Anda di halaman 1dari 18

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didalam dunia industri suatu perusahaan manufaktur memproduksi suatu

barang atau benda yang disebut produk, produk tersebut nantinya akan

dikonsumsi oleh konsumen yang sifatnya sebagai pemakai barang dan benda yang

dibutuhkan untuk kehidupan sehari hari, mingguan ataupun bulanan bahkan

taunan.

Produk yang dihasilkan tentunya harus memiliki kualitas yang bagus agar

para konsumen puas menggunakannya,maka dari itu suatu perusahaan harus

menjaga nama baiknya dengan cara menjaga kualitas dan kuantitas produk yang

dihasilkan,salah satunyadengan melakukan pengujian terhadap produk yang

dihasilkan.

Dengan adanya pengujian maka produk yang dihasilkan akan memiliki

kualitas sesuai standar produk.

1.2 Identifikasi Masalah

Ada beberapa masalah yang perlu di identifikasi agar pengujian dilakukan

dengan baik. .masalah - masalah tersebut adalah Pengecekan dan proses produksi.
2

1.3.Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti adalah :

1. Pengujian di lab Testing Yarn

2. Spinning Process

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas ,maka penulis membatasi masalah

yang dibahas agar lebih terarah dan tidak menyimpang dari topik, yaitu :

Pengujian Di lab testing dan spinning process.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mudah dimengerti dalam

penyusunan laporan PKL ini,maka Penulisan disusun dengan sistematika sebagai

Berikut ;

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, identifikasi

masalah,perumusan masalah,pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum suatu perusahaan, struktur

organisasi,lay out dan alamat tempat PRAKERIN.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Memaparkan seluruh sistem peraturan kerja dan kegiatan pada saat

Prakerin Berlangsung

BAB IV KESIMPULAN

Berisikan Kesimpulan dan saran untuk pihak perusahaan dan pihak sekolah
3

BAB II

SEJARAH PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Lokasi Perusahaan

2.1.1 Sejarah Perusahaan PT SOUTH PACIFIC VISCOUSE

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dunia maka kebutuhan sandang

akan terus mengalami peningkatan. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan serat

sebagai bahan bakunya. Kebutuhan serat selama ini sebagian masih disuplai oleh

serat alami yaitu kapas dan sebagian lagi oleh serat sintetis/buatan yang disebut

rayon, namun kebutuhan keduanya terus bertambah.

PT. South Pacific Viscose denganTeknologi Lenzing AG dapat

memproduksi serat sintetis dari bahan dasar selulosa dengan kualitas yang

menyamai serat alam.PT. South Pacific Viscose merupakan perusahaan PMA

(Penanaman Modal Asing).

PT. South Pacific Viscose memproduksi beberapa produk, diantaranya :

•Viscose Rayon Staple Fiber

•Anhydrous SodiumSulphate

•Carbon Disulphide(CS2)

•Sulphuric Acid(H2SO4)

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1978 dengan surat izin pendirian No. 71/14

Januari/1978. Pendirian PT. South Pacific Viscose ini dimaksudkan untuk

mendukung program Penanaman Modal Asing (PMA) yang dicanangkan oleh


4

Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Program PMA initercantum

dalamUndang-Undang No. 1 tahun1968.

PT. South Pacific Viscose memulai pembangunan fisiknya pada bulan Mei

1981 dengan rancangan desain dan teknik mesin dilakukan oleh Ing Maurer SA

dari Berne Switzerland.Uji coba produksi pertama dimulai pada tanggal 17

Desember 1982 dengan tenaga ahli dari perusahaan induknya Lenzing AG,

Austria.Pada tanggal 15 April 1983 PT. South Pacific Viscose sudah dapat

berproduksi secara penuh dengan hasil produksi serat rayon sebanyak 50 ton per

hari.Hingga tahun 1991 PT. South Pacific Viscose sudah dapat meningkatkan

produksinya menjadi 90 - 100 ton per hari.Pada bulan Mei 1992, dengan

beroperasinya Line Dua, PT. South Pacific Viscose dapat memproduksi serat

rayon sebanyak 180 - 200 ton per hari dan 90 - 100 ton Kristal natrium sulfat

anhidrat (Na2SO4).Setelah Line Tiga mulai beroperasi pada bulan Januari 1997,

produksi PT. South Pacific Viscose meningkat menjadi 350 ton per hari serat

rayon dan 210 ton per hari Kristal natrium sulfat anhidrat (Na2SO4). Untuk

meningkatkan produksi serat rayon & anhydrous natrium sulphate, maka pada

tahun 2009 PT. South Pacific Viscose mendirikan Line Empat & mulai beroperasi

pada bulan Januari 2010, dan produksi 600 ton per hari serat rayon dan 360 ton

per hari sodium sulphate. Dengan adanya line empat ini juga membawa dampak

positif, yaitu perusahaan dapat menyerap tenaga kerja di sekitar lingkungan

perusahaan maupun di wilayah kabupaten Purwakarta. Seiring dengan kebutuhan

serat rayon di dunia maka awal tahun 2011 PT. South Pacific Viscose mendirikan

Line Lima dan mulai berproduksi pada bulan November 2012, sehingga total
5

kapasitas produksi dengan 5 lines menjadi 890 ton per hari serat rayon dan 500

ton per hari sodium sulphate. Jadi, total produksi serat rayon menjadi 325.000 ton

per tahun dan sodium sulphate menjadi 185.000 ton pertahun.

Selain mengutamakan produksi, PT. South Pacific Viscose juga sangat

peduli terhadap dampak produksi terkait lingkungan sekitar, terutama pada limbah

yang di hasilkan baik limbah cair, gas maupun padat.Pada bulan November 1993

PT. South Pacific Viscose mendirikan Unit PengolahanLimbah Gas (Waste gas

Sulphuric Acid Plant) guna mengurangi pencemaran udara.Juga

memodernisasikan sistim pengolahan limbah cair dengan sistim pengolahan

Mikrobiologi.

Untuk mendukung keberlangsungan bisnis, kepedulian lingkungan serta

kesehatan dan keselamatan kerja, maka PT. South Pacific Viscose berkomitmen

dengan adanya ISO 9001 (ManajemenMutu), ISO 14001

(ManajemenLingkungan) dan OHSAS 18001 (Manajemen K3).Maka pada tahun

2006 PT. South Pacific Viscose mendirikan CAP (CS2 Absorption Plant) dan

menambah kapasitas pengolahan limbah cairnya.Tidak berhentihanya disitu, pada

bulan November 2012, kapasitas olah limbah cair ditambah lagi.Kemudian pada

awal tahun 2013 PT South Pacific Viscose mulai mendirikan WSA Plant 2, yang

telah beroperasi pada bulan April 2014.

2.1.2 Lokasi dan Tata Letak PT.SOUTH PACIFIC VISCOUSE

PT. South Pacific Viscose berlokasi di Kampung Ciroyom, Desa Cicadas

Kabupaten Purwakarta, P.O. BOX 11 Purwakarta, Jawa Barat, sedangkan kantor


6

pusatnya berada di Sampoerna Strategic Square, South Tower Lantai 22, Jalan

Jenderal Sudirman Kav 45-46 Jakarta Pusat 12930 Indonesia.

•Lokasi PT. South PacificViscose

Pemilihan lokasi pendirian suatu pabrik merupakan hal yang terpenting.

PT South Pacific Viscose yang didirikan di daerah Purwakarta memiliki

pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut :

Dari segi geografi, daerah Purwakarta dekat dengan daerah tujuan

pemasaran produk serat rayon yaitu pabrik pemintal disekitar daerah Bandung dan

hanya sekitar kurang lebih 20 km jaraknya ke jalan bebas hambatan Jakarta-

Cikampek sehingga mempermudah transportasi eksport import serta tersedianya

sarana angkutan yang cukup baik dan m,emadai di Purwakarta ini.

Dari segi kondisi alam dan lingkungan, daerah Purwakarta merupakan

tempat yang strategis karena letaknya dekat dengan sumber air Citarum dan

Cikao, dekat dengan sumber tenaga listrik PLTA Jatiluhur, dan kondisi alam yang

cukup stabil, bebas dari masalah seperti bencana alam, gempa dan banjir.

Dari segi sosial budaya, Purwakarta sebelumnya hanyalah sebuah kota

transit saja namun dengan mulai maraknya pembangunan pabrik maka PT South

Pacific Viscose juga memiliki kontribusi yang cukup besar menjadikan kota

Purwakarta sebagai kota industri yang berarti ikut mendorong pertumbuhan

ekonomi di daerah Purwakarta dengan menyerap tenaga kerja yang cukup banyak,

terutama untuk jenis pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan khusus.


7

•Tata Letak PT. South PacificViscose

Pada awal berdirinya, PT South Pacific Viscose dibangun di atas tanah seluas 30

hektar, dengan rincian 21 hektar digunakan untuk bangunan pabrik dan kantor,

sedangkan 9 hektar lagi untuk kesejahteraan karyawan. Pada awal tahun 1991, PT.

South Pacific Viscose mengadakan perluasan tanah sekitar 35 hektar.Sampai saat

ini setelah penambahan perluasan maka luas tanah PT. South Pacific Viscose

seluruh nya 77 hektar.

Tata letak pabrik mencakup seluruh posisi bangunan di pabrik yang diatur

berdasarkan jenis alur produksi, posisi terhadap sungai serta keselamatan dan

kenyamanan karyawan.

Gambar 2.1 Lokasi PT. South Pacific Viscose


8

2.1.3

Struktur

Organisasi
9

Secara garis besar,Presiden Direktur membawahi Direktur Teknik,Direktur

Keuangan,dan Direktur Pemasaran.Masing-masing direktur tersebut membawahi

Vise President (VP),Manager,Deputy Manager,Supervisor memiliki

tugas,wewenang dan tanggung jawab meliputi :

1. Menetapkan kebijaksanaan umum perusahaan dalam menyusun dan

melaksanakan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja

perusahaan yang disahkan oleh rapat umum pemegang saham

2. Mengatur dan mengarahkan direktorat dalam melaksanakan tugas dan

wewenang pokoknya masing masing dalam mencapai tujuan perusahaan

3. Bersama – sama dengan anggota direksi lainnya mengadakan kegiatan

perusahaan,menetapkan kebijaksanaan umum dalam rangka melaksanakan

kebijakan pemerintah dalam bidang industri pertekstilan dan

ketenagakerjaan

4. Sebagai penanggung jawab utama untuk mencapai tujuan perusahaan .

2.2 Aspek Strategis dan Pengembangan

2.2.1 Aspek Strategis

PT South Pacific Viscouse merupakan salah satu dari beberapa perusahaan yang

bergerak dibidang tekstil,khususnya dalam pembuatan Fiber.PT South Pacific

Viscouse dalam kepentingan nasional memiliki peran yang strategis .Pertama,

produknya merupakan salah satu kebutuhan pokok yang menyentuh hajat hidup

rakyat banyak
10

2.2.2 Aspek Pengembangan

PT South Pacific Viscose (SPV) terus berupaya untuk meningkatkan standar dan

kualitas fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sekaligus mendukung

program Citarum Harum.

Citarum Harum merupakan program yang dicanangkan Pemerintah Indonesia

melalui Perpres No. 15 Tahun 2018 tentang percepatan pengendalian pencemaran

dan kerusakan DAS Citarum.

Salah satu langkah yang dilakukan SPV ialah merekrut dua konsultan lingkungan

yang berasal dari India dan Korea Selatan. "Perekrutan dua konsultan ini adalah

untuk menyempurnakan IPAL, sehingga SPV bisa beroperasi penuh satu tahun,"

ucap Presiden Direktur PT SPV, Christian Oberleitner di Purwakarta, Jawa Barat.

Christian juga memastikan, demi menjaga kelestrasian lingkungan, khususnya

Sungai Citarum, pihaknya telah mengikuti semua regulasi dari  pemerintah dan

mematuhi segala perarturan yang telah dikeluarkan.

"Sebagai perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia selama 35 tahun, kami

ingin turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian alam di Sungai terpanjang di

Jawa Barat ini. Apalagi, aspek lingkungan merupakan salah satu nilai perusahaan

yang senantiasa kami perhatikan," terangnnya kemudian. 

Menurutnya, SPV telah terlibat aktif sebagai pendukung program Citarum Harum

sejak program tersebut dimulai. "Sejak saat itu, kami terus berupaya untuk
11

berkontribusi secara aktif untuk mendorong tercapainya tujuan Citarum Harum,"

kata Christian.

Sebagai perusahaan penghasil produk serat rayon yang berbahan dasar kayu, PT.

South Pacific Viscose telah disertifikasi oleh FSC (Badan Pengelolaan Hutan)

sehingga menjadi ramah terhadap lingkungan. Bahkan, SPV kini tengah

menargetkan pengelolaan emisi sesuai standar EU Ecolabel atau sesuai standar

emisi Eropa paling lambat tahun 2022.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Lab Testing Yarn

Lab Testing Yarn adalah tempat pengecekan/pengujian pada benang

sebelum dikirim ke costumer.Pengujian ini berfungsi agar pekerja bisa

mengetahui masalah pada benang dan juga agar customer merasa puas.

Terkadang pekerja mengecek/menguji benangatau sample dari perusahaan

lain. Mesin yang ada di lab dioperasikan menggunakan computer. Untuk

mengoperasikan mesin tersebut harus memasukan nomer sample atau nomer

bale benang sebagai keterangan atau identitas agar tidak tertukar dengan

sample benang yang lain. Untuk benang Mvs dan Open-End dalam satu kali

pengujian dan dalam satu nomer bale yang sama ada 5-6 subsample yang

akan diuji. Sedangkan untuk benang ring sendiri ada dua bagian atau
12

kelompok dengan nomer bale yang sama untuk pengujian atau pengetesan

yang berbeda.

Mesin-mesin dalam lab pengujian

 Mesin Uster Tester 6

Mesin ini berfungsi untuk mengecek ketidakrataan/kecacatan pada benang

per 1000 meter dan untuk mengecek rambut-rambut pada benang. Untuk

mesin ini hanya 5 subsample yang digunakan untuk melakukan pengetesan

atau pengujian pada benang. Baik itu benang Mvs, Open-End, ataupun

benang Ring.

 Mesin Uster Classimat 5

Mesin ini berfungsi untuk mengecek ketidakrataan/kecacatan pada benang

per 100 km. Mesin ini hanya akan menampung 6 subsample sekali pengujian.

Untuk benang Mvs dan Open-End ada 6 subsample yang digunakan dalam

sekali pengujian. Sedangkan untuk benang ring sendiri lebih dari 10

subsample bahkan lebih dalam sekali pengujian.

 Mesin Uster Tensorapid 4

Mesin ini berfungsi untuk mengecek/menguji kekuatan ulur dan tarik pada

benang.Untuk benang ring trial ada sepuluh subsample dalam sekali

pengujian selain dari benang trial hanya ada lima subsample yang digunakan

dalam sekali pengecekan.

 Mesin Ne (Measuring Length Zweigle L232)


13

Mesin ini berfungsi untuk mengecek nomor pada benang yang dilakukan

menggunakan timbangan khusus dan dioperasikan menggunakan komputer.

 Mesin Rolling Tester

Mesin ini berfungsi untuk mengecek kekuatan benang terhadap gesekan

dengan cara digesek. Dan hasilnya akan dicatat dalam buku khusus yang telah

disediakan.

3.1 Spinning Process

Spinning proses adalah tempat dimana pembuatan benang

berlangsung. yang asal mulanya hanyalah serat fiber dan menjadi bermacam

jenis benang yaitu:benang Ring, Mvs, & Open-end.

3.1.1 Proses pembuatan benang

Pertama masukan material/fiber kedalam mesin Blowroom, sebelum

dimasukan material/fiber tersebut harus dicabik-cabik terlebih dahulu

material/fibernya. Setelah itu, akan dihisap oleh fan dan dipindahkan

kedalam tempat penampungan/Unistore. Lalu akan dihisap kembali oleh fan

dan dimasukan kedalam mesin Carding. Setelah dari mesin Carding fiber

tadi dipindahkan ke mesin Drawing. Dalam proses mesin drawing fiber

akan melewati dua tahap yaitu: Drawing FinishdanDrawing Breaker/

PreDrawing. Selanjutnya, fiber akan diproses sesuai dengan kebutuhan


14

produksi. Jika fiber tersebut akan di proses menjadi benang ring, maka

setelah melalui proses drawing fiber dibawa/diproses ke mesin Roving.

Selanjutnya fiber diproses di mesin ring frame untuk dijadikan benang ring.

Sebelum dijual ke customer benang ring dipindahkan terlebih dahulu ke

cones. Jika ingin memproduksi benang Mvs dan Open-End fiber dibawa ke

tempat mesin produksi masing-masing tanpa harus melewati mesin roving

terlebih dahulu.

3.1.2 Nama dan fungsi mesin produksi benang

 Blowroom

Mesin ini berfungsi membuka serat fiber menjadi lebih halus.

 Unistore

Berfungsi untuk menampung serat-serat fiber yg sudah di haluskan

oleh mesin blowroom.Fungsi utama dari unistore adalah agar mesin

produksi benang masih bisa beroperasi/memproduksi benang

walaupun bahannya telah habis.

 Carding

Mesin ini berfungsi untuk mengubah serat halus fiber menjadi

sliper.

 Drawing
15

Mesin ini ada dua jenis yaitu Drawing Finish dan Drawing

Breaker/Predrawing.Mesin ini berfungsi untuk mengubah ukuran

sliper sesuai dengan keinginan produksi.

 Roving

Mesin ini berfungsi untuk mengecilkan ukuran sliper menjadi

ukuran yang agak sedikit lebih kecil sebelum diproduksi menjadi

benang ring.

 Ring Spinning machine

Mesin ini berfungsi untuk memproduksi benang ring.

 Air-jet machine

Berfungsi untuk memproduksi benang Mvs.

 Open-End Machine

Berfungsi untuk memproduksi benang OE(Open-End).

 Winding

Berfungsi untuk memindahkan benang ring ke cones sebelum dikirim ke

customer.
16

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Penyusun dapat menyimpulkan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini

membuat para peserta Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) untuk menjadi

lebih mandiri, berinisiatif, berani bicara dan bertanggung jawab.Selain itu

penyusun mendapatkan banyak wawasan, pengalaman, dan pengetahuan

yang terkait didalam Dunia Usaha/Dunia Industri.

2. Pelaksanaan prakerin dilakukan di departemen FPU (Fiber Processing Unit)

meliputi Lab Testing Yarn dan Spinning Process


17

4.2 Saran-Saran

Kegiatan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini,

penyusun menyampaikan masukan yang bermanfaat.

4.2.1 Saran Bagi Sekolah

Dari kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan sedikit saran baik

untuk pihak sekolah maupun pihak perusahaan yang mudah-mudahan bisa

memberi masukan yang bermanfaat.

1. Agar dapat lebih memperhatikan siswa yang sedang Praktik Kerja Industri

(PRAKERIN).

2. Lebih meningkatkan mutu pendidikan baik teori maupun secara praktik.

3. Melengkapi alat-alat praktik dalam upaya menunjang

pelaksanaan pendidikan yang berkualitas.

4. Sekolah sebaiknya memberikan arahan kepada siswa/siswi

sebelum melaksanaka Praktik Kerja Industri (PRAKERIN).

5. Sebaiknya menyelenggarakan Praktik Kerja Industri

(PRAKERIN) secara serentak atau bersama – sama.

6. Menyediakan seragam khusus PKL selama mereka

melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) di

perusahaan.

4.2.2 Saran Bagi Siswa

1. Lebih meningkatkan lagi kedisiplinan terutama disiplin waktu.

2. Meningkatkan kerjasama yang baik kepada karyawan lain.


18

3. Tidak takut mengakui kesalahan diri sendiri.

4. Siswa sebaiknya menyiapkan mental dan fisik sebelum

melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN).

5. Selalu inisiatif bertanya kepada pembimbing bila ada hal yang

kurang dimengerti.

6. Tingkatkan bakat dan keahlian yang ada.

7. Selalu bertanggung jawab atas pekerjaan yang didapatkannya.

4.2.3 Saran Bagi Perusahaan

1. Kedisiplinan dan kegiatan kerja agar lebih di tingkatkan.

2. Hendaknya fasilitas yang belum tersedia untuk mendukung

lancarnya kegiatan kerja segera dilengkapi.

3. Fasilitas yang sudah ada tetap di pelihara.

4. Mengharapkan kepada pihak PT. SOUTH PACIFIC VISCOSE

agar tetap mau menerima siswa/siswi yang akan melaksanakan

Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) dari SMK BINA KERJA

PURWAKARTA.

5. Kerja sama terus ditingkatkan agar pekerjaan yang ada cepat

terselesaikan dengan baik.

6. Sebaiknya setiap mahasiswa/mahasiswi yang melaksanakan

Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) di PT. SOUTH PACIFIC

VISCOSE ditempatkan sesuai dengan jurusan.

Anda mungkin juga menyukai