Anda di halaman 1dari 54

MATERI PEMBINAAN TEKNISI/PETUGAS

PEMERIKSA PENGUJI BIDANG


BEJANA TEKAN DAN TANKI TIMBUN
`
KELOMPOK PENUNJANG III.2,3
PERPINDAHAN PANAS dan PENGETAHUAN LAS

OLEH
SANTOSO BUDI

santoso budi Fak Teknik Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com, HP 08129589918
CURICULUM VITAE
Nama : Santoso Budi
Tgl,tempat lahir : 22 Oktober 1954, Jogjakarta
E mail : santosobud22@gmail.com
Personel Meeing ID : 297 256 9100
Pekerjaan : PT . Indonesia Power ( Purna Bhakti)
Doster Fak Tek Mesin UNTIRTA ( non aktip )
Acessor LPK Propinsi Banten ( Disnaker )
Acessor Bidang Pembangkit ( DJK)
Instruktur PT. PLN UDIKLAT Suralaya
Instruktur Boiler PT . ELBANA (LP2K3)
Instruktur Boiler PT . Sundoro Asia (LP2K3)
Instruktur Turbin PT . Tehnik Wisnu Pratama (LP2K3)
Instruktur Bejana tekan dan Tangki Timbun PT Tranindo (LP2K3)

Pendidikan Formal :
❖ Sekolah Teknik Mesin
❖ Poly Teknik ITB Bandung
❖ Teknik Mesin UGM Jogjakata
❖ TOT BNSP Level III
❖ Copetensi Profesi Pemeliharaan PLTU, Kwalifikasi LEVEL 6, ELESKA

Pendidikan/kursus non formal :


❖ Maintenance Conveyor System tahun 1996, Samsung, Korea Selatan
❖ Electro Static Presipitator tahun 2007, Denmark
❖ Electrode Wire & EP Mechanism tahun 2007, Swedia
❖ Continous Ship Unloader Krupp tahun 2007, Guang Zho China
❖ Swirl Unloader Mac GREGOR tahun 2007, Filipina
❖ Boiler Plasma Ignition System 2008, Yantai, China
❖ Steam Power Plant 600 Mga Watt 2009, Nancang, China santoso budi, Fak Tek Mesin, UNTIRTA ,
santosobud@yahoo.com, HP 08129589918
TUJUAN PEMBELAJARAN

SETELAH PESERTA MENGIKUTI PEMBELAJARAN TEKNISI


BEJANA TEKAN DAN TANKI TIMBUN, DIHARAPKAN MAMPU
UNTUK MERAWAT, MEMERIKSA BEJANA TEKAN DAN TANKI
TIMBUN DI PERUSAHAAN TEMPAT BEKERJA. SECARA
BAIK DAN BENAR SESUAI PETUNJUK BUKU MANUAL
OPERASIONALNYA

santoso budi,fak tek mesin UNTIRTA, HP 08129589918, Email


santosobud@yahoo.com
I. DAFTAR MATERI PEMBELAJARAN
No Materi Jumlah
(Jam)
I KELOMPOK DASAR
1 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan dasar-dasar K3 4
2 Peraturan perundang-undangan Pesawat Tenaga dan Produksi 6
a. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970
b. Permenaker No. 37 Tahun 2016

II KELOMPOK INTI
1 Pengetahuan dasar Bejana Tekan dan Tangki Timbun serta bagian-bagiannya 4
2 Fungsi Appendages / perlengkapan Bejana Tekan dan Tangki Timbun 4
3 Fluida pengisi Bejana Tekan dan Tangki Timbun 4
4 Korosi dan pencegahannya 4
5 Pengetahuan bahan 6
6 Penilaian perhitungan konstruksi Bejana Tekan dan Tangki Timbun 4
7 Non Destructive Test (NDT) 4
8 Pemeriksaan dan pengujian 16

III KELOMPOK PENUNJANG


1 Standar pemeriksaan dan pengujian 4
2 Pemindahan panas 2
3 Pengetahuan las 2
IV UJIAN
1 Teori 6
2 Praktek 20
JUMLAH 90
santoso budi,fak tek mesin UNTIRTA, HP 08129589918, Email
santosobud@yahoo.com
A2 - 4. PENINJAUAN KONSTRUKSI BEJANA TEKAN DAN
TANKI TIMBUN
Isi matert A2-4

1. Cara Perpindahan panas


1a. Perpindahan panas Konduksi
1b. Perpindahan panas Konveksi
1c. Perpindahan panas Radiasi
2. Distribusi Energi dalam HRSG
3. Penyerapan Panas Dan Efek Pinch Point Pada HRSG
4. Heat balance HRSG
5. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
6. Diagram Heat Transfer dan Heat Balances HRSG

santoso budi, santosobud@yahoo.com,


HP 08129589918
1. PERPINDAHAN PANAS

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
CARA PERPINDAHAN PANAS
1. KONDUKSI : pemaparan panas dari satu tempat yang suhunya lebih
tinggi ketempat yang suhunya lebih rendah Perjalanan ini besifat
menghantar, tempat yang suhunya tinggi smua atomnya bertambah
kuat getaranya dan pada tempat dingin lambat getaranya.
Penghantaran panas terjadi sebagai akibat adanya beda getaran,
hingga akan merambat dari yang tinggi ke yang rendah

2. KONVEKSI : pemaparan panas dari satu tempat ketempat lain oleh


karena bahan panasnya sendiri yang bergerak

3. RADIASI : pemaparan panas yang tidak putus-putus dari suatu benda


panas kesekitarnya dengan cara pancaran/radiasi bentuknya sebagai
elombang elektro magnetik yang identik dengan gelombang cahaya

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
KONDUKSI ( SI )

T1 T2

- k.A ( T2 – T1 )
q x = -----------------------
1 Watt~Nm/s~J/s = 0,0143 Kal / mnt L
q = Arus panas yang melewati luasan kepingan dalam ( Watt )
x = Panjang kepingan dalam ( m )
A = Luasan laluan panas dalam ( m² )
T1 = Suhu Absolut sisi panasnya tinggi ( K )
T2 = Suhu Absolut sisi panasnya rendah ( K )
k = Koeficien perpindahan panas benda hantaran ( W./ m.K )
santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,
santosobud@yahoo.com HP 08129589918
CONTOH RAMBATAN PANAS KUNDUKSI
CONTOH.
Suatu papan gabus tebal 10 cm yang digunakan sekat ruang pada suhu - 12°C
dan muka yang lain pada suhu 21°C. Jika rata-rata keterhantaran termal gabus
di (dalam) cakupan temperatur ini adalah 0.042 J m-1 s-1 ° C-1, Berapa yang
tingkat pemindahan kalor melalui sisi seluas 1 m2 pada dinding?

T1 = 21°C
T2 = -12°C
ΔT = ( T1 - T2 ) = ( 21 – (- 12 ) = 33°C

A = 1 m2
k = 0.042 J m-1 s-1 °C-1
Δx = 0.1 m

q = 0.042 x 1 x 33
0.1

= 13.9 J s-1
santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,
santosobud@yahoo.com HP 08129589918
COEFICIENT PERPINDAHAN
PANAS KONDUKSI PADA METAL
( dalam Cal/ jam. cm.ºC )
SUHU 0 ºC 100 ºC 300 ºC 500 ºC

MATERIAL

TEMBAGA 99,9 % - 325 319 311

ALUMINIUM 99,95 % 192 185 173 160

Magnesium 99,6 % - 120 116 122

ZINK 99,8 % 100 98 86 -

BESI 99,2% - 41 38 30

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
CONTOH PERHITUNGAN PANAS YANG HILANG LEWAT DINDING
PEMBATAS 1 LAPIS

DIETAHUI
Dinding bata yang membatasi ruang kerja dengan suhu t 1 = 20 ºC dengan udara
luar pabrik dengan suhu t 2 = 30 ºC
Panjang = 5 meter
Lebar = 3 meter
Tebal = 250 mm
λ = 0,6 k cal / m. jam. ºC
DITANYAKAN
Berapa panas yang hilang , mengalir keluar setiap hari
30ºC

20ºC

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
JAWABAN

λ . F ( T1 – T2 )
Q = -----------------------
L

F = p x l =(5 x 3 ) m² = 15 m²

0,6 X 15 ( 30 – 20)
20 30 Q = --------------------------- = 360 k Cal / jam
0,250
Jadi yang hilang / mengalir setiap hari =
= 24 x 360 k Cal
= 8.640 k Cal / hari

Tanda negatip berarti panas justru mengalir


Berlawanan dengan tanda panah

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
KONDUKSI
LEWAT 2 KEPING

T1 T2
1 TX 2

L1 L2

λ1.F1 ( T1 – TX )
Q1 = ---------------------------
L1 F (T1 - Tn+1 )
Q = ------------------------
λ2.F2 ( TX – T2 ) L1/ λ1 + L n/ λn
Q2 = --------------------------
L2
santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,
santosobud@yahoo.com HP 08129589918
CONTOH PERHITUNGAN PANAS YANG HILANG LEWAT DINDING
PEMBATAS 2 LAPIS

DIETAHUI
Dinding bata dan kayu yang membatasi ruang kerja dengan suhu t 1 = 20 ºC
dengan udara luar pabrik dengan suhu t 2 = 30 ºC
Panjang = 5 meter
Lebar = 3 meter
Tebal diing 1 = 250 mm, dinding 2 = 300 mm
λ1= 0,6 k cal / m. jam. ºC , λ2 = 30 k cal / m. jam. ºC
DITANYAKAN
Berapa panas yang hilang tiap jam dan berapa suhu di dalam dinding 2
30 ºC

? ºC T1 = 20 ºC
Tx = T2 ºC
20 ºC T3 = 30 ºC

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA, santosobud@yahoo.com


HP 08129589918
JAWAB SOAL DINDING PEMBATAS 2 LAPIS
(T1 - Tn+1 )
q = ------------------------
L1/ λ1 + L n/ λ n

F = p x l = (5 x 3) m² = 15 m²

( 30 – 20 )
q = ----------------------------
0,25/ 0,6 + 0,30/ 30
20ºC 30ºC q = - 23, 43 k Cal / m². jam

Q= - 23,43(15) = -351,45 kCal/jam

T1 – T2
q = ----------------
T 2 = Tx L1/λ1
29,76 ºC
T2 = 20 – (– 23,43(0,4166))
= 29, 76 ºC
santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA, santosobud@yahoo.com
HP 08129589918
KONDUKSI PADA PIPA
ARAH MEMANJANG

δ2 δ3
δ1 = tebal pipa ( m )
δ2 = tebal isolasi 1 ( m )
δ3 = tebal isolasi 2 ( m )
d1= diameter dalam pipa (m)
T1 d2= diameter luar pipa (m)
d3= diameter luar isolasi 1= d2+ ( 2 δ2 ) m
d4= diameter luar isolasi 2= d3+ ( 2 δ3 ) m
T1= temperatur dalam pipa ( ºC)
T4
T4= teperatur luar isolasi ( ºC)
n = jumlah lapisan
d1
2π (T1 - T (n+1)
d2 Q = ---------------------------------- k Cal / m.jam
d3 Σ 1/ λi. ln (( di +1)/di )
d4

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA, santosobud@yahoo.com HP


08129589918
CONTOH PERHITUNGAN PANAS YANG HILANG LEWAT
PIPA / SLINDER
DIETAHUI
Diameter dalam pipa = 160 mm, diameter luar = 170 mm
Dilapii 2 lapis bahan tebal lapisan 1= 30 mm, lapisan 2 = 50 mm
Koeficien perpindahan panas
a. Pipa = 50 k cal / jam ºC
b. Isolasi 1 = 0,15 k cal / jam ºC
c. Isolasi 2 = 0, 08 k cal / jam ºC
Suhu pada pipa bagian dalam t 1 = 300 ºC,suhu luar pipa t 4 = 50 ºC

DITANYAKAN
Berapa banyak panas yang hilang tiap satuan panjang dan hitung teperatur
Diatara lapisan

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
JAWABAN KONDUKSI MELALUI PIPA / SILINDER BERLAPIS

d1= 160 mm
δ2 δ1 δ3 d2= 170 mm
d3= d2+ ( 2 δ2 ) = 170 + (2x30) = 230 mm
d4= d3+ ( 2 δ3 ) = 230 + (2x50) = 330 mm
T1= 300 ºC
T4= 50 ºC
n = 3
T1 λ1 = 50 k cal / jam ºC
λ2= 0,15 k cal / jam ºC
λ3= 0, 08 k cal / jam ºC
T4 2π (T1 - T (n+1)
Q = ---------------------------------- k Cal / m.jam
Σ 1/ λi. ln (( di +1)/di )
d1
d2 2x 3,14 ( 300 – 50 )
Q = [ ---------------------------------------------------------------------- ]
d3 1/50 ln 0,17/0,16+1/0,15 ln 0,23/0,17+1/0,08 ln0,33/0,23
d4 Q = 240, 50 k cal / m. jam

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA, santosobud@yahoo.com


HP 08129589918
Mencari Temperatur tiap lapisan
MENCARI TEMPERATUR T2
T 2 = …. ?
n = 1
2π (T1 - T (1+1)
Q = ---------------------------------- = 240, 50 k Cal / m.jam
Σ 1/ λi. ln (( di +1)/di )

2π ( 300 – T2 )
240, 50 = ----------------------------------
1/ 50. ln (0,17/0,16 )
T2 = 299, 95 ºC

MENCARI TEMPERATUR T3
T 3 = …. ?
n = 2
2π (T1 - T (2+1)
Q = ---------------------------------- = 240, 50 k Cal / m.jam
Σ 1/ λi. ln (( di +1)/di )

2π ( 300 – T3 )
240, 50 = ---------------------------------------------------------------
1/ 50. ln (0,17/0,16 ) + 1/0,15 ln ( 0,23/0,17)
T3 = 222, 83 ºC
santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,
santosobud@yahoo.com HP 08129589918
CONVECTION

kf
hc = NU -------
L

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
PENENTUAN HARGA KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS
KONVEKSI
1. Analisa demensional yang digabungkan dgn percobaan
percobaan / sifat fluida ( Viscositas, Bd, Daya hantar konduksi,
panas jenis dll )
2. Penyelesaian matematik yang eksak terhadap persama an-
persamaan lapisan batas / kecepatan aliran ( koef perpindh
panas konveksi naik jika kecepatan aliran bertambah )
3. Analisa pengira-iraan terhadap lapisan batas dengan metode
Integral ( Laminair, Turbulent )
4. Analogi antara perpindahan panas, massa dan momentum
(bentuk permukaan metal & kekasaran permukaan logam)

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
JENIS PERPINDAHAN PANASCONVEKSI
1. PERPINDAHAN CONVEKSI ALAMI / NATURAL
2. PERPINDAHAN CONVEKSI PAKSA
A. Aliran PAKSA Turbulensi ( Re >>2.200 ), Persamaan yang dipakai
Pr .f 0,25
0,80 0,43
Nu = 0,021 x Re.f x Pr.f x ( ---------)
Pr.w

B. Aliran PAKSA Laminair ( Re < 2.200 ), Persamaan yang dipakai

Pr.f 0,25
Nu = 0,17 x Re.f 0,33x Pr.f 0,43x Gr.f 0,1 ( ---------)
Pr.w
Re.f =Reynold number untuk Fluida
Tipe Aliran Reynold Number
Pr.f =Prandtl number untuk Fluida
Pr.w =Prandtl number untuk Wall/dinding Laminar Re < 2000
Gr.f =Grashhof number untuk Fluida
Transisi 2000 < Re < 4000
Gr.w =Grashhof number untuk Wall
santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,
Turbulen Re > 4000
santosobud@yahoo.com HP 08129589918
Reynold Number
Bilangan Reynold adalah bilangan tanpa satuan yang digunakan
untuk menggolongkan jenis aliran fluida adalah aliran laminar
atau turbulen. vD 
Re =

(m/s) (m) (kg/m3) kg (m2/ m3. s) (kg /m.s)
Re = ------------------------ = ---------------------- = --------------
( kg /m.s) ( kg /m.s) ( kg /m.s)
Keterangan
Re= Bilangan Reynold ( tanpa satuan )
v = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
D = Diameter aliran (m)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
µ = Viskositas absolut (N/m2.s) atau ( kg/m.s)

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com, HP 08129589918
NUSSELT NUMBER

h = convective heat transfer coefficient (W/m2K)


λ ( lamda ) = thermal conductivity of fluid (W/mK)
L = characteristic length (m) santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,
santosobud@yahoo.com HP 08129589918
PRANDTL NUMBER

where
η = is viscosity,
ρ = is density, and
α = is thermal diffusivity.

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
FOURIER NUMBER
BILANGAN FOURIER TANPA SATUAN AKAN
MENUNJUKAN PERPINDAHAN PANAS YANG
TIDAK STABIL

where:
α = is the thermal diffusivity [m2/s]
t = is the characteristic time [s]
R = is the length through which conduction occurs [m]

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
GRASHOF NUMBER
.

where
Ra = Rayleigh number
Gr = Grashof number
Pr = Prandtl number
g = gravity constant (N/kg)
β = thermal expansion coefficient (1/K)
ΔT = temperature difference between surface and quiescent temperature (K)
L = characteristic length (mostly effective height, for a plate it is the actual height) (m).
ν = kinematic viscosity = η/ρ (= dynamic viscosity/density) (m2/s)
santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,
santosobud@yahoo.com HP 08129589918
KEGUNAAN BILANGAN GRASHOF
BILANGAN GRASHOF YANG TIDAK BERDEMENSI , MENUNJUKAN GAYA
ANGKAT (BOUYANT) YANG TERJADI PADA ZAT CAIR, YANG DISEBABKAN
KARENA BEDA BERAT JENIS, HINGGA TERJADI PERPINDAHAN PANAS
KONVEKSI SECARA ALAMIAH ( FREE CONVECTION)

1. Untuk memastikan bahwa keadaan dapat mengabaikan


efek konveksi paksa, kita dapat melihat dari rasio
jumlah Grashof dan Reynolds.

2. Umumnya, kriteria untuk konveksi bebas dan


memaksa bergabungan adalah:

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
PECLET NUMBER

Dimana

vx = kecepatan linear rata-rata,


d0 = diameter butiran rata-rata,
D* = koefficient difusi

BILANGAN PECLET MENYATAKAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH


PERPINDAHAN PANAS YANG DISEBABKAN OLEH KONVEKSI DAN
KONDUKSI

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
PERSAMAAN UNTUK MENGHITUNG
PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI
Nu = f ( Fo, Re, Pe, Gr ) atau Nu = f ( Fo, Re, Gr, Pr )

1. Aliran tetap tunak (steady-state flow),maka Fourier number ( Fo)


konstan, hingga dapat dihilangkan, jadi
Nu = f ( Re, Pe, Gr ) atau Nu = f (Re, Gr, Pr )

2. Aliran paksa Turbulent tetap tunak ((steady-state forced


turbulent flow ), tidak ada pengaruh konveksi alam, maka
Grashof ( Gr ) dapat dihilangkan. Jadi
Nu = f ( Re, Pe )

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
ALIRAN BEBAS/ALIRAN ALAM
( FREE FLOW )
3. Aliran Bebas / aliran alam ( free flow ) untuk aliran alam
pengaruh bilangan Reynolds ( Re ) dapat dihilangkan,
sehingga persamaan menjadi
Nu = f ( Pe, Gr )

4. Aliran gas-gas yang mempunyai valensi sama, dimana


bilangan Prandtl ( Pr ) sama dan konstant jadi dapat
diabaikan sehingga persamaan menjadi
Nu = f ( Re )
Nu = f ( Gr )

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
PHYSICAL PROPERTIES OF DRY AIR ( TABEL A6 )

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
HUBUNGAN BILANGAN TANPA DEMENSI
DENGAN PEMINDAHAN KONVEKSI ALAM

HARGA HARGA HARGA


( Gr x Pr ) C n

1 x 10 -3 s/d 5 x 10 2 1,18 1/8

5 x 10 2 s/d 2 x 10 7 0,54 1/4

2 x 10 7 s/d 1 x 10 13 0,135 1/3

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
RADIASI

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
TETAPAN DALAM RADIASI
σ = konstanta Stefan-Boltzman, adalah menunjukan bahwa
permukaan benda hitam manapun diatas suhu nol mutlak
meradiasikan energi dengan laju yang sebanding dengan suhu
mutlak pangkat empat.

Nilai = 0,1714 x 10 -8 Btu / h ft2 R4


= 5,67 x 10 -8 Watt / m2 K4

ε = emission ( emittance ) adalah emitansi atau daya pncar


permukaan benda kelabu terhadap pancaran dari radiator
sempurna pada suhu yang sama

santoso budi, Fak Tek Mesin UNTIRTA,


santosobud@yahoo.com HP 08129589918
CONTOH RADIASI
Pemindahan kalor pemanggang / oven ke sebungkal roti tawar di
dalam suatu tungku dengan cara Radiasi .
Hitung pemindahan kalor netto dengan cara radiasi tsb jika
temperatur oven seragam 177°C, harga emisivitas dari
permukaan roti tawar adalah 0.85, temperatur awal pada luasan
permukaan roti tawar 0.0645 m2 adalah sebesar = 100°C
Luasan (A) = 0.0645 m2
Temp roti ( T1 ) = (273 + 100 ) K = 373 K
Temp pemanggang ( T2 ) = (273 + 177 ) K = 450 K
Emisivitas (ε ) = 0,85
σ (konstanta Stefan-Boltzman ) = 5.67 x 10-8 Watt / m2 K4
q = A.ε. σ (T14- T24 )
= 0.0645 x 0.85 x 5.67 x 10-8 (4504- 3734)
q = 68.0 J s-1.= 68 Watt
. santoso budi,fak teknik mesin UNTIRTA,HP 08129589918 , Email
santosobud@yahoo.com
2. PENGETAHUAN PENGELASAN
Pengelasan adalah menyambung logam dengan cara
memanasi sampai mencair, dimana pada benda kerja
yang mencair atau meleleh akan menyatu dengan
bantuan bahan tambahan sehingga terbentuklah suatu
sambungan, melelehnya benda kerja dan bahan
tambahan disebabkan oleh panas yang datang dari
busur listrik, busur listrik ini terjadi pada waktu adanya
perpindahan arus listrik dari batang elektroda ke benda
kerja lewat udara Busur listrik ini menyala dalam garis
lintang udara yang menyalurkan arus listrik, oleh karena
ada tahanan listrik yang tinggi pada waktu perpindahann
arus dari ujung elektroda ke benda kerja, maka pada
busur listrik dicapai suhu sampai 6.000 oC
JENIS –JENI PENGELASAN
KLASIFIKASI PENGELASAN
Berdasarkan klasifikasi cara kerja pengelasan dapat dibagi dalam
tiga kelas utama yaitu :
1. Pengelasan cair (welding) adalah proses penyambunag
sebuah logam dimana untuk menyambungkan logam pertama-
tama dipanasi sampai logam tersebut mencair, mencairnya
logam tersebut diakibatkan dari panas yang berasal dari busur
listrik.
2. Pengelasan tekan (grazing) adalah proses penyambungan
sebuah logam dimana logam tersebut pertama-tama
dipanaskan lalu setelah logam tersebut mencari kemudian
diberikan tekanan hingga kedua logam tersebut menyatu.
3. Pematrian (soldering) adalah proses penyambungan sebuah
logam dimana logam pada sambunganya diberi logam yang
mempunyai titik cair yang lebih rendah dari logam yang akan
disambung, sehingga logam induk yang akan di sambung tidak
mencair.
PENGELASAN BAJA
Pengelasan Baja
Pengelasan pada baja akan berpengaruh buruk apabila logam baja
mengandung banyak kadar fosfor dan (belerang). Logam baja mengandung
banyak kadar fosfor dan belerang dapat dilihat dari potongan-potongan logam
yang dilas dimana pada logam akan terdapat suatu inti yang berwarna gelap
jika dibandingkan dengan warna pada pinggir potongan logam yang dilas
(kampuh V). Pada waktu pengelasan logam unsur-unsur fosfor dan belerang
akan ikut campur dengan bahan bakar cair las sehingga antara bahan cair dan
logam yang dilas menjadi rapuh dan keropos setelah didinginkan karena
karena mengalirnya bahan cair pada kampuh kurang baik yang memuat hasil
pengelasan menjadi kasar, yang mempunyai warna lebih muda daripada
tembaga sewaktu dilakukan pengelasan.
PENGELASAN BESI TUANG
Pengelasan Besi tuang
Besi tuang biasanya mengandung kadar karbon sekitar 2,5 - 3,5 C dan
mempunyai sifat yang rapuh dan regangan serta penyusutannya rendah.
Besi tuang apabila dipanaskan pada bagian tertentu kemungkinan pada bagian
yang lain akan retak sehingga sewaktu mengelas besi tuang harus terlebih
dahulu dipanaskan pada dapur pemanas atau kompor gas untuk mencegah
terjadinya keretakan pada bagian yang lain, sebelum di Las dengan electroda

Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau


Pengelasan busur logam terlindung adalah
proses pengelasan di mana penggabungan
logam dihasilkan oleh panas dari busur listrik
yang dipertahankan antara ujung elektroda
habis pakai dan permukaan bahan dasar
pada sambungan yang dilas.
PENGELASAN BESI TUANG SAMBUNG BAJA
Tahap pertama
Untuk mendapatkan daktlitas dan kekuatan
mekanis yang memadai sebaiknya sebelum
dilakukan pengelasan pada kedua bahan
tersebut. Pada sisi besi tuang terlebih dahulu
dilakukan buttering dengan electroda dari bahan
yang berbasis nickel (ENiCrMo-6). tetapi jika di
dalam pengelasannya tidak disyaratkan harus
memiliki sifat tsb tidak perlu dilakukan metode
buttering. lihat gambar di bawah lakukan proses
buttering dengan 2 lapisan dengan pemanasan
awal 300-400 C lebih baik, karena dengan
pemanasan awal otomatis akan memperlambat
pendingin sehingga dapat mencegah terjadinya
Tahap kedua crack
Setelah proses butterin selesai pada sisi cast iron, kemudia dapat dilakukan
penyambungan antara keduanya dengan menggunakan electroda (ENiCrFe-3),
dengan tetap pemanasan awal dan suhu interpasnya tetap dijaga 300-400 C.
karena sifat cast iron yang berdaktilitas dan berekpansi thermal rendah maka
tegangan pengkerutan (shrinkage stresses) di dalam logam harus dibuang,
dengan cara peening, yakni dengan memukul mukul sambungan las yang baru
mendingin (segera setelah pengelasan selesai).
PENGELASAN PERUNGGU
Pengelasan Perunggu
Logam perunggu adalah perpaduan antara
tembaga dan timbal ada kalanya juga dicampur
dengan unsur yang lain, pada umumnya paduan
perunggu terdiri dari 87% tembaga, 9% timbel,
2% seng dan 2% timah.perunggu fosfor adalah
paduan tembaga dan timbel yang bercampur
fosfor sekitar 0,5% -0,8% sehingga membuat
perunggu mempunyai sifat yang keras, liat dan
mudah dicairkan.
Pengelasan perunggu, kadang-kadang disebut
pengelasan braze, menggunakan batang
perunggu pengisi untuk mengelas dua potong
logam bersama-sama. Ini berbeda dengan
mematri karena memanaskan permukaan logam
dan melelehkannya sedikit sehingga bercampur
dengan perunggu dan menghasilkan las yang
lebih kuat.
Selain itu, benda perunggu yang halus dapat
diperbaiki dengan menggunakan Las arus listrik
dan pelindung gas.
PENGELASAN KUNINGAN
Pengelasan Kuningan
Kuningan adalah campuran yang
mengandung kadar seng kurang dari 35 %
jika kadar seng semakin sedikit maka akan
semakin mudah proses pengelasanya, dan
untuk elektroda yang digunakan yaitu
elektroda yang bahannya terbuat dari
perunggu fosfor.
Apabila mengelas kuningan diharapkan
berhati-hati karena saat proses pengelasan
ulang yang keluar sangat berbahaya bagi
kesehatan karena uap yang di keluarkan
mengandung seng, adakalanya saat
pengelasan uap harus disingkirkan dengan
menggunakan alat penghisap, Pelaksanaan
Pengelasan dapat dilakukan dgn Arc TIG
Weld atau, Las busur api dengan gas LPG
Kawat las yg digunakan E Cu Mn Ni Al
Al7 Fe2.5 Mn13.5 Ni 2.2 Cu bal
DC+/AC, Diameter : 2,5 & 3,20 – 4,00
PENGELASAN ALUMINIUM
Pengelasan Aluminium
Untuk mengelas logam aluminium
diperlukan elektroda yang khusus dengan
tetesan cairan elektroda yang kecil, untuk
menghasilkan pengelasan dengan yang
baik maka posisi elektroda dibuat tegak
terhadap logam yang dilas dengan
membuat busur nyala yang pendek dan
gerakan maju elektroda yang cepat tanpa
mempergunakan gerakan ayun.
Umumnya, dua proses digunakan untuk
pengelasan aluminium: GTAW (TIG) dan
GMAW (MIG). Sebagian besar tukang las
dalam bisnis ini akan mengatakan TIG .
Gas untuk pengelasan aluminium dapat
berupa argon atau helium. Kedua gas ini
digunakan murni atau campuran. Argon
murni adalah yang paling populer.
SAMBUNGAN LAS
Klasifikasi Sambungan Las Sambungan las dalam kontruksi baja pada
dasarnya terbagi dalam :
1. sambungan tumpul,
2. sambungan T,
3. sambungan sudut, dan
4. sambungan tumpang.
Sebagai perkembangan sambungan dasar tersebut diatas terjadi
sambungan silang, sambungan dengan penguat dan sambungan sisi .
Ada tujuh jenis sambungan dasar pengelasan (seperti pada gambar
12), meskipun dalam prakteknya dapat ditemukan banyak variasi dan
kombinasi, diantaranya adalah :
1. Sambungan Bentuk T dan
2. Sambungan Bentuk Silang
3. Sambungan Sudut
4. Sambungan Tumpang
5. Sambungan Tumpul (butt joint)
6. Sambungan Sisi
7. Sambungan dengan pelat penguat
SAMBUNGAN PENGELASAN T
Sambungan Bentuk T dan Bentuk Silang Pada kedua sambungan ini secara
garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las dengan alur dan jenis las
sudut.
Hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul di atas juga berlaku untuk
sambungan jenis ini. Dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada
bagian batang yang menghalangi, dalam hal ini dapat diatasi dengan
memperbesar sudut alur., lihat gambar 12

Gambar 12
SAMBUNGAN PENGELASAN SUDUT
Sambungan Sudut
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusutan dalam arah tebal pelat
yangdapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Hal ini dapat dihindari dengan
membuat alur pada pelat tegak seperti pada gambar 13. Bila pengelasan
dalam tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang, maka pelaksanaannya
dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat
pembantu

Gambar 13
SAMBUNGAN PENGELASAN TUMPANG
Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam tiga jenis seperti ditunjukkan
padagambar 14. Karena sambungan ini memiliki efisiensi yang
rendah, maka jarang sekali digunakan dalam pelaksanaan
penyambungan kontruksi utama.Sambungan tumpang biasanya
dilaksanakan dengan las sudut dan las sisi

Gambar 14
SAMBUNGAN PENGELASAN TUMPUL
Sambungan Tumpul (butt joint)
Sambungan tumpul adalah jenis sambungan yang paling efisien.
Sambungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh
dan sambungan penetrasi sebagian seperti pada gambar 15.
Sambungan penetrasi penuh dibagi lebih lanjut menjadi sambungan
tanpa pelat pembantu dan sambungan dengan pelat pembantu. Bentuk
alur pada sambungan tumpul sangat mempengaruhi efisiensi pengerjaan,
efisiensi sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan
bentuk alur sangat penting. Bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini
sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, dan lain-lain.
Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju pada penurunan
masukan panas dan penurunan logam las sampai kepada harga terendah
yang tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini, maka dalam
pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan pengalaman yang luas.
Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi
pelakasanaan pengelasan yang sering dilakukan (Wiryosumarto, 2000).
SAMBUNGAN PENGELASAN TUMPUL

Gambar 15
SAMBUNGAN PENGELASAN SISI
Sambungan Sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan
sambungan las ujung seperti pada gambar 16. Untuk jenis yang
pertama pada pelatnya harus dibuat alur. Sedangkan pada jenis kedua
pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis yang
kedua ini biasanya hasilnya kurang memuaskan kecuali bila
pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran listrik yang
tinggi. Karena hal ini, maka jenis sambungan ini hanyadipakai untuk
pengelasan tambahan atau sementara pada pengelasan pelat-pelat
yang tebal (Wiryosumarto, 2000).

Gambar 16
SAMBUNGAN PENGELASAN DENGAN PELAT PENGUAT
Sambungan dengan pelat penguat
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan
pelat penguat tunggal dan dengan pelat penguat ganda seperti
yang ditunjukkan pada gambar 17. Dari gambar dapat dilihat
bahwa sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan
alasan yang sama pada sambungan tumpang, maka sambungan
ini juga jarang digunakan dalam penyambungan konstruksi utama
(Wiryosumarto, 2000).

Gambar 17

Anda mungkin juga menyukai