Anda di halaman 1dari 3

Mengambil Hikmah Dari Musibah

Sunnatullaah tidak akan pernah berubah. Demikian yang Allaah tetapkan dan Allaah umumkan
di dalam Al Qur’anul Kariim “lan tajida lisunnatillaahi tabdiilaa” (“Sekali kali engkau tidak akan
dapatkan perubahan dalam sunnatullaah”).

Apa yang dimaksud dengan sunnatullaah? Ketetapan Allaah! Sebab dan akibat, ini adalah
sunnatullaah. Siapa yang melakukan ini, dia akan mengalami ini, siapa yang bermain api dia akan
terbakar, siapa yang menceburkan diri ke dalam sungai dia akan basah. Ini namanya
sunnatullaah. “Maka, engkau sekali-kali tidak akan mendapatkan sunnatullaah ini ada
perubahan” kata Allaah.

Ma’asyiral muslimin, ambillah pelajaran yang terjadi dari beberapa waktu belakangan ini. Allaah
datangkan gempa yang sangat besar. Di Nangroe Aceh Darussalam, tanggal 26 hari ahad tahun
2004 di pagi hari pas waktu dhuha. Dan Allaah telah menyebutkan apa yang akan terjadi pada
waktu dhuha bagi orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat-Nya. Banyak orang-orang
shaleh disana, banyak orang-orang taat disana, tetapi keshalehan dan ketaatan mereka belum
sanggup meredam atau belum sanggup mengimbangi kejahatan yang dilakukan oleh segelintir
kecil ummat manusia yang sudah terang-terangan dalam kejahatan mereka. Maka terjadilah,
kita sudah mendengar apa yang menimpa di Banda Aceh itu, kita sudah menontonnya. Dan
demi Allaah, apa yang sudah dilakukan oleh mereka? Seperti kata tokoh dan para alim ulama
kita yang ada di sana, mereka memberkan peringatan bahwa sesungguhnya maksiat sudah
terang-terangan kalian lakukan di aceh ini. Jika kalian tidak taubat, mereka memperingatkan,
jika para pemimpin-pemimpin negeri ini juga tidak taubat, dia sebutkan gubernur, dia sebutkan
walikota se-Nangroe Aceh Darussalam, beliau sebutkan bupati-bupati dan para pejabat-pejabat
lainnya se-Nangroe Aceh Darussalam, “Bila kalian tidak bertaubat dan merubah dari perbuatan
amar makruf dan nahi munkar, maka Allaah akan karamkan Aceh ini.” Itu terjadi dua minggu
sebelum kejadian. Ternyata benar-benar terjadi.

Inilah yang dikhawatirkan jama’ah sekalian. Kenapa? Pada tgl 25, yaitu pada hari sabtunya,
malam harinya di tepi pantai itu diadakan pesta yang sangat-sangat tidak layak dibuat. Dan ini
benar-benar mengundang kebencian dan kemarahan Allaah subhanahu wa ta’ala. Padahal kita
dengar di dalam hadits-hadits yang shahih, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila
di atas suatu bumi ada orang bermaksiat kepada Allaah Sang Pencipta bumi, maka bumi itu
akan marah karena Sang Penciptanya itu dimaksiati dan bumi itu menjerit berdoa memohon
kepada Allaah agar diizinkan menggetarkan diri, diizinkan untuk membelah diri. Laut juga
begitu, berdo’a dan memohon kepada Allaah subhanahu wa ta’ala agar bisa menjadi penyalur
adzab ketika ada maksiat dibuat kepada Allaah di suatu negeri. Angin juga begitu, memohon
kepada Allaah.”

Besok paginya hari minggu tanggal 26, ternyata di tepi pantai itu ditemukan kondom-kondom
banyak berserakan, botol-botol miras ditemukan berserakan, pertada malam tadi ada pesta,
pesta maksiat. Na’udzubillaahi min syarri dzaalik..

Nah jama’ah sekalian, ketika menurut Allaah peluang sudah diberi, kesempatan sudah dikasih,
saat-saat yang tepat dan momen-momen peringatan juga sudah disampaikan, tapi ternyata
tidak mau diambil pelajaran, maka “dzhoharal fasaadu fil barri wal nahri bimaa kasabat aydin
naas”.

Jangan tantang Allaah, jangan berani berbuat sesuatu yang membuat Allaah dan alam ini marah.
Ini juga terjadi di Palu. Mari kita jujur, pada tanggal 28 tepatnya hari jum’at. Dari pagi, di Palu itu
sudah terjadi beberapa kali gempa dari pagi sampe sore. Dan ternyata pada hari itu di Palu ada
acara tahunan, dan sebelumnya para alim ulama sudah memperingatkan, “jangan adakan acara
ini, ini adalah acara syirik besar.” Dimana di acara tersebut didatangkan orang-orang yang ahli
dalam masalah perdukunan, dalam masalah ritual tahunan yang diadakan di tepi laut.

Jama’ah sekalian, ribuan orang hadir dalam acara itu. Demi Allah, tidak ada dosa besar diantara
dosa-dosa besar kata Rasulullaah melebihi dosa syirik. Rasulullaah berkata kepada Mu’adz bin
Jabal, “alaa unabbiuka bi akbaril kabaa’ir?” Wahai Mua’dz, kamu mau tau tidak dosa apakah
yang paling besar dari seluruh dosa-dosa yang terbesar? Muadz menjawab, “Allaah dan Rasul-
Nya lebih mengetahui” Rasul menjawab, “an taj’alal lillaahi niddan wa hua khalaqaka.” Engkau
syirik kepada Allaah subhanahu wa ta’ala, engkau membuat tandingan bagi Allaah subhanahu
wa ta’ala, itu adalah dosa terbesar dari seluruh dosa-dosa besar.” Membunuh orang Allaah tidak
tanggung-tanggung murka-Nya, memakan harta riba luar biasa itu dosanya, durhaka kepada
orang tua luar biasa Allaah murka-Nya. Tapi syirik kepada Allaah, syirik kepada Allaah memang
tidak sampai kita membunuh orang, syirik kepada Allaah memang tidak sampai kita
mendurhakai orang tua, tetapi syirik ternyata dosanya lebih besar dari itu semua.

Jama’ah sekalia, dua tahun sebelum terjadinya gempa dan tsunami di Palu itu, Allaah datangkan
hujan yang lebat pada hari ritual tersebut, tahun berikutnya Allaah datangkan hujan dan petir
serta badai yang sangat kuat, dan sebelumnya para ulama sudah memperingatkan mereka, akan
tetapi mereka mendustakan peringatan itu dan mereka pun tidak bergeming atas teguran yang
Allaah berikan kepada mereka, hingga pada akhirnya Allaah benar-benar murka kepada mereka,
lalu didatangkannyalah kepada mereka gempa yang dahsyat disertai gelombang tsunami besar.
Na’udzubillaahi min dzaalik..

Jama’ah sekalian. Kalau nasihat ulama, Qur’an dan Sunnah tidak didengar, maka alam yang milik
Allaah ini akan bicara.

Jama’ah sekalian, sekarang alam sudah menasihati kita. Tujuh sebab mengapa musibah datang
bertubi-tubi. Yang pertama, karena banyaknya maksiat, surah yasin ayat 19 ‫ق الوا ط ائركم معكم‬
“kemalangan-kemalangan terjadi, musibah-musibah terjadi, malapetaka terjadi, adalah karena
dosa keterlaluan kalian kepada Allaah.” Yang kedua, karena banyaknya orang berbuat dzalim,
dengarkan surat Al-Qassas ayat 59, ‫“ وما كان ربك مهلك القرى حتى يبعث في امها رسوال يتلوا عليهم ايتنا‬Kami
tidak akan menghancurkan suatu daerah kecuali para penduduknya banyak berbuat dzalim.”
Anak durhaka pada orang tua, istri yang berani kepada suaminya, korupsi, perampokan dan
pembunuhan di mana-mana, ini semua mengundang bala bencana. Yang ketiga, karena
kelakuan tangan-tangan manusia, surah Ar-Ruum ayat 41, “Telah tampak kerusakan di daratan
dan lautan disebabkan tangan-tangan jahil manusia yang tidak bertanggung jawab, agar mereka
merasakan akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada Allaah.” Yang keempat
bencana terjadi karena para tokoh melakukan kemaksiatan dan kedzaliman. Maka mari kita
dengarkan dengan iman Firman Allaah ini, “Bila Kami ingin menghancurkan suatu negeri, Kami
perintahkan para tokohnya untuk taat kepada Allaah, tapi mereka bermaksiat, tapi mereka
berbuat dzalim, tapi mereka khianat kepada-Ku dan kepada makhluk-Ku, fahaqqa ‘alaihl qoul,
maka haklah untuk mereka datang bala bencana. Seperti kaum Ad, kaum Tsamud, kaum Luth,
kaum Nuh! Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Siapa tokoh itu? Mereka adalah para
pemimpin kita, yang sumpah Al-Qur’an di kepalanya mereka mengatakan, demi Allah! Tidak
korupsi, akan tetapi dia malah korupsi. Lalu siapa lagi? Hartawan, orang-orang kaya, yang
dengan hartanya ia berfoya-foya, sombong, maksiat dengan kekayannya di tengah banyak orang
yang menderita. Lalu siapa lagi? Ulama yang menjual ayat-ayat Allah dengan murah.
Subhanallaah.. yang kelima mengapa bala bencana terjadi, karena orang-orang shalih, orang-
orang baik, diam ketika melihat kemaksiatan dan kemungkaran. Surah Al-Anfal ayat 25,
“takutlah kalian dengan musibah yang tidak hanya menimpa orang yang maksiat, orang yang
dzalim, tapi juga kalian orang-orang shalih.” Maka merasa masa bodoh dengan kemaksiatan
bukanlah sikap seorang mukmin. Amar makruf nahi munkar adalah amal cerdas, amalan wajib.
Yang keenam, justru karena rahmat Allaah, karena peringatan yang Allaah hadirkan, agar hadir
kesadaran kita. Surah Al-Baqarah ayat 155-157, “Kami pasti akan membuat kalian takut lapar,
takut miskin, takut kematian, tapi kabarkan kabar gembira bagi hamba-hamba Allah yang sabar
dari semua ujiannya, yang mereka berkata, “sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya
kami akan kembali kepada Allah”. Yang terakhir, yang ketujuh. Ada yang nanya, bagaimaa yang
maksiat yang selamat? Dia tenang-tenang saja, yang berbuat dzalim malah sukses. Dimana
keadilannya? Allah Maha Adil, maka dengarkan surah Hud ayat 15-16, “Barangsiapa mencari
kesenangan dunia, lalu dia menghalalkan segala cara, apa kata Allaah? Kami beri, tapi di akhirat
tidak mendapatkan secuil pun kenikmatan, malah nikmat dunianya menjadi bahan bakar,
menjadi adzab untuk dirinya. Itulah istidraj!

Jama’ah sekalian, ini zaman adzab, fase kita sekarang ini sudah pada penutup fase keempat, ini
adalah zaman adzab, zaman petaka, zaman bencana, Maka jangan buat murka Allah

Jama’ah sekalian, lalu apa sikap kita sekarang? Orang beriman menjadikan peristiwa apapun
sebagai jalan untuk mendekatkan dirinya kepada Allah.

Demikian jama’ah sekalian, semoga dapat diambil hikmah apa yang kami katakan, dapat diambil
pelajaran apa yang kami sampaikan. Dan kita tidak ingin menyaksikan kehancuran barulah kita
kita menyesal. Kita ingin menyesal terlebih dahulu agar kehancuran tidak perlu terjadi.
Bukankah demikian yang terbaik? Para Nabi sudah memberikan peringatan, dibalik pendustaan
kaumnya atas peringatan itu maka terjadilah kehancuran.

Anda mungkin juga menyukai