Anda di halaman 1dari 6

Diterjemahkan dari bahasa Afrikans ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JURNAL FARMASI INDONESIA 2017. 3 (1): 33-38

JURNAL FARMASI INDONESIA


Tersedia online di http://.pji.ub.ac.id

Uji KesesuaianPengeluaran AseptikBerdasarkan Pedoman Dasar Dispensing


Sediaan Steril Departemen Kesehatan RI di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang

Fradita Nurita Ulfa, Anisyah Achmad*, Efta Triastuti


Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Indonesia

ARTIKEL INFORMASI ABSTRAK

Artikel sejarah: Pengeluaran aseptikadalah salah satu metode untuk meminimalisir sediaan farmasi dari bahaya pirogen dan
kontaminan. Metode ini meliputi tahap penyiapan, pencampuran, penyimpanan, dan pembuangan. setiap erat
Naskah penerimaan: erat dengan ketersediaan sumber daya manusia, peralatan, dan ruang. Sehingga diperlukan teknik yang benar
29 Maret 2017 dalam melakukan pencampuran sediaan parenteral. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kecocokan
Naskah penerimaan pengeluaran aseptikICU dan NICU RSUD DR. Saiful Anwar Malang berdasarkan Pedoman Dasar Dispensing
direvisi: 8 Desember Sediaan Steril Depkes RI Tahun 2009 dan faktor-faktor yang mendukung hal tersebut. Penelitian telah
2017 mendapatkan ijin etik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Penelitian ini menggunakan metode
Disetujui untuk pengumpulan data secara observasional deskriptif dengan lembardaftar periksadan angket yang kemudian
diterbitkan: 29 dianalisis secara kuantitatif. Analisis ketersediaan peralatan dan ruang dilakukan secara kualitatif. Diperoleh hasil
Desember 2017 penelitian bahwa dari 110 pencampuran, tahap penyiapan awal 87,77%, pencampuran 49,09%, penyimpanan
80%, dan pembuangan 98,18%. Faktor pengambilan data dalam databasepengeluaran aseptik adalah sumber
kata kunci: daya manusia. Hasil angket tingkat pengetahuan tentangpengeluaran aseptiksebanyak 60% responden sangat
Pengeluaran Aseptik, baik, 33% baik, 7% cukup. ketersediaan peralatan dan ruang belum sesuai dengan pedoman. Kesimpulan
ICU, NICU, penelitian adalahpengeluaran aseptikdalam campuran sediaan steril parenteral di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful
Pencampuran,
Anwar Malang belum sesuai dengan pedoman pada tahap pencampuran (<50%).
Sediaan Parenteral

Evaluasi Kesesuaian Aseptic Dispensing Berdasarkan Pedoman Dasar


Depkes RI tentang Dispensing Persiapan Steril di Unit ICU dan NICU RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang
Kata kunci: ABSTRAK
Pengeluaran aseptik,
Pengeluaran aseptik adalah metode untuk meminimalkan pirogen dan kontaminan sediaan farmasi. Metode ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengeluaran, tahap penyimpanan, dan tahap pembuangan. Setiap
Persiapan,
prosedur erat kaitannya dengan ketersediaan sumber daya manusia, peralatan, dan ruangan. Oleh karena itu teknik ini diperlukan untuk melakukan dispensing sediaan parenteral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
Parenteral
kesesuaian teknik aseptic dispensing di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tentang Pedoman Dasar Indonesia Dispensing Persiapan Steril (2009) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode pengumpulan data adalah

observasional deskriptif yang kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan lembar checklist, angket, dan ketersediaan alat. Sebagai hasil sekunder, penyajian ruang aseptik dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 110 proses penuangan 88,77% sesuai untuk pembuatan, 49,09% sesuai untuk proses pencampuran, sebaliknya 80% sesuai untuk proses penyimpanan, dan 98,18% untuk proses pembuangan. Data pendukung yang

mempengaruhi aseptic dispensing adalah sumber daya manusia dari kuesioner pengetahuan aseptic dispensing. Hasil kuesioner ini menunjukkan 60% tingkat pengetahuan luar biasa, 33% baik, dan 7% cukup. Ketersediaan peralatan dan

ruangan tidak lengkap. Penelitian ini menyimpulkan bahwa beberapa proses aseptic dispensing di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang kurang tepat mengenai pedoman dalam tahap dispensing (<50%). penyajian ruang aseptik

dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 110 proses penuangan 88,77% sesuai untuk pembuatan, 49,09% sesuai untuk proses pencampuran, sebaliknya 80% sesuai untuk proses penyimpanan, dan 98,18% untuk

proses pembuangan. Data pendukung yang mempengaruhi aseptic dispensing adalah sumber daya manusia dari kuesioner pengetahuan aseptic dispensing. Hasil kuesioner ini menunjukkan 60% tingkat pengetahuan luar biasa, 33% baik, dan

7% cukup. Ketersediaan peralatan dan ruangan tidak lengkap. Penelitian ini menyimpulkan bahwa beberapa proses aseptic dispensing di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang kurang tepat mengenai pedoman dalam tahap dispensing

(<50%). penyajian ruang aseptik dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 110 proses penuangan 88,77% sesuai untuk pembuatan, 49,09% sesuai untuk proses pencampuran, sebaliknya 80% sesuai untuk proses

penyimpanan, dan 98,18% untuk proses pembuangan. Data pendukung yang mempengaruhi aseptic dispensing adalah sumber daya manusia dari kuesioner pengetahuan aseptic dispensing. Hasil kuesioner ini menunjukkan 60% tingkat

pengetahuan luar biasa, 33% baik, dan 7% cukup. Ketersediaan peralatan dan ruangan tidak lengkap. Penelitian ini menyimpulkan bahwa beberapa proses aseptic dispensing di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang kurang tepat

mengenai pedoman dalam tahap dispensing (<50%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 110 proses penuangan 88,77% sesuai untuk pembuatan, 49,09% sesuai untuk proses pencampuran, sebaliknya 80% sesuai untuk proses

penyimpanan, dan 98,18% untuk proses pembuangan. Data pendukung yang mempengaruhi aseptic dispensing adalah sumber daya manusia dari kuesioner pengetahuan aseptic dispensing. Hasil kuesioner ini menunjukkan 60% tingkat

pengetahuan luar biasa, 33% baik, dan 7% cukup. Ketersediaan peralatan dan ruangan tidak lengkap. Penelitian ini menyimpulkan bahwa beberapa proses aseptic dispensing di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang kurang tepat mengenai pedoman dalam tahap di

* Penulis yang sesuai: Anisyah Achmad, Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Jalan Veteran Malang 65145, Telp: + 62-341-551611, Fax:
+ 62-341-565420. Email: r3600mc@yahoo.com
Ulfadkk: Uji KesesuaianPengeluaran Aseptik.................................. ………………………………………………………. ……………………………………… … 34

Unit Perawatan Intensif Neonatus(NICU) memerlukan perhatian


1. Pendahuluan khusus, karena pasien dengan keadaan kritis memiliki
Pelayanan kefarmasian menurut PP No.51 tahun pertahanan tubuh lebih kecil terhadap efek samping pemberian
2009 adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab obat dibandingkan dengan pasien lain.6
kepada pasien terkait dengan sediaan farmasi agar Risiko yang terlibat dalam pencampuran meningkat
mencapai hasil pasti untuk meningkatkan kualitas informasi yang tidak cukup mengai kompatibilitas obat dan
kehidupan pasien. Apoteker bertanggung jawab dalam pencampuran karenanya secara steril atau aseptis.7
keberlanjutan pemberian pengobatan yang diatur dengan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan
SPO (Standar Prosedur Operasional). pelaksanaan pengeluaran aseptikpada campuran sediaan
IFRS (Lembaga Farmasi) parenteral di ICU dan NICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
jawab terhadap sediaan obat dari pengadaan hingga Saiful Anwar Malang berdasarkan Buku Pedoman Dasar
distribusi ke pasien, ketepatan dosis, rute pemberian, dan Dispensing Sediaan Steril Departemen Kesehatan Republik
penjaminan mutu obat, terutama sediaanparenteral.1 Indonesia 2009.
Pencampuran sediaan parenteral merupakan pencampuran
obat yang menghasilkan produk baru dengan proses pelarutan metode
atau penambahan bahan lain yang dilakukan oleh apoteker Penelitian dilakukan secara observasional dengan
secara aseptis.2 analisa deskriptif kuantitatif dan pendekatanpenampang
Dispensing sediaan steril merupakan layanan melintang. Peneliti dilaksanakan di RSUD Dr. Saiful Anwar
kefarmasian yang dilaksanakan di rumah sakit. Malang bulan April-Mei 2015. Penelitian ini sudah
Permenkes No. 58 Pada 2014, metode pembayaran mendapatkan izin etik Fakultas Kedokteran Universitas
standar perusahaan didefinisikan sebagai IFRS. Hal ini Brawijaya Malang dengan No 160 / EC / KEPK-S1-FARM / 02 /
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi 2015. Sampel kolli adalah campuran sediaan parenteral
nosokomial, kontaminasi sediaan, paparan terhadap yang dilaksanakan di ICU April -Mei 2015 pada pukul
petugas dan lingkungan, mencegah kesalahan terkait 7.00-9.00 dan 15.00-17.00 WIB dan dapat diamati oleh
penggunaan sediaan obat, dan untuk menjamin kualitas peneliti secara langsung, sedangkanriteria eksklusi adalah
mutu sediaan. Meskipun demikian, di Inggris pelayanan
pencampuran yang dilaksanakan di luar waktu
CIVAS (Layanan Pencampuran Intravena Terpusat) atau
pengambilan. Besar sampel yang ditetapkan adalah 110
pelayanan sempurna, masih belum sepenuhnya
sampel.
terlaksana sepenuhnya dan pada umumnya
dilaksanakan oleh perawat.3 Teknik pengambilan sampelpengambilan
Syarat yang harus dipenuhi dalam sampel tidak acak dengan menggunakan instrumen
pencampuran sediaan parenteral secara aseptis adalah Buku Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril
ruang bersih, kabinet LAF (Aliran Udara Laminar), dan Depkes RI Tahun 2009, lembar prosedur pengumpul
personel yang berkompeten memenuhi syarat sebagai datapengeluaran aseptiklembar borang khusus
petugaspengeluaran. SDM adalah penyedia layanan keadaan tidak terdapat LAF-BSC serta angket yang
yang menyediakan layanan keamanan untuk tujuan diberikan ke tenaga pendispensing sebagai data
memperbaiki dan menonaktifkan penyimpanan nirkabel. pendukung pengetahuan SDM yang mendukung
Dimungkinkan untuk mendapatkan IFRS atau IFL dari
pelaksanaanpengeluaran aseptik. Lembar pengumpul
institusi lain. IFRS juga berhak mengubah produk produk
data terbagi atas 4 tahap (penyiapan, pencampuran,
dan penetrasi agar parenteral ke pihak lain dan
penyimpanan, dan pembuangan). Angket terdiri atas
mengurangi jumlah kasus.1
8 pertanyaan pengetahuan SDM tentangpengeluaran
Pasien rawat inap banyak yang diresepkan sediaan
parenteral karena lebih cocok untuk keadaan darurat, onset
aseptik. Analisis data adalah kuantifikasi deskriptif
cepat, dan menjadi pilihan terapi pasien yang tidak dengan menggunakan skala Guttman, yang memiliki
kooperatif dengan sediaan obat oral. Kendala pencampuran persentase 50% dan tidak <50%.
sediaan parenteral steril seperti risiko terjadinya
ketidakstabilan, dan adanya kontaminan yang Arikunto, 2006 yakni baik sekali (80% -100%), baik (66% -
mengakibatkan timbulnya risiko gangguan pada pembuluh 79%), cukup (56% -65%), kurang (40% -55%), dan gagal
darah seperti emboli dan flebitis.4 (<40%) dengan persentase maksimal 100%.2
Untuk menghindari adanya zat berbahaya pada
teknik difteri parenteral sedianpengeluaran aseptikagar tidak 3. Hasil
menimbulkan efek negatif bagi pasien maupun tenaga Hasel penelitian memperoleh sampel 110 tindakan
kesehatan yang disimpan. Faktor-faktor pendukung dalam pencampuran (98 di ICU dan 12 di NICU), dan 15 responden
prosedur aseptis diantaranya adalah sumber daya manusia mengisi angket pengetahuanpengeluaran aseptik.
(SDM), fasilitas ruangan, dan peralatan.5SPO diperlukan untuk Persentase kesesuainpengeluaran aseptikmenurut
mengatur tentangpengeluaran aseptik. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril Depkes RI Tahun
Pemberian obat secara parenteral pada ruang 2009 yaitu tertinggi pada tahap pembuangan sebanyak 108
perawatan kritis atauUnit perawatan intensif(ICU) dan di pencampuran (98,18%) dan terendah pada tahap
Ulfadkk: Uji KesesuaianPengeluaran Aseptik.................................. ………………………………………………………. ……………………………………… ... 35

pencampuran yakni 54 pencampuran (49,09%) (Gambar 1; jumlah anggota bertambah maksimal 0% (Tabel 2).
Gambar 2). Kesesuaian poin tertinggi menanggal APD sesuai
dengan SPO (Tabel 3) adalah cuci tangan sebesar
100% dan terendah yaitu menanggalkan sarung
tangan dalam sebesar 9,09% (10 pencampuran).
Tabel 1.Kesesuaian Petugas Menggunakan APD sesuai dengan SPO
Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril Depkes RI 2009

Tidak Proses jumlah Persentase


(%)
1. Pakaian steril disimpan & ditangani 110 100
sedemikian rupa setelah menyaksikan
dan disterilkan.
2. Arloji, perhiasan yang disimpan dan 110 100
disimpan ke lemari penyimpanan.
3. Pakaian dan sepatu dilepas, disimpan di 110 100
tempat yang telah disediakan.
Gambar 1.Distribusi Frekuensi Persentase KesesuaianPengeluaran 4. Penutup kepala menutup rambut 73 66.36
AseptikICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang diselipkan ke leher baju terusan,
penutup, penutup kaki sampai
ujung kaki, celana / baju terusan
diselipkan ke penutup kaki &
menggunakan pelindung.

5. Sarung tangan dibasahi dengan 53 48.18


alkohol 70% atau larutan
disinfektan lainnya.
6. Membuka pintu untuk memasuki 11 10
ruang penyangga dan ruang steril
dengan siku tangan
7. Beelja bekerja melepaskan APD dan 99 90
diletakkan pada wadah yang
ditentukan, mengganti pakaian
sebelum dari ruang steril.
Gambar 2.Distribusi Persentase FrekuensiPengeluaran Aseptikdi ICU
Meja 2.Kesesuaian Prosedur Pencampuran Secara Aseptis (Borang
dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Khusus Tidak Terdapat LAF-BSC)
Pada tahap penyiapan (Gambar 3), selanjutnya cuci Tidak Prosedur jumlah Persentase
tingkat SPO adalah 100% dan tingkat APD adalah (%)
74,54%. Tingkat APD (Tabel 1) meningkat 100% 1 Memakai alat pelindung diri. 102 92.73
dengan tingkat di mana ia meningkatkan dan 2 Mensucikan meja kerja dengan 91 82,73
alkohol 70% dengan kain lap tidak
menurunkan tingkat, sementara tingkat meningkat berserat searah.
sebesar 11% (kenaikan 10 persen). 3 Menutup permukaan meja kerja 13 11.82
dengan persiapan persiapan
peralatan.
4 Seka seluruh alat kesehatan dan wadah 110 100
obat sebelum digunakan dengan
alkohol 70%
5 dilakukan pencampuran secara 110 100
aseptis.
6 Seka seluruh alat kesehatan dan wadah 107 92.27
obat yang sudah digunakan dengan
alkohol 70%.
7 Bang seluruh bahan yang 110 100
ke dalam kantong yang tertutup.

8 Mensucikan area kerja dengan 0 0


mencuci dengan detergen dan bilas
dengan akuades, diulang sebanyak 3
Gambar 3. Distribusi Frekuensi Persentase Kesesuaianaseptik
kali, terakhir dibilas denang akuades
pengeluaranTahap Penyiapan
9 Saya ingin pergi ke kanton 110 100
Pada tahap pencampuran mulai terendah pada Tertutup
tahap masukkan bahan melaluikotak passebanyak 0% 10 Tanggalkan alat pelindung diri 105 95.45

dan tertinggi pada tahap pencampuran 78,18%. Pada tahap penyimpanan dari 20 sediaan
Pada poin campuran ke tertinggi campuran yang disimpan, sebanyak 12 campuran (60%)
adalah menyeka alat dan bahan dengan alkohol sebelum disimpan sesuai dengan prosedur pada pedoman
dan digunakan, mencampurkan obat secara aseptis, dan (Gambar 5).
membuang sampah ke kontainer sebesar 100%. Kesesuaian
Ulfadkk: Uji KesesuaianPengeluaran Aseptik.................................. ………………………………………………………. ……………………………………… ... 36

Tabel 3. Kesesuaian Prosedur Pelepasan APD sesuai SPO

Tidak Prosedur jumlah Persentase


(%)
1 Menanggalkan sarung tangan luar 91 82,73
dengan menempatkan jari-jari sarung
tangan di luar manset. Angkat sarung
tangan dengan menarik ke arah telapak
tangan. prosedur di belakangngi di
tangan sebaliknya.
2 Menanggalkan baju pelindung 93 84.55 Gambar 6.Tanya Jawab Angket Tingkat Pengetahuan
dengan membuka baju pelindung, tendaPengeluaran Aseptik
tarik keluar dari bahu dan lipat
bagan luar yang terletak di dalam, Tabel 5. Hasil Angket Tingkat Pengetahuan tentangPengeluaran Aseptik.
disimpan di kantong tertutup.
Pertanyaan jumlah Persentase
3 Saya ingin memberi Anda salinan lagu 58 52.73
Tidak

dan lagu tentangnya.


nilai (%)
4 Menanggalkan sarung tangan dalam, 10 9.09 1 Apakah yang dimaksudpengeluaran 14 93.3
aseptikatau aseptis teknis?
bagian luar tidak boleh menyentuh kulit
dan buang di kantong tertutup. 2 Apakahpengeluaran aseptikperlu dan 14 93.3
wajib dilakukan setiap melakukan
5 Kantong berisi bekas APD dibuang ke 105 95.45
pencampuran sediaan parenteral?
kontainer buangan sisa.
6 Cuci tangan sesuai prosedur di 110 100 3 Apakah sudah pernah mengikuti 8 53.3
awal pelatihan tentangpengeluaran
aseptik pada pencampuran
sediaan parenteral?
4 Apakah gemar membaca / mencari 11 73.3
referensi tentangpengeluaran
aseptik pada pencampuran sediaan
parenteral?
5 Apakah sudah menarapkanpengeluaran 12 80
aseptikpada saat melakukan
pencampuran sediaan parenteral?
6 Apakah sudah melaksanakan prosedur 15 100
cuci tangan sesuai SPO?
7 Apakah Anda menggunakan perangkat 12 80
lunak APD dengan SPO?
Gambar 5.Distribusi Frekuensi Persentase Kesesuaianaseptik
8 Apakah merasa tidak ada kendala 12 80
pengeluaranTahap Penyimpanan.
dalam menarapkanpengeluaran
Pada tahap produksi hampir seluruh tahap aseptik dalam campuran sediaan
parenteral?
tercapai 100% kecuali tahap menggunakan APD
sebesar 87,27% (96 tindakan pencampuran) (Tabel 4).
Diskusi
Tabel 4. Kesesuaian Prosedur Pembuangan sesuai SPO
Pada hasil penelitian diperoleh sebanyak 110
Tidak Prosedur jumlah Persentase sampel tindakan pencampuran sediaan parenteral.
(%) Kesesuaian tertinggi bercampur di tahap pembuangan
1 Menggunakan APD. 96 87.27 sebesar 98,18% didukung fasilitas pembuangan yang
2 Tempat limbah buangan limbah 110 100 memadahi di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar
tajam seperti jarum suntik, vial, Malang. Kesesuaian terendah pada tahap pencampuran
ampul diletakkan di wadah tidak sebesar 49.09% karena terkendala oleh tidak adanya
tembus benda tajam).
fasilitas kotak pasdan LAF-BSC di ruangan. Tahap
3 Beri label peringatan di luar 110 100
kantong penyiapan 87.77% dan tahap penyimpanan 80% sudah
4 Limbah limbah dengan troli 110 100 sesuai karena fasilitas dan kompetensi SDM sudah
tertutup bagus. Persentase penyesuaian lebih tinggi di NICU
5 Cuci tangan 110 100
daripada di ICU di NICU terdapat campuran obat yang
dibuat sesuai dengan kondisi LAF-BSC dan dilakukan
Dari 15 tingkat pengetahuan yang telah diisi,
oleh tenaga kesehatan khusus.
sebanyak 9 responden (60%) memiliki tingkat pengetahuan
Pada tahap penyiapan diperoleh hasil untuk
yang sangat baik, 5 responden (33%) baik, dan 1 responden
(7%) cukup (Gambar 6). Jawaban angket nilai terendah soal melakukan cuci tangan sesuai dengan SPO sebanyak 100% dan
nomor 3 yaitu keikutsertaan dalam pelatihan pengeluaran menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sesuai dengan SPO
aseptikdan jawaban tertinggi pada nomor 6 tentang sebanyak 74,54%. Fungi cuci tangan adalah upaya untuk
prosedur cuci tangan sesuai dengan SPO sebelum dan mencegah infeksi nosokomial. Kesesuaian prosedur cuci tangan
sebelum melakukan pencampuran sediaan parenteral didukung dengan fasilitas wastafel danmenggosok tangan.
(Tabel 5). Gosok tanganAlkohol dasar lebih efektif daripada cuci tangan
manual, lebih cepat, resiko iritasi rendah, dan
Ulfadkk: Uji KesesuaianPengeluaran Aseptik.................................. ………………………………………………………. ……………………………………… ... 37

mindkatkan kepatuhan dalamkebersihan tangan. Pedoman secara mekanisme.12


cuci tangan di RSSA dibuat oleh Komite PPI (Pengendalian Prosedur implan penis adalah menghilangkan
dan Pencegahan Infeksi) sudah tertera di setiap sudut endapan dari permukaan pulpen (gel atau foil terbuat dari
strategi.8 aluminium foil) dan suction pen 2-80C atau sesuai dengan
Pada tahap penggunaan APD sesuai dengan syarat sediaan. Salah satu penyebabkesalahan pengobatan
SPO terdapat kemungkinan tertinggi pada nomor 1,2,3 adalah kesalahan dalam penyimpanan yang dapat
sebanyak 110 pencampuran (100%) dan terendah pada disebabkan oleh ketidaktahuan prosedur penyimpanan
nomor 6 sebanyak 11 pencampuran (10%). Kesesuaian yang benar. Seharusnya dalam disribusi obat ke ruangan
yang didukung dengan fasilitas ruang ganti dan istirahat disertai prosedur penyimpanan.
yang memadahi. Perilaku disiplin menggunakan APD tahap produksi terdiri atas 5 poin. Hampir
dipengaruhi oleh pengawasan dari K3, faktor pendorong poin mencapai 100% kecuali poin menggunakan APD 96
dimana dipengaruhi oleh perilaku senior atau orang pencampuran (87,27%) hal ini disebabkan faktor
yang berpengalaman sebagaipanutandalam mematuhi kepraktisan, menurut teoriModel kepercayaan kesehatan
SPO dan dapat ditiru serta teoriModel Keyakinan bahwa SDM merasa mendapatkan ancaman yang
Kesehatandimana kesehatan ditentukan atas keyakinan membahayakan apabila tidak patuh menggunakan APD
diri apabila tidak perilaku disiplin akan muncul bahaya.9 dalam praktik pemberian obat.11Ini memiliki edisi terbatas
Faktor penerapan APD berdasarkan jumlah kasus dan artikel berikut, pelabelan, dan pembuangan sudah sesuai
jumlah permohonan. APD yang sering digunakan adalah dengan Kepmenkes No. 1428/MENKES/SK/XII/2006.
masker dan sarung tangan. Kesesuaian prosedur cuci tangan sebesar 100% untuk
Tahap pencampuran terdiri atas tahap upaya dekontaminasi minimal setelah menangani limbah.
partisipasi melaluikotak sandi,tahap pencampuran, Dari 15 tingkat pengetahuan yang
dan pelepasan APD sesuai dengan SPO. Kesesuaian diinterpretasikan dengan kategori teori Arikunto, 2006
tahap memasukkan bahan melaluikotak passebanyak bahwa sebagian besar petugas yang melakukan
0% karena di ICU dan NICU tidak tersediakotak pas pencampuran di ICU dan NICU memiliki tingkat
Kesesuaian tahap pencampuran 78.18% dan tahap pengetahuan yang sangat baik, sehingga diharapkan tidak
melepas APD sesuai dengan SPO 69.09%. Di ICU dan mengalami kendala dalam melakukan pencampuran media.
NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tidak memiliki Nilai terendah pada soal nomor 3 yaitu keikutsertaan dalam
LAF-BSC maka penilaian pada tahap pencampuran pelatihanpengeluaran aseptikdan jawaban tertinggi pada
menggunakan orang khusus sesuai standar Depkes nomor 6 tentang prosedur cuci tangan sesuai dengan SPO
RI. Dijelaskan pada Tabel 2 bahwa harapan tertinggi sebelum maupun setelah melakukan pencampuran sediaan
pada titik melakukan disinfeksi pada alat dan bahan parenteral. terlihat bahwa SDM sudah mengetahui definisi
sebelum dan setelah digunakan dan tahap dan pentingnyaaseptikpengeluaran. Keikutsertaan dalam
pencampuran secara aseptis sebesar 100%. ,10yakni pelatihan (53,3%) dan mencari referensi ilmu mengai
melindungi pasien dan petugas agar tidak terpapar pengeluaran aseptik(73,3%) penting untuk meningkatkan
cemaran. Dalam pencampuran di ICU dan NICU tidak mutu kerja dan pelayanan khususnya dalam bidang
menggunakan alasa terapi karena obat yang dispensing sediaan parenteral, karena pemberian pelatihan
dicampurkan adalah non sitostatika. Namun di NICU memberikan efek pengetahuan dan pengkatan mutu kerja
tetap diberi sayangnya kemoterapi. Pembersihan SDM.4Dibutuhkan secara berkala untuk meningkatkan
dengan detergen yang diganti dengan lap bersih dan pengetahuan SDM. Kendala yang sering muncul adalah
alkohol. Pada titik menanggalkan APD setelah karena banyaknya pasien dan keterbatasan waktu dalam
pencampuran sebesar 105 pencampuran (95,45) hal mencampur obat, SDM yang kurang pengetahuan tentang
ini menunjukkan bahwa penanganan APD dilakukan pengeluaran aseptik, dan sarana untuk melaksanakan
secara tepat sebagai upaya mengurangi risiko pengeluaran aseptikkurang lengkap.
penyebaran dan penyebaran infeksi. Faktor berikutnya yang mendukungpengeluaran
aseptikadalah ketersediaan peralatan dan ruang.
Tahap pencampuran ini didukung faktor oleh Berdasarkan pengamatan bahwa peralatan di ICU dan NICU
penguatanyakni dorongan untuk disiplin atas sikap yang RSUD Dr. Saiful Anwar Malang belum sepenuhnya sesuai
telah dicontohkan oleh senior atau orang terdahulunya.11 dengan Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril Depkes
APD yang sering digunakan adalah masker, baju pelindung, RI Tahun 2009, yaitu tidak ada LAF-BSC dan kotak pas.
dan sarung tangan. Pengobatan APD dilakukan untuk Keterbatasan alat menyebabkan kesulitan SDM dalam
mengatasi risiko infeksi nosokomial menular dengan melakukan pencampuran sediaan parenteral. Di NICU
penerapan APD dan pengobatan penyakit. Kesesuaian terdapat ruang pengoplosan obat yang menyerupai LAF-
dalam cuci tangan pencampuran 100% didukung dengan BSC sehingga mendukung hasil sesuai pesananpengeluaran
tersedianya sarana cuci tangan dan kesadaran dalam upaya aseptikyang cukup tinggi di NICU daripada di ICU.
pencegahan infeksi secara dini yakni dengan sabun
antiseptik ataumenggosok tangan.Cuci tangan adalah salah
satu upaya krim penghilangan debu dan kotoran minimal
Ulfadkk: Uji KesesuaianPengeluaran Aseptik.................................. ………………………………………………………. ……………………………………… ... 38

5. Daftar Pustaka

1. Surahman E, Mandalas E, Kardinah, Endah I. 2008.


Evaluasi Penggunaan Sediaan Pharmasi Intravena Untuk
Penyakit Infeksi Pada Salah Satu Rumah Sakit Swasta di
Kota Bandung. Bandung:Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol
V, No.1, April 2008, 21 - 39.
2. American Society of Health-System Apoteker. 2008.
Panduan Diskusi ASHP untuk Peracikan Sediaan
Steril.
http://www.ashp.org/_s_ashp/docs/files_797guide.pdf.
Diakses tanggal 7 September 2014 pukul 19.00 WIB.
3. Taksi K dan Baber N. Insiden dan Keparahan
Kesalahan Obat Intravena di Rumah Sakit Jerman.Eur
J Clin Pharmacol2004; 59: 815-817.
4. Maharani L., Achmad A., Utami, ED. 2013. Pengaruh
Edukasi Apoteker Terhadap Sikap dan Pengetahuan
Perawat Tentang Pencampuran Sediaan Parenteral.
Purwokerto:Jurnal Keperawatan Soedirman (Jurnal
Keperawatan Soedirman),Volume 8, No.2, Juli 2013.

5. Direktorat Jendral Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.


2009.Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril.
Jakarta: Depkes RI.
6. Tissot E, Cornette C, Demoly P, Jacquet M, Barele F,
dan Capellier G. 1999. Medication Error Pada Tahap
Administrasi Di Unit Perawatan Intensif. Med
Perawatan Intensif1999; 25: 353-359.
7. Giorgi I, Bertrand G, Caroline, dan Pascal B. 2010. Alat Evaluasi
Untuk Mencegah Inkompatibilitas Obat Di Unit Perawatan
Intensif Pediatrik Dan Neonatal.Ilmu Pengetahuan Dunia
Farmasi17 Agustus 2010; 32 (4): 520-9.
8. RSSA Malang. 2013.Profil RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang Tahun 2013. Malang: RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang
9. Hendra, Yuli. 2011. Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Praktik Pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) pada Radiografer di Radiologi 4
Rumah Sakit di Kota Semarang.Jurnal UnismuhVol 7
No.1 Tahun 2011. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
10. Sayuti H, Hanis M, Kadir A. 2013.Analisis Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal Oleh Perawat di Rung IGD
dan ICU RSU Massenrempulu Kabupaten Enrekang.
Jilid 3 Nomor 2 Tahun 2013 ISSN: 2302-1721.
Makassar: Stikes Nani Hasanuddin Makassar.
11. Hijau L, Kreuter. 2000.Perencanaan Promosi Kesehatan
Pendekatan Pendidikan dan Lingkungan, 2danEdisi.
California: Perusahaan Penerbitan Mayfield.
12. Sulaiha SA, Ling WY, Chin LJ, Eow WL, Faiz M, Tan
NCF. 2010. Kurangnya Praktek Cuci Tangan yang
Efektif Meskipun Tingkat Pengetahuan dan
Kesadaran Tinggi Pada Mahasiswa Kedokteran Tahun
Klinis. YaituJSME2010: 4 (2): 18-26. Malaysia:
Departemen Kebidanan & Ginekologi Universitas
Kedokteran Internasional.

Anda mungkin juga menyukai