Anda di halaman 1dari 53

BAB I PENDAHULUAN

Salah satu kurikulum yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Politeknik STTT
Bandung D-IV adalah Praktik Kerja Lapangan yang biasa dikenal dengan
sebutan PKL. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan yaitu untuk menambah dan
memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang dunia industri, sehingga
mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan ke
dunia kerja yang sebenarnya baik dari segi produksi maupun keorganisasian
yang terdapat di ruang lingkup pabrik tersebut.

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan suatu bentuk


pertanggungjawaban dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di PT. South
Pacific Viscose. Salah satu industri tekstil yang memproduksi serat rayon atau
serat sintetis dari bahan dasar selulosa dengan kualitas menyamai serat alam ini
berlokasi di kampung Ciroyom Desa Cicadas Kabupaten Purwakarta, Provinsi
Jawa Barat. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sesuai dengan arahan yang
diberikan yaitu sebanyak 12 sks di semester 7 selama 64 hari kerja dimulai dari
tanggal 16 September 2018 sampai dengan 28 November 2018 dengan waktu
kerja selama 6 hari mulai dari hari Senin sampai hari Sabtu dan dimulai pukul
08.00 WIB – 14.30 WIB.

Berikut beberapa departemen di PT. South Pacific Viscose yang menjadi tujuan
kegiatan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan, diantaranya :

a. Lenzing Center of Excellence Department


b. Quality Control Department
c. Plant Tour Production Planning Department
d. Plant Tour Viscose Department
e. Plant Tour Spinning Department
f. Plant Tour Spinbath Department

Terdapat beberapa kendala selama menjalankan kegiatan Praktik Kerja


Lapangan di PT.South Pacific Viscose. Beberapa hal yang bersifat informatif
tidak dapat diperoleh dengan mudah dan adanya pembatasan untuk
memperoleh data yang diperlukan sehingga dalam penyusunannya terdapat
beberapa hal yang ditulis tidak secara detail. Meskipun demikian materi yang
akan disampaikan dapat dideskripsikan secara umum dengan sebaik mungkin.

1
Materi yang akan disampaikan dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini
dikelompokkan menjadi 5 bab. Berikut penjelasan dari setiap bab :

- BAB I merupakan penjelasan dari Pendahuluan berisi latar belakang, ruang


lingkup, waktu, tempat, dan kendala pada saat Praktik Kerja Lapangan.
- BAB II merupakan penjelasan dari Bagian Umum Perusahaan berisi
perkembangan perusahaan, struktur organisasi, bentuk struktur organisasi,
uraian tugas, permodalan dan pemasaran, ketenagakerjaan, jumlah dan
tingkat pendidikan karyawan, distribusi tenaga kerja dibagian produksi,
sistem pembinaan dan pengembangan karyawan, sistem pengupahan
karyawan, dan fasilitas karyawan
- BAB III merupakan penjelasan dari Bagian Produksi berisi proses produksi di
perusahaan tersebut, mulai dari perencanaan sampai proses pengendalian
mutu dan pengepakan.
- BAB IV merupakan penjelasan dari Diskusi berisi pembahasan secara
analisis mengenai suatu permasalahan yang ada pada Bab III.
- BAB V merupakan penjelasan dari Penutup berisi kesimpulan dan saran
yang berkaitan dengan pembahasan diskusi pada Bab IV.

2
BAB II
BAGIAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Perkembangan Perusahaan

Pertumbuhan penduduk dunia yang semakin meningkat tentu tidak dapat


dihindari, maka dari itu kebutuhan sandang akan terus mengalami peningkatan.
Tentu saja hal ini akan berbanding lurus dengan kebutuhan serat sebagai bahan
bakunya. Kebutuhan serat selama ini sebagian masih disuplai oleh serat alami
yaitu kapas dan sebagian lagi oleh serat sintetis atau buatan yang disebut rayon.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap sandang tersebut PT. South Pasific
Viscose memproduksi serat sintetis dari bahan dasar selulosa dengan kualitas
yang menyamai serat alam. Produk yang dihasilkan oleh PT. South Pacific
Viscose yaitu Viscose Rayon Staple Fiber sebagai Primary Product dan
Anhydrous Sodium Sulphate, Carbon Disulphide (CS2), & Sulphuric Acid
(H2SO4) sebagai Secondary Product.

Dengan tujuan untuk mendukung program yang dicanangkan oleh Pemerintah


Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu program Penanaman Modal Asing
(PMA) maka pada tahun 1978 didirikan PT. SPV Lenzing dengan surat izin
pendirian No. 71/14 Januari 1978. Program PMA ini tercantum dalam Undang-
Undang No.1 tahun 1968.

Pada bulan Mei 1981 PT. South Pacific Viscose mulai melakukan Pembangunan
dengan rancangan desain dan teknik mesin dilakukan oleh Ing Maurer SA dari
Berne Switzerland. Uji coba produksi pertama dimulai pada tanggal 17
Desember 1982 dengan tenaga ahli dari perusahaan induknya Lenzing AG,
Austria. Pada tanggal 15 April 1983 PT. South Pacific Viscose sudah dapat
berproduksi secara penuh dengan hasil produksi serat rayon sebanyak 50 ton
per hari. Hingga tahun 1991 PT. South Pacific Viscose sudah dapat
meningkatkan produksinya menjadi 90 sampai 100 ton per hari. Pada bulan Mei
1992, dengan beroperasinya Line Dua, PT. South Pacific Viscose dapat
memproduksi serat rayon sebanyak 180 – 200 ton per hari dan 90 sampai 100
ton kristal natrium sulfat anhidrat (Na2SO4). Setelah Line Tiga mulai beroperasi
pada bulan Januari 1997, produksi PT. South Pacific Viscose meningkat menjadi
350 ton per hari serat rayon dan 210 ton per hari kristal natrium sulfat anhidrat
(Na2SO4).

3
Untuk meningkatkan produksi serat rayon & anhydrous natrium sulphate
dilakukan PT. South Pacific Viscose dengan mendirikan Line Empat pada tahun
2009 & mulai beroperasi pada bulan Januari 2010. Peningkatan jumlah produksi
mencapai 600 ton per hari serat rayon dan 360 ton per hari sodium sulphate.
Dengan adanya line empat ini juga membawa dampak positif, yaitu perusahaan
dapat menyerap tenaga kerja di sekitar lingkungan perusahaan maupun di
wilayah kabupaten Purwakarta. Seiring dengan kebutuhan serat rayon di dunia
maka awal tahun 2011 PT. South Pacific Viscose mendirikan Line Lima dan
mulai berproduksi pada bulan November 2012, sehingga total kapasitas produksi
dengan 5 lines menjadi 890 ton per hari serat rayon dan 500 ton per hari sodium
sulphate. Jadi, total produksi serat rayon menjadi 325.000 ton per tahun dan
sodium sulphate menjadi 185.000 ton per tahun.

PT. South Pacific Viscose tidak hanya mengutamakan produksi namun sangat
peduli terhadap dampak produksi terkait lingkungan sekitar, terutama pada
limbah yang di hasilkan baik limbah cair, gas maupun padat. Pada bulan
November 1993 PT. South Pacific Viscose mendirikan Unit Pengolahan Limbah
Gas (Wastegas Sulphuric Acid Plant) guna mengurangi pencemaran udara. Juga
memodernisasikan sistem pengolahan limbah cair dengan sistem pengolahan
Mikrobiologi.

Untuk mendukung keberlangsungan bisnis, kepedulian lingkungan serta


kesehatan dan keselamatan kerja, maka PT. South Pacific Viscose berkomitmen
dengan adanya ISO 9001 (Manajemen Mutu), ISO 14001 (Manajemen
Lingkungan) dan OHSAS 18001 (Manajemen K3).

Maka pada tahun 2006 PT. South Pacific Viscose mendirikan CAP (CS2
Absorption Plant) dan menambah kapasitas pengolahan limbah cairnya. Tidak
berhenti hanya disitu, pada bulan November 2012, kapasitas olah limbah cair
ditambah lagi. Kemudian pada awal tahun 2013 PT. South Pacific Viscose mulai
mendirikan WSA Plant 2, yang telah beroperasi pada bulan April 2014.

Pada tahun 2018 PT. South Pacific Viscose meresmikan LCOE (Lenzing Center
of Excellence). Keberadaan LCOE (Lenzing Center of Excellence) ini akan
menjadi alat penting untuk optimalisasi jenis serat serta pengembangan benang
dan kain. Selain itu LCOE (Lenzing Center of Excellence) adalah bentuk layanan
kepada costumer, inovasi, hingga peningkatan kualitas dan sustainability.

4
Diharapkan kedepannya LCOE (Lenzing Center of Excellence) akan menjadi
pusat riset dan pengembangan benang yang inovatif hingga sebagai service
center untuk memenuhi keinginan costumer. Mulai dari pengetesan kualitas
benang hingga mengakomodir keinginan costumer maupun complain akan
kualitas produk.

PT. South Pacific Viscose memiliki visi dan misi perusahaan serta motto sebagai
berikut:

Visi Perusahaan : Memelihara kualitas yang terdepan di segala pasaran.


Misi Perusahaan : Meningkatkan dan menyediakan serat rayon dengan
standar tinggi dan memberikan yang terbaik kepada
konsumen.
Motto Perusahaan : “The preferred choice for viscose fibers”

2.1.2 Lokasi

Lokasi yang strategis adalah wilayah penempatan operasi produksi sebuah


perusahaan yang dapat memberikan keuntungan maksimal terhadap PT. South
Pacific Viscose. PT. South Pacific Viscose berlokasi di Kampung Ciroyom, Desa
Cicadas Kabupaten Purwakarta, P.O. BOX 11 Purwakarta, Jawa Barat,
sedangkan kantor pusatnya berada di Sampoerna Strategic Square, South
Tower Lantai 22, Jalan Jenderal Sudirman Kav 45-46 Jakarta Pusat 12930
Indonesia. Peta lokasi PT. South Pacific Viscose dapat dilihat pada gambar 2.1
pada halaman 6.

2.1.3 Tata Letak Pabrik

Pada awal berdirinya, PT. South Pacific Viscose dibangun di atas tanah seluas
30 hektar, dengan rincian 21 hektar digunakan untuk bangunan pabrik dan
kantor, sedangkan 9 hektar lagi untuk kesejahteraan karyawan. Pada awal tahun
1991, PT. South Pacific Viscose mengadakan perluasan tanah sekitar 35 hektar.
Sampai saat ini setelah penambahan perluasan maka luas tanah PT. South
Pacific Viscose seluruhnya 77 hektar. Tata Letak PT. South Pacific Viscose
dapat dilihat pada gambar 2.2 pada halaman 7.

5
Sumber: Departemen Administrasi dan Personalia PT. South Pacific Viscose

Gambar 2.1 Peta Lokasi PT. South Pacific Viscose

6
Sumber: Departemen Administrasi dan Personalia PT. South Pacific Viscose

Gambar 2.2 Tata letak PT. South Pacific Viscose

7
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Menurut James A. Stoner struktur organisasi dapat dikatakan sebagai


pengaturan antar hubungan bagian-bagian komponen-komponen dan posisi-
posisi suatu perusahaan. Sedangkan menurut miles stuktur organisasi adalah
suatu yang menunjukan hierarki organisasi yang bersagkutan, struktur otoritas,
dan hubungan antara atasan dan bawahan. Dalam referensi lain dijelaskan
bahwa struktur organisasi adalah struktur yang menunjukan kerangka dan
susunan perwujutan pola tetap hubugan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian
atau posisi, maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan tugas dan
wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Dalam stuktrur ini juga mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi dandesentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
besaran (ukuran) suatu kerja. (Handoko, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa
struktur organisasi menggambarkan kerangka dan susunan hubungan diantara
fungsi, bagian atau posisi, juga menunjukkan hierarki organisasi dan struktur
sebagai wadah untuk menjalankan wewenang, tanggung jawab dan sistem
pelaporan terhadap atasan dan pada akhirnya memberikan stabilitas dan
kontinuitas yang memungkinkan organisasi tetap hidup walaupun orang datang
dan pergi serta pengkoordinasian hubungan dengan lingkungan.

Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai struktur organisasi. Penyusunan


struktur organisasi merupakan langkah awal dalam memulai pelaksanaan
kegiatan perusahaan dengan kata lain penyusunan struktur organisasi
merupakan langkah terencana dalam suatu perusahaan untuk melaksanakan
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Tanggung jawab untuk setiap posisi pekerjaan serta hubungan antar posisi-posisi
yang ada ditunjukkan dalam struktur organisasi tersebut. Dengan adanya struktur
organisasi dapat menghindari atau mengurangi kesimpangsiuran dalam
pelaksanaan tugas.

2.2.1 Bentuk Struktur Organisasi

Bentuk struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan hubungan


diantara fungsi-fungsi dalam suatu organisasi serta wewenang dan tanggung
jawab setiap anggota organisasi yang menjalankan masing-masing tugasnya.
Bentuk organisasi ini digambarkan dengan garis vertikal dan garis horizontal.
Garis vertikal menunjukan hubungan antara atasan dan bawahannya, sedangkan

8
garis horizontal menunjukkan hubungan antar bagian dalam perusahaan. Dalam
sistem organisasi di PT. South Pacific Viscose memungkinkan suatu kebijakan
dapat langsung diinstruksikan dengan baik karena tugas masing-masing bagian
sudah diketahui dengan jelas sehingga bila ada suatu masalah akan dapat
langsung diatasi oleh bagiannya masing-masing.

PT. South Pacific Viscose dipimpin oleh President Director Direktur Utama yang
dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh 4 kepala direktorat yang terdiri dari
Direktur Umum, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran dan Direktur Teknik.
PT. South Pacific Viscose merupakan suatu perusahaan dalam bentuk perseroan
yang mempunyai Direktur Utama yang menetapkan garis kerja dan wewenang
yang harus dilaksanakan oleh dewan direksi. Struktur Organisasi PT. South
Pacific Viscose dapat dilihat pada gambar 2.3 halaman 10.

2.2.2 Uraian Tugas

Tanggung jawab yang diemban oleh setiap bagian, antara lain:

1. Presiden Direktur/Direktur Utama (President Director)


Presiden Direktur sebagai pimpinan perusahaan, pengambil keputusan
tertinggi, bertanggung jawab kepada para pemegang saham dan pembuat
garis-garis besar terkait kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan PT.
South Pacific Viscose.
2. Direktur Umum (General Director)
Direktur Umum bertanggung jawab kepada Direktur Utama atas bagian-
bagian yang berkenaan dengan sistem manajemen untuk melaksanakan tata
laksana secara umum di PT. South Pacific Viscose. Direktur Umum
membawahi Manajer Personalia & Administrasi yang terdiri dari Human
Resources, Safety & Environment dan Security. Membawahi juga Manajer
Pengendalian Proses yang terdiri dari Quality Control, dan Process
Innovation.
3. Direktur Keuangan (Financial Director)
Direktur Keuangan bertugas menjalankan kebijakan yang berkaitan dengan
laporan keuangan, cash flow, likuiditas dan semua biaya kelangsungan
operasi PT. South Pacific Viscose, bertugas pula untuk melaksanakan
penyajian data yang menyangkut laporan keuangan.

9
Sumber: Departemen Human Resources PT. South Pacific Viscose

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. South Pacific Viscose.

10
4. Direktur Teknik (Technical Director)
Direktur Teknik bertugas menjalankan kebijakan yang berkaitan dengan
pengoperasian mesin-mesin serta sarana dan prasarana pendukung lainnya
dalam proses produksi di PT. South Pacific Viscose.
5. Direktur Penjualan & Pemasaran (Sales & Marketing Director)
Direktur Penjualan & Pemasaran bertugas menjalankan kebijakan yang
berkaitan dengan pejualan dan pemasaran produk PT. South Pacific Viscose
(SPV) Lenzing, serta bertanggung jawab atas pengiriman produk hingga
sampai ke tangan konsumen, juga menangani segala keluhan atau complain
dari konsumen.
6. Manager Fiber Production
Manager Fiber Production bertanggung jawab atas perencanaan produksi
dari mulai bahan baku hingga pengiriman kepada konsumen, mengawasi
dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi di tiga departemen produksi
yang dipimpinnya.
7. Kepala Departemen (Head of Department) Pemintalan
Kepala Departemen Spinning memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan
produksi serat mulai dari diterimanya larutan viskosa dan larutan spinbath
hingga pengepakan serat agar berlangsung secara efektif dan effisien dalam
memenuhi target produksi yang telah ditetapkan perusahaan.
8. Kepala Seksi (Deputy)
Kepala Seksi atau Deputy memiliki tanggung jawab kepada Kepala
Departemen dalam membantu mengawasi jalannya proses produksi dalam
suatu departemen.
9. Supervisor
Supervisor memiliki tanggung jawab mengawasi dan mengarahkan, serta
menyampaikan kebijakan yang disampaikan oleh Deputy kepada seluruh
bawahan dan grupnya. Mengetahui kualitas dan kuantitas barang-barang
yang berhubungan dengan kegiatan produksi dan peralatan yang digunakan
dalam ruang lingkup tanggung jawabnya.
10. Foreman
Foreman sebagai asisten supervisor yang bertugas mengawasi dan
mengatasi masalah-masalah kecil pada suatu seksi produksi dalam
departemen.

11
11. Operator
Operator sebagai pelaksana teknis operasional yang bertugas
mengoperasikan dan menjaga parameter produksi pada mesin melalui
komputer dan mencatat data parameter yang sedang berlangsung.
12. Helper
Helper merupakan asisten operator yang bertugas mengawasi jalannya
mesin secara langsung.

2.3 Permodalan dan Pemasaran

2.3.1 Permodalan

Pemegang saham utama PT. South Pacific Viscose adalah Lenzing AG, Austria.
Dan pemegang saham lainnya yaitu PT. Pura Golden Lion, Indonesia Dan
pemegang saham terakhir adalah Saparsih Noor Luddin, Indonesia. Kepemilikan
saham pendiri PT. South Pacific Viscose dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kepemilikan Saham PT. South Pacific Viscose (SPV) Lenzing

No Negara %
1. Lenzing AG, Austria 88.08 %
2. PT Pura Golden Lion, Indonesia 11.92 %

Sumber: Departemen Administrasi dan Personalia PT. South Pacific Viscose

2.3.2 Pemasaran

Proses produksi yang dilakukan di PT. South Pacific Viscose adalah untuk
memenuhi kebutuhan pesanan dari konsumen. Kualitas pemasaran hasil
produksi tergantung dari permintaan pasar dan kapasitas alat produksi. Dalam
pemasaran hasil produksinya, PT. South Pacific Viscose bekerja sama dengan
PT. Pura Golden Lion sebagai distributor tunggal. Sebagian besar produk PT.
South Pacific Viscose dipasarkan di dalam negeri dan sisanya diekspor ke
berbagai negara, terutama negara-negara Asia.

Hasil produksi berupa serat staple rayon viskosa sebanyak 35% dijual ke pasar
lokal, sisanya sebanyak 65% untuk pasar luar negeri. Produk samping PT. South
Pacific Viscose berupa natrium sulfat anhidrat diekspor sebanyak 20% ke
Singapura, Malaysia, Bulgaria, Filipina, dan Thailand. Dan sebanyak 80% dijual
di dalam negeri. Kristal natrium sulfat anhidrat merupakan bahan baku dalam

12
industri gelas, industri pupuk, dan industri pembuatan sabun. Presentase ekspor
serat rayon viskosa dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Persentase ekspor serat stapel rayon viskosa

No. Negara Persentase No. Negara Persentase


1. Afrika Selatan 3% 8. Nepal 1%
2. Australia 1% 9. Pakistan 26 %
3. Bangladesh 1% 10. Srilanka 4%
4. Hongkong 1% 11. Syria 3%
5. Iran 17 % 12. Turki 28 %
6. Korea 6% 13. Vietnam 2%
7. Malaysia 7%

Sumber : Marketing Department PT. South Pacific Viscose

2.4 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan di PT. South Pacific Viscose diatur dalam suatu Kesepakatan


Kerja Bersama antara unit Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PT. South
Pacific Viscose dengan manajemen PT. South Pacific Viscose. Surat
kesepakatan bersama ini mengatur tata kerja perusahaan dan hubungan kerja
serta persyaratan kerja berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1954 tentang
perjanjian perburuhan antara serikat buruh dan majikan dan peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1978.

2.4.1 Jumlah dan Tingkat Pendidikan

Jumlah tenaga kerja di PT. South Pacific Viscose sampai bulan November 2018
berjumlah 1.537 orang yang terdiri dari 1.486 orang WNI dan 21 orang WNA dan
30 orang karyawan kontrak. PT. South Pacific Viscose (SPV) Lenzing banyak
menyerap tenaga kerja dari Desa Cicadas dan sekitarnya. Rincian jumlah tenaga
kerja di PT. South Pacific Viscose dapat dilihat pada Tabel 2.3 halaman 14.

Tabel 2.3 Jumlah tenaga kerja PT. South Pacific Viscose (SPV) Lenzing

13
Status Tenaga Tahun
Kerja 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Expatriate/WN
39 39 35 31 22 21 21 21 21
A
1.53 1.55 1.92 1.83 1.70 1.69 1.68 1.68 1.48
Karyawan tetap
7 0 0 2 2 3 2 9 6
Karyawan
73 82 82 73 25 32 30 30 30
kontrak
1.64 1.67 2.03 1.93 1.74 1.74 1.73 1.74 1.53
Jumlah
9 1 7 6 9 6 3 0 7

Sumber: Human Resources Department PT. South Pacific Viscose

Jumlah tenaga kerja PT. South Pacific Viscose berdasarkan tingkat pendidikan
sampai akhir tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Jumlah tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan

Jumlah
Pendidikan
Karyawan %
Lulusan SD 122 7,9
Lulusan SMP 87 5,6
Lulusan SMA/SMK 1077 70
D1, D3, D4 128 8,3
S1, S2 123 8
Total 1537 100

Sumber: Human Resources Department PT. South Pacific Viscose

2.4.2 Distribusi Tenaga Kerja di Bagian Produksi (termasuk shift dan non shift)

Tenaga kerja untuk bagian produksi di PT. South Pacific Viscose terbagi kedalam
dua bagian yaitu tenaga kerja shift dan general shift. Distribusi tenaga kerja di
bagian produksi diatur berdasarkan kebutuhan masing-masing departemen.

2.4.3 Sistem Pembinaan dan Pengembangan Karyawan

2.4.3.1 Sistem Pembinaan Karyawan

Kesepakatan saat karyawan diterima bekerja di PT. South Pacific Viscose


berhubungan dengan peraturan perundang-undangan dan Perjanjian Kerja

14
Bersama (PKB) mengenai Pembinaan Karyawan. Hal ini dimaksudkan untuk
membina karyawan sehingga dapat melakukan tugasnya dengan baik dan tidak
merugikan perusahaan maupun dirinya sendiri.

Jika karyawan melanggar peraturan tata tertib yang telah disepakati, maka
perusahaan memberikan sanksi berupa surat peringatan atau teguran langsung.
Jika karyawan tersebut tetap melakukan pelanggaran, maka karyawan tersebut
dapat mengundurkan diri dari perusahaan atau perusahaan sendiri yang akan
memutuskan hubungan kerja dengan karyawan tersebut.

2.4.3.2 Sistem Pengembangan Karyawan

Selain memberikan pembinaan terhadap karyawan, PT. South Pacific Viscose


juga memiliki komitmen untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian
karyawan dengan membangun pusat pelatihan yang diberi nama Traning Center.
Pembinaan sumber daya manusia yang memenuhi syarat dan bermotivasi
mendapat prioritas utama di PT. South Pacific Viscose.

Karyawan merupakan asset terbesar dan kunci mencapai mutu terbaik sehingga
perusahaan melakukan investasi besar dalam program-program pelatihan
regular baik secara internal maupun eksternal, termasuk cabang-cabang di luar
negeri guna memastikan staff dapat memelihara standar kelompok. Training
Center ini berada dibawah pengawasan Human Resource Department.
Upaya pengembangan yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu:

1. Internal Training
Internal training merupakan pelatihan yang diselenggarakan di dalam
perusahaan. Internal training terdiri dari:
1) Regular training: merupakan pelatihan yang dilakukan oleh seluruh
karyawan terutama bagian produksi dalam waktu tertentu secara
bergantian sesuai dengan bagian pekerjaan yang dilakukan di
perusahaan. Pelatihan ini diatur sedemikian rupa sehingga setelah
melakukan pelatihan perserta dapat menguasai dasar pengetahuan dari
pekerjaan yang dihadapi serta mampu meningkatkan kemampuan
mereka. Selain itu, dilakukan pula pelatihan keselamatan kerja, bahasa,
manajerial, komputer, dan lain-lain. Regular training ini diawali dengan

15
tahap pemula (basic) dan dilanjutkan dengan tahap selanjutnya
(advance).
2) Nonregular training: merupakan pelatihan yang dilakukan untuk
menjalankan suatu misi tertentu, misalnya pelatihan untuk mendapatkan
OHSAS (Occupation Health and Safety Assasment Series) 18000.
2. Eksternal Training
Eksternal training merupakan pelatihan yang dilakukan di luar perusahaan,
biasanya dilakukan oleh consultant training dalam rangka meningkatkan
kualitas karyawan dan perusahaan.

2.4.4 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Karyawan

2.4.4.1 Sistem Pengupahan Karyawan

Sistem pengupahan yang diterapkan di PT. South Pacific Viscose adalah gaji
yang sudah termasuk semua tunjangan. Ketentuan mengenai pembayaran gaji
adalah sebagai berikut:
a) Gaji akan dibayar setiap akhir bulan, pembayaran gaji dihitung untuk hari-
hari kerja dari tanggal 21 sampai dengan tanggal 20 bulan berikutnya.
b) Tidak masuk kerja kecuali dalam cuti dibayar dan cuti sakit dengan dibayar
dapat menyebabkan potongan gaji, cuti dengan dibayar dapat diizinkan
setelah memberitahukan dan disetujui sebelumnya.
c) Untuk pekerja shift, gaji akan dibayar pada akhir jam kerja setiap waktu
gajian.
d) Penggajian pekerja bulanan dilakukan berdasarkan jumlah hari kerja nyata
ditambah hari cuti yang dibayar dan hari libur resmi.
Selain mendapatkan pengupahan dengan gaji, karyawan di PT. SPV)
Lenzing juga berhak mendapat kenaikan gaji dan tunjangan gaji dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Kenaikan Gaji Tahunan
Kenaikan gaji tahunan ditetapkan setiap tanggal 1 April oleh manajemen
perusahaan, berdasarkan musyawarah dengan serikat pekerja. Dengan
pertimbangan antara lain:
a) Kemampuan perusahaan
b) Daya saing perusahaan
c) Prestasi kerja pekerja

16
d) Kerajinan dan dedikasi pekerja
e) Faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya hidup.

2) Tinjauan Gaji
Dalam keadaan tertentu, berdasarkan rekomendasi kepala departemen
yang bersangkutan, manajemen dapat mempertimbangkan gaji.
Perusahaan akan mengadakan evaluasi sistem penggajian setiap tahun.
3) Upah Minimum
Manajemen dapat menaikan gaji pekerja setelah peninjauan dari gaji
minimum yang ditetapkan oleh pemerintah ternyata gaji tersebut berada
dibawah tingkat yang ditentukan.
4) Kenaikan Pangkat
Manajemen akan meninjau gaji pekerja setelah kenaikan pangkatnya,
berdasarkan pekerjaan atau tugas yang baru.
5) Upah Lembur
Upah lembur pekerja diatur oleh keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
72/Men/1984 dan dihitung sebagai berikut:
a) Hari kerja biasa
b) Minggu dan hari libur resmi
c) Dipanggil karena keadaan mendesak
d) Tarif upah lembur per jam
6) Tunjangan Kematian dan Kelahiran
Berikut ini adalah penjelasan mengenai tunjangan kematian dan kelahiran
yang diberikan perusahaan terhadap karyawan PT. South Pacific Viscose.
a) Seorang karyawan meninggal dunia karena kecelakaan kerja, istri atau
ahli warisnya akan menerima tunjangan sesuai Undang-undang
Perburuhan No. 3/1992/Program BPJS.
b) Seorang karyawan yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan
kerja, istri atau keluarganya akan diberi tunjangan.
c) Jika keluarga karyawan meninggal dunia maka istri, anak, atau suami
karyawan akan diberi tunjangan.
d) Kelahiran anak pertama dan kedua akan diberi tunjangan.
7) Tunjangan Hari Tua
Berdasarkan peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),
semua karyawan sejak masuk bekerja disertakan dalam progam
Tabungan Hari Tua. Pekerja membayar sebesar 2% dan perusahaan

17
3,7% dari gaji pekerja. Setelah karyawan mencapai usia 55 tahun, seluruh
tabungan serta bunga dibayarkan, berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 3/1992 dan Peraturan Pemerintah No. 4/1993.
8) Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Hari Raya merupakan tunjangan yang diberikan menjelang
hari raya. Tunjangan Hari Raya tersebut akan dibayar sesuai dengan
keputusan peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 tahun 1994.

2.4.4.2 Fasilitas Karyawan

Untuk kesejahteraan dan kenyaman para karyawan selama bekerja, PT. South
Pacific Viscose memberikan beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh seluruh
karyawan dan keluarganya. Beberapa fasilitas yang diberikan oleh PT. South
Pacific Viscose kepada karyawan diantaranya sebagai berikut:

1) Makan Selama Jam Kerja


PT. South Pacific Viscose memberikan fasilitas makan selama jam kerja
kepada seluruh karyawan pada waktu istirahat dengan kantin yang nyaman.
Pengawasan kantin dilakukan oleh pimpinan perusahaan dan Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PT. South Pacific Viscose. Melalui kantin
ini, perusahaan juga memberikan makanan tambahan untuk hari libur dan
untuk shift malam dengan ketentuan sebagai berikut:
- Perusahaan menyediakan makanan, minuman, dan makanan tambahan
berupa buah-buahan untuk para pekerja dengan menu yang diatur oleh
perusahaan.
- Perusahaan menyediakan menu khusus selama hari lebaran dan hari-hari
libur nasional.
- Semua pekerja di Departemen CS2 (Karbon Disulfida) setiap hari diberi susu
dan pada waktu shutdown semua pekerja diberi susu.

2) Transportasi Pekerja
Perusahaan menyediakan fasilitas transportasi bagi semua karyawan atas
dasar jalur standar antara tempat kerja dengan tempat-tempat
pemberhentian sekitarnya, seperti yang ditetapkan. Perusahaan akan
mengatur transportasi bagi karyawan yang lembur berdasarkan keperluan
perusahaan.
3) Seragam

18
Perusahaan memberikan seragam kepada seluruh karyawan setiap tahun
pada bulan Januari untuk dikenakan selama bekerja di PT. South Pacific
Viscose, seragam tersebut terdiri dari:
a) Dua pasang seragam dan sepasang sepatu safety untuk semua
karyawan kecuali bagian mekanik, keamanan dan keselamatan.
b) Untuk karyawan bagian mekanik diberi sepasang safety boots, dua
pasang seragam dan satu baju kerja mekanik.
c) Untuk bagian keamanan diberi dua pasang seragam berikut atributnya.
d) Untuk bagian keselamatan diberi dua pasang safety boots dan
sepasang sepatu safety.
4) Perawatan dan Pengobatan
Perusahaan memberikan fasilitas perawatan dan pengobatan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Perawatan dan pengobatan bagi karyawan yang telah melewati massa
percobaan bagi keluarganya, yaitu istri sah dan tiga orang anaknya akan
ditangani oleh dokter perusahaan.
b) Jumlah penggantian biaya pengobatan selama satu bulan dibatasi
sampai 60% dari gaji bulanan.
c) Seorang karyawan yang mendapat kecelakaan kerja akan mendapat
tunjangan sesuai dengan Undang-undang Perburuhan No. 2/1951 dan
Undang-undang No. 3/1992 tentang Program Jamsostek.
d) Perusahaan melakukan Medical Check Up kepada seluruh karyawan
setiap satu tahun sekali. Karyawan yang berkaitan dengan peralatan
radioaktif maka setiap tahunnya harus dilakukan full check up
kesehatan.
5) Keselamatan Karyawan
Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh
perusahaan, karena PT. South Pacific Viscose merupakan perusahaan
tekstil yang dalam pelaksanaan produksinya banyak menggunakan zat-zat
kimia yang berbahaya dan mudah meledak. Sebagai perwujudan perhatian
perusahaan terhadap keselamatan kerja, PT. SPV (Lenzing) membentuk
suatu departemen yang bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja
seluruh karyawan yaitu Safety Department.
Untuk menghindari kecelakaan selama proses produksi, telah disediakan
PPE (Personal Protection Equipment) bagi semua karyawan. Seperti sarung

19
tangan, masker gas, helm, sepatu safety, kacamata safety, dan lain-lain.
Sebagai usaha preventif terjadinya kecelakaan pada alat-alat berbahaya dan
daerah-daerah berbahaya dipasang papan peringatan, pemasangan rambu-
rambu mengenai perlengkapan yang harus digunakan jika memasuki suatu
kawasan serta pemasangan pagar-pagar di sekitar alat-alat berbahaya.
Selain penyediaan pompa-pompa hydrant untuk mencegah bahaya
kebakaran, Safety Department juga membentuk tim pemadam kebakaran
pada setiap departemen sebagai usaha tindakan siap siaga apabila terjadi
kebakaran dalam suatu departemen.
6) Tempat Ibadah
PT. South Pacific Viscose menyediakan tempat ibadah bagi karyawan untuk
menjalankan kewajiban agama bagi mereka yang beragama islam dan
fasilitas lainnya yang sehubungan dengan hal itu.
7) Bantuan Perumahan
Bagi karyawan untuk semua tingkat jabatan, yang tidak mendapatkan
fasilitas tinggal di perumahan karyawan yang merupakan fasilitas dari
perusahaan, mendapat uang bantuan yang besarnya atas dasar
kebijaksanaan manajemen PT. South Pacific Viscose.
8) Koperasi Karyawan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai koperasi karyawan di PT. South
Pacific Viscose:
a) Karyawan bebas memutuskan untuk menjadi anggota koperasi atau
tidak.
b) Pimpinan koperasi dipilih dari anggota koperasi yang diatur sesuai
dengan ketetapan pemerintah tentang koperasi.
c) Manajemen akan membantu laporan keuangan dan kegiatan koperasi.
d) Perusahaan dan SPSI menunjang koperasi, perusahaan akan
menyediakan tempat dan fasilitas untuk kegiatan koperasi.
9) Sarana Olahraga
Sarana Olahraga yang disediakan oleh perusahaan untuk para karyawan
diantaranya lapangan sepak bola, lapangan bola voli, lapangan basket,
lapangan tenis, kolam renang, dan gedung olahraga yang terdiri dari
lapangan bulu tangkis, billiard, tennis meja, dan fitness center.

20
BAB III
BAGIAN PRODUKSI

3.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

3.1.1 Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan suatu kegiatan mengenai penentuan dan


penetapan proses-proses produksi yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Perencanaan berfungsi agar produksi dapat terlaksana
secara efektif dan efisien. Perencanaan produksi di Departemen Lenzing Center
of Excellence (SPV) dibuat berdasarkan pesanan dari konsumen yang diterima
oleh Manajer Pemasaran disampaikan kepada Direktur Teknik yang kemudian
dikoordinasikan dengan Manajer Produksi dan kepala-kepala departemen yang
berhubungan dengan produksi. Pelaksanaan proses produksi sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Manajer Produksi. Alur perencanan produksi di PT.
South Pacific Viscose adalah sebagai berikut:

1. Konsumen menyampaikan pesanan kepada agen tunggal untuk


menspesifikasi produk yang akan dipesan serta contoh produk dalam bentuk
dokumen yang kemudian diserahkan kepada bagian pemasaran.
2. Kemudian bagian pemasaran akan melengkapi spesifikasi produk serta
mengatur jadwal pengiriman, pembayaran, dan lain-lain. Setelah itu akan
diserahkan kepada direktur teknik. Direktur teknik yang menerima dokumen
pesanan dari bagian pemasaran selanjutnya akan mengkonfirmasi jadwal
produksi dan waktu pengiriman hasil produksi serta menyampaikan kepada
bagian laboratorium di Quality Control Department.
3. Bagian Laboratorium mengkonfirmasi spesifikasi produk dan ketersediaan
bahan baku. Kemudian disampaikan kepada bagian pemasaran. Bagian
pemasaran menyampaikan kembali dokumen dari bagian laboratorium
kepada agen tunggal.
4. Agen tunggal mengkonfirmasi spesifikasi produk, pengiriman, asuransi,
pembayaran, dan lain-lain kepada konsumen.
5. Apabila konsumen tidak menyetujui, maka pesanan dikembalikan kepada
konsumen dan produksi tidak dilaksanakan. Apabila konsumen menyetujui,
maka bagian pemasaran akan menyampaikan dokumen pesanan kepada
bagian produksi.

21
6. Kemudian bagian produksi membuat rencana dan persiapan produksi dan
disampaikan kepada semua departemen produksi meliputi departemen
viskosa, departemen spinbath, departemen pemintalan, dan depatemen
LCOE (Lenzing Center of Excellence).
7. Pelaksanaan produksi dievaluasi di laboratorium oleh Quality Control
Department dan LCOE (Lenzing Center of Excellence). Apabila parameter-
parameter yang diuji tidak sesuai dengan yang telah direncanakan, maka
bagian laboratorium akan menyampaikan kepada bagian produksi. Apabila
hasil uji laboratorium sesuai dengan rencana, maka proses terus berjalan
hingga proses pengepakan.
8. Setelah proses pengepakan, produk langsung dikirim kepada konsumen.
Perencanaan produksi di PT. South Pacific Viscose dibuat dalam rentang
waktu 15 hari. Diagram proses perencanaan dan pelaksanaan produksi di
PT. South Pacific Viscose dapat dilihat pada Gambar 3.1 pada halaman 24.

3.1.2 Pengendalian Produksi

Untuk menghindari terjadinya kesalahan rencana produksi yang telah ditetapkan,


maka perlu dilakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan
produksi. Pengendalian produksi merupakan suatu kegiatan atau proses untuk
menjamin barang yang di produksi sesuai dengan jumlah, dari biaya yang telah
di rencanakan dan mengkoordinasi segala aktivitas pekerjaan sehingga bisa
menghasilkan produk dengan kualitas terbaik.

Pengawasan produksi dilakukan oleh direktur teknik bekerja sama dengan setiap
kepala departemen produksi dan quality control. Kepala departemen quality
control memberikan informasi kepada setiap kepala departemen produksi
mengenai kondisi proses yang sedang berlangsung pada setiap jam tertentu. Hal
ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk yang akan dihasilkan. Proses
produksi di PT. South Pacific Viscose telah menggunakan sistem online dan
komputerisasi sehingga memudahkan proses pengendalian dan pengawasan
produksi di setiap departemen.

22
Sumber: Departemen Markenting PT. South Pacific Viscose

Gambar 3.1 Diagram perancanaan produksi PT. South Pacific Viscose

23
3.2 Produksi

3.2.1 Jenis dan Jumlah Produksi

Produk yang dihasilkan oleh Departemen Spinning (Lenzing Center of


Excellence) PT. South Pacific Viscose adalah benang 100% Rayon Viskosa
dengan nomor benang yang sama yaitu Ne 30 dan mesin yang berbeda. Jumlah
produksi dari setiap mesin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Jumlah Produksi di Departemen Spinning (Lenzing Center of


Excellence)

Production
Description Quantity
Type Month Karun
Cones Gross Tare Nett
g
Air Jet Spinning August 205 3,075 8,182.78 212.38 7,979.40
September 220 3,300 8,781.52 227.92 8,553.60
October 240 3,600 9,579.84 248.64 9,331.20
Open End August 100 1,500 3,992 104 3,888.00
September 110 1,650 4,391 114 4,276.80
October 100 1,500 3,992 104 3,888.00
Ring Spinning August 90 1,080 2,270 56.25 2,214.00
September 100 1,200 2,522 62.50 2,460.00
October 90 1,080 2,270 56.25 2,214.00

Sumber : Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence)

3.2.2 Mesin dan Tata Letak

3.2.2.1 Data Mesin

Tata letak mesin merupakan cara pengaturan mesin yang bertujuan untuk
mencapai operasi yang semakin baik, hasil produksi yang meningkat, dan
kenyamanan serta kepuasan bagi personil perusahaan. Dalam pengaturanya di
Departemen Spinning PT. South Pacific Viscose memperhatikan jalannya urutan
proses, luas dan bentuk bangunan, sehingga jika ada penambahan mesin baru
tidak perlu mengubah tata letak yang ada. Mesin-mesin yang digunakan untuk
proses produksi di Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence) PT.
South Pacific Viscose dapat dilihat pada tabel 3.2 halaman 26.

Tabel 3.2 Data Mesin Produksi di Departemen Spinning (Lenzing Center of


Excellence)

24
NO. Machine Type Serie Year
1 Draw frame SB – D15 40001121-00764 2005
2 Draw frame RSB – D40 40004154-00172 2006
3 Draw frame RSB – D50
4 Rotor Spinning R.40 40001054-00002 2001

NO. Machine Type Serie Year


1 MIXING BALE OPENER B.34 40002562-00040 2005
2 UNIstore A.77 40000760-00030 2003
3 CARDING C.60 S 40009911-00878 2007
4 CARDING C.60 V.8 40009910-00878 2008
5 MODULE SB – MODULE 2 40011960-00007 2008
6 Ring frame G.33 40004093-00093 2005
7 Ring frame G.36 40022605-00122 2017

NO. Machine Type Serie Year


1 WINDING MACHONER NO.21C 09SX276070-001 2010
2 MVS VORTEX III NO.870 16SX366340001 2017

Sumber : Departemen Lenzing Center of Excellence (LCOE)

3.2.2.2 Tata Letak Mesin

Menurut Apple (1990) tata letak mesin merupakan suatu susunan fasilitas fisik
yang terdiri atas perlengkapan, tenaga bangunan, dan sarana lain yang harus
mempunyai tujuan mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran
barang, aliran informasi, dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
secara efektif, efisien, ekonomis, dan aman.

Perencanaan fasilitas meliputi penentuan lokasi sistem manufaktur dan


perencanaan fasilitas yang mencakup perancangan terhadap sistem fasilitas,
perancangan tata letak dan perancangan sistem penanganan bahan yang
diperlukan untuk aktifitas produksi. Tata letak mesin secara tidak langsung
berpengaruh pada efisiensi proses produksi. Selain untuk memaksimalkan
ruangan yang ada juga mempermudah penyaluran-penyaluran bahan yang
dibutuhkan agar proses produksi berjalan dengan lancar.

Penyusunan tata letak mesin produksi diatur sedemikian rupa agar dapat
mencapai efisiensi kerja yang tinggi dan penyaluran bahan-bahan produksi
berjalan dengan lancar sehingga tidak mengganggu jalanya proses produksi dan
menjamin keselamatan para karyawan perusahaan sehingga menciptakan
kelancaran proses produksi dan tercapainya esensi dari perusahaan tersebut.

25
Tata letak mesin di Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence) sebagai
salah satu unit produksi diatur menurut urutan proses. Oleh karena terdapat tiga
jalur produksi yang dapat memproduksi berbagai macam jenis serat rayon
viskosa sesuai permintaan laboratorium dan pelanggan. Tata letak mesin di
Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence) PT. South Pacific Viscose
dapat dilihat pada Gambar 3.3 halaman 28.

Keterangan :

No. Keterangan 22 Waste Room


1 Fiber Warehouse Equipment/Spare Part
Old Blowing-Carding23 Warehouse
2 Machine 24 Operation Office
3 Waiting Room 25 Toilet
:
4 & 11 Blowing 26 Locker
5 & 12 Super Cleaner 27 Meeting Room
6 & 13 Carding 28 Staff Office
7 & 14 Drawing Breaker 29 Specialy Meeting Room
8 & 16 Drawing Finisher 30 Yar'n QC
9 Air Jet Spinning (MVS)
31 Mini Kitchen
10 Opend End 32 Neutralized Space
17 Winding 33 FPU
18 & 19 Ring Spinning 34 Washer Room
20 Electric Panel 35 Toilet
21 Chiller & Compressor36 Showroom
37 Water Sources

Emergency Alarm
: APAR
: Emergency Door
: Main Door
: Ordinary Door
: P3K
: Monitor Controller Winding – Carding Machine
: Emergency Phone

26
Sumber: Departemen Spinning (Lenzing Center of Exceellence) PT. South
Pacific Viscose (SPV) Lenzing

27
Gambar 3.3 Tata letak mesin di Departemen Spinning (Lenzing Center of
Excellence) PT. South Pacific Viscose.

3.2.3 Proses Produksi

Proses produksi di PT. South Pacific Viscose telah dikendalikan dengan


menggunakan sistem pengendali otomatis. Sistem pengendali otomatis ini
menyajikan kondisi aktual mengenai parameter proses dan tahapan proses
produksi yang sedang berjalan sehingga memungkinkan operator untuk
mengatur parameter-parameter pada mesin di control room. Sistem ini dilakukan
secara online antar departemen sehingga dapat diakses oleh seluruh
departemen. Penerapan sistem pengendali otomatis dapat mengurangi
kesalahan proses yang tidak diinginkan. Proses produksi di Departemen
Spinning (Lenzing Center of Excellence) meliputi beberapa mesin, yakni sebagai
berikut :

1. Mesin Blowing
Mesin Blowing terdapat tiga fungsi utama pada mesin ini yaitu
pembukaan, pembersihan dan pencampuran. Setelah melewati proses
pada mesin Blowing, serat-serat kemudian menuju ruang Carding. Pada
mesin ini gumpalan-gumpalan serat rayon yang sudah di buka secara
manual menggunakan tangan dari bal di proses dengan cara
dicabik/diuraikan oleh mesin. Kapasitas bahan baku serat rayon yang di
proses pada mesin blowing B34 ini sebanyak + 310 kg per bal.
2. Mesin Carding
Pada mesin Carding C 70 L dan C 60 S ini serat-serat diuraikan menjadi
serat individu, memisahkan serat-serat yang pendek dari serat-serat
panjang, membentuk serat-serat menjadi sliver carding dengan arah serat
ke arah sumbu sliver dan pembersihan lanjutan.
3. Mesin Drawing Breaker
Pada mesin Drawing Breaker SB – D50 dan SB - D15 ini sliver yang
keluar dai mesin Carding diluruskan dan disejajarkan serat-serat dalam
sliver ke arah sumbu sliver, memperbaiki kerataan dengan jalan
perangkapan beberapa sliver carding dengan nomor sliver yang sama
sehingga menghasilkan rangkapan yang rata.
4. Mesin Drawing Finisher

28
Pada mesin Drawing Finisher RSB – D50 dan RSB – D40 ini sliver
disejajarkan kembali dan diperbaiki kerataan untuk yang terakhir kali
sebelum masuk ke mesin selanjutnya.
5. Mesin Roving
Pada mesin Roving Grosenhainer ini sliver di proses dengan cara
peregangan (drafting) lebih lanjut, pemberian antihan (twist) pada sliver
untuk memberi kekuatan pada roving yang dihasilkan dan penggulungan
bobbin.
6. Mesin Ring Spinning
Pada mesin Ring Frame G 33 dan G 36 ini gulungan roving diubah
menjadi gulungan benang yang digulung dalam bobbin, serta pemberian
antihan atau twist pada benang sesuai keinginan atau kebutuhan dari
konsumen.
7. Mesin Winding
Pada mesin Winding 21C-N1700-40 ini bertujuan untuk merubah
gulungan benang pada bobbin menjadi gulungan benang pada cones,
sekaligus menghilangkan bagian-bagian benang yang terlalu
panjang/berat tertentu dalam cones.
8. Mesin Open End
Pada mesin Rotor Spinning R 40 ini sliver yang digunakan berbeda
dengan sliver yang digunakan pada mesin Ring Spinning. Dikarenakan
setelah proses pada mesin Drawing Finisher, sliver tidak di proses pada
mesin Roving melainkan langsung di proses ke mesin Open End. Di
mesin ini lah pemutusan kontinuitas antara bahan baku dengan bahan
yang dihasilkan. Penyuapan dalam sistem ini dilakukan dalam bentuk
serat-serat individu yang terbuka. Serat-serat yang disuapkan tadi akan
disusun kembali pada alur pengumpulan dilakukan dengan aliran udara.
9. Mesin Air Jet Spinning
Sama seperti pada mesin Open End namun sedikit berbeda, pada mesin
Air Jet Spinning 870 ini menggunakan sliver yang tidak di proses melalui
mesin Roving. Melainkan pada saat sliver diproses pada mesin Drawing
Breaker tidak langsung di proses ke mesin Drawing Finisher, namun
sliver dikembalikan ke mesin Drawing Breaker untuk di proses kembali
baru setelah itu sliver di proses ke mesin Drawing Finisher.
10. Packing

29
Setelah proses produksi selesai, benang-benang yang telah selesai
selain sampel uji, kemudian di kemas ke dalam karung dan disimpan ke
dalam gudang untuk di data dan di jual.
Benang Open End, Ring Spinning, dan Air Jet Spinning dalam satu
karung berjumlah 15 cones dengan berat masing – masing sebagai
berikut :

a) Benang Air Jet Spinning : 1 cones = 2,59 kg


: 1 karung = 15 cones = 38,88 kg
: 1 pallet = 5 karung = 194,40 kg
b) Benang Open End : 1 cones = 2,59 kg
: 1 karung = 15 cones = 38,88 kg
: 1 pallet = 5 karung = 194,40 kg
c) Benang Ring Spinning : 1 cones = 2,05 kg
: 1 karung = 12 cones = 24,60 kg.
: 1 pallet = 10 karung = 246,00 kg
Setelah benang disusun satu pallet penuh (10 karung) kemudian
koordinasikan dengan bagian gudang untuk disimpan di gudang. Dan
setiap penyimpanan benang di gudang harus dicatat jumlahnya secara
lengkap tanggal pengiriman dan jumlahnya.

Di bawah ini adalah alur produksi di Departemen Spinning (Lenzing Center of


Excellence).

30
Sumber: Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence)
Gambar 3.4 Alur proses produksi di Departmen Spinning (Lenzing Center
of Excellence)

3.2.4 Sarana Penunjang Produksi

3.2.4.1 Tenaga Listrik

Penyediaan tenaga listrik digunakan untuk kebutuhan listrik pabrik, perkantoran,


dan perumahan. Penggunaan sumber listrik disuplai dari PLN dan Genset (diesel
generator). Hal ini dilakukan untuk mem-back up apabila sumber PLN sewaktu-
waktu padam.Kebutuhan listrik di PT. South Pacific Viscose dipenuhi oleh 3 unit
pembangkit listrik, yaitu:

1. PLN Kosambi Cikampek dengan kapasitas 18.500 kVA (1 unit 7.500 kVA dan
2 unit 5500 kVA).
2. Diesel Generator dengan spesifikasi sebagai berikut:
Bahan bakar : Solar
Tekanan : 9500 atm
Tegangan : 6 kV
Power : 1,5 mW
Merk : Counter Pilar
Buatan : Amerika
Jumlah : 7 unit

3. Turbin generator dengan spesifikasi sebagai berikut:


Power : 2 mW, 5 mW, 12 mW, dan 20 mW
Tekanan : 22 atm
Tegangan : 6 kV
Merk : Terali
Buatan : Perancis
Tipe : Back Pressure
Jumlah : 4 unit

3.2.4.2 Unit Penyedia Bahan Bakar

Kebutuhan bahan bakar di PT. South Pacific Viscose dipenuhi oleh Unit Power
Plant. Bahan bakar yang digunakan yaitu furnace oil (residu) yang didatangkan
dari Pertamina UP IV Cilacap, dan charcoal dari Lampung.

31
3.3 Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin

3.3.1 Pemeliharaan Mesin

Pemeliharaan mesin yang dilakukan di PT. South Pacific Viscose dibebankan


kepada Maintenance Department yang bekerja sama dengan Engineering
Department. Pemeliharaan mesin disini meliputi pemeriksaan, pembersihan, dan
pelumasan. Mesin-mesin yang dipergunakan di PT. South Pacific Viscose terdiri
dari berbagai merek dan jenis, hal ini tentunya memerlukan spesialisasi dalam
perawatannya. Untuk perawatan ini setiap departemen dilengkapi dengan work
shop yang mempunyai peralatan lengkap. Pemeliharaan yang dilakukan oleh
Maintenance Department mengacu pada sistem RCM (Reliability Central
Maintenance), sistem ini mengharuskan mesin dapat bekerja secara optimal
sampai jadwal perbaikan tiba. Pemeliharaan mesin di PT. South Pacific Viscose
diantaranya adalah Preventive Maintenance Tujuan preventive maintenance
yaitu untuk menjaga agar mesin-mesin produksi tetap dalam kondisi yang baik
dan mencegah terjadinya kerusakan mesin. Kegiatan preventive maintenance ini
meliputi:
1. Penyetelan dan Pemeriksaan
Kegiatan ini meliputi pembersihan (cleaning), pemeriksaan dan penyetelan
kembali bagian-bagian mesin yang longgar atau berubah kedudukannya.
2. Scouring
Kegiatan scouring adalah suatu kegiatan perawatan mesin yang merupakan
kombinasi antara pembongkaran, pembersihan, pemeriksaan, penyetelan
dan pelumasan.
3. Oiling
Oiling merupakan kegiatan pelumasan mesin yang dilakukan dengan
program tersendiri sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat mesin.
4. Periodik Maintenance
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan mesin yang lebih
fatal, ini dilakukan secara rutin pada mesin-mesin jalur produksi tertentu
dengan cara mengecek sebagian besar dari pada mesin tersebut, kemudian
bagian-bagian mesin tersebut dibersihkan, diperiksa dan diperbaiki atau
diganti bila ada kerusakan. Setelah selesai kemudian dipasang kembali

32
bagian-bagian mesin tersebut disertai pelumasan dan setting. Berikut jadwal
periodik maintenance sekala harian pada tabel 3.3 halaman 34.

33
Tabel 3.3 Jenis dan jumlah produksi Department Spinning (Lenzing Center of Excellence) bulan Oktober 2019

Sumber: Departemen Spinning Lenzing Center of Excellence PT. South Pacific Viscose

34
3.3.2 Perbaikan Mesin

Perbaikan mesin di PT. South Pacific Viscose dibebankan pada Engineering


Department. Perbaikan atau penggantian dilakukan pada peralatan yang sudah
rusak atau aus. Kegiatan perbaikan ini disebut Corrective Maintenance.

Corrective maintenance bertujuan untuk memperbaiki kerusakan mesin yang


terjadi pada saat proses produksi sedang berlangsung. Bagian-bagian mesin
yang rusak diperbaiki, sedangkan untuk mesin yang tidak dapat diperbaiki akan
dilakukan penggantian komponennya dengan yang baru.

3.4 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu merupakan suatu upaya yang diperlukan untuk


mempertahankan kendali pada proses produksi terutama pada segi mutu hasil
produksi. Hal ini dimaksudkan agar mutu hasil produksi senantiasa masih dalam
batas-batas toleransi yang diizinkan atau sesuai dengan standar. Sistem
pengendalian mutu di PT. South Pacific Viscose khususnya di Departemen
Spinning (Lenzing Center of Excellence) telah sesuai dengan standar mutu ISO
9001 : 2000.

Selain untuk meningkatkan mutu hasil produksi, tujuan perusahaan menerapkan


ISO 9001:2000 adalah mengurangi jumlah keluhan konsumen menjadi seminimal
mungkin dan meningkatkan kepercayaan serta loyalitas konsumen. Selain itu
penerapan ISO 9001:2000 juga memacu perusahaan untuk menghasilkan
kualitas produk yang lebih baik dibandingkan pesaing menurut penilaian
konsumen.

Untuk mencapai tujuan tersebut PT. South Pacific Viscose telah melaksanakan
sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2000 yang mengatur proses
produksi secara keseluruhan yang diperlukan untuk :
- Identifikasi terhadap hal-hal yang diperlukan oleh konsumen.
- Penyampaian semua informasi yang diperlukan konsumen kepada seluruh
fungsionaris perusahaan yang terkait.
- Penentuan dan pembaharuan tujuan, disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen.
- Perencanaan, pelaksanaan, pengujian dan pengendalian setiap aktivitas
yang berhubungan dengan proses produksi, untuk mencapai tujuan

35
tersebut serta memenuhi kebutuhan konsumen dalam kerangka dan cara-
cara yang seekonomis mungkin.
- Perbaikan kondisi perusahaan secara terus menerus pada semua tingkat
operasional. Aplikasi sistem manajemen mutu yang dilakukan PT. South
Pacific Viscose pada tahap pengujian dan pengontrolan hasil produksi
adalah dengan melakukan analisa mutu bahan baku utama, analisa bahan
selama proses dan analisa hasil produksi (final product).

Adapun sistem pengendalian prosesnya dilaksanakan dengan tiga tahap proses


pengendalian produksi yaitu sebagai berikut:

1. Pengendalian sebelum proses produksi


Sebelum proses produksi, pengendalian dilakukan dengan mengadakan
proses dalam sekala laboratorium, jika hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan maka dilakukan proses skala produksi.
2. Pengendalian selama proses produksi
Selama proses produksi berlangsung, pengendalian yang dilakukan adalah
melakukan suatu pengawasan secara langsung oleh pekerja terhadap
proses produksi yang berjalan.
3. Pengendalian setelah proses produksi
Pada pengendalian yang terakhir, benang hasil produksi di uji di
laboratorium untuk dapat menentukan grade atau mutu benang yang
dihasilkan.

3.4.1 Raw Material

Dengan adanya Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence) di PT.


South Pacific Viscose menjadi salah satu kemajuan bagi perusahaan, karena kini
PT. South Pacific Viscose tidak hanya memproduksi bahan baku serat melainkan
dapat memproduksi benang walaupun dengan skala yang kecil. Bahan baku
yang digunakan pada Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence) PT.
South Pacific Viscose adalah 100% Rayon Viskosa. Untuk jenis bahan baku
yang digunakan di PT. South Pacific Viscose dapat dilihat pada tabel 3.3 pada
halaman 37.

36
Tabel 3.3 Bahan baku Departemen Spinning (Lenzing Center of Excellence)

Nama Raw Material Asal Panjang Stapel Jenis

MODAL Lenzing 38 mm Rayon Viskosa

TENCEL Lenzing 38 mm Rayon Viskosa

Sumber: Departemen Lenzing Center of Excellence

Bahan baku yang akan di proses akan di uji terlebih dahulu oleh bagian Fiber
Quality Control, berikut adalah hal-hal yang harus di perhatikan:

1. Kehalusan (dtex)
Kehalusan serat dinyatakan menurut berat jenis linearnya yaitu perbandingan
berat dan panjangnya. Derajat kehalusan serat di PT. South Pacific Viscose
dinyatakan dengan angka dtex, berat serat dalam gram tiap panjang 10.000
meter. Pengukuran kehalusan serat dilakukan dengan alat uji yang dikenal
dengan nama Vibroskop yaitu suatu alat pengukur titer kehalusan serat
tunggal yang menggunakan prinsip resonansi optoelectronic yaitu pengujian
kehalusan rayon viskosa yang diproduksi adalah (1,3 ; 1,4 ; 1,7) dtex.
2. Kekuatan (tenacity) dan Mulur (elongation)
Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan mulur serat dinamakan
Vibrodyn. Pengukurannya dilakukan dengan cara memberikan beban tarik
pada serat tunggal yang yang sebelumnya sudah teregang vertikal oleh
pembebanan awal. Serat ditarik kearah bawah dengan kecepatan konstan
sehingga serat bertambah panjang dan kemudian putus. Kualitas kekuatan
tersebut adalah (2,5 - 2,9) g/denier untuk kekuatan kering dan (1,3 - 1,7)
g/denier untuk kekuatan basah. Angka mulur (%) yang didapatkan
merupakan perbandingan panjang awal dan panjang setelah putus. Kualitas
mulur tersebut adalah (18 - 23) % untuk mulur kering dan (24 - 27) % untuk
kekuatan basah.
3. Panjang Serat (stapel length)
Dilakukan dengan mengukur panjang serat manual (10 helai serat) sehingga
didapatkan panjang rata-ratanya dengan kualitas 38mm, 40mm, 44mm dan
51mm.
4. Kadar Air (moisture)

37
Angka persentase kadar air akan berhubungan dengan berat keringnya.
Besamya kadar air ini bergantung dari proses pengeringan di mesin
pengering (dryer). Untuk menjamin kualitas serat, dilakukan pengukuran
kadar air pada akhir pengepakan secara online dengan standar kadar air
kering (11 - 13) %. Pengujian kadar air dilakukan dengan cara mengeringkan
serat di dalam oven dengan temperatur pengeringan 105°C kemudian
menghitung selisih antara berat kering dan berat basahnya.
5. Mengkeret
Mengkeret adalah perbandingan antara panjang serat sebelum dan sesudah
diregangkan.
6. Kesalahan Pemintalan (spinning fault)
Merupakan indikasi adanya kesalahan selama proses pemintalan yang
mengakibatkan terjadinya cacat di bagian serat berupa ketidaknormalan
bentuk fisik serat yang dihasilkan. Bentuk kesalahan (spinning fault) yang
dijumpai adalah sebagai berikut :
- Thick adalah sekumpulan serat tunggal yang berlekatan secara
permanen sehingga lebih tebal dari serat lain.
- Split adalah sekumpulan serat tunggal yang berlekatan secara
permanen sehingga menebal dan diujungnya terdapat serat-serat halus.
- Cloth adalah gumpalan serat yang berasal dari gumpalan larutan viskosa
yang terhimpit rol sehingga melebar.
- Pengujian spinnig fault dilakukan dengan cara carding pada mesin Trash
Anayser USTER MDTA 3. Dengan adanya udara tekan pada mesin
maka akan terpisahkan spinning faultnya.
- Kecerahan (brightness) Kecerahan didefinisikan sebagai perbandingan
cahaya pantul dari serat uji dan cahaya pantul dari standar bright dari
BaSO4 yang dinyatakan dalam persen. Pengukuran dilakukan sebanyak
tiga kali dan alat pengukur kecerahan yang digunakan adalah
spektrofotometer dengan merek Vibrochrom.
7. Kemampuan Serat Untuk Menyerap Warna (Dye Ability Index)
Dye Ability Index merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
daya celup serat yang dihasilkan menggunakan zat warna direct. Pengujian
dilakukan terhadap sampel uji dan sampel acuan (standar).. Dye Ability Index
serat dapat diketahui dari nilai kecerahan/kegelapan (luminance). Melalui

38
pengujian ini dapat diketahui kesesuaian kualitas serat terhadap sampel
acuan.
8. Pengujian Partikel Pengotor (black partikel)
Pengujian partikel pengotor dilakukan secara manual oleh operator
laboratorium dengan cara mencari kotoran yang terdapat di dalam serat dari
sampel yang diambil dari mesin pembuka serat pada Spinning Department.

3.4.2 Proses

Untuk menghasilkan produk dengan mutu yang baik diperlukan pengawasan


mutu produksi yang dikenal dengan pengendalian mutu dari awal sampai akhir
proses produksi. Pengendalian proses dilakukan dengan cara pengujian
terhadap mutu produk yang dihasilkan pada setiap proses produksi. Untuk
menunjang seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian mutu,
maka di dalam ruangan kerja bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn
Quality Control di lengkapi dengan peralatan-peralatan pengujian yang canggih,
sehingga hasil pengujian bisa sesuai dengan meminimalisir kesalahan. Peralatan
pengujian dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Peralatan pengujian di Departemen Yarn Quality Control LCOE


(Lenzing Center of Excellence) PT. South Pacific Viscose
No Alat Pengujian
1 Wrap Blok dan Timbangan Gram
2 Uster Tester 6 U%, CV, Thin, Thick
3 Yarn Creel Nomor Benang
4 Uster Tensorapid Strength, Elongation
5 Twist Tester Twist Benang
6 Zweigle 6534 Friction Benang
7 Textest Grade Benang

Sumber: Bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn Quality Control PT.
South Pacific Viscose

Selain itu pengujian dan pengambilan sampel terhadap bahan baku dilakukan
demi menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Berikut adalah tabel Pengujian
dan Pengambilan Contoh di Departemen Spinning Lenzing Center of Excellence
pada tabel 3.5 dan 3.6 halaman 40 dan 41.
Tabel 3.5 Sampling dan Testing di Departemen LCOE (Lenzing Center of
Excellence) Yarn Quality Control PT. South Pacific Viscose

39
Jadwal
Titik Pengambilan
Pengambilan Sampel Parameter Pengujian
Sampel
Sampel
Mix
Pipa blowing pada Limbah Spinning faults
12 / hari sampel
baling press/robot mesin carding (top flat).
( 2 kg )
Remark : Sampel limbah
      carding di analisis oleh
QCD
Proses ini dilakukan
Diambil bersama untuk pengujian benang
dengan sampel Min 1 sampel / Spot Ring & untuk pengujian
QCD (Moisture hari / line (Tipe sampel kenampakan UV
Calibration) atau Serat Ring) ( ± 50 kg ) (pengujian di bawah
bal serat. sinar UV dilakukan oleh
QCD).
Spot Proses ini dilakukan
Bal serat (balling Min 2 sampel /
sampel untuk pengujian benang
press). hari / line
( ± 80 kg ) Open End
Remark : Selain itu serat
OE juga di proses di unit
ring spinning. 3 kg serat
disimpan untuk
      pengujian spinning fault
apabila kualitas dari
pada proses OE atau
benang OE diluar
standar
Spot
Proses ini dilakukan
Bal serat (balling Min 2 sampel / sampel
untuk pengujian benang
press). hari / line ( ± 100 kg
Air Jet
)
Remark : 3 kg serat
disimpan untuk
pengujian spinning fault
apabila kualitas dari
pada proses Air Jet atau
benang Air Jet diluar
standar.
     

Sumber: Bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn Quality Control Yarn
PT. South Pacific Viscose.

Tabel 3.6 Sampling dan Testing di Departemen LCOE (Lenzing Center of


Excellence) Yarn Quality Control PT. South Pacific Viscose

40
Titik Pengambilan
Sampel Sampel
Setelah mesin produksi + 500 meter, ambil sliver
untuk di tes berat per 6 yard dan dikalkulasikan
dengan standar ktex.
Carding
Setelah doffing 2 can, ambil sliver dengan memakai
plastik serat kurang lebih 300 meter untuk dilakukan
pengujian ketidakrataan (U%)
Setelah dapat 2 kali doffing, ambil sliver dengan
Drawing Breaker plastik serat + 100 meter untuk dilakukan pengujian
ketidaklrataan (U%)
Setelah mesin produksi + 200 meter, ambil sliver
untuk di tes berat actual dan dikalkulasikan dengan
standar ktex.
Drawing Finisher
Setelah dapat 2 kali doffing, ambil sliver dengan
plastik serat + 100 meter untuk dilakukan pengujian
ketidaklrataan (U%)
Ambil 5 buah babby cones untuk dilakukan test
Open End
quality
Ambil 5 buah babby cones untuk dilakukan test
Air Jet Spinning quality

Sumber: Bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn Quality Control Yarn
PT. South Pacific Viscose (SPV) Lenzing

3.4.3 Produk

Masing-masing produk dari tiap mesin mengalami pengujian kualitas nya oleh
bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn Quality Control PT. South
Pacific Viscose. Proses pengujian dimulai dengan pengambilan sample dan akan
dibawa ke laboratorium Yarn Quality Control untuk dilakukan pengujian. Maka itu
dibutuhkan standarisasi produk seperti pada table 3.7 - 3.9 halaman 42 dan 43.

Tabel 3.7 Standarisasi Ring Spinning untuk benang Rayon Viskosa Ne 30 Ring
Yarn Specification (Ne.30/Ktex 0.0197 counts) for 1.4 dtex/44mm

41
Sample Parameters Tested Unit Target Value Lower Limit Upper Limit
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Carding Sliver
Uster % % 3 - 4
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Draw Frame - Breaker
Uster % % 3 3.5
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Draw Frame - Finisher
Uster % % 2 2.6
Roving Count (Ne/ktex) Ne/Ktex 0.513/1.1 0.527/1.12 0.500/1.18
Roving % 5 4.2
Uster %
3.5
Yarn Count (Ne) Ne/Ktex 30/0.0197 29.1/0.0203 30.9/0.0191
Uster % % 9.5 10
Thin (-50%) pcs/km 1 2
Thick (+50%) pcs/km 11 14
Neps (+200%) pcs/km 40 50
Ring Yarn
Total IPI pcs/km 47 62
Hairiness 5 6
Elongation (%) % 13.5 12.5
Tenacity (cN/tex) cN/tex 19 18
End Breaks 100 spd h 2 4
Yarn Count (Ne) Ne/Ktex 30/0.0197 29.1/0.0203 30.9/0.0191
Uster % % 9.5 10.1
Thin (-50%) pcs/km 1 2.5
Thick (+50%) pcs/km 6 10
Yarn after Winding Neps (+200%) pcs/km 60 80
Total IPI pcs/km 67 92.5
Hairiness 6 7
Elongation (%) % 13.5 12.5
Tenacity (cN/tex) cN/tex 18.5 17.5

Sumber: Bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn Quality Control PT.
South Pacific Viscose.

Tabel 3.8 Standarisasi Open End untuk benang Rayon Viskosa Ne 30 Open
End Yarn Specification (Ne.30/Ktex 0.0197 counts) for 1.3 dtex/32mm and
1.3dtex/38mm

42
Sample Parameters Tested Unit Target Value Lower Limit Upper Limit
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Carding Sliver
Uster % % 3 - 4
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Draw Frame - Breaker
Uster % % 3 3.5
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Draw Frame - Finisher
Uster % % 2 2.6
Yarn Count (Ne) Ne/Ktex 30/0.0197 29.1/0.0203 30.9/0.0191
Uster % % 11 11.7
Thin (-50%) pcs/km 12 16
Thick (+50%) pcs/km 35 50
Neps (+280%) pcs/km 2 6
Open End Yarn
Total IPI pcs/km 49 72
Hairiness 4.5 5
Elongation (%) % 10 9
Tenacity (cN/tex) cN/tex 14 13
End Down /1000 rh 150 250

Sumber: Bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn Quality Control PT.
South Pacific Viscose.

Tabel 3.9 Standarisasi Air Jet Spinning untuk benang Rayon Viskosa Ne 30 Air
Jet Yarn Specification (Ne.30/Ktex 0.0197 counts) for 1.3 dtex/38mm

Sample Parameters Tested Unit Target Value Lower Limit Upper Limit
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Carding Sliver
Uster % % 3 - 4
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Draw Frame - Breaker
Uster % % 3 3.5
Sliver Count (ktex) Ktex 5 4.85 5.15
Draw Frame - Finisher
Uster % % 2 2.6
Yarn Count (Ne) Ne/Ktex 30/0.0197 29.1/0.0203 30.9/0.0191
Uster % % 11 11.7
Thin (-50%) pcs/km 12 16
Thick (+50%) pcs/km 35 50
Neps (+280%) pcs/km 2 6
Open End Yarn
Total IPI pcs/km 49 72
Hairiness 4.5 5
Elongation (%) % 10 9
Tenacity (cN/tex) cN/tex 14 13
End Down /1000 rh 150 250

Sumber: Bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn Quality Control PT.
South Pacific Viscose
BAB IV
DISKUSI

43
4.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Production Planning and Inventory Control (PPIC) adalah departemen yang


bertugas dalam merencanakan kegiatan proses produksi dan mengawasi proses
produksi agar sesuai antara perencanaan produksi dengan realisasi produksi
yang telah dibuat secara efektif dan efisien. Perencanaan dan pengendalian
dilakukan dengan merencanakan dan mengendalikan material masuk, proses
dan keluar dari sistem produksi sehingga permintaan konsumen dapat di penuhi
dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat dan biaya produksi
yang di buat seminimum mungkin dengan effisiensi setinggi mungkin.

Tidak hanya menjalankan sistem yang sudah ada, PPIC juga memastikan sistem
berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. PT. South Pacific
Viscose beranggapan bahwa Planning tidak hanya mengerjakan masalah
perencanaan saja, tapi terkait dengan manajemen persediaan di gudang. Oleh
sebab itu, Planning harus memiliki hubungan dengan Sistem Purchasing dan
Ware house secara real time dan up date. Ini masih dalam hal persediaan
produk, belum termasuk aktivitas pengawasan proses produksi. Setiap
perubahan dalam proses yang terkait dengan Penjadwalan ulang
(Reschedulling), Pembuatan ulang (Remake), Permintaan tambahan material,
dan lain-lain, pastinya akan mempengaruhi alokasi kapasitas dan seluruh
penjadwalan.

Kendala yang ada pada proses perencanaan dan pengendlian proses bersifat
non-teknis, yakni menurunnya permintaan pasar. Hal ini disebabkan karena
adanya persaingan dengan perusahaan-perusahaan yang sama-sama bergerak
di bidang rayon dan cenderung baru dan menawarkan harga yang jauh lebih
rendah. Kendala penurunan permintaan pada pasar ini tidak hanya dialami oleh
PT. South Pacific Viscose yang ada di Indonesia saja, melainkan PT. South
Pacific Viscose yang ada di luar negeri pun mengalami hal serupa. Akibat dari
penumpukkan bahan baku ini 5 line yang ada di PT. South Pacivic Viscose
hanya 4 line yang produksinya berjalan.

4.2 Produksi

Selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan berlangsung, dapat diketahui bahwa


alur produksi yang dilakukan di Depertemen Lenzing Center of Excellence

44
(Spinning). Bahwa terdapat 3 alur pembuatan benang yang berbeda, yakni
tertera pada Gambar 4.1 berikut.

Sumber : Departemen Spinning Lenzing Center of Excellence

Gambar 4.1 Alur proses produksi Departemen Spinning Lenzing Center of


Excellence

Selama itu juga ditemukan beberapa kendala yang ditemukan pada beberapa
mesin, yaitu:

1. Mesin Winding

45
Pada mesin Winding sering terjadi cacat gulungan. Hal ini disebabkan
oleh beberapa kendala yang ditemukan seperti :
a. Benang sering putus, disebabkan oleh kecepatan penggulungan yang
tidak konstan dan pada saat kecepatan di titik yang lemah, benang
yang digulung pun akan mengalami tekanan yang rendah sehingga
sudut gulungan pun tidak terjadi. Seiring dengan berjalannya mesin
benang akan putus karena gulungan kusut.
b. Benang Silang, disebabkan karena proses penggulungan dimana
terjadi tekanan yang tidak konstan sehingga penggulungan tidak rapi.

Sumber : Departemen Spinning Lenzing Center of Excellence

Gambar 4.2 Proses produksi di mesin Winding

2. Mesin Drawing
a. Sering terjadinya putus sliver setelah penyambungan pada mesin
Drawing. Hal ini disebabkan karena kurang terampilnya operator atau
yang biasa disebut dengan istilah Human Error pada saat
menyambung sliver yang baru dan sisa sliver yang sudah di proses
sebelumnya. Hasil sambungan yang terlalu kecil dan tipis akan
menyebabkan putus sliver di bagian coiller karena ikatan serat tidak
sebanding dengan kecepatan mesin. Sedangkan hasil sambungan
yang terlalu besar dan padat akan menyebabkan penumpukan sliver
pada roll drafting, karena sambungan yang terlalu besar dan padat
tadi tersembat pada coiller.
b. Secara garis besar, didapat bahwa kendala paling signifikan terdapat
pada proses drawing. Hal ini disebabkan karena lapping yang terjadi
terus menerus. Drawing lebih harus diawasi dibandingkan dengan
proses pemintalan yang lainnya. Lapping terjadi kerena masih

46
terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah helai serat pendek
dan serat panjang, dapat dikatakan kerataan serat belum rata
sepenuhnya.

Sumber : Departemen Spinning Lenzing Center of Excellence

Gambar 4.3 Proses produksi di mesin Drawing

3. Mesin Air Jet Spinning (MVS)


Pada mesin ini kendala yang sering terjadi adalah putus benang di bagian
spinning chamber pada mesin Air Jet Spinning (MVS). Penyebab dari
putus benang tersebut karena serat-serat pendek yang dibuang dan debu
tidak sepenuhnya dihisap oleh suction. Sehingga serat-serat pendek
kembali masuk ke dalam spinning chamber bersama debu dan
menyumbat spinning chamber. Skema spinning part pada mesin Air Jet
Spinning (MVS) dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.

Sumber : Departemen Spinning Lenzing Center of Excellence


Gambar 4.4 Skema Spinning Part pada mesin MVS

4.3 Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin

Pemeliharaan mesin merupakan usaha untuk menjaga umur mesin dan kinerja
mesin agar tetap berjalan dengan baik secara efektif dan efisien. Selain itu juga

47
perawatan berfungsi menjaga agar mesin tidak cepat rusak dan dapat bekerja
dengan maksimal serta menjaga kualitas produk. Pemeliharaan dan perbaikan
mesin di PT. South Pacific Viscose berjalan dengan baik karena dilakukan
secara rutin.

Pemeliharaan mesin yang dilakukan di PT South Pacific Viscose dibebankan


kepada Maintenance Department yang bekerja sama dengan Engineering
Department. Pemeliharaan mesin disini meliputi pemeriksaan, pembersihan,
pelumasan, dan pencegahan terhadap kerusakan mesin. Mesin-mesin yang
dipergunakan di PT South Pasific Viscose terdiri dari berbagai merek dan jenis,
hal ini tentunya memerlukan spesialisasi dalam perawatannya. Untuk perawatan
ini setiap departemen dilengkapi dengan work shop yang mempunyai peralatan
lengkap. Pemeliharaan yang dilakukan oleh Maintenance Department mengacu
pada sistem RCM (Reliability Central Maintenance), sistem ini mengharuskan
mesin dapat bekerja secara optimal sampai jadwal perbaikan tiba. Pemeliharaan
mesin di PT South Pasific Viscose diantaranya adalah Preventive Maintenance
Tujuan preventive maintenance yaitu untuk menjaga agar mesin-mesin produksi
tetap dalam kondisi yang baik dan mencegah terjadinya kerusakan mesin.

Perbaikan mesin di PT South Pacific Viscose dibebankan pada Engineering


Department. Perbaikan atau penggantian dilakukan pada peralatan yang sudah
rusak atau aus. Kegiatan perbaikan ini disebut Corrective Maintenance yang
bertujuan untuk memperbaiki kerusakan mesin yang terjadi pada saat proses
produksi sedang berlangsung. Bagian-bagian mesin yang rusak diperbaiki,
sedangkan untuk mesin yang tidak dapat diperbaiki akan dilakukan penggantian
komponennya dengan yang baru.

4.4 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu adalah sebuah usaha dalam mengontrol rencana produksi


yang telah dijalankan oleh perusahaan, tanpa adanya kendali dalam sebuah
produksi tentu rencana produksi yang telah dibuat tidak akan berjalan dengan
baik. Adapun tujuan dari pengendalian mutu adalah :

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah
ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

48
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

Sistem pengendalian mutu di PT South Pacific Viscose telah sesuai dengan


standar mutu ISO 9001 : 2000. Selain untuk meningkatkan mutu hasil produksi,
tujuan perusahaan menerapkan ISO 9001:2000 adalah mengurangi jumlah
keluhan konsumen menjadi seminimal mungkin dan meningkatkan kepercayaan
serta loyalitas konsumen. Selain itu penerapan ISO 9001:2000 juga memacu
perusahaan untuk menghasilkan kualitas produk yang lebih baik dibandingkan
pesaing menurut penilaian konsumen.

Perihal pengendalian mutu sangat berkaitan dengan customer service dan


complain. Berdasarkan itu, pengendalian mutu dilakukan mulai dari bahan baku
hingga packing. Penyimpangan yang terjadi dapat segera diatasi dan sudah
dilakukan dengan baik oleh PT. South Pacific Viscose. Pengendalian mutu
terhadap bahan baku yang akan diproses dilakukan di bagian Fiber Quality
Control sedangkan pengujian terhadap mutu produk yang dihasilkan pada setiap
proses produksi dilakukan di bagian LCOE (Lenzing Center of Excellence) Yarn
Quality Control.

Didalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan, didapatkan kegiatan pengendalian


mutu di Departemen Lenzing Center of Excellence. Kegiatan pengendalian
mutu yang dilakukan adalah :
1. Pengendalian sebelum proses produksi
Sebelum proses produksi, bahan baku yang akan di proses akan di uji
terlebih dahulu oleh bagian Fiber Quality Control. Pengendalian dilakukan
dengan mengadakan proses dalam skala laboratorium, jika hasilnya
sesuai dengan yang diinginkan maka dilakukan proses skala produksi.
Hal yang diuji dalam pengendalian ini adalah Kehalusan (dtex), Kekuatan
(tenacity) & Mulur (elongation), Panjang Serat (stapel length), Kadar Air
(moisture), Mengkeret, Kesalahan Pemintalan (spinning fault), dan
Kemampuan Serat Untuk Menyerap Warna (Dye Ability Index).

2. Pengendalian selama proses produksi


Selama proses produksi berlangsung, pengendalian yang dilakukan
adalah melakukan suatu pengawasan secara langsung oleh pekerja
terhadap proses produksi yang berjalan.

49
3. Pengendalian setelah proses produksi
Pada pengendalian yang terakhir, benang hasil produksi di uji di
laboratorium untuk dapat menentukan grade atau mutu benang yang
dihasilkan. Grade dan mutu benang tersebut dapat dilihat dari nomor
benang (Ne), ketidakrataan (U%), total IPI, hairiness, mulur (%), dan
kekuatan Tarik (cN/tex).

50
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Departemen Lenzing Center of


Excellence, dapat ditarik beberapa hal penting, yaitu :
1. Dengan adanya Departemen Lenzing Center of Excellence, PT. South Pacific
Visoce dapat menjaga dan meningkatkan kualitas dari pada serat Rayon
Viscose sebagai produk utama salah satunya melalui pengujian-pengujian
terhadap benang yang diproduksi dengan skala kecil.
2. Selain berperan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, Departemen
Lenzing Center of Excellence juga dapat mengatasi segala bentuk komplain
yang diajukan oleh customer terkait produk yang dihasilkan oleh PT. South
Pacific Viscose.
3. Proses produksi dapat berjalan dengan maksimal dan produk yang dihasilkan
dinilai baik perlu didukung oleh wawasan yang dimiliki dan terampilnya
tenaga kerja dalam mengikuti perkembangan teknologi.
4. Pemeliharaan dan perawatan mesin secara berkala harus dijaga agar
eisiensi mesin dalam proses produksi dan kualitas terhadap produk tetap
terjaga.
5. Efisiensi dan efektifitas dalam gudang sangat perlu diperhatikan dengan
mengatur dan memperkirakan masuknya barang agar tidak terjadi
penumpukan barang yang dapat menghabiskan kapasitas gudang.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ada beberapa saran yang bisa


dilaksanakan oleh perusahaan untuk menunjang proses produksi menjadi lebih
baik, di antaranya:
1. Membuat standar PPIC di Departemen Spinning (Lenzing Center of
Excellence) agar efisiensi bahan baku yang di proses dan produk yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
2. Meningkatkan inovasi terhadap produk demi menjaga permintaan pasar dan
mengurangi penumpukkan bahan baku di gudang.
3. Membuat Standard Operating Procedure untuk penyambungan Sliver.

51
4. Sebaiknya kegiatan perawatan dan pemeliharaan mesin tidak hanya
dilakukan oleh pihak maintenance saja melainkan oleh bagian produksi
terutama operator, karena operator adalah pihak yang secara langsung
berhubungan dengan mesin – mesin produksi, sehingga operator akan lebih
mengenal keadaan mesin.
5. Sebaiknya dibuat prosedur kerja maintenance system pada tiap mesin yang
meliputi cara atau proses perawatan yang harus dilakukan, agar semua pihak
yang berhubungan dengan produksi bisa melakukan kegiatan maintenance
sesuai prosedur.

52
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2019. Pedoman Praktik Kerja Lapangan. Bandung: Politeknik


STTT Bandung.

Anonim1,. 2019. “Struktur Organisasi dan Jumlah Karyawan”. Human Resources


Department PT. South Pacific Viscose: Purwakarta.

Anonim2,. 2019. “Struktur Organisasi dan Jumlah Karyawan”. Human Resources


Department PT. South Pacific Viscose: Purwakarta.

Anonim3,. 2019. “Bagian Quality Control”. Lenzing Center of Excellence PT. South
Pacific Viscose: Purwakarta.

Anonim4,. 2019. “Data Mesin”. Lenzing Center of Excellence PT. South Pacific
Viscose: Purwakarta.

Handoko, Tani. 2009. Manajemen Edisi 2 , Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

53

Anda mungkin juga menyukai