Anda di halaman 1dari 1

Strategi Baru Meredakan Badai Sitokin

NEW YORK – Berbagai upaya medis selama ini telah dilakukan untuk dapat meredakan kondisi ‘badai
sitokin’ pada pasien Covid-19. Di awal September ini, para pakar menemukan strategi baru untuk
dapat meredakan badai tersebut.

Badai sitokin adalah kondisi ketika penderita Covid-19 mengalami infeksi parah dengan peningkatan
kadar protein inflamasi di tubuh mereka. Sitokin digambarkan sebagai protein kecil yang dilepaskan
banyak sel berbeda dalam tubuh, termasuk sel-sel pada sistem kekebalan, yang mengoordinasikan
respons tubuh untuk melawan infeksi. Gerakan sel-sel inilah yang memicu inflamasi atau
peradangan. Secara etimologi, istilah sitokin sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni ‘cyto’ (sel) dan
‘kinos’ (gerakan). 

Setiap mereka yang terpapar Covid-19 tak bisa luput dari potensi badai sitokin, termasuk mereka
yang tanpa gejala, atau bahkan juga pada mereka yang hasil tes PCR-nya sudah dinyatakan negatif.
Gejala keberadaan badai sitokin ini antara lain adalah demam, kelelahan, ruam, diare, tekanan darah
rendah, nyeri otot dan persendian, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah. Selain itu, gejala
yang mungkin terjadi adalah kejang-kejang, halusinasi, pernafasan dan detak jantung yang cepat.

Para pakar selama ini percaya bahwa langkah paling tepat untuk meredakan badai sitokin adalah
dengan terapi imun (imunoregulator). Terapi imun ini berfungsi mengurangi efek kerusakan yang
ditimbulkan secara langsung saat terjadi inflamasi.

Namun, sebuah penelitian terbaru yang disampaikan dalam Jurnal Nature menyebutkan bahwa
meskipun terapi ini terbukti mengurangi waktu rawat inap, namun untuk meredakan badai sitokin
pada jangka panjang wajib diperhatikan waktu pemberian agen imunosupresif atau imunomodulator
tersebut. Dalam arti, terapi ini harus dilakukan sesegara mungkin pada tahap awal masa infeksi
Covid-19.

Selain itu, sebagai strategi baru, harus juga dilakukan pendekatan anti-inflamasi sedini mungkin.
Lagi-lagi waktu penanganan menjadi kuncinya. Pemilihan waktu pemberian glukokortikoid sebagai
terapi anti-inflamasi secara lebih awal terbukti dapat mencegah replikasi virus secara efektif.

PasporSehat.Com | Nature

Anda mungkin juga menyukai