Anda di halaman 1dari 9

RIVIEW CASE

A 8 tahun,
Cc :
 sakit tenggorokan dan
kesulitan menelan 3 hari
terakhir.
AC : low grade fever and malaise
PH :
 tidak pernah vaksin
 temannya mengalami keluhan
yang sama
PE :
 T : 37,6Oc (low grade fever)
 conjunctiva erythema
 Lymphadenopathy di
submandibular bilateral 
bullneck
 Lab : neutrofil segmen naik
 Culture :
- blood agar ada Gram
positive bacilli polymorphic
cluster  Chinese letter
Diagnosis : suspect respiratory
diphtheria.

Treatment
- hospitalized and isolation,
- monitoring opening airway.
- Anti Diphtheria Serum (ADS)
80.000 IU intravenous
- penicillin i.m.
ANATOMI FARING HISTOLOGI TONSIL
perluasan dari posterior sistem  Pharyngeal T : pseudostratified
pencernaan ke hidung dan oral ciliated columnar epithelium
cavity, memanjang secara inferior  Lingual & Palatine : stratified
melewati laring. squamous ephitelium.

terbagi menjadi 3 bagian : DEGLUTION (MENELAN)


 Nasofaring :posterior dari hidung Proses perpindahan makanan dari
dan superior dari soft palate  mulut ke lambung
u/pernapasam Ada 3 tahap
 Orofaring : posterior dari mulut 1. Oral stage
u/perncernaan
Bolus didorong oleh lidah ke
 Laringofaring : posterior dari
pharynx swallowing center
laring u/ pencernaan
menghinhibisi respiratory center
Arteri : facial a.  tonsilar a. di brain stem → elevasi uvula
Vena : internal jugular vein untuk mencegah makanan
Innervasi : masuk ke nasal passageways
 Maxilary N 2. Pharyngeal stage
 glossofaringeal N  lidah menekan hard palate →
 vagus N mencegah makanan Kembali
Lymphatic : deep cervical LN ke mulut
 Tight ligament vocal cord →
mencegah makanan masuk ke
HISTOLOGI FARING
trachea
 Nasofaring : pseudostratified
 Epiglottis menutup
ciliated columnar ephitelium
 Kontraksi pharyngeal muscles
 Orofaring & laringofaring :
mendorong bolus melalui
stratified squamous ephitelium
pharyngoesophageal spinchter
nonkeratinized ke esophagus
3. Esophageal stage
ANATOMI TONSIL
Upper esophageal spinchter
Jaringan limfoid yang mengelilingi
kontraksi  aktivasi primary
mukosa faring, berperan dalam
peristaltik contraction  bolus
sistem imun MALT
terdorong ke distal esopagus
saat bolus dekat lower
Macam-macam tonsil :
esophageal spincter  aktivasi
 Pharyngeal tonsil : posterior wall
saraf peptidearic  lower
nasopharing spincter relax  lobus ke
 Palatine tonsil : kanan kiri lambung
orofaring
 Lingual tonsil : 1/3 pangkal lidah TERMOREGULASI
 Tubal tonsil : submukosa faring Proses untuk mempertahankan suhu
inti tubuh agar dalam kisaran normal
Arteri : ramus tonsilar a. Ada 2 :
Vena : facial v  IJV 1. Suhu inti/core
Limfatik : cervicalis profundus LN Berasal dari organ internal tubuh,
co : otak, jantung, hati dll
Normal : 36-37,5 C
Dipengaruhi oleh : waktu, usia, b. Regio posterior : aktifasi oleh
cuaca, olahraga, menstruasi dingin  merangsang produksi
2. Skin temperature panas
Berasal dari tubuh bagian luar.
Con : kulit Mekanisme thermoregulasi :
Normal : 20-40C
Dipengaruhi oleh suhu lingkungan

Faktor yang mempengaruhi :


1. Suhu meningkat
- Bmr meningkat
- Ekstra metabolisme :
 Aktivitas sel otot
 Aktivitas kimia dalam sel
 Termogenik makanan
 Efek hormon (tyroxin,
epinephrin)
2. Heat conservation
Dengan cara vasomotor kulit
(vasokontriksi/vasodilatasi) yang
dikoordinasikan hipotalamus via
saraf simpatis → untuk
mempertahankan core temp yang
konstan
3. Heat loss Respon tubuh pada perubahan suhu:
a. Kecepatan konduksi panas dari a. Suhu panas  vasodilatasi ,
core ke skin berkeringat, penurunan produksi
• Via blood vessel (venous
panas (shivering)
plexus) dengan kecepatan 0-
b. Suhu dingin  vasokontriksi,
30% dari total cardiac output
piloereksi, peningkatan produksi
• Semakin cepat semakin besar
panas (peningkatan metabolisme)
perpindahan panas
b. Kecepatan transfer panas dari FEVER
kulit kesekitar
Peningkatan suhu tubuh 1-2c dari
 Radiasi
nilai normal ( N : 36,8 - 37,2 C)
 Konduksi
Etiologi
 Konvekasi
1. Exogen pyrogem : infection,
 Evaporasi
toxin, injury
2. Endogen pyrogen :IL-1&6,
Interferon gama,tumor
Tipe thermogenesis :
necrosis factor
a. Shivering : suhu tubuh menurun,
ada kontraksi otot rangka
b. Non-shivering : peningkatan
aktivitas jaringan adiposa
Role of hypothalamus :
a. Regio anterior : aktifasi oleh
panas  mengontrol suhu tubh
Klasifikasi - Headache
a. Berdasarkan keparahan - Malaise
- Anorexia
- Berkeringat

DD Demam
a. <7 hari e.c virus
- Malaria , thypoid, meningitis,
measles, typus, dhf
b. Berdasarkan durasi : b. > 7 hari
 Acute : < 7 hari  malaria - Salmonella infection, abses
 Subacute : < 2minggu 
thypoid fever Mekanisme demam
 Chronic :>2minggu  tbc, hiv
c. Berdasarkan pola
 Continue fever
- Demam terus menerus
- tanpa fluktuasi > 1 c
con : thypoid fever
 Intermitten
- Fluktuasi suhu >1c
- Bisa kembali normal
- Meningkat pada malam
Con : malaria
 Remiten
- Fluktuasi >1o C, tidak turun
ke suhu normal
Con : thypoid fecer, tb
 Biphasic :
- Demam tingga  normal 
tinggi kembali
 Recurent fever :
- Relapsing : berulang
- Pel-ebstain fever : demam
menetap 1-2 w MIKROBIOLOGI
- Periodical fever : demam Corynebacterium diphteriae
setiap bulan/tahun  Gram +, batang
Staging demam  Umumnya aerobik
1. Prodormal stage: tidak ada  Non-motile
keluhan spesifik  Ukuran :0,6-0,8 mm
2. 2nd stage: menggigil, Virulensi
kedinginan, kulit pucat  exotoxin  menyebabkan
3. 3rd stage: flushed face, kulit diphteria
hangat  DT (Diphteriae toxin)  Fragmen
A dan Fragmen B
Gejala demam
- Menggigil
- Meringkuk
Patogenesisn Berdasarkan surveillance
Droplet Corynebacterium Diphteri ke a. Suspected D 
mukosa URT (Faring) → aktivasi pseudomembran, + gejala
diphteri toxin repressor → release faringitis, tonsilitis,
diphteria toxin → sub unit B anfebril/subfebris
berikatan dengan heparin-binding b. Probable D
epidermal growth gactor → c. Confirmed D
internalisasi toxin dengan cara d. Carrier D
endositosis → sub unit A diffuse ke Patgen & patfis
sitosol → ribosilasi-ADP → menjadi Manfes
inaktif → menghentikan sintesis  Masa inkubasi 2-5 hari
protein  Khas : pseudomembran, malaise,
headache
DIPHTERIA  RR turun
infeksi nasofaring dan kulit yang Respiratory D.
disebabkan oleh Corynebacterium a. Nasal D : nasal discharge
diphtheriae. b. Faucal D : moderate fever, mual,
muntah, dysphagia,odinofagia,
Epidemiologi lymphadenopathy.bullneck
- anak <12 thn c. Tracheolaryngeal D : moderate
- negara tropis fever, hoarsness, dyspnea
- indonesia terbanyak ke-2 Diagnosis
etiologi Anamnesis :
- Corynebacterium diphtheriae - Riwayat kontak
- Transmisi : perso to person via - Riwayat imunisasi
droplet. - Manifestasi
Faktor risiko PE :
- incomplete immunization dan - Fever
vaksin - RR menurun
- sistem imun lemah - Pseudomembran
- sosial ekonomi rendah - Bullneck
- riwayat perjalanan dari daerah Penunjang :
endemik - Culture  gram stain,albert
klasifikasi stain (+)
berdasarkan klinis - Elek test +
a. respiratory Diphteria - Pcr
 demam ringan, sakit - Elisa
tenggorokan, kesulitan menelan DD
 + pseudomembran berisi fibrin, - Epiglotitis
celular debris, bacteri - Pharyngitis
 Dibagi 3 : - Tonsilitis
- Anterior nasal D  2% Manajement
- Faucal(tonsil&faring)75 Umum :
- Tracheolaryngeal D 25% 1. Isolasi sampai lewat masa akut
b. Cuntaneous D  + vesikel, (2-3 minggu)
pustul  ulkus 2. Stabilisasi jalan nafas
c. Other  di telinga, conjungtiv, 3. Swab tenggorokan (-) 2x berutur
vagina turut jarak 24 jam
4. EKG dan neurologis exam buat - Neuritis
tau komplikasi - Obstruksi jalan nafas
Khusus Prognosis :
1. ADS (Anti Diphtheria Serum) - > kematian  <15 dan >40
2. Antibiotic 14 hari tahun
3. Kortikosteroid (prednisone) → - + penyakit sistemik  buruk
u/ (+) bullneck
Prevention
4. Trakeostomi → u/ obstruksi
- Program imunisasi nasional
lating
5. Pengobatan kontak/karier - penemuan dan
penatalaksanaan dini kasus
difter
- Penyelidikan epidem

Pada pasien : BHP


Non-farmako - Edukasi penyakit
a. Hospitalisasi  Untuk - Menganjurkan untuk vaksin
pengobatan dan observasi - Semua kasus dirujuk ke
optimal, mempercepat rumah sakit u/ di rawat
kesembuhan, dan mencegah diruang isolasi
komplikasi - Follow up  Setelah pulang,
b. Isolasi 48 jam setelah pasien tetap dipantau oleh
pemberian antibiotik Dinas Kesehatan setempat
c. Monitoring opening airway  sampai mengetahui hasil
Mencegah obstruksi airway kultur terakhir negatif.
Famako : IIMC
a. Anti Diphtheria Serum (ADS) Perintah menjaga kesehatan
80.000 IU  IV "Dan infakkanlah (hartamu) di jalan
b. penicillin i.m. Allah, dan janganlah kamu jatuhkan
- indikasi : gram +- (diri sendiri) ke dalam kebinasaan
infection, respi track inf dengan tangan sendiri, dan
- MOA : hambat berbuatbaiklah. Sungguh, Allah
peptidoglikan sel bakteri menyukai orang-orang yang berbuat
- Dosis : baik.” (Q.S Al-Baqarah ayat 195)
Dewasa :1-2 g/day  Pemberian Vaksin atau
Anak : 30-50mg/kg/day imunisasi
Alternatif: Eritromisin Oral/Injeksi
40 mg/KgBB/hari (maks 2 g/hari)
interval 6 jam selama 14 hari)
c. Anggota keluarga lainnya di
tracing untuk screening difteri
dengan oropharyngeal swab
dan prophylaxis
d. Vaksinasi 4 minggu setelah
keluar dari rumah sakit

Komplikasi :
- Myocarditis

Anda mungkin juga menyukai