ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
HERNIA INGUINALIS LATERAL (HIL)
DI RUANG IRNA LANTAI 3
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
2) Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012)
adalah:
- Kelainan kongenital atau kelainan bawaan.
- Kelainan didapat, meliputi:
1) Jaringan kelemahan.
2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal.
3) Trauma.
4) Kegemukan.
5) Melakukan pekerjaan berat.
6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar.
3) Manifestasi Klinis
Menurut Kusuma dan Nurarif (2016), tanda dan gejala
sebagai berikut :
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang
tersering tampak benjolan
di lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya
terjepit disertai perasaan
mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah
ada komplikasi.
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit
akan bertambah hebat
serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung
kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di
daerah perut disertai
sesak nafas.
4) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dwi (2018) pemeriksaan penunjang pada hernia
adalah :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit
dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit.
b. Pemeriksaan koagulasi darah
Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang,
mempengaruhi
homeostastis intraoperasi atau post operasi.
8
c. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengidentifikasikan infeksi.
d. Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritas perhatian
untuk memberikan anestesi.
e. Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus.
b. Patofisiologi
Menurut Mutaqqin dan Sari (2011:587) patofisiologi hernia yaitu
Hernia inguinalis tidak langsung (hernia inguinalis lateral) dimana
prostusi keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang teletak lateral pembuluh epigastrika inferior,
kemudian
hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,
akan
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia
ini
berlanjut, tonjolon akan sampai ke skrotum melalui jalur yang
sama
seperti pada saat testis bermigrasi dari rongga perut ke skrotum
pada
saat perkembangan janin. Jalur ini biasanya menutup sebelum
kelahiran, tetapi mungkin tetap menjadi sisi hernia dikemudian
hari.
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole
inferior gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum
akan melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini
akan
menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi
diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral
gubernaculums
bilateral. Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan
processus
vaginalis testes akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum
dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia
inguinalis
lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling
sering adalah yang sebelah kanan. Pada wanita ovarium turun ke
pelvis
dan gubernaculum bagian inferior menjadi ligamentum rotundum
yang
mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus vaginalis
normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal
yang
melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan
testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus
vaginalis
tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan
terjadi, Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck.
c. Penatalaksanaan
Menurut Amin & Kusuma (2015) penanganan hernia ada dua
macam:
- Konservatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan
melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan
isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan
definitif
sehingga dapat kambuh kembali. Adapun tindakannya terdiri atas:
1) Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam
kavum peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
manual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan
cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
2) Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol
atau
kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia
mengalami sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar
dari
kavum peritoneum.
15
3) Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan
menolak dilakukan operasi.
- Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan
pada hernia
reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia
inkarserata. Operasi
hernia ada 3 macam:
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi hernia ke kavum abominalis
2) Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus
intra abominalis dan musculus tranversus abdominalis yang
berinsersio di tuberculum pubicum).
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale
agar LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena
tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada
bermacam-macam menurut kebutuhannya (Ferguson, Bassini,
halst, hernioplasty, pada hernia inguinalis media dan hernia
femoralis dikerjakan dengan cara Mc.Vay).