Anda di halaman 1dari 28

Pola Adaptasi

Tren gaya & nama HUNIAN


DI JABODETABEK
Menimbang Mitos, Mimikri, dan Konstruksi Identitas
Latar Belakang
● Bangunan (termasuk hunian) perlu dirancang secara site specific.
● Menyesuaikan dengan kebutuhan manusia, memperhatikan keadaan lingkungan fisik dan
iklim di lokasi tertentu.
● Di Indonesia hasilnya adalah bangunan-bangunan vernakular (rumah adat, rumah kampung)
yang dibangun menggunakan material lokal dan program yang sesuai dengan iklim tropis.
● Namun yang terjadi pada saat ini, terutama di kota-kota besar di Indonesia:

Rumah klasik dengan kolom Yunani atau bergaya Scandinavian di Jakarta, Orange County di Cikarang dengan interior Zen Jepang.
Tata ruang wilayah
Ciptagelar, kampung adat di Superblock di Jabodetabek yang membangun kotanya
Jawa Barat yang tata ruang dari nol tanpa memperhatikan kondisi alam maupun
desanya menghormati alam. sosial-kultur eksisting.

Lokal vs. Global-Lokal


Contoh Superblock
(Highlight: penamaan cluster)

● Miami ● Vancouver
● Nashville
● Ottawa
● Visalia
● Nebraska ● Calgary
● Bellwood ● Ontario
● West Covina ● Amsterdam
● West Covina 2 ● Vienna
● Livingston
● Beverly Hills
● New Georgia
● Georgia ● Florence
● Coatesville ● Paris
● Coatesville 2 ● Marseilles
● Orlando ● Montreal
● San Francisco
● Florida ● Toronto
● Barcelona ● Kyoto
● New Hacienda ● California
● Hacienda Heights ● America
● Salzburg ● Seatle
● Windsor
● Costa Verde ● Denhaag
● Somerset ● Madrid
● Virginia & Neo Virginia ● Monaco
GAYA & Nama Asing sebagai ‘Mitos’ BRANDING
"Pasar masyarakat di Indonesia itu masih menganggap sesuatu yang berbau asing itu lebih keren."
Bambang Eka Jaya (Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia) | Sumber: Kompas.com 2021

“Pengembang menawarkan 'mimpi' kehidupan kota-kota lain di mancanegara untuk 'dibumikan' di


Indonesia.”
Anwari Natari (Pakar Bahasa) | Sumber: Kompas.com 2015

● Penamaan sebagai tanda membuat mitos dan nilai yang berfungsi sebagai identifikasi kultural.
(Fiske, 2011: 236)

● Mitos nama asing pada kompleks perumahan ini menawarkan kepercayaan dan cara hidup yang baru
pada masyarakat. Ketika kepercayaan ini kemudian menjadi kesadaran kolektif dalam jangka waktu
lama, hal ini akan berubah menjadi ideologi, yakni ideologi konsumerisme.
(Jaelani, dkk., 2014)

● Ideologi konsumerisme mendorong kebutuhan palsu dan bahwa kebutuhan ini bekerja sebagai
satu bentuk kontrol sosial: “Orang-orang mengenali diri mereka di dalam komoditas mereka.”
(Herbert Marcuse dalam Storey, 2006: 145)
REGULASI & KONSTRUKSI IDENTITAS
● Pasca Orde Baru, tidak ada lagi kebijakan mengenai
penyeragaman nama produk barang dan jasa menggunakan
bahasa Indonesia. Produsen bebas menggunakan bahasa asing
dalam menamai produknya.
● Nama dan gaya arsitektur asing kemudian diubah dengan
konsep meng-Indonesiakan gaya rumah mancanegara.
● Tahun 2019, Presiden Joko Widodo menerbitkan aturan
mengenai penggunaan bahasa Indonesia untuk semua pidato,
dokumen hingga bangunan. Melalui Peraturan Presiden Nomor
63 Tahun 2019, semua properti pun kini wajib menggunakan
bahasa Indonesia.

Regulasi dalam perspektif poskolonial

Berbagai bentuk representasi, termasuk penggunaan bahasa


menjadi isu penting sehubungan dengan pembentukan identitas
dan konstruksi subjektivitas.

Wacana poskolonial mempertanyakan subjek diskursus yang


dominan (global) dan dalam saat bersamaan saling menawarkan
berbagai strategi penolakan terhadap kontrol dan dominasi.
Menguji Relasi:
Nama & GAYA Asing MENANDAKAN Konsumen yang EKSKLUSIF & Tersegmentasi?
(Jaelani, dkk., 2014)
“Penamaan perumahan dengan menggunakan nama asing dan campuran
antara nama daerah atau kata dalam bahasa Indonesia dengan nama asing
adalah mitos yang dijadikan medium kontrol sosial para pemilik modal.
Masyarakat disetir untuk menjadi masyarakat konsumer, hidup dengan cara
yang ekslusif, menjadi manusia homogen, tercerabut dari akar
lingkungannya.”
“Mitos nama asing ini membuat segmentasi kota di antara para warganya
semakin tegas. Kompleks perumahan dengan nama asing ini diperuntukan
bagi kelas tertentu, dengan gaya dan cara hidup tertentu, dengan tingkat
eksklusivitas tertentu yang berbeda dengan masyarakat di luar kompleks
tersebut. “
Benarkah?
Gaya Arsitektur
Classic (The Oscar)
Actual classical architecture:

● Tiga jenis kolom arsitektur Yunani kuno.


● Hanya digunakan pada bangunan
penyembahan kepada dewa-dewi.
Gaya Arsitektur
Cluster modern minimalis nuansa
Jepang kontemporer (Shinano, Jakarta
Garden City)
Actual Japanese architecture:

● Struktur utama kayu (bukan beton) karena


sifatnya yang tahan gempa.
● Pondasi biasanya tidak ditanam (rumah
panggung).
Gaya Arsitektur
Perumahan konsep Industrial (Wisteria Keppel Land,
Jakarta Timur).
Actual industrial style:

Wisteria mengklaim diri sebagai industrial.

● Menampilkan pipa-pipa utilitas dan struktur


bangunan apa adanya.
● Biasanya tampil pada bangunan/pabrik/gudang
tua yang dialih-fungsikan.
Gaya Arsitektur
Mediterania (Alicante Serpong)
● Warna cat merah-coklat =
mediterania?
Actual mediterranean architecture:

● Berada di negara-negara di sekitar Laut Mediterania.


● Material bangunan terbuat dari campuran lempung
dan jerami sesuai ketersediaannya di alam, maka
warnanya kemerahan.
● Material ini menyerap panas pada siang hari sehingga
interior bangunan tetap sejuk dan melepaskan panas
pada malam hari sehingga interior bangunan hangat.
● Seringkali terdapat rumah bawah tanah sebagai
bentuk adaptasi terhadap iklim.
PEMANFAATAN RUANG HIDUP
Keagensian Orang Komplek dan Akar ‘Guyub’ yang Tak Putus

Penamaan kompleks dengan nama dan gaya arsitektur asing


pada satu sisi dianggap menciptakan segmentasi kota. Akan
tetapi, pada saat yang bersamaan, ia memanggil anggota
kelompok lain—warga di luar kompleks—untuk menjadi bagian
dari kelompoknya. Pemanggilan ini di dalam istilah yang
diungkapkan Althusser disebut dengan interpelasi.

Bentuk interpelasi ini terfasilitasi oleh subjektivitas penghuni yang


mengadaptasi pemanfaatan ruang hidup hingga sesuai dengan
akar kultural yang guyub dan inklusif. Keagensian semacam ini
menggambarkan nilai kolektivisme yang tidak lagi kongruen
dengan “mitos” eksklusif dalam individualisme yang ditawarkan
oleh ideologi kapitalisme.
“Being Friendly but Not Too Friendly”
“Being Grand but Not Too Grand”
“BEING VICTORIAN BUT NOT TOO VICTORIAN”
Bendera Merah-Putih Bale “Nongkrong” Pemilihan RT-RW Musholla
Cluster Islami

Apakah fenomena ini dapat


dikatakan semata-mata
sebagai “komersialisme
nilai-nilai Islami” vs modernitas
dan/atau Budaya populer?
“Being islamic but Not Too islamic”

Penggunaan material alam seperti kayu


pada bagian dinding.

Nama cluster yang menggunakan kata


“Islam” dan “Western Country”
mengisyaratkan adanya konsep yang
overlapping namun sekaligus memberi
ruang pertemuan gaya modern barat dan
konsep religiusitas Islam yang dapat dikaji
menggunakan post-Islamism
Mimikri & hibriditas (HOMI K. BHABHA, 1994)
‘Third space of enunciation’

Identitas budaya selalu muncul di area yang penuh kontradiksi dan area yang ambivalen. Bekerjanya
kolonialisme lewat fantasi, dijelaskan oleh Bhabha melalui konsep mimikri dan hibriditas. Dalam
mimikri sang peniru menikmati/bermain dengan ambivalensi yang terjadi dalam proses imitasi. Ini
terjadi karena mimikri selalu mengindikasikan makna yang ‘tidak tepat’ dan ‘salah tempat’.

Ketergantungan dari

Mimikri ➔


sang terjajah kepada yang menjajah
kulit berwarna kepada kulit putih
timur kepada barat
➔ lokal kepada global

Imitasi
sekaligus subversi
Mimikri

➔ sebagai strategi menghadapi dominasi
➔ bersifat ambivalen: seperti penyamaran yang
melanggengkan tetapi sekaligus menegasi dominasi
➔ menjadi dasar sebuah identitas hibrida.
Diversitas pola adaptasi Diversitas identitas penghuni
Dalam berbagai pola adaptasi Penanda lokalitas dalam
hunian dengan nama & gaya hunian dengan nama & gaya
“global” ada beragam global memposisikan
rekonseptualisasi yang subjektivitas penghuni
menunjukkan corak lokalitas sebagai agency dalam
penghuni dalam proporsi yang melakukan konstruksi
berbeda-beda. identitasnya.

Identitas lokal yang berada pada situasi global memungkinkan munculnya suatu identitas hibrida yang
terkonstruksi dari identitas-identitas sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai