Anda di halaman 1dari 6

CANTING BIMETAL OTOMATIS

Rizqiana Nur Wakhidah1) ,Tesya Amelia2)


Rizqiana Nur Wakhidah1)
Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al Qur’an
E-mail: rizkyananoor98@gmail.com
0815-6803-676
Tesya Amelia2)
Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al Qur’an
E-mail: tesyaamelia98@gmail.com
0816-1772-2274

Abstrak
Canting tradisional membutuhkan suatu inovasi baru dalam dunia membatik dimana sumber panas yang
dihasilkan tidak lagi berasal dari tungku melainkan menggunakan elemen pemanas yang mengubah sumber
listrik menjadi panas. Tujuan penelitian Laboratorium ini untuk mengetahui pengaruh besarnya potensiometer
pada pengontrol panas terhadap lama waktu lilin meleleh dan suhu akhir cairan lilin dan mengetahui
karakteristik canting bimetal otomatis.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan
komponen-komponen elektronika yang disusun sedemikian rupa, sehingga membentuk Canting Bimetal
Otomatis. Percobaan dilakukan berulang kali dalam setiap variabel. Data dianalisis menggunakan teknik
analisis regresi dan teknik analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Semakin besar hambatan pada potensiometer waktu yang dibutuhkan
untuk meleleh semakin sedikit (2) Semakin besar hambatan pada potensiometer maka suhu canting semakin
tinggi. (3) karakteristik canting bimetal otomtais ini adalah bimetal bekerja sebagai saklar otomatis pada saat
suhu cairan telah mencapai 86ºC.

Kata Kunci : Hambatan, Karakteristik, Suhu, Waktu.

PENDAHULUAN Canting tradisional membutuhkan suatu


inovasi baru dalam dunia membatik dimana
Batik tulis tradisional adalah salah satu sumber panas yang dihasilkan tidak lagi berasal
ciri khas Indonesia yang mampu menarik dari tungku melainkan menggunakan elemen
perhatian dunia internasional, dengan diakuinya pemanas yang mengubah sumber listrik menjadi
batik sebagai salah satu kerajinan warisan panas.2 Untuk meghindari proses peniupan
budaya oleh UNESCO (United Nations cairan malam, canting tradisonal dilengkapi
Educatinal, Scientific and Cultural dengan pengontrol panas otomatis pada alat
Organization).1Dalam membatik kesulitan yang “CANTING BIMETAL OTOMATIS”.
dihadapi adalah menyangkut peralatan Dengan alat tersebut diharapkan malam pada
pembuatan batik tulis atau disebut canting. canting akan mencair dengan sendirinya dan
panasnya dapat terkontrol oleh bimetal sehingga
Penggunaan canting tradisional pengrajin dapat berkonsentrasi penuh dengan
prosesnyapun tradisional pula, yaitu malam pekerjaannya hanya menggoreskan malam ke
dimasukkan didalam canting kemudian kain pada desain atau motif yang akan
dipanaskan sampai mencair. Melalui lubang dikerjakan.
yang ada pada ujung canting malam ditorehkan
ke kain. Proses yang demikian kurang efektif Melalui latar belakang masalah di atas,
dan efisien, pembatik dapat terkena percikan maka dapat diidentifikasikan budaya membatik
malam yang panas ketika meniup malam yang di Indonesia sudah mulai luntur. Canting
mungkin menyumbat jalannya malam cair. tradisional yang kurang efektif dan efisien

1
Siti Lestariningsih, “Pembuatan Prototype 2
Gede Sudirta, “ Pengembangan Prototype
Cantrik Berdasarkan Karakteristik Kebutuhan Alat Batik Canting Elektronik Melalui Inovasi Alat
Pengguna Dengan Metode Quality Function Batik Canting Pada Proses Pembuatan Batik Tulis
Deplomeyment (QFD)” , Jurnal Ilmiah Teknik Tradisonal”, Seminar Nasional Riset Inovatif Ke-4
Industri (2017), Vol. 5 No. 1, hal. 36. (2016), hal. 179.
menjadikan generasi muda enggan untuk melengkung ke arah logam yang angka
mempelajarinya. koefisien muai panjangnya besar.

Kajian Teori METODOLOGI

Canting berasal dari bahasa Jawa Jenis Penelitian


“Chanting”, sebuah alat yang dipakai untuk Penelitian ini menggunakan desain eksperimen.
memindahkan cairan malam untuk membuat Alat Dan Bahan
batik tulis. Alat ini terdiri dari nyamplung Nyamplung
(tampungan cairan “malam” yang terbuat dari
tembaga), cucuk (tempat keluarnya malam), dan Cucukan
gagang (tangkai canting).
Elemen pemanas
Teknik pembuatan batik sebelum Potensiomter 500kΩ
ditemukan canting, nenek moyang kita
menggunakan batang bambu yang dibentuk Resistor 56 kΩ
menyerupai pensil digunakan untuk
menorehkan zat perintang yang dibuat dari Transistor MAC 97A6 M 99
bahan bubur ketan, dan seni menghias kain ini LED
dahulu banyak dibuat di daerah Jawa Barat yang
disebut kain simbut.3 Dioda Zener

Bimetal merupakan dua keping logam Kondensator Polyester/ Milar NP 222J/ 100V
yang disatukan atau dikeling dan memiliki muai Bimetal
panjang berbeda. Dua logam yang dikeling
disebut dengan keping bimetal. Elemen pemanas

Bimetal adalah sensor temperatur yang Gagang Canting


sangat popular digunakan karena kesederhanaan Dudukan Canting
yang dimilikinya. Bimetal terbuat dari dua buah
lempengan logam yang berberda koefisien Steker
muaiya (α) yang direkatkan menjadi satu. Bila
suatu logam dipanaskan maka akan terjadi PCB
pemuaian, besarnya pemuaian tergantung dari Desain Alat
jenis logam dan tingginya temperature kerja
logam tersebut. Bila dua lempeng logam saling
direkatkan dan dipanaskan, maka logam yang
memiliki muai panjang lebih tinggi akan
memuai lebih panjang. Oleh karen aperbedan
reaksi muai tersebut maka bimetal dapat
menjadi saklar Normally Closed atau Normally
Open.4

Prinsip kerja bimetal menggunakan


konsep pemuaian, khususnya muai panjang. Jadi
bimetal peka terhadap perubahan suhu. Jika
keping bimetal dipanaskan atau dinaikkan
suhunya, maka akan melengkung ke arah logam Gambar 1. Desain Alat
yang memilki angka koefisien muai lebih kecil. Teknik Analisis
Bila didinginkan, keping bimetal akan Penelitian ini menggunakan teknik
pengukuran yaitu variasi pengaruh hambatan

3
Isbandono, Haiyanto, “Canting: Seni dan 4
Prehatin Dwi Cahyono, Susilo Adi
Teknologi dalam Proses Membatik”, Canting,hal Widyanto, “Analisa Perilaku Defleksi Bimetal
230, https://jurnal Tembaga (Cu)- Nikel (Ni) Akibat Stimulasi Variasi
.isbi.ac.id/index.php/atrat/article/download/372/318. Temperature”, Jurnal Teknik Mesin, Vol.2, No. 3,
2014, hal. 289.
pada pengontrol panas terhadap suhu akhir tepat HASIL DAN PEMBAHASAN
lilin habis meleleh yang terukur pada 1. Hasil Penelitian
thermometer. Analisis yang digunakan yaitu Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
analisis analisis regresi ganda dan analisis diperoleh data sebagai berikut:
kualitatif untuk mengetahui pengaruh hambatan
pada pengontrol suhu dan lama waktu lilin Variasi hambatan pada potensiometer
meleleh terhadap suhu akhir tepat lilin 1gr habis dilakukan untuk mengetahui pengaruh
meleleh. hambatan terhadap lama waktu 1 gr lilin pada
nyamplung meleleh dan suhu akhir lilin tepat
habis meleleh.

Tabel 1. Hasil Penelitian Canting Bimetal Otomatis


No Berat Lilin R (k Ω) t (sekon) T(ºC)

1 10 190 ±43

2 20 188 ±46

3 1 gram 30 185 ±49

4 40 183 ±53

5 50 181 ±57

6 60 180 ±61

7 70 177 ±64

8 80 175 ±67

9 90 173 ±70

10 100 171 ±73

2. Pembahasan dan Analisis Data Hasil percobaan sesuai dengan


hubungan persamaan W= V.I.t dan besarnya
Berdasarkan tabel 1 dilakukan analisis kalor 𝑄 = 𝑚. 𝑐 . 𝛥𝑇 yaitu arus berbanding lurus
regresi ganda dengan persamaan Y= 341,154 - dengan suhu yang dihasilkan dan berbanding
2,113X1 +1,627X2 dengan waktu lilin meleleh terbalik dengan waktu yang diperlukan.
dinyatakan dalam X1 dan suhu akhir cairan lilin Berdasarkan hasil percobaan semakin besar
adalah X2. Dengan hasil nilai R yaitu 0,999 hambatan pada potensiometer maka tegangan
berarti korelasi antara variabel Waktu (X1) dan yang dihasikan semakin besar begitu pula arus
Suhu (X2) secara bersamaan dengan Hambatan yang mengalir sehingga suhunya semakin tinggi
(Y) adalah 0,999 atau 99,0%. dan waktu yang diperlukan lilin untuk meleleh
menjadi semakin cepat.
Dengan Standard Error 1,086 , nilai
tersebut mendekati angka nol(0) dapat
disimpulkan bahwa model yang terbentuk
akurat sebesar 98,914% (1,086x100%). Nilai
koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,999.
Yang artinya konstribusi pengaruh variabel X1
dan X2 terhadap variabel Y besar karena
mendekati satu. Dimana semakin nilai R Square
mendekati satu maka kecocokan model
dikatakan lebih baik atau 99,99% variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat.
Grafik 4.1 Besar Hambatan (kΩ) dan Waktu Lilin Meleleh (s)

t (sekon)
200
190
180
170
0 20 40 60 80 100 120

Grafik 4.2 Besar Hambatan (kΩ) dan Suhu Cairan Lilin (ºC)

100
T(ºC)
50

0
0 20 40 60 80 100 120

Canting bimetal otomatis ini berbeda dimana semakin besar nilai X1 maka semakin
dengan canting pada umumnya, dimana lilin kecil nilai X2 dan Y. Dengan nilai R yaitu 0,999
pada nyamplung akan meleleh dengan berarti korelasi antara variabel Waktu (X1) dan
sendirirnya dan pada depan gagang canting Suhu (X2) secara bersamaan dengan Hambatan
dipasang bimetal yang berfungsi sebagai saklar (Y) adalah 0,999 atau 99,0%. Dengan Standard
otomatis yang akan mengontrol suhu lilin. Error 1,086 , nilai tersebut mendekati angka
Bimetal berfungsi sebagai saklar otomatis pada nol(0) dapat disimpulkan bahwa model yang
saat suhu nyamplung mencapai 86 ºC sehingga terbentuk akurat sebesar 98,914%
arus akan terputus dan suhu disekitar (1,086x100%). Hasil analisis sesuai dengan
nyamplung akan turun begitu pula bimetal akan hubungan persamaan W= V.I.t dan besarnya
kembali ke keadaan semula pada saat suhu kalor 𝑄 = 𝑚. 𝑐 . 𝛥𝑇, yang menunjukkan lama
menurun waktu lilin meleleh dipengaruhi oleh suhu dan
tegangan. Besarnya hambatan pada
PENUTUP potensiometer berbanding lurus dengan suhu
Kesimpulan dan berbanding terbalik terhadap waktu, hal
Berdasarkan penelitian dan analisis tersebut sesuai dengan hasil percobaan. Canting
yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai Bimetal Otomatis memiliki karakteristik yang
semakin besar nilai hambatan potensiometer berbda dengan canting batik pada umumnya.
pada pengontrol panas maka semakin tinggi Bimetal akan berfungsi senagai saklar otomatis
nilai suhu disekitar nyamplung sehingga waktu pada saat suhu pada cairan mencapai 86ºC.
yang dibutuhkan untuk mencairkan lilin Saran
menjadi lebih cepat. Berdasarkan analisis
regresi ganda yang digunakan, menghasilkan Berdasarkan penelitian yang telah
persamaan Y= 341,154 -2,113 X1 +1,627X2 dilakukan maka peneliti memberikan saran
diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai Ratih Listiyarini. 2018. Dasar Listrik dan
Canting Bimetal Otomatis untuk dapat Elektronika. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
memperbaiki serta mengembangkan penelitian Satriya Dwi Ariffudin. 2014. Rancangan
ini menjadi lebih baik.
Sistem Pemanas pada Rancang Bangun Mesin
DAFTAR PUSTAKA Pengaduk Bahan Baku Sabun Mandi Cair, JRM. Vol.
01, No 02, hal 53-54.
Arif Surtono. 2006. Studi Pemanfaatan
Apungan dan Potensiometer sebagai Transduser Siti Lestariningsih. 2017. Pembuatan
Ketinggian Air, Jurnal Sains Tek,Vol.12, No. 1, hal Prototype Cantrik Berdasarkan Karakteristik
58. Kebutuhan Pengguna Dengan Metode Quality
Bambang Moyoretno. 2011. Rancang Function Deplomeyment (QFD) , Jurnal Ilmiah
Bangun Canting Batik Listrik, Dinamika Kerajinan Teknik Industri , Vol. 5 No. 1, hal. 36.
dan Batik, Vol 29, hal 15.
Cress, John W. 2010. Research Design Siti Lestariningsih, Rini Dharmastiti,
Qualitative, Quantitative, and Mixed Methode Bambang Moyoretno. 2013. Evaluasi Canting
Approuches, 3 th , terjemahan Ahmad Fawaid. Elektrik Sebagai Dasar Perbaikan Dalam
Yogyakarta, hal. 40. Pengembangan Canting Elektrik, Vol. 30, No. 1, hal.
Diding Suhardi, Prototipe Controller 53.
Lampu Penerangan LED (Light Emitting Diode)
Siti Lestariningsih. 2017. Pembuatan
Independent Bertenaga Surya, Jurnal Gamma, ISSN
Prototype Canting Elektrik Berdasarkan
2086-3071,hal. 117.
Karakteristik Kebutuhan Pengguna Dengan Metode
Gede Sudirta, “ Pengembangan Prototype QFD, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 5 No. 1,
Alat Batik Canting Elektronik Melalui Inovasi Alat hal. 6.
Batik Canting Pada Proses Pembuatan Batik Tulis
Sri Sulastri. 2000. Ilmu Pengetahuan Alam
Tradisonal”, Seminar Nasional Riset Inovatif Ke-4
(IPA) FISIKA 3. Bandung : Lubuk Agung.
(2016), hal. 179.
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan
Isbandono, Haiyanto. Canting: Seni dan
Penerapan. Bandung :ITB.
Teknologi dalam Proses Membatik, Canting,hal.230.

Mark W.Zemansky dan Ricard H.dittman.


1986. Kalor Dan Termodinamika. Bandung:
Penerbit ITB.

Mohammad Ramdani. 2008. Rangkaian


Listrik. Jakarta: Erlangga.
Prehatin Dwi Cahyono, Susilo Adi
Widyanto. 2014. Analisa Perilaku Defleksi Bimetal
Tembaga (Cu)- Nikel (Ni) Akibat Stimulasi Variasi
Temperature, Jurnal Teknik Mesin, Vol.2, No. 3,
hal. 289.

Anda mungkin juga menyukai