Oleh:
Prof.Dr. Hertien K Surtikanti, M.Sc.ES. dkk.
NIP 196104191985032001
Menyetujui,
Ketua LPPM UPI Bandung
NIP 195901041985031002
4
A. ANALISIS MASALAH
Dalam abad ke 21, menguasai berbagai keterampilan harus dimiliki oleh setiap individu
agar bisa bersaing dengan individu lainnya. Pendidikan diperlukan untuk menyiapkan anak didik agar
dapat menguasai berbagai keterampilan sehingga akan menjadi sukses di masa mendatang. Oleh karena
itu guru diharapkan dapat mengimplementasikan proses belajar mengajar yang efektif untuk anak didik.
Permasalahan dalam pembelajaran di Indonesia adalah masih banyaknya proses belajar mengajar yang
didominasi oleh metode konvensional, dimana peran guru masih sangat dominan sehingga membuat anak
didik menjadi pasif. Selain itu kurangnya guru yang mumpuni, sarana dan prasarana, dan rendahnya
metode pengajaran menjadi faktor yang menyebabkan performa anak didik pada mata pelajaran Sains
menjadi rendah. Hal ini disebabkan banyak guru yang tidak menggunakan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar, padahal lingkungan sekitar dapat membuat anak didik berhadapan langsung dengan objek
yang dipelajari. Di Sains, terutama di Biologi, membutuhkan pengamatan langsung objek yang akan
dipelajari untuk mengembangkan berbagai macam keterampilan anak didik seperti mengamati,
B. TINJAUAN PUSTAKA
Field trip merupakan metode pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas di lokasi tertentu
(Behrendt & Franklin, 2014). Sarana pembelajaran dengan metode field trip berupa lingkungan di
luar ruang kelas atau alam terbuka. Secara keseluruhan kegiatan field trip merupakan suatu proses
kegiatan awal peserta didik bersama pendidik hingga pada kegiatan pembelajaran dimana peserta
didik berusaha menghubungkan antara pengalaman, ide, konsep permasalahan dengan objek
yang diamati (Krepel & Duvall, 1981). Saat kegiatan observasi field trip berlangsung, peserta didik
mendapat pengalaman belajar diluar kelas (Tal & Morag, 2009). Selama observasi terjadi proses
pengamatan fenomena yang terjadi di alam yang akhirnya dapat membentuk pemaknaan pribadi
yang relevan dengan pengalaman mengamati fenomena alam tersebut (Behrendt & Franklin, 2014)
Piaget (1970) mengidentifikasi perlunya adanya transisi dari konkret menuju abstrak.
5
Peran field trip dalam proses belajar adalah pengalaman langsung dengan fenomena dan material
konkret, field trip sebagai wahana konkretisasi (dalam Orion, 1993). Ada beberapa hal yang
dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran di luar kelas (Rahman dan Spafford, 2009; Aina
5. Peserta didik mempelajari hubungan dan keterkaitan data yang diperoleh secara
interdisipliner
6. Peningkatan proses belajar sosial dengan sesama teman
6
Minimnya keterampilan dalam menyusun kegiatan Field trip yang berbasis inquiry
menjadi persoalan utama yang dimiliki para guru bidang studi biologi dalam rangka
kelas.
D. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi dan panduan tentang penyusunan
kegiatan field trip berbasis inquiry untuk meningkatkan pengetahuan guru dan murid dalam
hakekat sains dan meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kegiatan field trip yang
berbasis inquiry.
E. KHALAYAK SASARAN
Khalayak sasaran adalah guru bidang studi biologi dan praktisi pendidikan lainnya,
F. MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan ini memberikan manfaat langsung kepada para guru SMP dan SMA bidang
studi biologi, yaitu memperluas dan meningkatkan keterampilan guru dalam hal melaksanakan
untuk membantu guru menyusun kegiatan field trip untuk anak didiknya sehingga pembelajaran
H. KETERKAITAN
Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA UPI memiliki mata kuliah Ekologi yang di
dalamnya terdapat kegiatan field trip yang sudah berbasis inquiry. Field trip ini diselenggarakan
setahun 2 kali sehingga staf dosen Ekologi dapat memberikan sharing pengalaman dan
membantu para guru untuk menyusun kegiatan field trip yang berbasis inquiry.
Kegiatan yang akan dilaksanakan berupa ceramah daring (menggunakan WeBex) yang
dilakukan selama 4 kali dan setiap pertemuan diberikan tugas mandiri menyusun rencana
J. EVALUASI
K. JADWAL KEGIATAN
L. ORGANISASI PELAKSANA
a. Ketua Pelaksana:
a). Nama dan gelar : Prof.Dr. Hertien K. Surtikanti, M.Sc.ES
b). NIP : 19
c). Pangkat/Gol. : PembinaUtama Madya / IVd
d). Jabatan : Guru Besar
e). Bidang keahlian : Ekotoksikologi/Lingkungan
b. Anggota 1
a). Nama dan gelar : Prof. Dr. Yayan Sanjaya, M.Si.
b). NIP : 1970
c). Pangkat/Gol. : Pembina Utama / IVb
d). Jabatan : Guru Besar
e). Bidang keahlian : Biologi/Entomologi
c. Anggota 2 :
a). Nama dan gelar : Dr.Yusuf Hilmi, M.Sc.
b). NIP :
c). Pangkat/Gol. : Pembina Utama Madya / IVd
d). Jabatan : Lektor Kepala
e). Bidang keahlian : Pendidikan Biologi
d. Anggota 3 :
a). Nama dan gelar : Dr. Bambang Supriatno, M.Si.
b). NIP :
c). Pangkat/Gol. : Pembina Tk. 1 /
d). Jabatan : Lektor
e). Bidang keahlian : Pendidikan Biologi dan Ekologi
e. Anggota 4 :
a). Nama dan gelar : Dr.Amprasto, M.Si.
b). NIP :
c). Pangkat/Gol. : Pembina Tk. 1 /
d). Jabatan : Lektor Kepala
e). Bidang keahlian : Pendidikan Biologi dan Ekologi
f. Anggota 5 :
a). Nama dan gelar : Tina Safaria Nilawati, M.Si.
b). NIP : 197303172001122002
c). Pangkat/Gol. : Pembina Tk. 1 / IIId
9
Hasil Pengabdian.
Field Trip
Field trip mempunyai pengertian bermacam-macam. Menurut Kprepel & Duvall (1981), Field Trip adalah
suatu perjalanan yang diatur dengan tujuan pendidikan, dimana siswa dapat mengamati dan belajar langsung
dilokasi tersebut.
Selain itu terdapat istilah lain yang mempunyai arti Pembelajaran Out Door Learning, pengertian
lainnya adalah Kunjungan Lapangan, juga bisa diartikan kuliah lapangan . Dalam membelajarkan
lingkungan alami, kadang tidak hanya cukup dari teori saja. Diperlukan pembelajaran lingkungan
secara nyata. Fasilitas laboratorium sangat terbatas untuk dapat digunakan dalam pembelajaran
lingkungan. Cara terbaik belajar lingkungan/sains secara optimal yaitu dengan memanfaatkan
sumber daya setempat di lingkungan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan
sekitar (Aina dkk. 2013). SDA dapat djadikan sebagai laboratorium alam lingkungan belajar yang
baik. Sehingga peserta didik dapat belajar secara aktif dan merangsang timbulnya kreatifitas, inovasi
dan rasa ingin tahu sebagai dasar pembelajaran sains. Pemanfaatan SDA juga diimplementasikan
untuk belajar sosial (Widiastuti 2017).
Untuk Kegiatan awal dilakukan survey berupa angket untuk mengetahui tentang field trip
pada Guru-guru Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah melakukan field trip dapat dilihat
pada Grafik 1.
17%
Pernah
Belum Pernah
83%
Berdasarkan grafik 1 dari total 141 responden 83% menyatakan pernah melakukan field trip
sedangkan 17 % belum pernah melakukan field trip. Berdasarkan wawancara dari 83 % tersebut
tersebut hampir sebagian besar memahami arti field trip yang sebenarnya. Mereka baru sebatas
membuat tugas dan tanpa disertai tindak lanjut dari program tersebut.
Berdasarkan grafik pula dapat dilihat sebanyak 17 % benar-benar tidak pernah melakukan
11
field trip dan ini juga perlu mendapatkan perhatian kepala sekolah tentang kendala-kendala yang
dihadapi termasuk solusi yang ditawarkan diantaranya melakukan field trip yang ada di sekitar kita.
Berdasarkan grafik 2 dari total 141 responden sebanyak 27 % melakukan field trip lebih dari
3 kali, sebanyak 11 % menyatakan pernah melakukan field trip sebanyak 3 kali, dan sebanyak 31%
menyatakan pernah melakukan field trip 2 kali, dan sebanyak 14 % menytakan pernah menalukan
filed trip satu kali.
Proses pembelajaran kuliah lapangan sangat kompleks dan merupakan satu kesatuan mulai
dari tahap persiapan (pra), pelaksanaan dan pasca kuliah lapangan (Behrendt & Franklin, 2014)
dan (Myers & Jones, 2018). Tahap pra kuliah lapangan terdiri dari 2 komponen yaitu administrasi
dan pengarahan. Administrasi meliputi lokasi tujuan, perizinan tempat, transportasi, biaya
perjalanan, persiapan logistik, konsumsi, alokasi waktu kegiatan, verifikasi jadwal dengan pihak
pengelola, perizinan orang tua/wali siswa. Sedangkan pengarahan diberikan dari pihak pendidik
terhadap peserta didik. Pengarahan ini meliputi teknis kegiatan, tujuan kegiatan kuliah lapangan,
menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang harus di capai oleh peserta didik,
membentuk kepanitiaan dari peserta didik untuk mempermudah kegiatan mulai dari tahap persiapan
sampai pasca kuliah lapangan. Tahap ini dilengkapi dengan persiapan bahan ajar, pembagian
kelompok dan survey lokasi agar persiapan menjadi maksimal. Tahap pelaksanaan kuliah lapangan
meliputi pendidik dan peserta didik. Pendidik memiliki peran sebagai fasilitator yang
mengarahkan peserta didik untuk mengeksplorasi lingkungannya sesuai instruksi. Sedangkan
peserta didik melaksanakan kegiatan sesuai dengan lembar kerja yang telah disiapkan. Kadang
dalam pelaksanaan kegiatan kuliah lapangan, diperlukan informan lokal yang berasal dari lokasi
terkait (Jose dkk 2017). Tahap pasca kuliah lapangan yaitu berupa penguatan makna pengalaman
12
belajar yang sudah diperoleh peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan presentasi hasil tiap
kelompok/individu, sesi tanya jawab, diskusi hasil temuan di lokasi lapangan dan yang terakhir
menyusun laporan hasil pengamatan.
Ada beberapa hal yang dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran di luar kelas
(Rahman dan Spafford, 2009; Aina dkk. 2013) diantaranya adalah:
1. Peserta didik menggunakan lingkungan alami untuk mengeksplorasi fenomena dan
objek-objek alami
2. Peserta didik menggunakan metode ilmiah (menentukan rumusan masalah dan tujuan
penelitian, menetukan desain penelitian, menentukan metode penelitian, mengolah
data, dan menyimpulkan hasil pengamatan/penelitian)
5. Peserta didik mempelajari hubungan dan keterkaitan data yang diperoleh secara
interdisipliner
6. Peningkatan proses belajar sosial dengan sesama teman
B. Respons Kepuasaan
Angket yang disebarkan tentang respons kepuasan dapat dilihat pada Grafik 3. Grafik 3
meliputi penguasaan materi, suasana seminar , agenda kegiatan, penyampaian materi, materi yang
disampaikan, interaksi dengan peserta, penggunaan bahasa, materi pembelajaran, materi pelatihan
dan proses pelatihan
13
RESPON KEPUASAN
104 108
96
100 88 83
72 77 76
80 70
59 6465 61
50 54
60 45
35
40 22 19
20 12 15 8 13
4 11 3 1 4
0
BS B C K KS
Secara umum materi yang disampaikan cukup mendapat respons positif dari Guru-guru di
lingkungan Depag. Dari Aspek-aspek tersebut yang paling menonjol adalah untuk kategori baik
sekali adalah Meteri Pembelajaran (76 orang) dan Penguasaan Materi (72 orang) sedangkan
Kategori baik yang menonkol adalah aspek proses pelatihan (108 orang), suasana seminar (104
orang) dan interaksi dengan peserta (96 orang). Untuk aspek yang kurang baik adalah suana
seminar (15 orang).
Manfaat yang diperoleh pada saat pembelajaran dengan metode kuliah lapangan adalah terjadi
peningkatan dari segala aspek yang positif terhadap peserta didik setelah mengalami pembelajaran
dengan metode kuliah lapangan. Hal positif ini mampu melatih peserta didik untuk berpikir ilmiah
dalam mengerjakan sesuatu. Dibawah ini adalah beberapa aspek kompilasi dari berbagai artikel,
yaitu:
5. Memberikan kesempatan pada peserta didik dalam menemukan sesuatu yang baru
yang belum pernah diketahui dalam bentuk teori.
6. Mendapatkan gambaran tentang lingkungan secara menyeluruh dan terintregasi
7. Dapat mengembangkan pribadi dan karakter peserta didik.
8. Peserta didik dalam mengekspresikan hasil observasi hubungan yang terjadi di
14
lingkungan sekitarnya
9. Meningkatkan kecerdasan naturalistic (terhadap lingkungan).
10. Memberikan suatu pengalaman langsung
11. Merangsang minat dan motivasi dalam sains
12. Memberikan makna terhadap pembelajaran dan keterkaitannya
13. Menciptakan situasi belajar siswa
14. Mempengaruhi sikap peserta didik, sikap yang positif terhadap lingkungan
15. Menghubungkan antara teori dan praktek.
16. Peserta didik memiliki sikap positif kognitif dan dampak afektif (13-15 tahun)
17. Peserta didik merasa bagian dari lingkungan yang relevan setiap hari
Suatu metode pembelajaran tentu tidak lepas dari kelebihan dan kelemahan. Namun, aspek
kelemahan dapat diidentifikasi dan diantisipasi dengan persiapan yang matang. Begitu pula dengan
metode kuliah lapangan. Aspek yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan metode kuliah lapangan
agar optimal, diantaranya (Falk & Balling 1980) dan (Waite 2009):
a.Diperlukan nara sumber/orang lokal/penunjuk jalan di lokasi lapangan. Hal ini diperlukan untuk
lokasi yang jauh dari pemukiman atau lokasi kampung adat agar mendapatkan akses masuk.
b.Perjalanan menuju lokasi lapangan dapat menimbulkan resiko. Oleh sebab itu perlu disiapkan
kendaraan yang betul-betul tejamin keselamatannya.
c.Biaya yang meliputi perjalanan, konsumsi dan akomodasi (kalau harus menginap) relative
besarnya. Biaya ini dibebankan oleh peserta didik masing-masing. Hal ini merupakan beban yang
berat bagi peserta didik.
d.Membawa peserta didik dalam jumlah banyak membutuhkan perhatian ekstra
e.Membutuhkan lembar kerja yang meliputi metodologi, perencanaan dan evaluasi. Agar peserta
didik dapat melakukan kegiatannya terarah dan terencana.
f.Lokasi lapangan sebaiknya dapat dijangkau, aman dan memadai
g.Diperlukan survey lapangan oleh pendidik dan beberapa peserta didik, untuk lebih meyakinkan
keadaan lokasi lapangan
h.Menemukan aspek-aspek terkait materi yang dibelajarkan di lokasi lapangana
Untuk memenuhi persyaratan diatas maka diperlukan strategi dalam pelaksanaan metode
kuliah lapangan dengan tujuan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diharapkan. Strategi yang
dilakukan adalah identifikasi dan kelayakan SDA (Surtikanti, dkk 2014/2015; Surtikanti, dkk. 2018)
berbasis aspek kendala.
15
M. DAFTAR PUSTAKA
Aina, Kola J, &vJoseph P Y(2013). Imperative of environment
in science learning. Open Science Journal of Education.Vol. 1, No. 1, pp. 1-6
Behrendt, M., & Franklin, T. (2014). A Review of Research on School Field Trips and Their
Value in Education. International Journal of Environmental and Science Education, 9(3), 235–
245.
Coughlin, P. K. (2010). Making Field Trips Count: Collaborating for Meaningful Experiences.
The Social Studies, 101(5), 200–210.
Falk & Balling (1980) Setting a neglected variable in Science Education. NSF 77-18913 .
Fagerstam & Blom (2012) Learning Biology and Mathematics outdoors: effect and attitudes in
a Swedish high school context. Journal of adventure education & Outdoor Learning pp 1-20
Higgins, N., Dewhurst, E., & Watkins, L. (2012). Field trips as short-term experiential
learning activities in legal education. Law Teacher, 46(2), 165– 178.
Jose S, Patrick PG & Moseley C (2017) Experiential learning theory: the importance of
outdoor classrooms in environmental education. International Journal of Science Education, Part
B
Kennedy, M. D. (2014). The Benefit of Field Trips. Di akses dari:
https://digitalcommons.georgiasouthern.edu/honors-theses
Kprepel WJ & Duvall CR (1981) Field Trips: A Guide for Planning ans Conducting
Educational Experiences Washington. National Educational Association
Michie M (1998) Factors influencing secondary school teachers and conduct field trips.
Australian Science Teachers Journal, 44(4):43-50
Mullins, P. M. (2014). A Socio-environmental Case for Skill in Outdoor Adventure.Journal of
Experiential Education, 37(2), 129–143
Orion & Hoystein (1994) Factors that influencing learning during a scientific field trip in a
natural environment Journal of Research in Science Teaching 31(10):1097-1119
Patrick AO (2010) Effect of field studies on learning outcome in Biology. J Hum Ecol 31(3):
171-177
Qiu, W., & Hubble, T. (2002). The advantages and disadvantages of virtual field trips in
goescience education. The China Papers, 1(10) 75–79.
Rahman, T. & Spafford, H. (2009). Value of field trips for student learning in the biological
sciences. The University of Wester Australia.
Surtikanti HK (2014) Thematic map of Cikapundung catchment based on bioindicator benthos
Surtikanti HK (2016) Natural environmental design in an outdoor setting in Desa Giri Mekar
for learning biology in the field
Surtikanti HK & Safaria T (2016) Refleksi fungsi lahan yang berbeda terhadap biodiversitas
tanaman di DAS Cilaja, Seminar Nasional Biologi UIN Bandung
Surtikanti HK., Surakusumah W., Safaria T (2014/2015) Optimalisasi fungsi lahan
berwawasan lingkungan sebagai media pembelajaran di lokasi peternakan lele dan sekitarnya.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing DIKTI Tahun 1 dan tahun 2.
Surtikanti HK., Syulasmi A., Hernawati (2018). Optimalisasi, kelayakan dan pemanfaatan
Situ Bagendit sebagai sumber belajar berbasis riset. Laporan penelitian Hibah PPKBK UPI.
Tal, T., & Morag, O. (2009). Reflective practice as a means for preparing to teach outdoors
in an ecological garden. Journal of Science Teacher Education, 20(3), 245–262.
Waite (2009) Outdoor Learning for children aged 2-11 La trobe University
Widiastuti EH (2017) Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran mata pelajaran
IPS. Satya Widya, Vol. 33, No. 1. Juni 2017: 29-36
16
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Jenis Pelatihan (Dalam/ Luar Penyelenggara Jangka Waktu
Negeri)
2016 International Seminar and Pusat Penelitian 15-17 Maret
Workshop on Nano biotechnology Nanosains dan 2016
Nanoteknologi
2017 Pengelolaan dan teknik penulisan Relawan Jurnal 21-22 April
jurnal Elektronik Terstandar Indonesia Jawa Barat 2017
Akreditasi
2017 Workshop Mendeley Jurnal ilmu dakwah 12 Mei 2017
UIN Sunan Gunung
Djati
2018 Workshop on R for Practical Data Universitas Yarsi 27-31 Agustus
Analysis 2018
2018 Workshop Nasional Kekayaan Universitas 16 Agustus 2018
Intelektual Komunal dan Drafting Muhammadiyah
Paten Sukabumi
2018 Pelatihan pengolahan data LPPM Kampus Pelita 23 November
penelitian menggunakan aplikasi Bangsa
WARP PLS
17
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Ketua/ Sumber Dana
anggota Tim
2007 Remediasi berbasis tumbuhan dalam degradasi Ketua Mandiri
lumpur hasil limbah domestik
2007 Uji toksisitas Allium cepa mitosis-kasus DAS Ketua Mandiri
Cikapundung
2007 Uji toksisitas Moina-kasus DAS Cikapundung Ketua Mandiri
2008 Monitoring ekosistem berdasarkan penanda Ketua Kompetisi
DNA terhadap komunitas benthos : Kasus Dikti
DAS Cikapundung
2009 Pengembangan biogas limbah kotoran sapi Ketua Kompetisi
untuk meminimalisir pencemaran sungai Dikti
Cikapundung
18
KARYA ILMIAH
A. Buku/Bab Buku/Jurnal B.
Tahun Judul Penerbit/ Jurnal URL
2008 Populasi dan berat biomassa JURNAL BIOSFERA
planaria di Bukit Tunggul, DAS
Cikapundung,
2008 Komunitas Benthos di Bukit Tunggul: Biosainstifika vol 1.
Degradasi pencemaran Sungai No.1.November hal 65-
Cikapundung. 76
2008 Pengujian kadar hemoglobin dan Jurnal Sehat Masada. Vol
nilai hematokrit mencit terhadap II, No,1 Januari hal 16-
logam berat timbal dan air Sungai 28
cikapundung.
2008 Bioindikator indeks mitosis pada Biosfer. Vol 1 No. 1.
Allium cepa dalam pengujian ISSN 1978-2534 hal 1-11
kualitas air sungai Cikapundung,
2009 Pemeliharaan Planaria dalam Biota, vol 15
Perkembangbiakan secara
vegetative. (1) 80-85, ISSN 0853-
8670 Terakreditasi
2010 Environmental factors and Journal of Life Sciences
biodiversity reflected to the water and Technology 2011,
quality. 1(1):1-10
2012 Buku: Pesona Lingkungan badan HAKI
air Indonesia
2012 Buku: Toksikologi dan metode HAKI
Pengujian toksisitas
2013 Studi tentang ekologi dan habitat Biosfera ISSN 0853-
Planaria sp. Di Subang : 1625 vol 30 no 2 Mei
Kelimpahan dan biomassa 2013 hal 62-67
19
2-6596/895/1 September
2017 International
conference on
Mathematics and Science
Education (ICMScE) 24
May 2017, Bandung
Indonesia
2017 Optimalisasi kultur Daphnia Jurnal Biodjati, 2 (2) http://journal.uinsgd.ac.id
yang berperan sebagai hewan uji 2017. /index.php/biodjati
dalam ekotoksikologi
2017 Perkembangbiakan kultur Seminar Biologi
Daphnia yang berperan sebagai Nasional UIN 13 April
hewan uji dalam ekotoksikologi 2017
2018 Uji hayati terhadap 5 jenis
minuman kemasan gelas dengan Jurnal Biodjati, 3 (1)
hewan uji Daphnia dan mencit 2018
2018 International Science
Traditional Education Conference
knowledges of local 2018
wisdom of Kampung National Institute of
Naga (Tasikmalaya, Education, Singapore
19-21 June 2018
Indonesia) about
environmental
conservation and
sanitation
2019 Aplikasi Teknologi Berbasis Chapter dalam buku
Android Dalam Pengembangan kumpulan tulisan Gubes
Materi Kuliah Tema Biologi UPI
Lingkungan Dalam Merespon Era
Revolusi Industri 4.0
2019 Traditional knowledges of local To cite this article: H K http://scholar.google.co.id/cit
wisdom of Aga Tenganan Surtikanti et al 2019 J. ations?user=u-
Pegringsingan Phys.: Conf. Ser. 1157 LVVJkAAAAJ&hl=id
Bali about environmental 022117
conservation and sanitation
2019 Biomonitoring of Cilaja River MSCEIS UPI Poster 12
based on benthos community in Oktober 2019
Ujung Berung Bandung within
2013-2017
Daftar HAKI
2020 Buku: Pesona Lingkungan badan air Indonesia HAKI no 000176504
2020 Buku: Toksikologi dan metode Pengujian toksisitas HAKI no 000175818
2020 Panduan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis HAKI no 000176630
Masalah Materi Gaya (penulis ke 2)
24
( Hertien Surtikanti )