Anda di halaman 1dari 11

Naskah Drama “Belum Menyerah”

I. CAST

1. Bu Linda (Guru) : Ade Irma


2. Faisal (Siswa) : Ramadhan
3. Wak Ibah (Kantin) : Iffah Raisa
4. Pak Samsul (Guru) : Muhammad Khadafi
5. Nisa (Siswa) : Fatimah Az-Zahra
6. Desti (Siswa) : Harlianti
7. Wak Jumadi (Ortu) : Raihan Rafiq
8. Wak Yuyun (Ortu) : Rahma Dwi Putri
9. Liza (Siswa) : Dini Aulia Husna
10. Dilan (Siswa) : Raja Priadi
11. Mita (Siswa) : Eka Sartika
12. Siti (Siswa) : Rini Sirait
13. Budi (Siswa) : Arun Zaqi

II. SINOPSIS

“Belum Menyerah” Bercerita tentang seorang guru yang mengajar di sebuah Madrasah
Aliyah, namun dihadapkan pada sebuah situasi sulit dimana moral, etika, dan keinginan anak
untuk belajar sudah terkikis, karena kurangnya dedikasi sarana pendidikan yang disebabkan oleh
Pandemi Covid-19 yang mengharuskan siswa belajar dari rumah (Daring). Namun dengan
begitu, sang guru tidak mengenal kata menyerah. Baginya inilah tantangan untuknya sebagai
seorang guru yang harus mendidik siswa agar bukan hanya menjadi cerdas, namun juga
menjadikan seorang siswa berakhlakul karimah, berkarakter, berkepribadian, beretika, dan dapat
menghargai sesama.

“Belum Menyerah” juga bercerita tentang seorang anak yang tidak niat untuk sekolah di
Madrasah Aliyah tersebut, namun dikarenakan alasan tertentu, anak itu terpaksa bersekolah
disitu, namun menjadikan dia siswa yang pembangkang dan tidak bermoral, padahal dulunya di
jenjang tsanawiyah, dia adalah anak yang berprestasi.

Penasaran dengan kisahnya? Mari kita saksikan “BELUM MENYERAH”


Scene 1 : Di halaman sekolah

Bu Linda : Hari ni, hari pertamo masuk sekolah, syukur jugolah baya kopit kopit
pisang takopit tu dah pogi musnah balek ke jopang nun, eh, ke cino. Bisalah balek belajar tatap
muko mocam semulo ha… alhamdulillah.

(Pak Samsul masuk panggung)

Pak Samsul : Oi, Bu Linda, apo kabar? Uuuih, semonjak cuti ni, betambah langsing
Bu Linda yo.

Bu Linda : Abah, hahahahaha, bagitula pak, kolok maso-maso libur tu asik


baolahraga sajo dibante, beginilah jadinyo ha, hahahaha.

Pak Samsul : Iyo iyo iyo, ha sebonarnyo bagininyo Bu Linda. Saya ondak
menyampekan…, buk linda jadi wali kelas XII yo. Ini ha daftar hadir samo daftar nilainyo.

Bu Linda : Oke bapak siap. (membuka berkas), Bahh, mangapo cumo lapan orang
muridnyo ni pak?

Pak Samsul : Itulahdah buk, tinggal segitula ha murid kito, cemanolah, sekolah kito
ni sekolah teponcil, sedikit peminatnyo, apolah dayo awak dibanding sekolah-sekolah di kota tu.

Bu Linda : Aanyalah baya pak, okelah pak, kalo begitu. Duluan lah saya yo pak,
dah nak masuk les pertama ha.

Pak Samsul : Ha.. iyo buk iyo, aman itu.

(SOUND BEL MASUK)

Scene 2 : Di Kelas IX

(Suasana Kelas Ricuh)

(Siswa Laki-Laki bermain)

(Siswa Perempuan berselfie)

(Bu Linda Memasuki Kelas)

Bu Linda : Assalamu’alaikum Wr. Wb.

(Murid-murid tetap ricuh) (Bu Linda memukul meja)

Bu Linda : Tak bisa kamu menghargoi guru apo becemano ha? Aku udah
teconggok dimukak ni, kamu totap sibuk dengan kesibukan kamu masing-masing, kati kamu aku
ni apo, Tunggul Panton?
Faisal : Tidak, Buk. Tunggul Kelas, karena ini kelas, bukan panton.

(Semua siswa tertawa) (Ibu Linda terdiam) (Siswa terdiam)

Bu Linda : Hari ini hari pertamo masuk sekolah, setelah kalian libur duo tahun.
Perkenalkan, namo ibuk Bu Linda Maulida, mengampu mata pelajaran bahasa indonesia, Ibu
ditunjuk jadi wali kelas kamu. Ibu tak konal kamu ni siapo-siapo namonyo. Alangkah baiknyo
perkonalkan diri masing-masing, dimulai dari kamu baru lanjut kesebelahnyo. (menunjuk Nisa)

Nisa : (Mengangguk)(Bangkit) Perkenalkan, nama saya Annisa Azzahra.

Desti : (Bangkit) Perkenalkan buk, nama saya Desti Amanda.

Liza : Perkenalkan buk, nama saya Liza Permata.

Mita : Perkenalkan buk, nama saya Mita Sartika.

Siti : Perkenalkan buk, nama saya Siti Aminah.

Budi : Perkenalkan buk, nama saya Budiman

Dilan : Perkenalkan buk, namoku Dilan bin Sahmenan bin Abdul Manan,
tinggal di Sunge Payang sebolah kanan.

Bu Linda : Uhmak, panjang namo kau hinggo be bin bin yo. Ha, kau pulak? Siapo
namo kau? (menunjuk Faisal)

Faisal : Kamu nanyea? Kamu bertanya-tanya? Baiklah, aku kasih tau ya

Bu Linda : Abah dio ni jang, dari tadi kau yo kuperhatikan, tak ado sopan santun
kau, tak ado adab kau.

Faisal : Abah, apo salahku buk? Pala begitu ibuk bilang tak punyo sopan
santun, tak punyo adab. Ibuk ni jang, lebay.

Bu Linda : Diam kau. Dari tadi kau melawani aku sajo kerojo kau. Kato kau la aku
tunggul, segalo macam. Pogi kau keluar!

(Faisal keluar tanpa berkata-kata)

Bu Linda : Masih ado yang ondak dikeluarkan?!

(Kelas senyap)

Bu Linda : Dah.., bukak buku tulis kalian. Kito masuk ke pokok bahasan pertama,
Sastra Indonesia.
Scene 3 : Pulang Sekolah

(Siswa keluar dari kelas bersalaman dengan Bu Linda)

(Bu Linda terduduk di mejanya)

Bu Linda : Huh, hari ni tak macam yang kubayangkan, poning kepaloku. Anak-
anak sekarang ni hilang moral dan etikanyo. Apolagi yang keluar tadi tu. Tak habis pikir aku.
Itulah pasti karono kesodapan belajar di rumah, HP sajo dipegang, di HP tu ntah apo-apo sajo
yang muncul. Begitulah jadinyo. Wih mudah-mudahan bisa la orangtu berubah. Kuraso memang
disinilah guru tu berperan penting dalam mendidik. Aku harus bisa memperbaiki karakter dan
moral anak-anak muridku.

Scene 4 : Pagi Keesokan Harinya

(Bu Linda berjalan dengan penuh tekad dan kepercayaan diri untuk mengajar di kelas 12
hari ini)

(Kelas kosong)

Bu Linda : Astaghfirullahaladzim, kemano semuo murid-murid ni? Mengapo sunyi


kelas ni mocam pajak? Eh, pajak kan rame. Kemanola orangni melalak

(Bu Linda mencari-cari dimana murid-murid berada)

(Semua murid-murid berkumpul di kantin)

Bu Linda : Lailahaillallah, disini ruponyo kamu semuo beterombo. Memangkan


tak adola kamu ni. Semuonyo ke lapangan sekarang!

Dilan : Eh, mangapoi buk? Penjas kito?

Bu Linda : Abah, dihukum kamu semuo!

(semua murid laki-laki tertawa jahat)

Faisal : Hahaha, nak ibuk hukum kami? Adoyyamak, jangan harap kami turuti
cakap ibuk. Elok kami ontok disini sampe pulang sekolah, bekombur dengan Wak Ibah.

(Pak Samsul datang membawa Sapu)

Budi : Abah woi lari woi lari, Pak Samsul datang.

Pak Samsul : Memangkanla anak-anak tak baradap!

(Pak Samsul menghampiri Bu Linda yang mengelus dada kewalahan)


Pak Samsul : Sabar-sabar ibuk yo, memang anak-anak kelas 12 tu, yang payahan
diatur. Itulah karono kurangnyo pengawasan sewaktu Pandemi Covid-19 hari tu. Kolok semisal
tak sanggup ibuk, bilang ke saya, biar saya sampekan ke Pak Tohir, supayo ibuk digantikan.

Bu Linda : Tidak, Pak. Insyaallah saya sanggup. Disinilah tantangan menjadi


seorang guru yang mendidik. Jika saya mengundurkan diri, berarti saya gagal menjadi seorang
pendidik. Saya berjanji tidak akan berhenti berjuang hingga mereka berubah menjadi anak yang
baik.

Pak Samsul : Baiklah kalau begitu, saya serahkan mereka ke ibuk, sekalian jugo saya
serahkan batang penyapu ni. Tadi saya bawak, biar takut orangtu. Tolong ibuk balekkan, hehehe.

Scene 5 : Pintu Kelas

(Bu Linda berjalan menuju Kelas XII)

(Di Balik pintu, siswa laki-laki sudah bersiap-siap untuk menyiramkan ember berisi bola-
bola kertas ke Bu Linda)

(Bu Linda melewati pintu)

(Anak-anak menyiramkan bola-bola kertas ke Bu Linda)

(Anak-anak tertawa)

(Bu Linda terdiam, wajahnya mengisyaratkan marah, kesal, dan sedih.)

(Bu Linda menangis, pergi meninggalkan kelas tersebut)

Liza : Woi, agaknyo dah kelewatan tingkah kito ni lah.

Mita : Iyo, walaupun tak suko kito menengok ibuktu, harusnyo tak begini
jugola kito membuatkan dio. Ibuk tu baeknyo samo kito.

Faisal : Abah, sekarang baru kamu bilang keterlaluan. Tapi semuonyo kamu
setuju menjalankan rencanaku ni.

Siti : Cemanola kok sekironyo ibuktu tak mau masuk lagi ke kelas kito.

Faisal : Mampus situ, tak bising gondang telingoku mendongar repetan dio
tontang ini itu.

Budi : Tapi botul jugola kato si Liza, perbuatan kito ni dah kelewatan. Selamo
ini, ibuktu sabar menghadapi kito, sekarang tengok ha, menangis ibuktu gara-gara perbuatan
kito. Kau sajo la ini, rencana kaunyo semuo ni Faisal.

Faisal : Abah, aponyo maksud kau bah, betumbukla kito moh!


Dilan : Woi... woi... janganlah bekelahi. Botul kato si Budi, kito dah
keterlaluan. Dan itu gara-gara kau Faisal!

Faisal : Kenapo kamu salahkan aku? kamu setujuinyo rencanaku, giliran dah
tejadi.., di aku kamu tumpukan kesalahan. Menjijikkan kamu jang.

(Faisal pergi)

Scene 6 : Ruang Guru

(Nisa dan Desti mendatangi ruang guru. Menjumpai Pak Samsul)

Nisa : Assalamu’alaikum, Pak.

Pak Samsul : Waalaikumussalam.

(Nisa dan Desti menyalami Pak Samsul)

Pak Samsul : Ada apa?

Desti : Begini pak. Si Faisal buat ulah lagi, disiramkannya satu ember sampah
kertas ke Bu Linda, pas ibuktu mau masuk ke kelas kami tadi pagi. Kotorlah baju ibuktu pak,
menangis ibuktu, pigi ibuktu.

Pak Samsul : Astaghfirullahaladzim. Memangkanla si Faisal tu. Terimakasih


infonya, nanti saya panggil dia dan orangtuanya. Dia sudah keterlaluan.

Nisa : Baik, Pak. Kami Pergi, ya, Pak.

Pak Samsul : Oihmakk.., janlah pala sok bahasa kota kau disini, iyo pogilah. Elok-
elok awas tagayar.

Scene 7 : Kantin

(Faisal duduk, menghentak meja)

Faisal : Merisingkan orangtu semuo jang, cuih.

Wak Ibah : Mengapo, Pesal? Apo cerito?

Faisal : Kawan-kawan kelasku, Wak. Tadi, kami mengerojoi Bu Linda, pas dio
masuk ke kelas, kami siram dio pakek sampah kortas, menangis ibuktu, pogi ibuktu. Sesudah
itu, disalahkan kawan-kawanku pulak aku, katonyo rencanaku kelewatan, padahal disetujui
orangtu rencanaku, orangtu pun ikut jugonyo menyiramkan sampah kortas.
Wak Ibah : Astaghfirullahaladzim, kamu pun pulak mengapo begitu tingkah kamu.
Ibuktu elok mengajar kamu tanpa pamrih, teringin hatinyo kamu tu elok-elok sajo, kamu baek
budi, dah duo bulan ditahankannyo totap ondak mengajar kamu, padahal haritu pas kamu semuo
duduk-duduk di kantin uwakni, yang datang Pak Samsul, ditawarkan Pak Samsul dio supayo
digantikan, tapi tak ondak dio, katonyo dio takkan menyorah, takkan beronti sampe kamu bisa
berubah jadi anak-anak yang baek. Tapi kamu pun ha, tak ado berubah-berubahnyo, apo bonarla
kamu boncikan dari ibuktu? Sampe mocam yang tak suko boonarla kamu dengan ibuktu.

Faisal : Ibuktu asik merepet, Wak.

Wak Ibah : Mengapo ibuktu merepet? Yakin uwak karono tingkah kamu jugonyo
kan? Ribut kamu becerito pas dio menorangkan, merepetlah dio, entah cemano-cemano
perbuatan kamu yang tak cocok, merepetlah dio, itu-itu jugonyo itu, balek ke kamu jugo, kolo
elok-elok sajo sikap kamu, takkan merepet-repet dio tu.

Faisal : Hm, entahlah, Wak.

(Suara Mic : Perhatian, kepada siswa bernama Faisal Amin supaya mendatangi
sumber suara, sekali lagi, kepada siswa bernama Faisal Amin supaya mendatangi sumber
suara)

Wak Ibah : Hah, kono panggil kau ha, elokla kau datangi, kau
pertanggungjawabkan apo yang udah kau perbuat.

Faisal : Iyolah, Wak. Pogi dulu awak yo.

Scene 8 : Ruang Kepala Sekolah

(Di Ruang Kepala sudah ada Pak Samsul, Wak Jumadi dan Wak Yuyun)

Faisal : Assalamu’alaikum.

Pak Samsul : Wa’alaikumussalam, duduk, Sal.

Pak Samsul : Jadi beginilah, Pak, Buk, si Faisal ni... berbuat kejahatan, disiramnyo
gurunyo pakek sampah kortas, pas gurunyo nak masuk ke kelas, habislah kotor baju ibuktu,
dongar-dongar baju baru itu baya, masih barangsur, baru lagi DP 35 ribu.

Wak Jumadi : Astaghfirullahaladzim, Pesal. Mangapo bagitu kau tuahh....,

Wak Yuyun : Iiyo, tak habis-habis kajahatan kau perbuat.

(Faisal menunduk)

Pak Samsul : Sewaktu pembelajaranpun, Faisal malas mengerjakan tugas, Pak, Buk.
Selalu melawan guru, kadang-kadang tidur, kadang-kadang keluar ke kantin.
Wak Yuyun : Astaghfirullahaladzim, kenapo begitu ulah kau, Nak... Omak samo
Ayah capek-capek banting tulang mencari duit untuk menyekolahkan kau. Kesana kemari
mencari pinjaman untuk kebutuhan sekolah kau nak... mengapo begini tingkah kau disekolah.
Dulu elok-elok sajonyo tingkah kau padahal. Banyak prestasi kau semaso di MTs, mengapo
sekarang kau jadi begini?

Faisal : Omak tanyo kenapo sekarang jadi begini, jawabannyo satu, dan
omakpun udah tau, karono aku sedari awal sedari semulo tak ondak sekolah disini, niat hatiku
aku sekolah di MAN mak, di kota nun. Tapi omak sekolahkan jugo aku disini. Tak ado niatku
ondak sekolah disini, mangkonyo kubuat yang tidak-tidak, karono memang tak cocok kuraso
sekolah disini.

Wak Jumadi : Lailahaillallah, muncung kau tu! Tak boleh kau begitu, tau diri kau
pesal tau diri, ayah kau ni tukang becak. Berapolah pala penghasilannyo, kau bisa sekolah
sajopun dah syukur, nak ke MAN pulak kau masuk, nak naek apo kau berangkat ke sekolah nun
pagi-pagi, nang taunyo kau rumah kito ni di palosok, jalanpun tengok kau la ha, malalah
naujubillah, tau diri la yah tau diri, kito orang susah.

(Faisal menunduk)

Pak Samsul : Begitulah yo, Pak. Saya berikanlah hukuman skors kepada si Faisal,
selama 2 hari. Semoga selama beliau di rumah, bapak dan ibu dapat membenahi dan menasehati
Faisal.

Wak Jumadi : Baik, Pak. Terimakasih, Pak. Kami pamit pulang.

(Wak Jumadi dan Faisal menyalami Pak Samsul, dan pamit)

Scene 9 : Ruang Kelas

(Semua siswa sedang berkumpul di kelas, kecuali Faisal)

Nisa : Cemanalah ini? Baguslah kita minta maaf sama Bu Linda, moga-moga
masih mau ibuktu memaafkan kita.

Mita : Botul itu, mohla woi, minta maaf kito.

Siti : Ayoklah

Dilan : Moh bah, biar Dilan bin Sahmenan yang memimpin.


Scene 10 : Ruang Guru

(Semua siswa mendatangi Bu Linda yang sedang duduk sendirian)

Dilan : Buk...., kami minta maaf atas perbuatan kami tadi, menyosal kami buk,
rencana si Faisal itu, Buk. Tapi salah kami jugo, kami setujui rencananya itu.

Bu Linda : Takpapo, Nak. Dah ibu maafkan kamu semuo, jangan kamu buat begitu
lagi yo nak. Si Faisal mano?

Budi : Dipanggil Pak Samsul orangtuonyo tadi, Buk. Sekarang dio dah
pulang, dongar-dongarpun dio diskors 2 hari.

Bu Linda : Astaghfirullah, anyalah bayaadah... udahlah, baleklah kamu semuo ke


kelas.

(Semua siswa menyalami Bu Linda dan lalu kembali ke kelas)

Scene 11 : Kelas

(Faisal memasuki kelas, setelah skors berakhir)

Faisal : Faisal meletakkan tas, kemudian keluar tanpa sepatah katapun.

(Semua murid memandangi Faisal)

Scene 12 : Lapangan

(Faisal duduk di bangku lapangan, sendirian)

(Bu Linda yang sedang berjalan di lorong kelas, melihat Faisal, mendatangi Faisal, dan
lalu duduk di samping Faisal)

Faisal : Kenapo Ibu duduk disini?

Bu Linda : Tak boleh ibuk duduk? Ibu kebetulan lewat, nampak ibu kau duduk
sendirian, motan teconung, mocam lagi memikirkan sesuatu, apo yang kau pikirkan?

Faisal : Bukan urusan ibu.

Bu Linda : Tak ado salahnyo memberi tahu ibu, kalo ado masalah kau, ceritokan,
mungkin bisa ibu bantu.

Faisal : Ibu tau, kenapo awak bandal? Sejak kecil, awak ditinggalkan omak
ayah buk, omak ayah pisah, omak kawin lagi, ayahpun mungkin begitu, tak macam anak-anak
lain, dapat perhatian orangtuo, kasih sayang orangtuo. Sekarang awak diasuh samo uwak, Wak
Jumadi samo Wak Yuyun, diangkat orangtu awak jadi anaknyo, karono orangtu tak punyo anak.
Tapi totap sajo beda rasonyo, Buk. Awak mintak sekolahkan ke MAN, tak ondak orangtuo awak
mendaftarkan disitu, takut keluar biaya mahal, dan alasan-alasan yang lain, padahal MAN tu
bagus sekolahnyo, alasan jugolah, jauh dari rumah, tak ado kendaraan, padahal bisa sajonyo
diusahokan. Cuman, tau dirilah awak baya buk, awak anak kutipan, dikutip dari omak ayah yang
tak mengharapkan anaknyo ni lahir. Apolah pala dayo awak buk, tak bisa apo-apo, membaco
pun lancar tak lancar, tak macam orang lain yang pintar... pande ini itu, berbakat, berkeahlian,
segalo macamlah bontuknyo, awak cumo serpihan dobu.

Bu Linda : Aanyalah... sabar-sabarlah awak. Posan ibuk, dimanopun kau sekolah,


belajarlah bagus-bagus, bukan sekolah yang menentukan awak sukses atau tidak, tapi kembali ke
diri sendiri, bertekad ato tidak dio besekolah. Kalopun di sekolah sebagaimano bagusnyo, kalok
tak bagus-bagus awak belajar, tak guno jugo. Intinyo bagus-bagus belajar, siswa yang
menentukan sekolahtu bagus atau tidak, tanpa siswa, sekolah tak lain hanya bangunan tak
bermakna.

Bu Linda : Dan jangan menganggap diri tak tau apa-apa, jangan menganggap diri
bodoh. Masing-masing orang punya keahlian masing-masing. Di dunia ini, tak ada orang bodoh,
semua orang itu pintar, tapi kalo kau menilai seekor ikan dari caranya memanjat pohon, maka
ikan tu akan bodoh selamo-lamonyo, paham?

Faisal : Paham, Bu. Terimakasih. Dan maaf atas perbuatan awak selamo ini ke
ibu... (menangis tersedu)

Scene 13 : Ruang Guru

(Bu Linda sedang duduk sendirian)

Siswa : Assalamu’alaikum, Bu.

Bu Linda : Wa’alaikumussalam, ha, apo nak?

(Semua siswa menunjukkan kertas bertuliskan “LULUS”)

(Bu Linda tersenyum bangga dan memeluk mereka semua)

Bu Linda : Selamat untuk kamu semuo, ibu bangga samo kamu, tak sio-sio pilihan
ibuk untuk tetap mengajar kalian di kelas, sampe akhirnyo kalian bisa lulus semuonyo. Selamat
menempuh jenjang yang lebih tinggi, selamat mengejar mimpi.

Faisal : Kami semua berterimakasih kepada Ibu, karena tunjuk ajar ibu lah
kami bisa menyelesaikan pendidikan kami, tanpa ibu, kami tak akan mampu. Maaf atas
perbuatan kami yang tidak berkenan di hati ibu selama ibu mengajar kami. Jangan lupakan kami,
kami takkan lupakan ibu.

(Semua berpelukan)

Anda mungkin juga menyukai