Anda di halaman 1dari 8

Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032

Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

KESESUAIAN PROSES REKONSTITUSI ANTIBIOTIK INJEKSI DI BANGSAL ANAK


RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

Mustika Anggrahini1), Truly Dian Anggraini2)


1
Mahasiswa D3 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional,
2
Dosen Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional
1,2
Jl. Raya Solo – Baki Kwarasan Grogol, Sukoharjo, Indonesia, Jawa Tengah
Email: 1mustikaanggrahini21@gmail.com, 2truly.dian.apt12@gmail.com

Abstrak

Proses rekonstitusi adalah proses pencampuran medium pelarut kedalam masa serbuk kering
hingga menghasilkan zat tersuspensi yang dilakukan secara aseptik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian proses rekonstitusi antibiotik injeksi serbuk kering di bangsal anak RSU
Assalam Gemolong. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan teknik sampling jenuh
dengan pengumpulan data pengamatan secara langsung menggunakan checklist selama satu bulan. Hasil
penelitian menunjukkan persentase kesesuaian proses rekonstitusi antibiotik injeksi berdasarkan SPO &
Panduan Pencampuran Obat RSU Assalam Gemolong yaitu pada kesesuaian perhitungan dosis,
pemilihan jenis pelarut dan penyimpanan setelah di rekonstitusi (100%), kesesuaian pada perhitungan
volume pelarut (62,63%), kesesuaian pada pembuatan label obat (76,77%), kesesuaian pada
pencampuran obat secara aseptis (58,58%), serta kesesuaian pada pembuangan semua bekas
pencampuran obat (88,89%). Sedangkan berdasarkan Pediatric Injectable Drug 10th edition &
Handbook on Injectable Drugs 17th edition diperoleh hasil penelitian yaitu kesesuaian pada perhitungan
dosis (90,91%), kesesuaian pada pemilihan jenis pelarut dan pada penyimpanan setelah direkonstitusi
(100%), serta kesesuaian pada perhitungan volume pelarut (58,59%). Maka persentase kesesuaian
proses rekonstitusi antibiotik injeksi berdasarkan SPO & Panduan Pencampuran Obat RSU Assalam
Gemolong yaitu 83,84% dari 7 aspek pengamatan, Sedangkan berdasarkan Pediatric Injectable Drug
10th edition & Handbook on Injectable Drugs 17th edition yaitu 87,37% dari 4 aspek pengamatan.

Kata kunci: Rekonstitusi antibiotik, kesesuaian, SPO dan Panduan Pencampuran Obat

PENDAHULUAN pemberiannya yang diperkirakan sekitar 34 -


Proses rekonstitusi adalah proses 48% yang dilakukan di Jerman dan Inggris
pencampuran medium pelarut atau pembawa (Melviya dan Dina, 2018). Dari penelitian
kedalam masa serbuk kering hingga sebelumnya, didapatkan hasil sebesar 19,5%
menghasilkan zat tersuspensi atau terlarut. untuk inkompatibilitas pada pasien yang
Dalam penelitian (Intannia dkk., 2017) dirawat di Rumah Sakit Surakarta saat
diperoleh gambaran penggunaan antibiotik pada penggunaan obat intravena (Eka et al., 2018).
pasien anak dengan rute pemberian secara Resiko terjadinya ketidakstabilan obat,
parenteral yaitu 56,76%. Pada penelitian dan timbulnya risiko gangguan pada pembuluh
sebelumnya dijumpai prosedur rekonstitusi darah misalnya phlebitis dan emboli yang
antibiotik injeksi yang tidak tepat yaitu pada diakibatkan karena adanya kontaminan
jenis pelarut dan volume pelarut yang merupakan kendala lain dalam pencampuran
digunakan, teknik aseptis saat pencampuran, sediaan injeksi. Sehingga diperlukan teknik
sarana dan prasarana untuk pencampuran dan aseptic dispensing untuk mencegah adanya zat
penyimpanan sediaan setelah di lakukan berbahaya pada sediaan injeksi agar tidak
rekonstitusi (Lucida dkk., 2014). Kesalahan memberikan efek yang merugikan dan
pada perhitungan dosis, kesalahan pada berbahaya untuk pasien maupun tenaga
pembuatan label, penggunaan pelarut yang tidak kesehatan yang bertugas (Achmad, 2017). Dari
tepat, dan berbagai inkompatibilitas saat hasil kajian Resiko Infeksi HAls Rumah Sakit
pencampuran obat yang satu dengan yang lain Umum Assalam Gemolong diperoleh angka
merupakan kesalahan pencampuran yang phlebitis pada tahun 2019 sebesar 4,44 %. Pada
terletak pada proses penyiapan dan Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong

19
Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032
Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

pencampuran sediaan steril untuk pasien anak Analisis data


dilakukan oleh perawat di bangsal anak, dimana Data disajikan dalam bentuk tabel.
belum tersedia ruangan steril ataupun peralatan Dalam perhitungan kesesuaian proses
penunjang untuk melakukaan pencampuran rekonstitusi antibiotik injeksi menggunakan 2
seperti LAF. Peracikan harus memperhatikan rujukan pembanding untuk menilai aspek
aspek stabilitas dan aspek kompabilitas. Faktor pengamatan yaitu SPO & Panduan
yang dapat mempengaruhi angka kejadian Pencampuran Obat RSU Assalam dan
phlebitis yaitu cara pencampuran obat yang kolaborasi antara Pediatric Injectable Drug 10th
tidak baik atau tidak sesuai SPO. Hal ini dapat edition & Handbook of Injectable Drug 17th
dikarenakan adanya kontaminasi bakteri saat edition. Berdasarkan SPO & Panduan
pencampuran obat. Faktor pemicu terhadap Pencampuran Obat RSU Assalam Gemolong
phlebitis yang lain yaitu partikel kecil yang digunakan untuk mengamati 7 aspek
terbentuk karena tidak larut dengan pengamatan yaitu pada perhitungan kesesuaian
sempurnanya partikel obat selama dilakukan dosis, pemilihan jenis pelarut, pengambilan
pencampuran (Darmawan, 2008). volume pelarut yang digunakan, pembuatan
Oleh karena itu, penelitian ini perlu dan label obat, melakukan pencampuran secara
penting dilakukan untuk mengetahui kesuaian aseptis, pembuangan semua bekas pencampuran
pada proses rekonstitusi antibiotik injeksi di obat dan penyimpanan setelah sedian injeksi
bangsal anak Rumah Sakit Umum Assalam direkonstitusi. Berdasarkan kolaborasi antara
Gemolong sehingga dapat meningkatkan Pediatric Injectable Drug 10th edition &
kualitas proses rekonstitusi antibiotik injeksi. Handbook of Injectable Drug 17th edition
Selain itu juga belum ada data atau penelitian digunakan untuk mengamati 4 aspek
tentang kesesuaian proses rekonstitusi antibiotik pengamatan yaitu pada perhitungan kesesuaian
injeksi di Rumah Sakit Umum Assalam dosis, pemilihan jenis pelarut dan pengambilan
Gemolong Sragen. volume pelarut yang digunakan, serta
penyimpanan setelah di rekonstitusi. Hasil data
METODE PENELITIAN dihitung dalam bentuk persentase. Perhitungan
Jenis penelitian ini yaitu penelitian persentase kesesuaian proses rekonstitusi
deskriptif, yang dilakukan dengan pengamatan antibiotik injeksi yaitu dengan rumus:
secara langsung atau sering juga disebut metode 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐ℎ𝑒𝑘𝑙𝑖𝑠𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖
%= × 100
observasi. Penelitian dilakukan dengan teknik 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑐ℎ𝑒𝑘𝑙𝑖𝑠𝑡

sampling jenuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Instrumen Penelitian ini melibatkan 99 tindakan
Lembar checklist sesuai Standar rekonstitusi antibiotik injeksi yang dilakukan di
Prosedur Operasional Pencampuran Obat RSU bangsal anak RSU Assalam Gemolong.
Assalam Gemolong Sragen, Panduan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Pencampuran Obat RSU Assalam Gemolong Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Sragen serta acuan standar Pediatric Injectable Tentang Standar pelayanan Kefarmasian di
Drug 10th edition dan Handbook on Injectable Rumah Sakit, pelayanan farmasi klinik
Drugs 17th edition. dispensing sediaan steril seharusnya dilakukan
di instalasi farmasi dengan teknik aseptik untuk
Populasi menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
Seluruh injeksi antibiotik serbuk kering melindungi petugas dari paparan zat yang
yang dilakukan rekonstitusi di bangsal anak berbahaya serta menghindari terjadinya
Rumah Sakit Umum Assalam Gemolong selama medication error. Menurut (Depkes, 2009)
satu bulan pada bulan Desember 2021 hingga dispensing sediaan steril dilakukan secara
Januari 2022 yang berjumlah 99 tindakan aseptis oleh Apoteker atau Tenaga Teknik
rekonstitusi. Kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan.
Namun berdasarkan observasi yang dilakukan di
Sampel RSU Assalam Gemolong proses persiapan
Seluruh populasi injeksi antibiotik hingga pencampuran antibiotik injeksi untuk
serbuk kering yang dilakukan rekonstitusi yaitu pasien anak dilakukan di bangsal oleh perawat
99 tindakan rekonstitusi. yang sudah mendapat pelimpahan wewenang

20
Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032
Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

secara delegatif dari apoteker. Wewenang tersebut khusus untuk pencampuran sediaan
pelaksanaan pelayanan farmasi klinik dispensing parenteral saja karena harus menjalankan
sediaan steril di RSU Assalam Gemolong prosedur secara steril, berdasarkan Pedoman
tertuang dalam Surat Keputusan Direktur RSU Dispensing Sediaan Steril (Depkes, 2009).
Assalam Gemolong Nomor: 123/SK.DIR/RSU Selain itu tidak boleh ada tempat cuci dan papan
Assalam/ X/2018 Tentang Pendelegasian tulis yang permanen, meja kerja tidak boleh
Wewenang Apoteker Kepada Perawat RSU dekat dengan pintu, serta pintu dan jendela harus
Assalam Gemolong. Hal ini dikarenakan selalu tertutup. Perawat di bangsal anak RSU
terbatasnya jumlah tenaga kefarmasian dan Assalam Gemolong belum melakukan
beban kerja apoteker yang tinggi di RSU pencampuran di LAF karena belum tersedianya
Assalam Gemolong sragen, sehingga dalam fasilitas tesebut. Proses pencampuran hanya
mengalokasikan apoteker pada setiap bangsal dilakukan di atas meja kerja yang mana
juga menjadi terbatas, khususnya untuk digunakan untuk mencampur semua sediaan
melakukan prosedur pencampuran dari baik sediaan parenteral ataupun non parenteral.
persiapan hingga pencampuran sediaan Tetapi petugas tetap merapikan dan
antibiotik injeksi. membersihkan meja kerja terlebih dahulu
Pencampuran sediaan injeksi yang dengan desinfectan sebelum melakukan
sesuai pedoman seharusnya dilakukan di LAF, pencampuran antibiotik injeksi.
akan tetapi dapat dilakukan dalam kondisi
khusus jika tidak tersedia LAF dengan 1. Kesesuaian Berdasarkan SPO dan
memperhatikan beberapa aspek meliputi ruang Panduan Pencampuran Obat RSU
pencampuran harus bersih, terpisah dan ruangan Assalam Gemolong Sragen

Tabel 1. Persentase Kesesuaian Dosis Berdasarkan SPO dan Panduan Pencampuran Obat RSU
Assalam Gemolong Sragen
Jumlah Rekonstitusi Persentase (%)
No Aspek Pengamatan Tidak Tidak
Sesuai Sesuai
sesuai sesuai
1. Menghitung kesesuaian 99 0 100 % 0%
dosis
2. Memilih jenis pelarut 99 0 100 % 0%
yang sesuai
3. Menghitung volume 62 37 62,63 % 37,37 %
pelarut yang digunakan
4. Membuat label obat 76 23 76,77 % 23,23 %
5. Melakukan pencampuran 58 41 58,59 % 41,41 %
secara aseptis
6. Membuang semua bekas 88 11 88,89 % 11,11 %
pencampuran obat dalam
wadah pembungkus
khusus
7. Penyimpanan setelah di 99 0 100 % 0%
rekonstitusi
Rata-Rata 83,84% 16,16 %

a. Menghitung Kesesuaian dosis dan ceftriaxon. Berdasarkan panduan


Hasil kesesuaian dosis yang RS/leaflet untuk dosis lazim cefotaxim
diperoleh berdasarkan Panduan pada anak umur 1 bulan – 12 tahun yaitu
Pencampuran Obat RSU Assalam 50 – 80 mg/ kgBB sehari dalam dosis
Gemolong Sragen adalah 99 tindakan terbagi 4-6 kali. Sedangkan pada
rekonstitusi yakni 100%. Jenis antibiotik ceftriaxon 20 – 80 mg/ kgBB/hr,
yang ditemui pada saat pengamatan dianjurkan pemberian 1x sehari. Dosis
proses rekonstitusi injeksi yaitu cefotaxim yang diresepkan dokter dalam 99 tindakan

21
Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032
Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

rekonstitusi sudah sesuai dengan dosis rekonstitusi berbeda-beda meskipun jenis


lazim pada Panduan Pencampuran Obat antibiotiknya sama tetapi berbeda brand.
RSU Assalam Gemolong. Karena spesifikasi obat yang mempunyai
kandungan yang sama jika dibuat oleh
b. Memilih jenis pelarut yang sesuai pabrik yang berbeda maka belum tentu
Hasil data penelitian proses sama juga, karena kemungkinan besar
rekonstitusi dilakukan dengan pelarut juga mempunyai spesifikasi yang berbeda
yang sesuai dengan Panduan (Septi, 2017). Dan anggapan petugas
Pencampuran Obat RSU Assalam dalam merekonstitusi bisa menggunakan
Gemolong yaitu sebesar 100%. Dalam 99 pelarut dengan volume berapapun yang
tindakan pencampuran semuanya di terpenting untuk perhitungan dosis yang
rekonstitusi dengan Aqua Pro Injection/ diambil setelah direkonstitusi sesuai
SWFI yang berarti sudah sesuai dengan dengan dosis yang di resepkan oleh
Panduan Pencampuran Obat RSU dokter. Selain itu kurang adanya
Assalam Gemolong, dimana dalam sosialisasi terkait panduan pencampuran
melarutkan injeksi cefotaxim dan obat terhadap petugas yang melakukan
ceftriaxon dapat menggunakan Aqua Pro rekonstitusi antibiotik injeksi.
Injection. Apabila dalam rekonstitusi injeksi
antibiotik menggunakan volume pelarut
c. Menghitung volume pelarut yang yang tidak sesuai maka dapat
digunakan mempengaruhi kelarutan dan stabilitas
Menurut panduan pencampuran obat (Lukas, 2011). Meskipun demikian
obat RSU Assalam berapapun dosis yang berdasarkan hasil observasi, untuk
diambil dengan jenis antibiotik yang sama menentukan volume yang diambil setelah
maka volume pelarut yang digunakan juga antibiotik injeksi direkonstitusi dilakukan
sama. Berdasarkan panduan dalam perhitungan oleh perawat agar dosis obat
merekonstitusi cefotaxim injeksi dan tepat sesuai dengan resep dokter.
efotax injeksi yaitu dengan pelarut Aqua
pro injeksi/ SWFI sebanyak 4 ml, untuk d. Membuat label obat
goforan injeksi direkonstitusi dengan Obat yang tidak segera diberikan
pelarut sebanyak 10 ml. Serta untuk kepada pasaien setelah selasai penyiapan
penyuntikan intravena ceftriaxon injeksi merupakan obat yang mempunyai resiko
dilarutkan dalam 10 ml Aqua pro injeksi. tinggi mengalami medication error dan
Berdasarkan data hasil penelitian apabila dalam memberi pelabelan tidak
sebanyak 62 tindakan rekonstitusi volume jelas maka resiko yang terjadi pun akan
pelarut yang digunakan untuk meningkat (Strbova., et al 2015). Hasil
merekonstitusi sesuai dengan Pedoman data penelitian kesesuaian proses
Pencampuran Injeksi di RSU Assalam rekonstitusi pada pembuatan label obat
Gemolong Sragen yakni dengan diperoleh 76 tindakan rekonstitusi yang
persentase sebesar 62,63%. Sedangkan 37 sesuai berdasarkan Panduan Pencampuran
tindakan pencampuran volume pelarut Obat RSU Assalam Gemolong yaitu
yang digunakan tidak sesuai. Dalam dengan persentase 76,77%. Ketentuan
proses rekonstitusi masih ditemui dalam label obat injeksi dalam Panduan
melarutkan cefotaxim dan efotax Pencampuran Obat RSU Assalam
menggunakan pelarut SWFI dengan Gemolong antara lain memuat nama
volume 5 ml dan 10 ml yang artinya tidak pasien, no RM, ruang, nama obat, dosis
sesuai dengan ketentuan volume pelarut obat, rute pemberian obat, tanggal/waktu
yang digunakan. Dan untuk beberapa penyiapan dan kadaluarsa atau BUD serta
ceftriaxon juga belum sesuai ketentuan kondisi penyimpanan. Dalam pengamatan
karena dilarutkan dengan volume 5 ml. proses rekonstitusi dijumpai 23 tindakan
Pengambilan volume pelarut hanya rekonstitusi yang tidak sesuai yakni
berdasarkan pengalaman/ kebiasaan dan perawat tidak mengisi lengkap ketentuan
kurangnya pengetahuan akan ketentuan dalam pelabelan yakni terkait informasi
volume pelarut yang digunakan untuk tanggal & waktu penyiapan dan

22
Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032
Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

kadaluarsa/ BUD serta kondisi mengancam keselamatan pasien karena


penyimpanan sediaan. BUD atau Beyond besar kemungkinan kontaminasi akan
Use Date adalah batas waktu atau tanggal terjadi (Permenkes RI, 2016).
untuk produk steril dimana kondisi masih Berdasarkan data hasil penelitian
stabil setelah dibuka dari kemasan yang kesesuaian dalam melakukan
dapat didistribusikan kepada pasien pencampuran secara aseptis yaitu sebesar
(Herawati, 2012). 58,59% berdasarkan Pedoman
Sedian injeksi yang tidak di Pencampuran Injeksi di RSU Assalam
cantumkan keterangan BUD pada label Gemolong Sragen. Masih diperoleh 41
sediaan dapat menyebabkan kelalaian tindakan pencampuran yang dilakukan
petugas akan sediaan tersebut apakah tidak sesuai prosedur yakni pencampuran
masih stabil atau tidak jika ingin di tidak secara aseptis, sehingga dapat
berikan kepada pasien. Informasi penting menyebabkan terjadinya kontaminasi dan
yang ditulis pada label obat salah satunya membahayakan kondisi pasien serta
mengenai kondisi penyimpanan sediaan menyebabkan medication error lainnya.
injeksi yang telah dilakukan Dalam pencampuran dijumpai
pencampuran. Hal ini dapat mengingatkan tindakan rekonstitusi yang tidak menyeka
petugas untuk menyimpan sediaan sesuai dengan alkohol 70% semua peralatan dan
stabilitasnya seperti memasukkan sediaan wadah obat sebelum digunakan. Masih
dalam lemari pendingin dan melindungi rendahnya kemampuan, pengetahuan
sediaan dari cahaya apabila diperlukan. perawat dan beban kerja yang cukup
Sediaan injeksi yang pada label tidak tinggi dalam melakukan pencampuran
disertai keterangan penyimpanannya juga injeksi merupakan faktor penyebab
dapat menyebabkan terjadinya kelalaian perawat tidak menjalankan prosedur
petugas bahkan tidak diketahuinya pencampuran antibiotik injeksi secara
kondisi penyimpanan yang baik dan tepat aseptis. Karena belum semua perawat
untuk menjaga stabilitas sediaan tersebut. mendapatkan pelatihan untuk melakukan
Salah satu faktor penting yang dapat pencampuran obat suntik. SDM harus
menjaga stabilitas obat (rekonstitusi mendapatkan pelatihan secara berkala
antibiotik injeksi) adalah kondisi untuk meningkatkan pengetahuan dan
penyimpanan (Farrugia, 2015). Menurut menjamin mutu pelayanan. Pelatihan
(Strbova., et al 2015) pelabelan obat yang dapat dilaksanakan oleh IFRS atau
tidak lengkap merupakan salah satu faktor pelatihan-pelatihan dari instansi terkait.
penyebab terjadinya medication error, IFRS juga harus membuat tim jaminan
sehingga dapat menjadi perhatian petugas mutu produk dan pencampuran sediaan
agar tidak terjadi kesalahan saat parenteral agar mutu terjamin dan
pemberian obat kepada pasien yang dapat meminimalisir terjadinya kesalahan
merugikan dan membahayakan (Nurita dkk, 2017).
keselamatan pasien, serta tidak akan
tercapainya efek terapi secara maksimal. f. Membuang semua bekas pencampuran
obat dalam wadah pembungkus khusus
e. Melakukan pencampuran secara aseptis Berdasarkan data hasil penelitian
Melakukan teknik aseptis adalah diperoleh persentase kesesuaian dalam
prosedur penting dalam pencampuran membuang bekas pencampuran obat
injeksi antibiotik. Prosedur yang harus dalam wadah pembungkus khusus yaitu
dilakukan dalam teknik aseptis yaitu sebesar 88,89% berdasarkan Pedoman
antara lain sebelum melakukan Pencampuran Injeksi di RSU Assalam
rekonstitusi petugas harus mencuci tangan Gemolong. Sebanyak 11 tindakan
atau desinfeksi tangan terlebih dahulu, rekonstitusi yang tidak sesuai dalam
kemudian menggunakan APD lengkap membuang semua bekas pencampuran
untuk mencegah terjadinya kontaminasi obat, seperti spuit yang telah digunakan
silang antara petugas dengan sediaan yang untuk rekonstitusi seharusnya dibuang
di rekonstitusi. Apabila pencampuran pada safety box tetapi dibuang di tempat
dilakukan tidak secara aseptis maka dapat sampah infeksius umum yaitu pada

23
Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032
Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

tempat sampah yang dilapisi kantong Meningkatnya suhu dapat mempercepat


plastik berwarna kuning. Menurut terjadinya perubahan tersebut, sedangkan
Kepmenkes No. 1204/ Menkes/ SK/ kontaminasi mikroorganisme dapat
X/2004 untuk tempat sampah medis menyebabkan penularan penyakit infeksi.
benda tajam seperti jarum suntik, spuit Dengan tidak terdapatnya pengawet pada
masuk kedalam safety box. produk steril maka memungkinkan untuk
terkontaminasi oleh bakteri, sehingga
g. Penyimpanan setelah direkonstitusi menjadi kontribusi dalam penularan
Kualitas dan keamanan sediaan penyakit infeksi.
farmasi harus tetap terjamin pada saat Berdasarkan hasil penelitian pada
penyimpanan dan harus sesuai dengan 99 tindakan rekonstitusi diperoleh
persyaratan kefarmasian yaitu meliputi persentase kesesuaian dalam
persyaratan stabilitas dan keamanan, penyimpanan berdasarkan Panduan
cahaya, kelembapan, sanitasi, ventilasi Pencampuran Obat RS sebesar 100%.
dan penggolongan jenis sediaan farmasi. Penyimpanan antibiotik yang telah
Produk steril dapat terpapar dengan dilakukan rekonstitusi yaitu disimpan di
lingkungan dan terjadi perubahan fisika lemari pendingin dengan dijaga suhunya
kimia setelah produk tersebut dibuka dari pada ± 4˚C.
segelnya. Penyebab perubahan fisika dan
kimia serta kontaminasi mikroorganisme 2. Kesesuaian Berdasarkan Pediatric
th
yaitu karena faktor udara, uap air dan Injectable Drug 10 edition dan Handbook
mikroorganisme yang masuk. on Injectable Drugs 17th edition

Tabel 2. Persentase Kesesuaian Berdasarkan Pediatric Injectable Drug 10th edition dan Handbook
on Injectable Drugs 17th
Jumlah
Persentase (%)
Rekonstitusi
No Aspek Pengamatan
Tidak Tidak
Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai
1. Menghitung kesesuaian dosis 90 9 90,91 % 9,09%
2. Memilih jenis pelarut yang 99 0 100 % 0%
sesuai
3. Menghitung volume pelarut 58 41 58,59 % 41,41%
yang digunakan
4. Penyimpanan setelah di 99 0 100 % 0%
rekonstitusi
Rata-Rata 87,37 % 12,63 %

a. Menghitung kesesuaian dosis berat badan 24 kg yaitu 1800-2400 mg


Berdasarkan data hasil kesesuaian dalam dosis terbagi 3-4 kali, yang artinya
yang diperoleh berdasarkan Pediatric dosis untuk 1x injeksi yaitu 450-800 mg
Injectable Drug 10th edition adalah dan dosis 1 hari yaitu 1800-2400 mg.
90,91%. Pada 99 tindakan rekonstitusi Sehingga untuk dosis 1x injeksi sesuai,
dijumpai 9 tindakan yang dosisnya tidak tetapi untuk dosis 1 hari tidak sesuai
sesuai. Ketidaksesuaian tersebut dikarenakan obat underdose.
dikarenakan obat underdose pada 5 Secara umum terdapat perbedaan
tindakan rekonstitusi dan obat overdose kondisi fisik, fungsi dan sifat antara anak
pada 4 tindakan rekonstitusi. Misalnya, dengan orang dewasa sehingga
dosis yang diresepkan dokter pada penggunaan antibiotik pada pasien anak
pemberian cefotaxim anak umur 9 tahun 1 perlu diperhatikan. Dimana fungsi
bulan dengan berat badan 24 kg adalah detoksifikasi pada orang dewasa sudah
500 mg tiap 8 jam. Maka dosis untuk 1x berperan dengan baik, sedangkan anak
injeksi yaitu 500 mg dan untuk 1 hari yaitu biasanya lebih sensitif terhadap efek
1500 mg. Sedangkan ketentuan dosis samping obat. Anak juga memiliki resiko
berdasarkan guidline pada anak dengan keracunan obat yang lebih tinggi

24
Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032
Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

dibandingkan orang dewasa. Resiko melarutkan jenis antibiotik cefotaxim


tersebut dapat meningkat jika dosis yang yaitu 4 ml dan 5 ml. Dan untuk cetriaxon
diterima tidak tepat. Oleh karena itu dilarutkan menggunakan pelarut dengan
perhitungan kesesuaian dosis pada proses volume 5 ml dan 10 ml. Untuk ketentuan
rekonstitusi antibiotik injeksi pada pasien volume pelarut cefotaxim pada guidline
anak sangat penting dilakukan terkait adalah 10 ml dan untuk ceftriaxon adalah
dosis dari tiap individu berbeda-beda 9,6 ml. sehingga tidak sesuai dengan
(Ong and Subasyini, 2013). Perhitungan guidline. Apabila dalam rekonstitusi
dosis pada pasien di bangsal anak dihitung injeksi antibiotik menggunakan volume
berdasarkan berat badan. Medication pelarut yang tidak sesuai maka dapat
error pada kesalahan dosis dapat dicegah mempengaruhi kelarutan dan stabilitas
yaitu dengan perhitungan dosis (Mansouri obat (Lukas, 2011).
et al, 2014).
d. Penyimpanan setelah direkonstitusi
b. Memilih jenis pelarut yang sesuai Berdasarkan hasil penelitian pada
Menurut (Lukas, 2011), stabilitas 99 tindakan rekonstitusi diperoleh
dan kelarutan obat dapat dipengaruhi oleh persentase kesesuaian dalam
pemilihan jenis pelarut dalam penyimpanan berdasarkan Handbook on
rekonstitusi. Sehingga pelarut yang Injectable Drugs 17th edition sebesar
digunakan harus dapat melarutkan sediaan 100%. Penyimpanan antibiotik injeksi
dengan baik dan tidak bereaksi dengan yang telah dilakukan rekonstitusi yaitu
komponen lain. Hasil data penelitian disimpan di lemari pendingin (2-8 ˚C).
proses rekonstitusi dilakukan dengan BUD dari sediaan dapat mempengaruhi
pelarut yang sesuai dengan Handbook on kondisi penyimpanan, karena
Injectable Drugs 17th edition yaitu sebesar berhubungan dengan stabilitas obat. BUD
100%. Dalam 99 tindakan pencampuran ditentukan berdasarkan tingkat
semuanya di rekonstitusi dengan Aqua kontaminasinya yaitu kontaminasi
Pro Injection / SWFI yang berarti sudah rendah, sedang dan tinggi (United States
sesuai dengan panduan. of Pharmacopedia Edisi 31). Namun
ketentuan tersebut merupakan penentuan
c. Menghitung volume pelarut yang BUD secara umum. Maka hanya
digunakan berdasarkan resiko kontaminasi mikroba
Kesalahan volume obat merupakan tidak dapat menjadi tolak ukur dalam
salah satu medication error yang terjadi penentuan BUD suatu sediaan. Handbook
karena volume pelarut yang tidak sesuai of Injectable Drug 17th edition merupakan
(Stratton et al., 2004). Menurut Handbook salah satu acuan yang disarankan untuk
on Injectable Drugs 17th berapapun dosis menentukan BUD dari sediaan, karena
yang diambil dengan jenis antibiotik yang mempertimbangkan stabilitas sediaan
sama maka volume pelarut yang tersebut dan juga kontaminasi mikroba.
digunakan juga sama. Berdasarkan
Handbook on Injectable Drugs 17th dalam KESIMPULAN DAN SARAN
melarutkan jenis antibiotik cefotaxim 1. Kesimpulan
menggunakan pelarut SWFI dengan Kesesuaian proses rekonstitusi
volume 10 ml dan untuk melarutkan antibiotik injeksi serbuk kering sebanyak 99
ceftriaxon menggunakan pelarut SWFI 9,8 tindakan pencampuran berdasarkan SPO dan
ml. Panduan Pencampuran Obat RSU Assalam
Hasil data penelitian diperoleh Gemolong Sragen yaitu 83,84% dari 7 aspek
kesesuaian sebesar 58,59 % yaitu pengamatan. Kesesuaian proses rekonstitusi
sejumlah 58 tindakan rekonstitusi yang antibiotik serbuk kering sebanyak 99 tindakan
menggunakan volume pelarut yang pencampuran berdasarkan Pediatric Injectable
sesuai. Sedangkan tindakan rekonstitusi Drug 10th edition dan Handbook on Injectable
yang tidak sesuai yaitu sejumlah 41 Drugs 17th edition yaitu 87,37% dari 4 aspek
tindakan. Dalam proses rekonstitusi masih pengamatan.
ditemui volume yang digunakan untuk

25
Jurnal FARMASINDO Politeknik Indonusa Surakarta P-ISSN : 2548-6667, E-ISSN : 2775-9032
Vol. 6 Nomor 1, Juni 2022

2. Saran Indonesia. Jurnal Manajemen dan dan


Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan Pelayanan Farmasi, 8(3), 128–135.
kembali untuk meneliti kesesuaian rekonstitusi
Ong W.M., Subassyini S. (2013). Medication
injeksi dari proses penyiapan, pencampuran,
Errors In Intravenous Drug Preparation
penyimpanan hingga pembuangan.
and Administration. Med J Malaysia: vol
68 no 1.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. (2017). Uji Kesesuaian Aseptic Purwaingsih, A. E. D. A., dan Cahyo, L. M.
Dipensing Berdasarkan Pedoman Dasar (2018). Studi Inkompatibilitas Parenteral
Dispensing Sediaan Steril Departemen dan Penggunaan Antibiotika Pada Pasien
Kesehatan di ICU dan NICU RSUD Dr. Rawat Inap Di Rumah Sakit Surakarta.
Saiful Anwar Malang. Pharmaceutical Jurnal Farmasi Indonesia, 15(2), 109–114.
Journal of Indonesia, 3(1), 33–38. Stratton, Karen M., Blegen, mary A., Pepper,
Darmawan. (2008). Penyebab dan Cara Ginette, Vaughn, Thomas. (2004).
Mengatasi Phlebitis, diakses dari Reporting og Medications Errors by
http://www.iyan@otsuka.com.id (1 Pediatric Nurses. Journal of Pediatric
Maret 2022) Nursing, vol 19 no 6.
Depkes RI. (2009). Pedoman Pencampuran Strbova P., Mackova S., Moksova Z., and
Obat Suntik Dan Penanganan Sediaan Urbanek K. (2015). Medication Errors In
Sitostatika. Direktorat Bina Farmasi Intravenous Drug Preparation and
Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Administration: A Brief Review, Nurs Care
Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2015, 4:5.
Departemen Kesehatan RI (pp. 1–35). Trissel, L. A. (2013). Handbook on Injectable
Herawati, Fauna. (2012). Beyond Use Date Drugs 17th Edition. In Journal of
Produk Steril. Buletin Rasional, vol 10 Pharmacy Technology. American Society
no 3, 22-24. of Health- System Pharmacists. Betheda:
Maryland. (Vol. 21, Issue 6).
Intannia, D., Fiqrianty, A., Rahmadarni, A., dan
Asti, R. (2017). Gambaran Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien Anak di Ruang
Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
Prosiding Seminar Nasional Dan
Presentasi Ilmiah Perkembangan Terapi
Obat Herbal Pada Penyakit Degeneratif,
vol 1 no 1(April), 1–12.
Lukas, S. (2011). Formulasi Steril. C.V Andi
Offset. Yogyakarta: p. 13-68.
Lucida, H., Armal, K., Harefa., Suardi, M.,
Pameswari, P., Yuneidi, M., Yufi, A. B.,
Alginda, L., dan Aprianda, L. B. (2014).
Kajian Kompatibilitas Sediaan
Rekonstitusi Parenteral dan Pencampuran
Sediaan Intravena Pada Tiga Rumah Sakit
Pemerintah di Sumatera Barat. Prosiding
Seminar Nasional Dan Workshop
“Perkembangan Ter Kini Sains Farmasi
Dan Kl Inik IV” Tahun 2014, 172–180.
Melviya., Putri, D. C. A., dan Yuliani, S. H.
(2018). Evaluasi Peracikan Sediaan Steril
untuk Pasien Pediatri Rawat Inap d i
Rumah Sakit “ X ” Kota Semarang,

26

Anda mungkin juga menyukai