Anda di halaman 1dari 6

SNTMUT - 2014 ISBN: 978-602-70012-0-6

PENGARUH TEBAL ISOLASI TERMAL BAHAN GLASS WOOL TERHADAP


LAJU PENGERINGAN IKAN PADA ALAT PENGERING IKAN

Aneka Firdaus1,Dian Ferdinand2


1
Teknik Mesin Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM. 32 Ogan Ilir Sumatera Selatan
Telp: 0711-580272, Fax: 0711-580272
E-mail : nefirda@yahoo.co.id
2
PT. Krakatau Steel
Jl. Afrika no.2 kawasan Industri Krakatau Cilegon-Banten 42443
E-mail : dian.f@krakatauposco.co.id

Abstrak
Karena proses pengeringan ikan dilakukan masih cara tradisional dan menimbulkan
masalah dalam kebersihan atau higienitas ikan maka dibuatlah sebuah alat pengering ikan
yang menggunakan bahan bakar alternatif yaitu briket batubara yang diharapkan nantinya
dapat membantu bagi para perintis industri rumah tangga dalam mengatasi masalah bahan
bakar. Dalam penggunaannya, alat pengering ikan ini terjadi perpindahan panas dari fluida
yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperatur lebih rendah juga terjadi
perpindahan panas dari atau ke lingkungan. Untuk mengurangi terjadinya perpindahan
panas yang terjadi dari atau ke lingkungan maka digunakan isolator. Penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh dari ketebalan isolator termal menggunakan bahan glasswool
terhadap laju pengeringan ikan. Pada saat alat pengering belum dipasang isolator,
temperature permukaan dinding alat pengering ikan tersebut adalahsebesar 76ºC, dan pada
saat dipasang isolator glass wool temperature permukaan dinding alat pengering ikan
menjadi 64,33 ºC.
Kata Kunci : Alat Pengering, Glass Wool, Batubara.

Pendahuluan
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia, ditambah dengan pasar
bebas yaitu semua produk dapat masuk dari satu negara ke negara lain dan diperjual-
belikan dengan bebas, hal ini berdampak besar terhadap perekonomian bangsa
Indonesia dimana pasar Indonesia masih banyak dibangun dengan ekonomi kerakyatan.
Dampak ini juga dirasakan di Sumatera Selatan khususnya dikota Palembang
sehingga ada sebagian dari masyarakat berusaha membangun industri rumah tangga
untuk tetap mencukupi kebutuhan hidup, seperti usaha pengeringan dan pengasapan
ikan. Karena proses pengeringan yang dilakukan masih dengan cara tradisional dan
menimbulkan masalah dalam kebersihan atau higienitas ikan yang dikeringkan maka
penulis berupaya membuat sebuah alat pengering ikan yang menggunakan bahan bakar
alternatif yaitu briket batubara yang diharapkan nantinya dapat membantu bagi para
perintis industri rumah tangga dalam mengatasi masalah bahan bakar.
Dalam penggunaannya, alat pengering ikan ini terjadi perpindahan panas dari fluida
yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperatur yang lebih rendah juga terjadi
perpindahan panas dari atau ke lingkungan.Untuk mengurangi terjadinya perpindahan
panas yang terjadi dari atau ke lingkungan maka digunakan isolator.Pada kesempatan ini,
Penulis ingin mengetahui pengaruh dari ketebalan isolator termal menggunakan bahan
glasswool terhadap laju pengeringan ikan. Hasil yang diharapkan adalah laju pengeringan
akan meningkat sampai harga tertentu dan akan berkurang dengan penambahan
ketebalan isolator termal.

Studi Pustaka
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang
memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan dengan tanpa
mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti KE05 - 1


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014
SNTMUT - 2014 ISBN: 978-602-70012-0-6

penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan
yang akan dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan mengakibatkan
berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut. Pemindahan air ini diakibatkan energi
panas yang diserap oleh bahan untuk menguapkan air. Dalam proses pengeringan terdiri
dari dua cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami
adalah proses pengeringan yang memanfaatkan sinar matahari. Pengeringan ini
dilakukan dibawah sinar matahari secara langsung. Pengeringan alami mempunyai
kelemahan yaitu pengeringan tergantung paada cuaca dan tidak bisa dilakukan setiap
saat dan waktu pengeringan yang lama. Adapun pengeringan buatan adalah proses
pengeringan dengan menggunakan alat pengering.
Pengeringan dengan menggunakan alat pengering mempunyai beberapa kelebihan
bila dibandingkan dengan pengeringan alami yaitu waktu pengeringan tidak bergantung
pada keadaan cuaca dan waktu yang digunakan untuk proses pengeringan relatif sedikit.
Pada tahun 2011, Robby Usza Perdana (Palembang) membuat alat pengering ikan
dengan sistem teknologi yang sederhana.

Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode ekperimental yaitu dengan cara
mengamati langsung hal – hal yang dilakukan pada alat pengering tersebut dan kemudian
dilanjutkan dengan pengambilan data setelah dilakukan percobaan dan kemudian
membandingkan dengan data – data yang sudah ada. Peralatan pendukung yang
digunakan adalah : Kompor briket, Briket batubara, Termokopel, Timbangan dan
Stopwatch.

Perakitan Peralatan
Untuk melaksanakan penelitian ini, didesain Alat pengering ikan merupakan tempat
ikan sale yang akan dikeringkan dari kandungan airnya yang menggunakan bahan bakar
briket batubara dengan menggunakan kompor briket batubara yang diletakkan di bawah
alat pengering, yang terdapat pintu berfungsi untuk mengalirkan panas yang dihasilkan
pembakaran pada kompor bricket. Alat pengering ikan ini mempunyai dimensi panjang
100 cm,lebar 50 cm, dan tinggi 50 cm yang mempunyai lubang yang berdiameter 3 cm
dengan jumlah 6 buah yang berfungsi untuk mengalirkan panas yang tersisa dan
menguapkan air sebagai akibat terjadinya proses pengeringan yang terjadi di ruang
pengering. Pada alat pengering ikan ini terdapat dua rak yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan produk yaitu ikan sale yang akan dikeringkan. Rak tersebut berbentuk persegi
panjang dengan mempunyai rangka yang berukuran panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan
dilapisi dengan jaring-jaring besi sebagai alasnya. Bahan isolasi Glass Wool akan
dipasangkan pada dinding alat pengering.

Tinggi (t)

Panjang (P)

Lebar (l)

Gambar 1. Replika peralatan dan Alat Pengering yang dilapisi glasswool

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti KE05 - 2


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014
SNTMUT - 2014 ISBN: 978-602-70012-0-6

Perhitungan Data Luas permukaan sisi dinding tungku:

Luas Permukaan plat ( a) = [(0,8x0,6) – (0,5.3,14. 0,2²)] m² = 0,42 m²

Luas Permukaan plat ( b ) = [(0,8x0,6) – (0,5.3,14. 0,1²)] m² = 0,46 m²

Luas Permukaan plat ( c ) = [(0,8x0,6) m² = 0,48 m²

Luas Permukaan plat ( d ) = [(0,8x0,6) – (0,5.3,14. 0,1²)] m² = 0,46 m²

Luas permukaan sisi atas :

Luas Permukaan plat sisi atas


= [2(0,8x0,1) +2(0,6x0,1)] m² = 0,28 m²

Luas seluruh permukaan plat Alat Pengering (A):

A = (0,42+0,46+0,48+0,46+0,28) m² = 2,1 m²

Tebal plat besi ( L ) = 2,5 mm = 0,0025 m

Konduktivitas termal plat besi ( kplat ) = 43 W/m. °C

Tahanan Termal Plat besi:


L 0,0025m
= = 0,000028 (0C/W)
Rplat =
kA
( °C/W )
(
(43W / m.°C) 2,1m 2
)
Laju perpindahan kalor konduksi pada Tungku adalah :

Temperatur pada sisi dalam (TA ) = 77° C


Temperatur pada sisi luar (TB) = 76° C
Tebal plat besi ( L ) = 2,5 mm = 0,0025 m
Luas Permukaan plat besi( A ) = 2,1 m

T A − TB
T −T Maka : Q = W
Q = ∞1 ∞ 2 R plat
Rtotal
(77 − 76)°C
Q= = 35714 W
(0,000028)°C / W
Nilai konduktivitas termal Isolator glass wool:
T1 − T2
Q = kA (W )
L
76 − 64,33
35714 = k (2,1)
0,012

35714
k= = 17 W / m0 C = 17 W/m. °C
11,67
Tahanan Termal isolator Glass Wool :
k Kertas koran = 17 W/m. °C
L = 12mm

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti KE05 - 3


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014
SNTMUT - 2014 ISBN: 978-602-70012-0-6

= 0,012 m
A = 2,1 m²
L
RKertas koran = ( °C/W )
kA
0,012m
=
(
(17W / m.°C) 2,1m 2 )
= 0,00034(ºC/W)

Hasil dan Pembahasan


Penulis melakukan pengujian ini dalam beberapa hari, yakni jenis isolator glass
wool dengan ketebalan berbeda dilakukan tiga kali pengujian, hal ini dilakukan agar data
yang diperoleh akan lebih presisi.

Tabel 1.Variasi ketebalan Isolasi Termal tebal 1 mm

Waktu Temperatur Dinding Dalam Temperatur Dinding Luar Massa


(menit) (⁰C) (⁰C) (gram)
0 28 28 500
30 52 40 390
60 70 58 300
90 90 65 240
120 91 62 200
150 83 60 180
T 77.33 77
hfg 2315.53 kJ/kg 2316.38

Data hasil pengujian dapat digambarkan dalam grafik seperti berikut ini

T
E
M
P
E
R
A
T
U
R

WAKTU

Gambar 2. Grafik Pengaruh Ketebalan Bahan Isolasi dengan Tebal 1 mm terhadap


Temperatur Pengeringan

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti KE05 - 4


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014
SNTMUT - 2014 ISBN: 978-602-70012-0-6

Tabel 2.Variasi ketebalan Isolasi Termal tebal 2 mm

Waktu Temperatur Dinding dalam Temperatur Dinding luar Massa


(menit) (⁰C) (⁰C) (gram)
0 28 28 500
30 87 54 390
60 105 68 300
90 100 64 240
120 95 60 200
150 84 57 180

T 83.16 82.83

hfg 2300.72 2301.56

Data hasil pengujian dapat digambarkan dalam grafik seperti berikut ini

T
E
M
P
E
R
A
T
U
R
WAKTU

Gambar 3. Grafik Pengaruh Ketebalan Bahan Isolasi denganTebal 2 mm terhadap


Temperatur Pengeringan

Tabel 3. Variasi ketebalan Isolasi Termal tebal 3 mm

Waktu Temperatur Dinding dalam Temperatur Dinding luar Massa


(menit) (⁰C) (⁰C) (gram)
0 27 28 500
30 91 52 390
60 108 62 300
90 103 62 240
120 97 58 200
150 87 56 180

T 85.5 85.33

hfg 2294.72 2295.15

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti KE05 - 5


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014
SNTMUT - 2014 ISBN: 978-602-70012-0-6

Data hasil pengujian dapat digambarkan dalam grafik seperti berikut ini

T
E
M
P
E
R
A
T
U
R
WAKTU

Gambar 4. Grafik Pengaruh Ketebalan Bahan Isolasi denganTebal 3 mm terhadap


Temperatur Pengeringan

Kesimpulan
1. Nilai konduktivitas termal isolator yang terbuat dari glass wool adalah sebesar 17
(W/m. °C).
2. Nilai tahanan termal isolator yang terbuat dari glass wool adalah sebesar
0,00380(ºC/W).
3. Pada saat alat pengering belum dipasang isolator, temperatur permukaan dinding
alat pengering ikan tersebut adalah sebesar 76 ºC, dan pada saat dipasang isolator
glass wool temperatur permukaan dinding alat pengering ikan menjadi 64,33 ºC.
4. Dengan dimensi yang sama glass wool dapat meredam panas lebih baik dari pada
bahan isolator yang lain.

Daftar Pustaka
Holman, JP. 1981. Perpindahan Kalor translated by (E. Jasjfi. Jakarta :Erlangga,1991).

Incropera, Frank P and De witt, David P. 1985. Fundamental of Heat, Transfer and Mass
Transfer 2nd ed. New York : John Wiiley and sons.

Taboerk, J and G.F Hewitt, N, Afgan. 1983. Heat Exchanges Theory and Practise.
Hemsipher Publishing Corporation McGraw-Hill Book Company

Thomas, Ilindon C. Heat Transfer. Practise – Hall International Editions.

http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_14129.html. Diunduh tanggal 5 September 2011

http://konduktivitastermal/CE71Insulationmaterialschart.pdf. diunduh tanggal : 5


September 2011

Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti KE05 - 6


Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai