Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sahri Ramadani

NIM : 0301181047

Prodi : PAI-2/VI

Mata Kuliah : Inovasi Pendidikan

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Dalam memanfaatkan e-learning sebagai pembelajaran tentu harus


mempertimbangkan berbagai factor. Berikut ini Factor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemanfaatan e-learning sesuai dengan pendapat (Munir,
2009) , diantaranya sebagai berikut:
a. Analisis kebutuhan (need analysis)
Analisis kebutuhan ini diperlukan untuk menjawab apakah fasilitas pendukungnya
sudah memadai, apakah didukung oleh dana yang memadai dan apakah ada
dukungan dari pembuat kebijakan. Jika berdasarkan analisis kebutuhan ini
diperlukan maka dalam studi kelayakan ada beberapa komponen penilaian yang
perlu dipertimbangkan, diantaranya:
1) Secara teknis apakah jaringan internet bisa dipasang beserta infrastruktur
pendukungnya seperti jaringan computer, instalasi listrik, dan saluran
telepon.
2) Apakah sumber daya manusianya memiliki pengetahuan dan ketrampilan
menggunakan computer.
3) Secara ekonomis apakah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan e-
learning menguntungkan
4) Secara social, apakah sikap masyarakt bisa menerimanya atau menolaknya
terhadap penggunaan e-learning dalam pembelajaran.
b. Rancangan pembelajaran
Dalam menentukan rancangan pembelajaran perlu untuk dipertimbangkan ,
misalnya:
1) Analisa isi pembelajaran
2) Analisa kemampuan siswa
3) Analisa keterkaitan dengan pembelajaran
4) Analisis pembelajaran
5) Tujuan pembelajaran
6) Penyusunan tes
7) Strategi pemilihan pembelajaran
c. Tahap pengembangan
Pengembangan e-learning dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas teknologi
informasi dan komunikasi yang tersedia.
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
Sebelum dilaksanakan evaluasi program terlebih dahulu diuji coba dengan
mebngambil beberapa sampel orang. Dari uji coba ini barulah dilakukan evaluasi.
Adapun faktor – faktor yang dapat mendukung dalam proses penilaian online adalah :

a. Izin dari pihak sekolah.

Izin pihak sekolah merupakan factor yang sangat penting karena izin
yang diberikan oleh pihak sekolah dapat memperlancar proses pembelajaran
secara online begitu pula dengan penilaian online. Jika tidak mendapat izin
dari pihak sekolah maka pembelajaran dan penilaian secara online tidak dapat
digunakan.

b. Adanya media.

Media juga merupakan factor yang sangat mendukung kegiatan


pembelajaran online. Mengapa media juga menjadi factor yang penting karena
mengingat bahwa digunakannya penilaian secara online membutuhkan media
yang berupa computer dan jaringan internet. Computer yang dibutuhkan dalam
jumlah besar. Walaupun izin sudah di berikan oleh pihak sekolah namun
sekolah tidak memiliki media yang berupa computer maka online assessment
tidak dapat digunakan .

c. Adanya jaringan internet.

Selain izin dari pihak sekolah dan media yang digunakan jaringan
internet sangat berperan penting karena jika terdapat jaringan internet proses
online sendiri membutuhkan jaringan internet agar saling terhubung antara
satu dengan yang lainnya.

d. Daya listrik yang memadai

Daya yang digunakan dalam menggunakan media computer harus


memiliki daya yang cukup besar karena jika daya yang ada di sekolah kecil
media computer tidak dapat digunakan karena akan sering mati akibatnya akan
mempengaruhi pada nilai peserta ujian.

e. Soal yang dibuat sudah memenuhi prinsip-prinsip pembuatan soal.

Dalam pembuatan soal harus memenuhi prinsip-prinsip dalam


pembuatan soal. Soal yang dibuat harus jelas tidak membingungkan siswa
ketika mengerjakan soal dalam online assessment.

Adapun factor-faktor yang menyebabkan Online Assessment terhambat yaitu:

1. Koneksi

Pada dasarnya disetiap sekolah memiliki koneksi internet akan tetapi


terkadang pemakaian koneksi tersebut dibatasi. Maksudnya, koneksi internet
atau jaringan internet yang digunakan hanya berlaku pada kalangan guru dan
hanya bisa digunakan pada laboratorium TI dan ruang guru saja. Sedangkan
siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan koneksi di internet.

Mata pelajaran yang hanya menggunakan koneksi internetpun hanya


pada saat mata pelajaran TI saja sedangkan mata pelajaran yang lainnya
berada di kelas dan tidak berhubungan dengan koneksi internet. Walaupun ada
mata pelajaran lain misalnya matematika saat ulangan akan menggunakan
online assessment hal tersebut sangat minim kemungkinannya untuk dapat
dilaksanakan karena koneksi yang ada dibatasi.

2. Human error

Human error merupakan salah satu factor penghambat adanya online


assessment yang akan dilakukan di sekolah karena minim sekali orang yang
paham terhadap cara penggunaan online assessment. Sehingga jika
dihadapkan dengan online assessment tidak sedikit orang yang saat
menggunakannya mengalami kesulitan dan terjadi kesalahan sewaktu
melaksanakan online assessment, sehingga hasil penilaian yang didapat tidak
valid dan akurat.

3. Keterbatasan waktu

Untuk melakukan online assessment waktu pengaksesan bisa diatur.


Keterbatasan waktu yang dimaksud yaitu saat pelaksanaan online assessment
jika siswa terlambat mengakses dan tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dan ditetapkan maka siswa tersebut tidak dapat mengikuti online
assessment dan dianggap tidak mengikuti ujian.

4. Keterbatasan pengetahuan

Online assessmentmemang bersifat umum penggunaannya, semua


kalangan bisa menggunakannya akan tetapi hanya beberapa sekolah yang
menggunakan system penilaian tersebut. Hal tersebut karena dikalangan guru
hal ini masih dianggap tabu karena kebiasaan guru saat melakukan penilaian
menggunakan cara yang manual. Banyak yang beranggapan bahwa online
assessmentterlalu rumit dan hanya dipahami oleh kalangan tertentu saja.

5. Keterbatasan media

Masih banyak sekolah yang memiliki media elektronik (komputer)


terbatas. Misalnya saja computer yang dimiliki jumlahnya sedikit dan tidak
memenuhi kapasitas jumlah siswa satu kelas sehingga untuk menggunakannya
terkadang satu computer terdiri dari beberapa siswa. Hal tersebut yang
menyebabkan online assessment terhambat untuk dapat dilaksanakan.

6. Pihak sekolah
Tidak banyak sekolah yang dapat menerima online assessment
(penilaian online) dikarenakan banyak warga sekolah khususnya guru tidak
mengerti dan paham kegunaan online assessment. Mereka beranggapan bahwa
system penilaian online membuang waktu dan sulit untuk direalisasikan
karena banyak persiapan yang harus dilakukan sedangkan waktu yang tersedia
sangat terbatas. Oleh sebab itu, tak banyak pihak sekolah yang mendukung
online assessment.

2. Tujuan Diterapkannya MBS adalah meningkatkan efesiensi, mutu dan pemerataan


pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber
daya yang ada, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Unsur-unsur
penting yang terkandung dalam pengertian MBS, Meliputi:
a. Pengelolaan dimaknai dari dua sudut pandang yakni proses dan komponen
manajemen sekolah. Sebagai proses manajemen sekolah berbentuk sistem
yang komponennya meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pe ngawasan. Ditinjau dari komponenya, manejemen sekolah meliputi
manajemen: a) Kurikulum dan pembelajaran, b) peserta didik c) pendidik dan
tenaga kependidikan d) pembiayaan e)Sarana f) hubungan sekolah dan
masyarakat dan budaya serta lingkungan sekolah.
b. Sumberdaya sekolah meliputi manusia, dana, sarana dan prasarana,
c. Strategi pembelajaran
d. Implementasi budaya dan lingkungan
e. Peran serta masyarakat
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) segera diganti dengan kurikulum baru,
yang akan mulai diterapkan tahun 2014. Dalam perubahan kurikulum tersebut, khusus
untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) mengalami banyak perubahan standar isi
kurikulum. Di SD akan diterapkan sistem pembelajaran berbasis tematik integrative.
Banyak yang mempertanyakan dengan sikap pemerintah dalam hal ini Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang melakukan perubahan kurikulum.
Di kalangan masyarakat atau pendidik memang sudah sering terdengar jika ganti
menteri maka akan juga ganti kurikulum. Kontroversi terhadap perubahan kurikulum
ini terus bermunculan. Banyak pihak menanyakan alasan digantinya kurikulum
penataan kurikulum pendidikan yang akan diterapkan Juni 2013 ini adalah salah satu
target yang harus diselesaikan sesuai dengan Rencana Pembangunan. Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 di sektor pendidikan. Perubahan
kurikulumdilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar
peserta didik mampu bersaing di masa depan.
Alasan lain dilakukannya perubahan kurikulum adalah kurikulum sebelumnya
dianggap memberatkan peserta didik. Terlalu banyak materi pelajaran yang harus
dipelajari oleh peserta didik, sehingga malah membuatnya terbebani. Perubahan
kurikulum ini juga melihat kondisi yang ada selama beberapa tahun ini. KTSP yang
memberi keleluasaan terhadap guru membuat kurikulum secara mandiri untuk
masing-masing sekolah ternyata tak berjalan mulus. Untuk tingkat SD terjadi
perubahan yang cukup besar. Di SD yang dulunya ada 10 mata pelajaran dikurangi
menjadi 6 mata pelajaran yaitu empat mata pelajaran utama (PPKn,Agama, Bahasa
Indonesia, dan Matematika) dan dua mata pelajaran muatan lokal (Seni Budaya dan
Penjas). Berkurangnya mata pelajaran dalam kurikulum baru ini justru membuat lama
belajar peserta didik di sekolah bertambah. Kemendikbud akan menambah jam belajar
disekolah untuk menangkal efek negatif dunia luar sekolah. Waktu luang yang lebih
banyak diluar sekolah dianggap memicu peserta didik melakukan atau bersentuhan
dengan tindakan negatif.
4. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan
minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang
ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik
Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa standar penilaian pada kurikulum
2013 lebih menekankan pada pada prinsif-prisif kejujuran, yang mengedepankan
aspek-aspek berupa knowledge, skill dan attitude. Salah satu Â bentuk dari penilaian
itu adalah penilaia otentik. Penilaian otentik disebutkan dalam kurikulum 2013 adalah
model penilaian yang dilakukan saat proses Â pembelajaran berlangsung berdasarkan
tiga komponen di atas. Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum
2013 sebagai berikut.
Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap
melalui observasi, penilaian iri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh
peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian Diri,
dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan  pendidik.
a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan, menilai kompetensi pengetahuan
melalui tes tulis, tes lisan, dan Â penugasan.
b. Penilaian Kompetensi Keterampilan, Pendidik menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu  penilaian yang menuntut
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan  penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.

Penilaian kurikulum 2013 mengalami perubahan dari KTSP. Penilaian hasil


belajar mengalami pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
Dalam proses penilaian, kurikulum 2013 berbasis pada kemampuan melalui penilaian
proses dan output sedangkan KTSP hanya berfokus pada pengetahuan melalui
penilaian output. Penilaian dalam kurikulum 2013 menekankan aspek kognitif,
afektif, psikomotorik secara proporsional Penilaian test dan portofolio saling
melengkapi. Dalam KTSP, menekankan aspek kognitif test menjadi cara penilaian
yang dominan.Pada kurikulum 2013 skala nilai tidak lagi 0-100, malainkan 1-4 untuk
aspek kognitif dan psikomotor, sedangkan untuk aspek afektif menggunakan SB=
Sangat Baik, B= Baik, C= Cukup, K= kurang. Skala nilai 1-4 dengan ketentuan
kelipatan 0,33.

5. Peranan guru sangat strategis dalam membelajarkan anak. Selain sebagai pendidik,
guru diposisikan juga sebagai pemimpin, motivator, inspirator, dan inovator. Dalam
menghadapi perubahan eksternal dengan kemajuan sains dan teknologi, maka guru
dapat menjadi pembaharu, atau pelaku inovasi dalam pembelajarkanuntuk dapat
memudahkan anak didik dalam menemukan hal-hal baru melalui inovasi-inovasi baru
dalam pembelajaran.Sebagai innovator posisi guru yang sangat strategis perlu
ditingkatkan pengembangan guru untuk menjawab berbagai persoalan pendidikan dan
pembelajaran. Guru perlu mememahami kurikulum, merencanakan, melaksanakana
secara kreatif dan mengevaluasi pengembangan program pembelajaran yang memnuhi
karakteristik pembelajaran kreatif, inovatif dan bermakna. Jika generasi muda atau
para siswa dibelajarkandengan penuh kreativitas, dan inovasi maka keterampilan-
keterampilan yang diperlukan anak sesuai zamannya dapat dipenuhi dan diantisipasi
untuk memerankan diri sebagai generasi penerus.
Peran kepala sekolah sebagai inovator dalam hal mencari gagasan baru di
Sekolah juga kurang optimal pada aspek memilah pola lama untuk menemukan
gagasan baru, disebabkan karena dahulunya kepala sekolah yang sekarang belum
diangkat sebagai kepala sekolah di sekolah yang sekarang. Dan kemungkinan kepala
sekolah berasal dari sekolah yang berbeda dengan jabatannya di sekolah yang
sekarang sehingga belum pernah melihat program-program yang lama, dan kurang
mengetahui tentang kelemahan dan kelebihan program terdahulu. Selanjutnya kepala
sekolah kurang proaktif untuk bertanya kepada guru tentang program-program yang
telah dilaksanakan pada kepemimpinan kepala sekolah yang sebelumnya. Jadi dapat
disimpulkan lemahnya hubungan kepala sekolah dengan guru menjadikan kepala
sekolah kurang mendapatkan informasi untuk pengembangan program-program
selanjutnya, dan berdampak kepada pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai