Anda di halaman 1dari 20

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu buah tropik yang

mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tanaman nanas di tanam di seluruh

wilayah Indonesia dari Sumatera sampai Irian Jaya. Tanaman nenas dapat tumbuh

didaerah dengan agroklimat yang berbeda-beda mulai daratan tinggi sampai

daratan rendah (Anonim, 2010).

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang Memiliki nama daerah

danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan

orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika

Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-

16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia,

masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya

sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di

seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub

tropik.

Sentral produksi nenas di Indonesia meliputi Sumatera Utara, Riau, Sumatera

Selatan, Jawa Barat dan Jawa Timur (Mulyati, 2008). Menurut Badan Pusat

Statistik (2013), produksi buah nanas di Indonesia mengalami peningkatan dari

tahun 2009 sampai 2013 yaitu 1.558.196 ton, menjadi 1.781.899 ton. Kabupaten

Kampar merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar untuk

pengembangan perkebunan nanas di Riau dan merupakan plasma nutfah yang

cukup besar sehingga perlu diungkap untuk mendapatkan kualitas dan

pemanfaatan nanas yang ada. Harapannya dengan mengetahui keunggulan


2

kualitas nanas lokal Kampar rimbo panjang dapat dijadikan sebagai program

pemuliaan tanaman dan pengembangan varietas unggul nanas. Program pemuliaan

tanaman secara konvensional biasanya menseleksi karakter-karakter

fenotipe/morfologi baik secara individu maupun populasi tanaman.

Kesuburan tanah di daerah Riau daratan adalah yang sangat sesuai untuk

lahan pertanian dengan bermacam ragam jenis tanaman. Kabupaten Kampar

rimbo panjang merupakan salah satu daerah pertanian yang memiliki potensi

besar untuk pengembangan perkebunan Nenas. Hingga saat ini, pertanian Nanas

hanya dilakukan oleh masyarakat tempatan dengan metode yang masih traditional

di atas lahan gambut. Agar mampu berkompetisi di pasar lokal dan internasional,

kualitas Nanas Kabupaten Kampar harus berada pada level Standar mutu tinggi.

Di samping itu, komoditi ini juga perlu mendapatkan perhatian ekstra untuk

mendapatkan nilai tambah dan laba bagi para petani.

Pengembangan nanas di lahan gambut sebagai upaya membantu daerah dalam

memanfaatkan potensi lahan yang belum dimanfaatkan dan sekaligus dapat

berperan dalam memberdayakan petani terutama dalam mengurangi “Kabut

Asap”. Selama ini lahan gambut tersebut lebih merupakan lahan tidur yang tidak

tergarap dan sering dituding sebagai salah satu penyebab terjadinya kabut asap di

saat musim kemarau. Dengan demikian pemanfaatan lahan gambut melalui

pengembangan nanas selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan oleh asap

akibat pembakaran lahan gambut, yang utama dapat menjadi salah satu upaya

penting dalam neningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/masyarakat

rimbo panjang.
3

B. Tujuan Pratikum

Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui budidaya tanaman nanas pada lahan

gambut yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang

Kabupaten Kampar.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

(Ananas comosus L. Merr). Dalam bahasa Inggis disebut pineapple dan

masyarakat Spanyol menyebutnya pina, sedangkan di Asia dikenal dengan nama

lokal nanas. Nanas ditemukan pada tahun 1519 di Brasilia (Amerika Selatan).

Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung

Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada

mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan dan meluas dikebunkan di lahan

kering di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik

dan sub tropik (Prihatman, 2000).

Klasifikasi tanaman nanas menurut Bartholomew et al. (2003) yaitu

Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Kelas :

Angiosperma, Ordo : Farinosae Famili : Bromiliaceae, Genus : Ananas, Species :

Ananas comosus L. Merr.

Nanas termasuk dalam famili Bromeliaceae yang bersifat terestrial. Nanas

merupakan tanaman semak yang dapat hidup dalam berbagai musim. Tanaman ini

digolongkan ke dalam kelas monokotil yang bersifat tahunan yang mempunyai

rangkaian bunga dan buah di ujung batang. Batang nanas berbentuk gada, beruas-

ruas pendek dan tertutup oleh daun-daun dan akarnya. Panjang batang umumnya

berkisar antara 20-30 cm. Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan

akar samping dengan sistem perakaran dangkal dan terbatas. Akar pada Tanaman

Nanas memiliki dua jenis akar yang dapat kita bedakan, yaitu akar tanah dan akar

samping. Akar Tanaman Nanas termasuk kedalam akar serabut. Akar Tanaman

Nanas tumbuh dari batang yang kemudian masuk lebih dalam di ruang antara
5

batang dan daun. Sehingga, akar Tanaman Nanas akan menjadi pipih dan

melingkar dikarenakan akar dalam keadaan terjepit.

Menurut Hadiati & Indriyani (2008), tanaman nanas dapat tumbuh dan

beradaptasi baik di daerah tropis dengan ketinggian tempat 100 mdpl– 800 mdpl

dan temperatur antara 21°C – 27°C. Tanaman akan berhenti tumbuh bila

temperatur terletak antara 10°C–16°C. Bila temperatur di atas 27°C, maka

tanaman akan mengalami luka-luka karena transpirasi dan respirasi yang

berlebihan. Nanas memerlukan tanah lempung berpasir sampai berpasir, cukup

banyak mengandung bahan organik, drainase baik, dan sebaiknya pH di antara 4,5

– 6,5. Sinar matahari merupakan faktor iklim yang menentukan pertumbuhan dan

kualitas buah nanas. Apabila persentase sinar matahari sangat rendah, maka

pertumbuhan akan terhambat, buah kecil, kadar asam tinggi, dan kadar gula buah

rendah. Sebaliknya, apabila terlalu banyak sinar matahari akan menyebabkan luka

bakar pada buah yang hampir masak.

Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian

baik untuk tanaman kebun, hutan, ataupun pangan. Tetapi secara alami

kesuburanan tanah marginal ini tergolong rendah yang ditunjukkan oleh tingkat

keasaman yang tinggi, ketersediaan hara yang rendah, kejenuhan, dan basa-basa

dapat dipertukarkan rendah. (Suharta, 2010). Di Indonesia lahan marginal

dijumpai baik pada lahan basah maupun lahan kering. Lahan basah berupa lahan

gambut, lahan sulfat masam dan rawa pasang surut seluas 24 juta ha, sementara

lahan kering berupa tanah Ultisol 47,5 juta ha dan Oxisol 18 juta ha (Suprapto,

2002).
6

Tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari penumpukan sisa dari

tumbuhan yang setengah membusuk atau mengalami dekomposisi yang tidak

sempurna. Tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi karena

bahan bakunya tersebut adalah sisa- sisa dari tumbuhan, seperti lumut dan

pepohonan serta sisa- sisa dari binatang yang telah mati

Ciri- ciri tanah gambut antara lain memiliki warna gelap, memiliki sifat asam

yang tinggi, kurang subur, embek atau lunak dan nanyak terbentuk di

wilayah rawa. Tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari sisa- sisa

binatang atau tumbuhan baik yang tengah dalam keadaan layu maupun tidak layu

yang telah mengalami proses dekomposisi yang tidak sempurna. Proses

dekomposisi yang tidak sempurna ini dikarenakan jumlah bakteri yang kurang dan

dalam kondisi yang terbatas oksigen atau anaerob. Tanah gambut sangat sering

kita jumpai di daerah yang basah dan lembab. Bahkan tanah gambut juga

seringkali membentuk suatu hutan.

Proses pembentukan tanah gambut terjadi dengan peranan tanaman- tanaman

air, yakni tanaman air yang tumbuh pada danau yang dangkal akan mati.

Kemudian tanaman itu akan tenggelam ke dasar laut dan mengalami pelapukan

disana, sehingga terbentuklah lapisan- lapisan organik. Perlu diketahui tanah yang

telah menupuk di dasar laut ini kaya akan lapisan organik namun sifatnya tidak

terlalu subur.

Tanah gambut merupakan tanah yang kaya akan bahan- bahan organik,

bahkan sangat kaya. Hal ini karena tanah gambut sendiri terbentuk karena sisa-

sisa dari makhluk hidup baik tumbuhan maupun binatang, seperti sisa pepohonan,

lumut, rerumputan dan binatang-binatang yang telah mata. Sisa- sisa makhluk
7

hidup tersebut telah diuraikan oleh dekomposer atau pengurai. Kendati dalam

proses pelapukan tersebut ada sesuatau kekurangan dalam bahan, yakni

kekurangan oksigen, maka proses penguraian tersebut menjadi tidak sempurna.

Karena proses penguraian yang tidak sempurna inilah yang membentuk suatu

tanah gambut. Jika mengetahui dan memahami proses pembentukan tanah gambut

maka kita dapat mengatakan bahwa tanah gambut ini bukan merupakan tanah

yang subur.

Tanah gambut merupakan jenis tanah yang mampu menyimpan banyak sekali

karbon. Sehingga tidak jarang kita temukan di hutan- hutan gambut mengandung

banyak karbon. Selain karbon, tanah gambut juga dapat menyimpan air dalam

jumlah yang besar atau berkali- kali lipat dibandingkan dengan jenis tanah

lainnya. Karena kemampuannya menyimpan banyak air berkali- kali lipat, maka

tanah atau hutan gambut ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya bencana

banjir.
8

III.BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

kunjungan ini di laksanakan pada hari selasa 6 November 2018, kunjungan ini

dilakukan sekitar pukul 09.00 yang bertempat di lahan milik petani perkebunan

masyarakat beralamat Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten

Kampar.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kunjungan ini adalah buku tulis untuk mencatat

hal hal penting selama kunjungan. Alat yang digunakan adalah kendaraan, pena,

buku dan handphone.

C. Jenis Atau Varietas Nanas

Berdasarkan habitat tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis

golongan nanas, yaitu : Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen

(daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun

panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan

Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida).

Varietas kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan

Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat,

Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di

Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/kultivar nanas yang dikategorikan unggul

adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.


9

D. Syarat Tumbuh

Daerah penyebaran nanas ialah 300 LU dan 300 LS dari khatulistiwa.  Tanaman

nanas memerlukan beberapa persyaratan iklim yang harus dipenuhi agar dapat

tumbuh baik. Faktor iklim ini mencakup curah hujan, ketinggian, kelembapan,

suhu dan cahaya matahari. Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap

kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500

mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena

rendahnya suhu. 0C. Nanas tumbuh pada daerah dataran rendah dengan ketinggian

100-200 m di atas permukaan laut. Di daerah dataran tinggi, tanaman ini masih

dapat tumbuh sampai ketinggian 1200 m dpl.  Pertumbuhan optimum tanaman

nanas antara 100-700 m dpl. Kelembapan tanah yang berlebihan pada awal

pembungaan dapat menghambat pertumbuhan buah dan menghasilkan daun yang

berlebihan. Sedangkan kelembapan yang berlebihan pada saat pembungaan akan

menurunkan mutu. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 29-32
0
C,  tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10.Tanaman nanas

dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari

kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam.

E. Teknik Budidaya

1. Jenis tanaman

Budidaya nanas yang dilakukan oleh petani pada umumnya masih bersifat

tradisional dengan nanas yang dikembangkan dari mahkota nenas dan

pangkal anakan, belum menerapkan teknologi maju. Populasi per hektar rendah

yaitu antara 10.000 – 20.000 rumpun sehingga hasil per hektarnya hanya 7–15

ton. Budidaya nanas dilakukan dilahan gambut, memerlukan pengaturan


10

permukaan air yang baik melalui pembuatan jaringan drainase. Dilapangan baru

sebagian petani yang membuat jaringan drainase yang mengakibatkan

rendahnya produktivitas. Sebagian besar petani belum menerapkan teknologi

pengaturan pembungaan (penggunaan ethrel atau karbit), sehingga produksinya

berfluktuasi sesuai dengan musim. Hal ini berakibat pada musim panen raya

pasokan nanas melimpah namun pada waktu yang lain buah sedikit.

2. Perbenihan

Untuk penanaman nanas, petani menggunakan benih asalan (tidak berlabel)

yang sebagian kecil berasal dari tunas anakan, sedangkan sebagian besar

menggunakan benih yang berasal dari tunas batang, tunas tangkai, tunas buah

bahkan tunas mahkota. Tunas pangkal anakan menghasilkan buah pada umur 8–9

bulan dari saat penanaman, sedangkan bila dari tunas mahkota menghasilkan buah

pada umur 10–12 bulan setelah tanam. Sehingga bila menggunakan benih yang

berasal dari tunas batang, tunas tangkai, tunas buah atau mahkota memerlukan

waktu panen yang lebih lama dibandingkan bila menggunakan tunas pangkal

anakan (root sucker). Dengan benih asalan, pertanaman nenas pertumbuhannya

tidak seragam yang menyebabkan pemeliharaan menjadi sulit dan pemanenan

menjadi mahal karena harus memilih sehingga untuk memanen satu areal

dilakukan pemanenan berulang kali.

3. Penyiapan media tanam

Penyiapan media tanam yang di lakukan petani di Desa Rimbo Panjang tidak

menggunakan bedengan, akan tetapi menggunakan sistem tugal, cara penanaman

yang di lakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma, kemudian

pembuatan lubang tanam, pada lubang tanam di beri Abu hasil pembakaran
11

sekitar ½ sampai 1 kg perlubang tanam, kemudian di biarkan selama 1 – 2 minggu

sebelum dilakukan penanaman.

Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah

yang dilakukan :

 Mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada lubang tanam

yang tersedia, masing-masing satu bibit perlubang tanam,

 Tanah ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak

mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah,

 Dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah,

 Penanaman bibit nanas jangan terlalu dalam, Relatif 3-5 cm menyesuaikan

bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit tidak mudah busuk.

4. Penentu pola tanam

Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis

tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik

penanaman nanas yang dilakukan adalah dengan menggunakan sistem baris

tunggal dengan jarak tanam 100 x 40 cm. ada juga yang masih tidak

menggunakan jarak tanam atau asal-asalan

5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan setahun setahun 3 kali, minimal 2 kali 6 bulan

menggunakan pupuk urea dan abu hasil bakaran dengan cara pemberian

menyebar. pemberian urea berfungsi memacu percepatan pertumbuhan vegetative

tanaman nenas, sedangkan pemberian abu hasil pembakaran sifatnya sangat basa

ph sekiar 12 sangat bangus untuk ph gambut dibawah 4,5 dan abu tersebut juga

tinggi kandungan kalsium.


12

Sebagian petani tidak melakukan pemupukan selain pemupukan pada saat

pembuatan lubang tanam, itu di karekan ketidaksesuaian antara biaya perawatan

tanaman dengan harga hasil produksi yang sangat murah dan hanya

mengharapkan konsumsi masyarakat di sekitar kota pontianak, dan belum ada nya

industri pengolahan hasil tanaman nanas.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan petani pada umumnya hanya

penyiangan gulma yang dilakukan dua kali selama masa pertumbuhan nanas,

dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dengan

menggunakan cangkul atau koret, penjarangan anakan masih jarang dilakukan.

Dalam satu areal pemanenan dilakuan berulang kali karena pertanaman yang tidak

seragam

7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 8–12 bulan, pemanenan di

lakukan secara bertahap dan di pilih buah yang telah memenuhi syarat untuk di

panen seperti Mahkota buah terbuka, Tangkai ubah mengkerut, Mata buah lebih

mendatar, besar dan bentuknya bulat, Warna bagian dasar buah kuning, Timbul

aroma nanas yang harum dan khas. pemanenan di lakukan dengan cara memotong

tangkai buah sekitar 3-4 cm dari buah, akan tetapi masih ada petani yang

melakukan pemanenan dengan mematahkan tangkai buah, hal ini menyebabkan

daya tahan dan daya simpan buah menjadi rendah, disamping itu perlakuan buah

ketika panen kurang hati-hati yang menyebabkan tingkat kerusakan tinggi.


13

F. Hama dan Penyakit

a) Hama

Hama yang paling utama menyerang tanaman nanas di Desa Rimbo panjang

Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. adalah tikus dan musang, hama ini

menyerang bonggol batang dan merusak pada buah dengan cara melubangi buah,

baik buah yang masih muda maupun buah yang telah masak, kerusakan akibat

hama ini menyebabkan hasil tanaman tidak dapat di panen lagi, pengendalian

yang di lakukan oleh petani adalah dengan menggunakan jebakan maupun racun

tikus dengan cara mengoleskan racun pada buah yang telah di lubangi oleh hama

ini.

b) Penyakit

Penyakit yang banyak menyeranag adalah penyakit busuk pangkal,

Penyebabnya adalah cendawan  Thielaviopsis paradoxa  (de Seyn) Hohn

atau Ceratocystis paradoxa  (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base

rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis

pada tanaman, angin, hujan dan tanah. Gejala penyakit ini adalah pada bagian

pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna

coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-

kuningan. Pengendalian yang biasa dilakuakan dengan cara non kimiawi dengan

melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanam agar luka cepat sembuh,

menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis, kimiawi

dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.


14

G. Panen dan Pasca Panen Nanas

1. Panen

1) Ciri dan umur panen

Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung

dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah

pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang

berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar

setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen seperti mahkota

buah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih mendatar, besar dan

bentuknya bulat,warna bagian dasar buah kuning, dan timbul aroma nanas yang

harum dan khas.

2) Cara panen

Tata cara panen buah nanas adalah dengan memilih buah nanas yang

menunjukkan tanda-tanda siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara

mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-

hati agar tidak rusak dan memar

2. Pasca panen

Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat

busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang

memadai.

1) Pengumpulan

Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau

gudang sortasi.

2) Penyortiran dan Penggolongan


15

Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk,

atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah

berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat

kematangannya

3) Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga

naik maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti

kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 derajat C.

4) Pengemasan dan Pengangkutan

Kegiatan pengemasan dimulai dengan memasukan buah nanas kedalam

pengemasan agar bisa di jaga kestabilan buah nya.

H. Tumpang Sari Tanaman Nenas dengan Kelapa Sawit dan Karet

Budidaya tumpang sari antara karet atau elapa sawit sawit dengan nenas,

selain dapat mencegah terjadinya kebakaran di hutan gambut, sekaligus dapat

meningkatkan pendapatan para petani dan menjaga kelestarian lingkungan. Jika

budidaya ini dilakukan dengan baik dan meluas dilahan gambut, diharapkan dapat

mendukung program pemerintah dalam mewujudkan pembangunan rendah

karbon yang berkelanjutan dan ramah lingkungan bagi masyarakat serta

meningkatkan produksi tanaman karet.

Nanas yang ditanam secara monokultur setelah umur 15-18 bulan dapat

menghasilkan produksi 30-40 ton/ha dengan kerapatan tanam sekitar 40-50 ribu

pohon/ha. Apabila  ditanam tumpang sari dengan kelapa atau karet, maka

produksi dapat separuhnya sekitar 15 ton pada tahun pertama panen dengan

kerapatan tanam 20 ribu pohon/ha.


16

Nanas yang dipanen tahun ke 2 apabila setiap petani mengusahakan seluas 2

(dua) hektar dan harga nenas sekarang Rp. 1.500/kg, maka diperoleh penerimaan

sebesar 30.000 kg x Rp. 1.500 = Rp. 45.000.000. Apabila dikurangi dengan biaya

bibit, pupuk dan lainnya sekitar Rp 15 juta maka keuntungan bersih didapat

sekitar Rp. 30 juta/tahun. 

Hasil nanas ini merupakan sampingan bagi petani kelapa sawit atau karet

sehingga pendapatan petani meningkat dengan hasil nanas sebagai tambahan.


17

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah dalam pemamfaatan buah nanas ini

penulis dapat menyimpulkan bahwa buah nanas kerap dikomsumsi oleh

masyarakat banya yang di perlukan tubuh untuk penyembuhan sampai

menyehatkan bagian tubuh.

Nanas merupakan tanaman yang berbuah semak dan bersifat tahunan, terdiri

dari akar, batang, daun, bunga, buah dan tunas-tunas, memiliki beberapa jenis

nanas, serta memiliki sifat toleran terhadap kekeringan dan tidak toleran terhadap

musim salju, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur

dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah dengan pH

4,5-6,5.

B. Saran

Sebaiknya pemasaran hasil panen tanaman nanas yang di budidayakan di

Rimbo Panjang harus di tingkatkan sehingga menunjang terhadap harga, dan

meningkatkan penghasilan masyarakat.


18

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Sari Buah Nenas Kaya Manfaat. http://sweetpearls.com.

Awaludin, Z. 2009. Mengapa Buah Nenas Dapat Membuat Mulut Kita Luka?
http://www.thenakedscienntist.com.

Fachruddin, L. 1998. Membuat aneka selai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 55

hal.

Nuryani, S. H. U. 2010. Pemulihan Gambut Hidrofobik dengan Surfaktan dan


Ameliorant, serta Pengaruhnya terhadap Serapan P oleh Jagung.
Disertasi. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. 277 halaman.

Masganti. 2013. Teknologi inovatif pengelolaan lahan suboptimal gambut dan


sulfat masam untuk peningkatan produksi tanaman pangan.
Pengembangan Inovasi Pertanian 6(4):187-197. Respon Tanaman
Tumpangsari (Sawit+Nenas) Terhadap Ameliorasi. 131.

Najiyati, S., L. Muslihat, dan I. N. N. Suryadiputra. 2008. Panduan Pengelolaan


Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change,
Forest, and Peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia
Programe dan Wildlife Habitat Canada. Bogor, Indonesia.

Nurhayati, S. Saputra, A. D. Putra, I. N. Istiana, dan A. Jamil. 2014. Pengelolaan


Kesuburan Tanah, Produktivitas dan Keuntungan Sistem Tumpangsari
(Kelapa Sawit+Nenas di Lahan Gambut Provinsi Riau. 14 halaman
(belum diterbitkan).

Nuryani, S. H. U. 2010. Pemulihan Gambut Hidrofobik dengan Surfaktan dan


Ameliorant, serta Pengaruhnya terhadap Serapan P oleh Jagung.
Disertasi. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. 277 halaman.

Tisdale, S and W. Nelson. 1974. Soil Fertility and Fertilizer. Macmillan


Publishing Co.In. New York. 755p.

Wuryaningsih, S. 1995. Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pemupukan N


Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Mawar Kultivar Cherry
Brendy. J. Hort. 5 (2) ; 76-80
19

DOKUMENTASI

Gambar 1.1 Pangkal anakan

Gambar 1.2 Mahkota

Gambar 1.3 buah nanas setengah Gambar 1.4 Buah nanas muda
matang
20

Gambar 1.5 Buah nanas matang Gambar 1.6 Mahkota nanas

perbanyakan

Gambar 1.7 Foto bersama dengan petani nanas

Anda mungkin juga menyukai