat
Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan
Negara asing dan/atau organisasi internasional,
serta Tokoh Masyarakat Tertentu, dan/atau
Tamu Negara sesuai dengan kedudukan dalam
negara, pemerintahan, dan masyarakat;
Ruang Lingkup
Pasal 4

Bagi:
a. Pejabat Negara;
b. Pejabat Pemerintahan;
c. perwakilan negara asing
d. dan/atau organisasi
internasional; Tata Tempat
d. Tokoh Masyarakat Tertentu.

Tata
Penghormatan
Tata Upacara
9
PENYELENGGARAAN ACARA KENEGARAAN DAN ACARA RESMI DILAKSANAKAN

SESUAI DENGAN ATURAN TATA TEMPAT, TATA UPACARA, DAN TATA PENGHORMATAN.

Bentuk Sikon Penyesuaian

Acara Kenegaraan dan Dalam hal terjadi situasi dan kondisi Penyesuaian pelaksanaan Acara
tertentu yang tidak memungkinkan Kenegaraan atau Acara Resmi
Acara Resmi dapat berupa
terlaksananya atau berlangsungnya diputuskan oleh inspektur
upacara bendera atau Acara Kenegaraan atau Acara Resmi, upacara.
bukan upacara bendera. pelaksanaan acara dimaksud
menyesuaikan dengan situasi dan 10
kondisi tertentu tersebut.
(1) Acara Kenegaraan diselenggarakan oleh
Negara dan dilaksanakan oleh panitia
negara yang diketuai oleh menteri yang
membidangi urusan kesekretariatan
negara.

(2) Dalam hal Acara Kenegaraan


diselenggarakan di lingkungan lembaga
negara lain, pelaksanaannya dilakukan
oleh kesekretariatan lembaga Negara
dimaksud berkoordinasi dengan panitia
Negara

(3) Penyelenggaraan acara kenegaraan


dapat dilaksanakan di Ibukota Negara
Republik Indonesia atau di luar Ibukota
Negara Republik Indonesia.
(1)
Penyelenggaraan Keprotokolan Acara
Resmi dilaksanakan oleh petugas
protokol yang merupakan bagian dari
kesekretariatan lembaga negara
dan/atau instansi pemerintahan.
(2)
Penyelenggaraan Acara Resmi dilakukan
oleh
a. lembaga negara yang kewenangannya
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. lembaga negara yang dibentuk
dengan atau dalam Undang-Undang;
c. kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian;
d. instansi pemerintah pusat dan
daerah; dan
e. organisasi lain. 12
Tata Tempat dalam Acara Kenegaraan dan Acara Resmi
di Ibukota Negara Republik Indonesia ditentukan dengan
urutan
1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Mantan Presiden dan Mantan Wapres RI;
4. Ketua MPR Republik Indonesia;
5. Ketua DPR Republik Indonesia;
6. Ketua DPD Republik Indonesia;
7. Ketua BPK Republik Indonesia;
8. Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia;
9. Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia;
10. Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia;
11. Perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan;
12. Dubes/Kepala Perwakilan Negara Asing dan
Organisasi Internasional
13
13. Wakil Ketua MPR Republik Indonesia, Wakil Ketua DPR
Republik Indonesia, Wakil Ketua DPD Republik Indonesia,
Gubernur Bank Indonesia, Ketua Badan Penyelenggara
Pemilihan Umum, Wakil Ketua BPK Republik Indonesia,
Wakil Ketua MA Republik Indonesia, Wakil Ketua MK
Republik Indonesia, dan Wakil Ketua KY Republik
Indonesia
14. Menteri, pejabat setingkat menteri, anggota DPR Republik
Indonesia, dan anggota DPD Republik Indonesia, serta
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik
Indonesia
15. Kepala Staf AD, AL, dan AU Tentara Nasional Indonesia
16. Pemimpin partai politik yang memiliki wakil di
DPRRepublik Indonesia
17. Anggota BPK Republik Indonesia, Ketua Muda dan Hakim
Agung MA Republik Indonesia, Hakim MK Republik
Indonesia, dan anggota KY Republik Indonesia
18. Pemimpin lembaga negara yang ditetapkan sebagai
pejabat negara, pemimpin lembaga negara lainnya yang
ditetapkan dengan undang-undang, Deputi Gubernur
Senior dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, serta Wakil 14
Ketua Badan Penyelenggara Pemilihan Umum
19. Gubernur Kepala Daerah
20. Pemilik tanda jasa dan tanda kehormatan tertentu;
21. Pimpinan LPNK, Wakil Menteri, Wakil KASAD, KASAL
DAN KASAU Tentara Nasional Indonesia, Wakapolri,
Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia, Wakil Gubernur,
Ketua DPRD Provinsi, pejabat eselon I atau yang
disetarakan;
22. Bupati/Walikota dan Ketua DPRD Kabupaten/Kota; dan
23. Pimpinan tertinggi representasi organisasi keagamaan
tingkat nasional yang secara faktual diakui
keberadaannya oleh Pemerintah dan masyarakat

15
Tata Tempat yang diadakan di luar
Ibukota Negara Republik Indonesia
diatur dengan berpedoman pada
urutan diatas

16
1. Gubernur;
2. Wakil Gubernur;
3. Mantan Gubernur Dan Mantan Wakil Gubernur;
4. Ketua DPRD Provinsi atau nama lainnya;
TATA TEMPAT DALAM ACARA 5. Kepala Perwakilan Konsuler Negara Asing Di
RESMI DI PROVINSI 6.
Daerah;
Wakil Ketua DPRD Provinsi atau nama lainnya;
DITENTUKAN DENGAN 7. Sekretaris Daerah, Panglima/Komandan
Tertinggi Tentara Nasional Indonesia Semua
URUTAN: Angkatan, Kepala Kepolisian, Ketua Pengadilan
Tinggi Semua Badan Peradilan, Dan Kepala
Kejaksaan Tinggi Di Provinsi;
8. Pemimpin Partai Politik di Provinsi yang memiliki
wakil di DPRD Provinsi;
9. Anggota DPRD Provinsi atau nama lainnya,
anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh
dan anggota Majelis Rakyat Papua;
10. Bupati/Walikota;
11. Kepala Kantor Perwakilan BPK di daerah,
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di
daerah, ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah;
12. Pemuka Agama, Pemuka Adat, Dan Tokoh
Masyarakat Tertentu Tingkat Provinsi;
13. Ketua DPRD Kabupaten/Kota;
14. Wakil Bupati/Wakil Walikota dan Wakil Ketua
DPRD Kabupaten/Kota;
15. Anggota DPRD Kabupaten/Kota;
16. Asisten Sekretaris Daerah Provinsi, Kepala Dinas
Tingkat Provinsi, Kepala Kantor Instansi Vertikal
di Provinsi, Kepala Badan Provinsi, dan Pejabat
Eselon II; dan
17. Kepala bagian pemerintah daerah provinsi dan
pejabat eselon III.
• Tata Tempat dalam Acara Resmi di
kabupaten/kota ditentukan dengan urutan :
1. Bupati/Walikota;
2. Wakil Bupati/Wakil Walikota;
3. Mantan Bupati/Walikota dan Mantan Wakil Bupati/Wakil Walikota;
4. Ketua DPRD Kabupaten/Kota Atau Nama Lainnya;
5. Wakil Ketua DPRD Kabupaten/Kota atau nama lainnya;
6. Sekretaris Daerah, Komandan Tertinggi TNI semua angkatan, Kepala
Kepolisian, Ketua Pengadilan semua badan peradilan, dan Kepala
Kejaksaan Negeri di kabupaten/kota
7. Pemimpin Parpol di Kabupaten/Kota yang memiliki wakil di DPRD
Kabupaten/Kota;
8. Anggota DPRD Kabupaten/Kota atau nama lainnya;
9. Pemuka Agama, Pemuka Adat, dan Tokoh Masyarakat Tertentu Tingkat
Kabupaten/ Kota;
10. Asisten Sekda Kabupaten/kota, Kaban Tingkat Kabupaten/Kota, Kadis
tingkat Kabupaten/Kota, dan Pejabat Eselon II, Kepala Kantor
Perwakilan Bank Indonesia di Tingkat Kabupaten, Ketua Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota;
11. Kepala Instansi Vertikal Tingkat Kabupaten/Kota, Kepala Unit Pelaksana
Teknis Instansi Vertikal, Komandan Tertinggi TNI Semua Angkatan Di
Kecamatan, Dan Kepala Kepolisian Di Kecamatan;
12. Kabag Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Camat, Dan Pejabat Eselon
III; dan
13. Lurah/Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan Pejabat
Eselon IV.
Tata Tempat bagi penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah dalam pelaksanaan Acara
Resmi sebagai berikut

 Dalam hal Acara Resmi dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden,


penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi Presiden
dan/atau Wakil Presiden

 Dalam hal Acara Resmi tidak dihadiri Presiden dan/atau Wakil


Presiden, penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi
Pejabat Negara dan/atau Pejabat Pemerintah yang tertinggi
kedudukannya

19
TATA TEMPAT SUAMI/ISTERI
20

• Pejabat Negara, Pejabat


Pemerintahan, perwakilan negara
asing dan/atau organisasi
internasional, serta Tokoh Masyarakat
Tertentu dalam Acara Kenegaraan
dan/atau Acara Resmi dapat
didampingi istri atau suami
• Istri atau suami menempati urutan
sesuai Tata Tempat suami atau istri.
PEJABAT YANG MEWAKILI:
21

1 2

Dalam hal Pejabat Negara, Pejabat


Pemerintahan, kepala perwakilan negara
asing dan/atau organisasi internasional, serta
Seorang yang mewakili mendapat
Tokoh Masyarakat Tertentu berhalangan tempat sesuai dengan kedudukan
hadir pada Acara Kenegaraan atau Acara sosial dan kehormatan yang
Resmi, diterimanya atau jabatannya.
tempatnya tidak diisi oleh yang mewakilinya.
Your
Logo
Here
TATA UPACARA

01/01/2018 22
23

UPACARA BENDERA

Upacara bendera hanya dapat dilaksanakan untuk


Acara Kenegaraan atau Acara Resmi:
a. Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia;
b. hari besar nasional;
c. hari ulang tahun lahirnya lembaga negara;
d. hari ulang tahun lahirnya instansi pemerintah; dan
e. hari ulang tahun lahirnya provinsi dan kabupaten/kota.
TATA UPACARA BENDERA
TATA UPACARA BENDERA DALAM ACARA KENEGARAAN DAN
ACARA RESMI MELIPUTI:
a. tata urutan dalam upacara bendera;
b. tata bendera negara dalam upacara bendera;
c. tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera; dan
d. tata pakaian dalam upacara bendera.

Tata urutan upacara sekurang-kurangnya


meliputi:
a. pengibaran bendera negara diiringi dengan lagu
kebangsaan Indonesia Raya;
b. mengheningkan cipta;
c. pembacaan naskah Pancasila;
d. pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
e. pembacaan doa.

24
TATA UPACARA BENDERA
TATA UPACARA BENDERA DALAM ACARA KENEGARAAN DAN
ACARA RESMI MELIPUTI:
a. tata urutan dalam upacara bendera;
b. tata bendera negara dalam upacara bendera;
c. tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera; dan
d. tata pakaian dalam upacara bendera.

Tata bendera negara dalam upacara bendera


meliputi:
a. bendera dikibarkan sampai dengan saat
matahari terbenam;
b. tiang bendera didirikan di tempat upacara; dan
c. penghormatan pada saat pengibaran atau
penurunan bendera.

25
TATA UPACARA BENDERA
TATA UPACARA BENDERA DALAM ACARA KENEGARAAN DAN
ACARA RESMI MELIPUTI:
a. tata urutan dalam upacara bendera;
b. tata bendera negara dalam upacara bendera;
c. tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera; dan
d. tata pakaian dalam upacara bendera.

Tata lagu kebangsaan dalam upacara meliputi:


a. pengibaran atau penurunan bendera Negara dengan diiringi lagu
kebangsaan;
b. iringan lagu kebangsaan dalam pengibaran atau penurunan
bendera negara dilakukan oleh korps musik atau genderang
dan/atau sangkakala, sedangkan seluruh peserta upacara
mengambil sikap sempurna dan memberikan penghormatan
menurut keadaan setempat.
(2) Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang dan/atau
sangkakala pengibaran atau penurunan bendera negara diiringi
dengan lagu kebangsaan oleh seluruh peserta upacara.
(3) Waktu pengiring lagu untuk pengibaran atau penurunan
bendera tidak dibenarkan menggunakan musik dari alat 26
rekam.
TATA UPACARA BENDERA
TATA UPACARA BENDERA DALAM ACARA KENEGARAAN DAN
ACARA RESMI MELIPUTI:
a. tata urutan dalam upacara bendera;
b. tata bendera negara dalam upacara bendera;
c. tata lagu kebangsaan dalam upacara bendera; dan
d. tata pakaian dalam upacara bendera.

(1) Tata pakaian upacara bendera dalam Acara


Kenegaraan atau Acara Resmi disesuaikan menurut
jenis acara.
(2) Dalam Acara Kenegaraan digunakan pakaian sipil
lengkap, pakaian dinas, pakaian kebesaran, atau
pakaian nasional yang berlaku sesuai dengan
jabatannya atau kedudukannya dalam masyarakat.
(3) Dalam Acara Resmi dapat digunakan pakaian sipil
harian atau seragam resmi lain yang telah ditentukan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pakaian sipil
lengkap, pakaian dinas, pakaian kebesaran, pakaian
nasional, pakaian sipil harian, atau seragam resmi
diatur dalam Peraturan Presiden. 27
Tata Pakaian
(Perpres 71 tahun 2018)

• Pakaian Kebesaran •pakaian khusus yang digunakan pada


upacara resmi, kenegaraan, atau adat.

• Pakaian Dinas •pakaian dinas upacara bagi Tentara Nasional


Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia serta pakaian dinas upacara yang
ditetapkan kementerian/lembaga negara.

• Pakaian Sipil Lengkap


• PSL untuk laki-laki berupa jas berwarna gelap, kemeja lengan
(PSL) panjang putih, celana panjang yang berwarna sama dengan jas, dasi,
dan sepatu hitam
• PSL untuk perempuan berupa jas berwarna gelap, kemeja putih, rok
atau celana panjang yang berwarna sama dengan jas, dan sepatu
hitam.
28
Lanjutan
(Perpres 71 tahun 2018)

• Pakaian Sipil
Harian/Seragam Resmi •Seragam dinas sehari-hari yg
ditetapkan oleh setiap
Kementerian/Lembaga untuk acara
Resmi
• Pakaian Nasional •pakaian yang berasal dari berbagai daerah di
Indonesia yang dapat digunakan pada Acara
Kenegaraan dan Acara Resmi sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Panitia
Negara/kesekretariatan kementerian/
kesekretariatan lembaga negara

29
Kelengkapan Upacara Bendera
Untuk melaksanakan upacara bendera dalam Acara Kenegaraan atau Acara
Resmi, diperlukan kelengkapan dan perlengkapan.

a. Inspektur upacara; d. peserta upacara;


b. komandan upacara; e. pembawa naskah;
c. perwira upacara; f. pembaca askah;
g. pembawa acara.
The Power of PowerPoint |
thepopp.com
30
Perlengkapan Upacara Bendera
Untuk melaksanakan upacara bendera dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi,
diperlukan kelengkapan dan perlengkapan.

 Naskah Pancasila  Naskah Proklamasi  Bendera


MAP
 Naskah Pembukaan Undang-  Naskah Doa  Tiang Bendera
Undang Dasar
 Mimbar Upacara

31
TATA UPACARA:
Upacara Bukan Bendera
• Upacara bukan upacara bendera dapat
dilaksanakan untuk Acara Kenegaraan atau Acara
Resmi.
• Tata Upacara bukan upacara bendera dalam
penyelenggaraan Acara Kenegaraan dan Acara
Resmi meliputi tata urutan upacara dan tata
pakaian upacara.

32
TATA UPACARA:
Upacara Bukan Bendera
Tata urutan acara bukan upacara bendera dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi, antara lain, meliputi:
a. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya;
b. pembukaan;
c. acara pokok; dan
d. penutup.

33
TATA UPACARA:
Upacara Bukan Bendera
(1) Tata pakaian upacara bukan upacara bendera dalam Acara
Kenegaraan atau Acara Resmi disesuaikan menurut jenis acara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata diatur dalam Peraturan
Presiden.

Bendera negara dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi upacara


bukan upacara bendera dipasang pada sebuah tiang bendera dan
diletakkan di sebelah kanan mimbar.

34
TATA PENGHORMATAN
(1) Pejabat Negara, Pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing
dan/atau organisasi internasional, serta Tokoh Masyarakat
Tertentu dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi mendapat
penghormatan.
(2) Penghormatan meliputi:
a. penghormatan dengan bendera negara;
b. penghormatan dengan lagu kebangsaan; dan/atau
c. bentuk penghormatan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Tata penghormatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
TAMU NEGARA, TAMU PEMERINTAH, DAN/ATAU
TAMU LEMBAGA NEGARA LAINNYA

Tamu Negara, tamu pemerintah, dan/atau tamu lembaga


negara lain yang berkunjung ke Negara Indonesia mendapat
pengaturan keprotokolan sebagai penghormatan kepada
negaranya sesuai dengan asas timbal balik, norma-norma,
dan/atau kebiasaan dalam tata pergaulan internasional.
TAMU NEGARA, TAMU PEMERINTAH, DAN/ATAU
TAMU LEMBAGA NEGARA LAINNYA

(1) Tamu Negara terdiri atas presiden, raja, kaisar, ratu, yang
dipertuan agung, paus, gubernur jenderal, wakil presiden,
perdana menteri, kanselir, dan Sekretaris Jenderal
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
(2) Tamu pemerintah dan/atau tamu lembaga Negara lainnya
dapat terdiri atas pejabat tinggi lembaga negara asing lain,
mantan kepala negara/pemerintahan atau wakilnya, wakil
perdana menteri, menteri atau setingkat menteri, kepala
perwakilan negara asing, utusan khusus dan tokoh
masyarakat asing/internasional tertentu lain yang akan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
TAMU NEGARA, TAMU PEMERINTAH, DAN/ATAU
TAMU LEMBAGA NEGARA LAINNYA

(3) Kunjungan Tamu Negara dapat berupa:


a. kunjungan kenegaraan;
b. kunjungan resmi;
c. kunjungan kerja; atau
d. kunjungan pribadi.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan keprotokolan
terhadap Tamu Negara, tamu pemerintah, dan/atau tamu
lembaga negara lain diatur dengan Peraturan Pemerintah.
KETENTUAN LAIN-LAIN

• Penyelenggaraan keprotokolan di daerah khusus atau


daerah istimewa dilaksanakan dengan menghormati
kekhususan atau keistimewaan daerah tersebut sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.
• Pendanaan keprotokolan dalam Acara Kenegaraan dan
Acara Resmi dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
KETENTUAN PENUTUP

• Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1987 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3363) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan


perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1987 tentang Protokol (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 43, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3363) dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini.
40
Thank You for
Attention
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai