Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Penilaian yang akurat belum dilakukan sesui dengan standar yang ada

pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Selain minimnya penilaian yang

baik sebagai penyebab utama, kelemahan penyusunan butir soal yang tidak

sesui dengan instrument penilaian yang disebabkan kurangnya edukasi

penyusuan butir soal dan tidak digunakannya perangkat komputer untuk

keperluan tes di SMK. Sebagaimana yang dikatakan Baddu (2017 : 20)

menyatakan bahwa, proses penilaian yang baik semestinya diawali dengan

penyusunan instrument butir soal serta penambahan seperangkat komputer

untuk memudahkan proses penilaian secara efisien. Senada dengan hal

tersebut, Jalenius (2016 : 8) menyatakan bahwa penilaian yang baik

seharusnya didukung dengan media pembelajaran yang tepat serta didukung

dengan adanya informasi familieritas siswa terhadap penggunaan media

yang digunakan. Instrument penyusuanan butir soal diperluakan untuk

mendapatkan penilaian yang akurat serta didukung dengan penggunaan

media pembelajaran untuk mengetahui informasi hasil siswa secara capat.

Penilaian yang kurang akurat disebabkan oleh minimnya alat ukur

kemampuan siswa menimbulkan ketimpangan hasil belajar yang kurang

sesui di SMK. Sebagaimana hal tersebut, Newby (2006 : 21) menyatakan

bahwa seperangkat media pembelajaran berupa komputer yang

diimplementasikan kepada siswa sebaiknya diperlukan simulasi dalam

1
penggunaan perangkat komputer untuk mengetahui tingkat familiertas siswa

terhadap penggunaan komputer dalam keperluan tes. Selain hal tersebut,

penyelenggaraan tes dengan implementasi media pembelajaran untuk

penyusunan butir soal, diperlukan instrument yang tepat untuk mendapatkan

alat ukur penilaian yang akurat. Senada hal tersebut, dikutip dari berita

daring (Setyo, 2016) Bloom menyatakan bahwa proses penyusuanan butir

soal yang akurat diperlukan instrument yang mencakup enam ranah kognitif

yaitu, tingkatan C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan), C4,

(Analisis), C5 (Sintesis), C6 (Evaluasi) yg digunakan guru sabagai pedoman

dalam penyusunan butir soal. Sesui dengan hal tersebut, diperlukannya

simulasi penggunaan media pembelajaran berupa seperangakat komputer

untuk mendapatkan informasi tingkat familiertas siswa, serta diperlukannya

model Blomm untuk penyusuanan instrument butir soal.

Instrument penyusunan butir soal untuk menilai kemampuan siswa

belum banyak diimplementasikan pada pembelajaran simulasi dan

komunikai digital. Salah satu alasannya, peralihan dari kurikulum 2006

menjadi Kurikulum 2013 sehingga mengubah struktur mata pelajaran yang

di SMK. Sebagaimana yang di tetapkan Pemerintah No 60 tentang

penerapan Kurikulum 2013 di SMK yang mengubah kerangka dasar

kurikulum, struktur kurikulum, silabus dan pedoman pembelajaran,

dibutuhkan penyesuaian terhadap penerapan Kurikulum 2013. Sebagaimana

dikatakan Adrianus yang dikutip dari berita daring (Peskim, 2020)

menjelaskan bahwa, peralihan Kurikulum 2013 menerapakan mata pelajaran

2
yang baru, salah satunya simulasi dan komunikasi digital. Penjelasan

tersebut, dapat diasumsikan bahwa dibutuhkannya penyesuaian peralihan

dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 salah satunya proses penilaian

pada pembelajaran simulasi dan komunikasi digital.

Kualitas butir soal yang dibuat guru tidak diketahui karakteristik butir

soal dilihat dari tingkat kesukaran pada pembelajaran simulasi dan

komunikasi digital. Sebagaimana yang dikatakan Hadi (2013 :14)

menyatakan bahwa, untuk mengukur tingkat kualitas butir soal dibuat,

diperlukan implementasi tes secara general selanjutnya dianalisis dengan

item response theory. Senada dengan hal tersebut, Ratnawati (2014 : 45)

menyatakan bahwa, penggunaan item response theory diperlukan untuk

meeliminasi butir soal yang tidak valid. Sebagaimana hal tersebut, untuk

mengukur sebuah kualitas butir soal diperlukan simulasi yang

diimplementasikan terhadap siswa selanjutnya dianalisis dengan item

response theory untuk mendapatkan jenjeng tingkat kesukaran butir soal

yang berkualitas.

Data observasi dilapangan, yang dilakukan peneliti pada tanggal 13

September 2018 di SMK Negeri 7 Purworejo, diketehui bahwa tingkat

familiertis siswa terhadap penggunaan komputer untuk keperluan tes tidak

dikatehui berdasarkan pada hasil wawancara. Selain itu, fasilitas perangkat

komputer untuk keperluan pembelajaran simulasi dan komunikasi digital

sudah terpenuhi sesui dengan jumlah siswa. Hal tersebut, menunjukan

bahwa implementasi tes menggunakan komputer dapat dilakukan pada

3
pembelajaran simulasi dan komunikasi digital. Faktanya penerapan tes

menggunakan komputer tidak pernah dilakukan pada pembelajaran simulasi

dan komunikasi digital. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut

diperlukan penyusunan butir soal yang sesui dengan instrument yang

terintergrasi dengan komputer serta analisis yang tepat untuk mendapatkan

alat ukur penilaian yang berkualitas.

Instrument penyusunan butir soal tidak pernah dilakukan pada

pembelajaran simulasi dan komunkasi digital, sehingga butir soal yang

dibuat hanya disesuikan dengan materi dan tidak melihat aspek tingkat

kesukaran butir soal. Selain itu, analisis butir soal belum pernah dilakukan

untuk mengukur kemampuan siswa pada pembelajaran simulasi dan

komunikasi digital secara akurat. Masalah ini tentu saja sangat riskan

dimana hasil penilaian yang tidak akurat yang disebabkan alat ukur yang

tidak tepat menimbulkan ketimpangan hasil nilai Ujian. Ketimpangan ini

disebabkan belum diterapkannya aplikasi untuk mengukur kualitas soal yang

dibuat guru pada pembelajaran simulasi dan komunikasi digital. Tujuan

disusunya butir soal yang akurat untuk menjamin kualitas kemampuan hasil

belajar siswa. Hal tersebut, menunjukan bahwa diperlukannya aplikasi yang

dapat mengukur kualitas soal yang dibuat guru, dilihat dari tingkat

kasukaran butir soal. Aplikasi item response theory yang digunakan untuk

mengukur kualitas butir soal yang dibuat guru sangat diperlukan untuk

mendapatkan butir soal yang sesui dengan kebutuhan siswa.

4
Data observasi menunjukan bahwa, penggunaan item response theory

tidak pernah diimplementasikan pada mata pelajaran simulasi dan

komunikasi digital. Hal tersebut, menunjukan bahwa kualitas butir soal yang

dibuat guru tidak memiliki spesifiaksi tingkat kasukaran. Hasil observasi

diketahui bahwa penilaian yang dilakukan pada pembelajaran simulasi dan

komunikasi digital tidak dilakukan secara akurat dilihat dari penyusuan butir

soal yang tidak sesui dengan standar.

B. Identifikasi Masalah

Penilaian yang akurat belum dilakukan sesuai dengan standar yang

ada pada Sekolah Menengah Kejuruan. Selain minimnya penilaian yang

baik sebagai penyebab utama, kelemahan penyusunan butir soal yang tidak

sesui dengan instrument penilaian yang disebabkan kurangnya edukasi

penyusuan butir soal dan tidak digunakannya perangkat komputer untuk

keperluan tes di Sekolah Menengah Kejuruan. Hal tersebut, berdampak

langsung pada hasil belajar siswa yang disebabkan kurang familiernya siswa

terhadap tes yang berbasis komputer serta kurang akuratnya penilaian yang

dibuat guru yang menyebabkan kurang validnya hasil belajar siswa pada

pembelajaran simulasi dan komunikasi digital. Untuk itu, diperlukannya

analisis butir soal yang dibuat guru sebelum diimplimintasikan secara

langsung pada pembelajaran simulasi dan komunikasi digital.

Instrument penyusunan butir soal untuk menilai kemampuan siswa

belum banyak diimplementasikan pada pembelajaran simulasi dan

komunikai digital. Dampak penyusunan butir soal yang tidak sesuai dengan

5
instrument mengakibatkan kurang akuratnya hasil belajar siswa. Hal

tersebut, menandakan bahwa dibutuhkan item response theory untuk

mengalisis butir soal yang dibuat guru untuk mengetahui kualitas butir soal.

Kualitas butir soal yang dibuat guru tidak diketahui karakteristik butir

soal dilihat dari tingkat kesukaran pada pembelajaran simulasi dan

komunikasi digital. Masalah tersebut, menyebabkan tidak berkualitasnya

soal yang dibaut guru tanpa pedoman penyusuan butir soal. Hal tersebut,

dapat dijadikan masukan dalam penyusunan butir soal yang lebih akurat

serta implementasi item response theory sebagai sarana untuk mevalidasi

butir soal yang disimulasikan kepada siswa serta diketahuinya karakteristik

setiap poin soal yang disusun.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifitkasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi pada

permasalahan Implementasi Computer Based Testing untuk pembelajaran

simulasi dan komunikasi digital berorientasi Item Response Theory di

Sekolah Menengah Kejuruan bertujan agar penelitian ini berfokus pada

permasalahan yang sudah diidentifiaksi dan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Familieritas implementasi computer based testing diketahui ada tiga

aspek yaitu, (1) familieritas terhadap penggunaan komputer, (2) penilaian

umum terhadap program Computer Based Testing, dan penilaian terhadap

program Computer Based Testing yang digunakan untuk mengetahui

informasi familieritas siswa terhadap penggunaan komputer dalam

6
keperluan tes, serta diimplemetasikan pada pembelajaran simulasi dan

komuniukasi digital.

Analisis butir soal item response theory dibatasi satu mata pelajaran

yaitu simulasi dan komunikasi digital dengan cakupan kompetensi dasar (1)

memahami komunikasi dalam jaringan (daring-online) (2) menghitung

dengan pengolah angka microsoft excel (3) memahami tata cara penulisan

menggunkan microsoft word (4) menganalisis fitur yang tepat untuk

pembuatan slide (5) menganalisis pembuatan animasi serta model pemilihan

soal dengan jenis pilihan ganda. Selain hal tersebut, terdapat satu parameter

logistik yang digunakan dengan dasar keterbatasan responden di SMK

Negeri 7 Purworejo

Instrument penyempurnaan butir soal diketahui bahwa terdapat tiga

jenis tingkatan soal yaitu, (1) analisis (2) sintesis (3) dan evaluasi. Sesuai

dengan jenis tinggkatan soal tersebut, instrument soal yang disempurnakan

dianalisis dengan item response theory untuk mengetahui kualitas butir soal

pada pembelajaran simulasi dan komunikasi digital. Selain hal tersebut,

jumlah responden penelitian ini terdapat 432 siswa yang dilibatkan dengan

rincian, kelas x Teknik Instalasi Tenaga Listrik, kelas x Busana Butik, dan

kelas x Akuntasi dan Keuangan Lembaga di SMK Negeri 7 Purworejo.

7
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah rumusan masalah penelitian ini dapat

diajukan sebagai berikut yaitu.

1. Bagaimanakah familieritas siswa terhadap implementasi computer based

testing untuk keperluan tes.

2. Bagaimanakah kualitas butir soal yang dibuat guru pada pembelajaran

simulasi dan komunikasi digital dengan analisis item response theory ?

3. Bagaimanakah penyempurnaan butir soal tes yang sudah diujiakan

kepada siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui familieritas siswa terhadap implementasi computer based

testing untuk keperluan tes.

2. Mengetahui kualitas butir soal yang dibuat guru pada pembelajaran

simulasi dan komunikasi digital dengan analisis item response theory.

3. Menyempurnakan butir soal tes yang diujiakan kepada siswa pada

pembelajaran simulasi dan komunikasi digital.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Guru dan siswa yang

diuraikan sebagai berikut :

8
1. Manfaat bagi Guru

a. Informasi familieritas penggunaan computer based testing

digunakan sebagai dasar implementasi tes dengan komputer

b. Kualitas butir soal yang dibuat guru diketahui karakteristiknya

sehingga butir soal yang tidak valid disebabkan butir soal yang

terlalu mudah atau terlalu sulit dapat disempurnakan.

c. Penyempurnaan butir soal yang dibuat diharapakan dapat menjadi

alat ukur penilaian yang akurat

2. Manfaat bagi Siswa

a. Implementasi computer based testing pada pembelajaran simulasi

dan komunikasi digital diharapakan siswa familier dengan tes

berbasis komputer

b. Analisis butir soal dengan item respone theory diharapakan siswa

dapat memahami lebih detail butir soal yang diimplementasikan.

c. Hasil penilaian tes secara akurat dapat mengukur kemampun siswa

secara benar.

Anda mungkin juga menyukai