PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pembangunan industri dan perdagangan di Indonesia dihadapkan pada
persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi. Hal ini dapat
dicapai oleh lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal
melalui peningkatan kualitas mutu pendidikan dengan memberikan sarana
dan prasarana yang menunjang ke arah tersebut. Perguruan tinggi sebagai
salah satu lembaga pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia
memiliki peranan dan tanggung jawab dalam mempersiapkan mahasiswa
menjadi tulang punggung bangsa yang nantinya akan memegang peranan
penting dan terjun langsung dalam pembangunan masyarakat Indonesia pada
era globalisasi.
Kemajuan teknologi bagi proses produksi telah berkembang melalui
proses kontrol secara komputasi maupun digital. Walaupun demikian,
manusia tetap berperan sebagai pengontrol atau pengawas lapangan bagi
kelancaran proses produksi. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja yang
mempunyai keahlian dan menguasai proses produksi merupakan hal yang
sangat penting dalam proses produksi.Lulusan Teknik Kimia memegang
peranan penguasaan lapangan pada proses operasi (operation) dan
pemeliharaan (maintenance) industri kimia. Dengan melaksanakan kerja
praktik, mahasiswa dapat mengamati berbagai aspek proses yang terjadi
dalam industri.
Pelaksanaan kerja praktik ini dapat dijadikan pengalaman dan penerapan
ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dan membandingkan teori yang
dipelajari pada bangku kuliah ke dalam dunia nyata, dengan jumlah dua
SKS dalam mata kuliah Kerja Praktik. Pemilihan PT. South Pacific Viscose
sebagai tempat pelaksanaan kerja praktik karena PT. South Pacific Viscose
adalah industri yang melibatkan proses fisika dan kimia dalam pengubahan
bahan baku menjadi produk dengan skala komersial, yang mana kedua
1
proses tersebut merupakan cakupan dari bidang teknik kimia yang sedang
dipelajari.
PT.South Pasific Viscose merupakan perusahaan swasata dari salah satu
anak perusahaan Lenzing AG.PT South Pasific Viscose. PT.South Pasific
Viscose bergerak di bidang tekstl dengan produk utama yang dihasilkan
adalah serat rayon. Bahan baku utama yang digunakan adalah pulp, NaOH,
dan CS2. Dalam penggunaannya, CS2 sangat diperlukan pada proses
pembuatan serat rayon, ini dikarenakan CS2 merupakan senyawa kimia
yang paling baik dalam melautkan senyawa organik. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan CS2, PT.South Pasific Viscose memiliki dapertemen
untuk memproduksi CS2.
1. 2 Tujuan Kerja Praktik
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kerja Praktik di
PT. South Pacific Viscose ini, yaitu:
1. Mendapatkan pengalaman baru dalam lingkungan kerja, melatih
kemampuan diri dalam menangani permasalahan dalam pabrik dan
mengetahui bentuk aplikasi teori ilmu pengetahuan yang diterapkan
dalam industri di PT. South Pacific Viscose.
2. Menambah wawasan aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri.
3. Mengetahui perkembangan teknologi canggihdan modern di bidang
industri, terutama yang diterapkan di PT. South Pacific Viscose.
4. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif, solutif dan
inovatif yang berwawasan bagi mahasiswa dan dunia kerja.
5. Memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Kimia FTI–UPN
“Veteran” Yogyakarta.
1. 3 Manfaat Kerja Praktik
1. 3. 1 Bagi Mahasiswa
1. Mengenal cara kerja suatu perusahan atau industri secara umum,
khususnya peralatan dan proses produksi yang dilakukan.
2
2. Menambah pengetahuan dan pemahaman keteknikan secara praktis
yang diterapkan pada industri.
3. Memberikan bekal tentang perindustrian, sebelum terjun ke dunia
kerja secara praktis yang diterapkan pada industri.
1. 3. 2. Bagi Jurusan
1. Terjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan atau industri yang
ditempati untuk kerja praktik.
2. Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk perbaikan
kurikulum
1. 3. 2 Bagi Perusahaan dan Industri
1. Terjalin kerja sama dengan Lembaga Pendidikan.
2. Dapat membantu menyiapkan sumber daya manusia yang potensial
untuk perusahaan atau industri.
3. Tidak tertutup kemungkinan adanya saran dari mahasiswa pelaksana
kerja praktik yang bersifat membangun dan menyempurnakan sistem
yang telah ada.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah dan latar belakang perusahaan
PT. South Pacific Viscose merupakan perusahaan swasta yang merupakan
salah satu anak perusahaan Lenzing AG. PT. South Pacific Viscose didirikan
pada tahun 1978 dengan surat ijin pendirian No. 71/14 Januari /1978.
Perusahaan ini dibangun diatas tanah sekitar 35 hektar. Sampai saat ini setelah
penambahan perluasan maka luas tanah pada PT. South Pacific Viscose
seluruhnya sekitar 80 hektar. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari
Lenzing AG Austria, Ashok Birla India, PT Pura Golden Lion dan Saparsih
Noor Luddin Indonesia. Pendirian perusahaan ini bertujuan guna mendukung
program penanaman modal asing (PMA) yang dicanangkan oleh pemerintah
NKRI yang tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1968.
PT. South Pacific Viscose memulai pembangunan fisiknya pada bulan mei
1981 dengan rancangan desain dan teknik mesin yang dilakukan oleh Ing
Maurer SA dari berne Switzerland. Uji coba produksi pertama dimulai pada
tanggal 17 Desember 1982 dengan tenaga ahli dari perusahaan induknya
Lenzing AG Austria. Pada 15 April 1983 PT. South Pacific Viscose sudah
dapat beroperasi secara penuh dengan hasil produksi serat rayon sebanyak 50
ton/hari. Sampai pada tahun 1991 PT. South Pacific Viscose sudah dapat
meningkatkan produksinya menjadi 90-100 ton/hari. Pada bulan mei 1992,
dengan beroperasinya line dua, PT. South Pacific Viscose mampu
memproduksi serat rayon sebanyak 180-200 ton/hari. Pada bulan Januari 1997
PT. South Pacific Viscose menambah line tiga sehingga meningkatkan
kapasitas produksinya sebanyak 350 ton serat per hari. Pada tahun 2009 line
empat didirikan dan mulai beroperasi pada bulan januari 2010 dan
meningkatkan kapasitas produksi serat rayon sebanyak 600 ton/hari.
Kemudian pada November 2012 didirikanlah line lima sehingga total produksi
serat rayon sebanyak 890 ton/hari.
4
Selain mengutamakan produksi, PT. South Pacific Viscose juga sangat
peduli terhadap dampak produksi terkait lingkungan sekitar terutama pada
limbah yang dihasilkan baik limbah cair, padat, maupun gas. Pada November
1993 PT. South Pacific Viscose mendirikan Unit Pengolahan Limbah Gas
(Waste Gas Sulphuric Acid Plant) guna mengurangi pencemaran udara. Selain
unit pengolahan limbah gas, PT. South Pacific Viscose juga memodernisasi
sistem pengolahan limbah cair dengan pengolahan mikrobiologi.
Untuk mendukung keberlangsungan bisnis, kepedulian lingkungan serta
kesehatan dan keselamatan kerja maka PT. South Pacific Viscose
berkomitmen dengan adanya ISO 9001 (Manajemen mutu), ISO 14001
(Manajemen lingkungan) dan OHSAS 18001 (Manajemen K3). Pada tahun
2006 PT. South Pacific Viscose mendirikan CAP (CS 2 Absorption Plant) dan
menambah kapasitas pengolahan limbah cairnya. Pada bulan November 2012
PT. South Pacific Viscose menambah kapasitas pengolahan limbah cair.
Kemudian pada awal 2013 PT. South Pacific Viscose mulai mendirikan WSA
Plant 2 yang mulai beroperasi pada bulan April 2014.
2.2 Visi dan misi
2.2.1 Visi
Memelihara kualitas yang terdepan disegala pasaran.
2.2.2 Misi
Meningkatkan dan menyediakan serat rayon dengan standar tinggi dan
memberikan yang terbaik kepada konsumen.
2.3 Struktur organisasi
PT. South Pacific Viscose merupakan suatu perusahaan yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), yaitu perusahaan yang modalnya berasal dari
penjualan saham ke masyarakat. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT.
South Pacific Viscose adalah bentuk organisasi garis (line organization)
dimana setiap bagian akan bertanggung jawab kepada atasannya.
5
Sistem ini memungkinkan suatu kebijakan dapat langsung diinstruksikan
dengan baik karena tugas masing-masing bagian sudah diketahui dengan jelas
sehingga apabila terjadi suatu masalah akan dapat langsung diatasi oleh
bagiannya masing-masing. Perusahaan ini mempunyai dewan komisaris yang
bertugas menetapkan garis kerja dan wewenang yang harus dilakukan oleh
dewan direksi.
Unsur pimpinan (Boards of Directors) PT. South Pacific Viscose meliputi:
a. Presiden Direktur
b. Direktur keuangan
c. Direktur teknik
d. Direktur penjualan dan pemasaran
2.4 Bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk proses pembuatan serat rayon terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Bahan Baku Utama
b. Bahan Penunjang
Bahan baku utama adalah bahan baku yang merupakan bagian dari produk
yang dihasilkan. Bahan baku utama yang digunakan untuk proses serat rayon
adalah pulp dan NaOH. Bahan pembantu adalah bahan baku yang ikut
berperan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung terlihat pada
produk. Bahan pembantu yang digunakan untuk proses serat rayon
diantaranya natrium hidroksida (NaOH), asam sulfat (H2SO4), dan karbon
disulfida (CS2). Bahan- bahan yang dibutuhkan selama proses produksi
berbeda jenisnya untuk tiap departemen tetapi produk yang dihasilkan dari
satu departemen sangat menunjang keberhasilan proses di departemen lainnya.
2.4.1 Bahan baku utama
a. Pulp
Pulp adalah bahan baku pembuatan serat viscose di PT. South
Pacific Viscose. Pulp adalah produk utama kayu, terutama
digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi juga diproses menjadi
berbagai turunan selulosa, seperti sutera, rayon, dan selofan.
6
(Eero Sjöström, 1995, dalam Muhammad Firdaus, 2016). Pulp yang
digunakan untuk membuat serat viscose di PT. South Pacific Viscose
saat ini diimport dari negara Afrika Selatan (CNC, NGODWANA dan
SAPPI), Swedia (BAHIYA) dan Republik Ceko (BIOCEL).
Berbagai jenis pulp tersebut sudah diakui oleh Lenzing yang
merupakan grup induk PT South Pacific Viscose. Adapun
kebutuhan total pulp adalah sebesar 332.614 ton/tahun. Adapun
komposisi dari pulp yang digunakan yaitu,
1. Selulosa
Selulosa merupakan polimer paling umum di sekitar kita.
Selulosa dapat ditemukan di dinding sel tanaman hijau, algae
dan dapat pula diproduksi oleh berbagai jenis bakteri. Selulosa
adalah polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida) yang
tidak larut dalam air, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
(Peter Strunk, 2012).
Selulosa memiliki rumus molekul (C6H10O5)n dengan n
adalah derajat polimerisasi (DP). Panjang suatu rangkaian
selulosa tergantung pada derajat polimerisasi. Semakin panjang
suatu rangkaian selulosa, maka rangkaian selulosa tersebut
mempunyai serat yang lebih kuat, tahan terhadap bahan kimia,
cahaya, dan mikroorganisme. Selulosa dapat dibedakan menjadi :
a. alfa selulosa : tidak larut dalam NaOH 17,5% pada suhu
20°C dan mempunyai derajat polimerisasi lebih dari 200,
b. beta selulosa : larut dalam NaOH 17,5% pada suhu
20°C dan memiliki derajat polimerisasi 10-200, dimana
dengan penambahan asam akan mengendap,
c. gamma selulosa : larut dalam NaOH 17,5%, pada suhu
20°C derajat polimerisasinya kurang dari 10, dan dengan
penambahan asam tidak akan kembali mengendap. (Fengel
and Wegener, 1995).
2. Hemiselulosa
7
Hemiselulosa (poliosa) berbeda dari selulosa karena
komposisi berbagai unit gula, karena rantai molekul yang lebih
pendek dan karena percabangan rantai molekul. Unit gula
(gula anhidro) yang membentuk hemiselulosa dapat dibagi
menjadi kelompok seperti pentosa,heksosa, asam heksanoat dan
deoksi-heksosa. Hemiselulosa tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam larutan alkali encer dan lebih mudah dihidrolisis oleh
asam daripada selulosa.
Sifat hemiselulosa yang hidrofilik banyak
mempengaruhi sifat fisik pulp. Hemiselulosa berfungsi
sebagai perekat dan dapat mempercepat terjadinya vibrasi
(pembentukan serat). Sifat inilah yang memperkuat
kekuatan fisik lembaran pulp dan menurunkan waktu serta daya
operasi penggilingan (Fengel and Wegener, 1995)
Persyaratan pulp untuk memperoleh kualitas serat viscose
yang baik yaitu harus memiliki kandungan alfa selulosa dengan
kadar yang tinggi (≥90%), sedangkan kandungan komposisi
selulosa yang lainnya (beta selulosa dan gamma selulosa) dan
hemiselulosa berkadar lebih rendah (≤10%). (Quality Control
Department PT. South Pacific Viscose, 2017).
Kebutuhan pulp yang digunakan dalam pembuatan serat
viscose terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Serat panjang (long fiber), panjang 0,42-4,92 cm.
b. Serat pendek (short fiber), panjang 0,39-1,91 cm.
b. Natrium hidroksida
Fungsi NaOH dalam proses ini adalah untuk melarutkan
hemiselulosa yang tidak dikehendaki serta untuk mengubah selulosa
menjadi alkali selulosa dalam proses alkalizing serta berperan dalam
pembentukan alkali selulosa menjadi selulosa xanthat atau larutan
viscose.
c. Karbon disulfida
8
Larutan CS2 adalah larutan perantara (intermediate solution) untuk
mengubah alkali selulosa menjadi xanthat di xanthator (sulphurizing
process) pada departemen viscose. CS2 ini dapat di-recovery kembali
melalui kondensasi dari departemen spinning pada CS2 di CS2
Adsorption Plant (CAP). PT. South Pacific Viscose memproduksi CS 2
pada bagian Auxiliary, yaitu Departemen Natural Gas Based CS 2
(NGBC). Kebutuhan total CS2 sebesar 128 ton/hari. Apabila jumlah
CS2 yang dihasilkan tidak memenuhi, maka akan mengimpor CS 2 dari
China atau Kanada dengan menggunakan mobil tangki berjacket air
pendingin.
d. Asam sulfat (H2SO4)
Dalam proses ini, asam sulfat digunakan untuk pembentukan
larutan spinbath pada departemen spinbath. Berfungsi untuk
meregenerasi selulosa xanthat menjadi selulosa. Keperluan total asam
sulfat yang digunakan adalah sebesar 243.595 ton/tahun. Asam sulfat
diproduksi oleh Departemen Topsøe atau Waste Sulfuric Acid (WSA).
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan asam sulfat adalah
sulfur cair dan limbah gas buangan (rich gas dan lean gas) dari
Departemen Spinning dan Departemen Spinbath, seperti H2S dan CS2.
e. Seng sulfat
ZnSO4 yang ditambahkan pada mixing tank di departemen
spinbath berfungsi untuk menambah kekuatan tarik serat yang
dihasilkan dengan cara memperlambat proses regenerasi sehingga
didapat serat viscose dengan kekuatan tinggi. Seng sulfat dibuat sendiri
oleh PT.South Pacific Viscose dengan cara mereaksikan antara Zn
dengan asam sulfat di departemen spinbath. Kebutuhan Zn yang
diperlukan adalah sebesar 1.037 ton/tahun.
2.4.2 Bahan penunjang
a. Air lunak (soft water)
9
Soft water adalah air yang telah mengalami pengolahan sedemikian
rupa agar tidak bersifat sadah atau tidak mengandung ion-ion Ca dan
Mg. Soft water digunakan untuk berbagai macam proses, diantaranya :
• Proses alkalisasi di Departemen Viscose.
• Proses pembuatan larutan spinbath di Departemen Spinbath.
Kebutuhan air di PT South Pacific Viscose adalah sebesar 3300
m3/jam. Soft water diolah pada departemen Water Treatment
b. Mangan sulfat (MnSO4)
Mangan sulfat berfungsi sebagai katalis pada proses alkalisasi di
departemen viscose.
c. Berol 338
Penggunaan berol 338 ini bertujuan sebagai pelumas agar tidak
terjadi caking pada Preshredder, Fine Shredder dan Aging drum serta
untuk memekarkan fiber pada saat di departemen spinning dan
mengurangi terjadinya korosi. Kebutuhan berol 338 per satu ton berat
staple fiber (fiber) sebesar 5,7 kg dan diberikan dengan dosis 55
tetes/menit di preshreder.
d. Natrium hipoklorit
Senyawa Natrium Hipoklorit berfungsi untuk pemutih pada proses
After treatment di Departemen Spinning dan didatangkan dari PT.
Indochlor dengan kebutuhan sebesar 40kg/ton fiber.
e. Softening agent
Digunakan sebagai pelembut serat dengan cara mengontrol kadar
minyak (oil pick-up) dalam serat dengan jenis yang digunakan adalah
GA dan MGR yang di datangkan dari langsung dari Jepang. GA
berfungsi untuk menghilangkan sifat elektrostatis di dalam serat,
sedangkan MGR berfungs untuk melembutkan atau menghaluskan
serat. Kebutuhan softening agent sebesar 40 kg/ton fiber
f. Asam asetat
10
Senyawa asam asetat ini digunakan untuk menurunkan pH pada
larutan softener yang memiliki pH tinggi, dari pH 12 menjadi 10.
Kebutuhan bahan sebesar 3 kg/ton fiber
g. Titanium dioksida
Titanium oksida dengan nama dagang kronos digunakan sebagai
bahan pengisi. Sehingga warna tidak terlalu terang dengan kebutuhan
sebesar 8 kg/ton fiber.
h. Afilan
Alfilan digunakan untuk membantu elastisitas serat yang
kebutuhannya tergantung dari jenis serat yang dibuat atau dipesan oleh
pelanggan.
2.5 Deskripsi proses
PT. South Pacific Viscose memiliki produk utama berupa viscose rayon
staple fiber atau serat viscose. Terdiri dari dua jenis yang dapat digunakan
pada woven fiber dan non-woven fiber. Sedangkan produk samping berupa
natrum sulfat anhidrat. Pada kegiatan produksi serat rayon di PT South Pacific
Viscose secara umum memiliki tiga Departemen, yaitu Departemen Viscose,
Departemen Spinning, dan Departemen Spinbath. Selain tiga departemen
produksi, PT. South Pacific viscose juga memiliki departemen NGBC yang
berperan menyediakan kebutuhan CS2 dalam pabrik.
2.5.1 Departemen viscose
Departemen Viscose merupakan tempat terjadinya pengolahan
bahan baku, yaitu pulp menjadi larutan viscose yang selanjutnya
dikirim ke departemen Spinning untuk diproses lebih lanjut. Dalam
proses pembuatan larutan viscose, terdapat dua proses utama, yaitu
proses alkalizing dan proses sulfurizing.
11
proses ini yaitu melarutkan hemiselulosa, seta menghilangkan kotoran.
Proses ini akan menghasilkan slury alkali selulosa. Selanjutnya slurry
alkali selulosa dipompa menuju Slurry Press (SP) yang terdiri dari
sepasang roll penekanan dengan jarak celah antara roll sebesar 5 mm.
Tujuannya dari proses ini adalah untuk mengurangi kelebihan alkali,
sehingga dihasilkan cake alkali selulosa dan filtrat yang disebut press
lye. Press lye kemudian dimasukkan ke dalam press lye tank dan akan
dilakukan treatment kembali untuk menjadi Steeping Lye. Cake alkali
selulosa kemudian diumpankan ke dalam Pre Shredder (PSHR) untuk
mencabik alkali selulosa menjadi gumpalan. Alkali selulosa dari
shredder selnjutnya diumpankan ke dalam Aging drum (AD) melalui
screw conveyor. Tujuan dari proses pemeraman ini adalah untuk
menurunkan derajat polimerisasi (DP) rantai molekul alkali selulosa
sehingga didapatkan derajat polimerisasi yang diinginkan, yaitu dari
1000–1200 menjadi sebesar 300–500.
12
terkandung di dalamnya. Setelah dari FD larutan viscose akan masuk
kedalam secondary filter untuk menyempurnakan proses filtrasi.
13
serat yang terjadi karena dekomposisi viscose tidak terjadi secara
spontan. Pada awalnya, tow akan terbentuk pada bagian kulitnya
berbentuk lapisan tipis. Pembentukan dibagian kulit in akan
menghindari terbentuknya banyak gelembung gas disekitarnya.
16
Refining unit merupakan unit yang berperan untuk
memurnikan produk dengan cara memisahkan antara CS2 dari
kandungan Sulfur dan H2S. Tujuan lain dari proses pemisahan ini
adalah untuk mendaur ulang sulfur berlebih. Gas dari reaktor
masuk ke dalam Sulphur Condenser untuk mengkondensasi sulfur,
dengan media pendingin demin water.
Setelah melewati condenser, gas CS2 dan H2S serta sulfur yang
sudah dalam bentuk cair akan masuk ke Crude Column (T-301).
Sulfur cair akan mengalir ke bagian bawah column dan akan
dialirkan menuju Flash Tank (V-304). Gas CS2 dan H2S akan
bergerak keatas column melalui packing set, dimana aliran CS2 dan
H2S akan bersinggungan dengan CS2 reflux yang bergerak
kebawah. CS2 akan bergerak keatas, sedangkan kandungan sulfur
yang terbawa CS2 ke atas maupun dari CS2 reflux akan terbawa ke
bawah.
CS2 dan H2S yang sudah terbebas dari sulfur akan bergerak
keatas lagi melalui packing set lagi dan akan bersinggungan
kembali dengan CS2 reflux yang satu lagi. CS2 gas akan ikut
terbawa bersama aliran reflux kemudiann masuk ke CS2 Coole (E-
17
302) sedangkan kandungan H2S yang ada dalam CS2 reflux akan
ikut terbawa aliran gas H2S menuju top/puncak column yang.
Selanjutnya akan masuk kedalam HE (E-303) untuk didinginkan
dan diembunkan kandungan CS2 nya. Pada pendinginan tahap
pertama akan mendinginkan sekaligus mengembunkan CS2 yang
terikut dengan menggunakan media pendingin gas H2S yang keluar
dari pendingin tahap keempat (E-306). Hasil CS2 yang berhasil
diembunkan akan masuk ke CS2 Buffer Tank, sedangkan CS2 yang
belum terembunkan akan masuk ke pendinginan tahap 2 (E-304)
dengan menggunakan media pendingin Cooling Water. Hasil CS2
yang berhasil diembunkan akan masuk ke CS2 Buffer Tank,
sedangkan CS2 yang belum terembunkan akan masuk ke
pendinginan tahap 3 (E-305) dengan menggunakan media Chill
Water. Hasil CS2 yang berhasil diembunkan akan masuk ke CS2
Buffer Tank, sedangkan CS2 yang belum terembunkan akan masuk
ke pendinginan tahap 4 (E-305) dengan menggunakan media
pendingin Brine. Gas yang tidak berhasil terembunkan akan
digunakan sebagai media pendinginan pertama.
CS2 dan H2S yang sudah terbebas dari sulfur akan bergerak
keatas lagi melalui packing set lagi dan akan bersinggungan
kembali dengan CS2 reflux yang satu lagi. CS2 gas akan ikut
terbawa bersama aliran reflux kemudiann masuk ke CS2 Coole (E-
302) sedangkan kandungan H2S yang ada dalam CS2 reflux akan
ikut terbawa aliran gas H2S menuju top/puncak column.
18
Buffer Tank, sedangkan CS2 yang belum terembunkan akan masuk
ke pendinginan tahap 2 (E-304) dengan menggunakan media
pendingin Cooling Water. Hasil CS2 yang berhasil diembunkan
akan masuk ke CS2 Buffer Tank, sedangkan CS2 yang belum
terembunkan akan masuk ke pendinginan tahap 3 (E-305) dengan
menggunakan media Chill Water. Hasil CS 2 yang berhasil
diembunkan akan masuk ke CS2 Buffer Tank, sedangkan CS2 yang
belum terembunkan akan masuk ke pendinginan tahap 4 (E-305)
dengan menggunakan media pendingin Brine. Gas yang tidak
berhasil terembunkan akan digunakan sebagai media pendinginan
pertama.
19
terembunkan selanjutnya dialirkan ke Buffer Tank CS 2 semi finish
no 1.
Gas H2S akan bergerak ke atas top column sedangkan CS2 akan
turun ke bottom column. Pada level tertentu dari bottom column
CS2 dialirkan ke CS2 cooler kemudian dipompa (P-304 A/B) ke
Tank Farm (V-401A/B) tetapi bila CS2 product masih off spec
(disqualifikasi) dipompakan ke Fine Column (T-302 ), sedangkan
dari bottom column CS2 dialirkan ke Reboiler finish product
column untuk diuapkan kembali CS2 nya dan masuk kembali ke
tinish column. Gas H2S yang masih membawa sedikit CS2 keluar
dari top column dialirkan ke 1 Cooler dan 2 Cooler Finish Product
Column. Hasil product akan didinginkan di CS2 cooler sampai
suhunya 10 C dengan menggunakan media pendingin Chill Water.
2.5.4.5 SRU
20
Sulphur Recovery Unit (SRU) bertujuan untuk memperoleh
sulphur cair dari gas H2S yang merupakan hasil samping dari
proses produksi CS2. Pada proses ini gas-gas keluaran dari
Refinery Unit (Acid Gas) dengan Proses Claus untuk merecovery
sulfur. Mula-mula Acid gas dimasukkan kedalam Acid Gas Knock
Drum, lalu dialirkan ke Furnace (F-501), dengan dialirkan udara
menggunakan Blower. Di dalam Furnace, terjadi reaksi :
H2S + O2 SO2 + H2O
Reaksi yang terjadi menggunakan katalis alumina, dan bersifat
eksotermis sehingga di perlukan pendinginan dalam Reaction
Furnace Steam Generator (E-501). Dalam Reaction Furnace Steam
Generator (E-501) akan dialirkan menuju First Sulphur Condenser
(E-502A) dan sulfur yang terkondensasi masuk ke Sulphur Pit (V-
506). Tail gas keluaran dati Furnace selanjutnya akan menuju ke
First Reaktor (R-501) dan Second Reactor (R-502) dan terjadi
reaksi :
SO2 + H2S S2 + H2O
Dari First Reactor akan menuju ke Second Sulphur Condenser
(E-502B), Sulfur yang telah terkondensasi akan masuk ke Sulphur
Pit dan menghasilkan LP Steam. Setelah itu akan menuju ke Third
Sulphur Condenser (E-503), Sulfur yang terkondensasi masuk ke
Sulphur Pit dan sisa gas masuk ke Sulphur Coalescer (V-504).
21
Selanjutnya gas keluaran Sulphur Coalescer (Tail Gas) akan masuk
ke Incinerator (F-502) dengan bahan bakar Fuel Oil dari NG
Purification Unit. Dari Incinerator masuk ke Incinerator Steam
Generator (E-504). Kemudian sebagian akan masuk ke SO 2
Scrubber dan baru dilepas ke lingkungan melalui Stack dan
sebagian lagi masuk ke WSA 1 Plant.
22
Serat viscose yang dihasilkan PT. South Pacific Viscose
terdapat 3 jenis yaitu High Tenacity Fiber, Woven Fiber(Serat
Tenun) dan Non-Woven Fiber(Serat Non-Tenun). Spesifikasi serat
viscose PT. South Pacific Viscose
Tabel 2.1 Spesifikasi Serat Viscose PT. South Pacific Viscose
Jenis Fiber Denier Cut-length (mm) Luster
High Tenacity Fiber 1,2 – 1,5 32-51 Bright
Woven Fiber 1,5 38 Semi dull
Non-Woven Fiber 1,5 40 Dull
Sumber: Quality Control Departemen PT. South Pacific Viscose
23
2.7 Lokasi pabrik
PT. South Pacific Viscose berlokasi di kampung Ciroyom, Desa Cicadas
Kabupaten Purwakarta, PO BOX 11 Purwakarta Jawa Barat, sedangkan kantor
pusatnya berada di Sampoerna Strategic Square, South Tower Lt. 22, Jl.
Jendral Sudirman Kav 45-46 Jakarta Pusat 12930 Indonesia.
25
Karbon disulfida murni merupakan cairan bening tidak berwarna dengan
bau eter yang lembut. Warna kuning samar perlahan berkembang setelah
terpapar sinar matahari. Karbon disulfida komersial tingkat rendah mungkin
menunjukkan beberapa warna dan mungkin memiliki bau busuk yang kuat
karena pengotor belerang. Karbon disulfida sedikit larut dengan air, tetapi
merupakan pelarut yang baik untuk banyak senyawa organik.
Karbon disulfida benar-benar larut dengan banyak hidrokarbon, alkohol,
dan hidrokarbon terklorinasi (9,13). Fosfor (14) dan belerang sangat larut
dalam karbon disulfida. Sulfur mencapai kelarutan maksimum 63% S pada
titik didih atmosfer 608C larutan (15). Data kelarutan untuk karbon disulfida
dalam belerang cair pada tekanan parsial CS2 101 kPa (1 atm) dan diagram
fase untuk sistem belerang-karbon disulfida telah dipublikasikan (16). Data
kesetimbangan uap-cair dan titik beku tersedia untuk beberapa campuran biner
yang mengandung karbon disulfida (9). Di bawah tekanan yang sangat tinggi
sekitar 5,5 GPa (5:4 104 atm) dan suhu hingga 1758C, bentuk padat karbon
disulfida telah diamati (17).
Pada PT South Pacific Viscose, karbon disulfida digunakan pada
pembuatan selulosa xanthat. Karbon disulfida akan bereaksi dengan alkali
selulosa dan akan membentuk selulosa xanthat. Karbon disulfida pada PT
South Pacific Viscose diproduksi di departemen NGBC dengan mereaksikan
antara sulfur denga gas alam.
3.2 Sulfur
28
BAB IV
TUGAS KHUSUS
KINETIKA REAKSI PADA REAKTOR FUNACE
4.1 Tujuan
1. Menghitung CS2 produk keluaran reaktor furnace
2. Menghitung sulfur excess keluaran reaktor furnace
4.2 Metodologi
4.2.1 Pengumpulan data
Data diperoleh dari Reaction Unit. Data yang diperlukan adalah
temperature keluaran dari reaktor adiabatic serta data patent niali K.
4.2.2 Pengolahan data
Data diolah melalui perhitungan data kinetic dengan
mengasumsikan reaksi yang terjadi, lalu diperolehlah nilai K dengan
memasukkan temperature sehingga diketahuilah massa masing-masing
komponen dan sulphur excess.
4.2.3 Menghitung reaksi di reactor furnace
CH4 + 2 S2 CS2 + 2 H2S
Reaction x 2x x 2x
If : (CH4)o = A ; (S2)o = B
[CS2] [H2S]2
K=
[CH4] [S2]2
[x] [2x]2
K=
[A - x] [B - 2x]2
K= 4x3
29
[A - x] [B2 - 4Bx + 4x2]
4x3
K=
AB2 - 4ABx + 4Ax2 - B2x + 4Bx2 - 4x3
Misalkan :
a = 4 (1 + K) (i)
b = -4 (A + B) K (ii)
c = (4A + B) B K (iii)
d = - A B K2 (iv)
Temp (K) k
550 0,0214
600 0,214
650 0,424
700 1,04
30
Didapatkan grafik
31
Memasukkan nilai K, A, dan B kedalam persamaan i, ii, iii, iv
a = 4 (1 + K)
a = 4 (1 + 0.2929)
a = 5.2929
dengan cara yang sama didapat nilai b, c, dan d
b = -222.7847
c = 14114.7646
d = -675.1858
menggunakan roots of qubic equation diperoleh nilai CS2 produk maximum
sebesar
CS2 Product = x = 21.5150 kmole/h = 1638.1742 kg/h
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil:
1. CS2 Produk sebesar 16831,1724kg/jam
2. Sulfur excess sebesar 5519,1551 kg/jam
5.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Modul departemen NGBC
34