Anda di halaman 1dari 8

REVIEW CASE

LONGSOR

- 26 rumah hancur
- 7 tertimbun
- 4 akses jalan tertutup
- 57 x tempat tinggal, 31 luka

QRT triase :

- 6 merah, 13 kuning, 12 hijau

Laki –laki 30 tahun

Cc : pain in raight leg

PE : compos mentis , bruise 1/3 distal right lowe leg, crepitation (+), deformity
(+)

DIAGNO  Suspect close fracture at 1/3 distal of the right leg (tibia and fibula)

MIND LIST

Disaster
- Definisi
- Klasifikasi
- Longsoro ( def,karakter, fakris, mekanisme, dampak)
- Disaster management cycle (pre, disaster, post)
- Disaster Coordination
- Disasster commond system
Quick respon team ( TRC, RHA,Tim bantuan kes)
Triage) (def, klasi, START, SAVE)
Disaster Victim Evacuation (Definisi ,Klasifikasi , SYARAT, metode)
Medical post
HOSPITAL DISASTER PLAN
Closed Fracture  ALL ABOUT
BIP + kronologi kejadian
DISASTER  Terputus Jalur Transportasi
→ UU No 24 Tahun 2007, Peristiwa  Rusaknya Sanitasi Lingkungan
yang mengancam dan mengganggu
kehidupan & penghidupan masyarakat
yang disebabkan, oleh faktor alam/
nonalam/ manusia sehingga Disaster Management Cycle
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, Pengelolaan penggunaan sumber daya
kerusakan lingkungan, kerugian harta yang ada untuk menghadapi bencana
benda, dan dampak psikologis. dengan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evluasi
Klasifikasi
di setiap tahap
1. Bencana Alam
Gempa bumi, tsunami, gunung Cycle
meletus, banjir, kekeringan, angin 1. Prabencana
topan, dan tanah longsor. Saat tidak terjadi bencana /
Kriteria bencana alam situasi situasi potensi terjadi
 Berskala nasional bencana
 Dinyatakan resmi oleh a. Pencegahan: mengurangi &
otoritas pemerintah pusat menghilangkan ancaman
dan setempat bencana
 Diberitakan luas oleh media b. Mitigasi: mengurangi resiko
massa nasional bencana
2. Bencana Non-alam c. Kesiapsiagaan:
epidemi, dan wabah penyakit. mengantisipasi bencana
3. Bencana Sosial melalui pengorganisasian
konflik sosial
antarkelompok/antarkomunitas 2. Saat Bencana  tanggap
masyarakat, dan teror. darurat
Segera dilakukan untuk
menangani dampak buruk yang
LONGSOR ditimbulkan, dengan cara:
→ Perpindahan batuan, tanah / puing’ a. Kaji cepat & tepat (lokasi,
yangbergerak ke bawah kerusakan, sumber daya)
Karakteristik b. Penentuan status darurat
Onset kejadian cepat dengan/tanpa bencana
peringatan c. Pencarian & penyelamatan
korban,
Faktor pencetus/Etiology (BNPB) d. ,evakuasi korban.
1. Hujan lebat e. Pemenuhan kebutuhan dasar
2. Hutan gundul (air bersih & sanitasi, pangan,
3. Gempa bumi sandang, papan, pelayanan
Mekanisme kesehatan & psikososial)
Hujan deras  kapasitas tanah 3. Pascabencana
menyerap air berlebih  densitas tanah mengembalikan kondisi
  kurangnya pohon sehingga tidak masyarakat dan lingkungan
ada yg menahan  tanah meregang  a. Rehabilitasi: perbaikan dan
pemulihan semua aspek
tanah mengikuti lereng  longsor
pelayanan masyarakat
b. Rekonstruksi :
Dampak pembangunan kembali semua
 Korban Jiwa sarana dan prasarana.
 Trauma Psikis
 Kehilangan tempat tinggal Peran Tenaga Kesehatan saat Bencana
1. Tahapan Pra Bencana
 Ikut pelatihan penanggulangan  Mengawasi penatalaksanaan
ancaman bencana korban
2. Tahapan Bencana Tenaga pelaksana :
 Bertindak cepat membantu  Petinggi kepolisisan
korban  Damkar
3. Tahapan Emergensi  Petugas kesehatan
 Evaluasi kebutuhan kesehatan  Angkatan bersenjata
harian.
 mengatur persediaan obat, Tim (SDM) kesehatan dalam
makanan, makanan peralatan bencana
kesehatan. A. TRC  0-24 jam setelah info
 Membantu penanganan dan bencana.
penempatan pasien.  Fungsi: kaji cepat tepat dari
kebutuhan, kerusakan dan
kerugian
 Terdiri dari: dokter, perawat,
apoteker, surveilans
epidemiologi, perugas komunikasi
B. Tim Rapid Health Assesment
DISASTER COORDINATION SYSTEM
(RHA)
1. BNPB (tingkat pusat)
 Nyusul dalam <24 jam
2. BPBD (tingkat daerah)
 Bertujuan Untuk konfirmasi dan
3. Pusat penanggulangan krisis 
menggerakan TRC dan bantuan menggambarkan jenis, dampak
SDM Kesehatan dan kemungkinan → rekomendasi
Tindakan prioritas
Alur koordinasi  Terdiri dari: dokter umum,
epidemiolog, sanitarian.
C. Tim Bantuan Kesehatan
 Sesuai kebutuhan

(TRIAGE)
→ Upaya memprioritaskan korban
berdasarkan urgensi tatalaksana &
Note: Ketika bencana nasional terjadi sumber daya yg ada
yang berwenang mengumumkan oleh Klasifikasi
presiden yang akan diteruskan ke
Situasi
kemenkokesra → berkoordinasi dengan
BNPB → bekerjasama dengan 1. Multiple causalities
kemenkes, kementrian lain, BPBD → (pasien < kapasitas dan
kemenkes dan BPBD akan bekerja sama kapablitis sumber daya)
dengan Pusat penanggulangan krisis  Priority: mengancam
(PPK) regional
nyawa & multiple injury
DISASTER COMMAND SYSTEM 2. Mass causalities
Unit kontrol multisektoral yang (pasien > sumber daya)
bertujuan :  Priority: survival rate
 Kordinasi berbagai sektor yang tinggi
terlibat Jenis
 Ciptakan hubungan dengan
1. Lapangan (di tkp)  awam
sistem pendukung dalam
penyediaan informasi terlatih
2. Medical (Di pos medis) → 3. Crush injury to lower
tenaga medis extremitas
3. Evacuation  korban  Score MESS
perawatan lebih lanjut  Score > 7  amputasi
 Score <7  bisa di
Kode / Tag
selamatkan & tag merah
mSTART
4. Abdominal injury w/
Merah mengancam jiwa → stabilisasi
segera refractory hypotensi
Kuning pengawasan ketat, tapi  4 ml/kg hypotonic saline 
perawatan bisa ditunda tidak membaik (hitam) ,
sementara.
Hijau Ga perlu pengobatan / bisa membaik (merah)
ditunda
Hitam meninggal DISASTER VICTIM EVACUATION
→ Upaya memindahan korban dari
TKP ke tempat yang aman untuk
dapat perawatan dan pengobatan.

Klasifikasi
1. Emergency move
Untuk menghindari potensi
bahaya/kematian ke tempat
aman
2. Urgent move
secepatnya agar korban dapat
perawattan lebih lanjut
3. Non-urgent move
Korban stabil, mobilisasi
setelah ada ambulance

Syarat
Secondary Triage System→ SAVE  Penilaian awal & monitor
Triage (secondary assessment dilakukan
victim endpoint)  PR & nafas stabil
 Luka & perdarahan terkontrol
Setelah START  kelompokan sesuai  Fraktur tertangani &
warna dimobilisasi
1. Burn injury
 Survaivel >50%  hitam
 Luka bakar 70% Metode (berdasarkan jumlah
 >60 thn dengan inhalasi penolong)
injury 35% TBSA injury 1 orang
 < 2thn dengan TBSA Burn  Ankle drag  Blanket
50%  Shoulder pull
drag  Pack
2. Head injury
 Fireman strap
 GCS > 8  Pengobatan &
drag carry
Merah  Fire
 GCS < 7  tidak fighter
pengobatan & hitam carry
2 orang Co/ kebakaran, bangunan roboh
 Person drag - Mencegah timbulnya korban
 2 handed seat manusia, harta benda, lingkungan
 Chair carry - Mengembalikan fungsi normal RS
3 orang
 Hammock carry
 Log roll DAPUR LAPANGAN
→ Menyediakan/menyiapkan
MEDICAL POST makanan untuk korban bencana.
→ untuk memberikan perawatan
efektif (stabilisasi) secepat mungkin. Syarat lokasi
 Dekat dengan penampungan,
A. Pos Medis Lapangan transportasi umu dan sumber
- Puskesmas/tenda perawatan air
sementara  Kebersihan lingkungan
- Melakukan BLS, ALS, Triase, memadai
stabilisasi korban  Aman dari bencana
B. Pos Medis Depan
- RS terdekat yg memiliki Lama Penyelenggaraan
UGD/ RS tipe C  Jika situasi u/ memberikan
- Mulai terapi definitive bahan mentah tidak mungkin
C. Pos Medis Belakang  Hari 1 – 3 : untuk seluruh
- RS provinsi/ RS tipe B korban bencana
 Hari ke 4 – 7: pemberian
- Nerima rujukan pasien dari
secara selektif
PML/PMD & tindakan
 >7 hari : bantuan berupa
definitive
bahan mentah
D. Pos Medis Sekunder
- RS TNI / Polri / Swasta
- Mengantisipasi banyaknya CLOSED FRACTURE
jumlah korban yang dirujuk → Diskontinuitas tulang yang tidak
ke pos medis belakang merusak struktur kulit

Epidemiologi
HOSPITAL DISASTER PLAN Laki laki > perempuan
→ Kegiatan perencanaan Etiologi
menghadapi situasi darurat  Injury
Masalah yg dihadapi RS ketika  Repetitive stress
situasi bencana:  Abnormalitas tulang
 Banyak korban yg harus (ostroporosis)
ditangani Direct: tempat hantaman = tempat
 Kebutuhan yg melampaui fracture
kemampuan RS Indirect: tempat hantaman X tempat
fracture

Target Faktor Resiko


1. Diluar RS (External Disaster)  Usia tua
Korban yang banyak dapat  Jenis kelamin
penanganan sebaik mungkin.  Penyakit lain
2. Didalam RS (Internal Disaster)
Klasifikasi Palpasi: krepitasi, tenderness,
Tischerne classification prolonged CRT, pulse +/-
 Grade 0 dorsalis pedis
Fraktur sederhana, Penunjang
sedikit/tanpa cedera soft  X-ray
tissue  CT
 Grade 1
Fraktur dengan abrasi Management
superficial/kontusi pada kulit  ATLS (primary survey +
dan jaringan subkutan resusitasi)
 Grade 2  Reduce
Fraktur dengan memar dan Traksi → untuk reposisi tulang
pembengkakan jaringan lunak & membentuk bone fragment
yang dalam yang normal
 Grade 3  Holding
Rusaknya soft tissue + Splinting & bandaging di min.
compartment syndrome 2 sendi→ cegah mobilisasi
 Exercise
Pathogenesis dan patofisiologi Mengembalikan fungsi sexara
keseluruhan

Manage pasien
1. Splinting & bandaging di min.
2 sendi→ cegah mobilisasi
2. Evakuasi

Komplikasi
 Compartment syndrome
 Infeksi

Prognosis
Proses penyembuhan 80% selama
kurleb 3 bulan

Manifestasi klinis BHP


 Krepitasi
 Swelling, redness, bruise  UU No. 36 Tahun 2009 tentang
 Tenderness Kesehatan
Pasal 82: “Pemerintah,
 Intense pain
pemerintah daerah, dan
 Sulit jalan
masyarakat bertanggung jawab
atas ketersediaan sumber daya,
Diagnosis
fasilitas, dan pelaksanaan
Anamnesis pelayanan kesehatan secara
 Pain menyeluruh dan
 Loss function berkesinambungan pada
 Loss sensation bencana.”
Pemeriksaan fisik Pasal 83: “Setiap orang yang
 Inspeksi: swelling, redness, memberikan pelayanan kesehatan
bruise pada bencana harus ditujukan
untuk penyelamatan nyawa,
pencegahan kecacatan lebih
lanjut, dan kepentingan terbaik
bagi pasien.”

IIMC

 Q.S Al-Maidah : 6 "Dan jika


kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu."
 Keringanan shalat saat cedera
Shalatlah dengan berdiri, jika
tidak bisa maka dengan duduk
jika tetap tidak bisa maka
shalatlah dengan tidur dengan
posisi miring.” (HR Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai