○ Ileus paralitik.
2. Komplikasi Ekstraintestinal (Tiap Organ)
○ Hepatobilier: Ikterus ringan, hepatitis,
kolesistitis.
○ Kardiovaskular: Gagal sirkulasi perifer,
hipotensi, miokarditis, endokarditis,
tromboflebitis.
○ Paru: Batuk, bronkitis ringan, pneumonia,
empyema.
○ Ginjal: Glomerulonefritis, pielonefritis,
perinefritis.
○ Muskuloskeletal: Osteomielitis, periostitis,
arthritis.
○ Darah: DIC, anemia hemolitik,
trombositopenia.
○ Neuron: Penurunan kesadaran akut (ditandai
dengan disorientasi, delirium, gelisah),
kejang, kedutan wajah, tanda rangsang
meningen pada pasien dengan komplikasi
meningitis.
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
M2B22 | Arhtropoda Borne Disease 5) Pupa hidup di air dan menjadi matur, lalu
PRASYARAT menjadi nyamuk terbang dalam 2-3 hari
Siklus Hidup MOSQUITO *penutor sesuai modul
1. Anopheles 1. Vektor penyakit chikungunya
Tahap-tahap : 2. Kemampuan terbang 1-2 km dari tempat
1) Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas perkembangbiakannya
permukaan air NYAMUK PENYEBAB ‘MOSQUITO
2) Telur dapat menetas dalam 2-3 hari BORNE DISEASE’
3) Telur menetas menjadi larva
4) Larva hidup di air, dan berubah menjadi
pupa dalam 4-10 hari
5) Pupa hidup di air dan menjadi matur, lalu
menjadi nyamuk terbang dalam 2-3 hari
*penutor sesuai modul
1. vektor (malaria)
2. terbang 350-550 m dari tempat
perkembangbiakkan
3. aktif sore
4. fogging 1 km
2. Aedes
Tahap-tahap :
1) Nyamuk betina meletakkan telur sebanyak
100-120 di atas air sebanyak 5 kali dalam
hidupnya
2) Telur berahan hidup sampai 6 bulan
3) Tiap telur dapat menetas kurang lebih dalam
24 jam
4) Telur menetas menjadi larva
5) Larva berubah menjadi pupa dalam 6 hari
6) Pupa berubah menjadi nyamuk dewasa
dalam 2 hari
*penutor sesuai modul
1. Vektor penyakit DHF
2. Kemampuan terbang 40-100 m dari
tempat perkembangbiakannya
3. Aktif saat pagi → sering mengenai anak
sekolah
4. Jadi kalau fogging diameternya 200 m ,
harus pagi-pagi
3. Culex
Tahap-tahap:
1) Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas
permukaan air
2) Telur dapat menetas dalam 48 jam
3) Telur menetas menjadi larva
4) Larva hidup di air, dan berubah menjadi
pupa dalam 5 hari
Faktor Risiko
● Tinggal di daerah endemis padat
penduduk
● berkunjung ke daerah endemis
● Daerah lembab (28-32 C)
● Sekitar rumah banyak genangan air
● Sanitasi lingkungan kurang baik:
timbunan sampah, barang bekas,
genangan air, adanya jentik nyamuk
Aedes aegypti pada genangan air di
tempat tinggal
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi lengkap
Patofisiologi (2018,diminta sebutkan) ht & ht meningkat hari ke-3, leukopenia ringan
teori virulensi virus, teori imunopatologi, teori - leukositosis sedang, trombositopenia,
antibody antigen, teori mediator, teori
granulosit menurun hari ke 3-8, limfositosis
infectious enchanching antibody, teori
trombosit endotel relatif, SADT (limfosit atipik/sitoplasma biru)
Pemeriksaan untuk Diagnosis → Serologi
Gejala Klinis Demam Dengue (NS-1, IgG, IgM Dengue), isolasi virus dengue
Demam akut 2—7 hari, ditandai 2 atau lebih & NAAT, cek malaria, tifoid dl
dari manifestasi berikut:
Komplikasi
● Dengue shock syndrome (tersering)
● Miokarditis
● Kejang, enselopati, dan ensefalitis
viral
● Hepatic injury
Pasien dapat dipulangkan apabila: ● Depresi
● Tidak demam selama 48 jam tanpa ● Pneumonia
antipiretik ● Iritis
● Nafsu makan membaik ● Orchitis
● Secara klinis tampak perbaikan ● Oophoritis
● Hematokrit stabil tanpa pemberian cairan ● Coagulopathy
● Tiga hari setelah syok terapi ● DIC
● Jumlah trombosit > 50.000/μL
● Tidak dijumpai distres pernafasan Prognosis
(disebabkan oleh efusi pleura atau Quo ad vitam : ad bonam
asidosis) Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X ● Prognosis DBD tergantung pada
penanganan kebocoran plasma
Faktor Risiko
a. Riwayat malaria sebelumnya
b. Tinggal di daerah yang endemis malaria
c. Pernah berkunjung 1—4 minggu di daerah
endemis malaria
d. Riwayat mendapat transfusi darah
MALARIA SKDI 4A
1. faktor nutrisi → malnutrisi → imun turun →
Definisi (Permenkes No. 5 Tahun 2014)
malaria berat
Infeksi akut maupun kronik yang disebabkan
2. faktor lingkungan
oleh parasit Plasmodium yang menyerang
iklim tropis (20-30C),kelembaban >
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
60%,musim hujan (breeding site & lembab
bentuk aseksual dalam darah dengan gejala
meningkat), hujan deras (larva & pupa kurang
demam, menggigil, anemia, dan pembesaran
karena aliran air)
limpa
3. tidak semua eritrosit mudah terinfeksi
hbS, hbf, duffy (-), def.glucose 6 fosfat
Etiologi
dehidrogenase
Famili : Plasmodiidae
Ordo : Elcocidiorda
Klasifikasi
Kelas : Sporozoasida
Filum : Apicomplexa
Spesies :
1. Plasmodium vivax → byk di indo
Pemeriksaan Penunjang
a. Gold standard : Apus Darah Tepi TEBAL –
mendeteksi parasit; TIPIS → Morfologi
spesies dan stadium, serta menghitung
Patofisiologi kepadatan parasit
1) Demam disebabkan pyrogen endogen b. Uji Diagnostik Cepat deteksi antigen
(TNF-α dan IL-1) dan pelepasan parasit dengan mekanisme
sitokin berbeda-beda sesuai proses skizogonu imunokromatografi dari sampel darah finger
dari tiap plasmodium pick
menyebabkan pola demam berbeda c. Pemeriksaan darah anemia,
2) Anemia Lisis dari eritrosit trombositopenia ringan, hipoglikemmia,
3) Rosetting Erythrocyte Porphyrin (EP) hiperlaktemia
matur dikerubungi 10 atau lebih d. Analisis Gas Darah asidosis metabolic
eritrosit yang tidak mengandung parasite pada malaria berat
menyebabkan obstruksi aliran darah e. Fungsi Hati bilirubin indirek dan
lokal aminotransferase meningkat pada malaria
4) sitoadherens → berinteraksi dengan VIR f. Urinalisis hemoglobinuria, proteinuria dari
berikatan dengan ICAM-1 & CSA di endoterl hemolisis masif, dan proses
→ malaria otak & sindrom stress respirasi tubular nekrosis akut pada malaria berat
5) rosette → eritrosit yang terinfeksi parasit
menempel pada eritrosit non infeksi → Penatalaksanaan
obstruksi mikrosirkulasi Non-farko:
1. konseling & edukasi :
Gejala Klinis a. jika berat sampaikan
prognosis pasien ke keluarga,
obati sampai sembuh
Pencegahan
Prinsip pencegahan malaria
● Awareness → kewaspadaan terhadap
risiko malaria
● Bites prevention → mencegah gigitan
nyamuk (insektisida, menghindari
aktivitas di luar rumah pada malam
hari)
● Chemoprophylaxis → pemberian obat
profilaksis
● Diagnosis dan pengobatan
M3B22 | ZOONOSIS
PRASYARAT LEPTOSPIROSIS SKDI 4A
Zoonosis Definisi
Zoonosis adalah penyakit infeksi yang dapat Leptospirosis adalah penyakit infeksi pada
ditransmisikan dari hewan ke manusia maupun manusia yang disebabkan karena bakteri
sebaliknya. Leptospira interrogans dan memiliki
manifestasi klinis yang luas & non spesifik
Klasifikasi Zoonosis:
Etiologi
A. Berdasarkan etiologi: Leptospira interogans
- Bakteri: Anthrax, Leptospirosis, ● Sifat: menyerupai gram positif dan
Brucellosis, listeriosis, salmonellosis negatif (tidak terwarna GV)
- Virus: Avian Flu, Rabies, Japanese ● Bentuk: spiral, berpilin dan memiliki
Encephalitis kail pada ujungnya
- Jamur: ringworm ● Motil: karena memiliki endoflagella
- Parasit: Taeniasis, Toxoplasmosis, scabies ● Ukuran: 0,1-0,15 x 6-20 mikrometer
● Faktor virulensi:
B. Berdasarkan cara penularan: - Lipopolisakarida
- Direct-/Ortho-zoonosis: - Hemolisin dan Lipase
Penularan melalui kontak - Adhesin
langsung, hanya memerlukan 1 - Sfingomyelinase
host (vertebrata) - Fibrinolisin/Plasmin
🡪 cth: Rabies, trichinosis, ● Transmisi:
brucellosis - Direct: kontak langsung dengan hewan
- Cyclozoonosis: yang terinfeksi
Membutuhkan >1 host - Indirect: kontak dengan
(vertebrata) lingkungan/makanan yang terkontaminasi
🡪 cth: Taeniasis, hidatid urin hewan yang terinfeksi
- Phero-/Meta-zoonosis:
Membutuhkan >1 host (vertebrata Faktor Risiko
dan invertebrata) ● Pekerjaan, cth: petani, tukang kebun,
🡪 cth: fasioliosis pembersih selokan, personal militer, dll.
- Saprozoonosis: ● Aktivitas yang kontak dengan air, cth: ke
Membutuhkan > 1 host tempat rekreasi air, berenang, dll.
(vertebrata dan lingkungan) ● Tinggal di daerah rawan banjir ataupun
🡪 cth: kurva larva migran dekat perairan, cth: sungai, laut, dll.
● Memiliki luka pada kulit
C. Berdasarkan reservoir / arah penularan:
- Anthropozoonosis: Penularan dari hewan Epidemiologi
ke manusia : tularemia, leptospirosis, ● >> di negara berkembang dan beriklim
rabies, hidatiosis tropis
- Zooanthroponosis: Penularan dari ● ditemukan hampir seluruh dunia
manusia ke hewan : tuberculosis tipe ● ins tinggi di iklim tropis : asia tenggara &
humanus,, amoebiasis, dipteri amerika latin , jepang & eropa ins rendah
- Amphixenosis: Penularan dari manusia ● mortalitas 10% pada pasien leptospira
ke hewan dan sebaliknya : ● laki” > perempuan
streptococcocsis, staphylococcocsis ● 0.1 - 1/100.000 iklim sedang,
1-10/100.000 iklim tropis
Penatalaksanaan
● Nonfarmakologi
- Edukasi menjaga higenitas pribadi dan
lingkungan
- Observasi tanda-tanda terjadinya
Gejala Klinis komplikasi seperti hipotensi, ARDS,
● Anicteric / Mild leptospirosis perdarahan
- Demam, Cephalgia, Nausea, Vomitus - Rawat inap dan berikan cairan isotonis 2
- Myalgia terutama di betis atau bisa juga liter/24 jam
di punggung dan dada - Rujuk ke Sp.PD
- Conjunctiva suffusion - Diet lunak dan rendah protein (0,8
- Limfadenopati gr/kg/hari)
- Rash
- Meningismus ● Farmakologi
- Hepatosplenomegali o Mild:
● Icterohaemorrhagica / Severe 1. Doxixiclin 100 mg 2x1
leptospirosis / Weil’s disease selama 7 hari, atau
- Jaundice 🡪 sklera ikterik, urine lebih 2. Amoxicillin 500 mg 3x1
pekat, SGOT SGPT ↑ selama 7 hari
- Gagal ginjal akut 🡪 Ureum, Kreatinin ↑ o Severe:
- Perdarahan: Alveolar hemorrhage 🡪 1. Penicillin G 1,5 juta unit
hemoptisis, Ginjal 🡪 hematuria, Kulit 🡪 / 6 jam secara IV atau IM
ptekie, ekimosis selama 7 hari, atau
- Multi organ failure lainnya: carditis, 2. Ceftriaxone 2 g/hari
meningitis secara IV
Simptomatik
Pencegahan
1. Gunakan APD, cth: sepatu/alas kaki,
kacamata renang
2. Jangan melakukan aktivitas yang
kontak dengan air yang tercemar
(banjir)
3. Higienitas yang baik
4. Kemoprofilaksis:
- Doxixiclin 200 mg / minggu, atau
- Azitromisin 250 mg 1-2x / minggu
(Kemoprofilaksis di kemenkes masih
belum ada, di indo belum dipake tapi kalo
disuruh sebutin itu aja)
Komplikasi
● Gagal ginjal
● Gagal hepar
● DIC
● Meningitis
● ARDS
Prognosis
QAV: Ad bonam
QAF: Dubia ad bonam
QAS: Ad bonam
M4B22 | HIV/AIDS
PRASYARAT Virologi HIV
Sistem Imun Virus ssRNA famili retroviridae, golongan
→ mekanisme pertahanan tubuh terhadap retrovirus, genus lentivirus
benda asing (mikroorganisme) ● berenvelope dgn glikoprotein (gp41
Dibagi menjadi: dan gp120)
● Innate: Pertahanan awal → bersifat ● p24 nucleocapsid
non-spesifik ● memiliki enzim reverse
Terdiri dari: transcriptase, protease, integrase
○ Sel fagositosis → monosit, makrofag, ● Menginfeksi sel dengan CD4+ →
neutrofil dendritik, makrofag, dan limfosit
○ Sel-sel yang melepaskan mediator ● Terdiri dari 2 golongan besar:
inflamasi → basofil, sel mast, ○ Human t lymphotropic viruses
eosinofil (HTLV 1&2)
○ Sel NK yang mampu menghancurkan ○ Human immunodeficiency
sel → sitolisis viruses (HIV 1&2)
○ Protein → komplemen, sitokin, Transmisi: kontak seksual, parenteral, ibu ke
protein fase akut anak melalui asi ataupun plasenta, pertukaran
cairan tubuh (Darah, ASI, Cairan semen dan
● Adaptive: respon imun yang didapat vagina)
dan bersifat spesifik, bisa *Siklus hidup mirip dgn patogenesis
membedakan self dari non-self Protein struktural: protein C, M, E
antigen, dan memori.
Dibedakan menjadi:
○ Imunitas humoral → sel
limfosit B
○ Imunitas selular → sel
limfosit T
*terjadi di kelenjar limfe, limpa, dan
jar.limfoid mukosa
Imun Spesifik
Dibedakan menjadi:
● Primer: kelainan genetik
● Sekunder: didapat sesudah lahir (obat,
malnutrisi, faktor lingkungan :
HIV/AIDS, steroid)
● Fisiologik : Kehamilan, usia lanjut
Etiologi
Human immunodeficiency virus (HIV)
*Morfologi ada di prasyarat
● Menurut CDC
Faktor Risiko
● Pengguna jarum narkoba suntik dan
tato
● Melakukan hub seks tanpa kondom
● Laki-laki suka laki-laki
● PSK
● Ibu dari bayi dengan HIV/AIDS
○ Dikatakan AIDS kalau
● Transfusi darah/ transplantasi jaringan
CD4+nya <200/ml
yang tidak aman
○ Kategori klinis A bisa aja ada
● Salah satu pasangan positif HIV
tanda yang tidak spesifik, bisa
(pasangan serodiskordan)
ada limfadenopati
● Menderita IMS lain (sifilis, herpes,
○ Kategori klinis B gejala”nya
klamidia, gonore, bv)
udah di stadium 2 atau 3 kalau
Transmisi paling banyak dari perinatal (50-65)
di klasifikasi menurut WHO
Transmisi paling sedikit dari pranatal (ASI)
Patogenesis
Epidemiologi
Perjalanan penyakit secara Umum:
● Pertama kali ditemukan pada tahun
● Primer → Awal masuk sampai
1981
penyebaran ke jaringan limfoid sampai
● Di Indonesia pertama kali ditemukan
ke seluruh tubuh
di Bali pada 1987
● Sekunder → Virus HIV Laten sampai
● Pada tahun 2021, terdapat 38,4juta
AIDS
orang yang hidup dengan HIV
Infeksi primer pada mukosa → Virus dihantar
● Di Indonesia, paling banyak di usia
menuju KGB & limpa → infeksi jaringan
Muda 20-24 tahun
limfoid → viremia → sindrom HIV akut, →
● pria > wanita
Menyebar ke GALT → ke seluruh tubuh →
CD4+ menurun secara gradual dan rentan
terjadi INFEKSI OPORTUNISTIK
Gejala Klinis
● Sindroma HIV akut 3-6 minggu
Gejala non spesifik : demam, mual
muntah, BB turun, cephalgia, myalgia,
athralgia, lesi kulit dan mukosa,
faringitis, gejala neurologis,
limfadenopati, ruam
● Fase Laten penurunan gradual CD4+
sampai terjadi infeksi oportunistik
● Stadium simptomatik dapat
menginfeksi multi organ (Paru, GIT,
Jantung, hepar, mata, genital)
● gejala klinis mayor (BB menurun
10% dalam 1 bulan, diare kronis > 1
bulan, gejela enselophati HIV →
penurunan kesadaran, ggn neurologis,
Mekanisme penghancuran CD4+ : demensia) , gejala klinis minor (batuk
● Direct HIV sitopatik efek kronis > 1 bulan, dermatitis
generalisata, herpes zoster
● Respon imun pasien → oleh limfosit
multisegmental/berulang)
Tc, antibody-dependent cellular
cytotoxicity, sel NK
Pemeriksaan Penunjang
Patofisiologi
Panduan Nasional pemeriksaan laboratorium
● Febris : pyrogen endogen (IL1,
HIV menggunakan 3 strategi dengan metode
TNF-a) → stimulasi area preoptic
yang berbeda *Pahami alur dibawah
Penatalaksanaan
Tujuan:
mengurangi risiko penularan HIV,
menghambat perburukan infeksi oportunistik,
meningkatkan kualitas hidup penderita HIV,
dan menurunkan jumlah virus (viral load)
dalam darah
Non Farmakologi:
● Edukasi untuk pencegahan ABCDE
● Terapi kognitif perilaku
Farmakologi :
Pengobatan Pencegahan Kotrimoksazol (PPK)
● untuk mencegah Infeksi Oportunistik
→PCP, Toxoplasmosis, Salmonelosis
● Kultur virus ● untuk ODHA stad 2 3 4 atau CD4+
● PCR untuk deteksi materi genetik HIV <200
● Pemeriksaan konfirmasi metode ● Dihentikan bila CD4+ sudah >200
western blot, line immunoassay, ● Dosis tab 1x960mg
immunofluoresensi ● Untuk salmonelosis Terapi 2x960mg
● Pemeriksaan pada Bayi → deteksi
antigen p24 infeksi HIV Terapi Pencegahan TB (TPT) → kalo pasien
● Keberhasilan terapi dinilai dari viral belum ada gejala TB
load dan CD4 (flowcytometry) - 3HP → selama 3 bulan isoniazid +
rifapentine (900+900mg)
Pencegahan
● Abstinence → tidak melakukan
hubungan seks tidak aman
● Be faithful → setia hanya pada satu
pasangan
● Condom → menggunakan kondom
saat berhubungan seksual
● Drugs → tidak menggunakan narkoba
● Education → edukasi hal-hal terkait
HIV-AIDS
Komplikasi
● Tuberkulosis
● Sarkoma kaposi
Intinya 2 NRTI + 1 NNRTI / INSTI / PI (obat
● Infeksi CMV
pilihan)
● Kandidiasis
● Toksoplasmosis
● Limfoma
● Sindroma wasting
● Pneumocystis pneumonia
● Meningitis kriptokokus
● IRIS (immune reconstitution
inflammatory syndrome)
Prognosis
● Quo ad vitam: dubia ad bonam
● Quo ad functionam: dubia ad malam
● Quo ad sanationam: ad malam
DENGUE
LEPTOSPIROSIS
MALARIA VIVAX
1. imunologi dasar
2. definisi → HIV, AIDS, HIV (+)
3. gejala klinis → minor & mayor
4. limfadenitits TB → Pemeriksaan
penunjangnya apa? untuk bedain
limfadentitisnya
5. tidak boleh kasih OAT kalau cuman suspek
kecuali ada pemeriksaan penunjang
6. dolutegravir belum ada di indonesia, jadi obat
tambahan lain bisa sekalian buat profilaksis
TB → efavirenz
7. karena curiga limfadenitis TB → kasih
profilaksis isoniazid
8. dosis nystatin berapa? 4-6ml,4x1 → katanya
salah
9. paisen rawat inap atau rawat jalan?
10. patfis → kenapa diare