Tabel 4.1 Deskripsi Pareto Loss Output PLTU Tenayan Unit 2 Tahun 2018
PARETO LOSS
NO TANGGAL PROBLEM DAMPAK ACTION
OUTPUT (kWh)
Kerusakan Hotspot Sealpot Perbaikan
1 18-01-2018 34.543.670
Refractory 605 ºC Refractory Sealpot
Kerusakan Hotspot Sealpot Perbaikan
2 01-02-2018 23.527.170
Refractory 557 ºC Refractory Sealpot
Kerusakan Hotspot Sealpot Perbaikan
3 22-06-2018 34.512.500
Refractory 659 ºC Refractory Sealpot
Total Loss Output 92.583.340
Kerugian Finansial = (Total Loss Output x Harga per kWh)
= 92.583.340 kWh x Rp 1300
= Rp 120.358.342.000, 00
53
54
Tabel 4.2 Data Visual Cek dan Thermography Sealpot Tahun 2018
2 01-02-2018 Hotspot
Sealpot
557 ºC
3 22-06-2018 Hotspot
Sealpot
659 ºC
(°C) 956 °C
927 °C 932 °C
1000
600
400
200
0
18 Januari 2018 01 Februari 2018 22 Juni 2018
Berdasarkan grafik manual book boiler dongfang, bahwa air flow sebesar
168407 Nm3/h dengan bed temperature sebesar 872,92 °C didapatkan velocity
boiler sebesar 3,8 m/s.
Asumsi ketinggian area hotspot adalah 1 meter.
Menghitung Nilai 𝑅𝑒
𝜌 .𝜐 .𝐿
𝑅𝑒 =
𝜇
0,2902 . 3,8 . 1
𝑅𝑒 =
0,0000473
𝑅𝑒 = 23314,16
Keterangan :
𝑅𝑒 : Reynold Number
𝜌 : Density (𝑘𝑔/𝑚3 )
𝜐 : Velocity (m/s)
𝐿 : Linier Dimension (m)
𝜇 : Dynamic Viscosity (𝑁. 𝑠/𝑚2 )
Menghitung nilai ℎ1
ℎ1
𝑁𝑢 = 𝑘⁄
𝐿
𝑁𝑢 . 𝑘
ℎ1 =
𝐿
4 1
(0,0296 . 𝑅𝑒 5 . 𝑃𝑟 3 ) . 𝑘
ℎ1 =
𝐿
4 1
(0,0296 . 23314,16 5 . 0,728 3 ) . 1,5
ℎ1 =
1
ℎ1 = 124,601 𝑊⁄𝑚2 . °𝐾
Keterangan :
𝑁𝑢 : Nusselt Number
(𝑊⁄
ℎ1 : Convection Heat Transfer Coefficient 𝑚2 . °𝐾)
𝑘 : Thermal Conductivity Wearable Castable (𝑊⁄𝑚 . °𝐾)
58
0,805
492,628 . 0,705 . ln 0,705
𝑇2 = 927 − ( )
1,5
𝑇2 = 897,122 °𝐶
Perhitungan T3
𝑟
𝑞̇ 𝐾𝑜𝑛𝑑 . 𝑟1 . ln 𝑟3
2
𝑇3 = 𝑇2 − ( )
𝑘2
0,925
492,628 . 0,705 . ln 0,805
𝑇3 = 897,122 − ( )
0,16
𝑇3 = 603,701 °𝐶
Perhitungan T4
𝑟
𝑞̇ 𝐾𝑜𝑛𝑑 . 𝑟1 . ln 𝑟4
3
𝑇4 = 𝑇3 − ( )
𝑘3
1,085
492,628 . 0,705 . ln 0,925
𝑇4 = 603,701 − ( )
0,12
𝑇4 = 154,50 °𝐶
Perhitungan T5
𝑟
𝑞̇ 𝐾𝑜𝑛𝑑 . 𝑟1 . ln 𝑟5
4
𝑇5 = 𝑇4 − ( )
𝑘4
1,105
492,628 . 0,705 . ln 1,085
𝑇5 = 154,50 − ( )
0,12
𝑇5 = 103,07 °𝐶
60
Perhitungan T6
𝑟6
𝑞̇ 𝐾𝑜𝑛𝑑 . 𝑟1 . ln
𝑟5
𝑇6 = 𝑇5 − ( )
𝑘5
1,115
492,628 . 0,705 . ln 1,105
𝑇6 = 103,07 − ( )
54
𝑇6 = 103,01 °𝐶
Wearable Castable
Flue Gas
Thermal Castable
Insulant Castable
Ceramic Casing
Blanket Sealpot
Gambar 4.7 Sirkulasi Partikel Pasir Bed Material Boiler PLTU Tenayan
Abrasi pada penggunaan pasir bed material terjadi pada area yang lebih
luas berdasarkan kontur volume seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Distribusi tekanan pada penggunaan pasir bed material pada Gambar 4.9 memiliki
selisih tekanan yang tinggi pada daerah sealpot. Fraksi pasir yang tinggi
menyebabkan kenaikan hambatan aliran yang tinggi.
64
Syarat batas diambil dari ekstrak data di penampang sebelum dan sesudah
sealpot, pada simulasi sebelumnya (Gambar 4.11).
(a) (b)
Gambar 4.12 Hasil Simulasi Sealpot : a). Aliran Partikel, b). Indeks Abrasi
Berdasarkan referensi buku Prof. Prabir Basu perihal velocity ideal yang
terjadi pada boiler CFB di kisaran 4 – 6 m/s (Tabel 4.7). Jika melihat nilai velocity
boiler PLTU Tenayan saat beban 110 MW (Gambar 4.14), maka velocity boiler
PLTU Tenayan sudah termasuk ke dalam regime fluidizing CFB Boiler
67
Sumber : P. Basu, S.A. Fraser, Circulating Fluidized Bed Boilers, Springer, 1991.
Lanjutan
Flexural Strength (110 oC) > 10 Mpa
(815 oC) > 15 Mpa
(1100 oC) > 18 Mpa
Thermal shock times (1000 oC water cooling) > 25 times
(1350 oC air cooled) > 50 times
Abrasion resistance (ASTMC-704) < 8 cc
72
Use : boiler furnace water wall, platen superheater, platen reheaters and
air inside the chamber at the top, which are pin area, sealpot and imported
flue at the site has a pin
Dari gambar terlihat bahwa pemasangan refractory kurang rata. Hal ini
berdampak pada rugi aliran pada sealpot. Selain itu, tidak memperhitungkan laju
ekspansi refractory. Hal ini dapat terlihat pada tidak adanya pemasangan lapisan
ekspansi refractory 2 layer ASRF fiber felt, dan permukaan anchor tidak di lapisi
dengan aspal sesuai dengan instruction notes vendor sealpot. Hal ini menimbulkan
potensi keretakan pada temperatur tinggi yang berdampak pada kerusakan
refractory.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9, bahwa nilai Cold Crushing
Strength jauh lebih rendah dari nilai standart manufacture, hal ini mengindikasikan
bahwa refractory tidak mampu menahan beban yang tinggi seperti beban panas
tinggi dan beban thermal shock sehingga refractory mengalami crack. Crack pada
lapisan wearable castable membentuk kontur celah sehingga memudahkan pasir
bed material masuk kedalam refractory lapisan kedua.
B. Lapisan Kedua (Thermal Castable)
Lanjutan
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, bahwa nilai bulk density lebih
rendah dari nilai standart manufacture, hal ini mengindikasikan bahwa refractory
lebih ringan dan berongga dibanding dengan layer pertama dan kedua. Hal ini di
perparah dengan nilai modulus of rupture dan permanent linier change yang juga
rendah. Dampak dari hal tersebut adalah volume refractory tidak stabil dan tidak
mampu menahan beban abrasi dari bed material sehingga refractory mudah
menjadi rapuh dan bed material mudah menembus ke lapisan berikutnya yaitu
ceramic blanket dan kontak langsung dengan carbon steel. Hal ini yang menjadi
penyebab terjadinya hotspot pada casing sealpot.
78
Gambar 4.26 Curing Curve Untuk Repair Refractory Dari EPC Contractor
Pada perbaikan tanggal 28 Juni 2018, pihak EPC Contractor memberikan
diagram curing curve sebagai berikut :
Pada aplikasi di lapangan, heat curing curve ini kurang begitu
diperhatikan. Hal ini bisa terlihat dari tidak adanya langkah-langkah untuk menjaga
curing curve. Durasi kurang dari 10 jam, Unit #1 langsung firing. Hal ini berpotensi
menyebabkan kerusakan awal karena fase curing yang belum sempurna, dan fase
dry-out yang terlalu cepat, sehingga timbul pressure pocket dan void pada
refractory yang menyebabkan retak awal sebagai pemicu kerusakan refractory.