Anda di halaman 1dari 8

REKAYASA IDE

“STRATEGI PEMBELAJARAN”
DOSEN PENGAMPU : Drs. Jongga Manullang, M.Pd.
.
REKAYASA IDE
MK.
STRATEGI PEMBELAJARAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO
FT

Skor Nilai :

DISUSUN OLEH :

NAMA : Arya Putra Bima Azizzi


NIM : 5211131005
MATA KULIAH : STRATEGI PEMBELAJARAN
KELAS : PTE-A
DOSEN PENGAMPU : Drs. Jongga Manulang, M.Pd PRODI
: PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

PRODI S1 PENDIDKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut penulis ucapkan atas hikmat dan kemampuan serta berkat
yang melimpah yang di berikan Tuhan Yang Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Rekayasa Ide ini dengan baik. Selain itu rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada
bapak Drs. Jongga Manullang, M.Pd. pembimbing mata kuliah Strategi Pembelajaran.

Selain itu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
mengambil peran serta dalam penulisan Rekayasa Ide dari awal hingga dapat
terselesaikan dengan baik sehingga Rekayasa Ide dapat terselesaikan. Rekayasa ide ini
kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran sebagai salah satu tugas
mata kuliah tersebut.

Penulis sangat menyadari bahwa Rekayasa Ide ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih sangat banyak kesalahan yang perlu diperbaiki. Penulis sangat
mengharapkan pengertian pembaca apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
Rekayasa Ide ini. Penulis sadar bahwa masih perlu banyak belajar untuk dapat menulis
Rekayasa Ide ini dengan lebih baik lagi. Dan sekira-kiranya makalah ini dapat berguna
bagi kita semua.

Medan, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 4
Latar Belakang ................................................................................................................................. 4
Permasalahan yang dibahas ............................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 5
BAB III ................................................................................................................................................ 8
PENUTUP ........................................................................................................................................... 8
Kesimpulan ...................................................................................................................................... 8
Saran ................................................................................................................................................ 8
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pengajaran adalah suatu aktifitas (proses) mengajar belajar yang di dalamnya ada dua
subjek yaitu guru dan peserta didik. Istilah peserta didik penulis gunakan untuk anak didik,
objek didik, atau sebagai istilah lain dari murid/siswa. Tugas dan tanggung jawab utama
seorang guru/pengajar adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien,
dan positif, yang ditandai dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif di antara dua
subjek pengajaran, guru sebagai penginisiatif awal, pengarah, pembimbing, sedang peserta
didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam
pengajaran. Pengajaran memang bukan konsep atau praktek yang sederhana ia bersifat
kompleks, menjadi tugas dan tanggung jawab guru yang seharusnya. Pengajaran itu berkaitan
erat dengan pengembangan potensi manusia (peserta didik), perubahan dan pembinaan
dimensi-dimensi kepribadian peserta menyikapi makanan pada sang bayi. Dengan kata lain,
tugas pengajaran (mengajar) adalah berat, kompleks, perlu keseriusan, tidak asal jadi atau
coba-coba. Pelaksanaan pembelajaran sering mengalami kendala seperti terjadinya perubahan
kurikulum, perubahan ini sengaja diciptakan oleh atasan (Depdiknas) sebagai usaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,
ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini
dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan
memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan
bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

PERMASALAHAN YANG AKAN DIBAHAS


Adapun permasalahan yang mau dibahas pada pada pembuatan tugas rekayasa ide ini
adalah kesulitan guru dalam menerapkan model pembelajaran contextual teaching leraning
(CTL) dalam mata pelajaran geografi. Sehingga proses pembelajaran akan semakin
membosankan karean kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Juga kurang
didukungnya media pembelajaran sehingga dalam penerapannya membingungkan siswa itu
sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep


belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan
kuantitatif, melainkan dilihat dari sisi kualitas penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan
yang nyata. Dengan skema konseptual yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan sekedar
wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan lebih bermakna bagi
siswi. CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The Washington
State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan
tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di Amerika
Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi
kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni,2002:1).
Pembelajaran sebagai sistem mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi
untuk mencapai tujuan. Komponen pembelajaran meliputi materi, metode, alat, dan evaluasi
pembelajaran. Menentukan model atau kegiatan belajar merupakan langkah penting dalam
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan. Model pembelajaran tersebut harus disesuaikan
dengan tujuan dan materi pelajaran. Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu
dipikirkan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi serta tujuan
pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu, juga
diperlukan adanya pembelajaran yang menyenangkan tetapi tidak meninggalkan konteks
awal yaitu kebermaknaan yang mampu memberikan pemahaman utuh dan menyeluruh pada
siswa sehingga dapat memahami dan mampu mengaplikasikan materi yang telah dipelajari
dan mengaitkan dengan konteks alam sekitar serta siswa diberi kesempatan untuk pro aktif
dan mendapatkan pengalaman belajar. Perkembangan kognitif menurut Suprijono (mengutip
simpulan Piaget) menyatakan bahwa anak pada masa perkembangan operasional konkrit (7-
11) sudah mulai paham dengan peraturan logis, refesibel dan kekekalan (2009: 23). Misalnya
mempunyai ketaatan yang kuat terhadap aturan yang mereka temui di lingkungannya. Apa
yang dialaminya (didengar, dilihat, dan dirasakan) merupakan pengayaan kognitif, emosi dan
perkembangan sosial yang memperluas dan memperkuat akumulasi perkembangan
selanjutnya.Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah
mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan
motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para
siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep
matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh
pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa
yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang,
yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu
diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu
metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning / CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem
pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari
peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan
dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori
jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual,
pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau
pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan
mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari
hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman di atas, menurut
metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam
ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya.
Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan
belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial,
budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya.
Dalam lingkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna
antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep
diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh,
kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana
kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau kelas kimia
bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS atau cara-cara
petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori
pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik)
memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap
kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata
yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan
mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan
pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak
harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau
tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta
mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik
konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara
aktif pemahamannya.

SARAN
Dalam mewujudkan gagasan yang ada dalam tulisan ini, maka penulis menyarankan
agar sebaiknya terlebih dahulu membicarakan tindakan tersebut dengan dosen yang
bersangkutan supaya dalam model pembelajaran CTL tersebut dapat berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai